• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ekonomi Sektor Industri Kab/Kota di Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ekonomi Sektor Industri Kab/Kota di Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Avanda Fahri Atahrim (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Tenaga Kerja dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Sektor Industri Kab/Kota di Provinsi Jawa Tengah”. Penelitian ini

bertujuan mengetahui kelanjutan perumtukan governmenst expenditure bagian

industri dan juga tenaga kerja di Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini

menggunakan alat analisis pendekatan Random Effect Model. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah sektor industri dan tenaga kerja

sektor industri berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhanekonomi

daerah.

Foengsitantojoyo Trisantoso Julianto dan Suparno (2016) dalam

penelitiannnya yang berjudul “Analisis Pengaruh Jumlah Industri Besar dan Upah

Minimum Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Surabaya”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah industri besar da upah minimum

untuk pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya dan juga untuk menentukan

variabel mana yang memiliki pengaruh paling dominan dalam pertumbuhan

ekonomi di Kota Surabaya. Penelitian ini menggunkan alat analisis regresi linear,

uji t, uji f dan koefisien determinasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

(2)

pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya serta variabel yang dominan dalam

pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya adalah variabel jumlah industri besar.

Alfarendi Wicaksono (2017) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis

Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Lampung Tahun 1996-2013”. Penelitian ini

bertujuan menyelidiki bagaimana Investation (I), Labor (TK), dan Government

Expenditure (G) pada Pertumbhan Ekonomi (Y) di Provinsi Lampung. Penelitian

ini menggunakan alat analisis pendekatan asumsi klasik, hipotesis dan Ordinary

Least Square (OLS) dengan menggunkan Eviews 6.0. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa investasi, tenaga kerja, dan pengeluaran pemerintah

berpengaruh positif signifikan terhadap economic growth di Provinsi Lampung. Nurul Fitriani (2017) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Tenaga Kerja dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi

D.I Yogyakarta pada Tahun 2007-2015”. Penelitian ini memilki tujuan untuk

mengetahui akan adanya suatu pengaruh tenaga kerja serta pengeluaran

pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsii D.I. Yogyakarta tahun

2007 hingga tahun 2015. Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi linear

berganda dengan model commonn effect yang diolah deingan menggunkan

Evieews 8.0. Hasil dari penelitiani ini menyatakan Tenaga Kerja memiliki

pengaruh positif dan juga signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi serta pada

nilai probabilitasnya yaitu sejumlah 0.0644, dan untukPengeluaran Pemerintahn

(3)

dengan terrdapat nilai pada probabilitasnya yaitu sejumlah 0.0001. Secara

bersama-sama variabel Tenaga Kerjadan juga Pengeluaran Pemerintah diketahui

adanya pengaruh pada pertumbuhan Ekonomi dengan diikuti nilai probalilitasnya

yaitu sebesar 0.000000, dan hasil yang terakhir dalam penelitian ini

memperlihatkan nilai dari Adjusted R-square sebesart 0.517457 yang dimana jika

adanya nilai kontribusi pada seluruhi variabelh independen dalamk menjelaskanygvariabel dependenmyaitu sejumlah 51.74%.

Dr. Sudirman (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Effect of Government Expenditure, Investment, Work Force on Economic Growth in the Jambi”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah, investasi, dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi

Jambi periode 2005-2015. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pengeluaran pemerintah,

investasi, dan pengeluaran pemerintah memilki hubungan atau pengaruh yang

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi.

Jong Chan Lee, Yi Joong Won, dan Sang Young Jei (2019) dalam peneltiannya yang berjudul “Study of the Relationship Between Government Expenditures and Economic Growth for China and Korea”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah pada

pertumbuhan ekonomi di negara Tiongkok dan Korea. Penelitian ini menggunkan

analisis regresi kuantil dan menguji korelasi antara pengeluaran pemerintah

(4)

menunjukkan bahwa pengeluaran pemrintah negara Tiongkok maupun Korea

masing-masing berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi di negaranya serta

terdapat korelasi antar variabel.

Petir Papilo, Tahajuddin Bantacut (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Klaster Industri Sebagai Strategi Peningkatan Daya Saing Agroindustri Bioenergi Berbais Kelapa Sawit”. Penelitian bertujuan memberikan gambaran tentang dampak dari pelaksanaan program klaster industri terhadap peningkatan

daya saing industri bioenergi berbasis kepala sawit nasional. Penelitian ini

menggunakan analisis persamaan linear. Hasil penelitian ini bahwa penerapan

strategi klaster industri memberikan pengaruh positif terhadap tiga klaster

agroindustri kelapa sawit nasional yang berada di Provinsi Riau, Sumatra Utara

dan Kalimantan Timur.

B. Landasan Teori

1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Menurut teori yang pernah dikemukakan oleh seorang ahli bernama

Todaro dan juga Smith (2006) tentang teori akan economic growth yaitu

dengan keselarasan bertambahnya daya berproduksi perekonomi yang baik

tentunya nantinya akan mampu memanifestasikan derajat pendapatan serta

penghasilan nasional dari waktu ke waktu apabila dilakukan secara bertahap

tanpa ada suatu kendala. Dua tokoh ini menyebutkan ada tiga elemen dalam

(5)

kaintannya dengan faktor baik tidaknya suatu investasi guna sebagai bentuk

modal awal dalam proses kegiatan pembangunan yang masuk didalamnya yaitu

seperti lahan atau tanah, sumber daya manusianya, memperbaiki dibidang

kesehatan, sistem pendidikan diperbaiki, memberi ketrampilan kerja. Elemen

yang kedua ada faktor kepadatan penduduk yang nantinya menjadi penyebab

padatnya jumlah angkatan kerja, serta elemen yang ketiga ialah pada bidang

IPTEK. Ke efisiensian dalam menghasilkan produk baik barang atau jasa pasti

memerlukan adanya peran teknologi, kecanggihan teknologi nantinya akan

mampu menjadi penggerak yang baik pada pesatnya pertumbuhan ekonomi

pada daerah tersebut.

