• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. Pariwisata merupakan bentuk perjalanan sementara waktu meninggalkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. Pariwisata merupakan bentuk perjalanan sementara waktu meninggalkan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

2.1 PENGERTIAN PARIWISATA

Pariwisata merupakan bentuk perjalanan sementara waktu meninggalkan tempat semula ke tempat yang lain, tidak untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi untuk menikmati kegiatan dan rekreasi. Richard Sihite menyatakan:

“Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.”

Pariwisata merupakan perjalanan dari suatu tempat ke tempat yang lain, yang bersifat sementara bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi untuk melakukan perjalanan, dapat dilakukan perorangan maupun kelompok, (dalam Yoeti; 1983 hal.112) menyatakan:

“Istilah “Pariwisata” yang digunakan di Indonesia sebagai terjemahan dari Bahasa Inggris “Tourism”. Secara etimologi berasal dari Bahasa Sansekerta, yang terdiri dari dua suku kata, yakni “pari” dan “wisata”. Pari artinya banyak, berkali-kali, atau berkeliling. Sedangkan wisata berarti perjalanan atau dapat diartikan dengan berpergian. Secara garis besarnya dapat diartikan suatu perjalanan yang dilakukan berkali-kali dari suatu tempat ke tempat lain”.

(2)

Pariwisata merupakan suatu kebutuhan yang menumbuhkan cinta akan keindahan alam, hasil dari perkembangan zaman dan kecanggihan transportasi dan komunikasi, E. Guyer Freuler (Soekadijo, 1997) menyatakan pengertian pariwisata dengan memberi batasan sebagai berikut:

“Pariwisata dalam pengertian modern adalah merupakan fenomena dari zaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhkan (cinta) terhadap keindahan alam dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil dari pada perkembangan perniagaan, industri, perdagangan serta penyempurnaan dari pada alat-alat pengangkutan.”

Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1990, pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.

Pariwisata adalah kegiatan ekonomi dengan pergerakan masuk keluar suatu kota, daerah atau negara. Ahli ekonomi Austria, Herman V. Schulard (Soekadijo; 1997) memberikan batasan pariwisata yakni “...Kepariwisataan adalah sejumlah kegiatan, terutama yang ada kaitannya dengan kegiatan perekonomian yang secara langsung berhubungan dengan masuknya, adanya pendalaman dan bergeraknya orang-orang asing keluar masuk suatu kota, daerah atau negara.”

Pariwisata merupakan suatu aktivitas yang bersifat sementara tidak untuk memperoleh penghasilan dan untuk menikmati perjalanan sebagai rekreasi untuk memenuhi keinginan yang beragam tanpa adanya suatu paksaan, menurut Hunzieker dan Kraff (dalam Yoeti;1996 hal.115) menyatakan:

(3)

“ilmu pariwisata adalah keseluruhan dari segala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pediaman orang-orang asing dari segala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pediaman itu tidak tinggal menetap dan tidak memperoleh penghasilan dan aktivitas yang bersifat sementara”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan oleh perorangan maupun kelompok untuk sementara waktu dari tempat asal ke tempat tujuan dengan maksud bukan mencari nafkah (menjalankan usaha) ataupun menetap di tempat yang dikunjungi, tetapi untuk menikmati perjalanan, rekreasi dan atau untuk memenuhi keinginan yang beragam tanpa adanya unsur paksaan.

2.2 BENTUK DAN JENIS PARIWISATA

Secara umum bentuk pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan objek yang dapat disaksikan pengunjung menurut situasi tertentu dan waktu yang tepat, serta kemauan untuk mengunjungi objek tersebut. Bentuk dan jenis pariwisata membantu dalam menetapkan langkah-langkah tepat mengembangkan objek dan daya tarik wisata. Langkah-langkah tersebut seperti kapan dan darimana wisatawan yang menjadi sasaran. Adapun bentuk dan jenis pariwisata (dalam Yoeti;1983 hal.111) dikelompokkan sebagai berikut:

1. Menurut Letak Geografi

a. Pariwisata Lokal (Local Toruism) b. Pariwisata Regional (Regional Tourism) c. Nasional Tourism (Domestic Tourism) d. Regional International Tourism

(4)

2. Menurut Tujuannya :

a. Pariwisata Rekreasi (Recreational Tourism) b. Pariwisata Budaya (Culture Tourism) c. Pariwisata Olahraga (Sport Tourism) d. Pariwisata Sosial (Social Tourism)

e. Pariwisata Kesehatan (Recuperational Tourism) f. Pariwisata Politik (Political Tourism)

g. Pariwisata Keagamaan (Religion Tourism)

3. Menurut pengaruhnya terhadap neraca pembayaran :

a. Pariwisata Aktif (kegiatan pariwisata yang mendatangkan devisa dengan masuknya wisatawan asing ke dalam suatu negara tertentu).

b. Pariwisata Pasif (kegiatan pariwisata yang mengurangi cadangan devisa negara ditandai dengan keluarnya penduduk ke suatu negara lain ke negara lain untuk melakukan kegiatan kunjungan).

