• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Pasal 12 Undang-undang Kehutanan disebutkan bahwa. penyusunan rencana kehutanan. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Pasal 12 Undang-undang Kehutanan disebutkan bahwa. penyusunan rencana kehutanan. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

4

TINJAUAN PUSTAKA

KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan)

Dalam Pasal 12 Undang-undang Kehutanan disebutkan bahwa perencanaan kehutanan meliputi inventarisasi hutan, pengukuhan kawasan hutan, penatagunaan kawasan hutan, pembentukan wilayah pengelolaan hutan, dan penyusunan rencana kehutanan. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan dilakukan pada tingkat provinsi, kabupaten/kota serta pada tingkat unit pengelolaan. Unit pengelolaan adalah kesatuan pengelolaan hutan terkecil sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efesien dan lestari, yang kemudian disebut KPH, antara lain dapat berupa kesatuan pengelolaan hutan lindung (KPHL), kesatuan pengelolaan hutan produksi (KPHP), dan kesatuan pengelolaan hutan konservasi (KPHK) (Kemenhut, 2011).

Dalam rangka persiapan untuk mewujudkan kelembagaan KPH Menteri Kehutanan dapat menetapkan wilayah KPH Model yang merupakan salah satu bagian dari wilayah KPH Provinsi. KPH Model merupakan wujud awal KPH yang secara bertahap dikembangkan menuju situasi aktual di tingkat tapak yang pengembangannya difasilitasi oleh Pemerintah Pusat (Kemenhut, 2014).

Tutupan Lahan

Penggunaan lahan merupakan aktivitas manusia pada dan kaitannya dengan lahan, yang biasanya tidak secara langsung tampak dari citra.Penggunaan lahan telah dikaji dari beberapa sudut pandang yang berlainan, sehingga tidak ada satu definisi yang benar-benar tepat (Rahmi, 2009).Tutupan lahan berhubungan dengan kegiatan manusia pada sebidang lahan, sedangkan penutup lahan lebih

(2)

5

merupakan perwujudan fisik obyek-obyek yang menutupi lahan tanpa mempersoalkan kegiatan manusia terhadap obyek-obyek tersebut. Satuan – satuan penutup lahan kadang-kadang juga bersifat penutup lahan alami (Lillesand dan Kiefer, 1997 ).

Pemetaan penggunaan lahan dan penutup lahan sangat berhubungan dengan studi vegetasi, tanaman pertanian dan tanah dari biosfer.Karena data penggunaan lahan dan penutup lahan paling penting untuk planner yang harus membuat keputusan yang berhubungan dengan pengelolaan sumberdaya lahan, maka data ini sangat bersifat ekonomi (Lo, 1995).

Klasifikasi penutup lahan/penggunaan lahan adalah upaya pengelompokan berbagai jenis penutup lahan/penggunaan lahan ke dalam suatu kesamaan sesuai dengan sistem tertentu. Klasifikasi penutup lahan/penggunaan lahan digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam proses interpretasi citra penginderaan jauh unutk tujuan pemetaan penutup lahan/penggunaan lahan. Banyak sistem klasifikasi penutup/penggunaan lahan yang telah dikembangkan, yang dilatarbelakangi oleh kepentingan tertentu atau pada waktu tertentu (Sitorus, 2006).

Penginderaan Jarak Jauh

Penginderaan jauh atau inderaja (remote sensing) adalah seni dan ilmu untuk mendapatkan informasi tentang obyek, area atau fenomena melalui analisa terhadap data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah ataupun fenomena yang dikaji (Lillesand dan Kiefer,1997).

Penginderaan jauh merupakan suatau teknik untuk mengumpulkan informasi mengenai obyek dan lingkungannya dari jarak jauh tanpa sentuhan

(3)

6

fisik.Tujuan utama penginderaan jauh adalah untuk mengumpulkan data sumberdaya alam dan lingkungan.Biasanya teknik ini menghasilkan beberapa bentuk citra yang selanjutnya diproses dan diinterpretasi guna membuahkan data yang bermanfaat untuk aplikasi di bidang pertanian, arkeologi, kehutanan, geografi, geologi, perencanaan, dan bidang-bidang lainnya (Lo, 1996).