Menurut teori tokoh yang pernah dikemukan oleh Tambunan (2001)

tentang economic growth dengan berbasis berkelanjutan memilki defini berupa

suatu keadaan primer teruntuk kontinuitas suatu pembangunan dalam

perekonomian. Penjumlahan dari hasil pendapatan dari masyarkat dari suatu

periode nantinya menjadi tolak ukur kegiatan ekonomi tersebut berjalan dengan

semestenya atau tidak dengan kata lain dapat dikatakan berjalan baik atau

tidaknya. Bisa juga dikatakan apabila ouput pendapatan rill masyarakat

meningkat dibanding tahun sebelunya maka dapat disimpulkan terdapat

economic growth yang meningkat.

Menurut Gunnar Myrdal (1898), dalam teori Cumulatif Circuler Caution

mengemukakan istilah Backwash Effect dan Spread Effect. Dua istilah ini

(6)

menurut Myrdal pada dasarnya menjelaskan bahwa apabila suatu wilayah

tertentu di sebuah negara mulai tumbuh dan berkembang, maka akan

menyebabkan terjadinya tingkat industri, sistem keuangan pemerintah, modal,

infrastruktur dan lainnya masuk ke dalam pusat pertumbuhan.

Pencapaian keberhasilan dalam membangun suatu perekonomian di suatu

wilayah dapat diindikatorkan dari rendah atau tingginya pencapaian

pertumbuhan ekonominya itu sendiri, karena dalam suatu kegiatan

pembangunan economic growth merupakn faktor terpenting. Perhitungan dalam

mengitung tingkat pertumbuha ekonomi secara umum yaitu melalui cara

perhitungan dalam pesentase produk domestik brutonya yang diberlakukan

untuk tingkat nasional sedang nilai produk domestik regional bruto yang

diberlakukan untuk daerah baik provinsi masupun kabupaten/kota yang

nantinya nilai economic growthnya dapat diperoleh dari laju pertumbuhan dari

nilai PDRB ADHK atau atas dasar harga konstan.

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi

a. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik

Pendapat pertumbuhan ekonomi klasik berdasarkan seorang tokoh

atau pakar yang bernama Arsyad (2010:115) ia berpendapat bahwa uotput

total serta pertumbuhan penduduk menjadi suatu faktor penyebab

pertumbuhan ekonomi itu sendiri, dan beliau juga mengemukakan terdapat

(7)

1) Ketersediaan akan sumber daya alam yang menjadi komponen penting

untuk proses dalam aktivitas produksi yang dimana ketersediaan akan

sumber daya alam tersebut memilki limit maksimum untuk pertumbuhaan

dalam kegiatan ekonomi.

2) Komponen selanjutnya ialah faktor jumlah penduduknya. Jumlah

penduduk menjadi keududkan yang psif pada proses pertumbuahn output

dikarenakan kapasitas akan jumlah penduduk tersebut nantikan akan

menyesuaikan akan penyerapan tenaga kerja.

3) Sumber modal sebagai faktor penentu akan pertumbuhan output sehingga

mampu menjadi penentu dalam komponen produksi.

b. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

Tokoh yang bernama Solow dan Swan yang merupakan tokoh yang

mengembakan akan teori neo klasiknya mengklasifikasikan komponen yang

berkaitan antara pertumbuhan penduduk, tingkat output, dan akumulasi

modal. Salah satu ciri yang menjadi pembeda dalam teori ini yaitu Solow

dan Swan menambah teknologi sebagai komponen pendukungnya. Solow

dan swan juga menggunkan hubungan antara unsur kapital dan tenaga kerja

atau labor dalam model fungsi produksinya.

Sebagai lanjutan dari teori klasik yaitu teori neo klasisk ini keadaan

pasar sempurna mejadi kondisi yang menjadi anjuran penting dalam teori

neo klasik ini. Alasan terciptanya kondisi pasar sempurna menjadi peran

(8)

maksimal sehingga peran pasar sempurna sangat penting adanya. Ciri khusus

dalam teori ini ialah solow dan swan mengartikan Investasi dengan Saving

(tabungan) dan tersebut menjadi kebiasan masyarakat memegang uang tunai

dengan jumlah banyak dapat memiju terhambantnya pertumbuhan

ekonominya. Sehingga dalam teori ini menganjurkan meningkatkan saving

atau tabungan serta profit pengusaha nantinya di investasikan kembali atau

ditabungkan lagi sehingga nanti dapat menimbulkan pertumbuhan ekonomi

yang stabil.

c. Teori Keynes

Pakar ekonom yang mengemukakan akan teori ini ialah bernama John

Maynard Keynes menjelaskan asumsinya yang didasari oleh peredaran

sirkulasi uang pada acuan meningkatnya konsumsi atau belanja pada suatu

perekonomian pada daerah tersebnut akan meningkat seiring dengan

peningkatan pendapatan juga salah satu pemicu faktor pendorong dalam hal

belanja serta pendapatan. Keynes berpendapat tercipatanya perekonomian

yang sama yaitu melalui pola konsumsi seseorang juga akan menjadi sumber

pendapatan bagi seseorang yang lain. Jadi bisa dikatakan seseorang itu

melakukan konsumsi maka dia mengeluarkan biaya untuk konsumsi barang

atau jasa tersebut sehingga dia terut andil dalam meningkatan sumber

pendapatan orang lain. Melemahnya perekonomian yamg disebabkan

adamya sirkulasi uang yang berhenti pada kejadian krisis yang melanda

(9)

konsumsi serta akan mengarah penimbun uang sehingga dapat menjadi

sumber pemicu terganggunya sirkulasi perekonomian. Menurut keynes

sendiri peran pemerintah turut andil melalui peningkatan penawaran atau

melakukan pembelian barang dan jasa agar terjadi peningkatan belanja pada

masyarakat. Model yang dikembangkan oleh Keynes mengenai model

makro ekonomi yaitu Y=C+I+G+X-M, dalam model ini menyimpulkan kenaikan konsimsi (C), Investasi (I), Pengeluaran Pemeintah (G), serta net

ekspor dapat menyebabakan produksi barang dan jasa mengalami kenaikan

sehingga dalam kenaikan tersebut juga akan menyebakan kenaikan produk

dometik bruto dimana produk domestik bruto yang meningkat tadi

mendorong kenaikan pada pertumbuha ekonomi dan begitu pula sebaliknya.