4. Menurut alasannya :

a. Seasional Tourism (kegiatan pariwisata yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu).

b. Occational Tourism (kegiatan pariwisata yang dilakukan menurut kejadian atau event-event tertentu).

2.3 WISATAWAN

Menurut The Comitee of Statisticsl Expert of the Language of Nation pada tahn 1937 menyatakan bahwa wisatawan adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara selain negara dimana dia biasa tinggal, dan dengan periode setidak-tidaknya 24 jam. Adapun yang biasa disebut wisatawan adalah:

1. Orang-orang yang berpergian dengan tujuan untuk bersenang-senang, alas an keluarga, untuk tujuan kesehatan, dan sebagainya.

2. Orang-orang yang berpergian dengan tujuan untuk melakukan pertemuan atau mewakili kedudukan sebagai diplomat, misi keagamaan, dan sebagainya.

(5)

3. Orang-orang yang singgah dalam pelayaran laut sekalipun mereka tidak tinggal 24 jam.

Berikut ini yang tidak dapat disebut sebagai wisatawan adalah:

1. Orang-orang yang datang baik atas dasar kontrak maupun tidak, mencari pekerjaan dan atau bekerja pada suatu aktifitas usaha di negara tujuan.

2. Orang-orang lain yang datang untuk menetap menjadi penduduk di negara tersebut.

3. Pelajar dan orang-orang muda yang menginap di suatu pemondokan/ asrama. Uraian di atas dapat didefenisikan dalam dua aspek antara lain:

1. Pelancong (Exercursionist), adalah orang yang tinggal kurang dari 24 jam di negara yang dikunjungi.

2. Wisatawan (Tourist), adalah pengunjung yang tinggal lebih dari 24 jam di negara yang dikunjungi/ daerah tujuan wisata dan tujuan perjalanannya diklasifikasikan sebagai berikut:

1. menggunakan waktu luang untuk berekreasi, hiburan, kesehatan, studi, olahraga, keagamaan.

2. bertujuan untuk dagang, keluarga, misi dan pertemuan (Michael Peters, hal.14-15).

Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1969 yang berasal dari instruksi presiden, disebutkan bahwa wisatawan adalah setiap orang yang berpergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan

(6)

dari kunjungan tersebut. Sedangkan Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 disebutkan bahwa wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

Menurut Burkart dan Medlik (dalam Toety Heraty;1998 hal.4-5), wisatawan memiliki empat ciri utama, yakni:

1. Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di berbagai tempat tujuan.

2. Tempat tujuan wisata berbeda dari tempat tinggal dan tempat kerjanya sehari-hari, karena itu kegiatan wisatawan tidak sama dengan kegiatan penduduk yang berdiam dan bekerja di tempat tujuan wisatawan.

3. Wisatawan bermaksud pulang kembali dalam beberapa hari atau bulan; karena itu perjalanannya bersifat sementara dan berjangka pendek.

4. Wisatawan melakukan perjalanan bukan untuk mencari tempat tinggal untuk menetap di tempat tujuan atau bekerja untuk mencari nafkah.

Sebuah konsep yang lain dikemukakan oleh Cohen (dalam Toety Heraty;1998 hal.5) tentang wisatawan adalah “...seorang pelancong yang melakukan perjalanan atas kemauan sendiri dan untuk sementara waktu saja, dengan harapan mendapat kenikmatan dari hal-hal baru dan perubahan yang dialami selama dalam perjalanan yang relatif lama dan tidak terulang”.

Dari berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa wisatawan adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara atau daerah tujuan wisata bukan untuk bekerja dan dalam kurun waktu lebih dari 24 jam.

