• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar. Badan Standar Nasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar. Badan Standar Nasional"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

1. Pengertian Kompetensi Guru

Kompetensi adalah kumpulan pengetahuan, perilaku dan keterampilan yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan, pelatihan dan belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) mengembangkan standar kompetensi guru dan dosen, badan ini yang memiliki kewenangan mengembangkan standar kompetensi guru dan dosen yang hasilnya ditetapkan dengan peraturan Menteri. Namun dapat dicermati pendapat Johnson (1974) yang mengatakan kompetensi merupakan perilaku rasional guna mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan (Sanjaya, 2017:40). Menurut UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 10 Ayat 1, disebutkan : “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 mencakup kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”.

Tugas guru yang utama ialah mengajar dan mendidik murid di kelas. Guru selalu berhadapan dengan murid yang memerlukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap utama untuk menghadapi hidupnya di masa depan. Guru menurut UU No. 14 Tahun 2005 Tentang guru dan dosen Pasal 10 Ayat 1 menjelasan yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia,

(2)

arif, dan berwibawa, serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan mastarakat sekitar. Sejalan dengan isi undang-undang tersebut, Cooper (1990), sebagaimana yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Wina Sanjaya dalam bukunya(2016:9), peran yang harus dilakukan guru sebagai penentu keputusan (decision maker). Terdapat tiga peran utama yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yakni :

a. Sebagai perencana program pembelajaran 1) Mengembangkan indikator hasil belajar;

2) Mengembangkan isi dan materi pelajaran sesuai dengan indikator hasil belajar;

3) Merancang kegiatan pembelajaran yang mencakup strategi pembelajaran, menentukan metode pembelajaran serta membuat langkah-langkah pembelajaran;

4) Menentukan sumber belajar untuk mencapai indikator hasil belajar; dan

5) Menentukan dan mengembangkan alat evaluasi untuk mengukur keberhasilan siswa mencapai indikator hasil belajar.

b. Kemampuan guru dalam mengimplementasikan program pembelajaran 1) Kemampuan untuk membuka dan menutup pelajaran;

(3)

3) Kemampuan bertanya;

4) Kemampuan guru menyampaikan materi pelajaran melalui bahasa yang komunikatif;

5) Kemampuan guru memberikan penguatan terhadap respons siswa dengan bahasa maupun dengan isyarat; dan

6) Kemampuan menggunakan berbagai media pembelajaran baik media pembelajaran sederhana maupun media elektronik.

c. Sebagai Evaluator

Kemampuan guru untuk mencari berbagai kelemahan dirinya untuk mengelola pembelajaran yang kemudian dinamakan evaluasi fungsi formatif serta kemampuan untuk menilai keberhasilan siswa dalam mencapai indikator hasil belajar yang kemudian dinamakan evaluasi fungsi sumatif.

Sebagaimana penjelasan diatas selain guru harus memiliki kompetensi seperti (pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial) sehingga guru dapat mengintegrasikan peran utamanya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, guru juga harus dapat memahami makna dari kompetensi tersebut yang dapat meningkatkan profesionalitasnya dalam mengajar.

Kompetensi merupakan peleburan dari pengetahuan (daya pikir), sikap (daya kalbu), dan keterampilan (daya fisik) yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan. Dengan kata lain, kompetensi merupakan perpaduan antara penguasaan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam

(4)

melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Dapat juga dikatakan bahwa kompetensi merupakan gabungan dari kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman, apresiasi dan harapan yang mendasari karakteristik seseorang untuk merunjuk kerja dalam menjalankan tugas atau pekerjaan guna mencapai standar kualitas dalam pekerjaan nyata. Jadi, kompetensi adalah seperangkat pengetahun, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru untuk dapat melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Rumusan kompetensi di atas mengandung tiga aspek seperti dalam buku Sanjaya (2016 : 20) yaitu: (1) kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pengalaman, apresiasi dan harapan yang menjadi ciri dan karakteristik seseorang dalam melaksanakan tugas. Aspek ini menunjuk pada kompetensi sebagai gambaran subtansi atau materi ideal yang seharusnya dikuasai atau dipersyaratkan untuk dikuasai oleh guru dalam menjalankan pekerjaannya. Dengan demikian seseorang dapat dipersiapkan atau belajar untuk menguasai kompetensi tertentu sebagai bekal ia bekerja secara profesional; (2) ciri dan karakteristik kompetensi yang digambarkan dalam aspek pertama itu tampil nyata (manifest) dalam tindakan, tingkah laku dan unjuk kerjanya. Aspek ini merujuk pada kompetensi sebagai gambaran untuk kerja nyata yang tampak dalam kualitas pola pikir, sikap dan tindakan seseorang dalam menjalankan pekerjaannya secara piawai. Seseorang dapat saja berhasil menguasai secara teoritik seluruh aspek material kompetensi yang diajarkannya dan dipersyaratkan. Namum begitu jika dalam praktek