3. Konsep Klaster Industri

Pakar ekonom yang mengemukakan akan teori ini ialah bernama John

Maynard Keynes menjelaskan asumsinya yang didasari oleh peredaran sirkulasi

uang pada acuan meningkatnya konsumsi atau belanja pada suatu

perekonomian pada daerah tersebnut akan meningkat seiring dengan

peningkatan pendapatan juga salah satu pemicu faktor pendorong dalam hal

belanja serta pendapatan. Keynes berpendapat tercipatanya perekonomian yang

sama yaitu melalui pola konsumsi seseorang juga akan menjadi sumber

pendapatan bagi seseorang yang lain. Jadi bisa dikatakan seseorang itu

(10)

atau jasa tersebut sehingga dia terut andil dalam meningkatan sumber

pendapatan orang lain. Melemahnya perekonomian yamg disebabkan adamya

sirkulasi uang yang berhenti pada kejadian krisis yang melanda secara otomatis

nantinya masyarakat akan menguransi kuantitas belanja atau konsumsi serta

akan mengarah penimbun uang sehingga dapat menjadi sumber pemicu

terganggunya sirkulasi perekonomian. Menurut keynes sendiri peran

pemerintah turut andil melalui peningkatan penawaran atau melakukan

pembelian barang dan jasa agar terjadi peningkatan belanja pada masyarakat.

Model yang dikembangkan oleh Keynes mengenai model makro ekonomi

yaitu Y=C+I+G+X-M, dalam model ini menyimpulkan kenaikan konsimsi (C), Investasi (I), Pengeluaran Pemeintah (G), serta net ekspor dapat menyebabakan

produksi barang dan jasa mengalami kenaikan sehingga dalam kenaikan

tersebut juga akan menyebakan kenaikan produk dometik bruto dimana produk

domestik bruto yang meningkat tadi mendorong kenaikan pada pertumbuha

ekonomi dan begitu pula sebaliknya.

4. Teori Ekonomi dengan Sifat Klaster a. Teori Von Thunen (1826)

Model Von Thunen ini menjelaskan mengapa sewa tanah naik

bersama accessibility (aksesibilitas/keterjangkauan) tanah. Dalam model itu,

ia mengasumsikan suatu negara bagian yang terpencil dengan sebuah desa

(11)

sama, dimana tidak terdapat jaringan transportasi, output per are adalah

konstan, biaya produksi rata-rata juga konstan, berlaku biaya transpor yang

linier. Model von Thunen mengasumsikan semua faktor sama hingga hanya

jarak dari desa itu yang mempengaruhi pendayagunaan lahan. Hampir semua

barang yang dihasilkan di luar desa/pasar itu dikonsumsi di desa/pasar itu.

Model Von Thunen menggunakan konsep gradien sewa sebagai tempat

kedudukan bid rents, yakni, fungsi linier jarak dari pasar dan yang lerengnya

bergantung pada harga pasar suatu komoditi, bobot komoditi itu, tarif

angkutan dan biaya produksi. Dengan asumsi-asumsi itu, model lingkaran

konsentrik Von Thunen menunjukkan kurva-kurva penawaran sewa tanah

bagi beberapa aktivitas. Untuk tiap aktivitas, kurva penawaran sewa

menurun semakin jauh dari pasar. Agar bid rent maksimum, ditanam

komoditi yang menghasilkan sewa tertinggi untuk tiap aktivitas.

b. Teori Alfred Weber (1929)

Mempelopori pembentukan teori lokasi khusus untuk kegiatan industri

pengolahan (manufacturing), yaitu mencari lokasi industry yang terbaik

(optimal) di antara lokasi bahan baku dan pasar, yang dapat memberikan

ongkos angkut minimal, yang besarannya ditentukan oleh perbandingan

antara ongkos angkut bahan baku dan hasil produksi per unit. Prinsip teori

Weber adalah bahwa penentuan lokasi industri ditempatkan di

tempat-tempat yang resiko biaya atau biayanya paling murah atau minimal (least

(12)

kerja di mana penjumlahan keduanya minimum, tempat dimana total biaya

transportasi dan tenaga kerja yang minimum yang cenderung identik dengan

tingkat keuntungan yang maksimum. Prinsip tersebut didasarkan pada enam

asumsi bersifat prakondisi, yaitu :

1) Wilayah bersifat homogen dalam hal topografi, iklim dan penduduknya

(keadaan penduduk yang dimaksud menyangkut jumlah dan kualitas

SDM).

2) Ketersediaan sumber daya bahan mentah.

3) Upah tenaga kerja.

4) Biaya pengangkutan bahan mentah ke lokasi pabrik (biaya sangat

ditentukan oleh bobot bahan mentah dan lokasi bahan mentah).

5) Persaingan antar kegiatan industri.