2.4 PENGERTIAN OBJEK WISATA DAN DAYA TARIK WISATA

Objek wisata atau dengan istilah “Tourist Attraction” yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang yang mengunjungi suatu daerah tertentu

(7)

(Arwina;www.google.com). Mengacu pada istilah bahasa inggrisnya “tourist attraction” yang lebih mengarah ke makna “atraksi wisata”, maka muncul beberapa defenisi yang berbeda. Beberapa defenisi yang lazim dikenal di Indonesia dan resmi datang dari pemerintah, (dalam Yoeti;1983 hal.160) menyatakan:

1. Menurut UU No. 9/1990

“...Objek wisata adalah semua hal-hal yang menarik untuk dilihat, dirasakan oleh wisatawan yang bersumber pada alam.”

2. SK. Menteri Pertanian & MENPARPOSTEL No. 204/KPTS/HK.050/4/1989 dan No. KM47/PW.004/MPPT/89

“...Objek wisata adalah satu tempat (alam) yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan dikembang sehingga mempunyai daya tarik wisata yang dikunjungi wisatawan.”

3. Peraturan Pemerintah No.24/1979

“...Objek wisata adalah perwujudan dari pada ciptaan manusia, cara hidup, seni budaya, sejarah bangsa, dan juga suatu alam yang menarik untuk dikunjungi.”

4. Undang-Undang No.9 Tahun 1990

“atraksi wisata adalah semua segala sesuatu yang menarik untuk dilihat, dirasakan dan dinikmati oleh wisatawan yang kesemuanya merupakan hasil kerja manusia.”

Kepuasan wisatawan pada suatu daerah tujuan wisata tergabung atas dua faktor, (dalam Yoeti;1996 hal.162) menyatakan:

1. Tourism Resources

Merupakan segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata dan menarik untuk disaksikan, yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Natural Amenities, adalah benda-benda yang tersedia di alam seperti iklim, fauna dan flora, sumber air panas (hot spring), dan lain-lain.

b. Hasil ciptaan manusia (man-made suppty), adalah benda-beda buatan yang bersejarah, mengandung nilai kebudayaan dan keagamaan seperti monumen, museum, rumah-rumah ibadah, dan sebagainya.

c. Tata cara hidup masyarakat (the way of life) 2. Tourism Services

Merupakan suatu pelayanan yang diberikan kepada wisatawan selama melakukan perjalanan.

(8)

Selain itu, ada tiga syarat suatu daerah menjadi suatu daerah tujuan wisata yang potensial yakni:

1. Something to see, adalah daerah yang menjadi tujuan wisata mempunyai daya tarik khusus di samping atraksi wisata yang dapat menjadi “entertainments” bagi pengunjung.

2. Something to do, adalah bahwa selain banyak yang dapat disaksikan, haruslah ada fasilitas rekreasi (amusements) yang membuat wisatawan betah tinggal di sana.

3. Something to buy, di tempat wisata harus tersedia fasilitas untuk berbelanja seperti souvenirs dan hasil kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh yang dapat dibawa pulang ke tempat asal. Fasilitas lain yang sebaiknya tersedia adalah money changer, bank, kantor pos, telepon, dan sebagainya.

2.5 SARANA DAN PRASARANA PARIWISATA 2.5.1 Sarana Pariwisata

Sarana Pariwisata adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung dan hidup serta kehidupannya tergantung pada kedatangan wisatawan.

(9)

Sarana kepariwisataan tersebut adalah: 2.5.1.1 Sarana Akomodasi

Sarana akomodasi merupakan wahana yang menggunakan sebagian dan atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makan, minum, dan jasa lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial. Menurut Surat Keputusan Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi No.37/PW.304/MPT/86 tanggal 17 Juni 1986, yang dimaksud dengan pengertian akomodasi adalah wahana yang menyediakan pelayanan jasa penginapan yang dilengkapi dengan pelayanan makan dan minum serta jasa lainnya seperti : hotel, losmen, bungalow, dan sebagainya. 2.5.1.2 Sarana Transportasi

Sarana transportasi dalam industri pariwisata sangat vital sekali, mengingat hal ini merupakan mobilisasi wisatawan dari suatu tempat ke tempat lainnya. Sebagai komponen wisata, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan sarana transportasi ini, antara lain model transportasi, jenis fasilitas, biaya dan lokasi. Berikut ini bagian sarana transportasi (angkutan wisata) yang terlibat dalam perhitungan paket tur (dalam Yoeti;1983 hal.172):

a. Charter pesawat udara atau pesawat udara dengan jadwal tetap (reguler); b. Feri penyeberangan, hovercraft (kapal cepat), hydrofaol atau catamaran; c. Kapal pesiar (cruise line ship);

d. Kereta api ekspress, subway; e. Coach dan mobil sewaan;

f. Transportasi lokal: delman, becak, kereta kuda yang melayani khusus pariwisata saja.