(5)

tindakan nyata saat menjalankan tugas atau pekerjaan tidak sesuai dengan standar kualitas yang dipersyaratkanya maka ia tidak dapat dikatakan sebagai seseorang yang berkompeten atau tidak piawai; (3) hasil unjuk kerjanya yaitu memenuhi kriteria standar kualitas tertentu. Aspek ini merujuk pada kompetensi sebagai hasil (out put dan atau out come) dari unjuk kerja. Kompetensi seseorang mencirikan tindakan atau perilaku serta mahir dalam melaksanakan tugas untuk menghasilkan tindakan kerja yang efektif dan efisien, hasilnya merupakan produk dari kompetensi seseorang dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya.

Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru adalah kompetensi yang wajib dimiliki oleh pendidik atau guru yang berhubungan dalam pembelajaran, kepribadian, sosial dan profesional. Kompetensi guru juga berarti kecakapan, kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang yang bertugas mendidik siswa agar mempunyai kepribadian yang luhur dan mulia sebagaimana tujuan dari pendidikan. Diharapkan dengan guru yang memiliki kompetensi yang sangat bagus akan berdampak baik bagi peserta didik.

2. Komponen Kompetensi

Guru merupakan profesi yang harus dilakukan secara efektif dan efisien, untuk menguasai kompetensi guru harus melalui pendidikan atau pelatihan khusus. Kompetensi memiliki beberapa komponen yang perlu diperhatikan, menurut Nana Sudjana (Janawi, 2012:41) menjelaskan pembagian kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi tiga aspek, yaitu :

(6)

a) Kompetensi bidang Kognitif

Kompetensi bidang kognitif berhubungan dengan kompetensi intelektual seperti penguasaan materi, pengetahuan tentang cara mengajar, pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan bimbingan dan penyuluhan, pengetahuan tentang administrasi kelas, dan cara mengevaluasi hasil belajar anak.

b) Kompetensi bidang sikap

Kompetensi bidang sikap berhubungan dengan kesiapan dan kesediaan guru terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan profesinya, seperti sikap mencintai pekerjaannya dan lainnya. c) Kompetensi perilaku/performance

Kompetensi ini berhubungan dengan keterampilan/perilaku guru, seperti keterampilan mengajar, membimbing, menilai, menggunakan alat bantu (teknologi pendidikan), dan berkomunikasi dengan anak.

Lebih lanjut menurut Roestiyah, kompetensi-kompetensi dasar yang harus dimiliki guru sebagaimana yang dilakukan pada Proyek Pembinaan Pendidikan Guru (P3G), paling tidak meliputi sepuluh komponen pokok (Janawi, 2012: 40-41), yaitu:

a) Menguasai bahan, meliputi bahan bidang studi dan kurikulum sekolah, aplikasi bidang studi, menguasai bahan dan metodologinya serta menguasai bahan untuk bidang studi yang terspesialisasi.

b) Mengelola program belajar mengajar, meliputi perumusan tujuan instruksional, menggunakan metode mengajar, memilih dan

(7)

menyusun prosedur instruksional yang tepat, melaksanakan program belajar mengajar, mengenal potensi anak, perencanaan dan pelaksanaan remedial.

c) Mengelola kelas, meliputi mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran dan menciptakan iklim belajar yang serasi.

d) Menggunakan media/sumber, meliputi kemampuan mengenal, memilih dan melaksanakannya dalam proses belajar mengajar, membuatnya, pengelolaan dan menggunakan laboratorium dalam proses belajar mengajar, dan penggunaan perpustakaan sebagai sumber belajar.