6) Manusia berpikir secara rasional.

c. Teori Walter Christaller (1933)

Model tempat sentral (central lace model) mengemukakan bahwa

tanah yang positif adalah tanah yang mendukung pusat kota. Pusat kota

tersebut ada karena untuk berbagai jasa penting harus disediakan

tanah/lingkungan sekitar. Secara ideal maka kota merupakan pusat daerah

yang produktif. Dengan demikian apa yang disebut tempat sentral adalah

pusat kota. Berdasarkan prinsip aglomerasi (scale economics atau ekonomi

skala menuju efisiensi atau kedekatan menuju sesuatu), ekonomi kota besar

(13)

Artinya, kota kecil bergantung pada tersedianya dan adanya kegiatan yang

ada pada kota besar. Asumsi-asumsi dalam penyusunan teori oleh

Christaller:

1) Konsumen menanggung ongkos angkutan, maka jarak ke tempat pusat

dinyatakan dalam biaya dan waktu.

2) Jangkauan (range) suatu barang ditentukan oleh jarak yang dinyatakan

dalam biaya dan waktu.

3) Konsumen memilih tempat pusat yang paling dekat untuk mendapatkan

barang dan jasa.

4) Kota-kota berfungsi sebagai tempat pusat bagi wilayah sekitarnya.

5) Wilayah tersebut adalah dataran yang rata, mempunyai cirri-ciri

ekonomis sama dan penduduknya juga tersebar secara merata.

Teori ini didasarkan pada konsep range (jangkauan) dan threshold

(ambang). Range (jangkauan) adalah jarak tempuh yang diperlukan untuk

mendapatkan barang yang dibutuhkan masyarakat, sedangkan threshold

(ambang) adalah jumlah minimal anggota masyarakat yang diperlukan untuk

menjaga keseimbangan suplai barang. Menurut teori ini, tempat yang sentral

secara hierarki dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

1) Tempat sentral yang berhirarki 3 (K = 3), merupakan pusat pelayanan

berupa pasar yang senantiasa menyediakan barang-barang bagi daerah

(14)

2) Tempat sentral yang berhierarki 4 (K = 4), merupakan situasi lalu lintas

yang optimum. Artinya, daerah tersebut dan daerah sekitarnya yang

terpengaruh tempat sentral itu senantiasa memberikan kemungkinan jalur

lalu lintas yang paling efisien.

3) Tempat sentral yang berhierarki 7 (K = 7), merupakan situasi

administratif yang optimum. Artinya, tempat sentral ini mempengaruhi

seluruh bagian wilayah-wilayah tetangganya.

d. Teori Hommer Hyot (1895)

Sebenarnya teori sektoral merupakan salah satu teori yang

berhubungan dengan tata kota atau tata daerah. Teori sektoral ini

dikemukakan oleh Homer Hoyt. Menurut teori sektoral ini adalah unit- unit

kegiatan di perkotaan tidak mengikuti zona- zona teratur secara konsentris,

namun membantuk sektor- sektor yang memiliki sifat lebih bebas. Menurut

teori ini, struktur ruang kota cenderung berkambang berdasarkan sektor-

sektor daripada berdasarkan lingkaran- lingkaran konsentrik. Dalam teori ini,

PDK atau Pusat Daerah Kegiatan atau yang biasa disebut dengan CBD

(Central Bussiness District) berada di wilayah pusat kota, sementara di

sekitarnya berkembang sektor- sektor lainnya, termasuk juga kawasan

industri dan pemukiman penduduk, Pemukiman penduduk pun juga dibagi

menjadi tiga golongan, yaitu kaum buruh, kaum menengah dan juga kaum

elit. Pada umumnya, teori ini memiliki beberapa pendapat. Pendapat-

(15)

• Daerah- daerah yang memiliki harga tanah maupun sewa yang tinggi, biasanya terletak di kawasan luar kota.

• Daerah- daerah yang memiliki sewa tanah dan harga yang rendah adalah berupa jalur- jalur yang terbentuknya memanjang dari pusat kota ke

daerah perbatasan.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

a. Sumber daya alam mejadi faktor utama penyebab terjadinya pekermbangan

akan suatu pertumbuhan perekonomian. Sumber daya alam diantaranya yaitu

berupa semua hasil kekayaan alam yang biasaya berupa produk barang

mentah.

b. Agregasi modal merupakan faktor penting juga dalam pertumbuhan ekonomi

dimana diperoleh dari separuh dari pendapatan ditabung kemudian di

investasikan kembali yang nanti dikemudian harinya mampu meningkatkan

output dan pendapatan.

c. Pertumbuahn penduduk serta tenaga kerja juga mejadi faktor yang

mempengarungi suatu pertumbuhan ekonomi. Menambahnya kuantitas

penduduk nantyinya juga tingkat tenaga kerja akan meningkat beriringan

sehinga mampu menghasilkan tenga kerja yang bisa dikatakan produktif

serta dalam cakupan pertumbuhan penduduk yang lebih besar lagi

(16)

d. Kemajuan tekonologi sangat mempengaruhi suatu pertumbuhan ekonomi

khususnya dalam pengapliksian produksi, kemajuan teknolgi juga akan

meningkatkan taraf modal, tenaga kerjanya, serta faktor poduksi lainnya

sehingga tingkat produktivitasnya akan naik menjadi lebih baik lagi. Zaman

yang semakin modern menjadikan permintaan akan barang dan jasa menjadi

beragam dan tak ada batasnya sehingga adanya faktor teknologi kan sangat

membantu dalam mencukupi kan permintaan tersebut, maka dalam proses

produksi akan lebih efektif dan efisien.

e. Faktor selanjutnya ialah politik dan administratif yang merupkan faktor

pertubuhan non ekonomi, dalam faktor ini dapat dijelaskan bahwa

pemerintah memilki peran penting dimanalemah atau kuatnya sistem

kebijkan maka akan mempengeruhi perekonomian pula. Kebijakan moneter

serta fiskal yang tepat dipilih oleh pemerintah dapat sebagi penunjang dalam

pertumbuhan perekonmian itu sendiri, maka dengan adanya kestabilan,

ketertiban dan perlindungan hukum yang dihasilkan dari kebijkan

pemerintah nantinya akan memicu wirausaha-wirusaha baru yang muncul

sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi.