Landsat 8

Satelit LDCM (Landsat Data Continuity Mission) telah diluncurkan pada tahun 2011 dari VAFB, CA dengan pesawat peluncur Atlas-V-401. Setelah meluncur di orbitnya, satelit tersebut dinamakan sebagai Landsat-8. Satelit LDCM (Landsat- 8) dirancang diorbitkan pada orbit mendekati lingkaran sikron-matahari, pada ketinggian: 705 km, inklinasi: 98.2º, periode: 99 menit, waktu liput ulang: 16 hari. Satelit LDCM (Landsat-8) dirancang membawa Sensor pencitra OLI (Operational Land Imager) yang mempunyai kanal-kanal spektral yang menyerupai sensor ETM+ (Enhanced Thermal Mapper plus) dari Landsat-7. Sensor pencitra OLI ini mempunyai kanal-kanal baru yaitu: kanal-1: 443 nm untuk aerosol garis pantai dan kanal 9: 1375 nm untuk deteksi cirrus; akan tetapi tidak mempunyai kanal inframerah termal. Sensor lainnya yaitu Thermal Infrared Sensor (TIRS) ditetapkan sebagai pilihan (optional), yang dapat menghasilkan kontinuitas data untuk kanal-kanal inframerah termal yang tidak dicitrakan oleh OLI (Sitanggang, 2010).

Ketersediaan data citra time series yang cukup panjang meliputi seluruh wilayah Indonesia dan resolusi (spasial, temporal, radiometrik) bagus merupakan keunggulan yang dimiliki oleh citra landsat 8. Keunggulan ini tidak dimiliki oleh citra-citra lainnya, sehingga sangat mendukung upaya pemanfaatan landsat 8 ini

(4)

7

untuk berbagai keperluan, seperti monitoring perubahan penutupan lahan, deforestasi dan degradasi pada kawasan hutan.

Laju degradasi/deforestasi dapat diketahui dengan membandingkan penutupan lahan hutan pada tahun tertentu dengan tahun-tahun sebelumnya.Untuk keperluan tersebut, citra landsat masih menjadi andalan bagi para analis bidang kehutanan.Permasalahan yang muncul sebelum hadirnya landsat 8 khususnya pasca kerusakan kanal pada landsat 7 adalah adanya striping pada data setelah tahun 2003.Ini tentu sangat mengganggu khususnya dalam melakukan koreksi radiometrik pada tahap pra pengolahan.Hadirnya landsat 8 tanpa striping mengakibatkan perubahan penutupan lahan lebih mudah dianalisis. Ketersediaan informasi spasial mengenai kawasan-kawasan yang rawan degradasi akan memberi peluang lebih dini bagi upaya pencegahan kerusakan lebih lanjut.

Interpretasi citra

Interpretasi foto dapat didefinisikan sebagai "tindakan memeriksa gambar foto untuk tujuan mengidentifikasi objek dan menilai signifikansi mereka" (Colwell, 1997). Prinsip-prinsip interpretasi citra telah dikembangkan secara empiris lebih dari 150 tahun. Yang paling dasar dari prinsip-prinsip ini adalah unsur-unsur interpretasi citra diantaranya: lokasi, ukuran, bentuk, bayangan, nada/ warna, tekstur, pola, tinggi/kedalaman dan situs/situasi/asosiasi. Unsur-unsur ini secara rutin digunakan ketika menafsirkan sebuah foto udara atau menganalisis gambar foto. Seorang juru gambar yang terlatih menggunakan banyak unsur-unsur selama analisis nya tanpa berpikir tentang mereka. Namun, pemula mungkin tidak hanya harus memaksa dirinya untuk secara sadar mengevaluasi objek yang tidak

(5)

8

diketahui sehubungan dengan unsur-unsur, tetapi juga menganalisis makna dalam kaitannya dengan objek lain atau fenomena dalam foto atau gambar.

Menurut Wahyunto, et all. dalam Daruati (2008) dalam identifikasi penggunaan lahan dengan citra landsat, selain unsur interpretasi sebagai dasar analisis, perlu diperhatikan juga beberapa faktor penutup lahan, misalnya jenis vegetasi, keadaan air genangan, dan tanah terbuka. Setiap faktor akan memberikan reflektansi yang berbeda dan dapat berpengaruh terhadap kenampakan objek tersebut. Dalam pengolahan data spasial digunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG adalah suatu sistem untuk pengolahan, penyimpanan, pemrosesan, atau manipulasi, analisis, dan penayangan data, yang mana data tersebut secara spasial terkait dengan muka bumi (Linden dalam Suharyadi dalam Daruati, 2008).

Interpretasi citra penginderaan jauh dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu interpretasi secara visual dan interpretasi secara digital (Purwadhi dalam Daruati, 2008). Interpretasi secara visual adalah interpretasi data penginderaan jauh yang mendasarkan pada pengenalan ciri/karakteristik objek secara keruangan.Karakteristik objek dapat dikenali.Berdasarkan 9 unsur interpretasi yaitu bentuk, ukuran, pola, bayangan, rona/warna, tekstur, situs, asosiasi dan konvergensi bukti (Daruati, 2008).