2.5.1.3 Sarana Makanan dan Minuman (Restoran)

Dilihat dari lokasi, ada restoran yang berada di dalam hotel dan menjadi bagian atau fasilitas yang bersangkutan, adapula restoran yang berdiri sendiri secara

(10)

independen. Begitu juga dengan rumah makan, depot atau warung-warung yang berada di sekitar objek wisata dan memang mencari mata pencaharian berdasarkan pengunjung dari objek wisata tersebut.

2.5.1.4 Art Shop (Toko Sovenir)

Komponen-komponen ini identik dengan buah tangan, oleh-oleh atau kenang-kenangan dari suatu tempat kunjungan dalam bentuk barang tertentu. Barang-barang yang dijual ciri khusus sesuai dengan kondisi dan karakteristik daerah tempat cinderamata tersebut berada. Toko-toko penjual cinderamata khas dari objek wisata tersebut yang notabene mendapat penghasilan hanya dari penjualan barang-barang cinderamata khas objek tersebut (dalam Yoeti;1996 hal.185). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam komponen ini antara lain jenis barang, kapasitas, lokasi, harga, kualitas dan keunikannya. Barang-barang tersebut akan menjadi kenangan tersendiri bagi wisatawan.

2.5.2 Prasarana Pariwisata

Prasarana pariwisata adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam. Prasarana tersebut antara lain, (Yoeti;1996 hal.181-183) menyatakan:

1. perhubungan: jalan raya, rel kereta api, pelabuhan udara dan laut, terminal. 2. instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih.

3. sitem telekomunikasi, baik itu telepon, telegraf, radio, televisi, kantor pos. 4. pelayanan kesehatan baik itu puskesmas maupun rumah sakit.

5. pelayanan keamanan baik itu pos satpam penjaga objek wisata maupun pos-pos polisi untuk menjaga keamanan di sekitar objek wisata.

(11)

6. pelayanan wisatawan baik itu berupa pusat informasi ataupun kantor pemandu wisata.

7. pom bensin dan lain-lain.

Dalam pengembangan sebuah objek wisata sarana dan prasarana tersebut harus dilaksanakan sebaik mungkin karena apabila suatu objek wisata dapat membuat wisatawan untuk berkunjung dan betah untuk melakukan wisata tersebut maka akan mendatangkan pengunjung yang kelak sangat berguna juga untuk peningkatan sektor ekonomi baik untuk komunitas di sekitar objek wisata tersebut maupun pemerintah daerah.

2.6 MOTIVASI PERJALANAN WISATA

Salah satu sifat alami dan menjadi cirri manusia adalah melakukan pergerakan. Manusia tidak dapat berdiam diri hanya di suatu tempat saja, tetapi selalu ingin mengetahui sesuatu yang baru yang belum dilihatnya sebelumnya. Dengan bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya keadaan social ekonomi, mendorong manusia untuk selalu bergerak. Pergerakan ini timbul dari berbagai macam dorongan kebutuhan dan kepentingan yang sering dikenal dengan istilah motivasi. Motivasi-motivasi tersebut (dalam Yoeti;1982 hal.80) adalah sebagai berikut:

1. Dorongan kebutuhan kepentingan keagamaan, pendidikan 2. Dorongan keamanan

3. Dorongan kesehatandan pemukiman 4. Dorongan kepentingan politik

(12)

6. Dorongan kebutuhan minat kebudayaan, hubungan keluarga, olahraga dan rekreasi.

Menurut M. Intosh (Nyoman;1999 hal.155), motivasi kunjungan wisata dapat dikelompokkan:

a. Physical motivations

Hal ini banyak hubungannya dengan hasrat untuk mengembalikan kondisi fisik, beristirahat, santai, berolah raga, atau pemeliharaan kesehatan agar kegairahan bekerja timbul kembali.

b. Cultural motivations

Motivasi kunjungan wisata karena keinginan pribadi seseorang untuk melakukan perjalanan wisata agar dapat melihat dan mengetahui negara lain, penduduknya, tata cara hidupnya serta adat istiadatnya yang berbeda dengan negara lainnya. c. Interpersonal motivations