6. Industri

Arti kata dari industri kerap didefinisikan berupa semua kegiatan

perekonomian yang dilakukan oleh manusia berupa mengolah bahan mentah

atau bahan baku menjadi barang lebih memilki nilai lebih yaitu bisa berupa

(17)

dipakai atau barang jadi, sehingga indsutri dalam hal ini adalah sebuah kegiatan

pengolahan manufakturing namun untuk lebih memahami pengertian dari

indsutri secara lebih mendalam lagi yaitu suatu kegiatan yang berkaitan dengan

pengolahan yang bersifat produktif serta komersil. Penyebab adanya

keberagaman industri itu dipengaruhi oleh luasnya kegiatan perekonomian itu

sendiri sehingga pada setiap negara juga nantinya memilki masing-masing

karakteristik industri yang tidak sama pula. Biasanya pengaruh tidak sama

tersebut bisa juga dipengaruhi oleh maju tidaknya perkembangan industrialisai

baik cakupan derah bahkan negara.

Menurut ahli bernama Siahaan (2000) yang mengklasifikasikan

penindustrian bersandarakan jenis tenaga kerjannya yaitu:

a. Penindustrian kategori rumah tangga ialah jumlah pekerjanya tidak lebih dari

sama dengan empat orang, yang memliki karakteristik terbatas

permodalannya, biasanya juga pekerjanya hanya ruang lingkup kerabat

sendiri, dan juga status kepemilikan juga orang dalam keluarga tersebut.

Misalnya : industri crafting, industri cemilan, industri batik dan lain

sebagainya.

b. Penindustrian selanjutnya yaitu industri kategori kecil yang memilki

karakteristik pekerjanya lima sampai 19 orang, serta dalam hal permodalan

juga cukup kecil dan untuk sumber pekerjanya juga masih dalam linkungan

sekitar serta masih bersatus saudara sendiri. Misalnya : indsutri gerabah,

(18)

c. Penindustrian yang ketiga termasuk dalam kategori sedang dengan

karakteristik pekerjanya berjumlah 20 orang sampai 99 orang. Dalam hal

permodalan dalan kategori indstri sedang ini cukup besar. Misalnya : indsutri

kaos, indsutri sablon, indsutri marmer dan lain sebagainya.

d. Penindustrian yang keempat sekaligus yang terakhir dikategorukan masuk

kedalam industri besar yang karakteristiknya memilki pekerja 100 orang

lebih, karakteristik lain yaitu dalam permodalan yang dinilai besar

bersumber dari himpunan dana secara kolektif seperti kepilikan saham, serta

pekerjanya juga harus memilki skill khusus dan untuk pimpinan perusahaan

juga harus berkompeten dibidangnya. Misalnya indsutri tekstile, industri

mesin, industri elektronik dan lain sebagainya.

7. Tenaga Kerja

Pendapat menurut seoarang ahli yang bernama DR Payaman Simanjuntak

(1985) yang ia kemukukakan sebuah sudut pandangnya terhadap suatu

pengertian atau definisi dari tenaga kerja atau man power yaitu seseorang yang

sudah dan atau yang sedang bekerja maupun sedang dalam mencari pekerjaan.

Tenaga kerja dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu angkatan kerja dan bukan

angkatan kerja. Angkatan kerja itu sendiri dapat termasuk didalamnya yaitu

kelompok yang bekrja, kelompok pengangguran, atau yang sedang dalam

mencari suatu pekerjaan. Sedangkan yang masuk ke dalam bukan angkatan

kerja yaitu orang-orang atau sekelompok yang masih bersekolah, rumah tangga,

(19)

pensiun dan lain sebagainya. Jadi yang dimaksud dengan tenaga kerja yaitu

individu atau seseorang yang sedang mencari atau sudah melakukan pekerjaan

dan yang menghasilkan barang atau jasa yang sudah memenuhi persyaratan

ataupun batasan usia yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang yang

bertujuan untuk memperoleh hasil atau upah untuk memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari.

Menurut para ahli lain yang juga mendefinisikan pendapatnya mengenai

apa itu tenaga kerja yang bernama DR Payaman Simanjuntak (1985) bahwa

beliau menegemukakan tenaga kerja yaitu berisi sekelompk orang yang sudah

memilki pekerjaan dan atau masih dalam proses pencarian matapencaharian.

Dalam tenaga kerja sendiri terdapat jenis-jenisnya diantaranya yaitu:

a. Tenaga kerja terdidik

Definisinya ialah seseorang tenaga kerja yang dalam dirinya terdapat

skill atau keahlian pada aspek tertentu sehingga terdapat ilmu khusus yang

harus melalui bersekolah atau pendidikan secara formal atau informal sesuai

dengan aspeknya.

b. Tenaga kerja terlatih

Dalam jenis tenaga kerja yang satu ini dapat diartikan sebagai

seseorang tenga kerja tersebut harus dididik terlebih dahulu atau diberi skill

tertentu dahulu hingga seoarang tenaga kerja teresebut menjadi terlatih yang

nantinya memilki pengalaman sehingga lebih terasah.

(20)

Dapat diartikan sebagai sekelompok atau seorang tenaga kerja yang

sama sekali tidak memilki pendidikan atau pelatihan khusus terlebih dahulu

sehingga ia hanya mengandalkan kemampuan atau bakatnya secara mandiri

oleh diri sendiri.

Menurut seorang tokoh yang bernama Budi Santosa (2001) mengenai

pendapatan tentang tenaga kerja yaitu ia menjabarkan suatu keadaan

ketersediaan akan lapangan pekerjaan itu sendiri. Peningkatan akan total

produksi pada suatu wilayah itu salah satu faktor penunjanngnya ialah

banyaknya suatu lapangan pekerjaan yang tersedia di wilayah tersebut sehingga

nantinya akan menyerap masyarakat menjadi tenaga kerjanya.