e) Menguasai landasan-landasan kependidikan, seperti psikologi pendidikan, psikologi perkembangan anak dan lainnya.

f) Mengelola interaksi belajar mengajar.

g) Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. h) Pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan.

i) Penyelenggaraan administrasi sekolah.

j) Penggunaan hasil-hasil penelitian kependidikan.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi dasar guru memiliki beberapa kompenen penting. Salah satu komponen penting dalam kompetensi guru adalah penguasaan materi bahan ajar, guru harus menguasai materi bahan ajar agar rasa ingin tahu siswa terpenuhi. Guru juga harus menggunakan bahasa yang sekiranya mudah dipahami oleh siswa, agar siswa mudah memahami materinya. Tidak Cuma itu saja, guru harus kreatif dalam

(8)

menyampaikan materi misal menggunakan media agar siswa lebih tertarik untuk belajar.

3. Jenis Kompetensi Guru

Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi kemajuan pendidikan. Kompetensi guru merupakan hal yang harus dicapai seorang guru guna mencapai tujuan yang diharapkan. Jenis-jenis kompetensi guru meliputi kompetensi untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial Mulyasa (2013: 42). Berikut adalah penjelasan masing-masing kompetensi tersebut:

a. Kompetensi Pedagogik

Tugas utama guru adalah mengajar dan mendidik peserta didik di kelas. Guru di tuntut untuk mengembangkan dirinya dengan belajar terus menerus ilmu pengetahuan yang dimilikinya guna mendapat pembaruan karena peserta didik memerlukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk menghadapi masa depan. Menurut Mulyasa (2013: 42) kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Menurut Sagala (2009 : 32) kompetensi pedagogik bukanlah yang sederhana, karena kualitas guru haruslah di atas rata-rata kualitas ini dapat dilihat dari aspek intelektual diantaranya adalah aspek (1) logika sebagai pengembangan kognitif, (2) etika sebagai pengembangan afektif, (3)

(9)

estetika sebagai pengembangan psikomotorik. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan tersebut guru diminta untuk terus meningkatkan atau memperluas pengetahuan, sehingga memberikan dampak di dunia pendidikan.

b. Kompetensi Profesional

Tugas guru adalah mengajar murid. Guru tidak hanya sekedar mengetahui materi yang akan diajarkan, tetapi memahami secara luas dan mendalam. Menurut Slamet PH dalam buku Sagala (2009:39-40), kompetensi profesioanal terdiri dari beberapa Sub-Kompetensi (1) memahami mata pelajaran yang sudah di siapkan, (2) memahami standar kompetensi dan standar standar isi mata pelajaran yang tertera dalam Peraturan mentri dan bahan ajar dalam kurikulum, (3) memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang mencakup materi ajar, (4) memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait, (5) menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.

Sub-Kompetensi di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memperoleh kompetensi yang ditetapkan c. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan individu yang mencerminkan pribadi yang baik sehingga dijadikan teladan bagi peserta didik. Guru dituntut memiliki kepribadian yang bagus,

(10)

dengan mengajar yang baik dan meyakinkan akan menjadikan tauladan bagi para peserta didik. Menurut Mulyasa (2013: 42) kompetensi kepribadian adalah kepribadian pendidik yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Sedangkan menurut Usman (2004) kompetensi kepribadian meliputi (1) Kemampuan mengembangkan kepribadian, (2) Kemampuan berinteraksi dan komunikasi, dan (3) Kemampuan melaksankan bimbingan dan penyuluhan kompetensi kepribadian.

d. Kompetensi Sosial

Etika membangun hubungan antara guru dengan masyarakat dan orang tua siswa merupakan bagian dari kompetensi sosial guru menurut Sagala (2011 : 39) terkait dengan kemampuan guru sebagai makhluk sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial guru berperilaku santun, mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif dan menarik. Menurut Mulyasa (2013: 42) kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik dalam berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, dan masyarakat. Kompetensi ini berkaitan dengan kemampuan guru berinteraksi dengan peserta didik dan dengan orang yang ada di sekitar dirinya.

Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa guru harus memiliki 4 kompetensi yaitu : kompetensi pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian. Keempat kompetensi tersebut

(11)

merupakan pilar yang harus dimiliki guru agar pendidikan tetap berfungsi sebagaimana mestinya. Mengingat keempat kompetensi tersebut berpengaruh besar dalam pendidikan.

4. Pengertian Kompetensi Profesional

Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya keahlian. Artinya suatu keahlian (skill) dan kewenangan dalam suatu jabatan tertentu yang mensyaratkan kompetensi (pengetahuan, sikap dan keterampilan) tertentu secara khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Kemudian pengertian profesional dituangkan dalam pasal 1 ayat 4 undang-undang tersebut yang berbunyi “Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional (Kepmendiknas) No. 45 tahun 2002 disebutkan bahwa “kompetensi sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu”. Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1 ayat 10 menjelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan keprofesionalan. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang maksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan

(12)

membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Dalam pasal 8 Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) dikemukakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidikan, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Penjelasan diatas dapat disimpukan bahwa profesi guru merupakan sebuah profesi, yang hanya dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien oleh seseorang yang dipersiapkan agar menguasai kompetensi guru melalui pendidikan dan/atau pelatihan khusus. Seorang profesional akan terus menerus meningkatkan mutu karyanya secara sadar, melalui pendidikan dan pelatihan. Oleh karena pendayagunaan profesi guru secara formal dilakukan di lingkungan pendidikan formal termasuk sekolah yang bersifat berjenjang dan berbeda jenisnya, maka guru harus memenuhi persyaratan atau kualifikasi atau kompetensi sesuai jenis dan jenjang sekolah tempatnya bekerja. Sehubungan dengan itu, Djojonegoro yang dikutip dalam buku karangan Sudarwan Danim (2010:9) menyatakan bahwa profesionalisme dalam suatu jabatan ditentukan oleh tiga faktor penting. Ketiga faktor tersebut disajikan berikut ini:

a. Memiliki keahlian khusus yang dipersiapkan oleh program pendidikan keahlian atau spesialisasi

b. Kemampuan untuk memperbaiki kemampuan (keterampilan dan keahlian khusus yang dikuasai)

(13)

c. Penghasilan yang memadai sebagai imbalan terhadap keahlian khusus yang dimilikinya.

Guru dalam melaksanakan tugasnya harus bersikap terbuka, kritis, dan tidak ragu untuk mengaktualisasi penguasaan isi bidang studi, pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dan melaksanakan pembelajaran yang mendidik. Kompetensi guru diperlukan dalam rangka mengembangkan dan mendemonstrasikan perilaku pendidikan, bukan hanya sekedar mempelajari keterampilan-keterampilan mengajar tertentu, tetapi merupakan penggabungan dan aplikasi suatu keterampilan dan pengetahuan yang saling bertautan dalam bentuk perilaku nyata.

Pembahasan di atas menjelaskan tentang salah satu kompetensi guru, yaitu kompetensi profesional. Kompetensi ini berperan dalam bidang kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi ini lebih kepada penguasaan teoritis dan proses dalam pembelajaran. Kompetensi ini sangat penting, sehingga guru wajib memiliki kompetensi ini.

Menurut Uzer Usman (2002:15), ruang lingkup kompetensi professional meliputi hal-hal berikut:

a. Menguasai landasan kependidikan

1) Mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional

a) Mengkaji tujuan pendidikan nasional

(14)

c) Meneliti kaitan antara tujuan pendidikan dasar dan menengah dengan tujuan pendidikan nasional

d) Mengkaji kegiatan-kegiatan pengajaran yang menunjang pencapaian tujuan pendidikan nasional

2) Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat

a) Mengkaji peranan sekolah sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan.

b) Mengkaji peristiwa-peristiwa yang mencerminkan sekolah sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan

c) Mengelola kegiatan sekolah yang mencerminkan sekolah sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan

3) Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar

a) Mengkaji jenis perbuatan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap

b) Mengkaji prinsip-prinsip belajar

c) Menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam kegiatan belajar-mengajar

b. Menguasai bahan pengajaran

1) Menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan menengah

a) Mengkaji kurikulum pendidikan dasar dan menengah b) Menelaah buku teks pendidikan dasar dan menengah c) Menelaah buku pedoman khusus bidang studi