Motivasi kunjungan wisata yang didorong oleh keinginan seseorang untuk mengunjungi sanak-keluarganya, kawan-kawan, atau ingin menghindarkan diri dari lingkungan kerja, ingin mencari teman-teman baru dan lain-lain. Secara singkat motivasi ini erat hubungannya dengan keinginan untuk melarikan diri dari kesibukan rutin sehari-hari.

d. Status and presige motivations

Motivasi kunjungan wisata seeseorang untuk memperlihatkan siapa dia, kedudukannya; statusnya dalam masyarakat tertentu demi prestise pribadinya. Jadi sifat perjalanan ini sangat emosional dan adakalanya dihubungkan dengan perjalanan bisnis, dinas, pendidikan, profesi, hobi, dan lain-lain.

Jadi dapat disimpulkan bahwa banyak sekali motivasi-motivasi atau alasan-alasan seseorang melakukan kunjungan wisata. Orang melakukan kunjungan wisata karena ada hasrat untuk mengembalikan kondisi fisik, istirahat, untuk mengetahui adat istiadat yang berbeda dengan negara asalnya, keinginan untuk mengunjungi sanak-keluarganya, serta motivasi untuk memperlihatkan kedudukannya atau status dalam masyarakat, ini biasanya hanya untuk kepentingan tersendiri.

(13)

2.7 PRODUK INDUSTRI PARIWISATA 2.7.1 Pengertian Industri Pariwisata

Industri pariwisata adalah keseluruhan hasil produksi, keuntungan barang dan jasa serta pembawaan khusus pada wisatawan. Demikianlah pernyataan Hunzieker (dalam Yoeti;1996 hal.150): “…tourism enterprise are all business entities, which combining various means of production, provide goods, and service of a specilly tourist nature.”

Batasan lain diberikan oleh L.J. Lickorish dan A.C. Kershaw (dalam Yoeti;1996 hal.149) dari British Travel Association (BTA) tentang industri pariwisata:

“…industri pariwisata adalah keseluruhan para penjual produk wisata yang secara bersama-sama memberikan kepuasan kepada wisatawan.” Industri tersebut dikelompokkan:

• Industri pokok, melayani dalam hal tranportasi, penginapan, makanan dan persiapan perjalanan (travel agent, tour operator, etc.)

• Industri tambahan, industri pariwisata yang menyediakan souvenirs serta kebutuhan lainnya, hiburan, pelayanan bank, dan lainnya.

Defenisi yang lain disampaikan oleh R.S. Darmaji (dalam Yoeti;1996 hal.153) menyatakan:

“industri pariwisata merupakan rangkuman dari berbagai macam bidang usaha yang secara bersama-sama menghasilkan produk maupun jasa atau pelayanan yang nantinya baik secara langsung maupun tidak langsung akan dibutuhkan oleh para wisatawan selama perjalanan.”

(14)

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa industri pariwisata adalah keseluruhan kegiatan hasil produksi yang menghasilkan produk barang dan jasa dan bermanfaat dalam pengembangan bidang pariwisata.

2.7.2 Produk Industri Pariwisata

Pariwisata yang merupakan sebuah industri menghasilkan jasa-jasa (services) sebagai produk yang dibutuhkan para wisatawan. Menurut Medlik & Medliton dalam tulisan mereka “The Formulation in Tourism” (dalam Yoeti;1983 hal.151-152) menyatakan: “…yang dimaksudkan dengan hasil (product) industri pariwisata adalah semua jasa atau service yang dibutuhkan wisatawan semenjak ia berangkat meninggalkan tempat kediamannya sampai ia kembali ke rumah dimana ia tinggal.” Pada dasarnya ada tiga golongan pokok poduk industri pariwisata yaitu:

1. Tourist Object atau produk pariwisata yang terdapat pada objek-objek wisata yang menjadi daya tarik orang-orang untuk datang berkunjung.

2. Fasilitas yang dperlukan di daerah tujuan wisata tersebut seperti akomodasi, bar, restoran, hiburan, rekreasi, souvenir, bank, money changer, perangko, dan lainnya.

3. Transportasi yang menghubungkan tempat asal wisatawan dengan daerah tujuan wisata serta transportasi ke objek-objek pariwisata.

(15)

Secara terperinci dapat kita gambarkan jasa-jasa yang merupakan produk industri pariwisata yang dibutuhkan oleh seorang wisatawan ketika ia meninggalkan kediamannya hingga ia kembali pulang. Secara berurutan adalah sebagai berikut: Saat berangkat:

1) Jasa travel agent untuk mengurus dokumen perjalanan seperti passport, exit-permit, visa, tiket transportasi.