8. Pengeluaran Pemerintah

Menurut Sadono Sukirno (2000) seorang alhi tentang perekonomian yang

mengemukakan defisininya mengenai apa itu pengeluaran pemerintah yaitu

proses mengelola arus kegiatan perekonomian mellui penentuan suatu nilai

penerimaan serta pengeluaran pemerintah per tahunnya yang mana kegiatan

tersebut juga dilakukan oleh pemerintah serta masuk kedalam suatu kebijakan

fiskal itu sendiri dengan tujuannya yaitu stabilisasi harga, tingkat ouput yang

dihasilkan, kesempatan kerja, serta suatu faktor pendorong economic growth itu

sendiri. Dalam hasil dari nilai suatu pengelyran tersebut dapat kita ketahui

melalui dokumen nasionalnya Anggaran Pendpaatan Belanja Nasioal (APBN)

dan untuk per daerah-daerah dapat diakses melalui dokumen Anaggaran

(21)

Pengeluaran pemerinth dalam arti riil memilki peran sebagai klasifikasi

tingkat semua aktifitas pemerintahan berupa kegiatan-kegiatan pembangunan

atau semacamnya yang nantinya biaya yang menanggung juga merupakan

pengeluran pemrintah itu sendiri, sehingga dapat disimpulkan apabila suatu

pengeluaran pemerintah tersebut tinggi dapat disebabkan tinggimya juga

kegiatan pemerintaj tersebut dan begitu pula sebaliknya dan apa kaitannya

dengan pertumbuhan ekonomi juga tentu ada keterkaitannya yaitu skala

pengeluran pemerinth berkaitan dengan hasil penghasilan nasional itu sendiri.

Menurut ahli yang bernama Rostow (1956) ia memilki sudut pandang

tentang bentuk keterkaitan perkembangan pengeluaran pemerintah terhadap

fase pembangunan hekonomi. Untuk fase pertama pemerintah wajib memfasilitasi prasarana yang memadai dikarenakan pada fase ini terdapat

besarnya tingkat investasi pemerinth pada kuantitas invetasi yang besar pula,

pada fase menengah terdapat besarnya nlai investasi swasta juga menyebabkan

kemungkinan kegagalan pasar maka pemerintah tetap wajib menyediakan

fasilitas yang sama pada fase pertama atau awal. Dan pada fasek lanjut aktifitas

pemerintah bergeser pada pola pengeluaran untuk kegiatan-kegiatan berbentuk

sosial dimana pada tahap perekonomian yang lebih maju atau lanjut.

Menurut Guritno (1999), Pengeluaran Pemerintah mencerminkan

kebijakan pemerintah. Apabila pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan

(22)

yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan

tersebut.

9. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Menurut seorang tokoh bernama Widodo (2006:78) dalam Ericson

Damantik (2015) beliau memiliki sudut pandang tersendiri mengenai apa yang

dimaksud Produk Domestik Regional Bruto, beliau mendefinisikan PDRB

sebagai nilai semua output akhir yang diperoleh bersumber dari aktivitas

ekonomi yang dilaksanakan warga lokal maupun asing yang memiliki

keterkaintan atar negara bersangkutan atau dapat disebut juga bermukim.

Dengan penjelasan yang sudah dipaparkan maka dapat diketahui parameter

untuk mengukur laju pertumbuhan ekonomi yang sering dipakai pada skla

nasionalnya yauti menggunakan produk domestik brtuo PDB sedangnkan pada

skala provinsi, kabupaten atau kota menggunkan produk rdomestik regional

bruto atau PDRB.

PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto yang timbul dari seluruh sektor

perekonomian di suatu wilayah atau propinsi. Pengertian nilai tambah bruto

adalah nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya antara (intermiede cost).

Komponen – komponen faktor pendapatan (upah, gaji, bunga, sewa tanah dan

keutungan), penyusutan dan pajak tidak langsung netto. Jadi dengan

menghitung niali tambah bruto dari masing – masing sektor dan kemudian

(23)

Dalam menentukan perhitungan pendapatan regional dengan metode langsung

terdapat tiga pendekatan yang dapat digunkan, diantaranya :

a. Pendekatan Pengeluaran

Dengan pendekatakan ini cara yang digunakan sebagai sebagai

penentu pendapatan regional yaitu melalui metode penjumlahan antara

masing-masing nilai dari barang dan jasa yang dihasilkan didalam negeri.

Jika tinjau dari sisi penggunaannya sehingga jumlah unit penyediaan atau

produksi dari barang serta jasa yang digunkan untuk konsumsi rumah

tangga, swasta yang tidak mecari keuntungan, konsumsi pemerintah,

invesatsi, dan juga total ekspor yang dikurangi dengan total impor.

Rumusnya : 𝑌 = 𝐶 + 𝐼 + 𝐺 + (𝑋 − 𝑀) Keterangan : 𝑌 = 𝑃𝐷𝑅𝐵 𝐼 = 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 𝐺 = 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑚𝑒𝑟𝑖𝑛𝑡𝑎ℎ (𝑋 − 𝑀) = 𝐸𝑠𝑘𝑝𝑜𝑟 𝑑𝑖𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛𝑔𝑖 𝐼𝑚𝑝𝑜𝑟 b. Pendekatan Produksi

Pendekatan ini merupakan suatu metode yang sering digunkan oleh

negara-negara berkembang temasuk juga Indonesia. Hasil yang dihasilkan

(24)

barang akhir atau nilai tambah bruto (NTB) pada suatu periode atau tahun

tertentu.nilai tambah bruto sendiri hasil dari nilai produksi bruto barang

maupun jasa yang nantinya dikurangi oleh biaya pada proses produksi

tersebut. Rumusnya : 𝑌 = 𝑃1𝑄1+ 𝑃2𝑄2+ ⋯ + 𝑃𝑛𝑄𝑛 Keteranagan : 𝑌 = 𝑃𝐷𝑅𝐵 𝑃1, 𝑃2, … 𝑃𝑛= 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑆𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑚𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 − 𝑚𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑒𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖 𝑄1, 𝑄2, … 𝑄𝑛= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑚𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 − 𝑚𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑒𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖 c. Pendekatan Pendapatan