Menurut Wahyunto, et al.,1993, dalam identifikasi penggunaan lahan dengan citra landsat, selain unsur interpretasi sebagai dasar analisis, perlu diperhatikan juga beberapa faktor penutup lahan, misalnya jenis vegetasi, keadaan air genangan, dan tanah terbuka. Setiap faktor akan memberikan reflektansi yang berbeda dan dapat berpengaruh terhadap kenampakan objek tersebut.

(6)

9

Setiap warna dalam citra satelit memberikan makna tertentu.warna hijau mengidentifikasi adanya vegetasi dan makin hijau warnanya berarti vegetasinya semakin lebat (hutan).Warna biru menunjukkan adanya kenampakan air dan semakin biru atau biru kehitaman berarti wilayah tersebut tergenang (body

water).Bila warna biru ada kesan petak-petak yang ukurannya lebih besar dan

lokasinya dekat dengan garis pantai berarti areal tersebut adalah areal tambak.Unsur pola dan site/lokasi dapat digunakan untuk membantu mengenali jenis penggunaan lahan dan tanaman/vegetasi yang tumbuh di daerah tersebut.Sebagai contoh, bila ada kenampakan hijau (warna) pada wilayah berpetak-petak (pola) yang lokasinya di wilayah dataran (lokasi), hal itu mengidentifikasikan adanya lahan sawah yang ditanami padi.Warna hijau (vegetasi) pada wilayah berpola aliran radial sentrifugal menunjukkan adanya vegetasi/tanaman tahunan atau hutan yang tumbuh di daerah berlereng (berbukit-bergunung) (Saripin, 2003).

Klasifikasi terbimbing

Klasifikasi terbimbing adalah klasifikasi yang dilakukan dengan arahan analis (supervisor).Kriteria pengelompokan kelas ditetapkan berdasarkan penciri kelas (kelas signature) yang diperoleh analis melalui pembuatan “training

area”(Jaya, 2005).

Klasifikasi terbimbing biasanya dilakukan untuk memperbaiki proses klasifikasi tak terbimbing yang sudah dilakukan sebelumnya. Klasifikasi terbimbing membutuhkan suatu luasan areal yang merupakan perwakilan kelas-kelas yang ditentukan. Secara umum, penggambaran areal tersebut dikenal dengan

(7)

10

dilakukan berdasarkan hasil pengamatan lapangan atau berdasarkan penyesuaian dengan peta rupa bumi. Training area yang telah didapatkan tersebut kemudian bisa dijadikan sebagai masukan dalam proses klasifikasi untuk keseluruhan citra .

Salah satu algoritma yang sering digunakan dalam klasifikasi terbimbing adalah Maximum Likelihood Algorithm. Dalam algorithm ini, diasumsikan bahwa objek yang homogen atau sama akan selalu menampilkan histogram nilai kecerahan yang terdistribusi normal. Pada citra yang dihasilkan, masing-masing kelas penutupan akan menghasilkan penampakan yang khas dan berbeda dari penampakan kelas lainnya.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi sebagai acuan dalam menilai kondisi Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Flores Timur berdasarkan hasil perhitungan

Pada gambar 11 atap yang awal mulanya berada di dalam secara otomatis akan bergerak keluar atau menutup ketika cuaca mendung, Sehingga ketika turun hujan,

Rute Jalur Jalan Kendaraan Angkut Minggu III Dari Tabel 4.16 dan Tabel 4.17 dapat dilihat bahwa: - Kendaraan angkut mengalami kecepatan yang relatif lebih kecil dan waktu tempuh

Tablet yang dihasilkan kemudian dilakukan pengujian sifat fisik, meliputi kekerasan, kerapuhan, waktu disintegrasi, waktu pembasahan, rasio absorpsi air, dan uji

Studi ini mempunyai tujuan mengetahui faktor internal dan eksternal pendirian LSPro Agroindustri, berupa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki serta peluang dan ancaman yang

akan terjadi perubahan yang dapat diamati berupa terbentuknya gelembung- gelembung pada kedua scrubber yang menandakan adanya reaksi antara H 2 SO 4 dengan

CBUBO UJSPTJOBTF NBLB VKJ QFOHIBNCBUBO UJSPTJOBTF EJMBLVLBO QBEB NJOHHV LF o 4FUFMBI QFOZJNQBOBO NJOHHV OJMBJ QFSTFO QFOHIBNCBUBO UJSPTJOBTF EBSJ LFEVB LSJN NFOHBMBNJ QFOVSVOBO