(15)

d) Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dinyatakan dalam buku teks dan buku pedoman khusus

2) Menguasai bahan pengayaan

a) Mengkaji bahan penunjang yang relevan dengan bahan bidang studi/mata pelajaran.

b) Mengkaji bahan penunjang yang relevan dengan profesi guru c. Menyusun program pengajaran

1) Menetapkan tujuan pembelajaran

a) Mengkaji ciri-ciri tujuan pembelajaran b) Dapat merumuskan tujuan pembelajaran

c) Menetapkan tujuan pembelajaran untuk satu satuan pembelajaran/pokok bahasan

2) Memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran

a) Dapat memilih bahan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

b) Mengembangkan bahan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

3) Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar a) Mengkaji berbagai metode mengajar

b) Memilih metode mengajar yang tepat

c) Merancang prosedur belajar mengajar yang tepat

4) Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai a) Mengkaji berbagai media pengajaran

(16)

c) Membuat media pengajaran yang sederhana d) Menggunakan media pengajaran

5) Memilih dan memanfaatkan sumber belajar

a) Mengkaji berbagai jenis dan kegunaaan sumber belajar b) Memanfaatkan sumber belajar yang tepat

d. Melaksanakan program pengajaran

1) Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat a) Mengkaji prinsip-prinsip pengelolaan kelas

b) Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi suasana belajar mengajar

c) Menciptakan suasana belajar mengajar yang baik d) Menangani masalah pengajaran dan pengelolaan 2) Mengatur ruangan belajar

a) Mengkaji berbagai tata ruang belajar

b) Mengkaji kegunaan sarana dan prasarana kelas c) Mengatur ruang belajar yang tepat

3) Mengelola interaksi belajar mengajar

a) Mengkaji cara-cara mengamati kegiatan belajar mengajar b) Dapat mengamati kegiatan belajar mengajar

c) Menguasai berbagai keterampilan belajar mengajar

d) Dapat menggunakan berbagai keterampilan dasar mengajar e) Dapat mengatur murid dalam kegiatan belajar mengajar e. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan

(17)

a) Mengkaji konsep dasar penilaian b) Mengkaji berbagai teknik penilaian c) Menyusun alat penilaian

d) Mengkaji cara mengolah dan menafsirkan data untuk menetapkan taraf pencapaian murid

e) Dapat menyelenggarakan penilaian pencapaian murid 2) Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan

a) Menyelenggarakan penilaian untuk perbaikan proses belajar mengajar

b) Dapat memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan proses belajar mengajar

5. Pengalaman Mengajar

Pengajar ataupun pendidik merupakan sebuah profesi yang bukan sembarangan karena butuh ketelitian, kompetensi, dan kemampuan yang memadai untuk dapat melakoni profesi tersebut. Beban moril dan profesi ini pun tidak mudah, guru dituntut untuk dapat membentuk moral peserta didik. Lamanya guru dalam mengajar akan mempengaruhi seberapa kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru, karena dengan pengalaman mengajar yang tinggi, diharapkan mampu menjadi guru yang kompeten dibidangnya sehingga mampu mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Pengalaman mengajar seorang guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan berbeda-beda antar guru, biasanya semakin lama masa mengajar guru maka pengalaman guru juga semakin banyak.

(18)

Pengalaman mengajar adalah merupakan salah satu faktor dalam mendukung pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Pengalaman mengajar yang dimiliki oleh seorang guru menjadi penentu pencapaian hasil belajar yang akan diraih oleh peserta didik sehingga tujuan yang akan diraih oleh sekolah dapat tercapai. Sehubungan dengan itu, Mansur Muslich yang dikutip dalam buku karangan Mulyasa (2011:38) menyatakan bahwa pengalaman mengajar adalah masa mengajar guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang (dapat dari pemerintah atau kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan). Peran guru yang begitu besar dalam pendidikan menjadi faktor penting dalam menentukan tinggi rendahnya kualitas hasil pendidikan.

Seorang guru tidak hanya dituntut memiliki kemampuan dan prestasi dalam mengajar. Sejalan dengan itu ada banyak indikator yang mempengaruhi pengalaman mengajar seperti dalam buku Mansur (2007:14) terdapat beberapa indikator pengalaman mengajar, yaitu sebagai berikut:

1) Mengikuti pendidikan dan latihan. Agar tugas-tugas guru semakin mantap dan informasi-informasi baru serta metode-metode mengajar baru cepat diterima oleh guru, setiap guru harus mengikuti pengembangan atau pelatihan penataran. Melalui pelatihan-pelatihan, guru diharapkan memperoleh penyegaran peningkatan efisiensi dan efektifitas kerja. Pendidikan dan latihan yang dimiliki oleh guru menentukan hasil yang dicapai dan guru

(19)

akan dapat menghindarkan kesalahan-kesalahan dalam bekerja. 2) Masa kerja atau lama mengajar. Di dalam menekuni bidangnya

guru selalu bertambah pengalamannya. Semakin lama mengajar diharapkan guru semakin banyak pengalaman. Pengalaman ini erat kaitannya dengan peningkatan profesionalisme pekerjaan. Guru yang sangat berpengalaman mengajar didunia pendidikan harus lebih profesional dibandingkan guru yang beberapa tahun mengajar didunia pendidikan. Lama mengajar merupakan faktor yang mendukung proses mengajar seorang guru, seorang guru akan dapat mengukur kemampuannya dalam mengajar secara lebih baik. Lama mengajar adalah masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang.

Guru yang mempunyai pengalaman yang baik akan lebih mudah melaksanakan proses belajar mengajar dikelas. Menurut Christina (1991 : 15) keuntungan yang banyak diperoleh guru dari pengalaman mengajarnya adalah:

1) Mampu menyusun persiapan mengajar dengan tepat dan cepat. 2) Mudah beradaptasi dengan siswa.

3) Responsive terhadap masalah-masalah pengajaran terutama yang berkaitan dengan proses belajar-mengajar.

4) Fleksibel dalam menggunakan media pembelajaran. 5) Mudah memacu siswa untuk berprestasi.

(20)

Banyak hal yang diperoleh guru melalui pengalaman- pengalamannya, baik yang berhubungan dengan kemampuan mengajarnya maupun yang berhubungan dengan penguasaan guru terhadap materi pelajaran

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian mengenai kompetensi profesional ini sudah pernah dilakukan, salah satu contoh dalam jurnal Nurry Marfu’ah (2012) “Perbandingan Kompetensi Profesional Antara Guru Pendidikan Agama Islam Yang Telah Mengikuti Program Sertifikasi Dan Yang Belum Mengikuti Program Sertifikasi Di Sekolah Menengah Pertama Se Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru”. Penelitian mengenai kompetensi profesional juga pernah dilakukan oleh Restu Nur Ciptasari (2009) “Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam Kelas XII Di SMA Kolombo Sleman Yogyakarta” pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Kajian Penelitian yang Relevan

Nama Judul Persamaan Perbedaan

Nurry Marfu’a h 2012 Perbandingan Kompetensi Profesional Antara Guru Pendidikan Agama Islam Yang Telah Mengikuti Program Sertifikasi Dan Yang Belum Mengikuti Program Sertifikasi Di Sekolah Menengah Pertama Se Kecamatan Persamaan dengan penelitian ini adalah mengenai kompetensi profesional guru. Penelitian Nurry Marfu’ah meneliti tentang kompetensi profesional guru PAI yang telah mengikuti sertifikasi dan yang belum mengikuti sertifikasi

Perbedaan dengan penelitian ini terdapat pada fokus subjek penelitian. Penelitian Nurry Marfu’ah meneliti hubungan kompetensi profesional guru PAI yang telah mengikuti program sertifikasi dan yang belum mengikuti program sertifikasi, sedangkan dalam penelitian ini mengenai kompetensi

(21)

Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru profesional berdasarkan pengalaman mengajar Restu Nur Ciptasar i (2009) Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam Kelas XII Di SMA Kolombo Sleman Yogyakarta Persamaan dengan penelitian ini adalah mengenai kompetensi guru guru. Penelitian Restu Nur Ciptasari meneliti tentang

kompetensi profesional guru yang berfokus pada pembelajaran siswa, dan pada penelitian ini meneliti tentang

administrasi dan proses pembelajaran.