PDRB merupakan hasil keseluruhan dari perolehan faktor-faktor

produksi yang turut ikut serta dalam kegiatan produksi pada wilayah dan

waktu tertentu pertahunnya. Nilai tambah bruto atau NTB ialah hasil dari

jumlah gaji, bunga modal, sewa tanah, serta profit dari pajak penghasilan

dan pajak penghasilan sebelum kena potongan. Dalam pengertian

pendekatan pendapatan ini yang masuk kedalamnnya ialah komponen

penyusutan dan pajak tidak langgsung neto.

Rumusnya :

𝑌 = 𝑌𝑤+ 𝑌𝑟+ 𝑌𝑖+ 𝑌𝑝

𝑌 = 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑛 𝑅𝑒𝑔𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑌𝑤 = 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎

(25)

𝑌𝑝= 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑗𝑖/𝑢𝑝𝑎ℎ

𝑌𝑝= 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛/𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑌𝑟 = 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑤𝑎

10. Hubungan Antar Variabel

a. Hubungan Industri dengan Pertumbuhan Ekonomi

Meluasnya suatu industri-industri dapat ditandai dengan banyaknya

bermunculan perusahaan industri-industri baru pada suatu kawasan tersebut

yang dimana nantinya kan mampu menjadikan suatu bentuk dorongan

pertumbuhan ekonomi yang cepat pada sektor industri khusus. Keberhasilan

suatu proses yang dihasilkan dari input yang dikelola pada sektor industri

nantinya akan manjadi pemicu kemajuan perkekonomian yang baik melalui

faktor sektor indstri itu sendiri. Suatu negara atau daerah yang dapat

diakatan maju apabila suatu keterkaitan nilai sektor industri yang

dihasilkannya mampu melebihi 30 persen. Suatu bentuk peran penting dalam

pemicu pembangunan ekonomi yang baik ialah salah satunya tentu dari

sektor industri itu sendiri, sektor industri turut ikut andil dalam proses

perbaikan pembangunan, sehingga jika peran sektor industri menunjukkan

hasil yang memuaskan atau dapat dikatakan baik dari tahun ke tahun maka

nantinya dapat disimpulkan sektor industri berkontribusi signifikan dalam

(26)

b. Hubungan Tenaga Kerja dengan Pertumbuhan Ekonomi

Seorang ahli bernama Todaro (2004) beliau mengemukakan sudut

pandangannya mengenai keterkaitan antara perumbuhn penduduk dengan

pertumbuhn tenaga kerjammemiliki kaitan sebagai salah satu yang merupakan faktor penunjang akan pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Adanya

laju produksi yang meningkat dapat disebabkan oleh adanya banyaknya

jumlah akan tenaga kerja itu sendiri. Bentuk dari pasar domestiknya yang

dikatakan besar muncul karena pertumbuhan penduduk yang besar pula.

Namun todaro sendiri masih belum memastikan apakah cepatnya proses dari

pertumbuhan penduduk nantinya akan membawa pengaruh yang positif

maupun negatif dalam pembangunan perekonomiannya itu sendiri.

Dapat disebutkan pengaruh yang timbul karena pertumbuhan

penduduk bagi dari segi positif atau negatif itu sendiri semua disebabkan

oleh baik tidaknya pengelolan pemerintah daerah tersebut dalam penyerapan

serta pemanfaatan jumlah pendudukatau tenaga kerjanya dengan benar.

Sehingga dari kemampuan pengeloaan yang baik tadi nantinya akan

menciptakan ketersediaannya input serta faktor penunjajang lainnya yang

juga disebabkan oleh tingkat serta jenis agregasi modal yang baik.

c. Hubungan Pengeluaran Pemerintah dengan Pertumbuhan Ekonomi

Pengeluaran pemerintah atau nama lainnya goverment expenditure

merupakan buah dari hasil suatu kebijakan fiskal itu sendiri (Sadono

(27)

penenrimaan serta penegenualaran pemerintah per tahunnya yang merupakan

hasil kegitakan yang dilakukan oleh pemrintah daerah ataupun nasional.

Sehingga keterkaitannya dengan pertumbuhan ekonomi didasari oleh

semakin besarnya suatu pengeluaran pemerintah makan semakin baik pula

pengaruh dalam pertumbuhan perekonomian tersebut.

C. Kerangka Pemikiran

Berlandaskan telaah pustakan yang diperkuat dengan penelitian terdahulu

diduga pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu jumlah industri,

tenaga kerja, dan pengeluaran pemerintah. Variabel terikat dalam penelitian ini

adalah Pertumbuhan Ekonomi (Y) sedangkan variabel bebasnya adalah Jumlah

Industri (X1), Tenaga Kerja (X2), dan Pengeluaran Pemerintah (X3).

Pertumbuhan ekonomi sendiri dilihat dari segi definisinya ialah proses

alterasi dalam perekonomian disuatu negara yang berjalan berkontiniutas ke arah

yang lebih baik lagi pada waktu tertentu. Menurut tokoh perekonomian yang

bernama Solow dan Swan yang merupakan tokoh pengembang dari teori neo

klasik mengklasifikasikan komponen yang berkaitan antara pertumbuhan

penduduk, tingkat output, dan akumulasi modal. Pada teori tersebut juga terdapat

kaitan hubungan antara unsur kapital dan tenaga kerja atau labor dalam model

fungsi produksinya serta mengartikan Investasi dengan Saving (tabungan) dan

tersebut menjadi kebiasan masyarakat memegang uang tunai dengan jumlah

(28)

teori ini menganjurkan meningkatkan saving atau tabungan serta profit pengusaha

nantinya di investasikan kembali atau ditabungkan lagi sehingga nanti dapat

menimbulkan pertumbuhan ekonomi yang stabil menjadikan salah satu ciri khas

dari teori Solow-Swan.