2) Jasa Taxi untuk transfer dari rumah ke bandara waktu berangkat (departure). 3) Jasa maskapai penerbangan yang membawa ke tempat tujuan yang

dikehendaki.

4) Jasa Taxi/ Coach-Bus dari bandara ke tempat penginapan saat tiba di daerah tujuan.

5) Jasa akomodasi di tempat yang dituju selama kunjungan.

6) Jasa tour operator untuk kegiatan sightseeing tour ke objek-objek wisata. 7) Jasa yang diberikan di objek pariwisata berupa atraksi wisata, hiburan, dan

lainnya.

8) Jasa souvenirs shop dan handicraft center, dan lain-lain. Saat kembali:

1) Jasa taxi untuk transfer dari hotel ke bandara.

2) Jasa maskapai penerbangan dari tempat yang telah dikunjungi kembali ke daerah asal.

(16)

4) Mailing Services bagi wisatawan yang membeli souvenirs kemudian menggunakan jasa pengiriman untuk meringankan bawaan.

2.8 HUBUNGAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 2.8.1 Pengertian Kebudayaan

Pengertian kebudayaan menurut oleh E.B. Tailor adalah keseluruhan yang kompleks dan di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian moral, hukum, adat-istiadat, kemampuan lain dan kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat.

Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatnya dengan belajar dan kesemuanya itu tersusun dalam kehidupan masyarakat.

2.8.2 Hubungan Kebudayaan dan Pariwisata

Secara ekonomi, hubungan kebudayaan dengan pariwisata dinyatakan dalam bentuk penggunaan kekayaan kebudayaan untuk membentuk atraksi-atraksi baik living attraction (seni tari, itual adat, dll.) maupun non-living attraction (arsitektur bangunan, peninggalan sejarah, dll.). Atraksi budaya dapat disuguhkan dalam suatu pameran, festival, event yang dapat memberikan kesempatan kerja bagi seniman, penyelenggara, serta masyarakat yang bekerja dalam industri pendukung pariwisata (hotel, homestay, restoran, transportasi, dll.)

(17)

Implikasi sosial yang ditimbulkan oleh hubungan kebudayaan dan pariwisata adalah keuntungan positif dari hasl pendekatan masyarakat dunia dengan berbagai peradaban yang pada akhirnya menimbulkan kerja sama. Hubungan kebudayaan dan pariwisata juga menghasilkan nilai dan pemeliharaan, termasuk pengawasan serta bimbingan akan kekayaan kebudayaan. Restorasi dan proyek konservasi terhadap benda-benda, monumen sejarah, dan segala warisan peninggalan bersejarah harus dirancang dan dijaga. Pembentukan desain produk pariwisata hendaknya tidak hanya “to please the tourist” tanpa menjaga keaslian dan keindahan budaya.

Referensi

Dokumen terkait

Dari data pada tabel 6 dapat diketahui bahwa tingat aktivitas belajar peserta didik kelas III Sekolah Dasar Negeri 14 Beberuk Kapuas Hulu dalam pembelajaran IPA

Sehat selain sebagai salah satu hak dasar manusia, juga merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), yang

Masa kini yang kemu dian ber- kisah ke masa lalu, khususnya masa abad pertengah- an yang menggam- barkan perta- rungan antara pihak gereja (Katolik) dengan kelompok

Dengan mengintroduksikan teknologi inovasi spesifik lokasi yang di dalamnya sudah mencakup teknik pengendalian parasit dan penyakit ternak, maka kawasan tipologi lahan

Sama halnya pada pengukuran kadar air kulit kemiri, pada pengukuran kadar air daging kemiri juga didapatkan bahwa pengeringan dengan mesin pengering lebih baik

”Adapun metode yang dilakukan dalam SIAP PPDB online di SMAN 2 Tanjung Morawa yaitu mengharuskan siswa mendaftar online yang dilakukan di sekolah, mulai dari

1.2.1 Jelaskan manfaat program studi terhadap institusi, masyarakat, serta bangsa dan negara. Untuk pengusulan program studi baru yang diusulkan oleh perguruan tinggi lama,

Tidak sesuai untuk penggunaan: Material ini tidak diperuntukkan untuk digunakan dalam produk yang kontak dalam jangka waktu lama dengan selaput lendir, cairan tubuh atau