Perbedaan dengan penelitian ini terdapat pada fokus subjek penelitian. Penelitian Restu Nur Ciptasari meneliti hubungan

kompetensi profesional guru PAI pada SMA Kelas XII, sedangkan dalam penelitian ini mengenai kompetensi profesional berdasarkan pengalaman

mengajar pada guru sekolah dasar (Sumber : Dokumen Peneliti, 2020)

Kedua penelitian diatas memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Kedua penelitian diatas sama-sama menunjukkan bahwa kompetensi profesional yang dimiliki oleh guru masuk dalam kategori tinggi. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu fokus subjek penelitian, penelitian ini fokus pada kompetensi profesional guru berdasarkan pengalaman mengajar . Solusi yang digunakan kedua penelitian diatas dengan penelitian ini pun berbeda. Penelitian ini menggunakan metode observasi untuk mengetahui kompetensi guru di SDN 01 Kepuharjo.

C. Hipotesis Penelitian

Untuk menguji hipotesis tersebut secara statistik, dibutuhkan hipotesis nol dan hipotesis kerja dengan rumusan:

(22)

H0 : Tidak ada perbedaan kompetensi profesional guru berdasarkan

pengalaman mengajar di SDN 01 Kepuharjo

H1 : Ada perbedaan kompetensi profesional guru berdasarkan pengalaman

(23)

D. Kerangka Pikir

Bagan 2.1 Kerangka Pikir

KONDISI NYATA SDN 01 KEPUHARJO

1. Guru seringkali memaksakan kehendak siswa tanpa melihat kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki siswa

2. Guru kurang objektif dalam memberikan penilaian

3. Guru juga kurang memaksimalkan fasilitas yang telah disediakan

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti menentukan hipotesis "Ada atau tidaknya perbedaan kompetensi profesional guru berdasarkan pengalaman mengajar di SDN 01 Kepuharjo "

Undang-Undang RI tentang Guru Dan Dosen No 14 tahun 2005 Pasal 8 Menyatakan bahwa Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

METODE PENELITIAN

• Jenis penelitian : Komparatif • Pendekatan : Kuantitatif

• Subjek : Guru Kelas SDN 01 Kepuharjo • Lokasi : SDN 01 Kepuharjo

KOMPETENSI PROFESIONAL

Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya keahlian. Artinya suatu keahlian (skill) dan kewenangan dalam suatu jabatan tertentu yang mensyaratkan kompetensi (pengetahuan, sikap dan keterampilan) tertentu secara khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif.

Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, dinyatakan bahwa kompetensi guru terdiri dari empat kompetensi, yaitu Kompetensi Profesional, Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, dan Kompetensi Sosial.

Gambar

Tabel 2.1 Kajian Penelitian yang Relevan

Referensi

Dokumen terkait

Kejadian drop out pada IUD post plasenta ini ternyata tidak terlalu banyak dan alasan- alasan yang dikemukakan untuk melepas IUD dan mengganti dengan jenis

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang bermakna perlakuan relaksasi napas dalam terhadap kecemasan klien post operasi bedah katarak dengan anastesi lokal

Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Naashir (2016) dengan tema, Pengaruh motivasi persepsi dan sikap konsumen terhadap keputusan pembelian sepeda motor pada

Benefit dari kegiatan ini adalah Informasi ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) bidang pertanian yang telah tersintesis dan terkelola secara tepat dan sistematis akan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak Gracilaria verrucosa pada tikus putih (Rattus norvegicus) per oral dengan dosis berbeda (0; 2,5; 3,5; dan

Pengukuran slot breket merek m3 dilakukan pada 2 tipe breket m3 berdasarkan teknik perawatan dan berukuran standar 0,018 inci.Pada Tipe 1 didapatkan bahwa seluruh rata-rata

Dasar pemisahan pada destilasi adalah perbedaan titik didih cairan pada tekanan tertentu, dimana zat cair akan dipanaskan hingga titik didihnya, serta mengalirkan uap ke dalam

Hasilnya didapatkan bahwa semakin besar konsentrasi yang digunakan maka polutan asap yang menyebar juga semakin banyak, demikian juga pengaruh bahan bakar yang digunakan,