Dalam penelitian ini menghasilkan sebuah kerangka penelitian yang

didalamnya berisi gambaran atau skema dari variabel dependen yaitu pertumbuhan

ekonomi yang dipengaruhi oleh tigavariabel independen yaitu diantaranya adalah

jumlah industri, tenaga kerja, dan pengeluaran pemerintah yang nantimya

variabel-variabel tersebut di proses melalui analisis regresinya sehingga dapat diketahui

tingkat signifikansinya.

Dengan adanya kemajuan pembangunan industri menuju yang lebih baik lagi

melalui semakin banyaknya suatu industri atau perusahaan nantinya menimbulkan

kesejahteraan bagi masyarakat sekitarnya. Peningkatan kualitas dari sumber

manusia itu sendiri merupakan salah satu faktor terpenting dalam kegiatan

industrialisasi itu sendiri, semakin baik mutu sumber daya manusianya nantinya

akan mampu memaksimalkan segi produksinya baik dari sumber daya alam

maupun sumber daya lainnya sehingga nantinya semakin bertambah luasnya suatu

lapangan kerja yang produktif dapat menghasilkan ouput yang baik pula. Tenaga

kerja sendiri terdapat hubungan yang lurus juga terhadap pertumbuhan ekonomi,

pasalnya semakin tingginya jumlah tenaga kerja nantinya semakin tinggi pula

jumlah produksinya apalagi diiringi dengan baiknya kualitas sumber daya

(29)

secara pesat dan stabil sehingga perlu meningkatkan kualitas dari faktor penunjang

tenaga kerja yang baik.

Pengeluaran pemerintah dalam arti riil memilki peran sebagai klasifikasi

tingkat semua aktifitas pemerintahan berupa kegiatan-kegiatan pembangunan atau

semacamnya yang nantinya biaya yang menanggung juga merupakan pengeluran

pemrintah itu sendiri, sehingga dapat disimpulkan apabila suatu pengeluaran

pemerintah tersebut tinggi dapat disebabkan tinggimya juga kegiatan pemerintaj

tersebut dan begitu pula sebaliknya dan apa kaitannya dengan pertumbuhan

ekonomi juga tentu ada keterkaitannya yaitu skala pengeluran pemerinth berkaitan

(30)

Kerangka hubungan pertumbuhan ekonomi dengan masing-masing variabel

independen dapat dilihat pada skema dibawah ini :

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Pemikiran Teoritis Klaster Aglomerasi

Industri

GERBANGKERTASUSILA (Kab. Gresik, Kab. Bangkalan, Kab.

Mojokerto, Kota Mojokerto, Kota Surabaya, Kab. Sidoarjo, dan Kab.

Lamongan)

Teori Pertumbuhan Klasik (Todaro & Smith)

Total Output serta pertumbuhan penduduk menjadi suatu penyebab pertumbuhan ekonomi dengan terdapat tiga komppnen utama sistem produksi :

1. Ketersediaan SDA 2. Jumlah Penduduk 3. Sumber Modal

Teori Pertumbuhan Neo Klasik (Solow & Swan)

Terdapat penambahan komponen Teknologi sebagai pendukungnya dan terdapat ciri khas pada teori ini yaitu menghubungkan unsur kapital dan tenaga kerja serta menganjurkan pentingnya peran investasi dan saving dalam kestabilan pertumbuhan ekonomi.

Teori Pertumbuhan Keynes

Peran pemerintah sangat berperan penting guna mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan penawaran atau melakukan pembelian barang dan jasa agar terciptanya peningkatan belanja pada masyarakat. Dengan model yang dikembangkan yaitu : Jumlah Industri (𝑋1) Tenaga Kerja (𝑋2) Pengeluaran Pemerintah (𝑋 ) PDRB GERBANGKERTASUSIL A

(31)

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan teori-teori yang telah dibahas dalam tinjauan

pustaka, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

• Diduga bahwa Jumlah Industri, Tenaga Kerja, dan Pengeluaran Pemerintah berpengaruh terhadap PDRB GERBANGKERTASUSILA.

Referensi

Dokumen terkait

Percobaan kemampuan individu predator menekan populasi mangsa yang berbeda selama 3 hari menunjukkan bahwa jumlah predator yang digunakan memiliki korelasi positif

Kecerdasan emosional dan tingkat ketergantungan nikotin merupakan salah satu ciri kepribadian dan variabel individu lainnya yang dapat mempengaruhi sikap terhadap perilaku,

Hasil penelitian efek hepatoprotektif serbuk kering teripang emas ( Stichopus variegatus ) dapat disimpulkan bahwa pemberian serbuk kering teripang emas ( Stichopus

24 Subyek 1.Sebagai frater yunior yang tercatat sebagai anggota kongregasi frater CMM, selalu diberikan kepercayaan dalam mengemban sebuah tugas atau tanggungjawab dalam

pada mereka yang tidak memiliki orang tua dengan darah tinggi atau hanya. salah satu yang memiliki

Asuhan kebidanan berkelanjutan adalah pelayanan yang dicapai ketika terjalin hubungan yang terus menerus antara seorang wanita dan bidan.Tujuan asuhan komprehensif yang

Dari hasil analisis dua arah Korelasi Pearson, didapati kesimpulan bahwa ada hubungan antara Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan usia Menarche , dengan tingkat hubungan adalah

Sumber data dalam penelitian ini ada 3 jenis, yaitu narasumber (orang), peristiwa, dan dokumen. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan