8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Avanda Fahri Atahrim (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Tenaga Kerja dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Sektor Industri Kab/Kota di Provinsi Jawa Tengah”. Penelitian ini
bertujuan mengetahui kelanjutan perumtukan governmenst expenditure bagian
industri dan juga tenaga kerja di Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini
menggunakan alat analisis pendekatan Random Effect Model. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah sektor industri dan tenaga kerja
sektor industri berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhanekonomi
daerah.
Foengsitantojoyo Trisantoso Julianto dan Suparno (2016) dalam
penelitiannnya yang berjudul “Analisis Pengaruh Jumlah Industri Besar dan Upah
Minimum Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Surabaya”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah industri besar da upah minimum
untuk pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya dan juga untuk menentukan
variabel mana yang memiliki pengaruh paling dominan dalam pertumbuhan
ekonomi di Kota Surabaya. Penelitian ini menggunkan alat analisis regresi linear,
uji t, uji f dan koefisien determinasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya serta variabel yang dominan dalam
pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya adalah variabel jumlah industri besar.
Alfarendi Wicaksono (2017) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Lampung Tahun 1996-2013”. Penelitian ini
bertujuan menyelidiki bagaimana Investation (I), Labor (TK), dan Government
Expenditure (G) pada Pertumbhan Ekonomi (Y) di Provinsi Lampung. Penelitian
ini menggunakan alat analisis pendekatan asumsi klasik, hipotesis dan Ordinary
Least Square (OLS) dengan menggunkan Eviews 6.0. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa investasi, tenaga kerja, dan pengeluaran pemerintah
berpengaruh positif signifikan terhadap economic growth di Provinsi Lampung. Nurul Fitriani (2017) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Tenaga Kerja dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi
D.I Yogyakarta pada Tahun 2007-2015”. Penelitian ini memilki tujuan untuk
mengetahui akan adanya suatu pengaruh tenaga kerja serta pengeluaran
pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsii D.I. Yogyakarta tahun
2007 hingga tahun 2015. Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi linear
berganda dengan model commonn effect yang diolah deingan menggunkan
Evieews 8.0. Hasil dari penelitiani ini menyatakan Tenaga Kerja memiliki
pengaruh positif dan juga signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi serta pada
nilai probabilitasnya yaitu sejumlah 0.0644, dan untukPengeluaran Pemerintahn
dengan terrdapat nilai pada probabilitasnya yaitu sejumlah 0.0001. Secara
bersama-sama variabel Tenaga Kerjadan juga Pengeluaran Pemerintah diketahui
adanya pengaruh pada pertumbuhan Ekonomi dengan diikuti nilai probalilitasnya
yaitu sebesar 0.000000, dan hasil yang terakhir dalam penelitian ini
memperlihatkan nilai dari Adjusted R-square sebesart 0.517457 yang dimana jika
adanya nilai kontribusi pada seluruhi variabelh independen dalamk menjelaskanygvariabel dependenmyaitu sejumlah 51.74%.
Dr. Sudirman (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Effect of Government Expenditure, Investment, Work Force on Economic Growth in the Jambi”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah, investasi, dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi
Jambi periode 2005-2015. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pengeluaran pemerintah,
investasi, dan pengeluaran pemerintah memilki hubungan atau pengaruh yang
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi.
Jong Chan Lee, Yi Joong Won, dan Sang Young Jei (2019) dalam peneltiannya yang berjudul “Study of the Relationship Between Government Expenditures and Economic Growth for China and Korea”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah pada
pertumbuhan ekonomi di negara Tiongkok dan Korea. Penelitian ini menggunkan
analisis regresi kuantil dan menguji korelasi antara pengeluaran pemerintah
menunjukkan bahwa pengeluaran pemrintah negara Tiongkok maupun Korea
masing-masing berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi di negaranya serta
terdapat korelasi antar variabel.
Petir Papilo, Tahajuddin Bantacut (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Klaster Industri Sebagai Strategi Peningkatan Daya Saing Agroindustri Bioenergi Berbais Kelapa Sawit”. Penelitian bertujuan memberikan gambaran tentang dampak dari pelaksanaan program klaster industri terhadap peningkatan
daya saing industri bioenergi berbasis kepala sawit nasional. Penelitian ini
menggunakan analisis persamaan linear. Hasil penelitian ini bahwa penerapan
strategi klaster industri memberikan pengaruh positif terhadap tiga klaster
agroindustri kelapa sawit nasional yang berada di Provinsi Riau, Sumatra Utara
dan Kalimantan Timur.
B. Landasan Teori
1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Menurut teori yang pernah dikemukakan oleh seorang ahli bernama
Todaro dan juga Smith (2006) tentang teori akan economic growth yaitu
dengan keselarasan bertambahnya daya berproduksi perekonomi yang baik
tentunya nantinya akan mampu memanifestasikan derajat pendapatan serta
penghasilan nasional dari waktu ke waktu apabila dilakukan secara bertahap
tanpa ada suatu kendala. Dua tokoh ini menyebutkan ada tiga elemen dalam
kaintannya dengan faktor baik tidaknya suatu investasi guna sebagai bentuk
modal awal dalam proses kegiatan pembangunan yang masuk didalamnya yaitu
seperti lahan atau tanah, sumber daya manusianya, memperbaiki dibidang
kesehatan, sistem pendidikan diperbaiki, memberi ketrampilan kerja. Elemen
yang kedua ada faktor kepadatan penduduk yang nantinya menjadi penyebab
padatnya jumlah angkatan kerja, serta elemen yang ketiga ialah pada bidang
IPTEK. Ke efisiensian dalam menghasilkan produk baik barang atau jasa pasti
memerlukan adanya peran teknologi, kecanggihan teknologi nantinya akan
mampu menjadi penggerak yang baik pada pesatnya pertumbuhan ekonomi
pada daerah tersebut.
Menurut teori tokoh yang pernah dikemukan oleh Tambunan (2001)
tentang economic growth dengan berbasis berkelanjutan memilki defini berupa
suatu keadaan primer teruntuk kontinuitas suatu pembangunan dalam
perekonomian. Penjumlahan dari hasil pendapatan dari masyarkat dari suatu
periode nantinya menjadi tolak ukur kegiatan ekonomi tersebut berjalan dengan
semestenya atau tidak dengan kata lain dapat dikatakan berjalan baik atau
tidaknya. Bisa juga dikatakan apabila ouput pendapatan rill masyarakat
meningkat dibanding tahun sebelunya maka dapat disimpulkan terdapat
economic growth yang meningkat.
Menurut Gunnar Myrdal (1898), dalam teori Cumulatif Circuler Caution
mengemukakan istilah Backwash Effect dan Spread Effect. Dua istilah ini
menurut Myrdal pada dasarnya menjelaskan bahwa apabila suatu wilayah
tertentu di sebuah negara mulai tumbuh dan berkembang, maka akan
menyebabkan terjadinya tingkat industri, sistem keuangan pemerintah, modal,
infrastruktur dan lainnya masuk ke dalam pusat pertumbuhan.
Pencapaian keberhasilan dalam membangun suatu perekonomian di suatu
wilayah dapat diindikatorkan dari rendah atau tingginya pencapaian
pertumbuhan ekonominya itu sendiri, karena dalam suatu kegiatan
pembangunan economic growth merupakn faktor terpenting. Perhitungan dalam
mengitung tingkat pertumbuha ekonomi secara umum yaitu melalui cara
perhitungan dalam pesentase produk domestik brutonya yang diberlakukan
untuk tingkat nasional sedang nilai produk domestik regional bruto yang
diberlakukan untuk daerah baik provinsi masupun kabupaten/kota yang
nantinya nilai economic growthnya dapat diperoleh dari laju pertumbuhan dari
nilai PDRB ADHK atau atas dasar harga konstan.
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi
a. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
Pendapat pertumbuhan ekonomi klasik berdasarkan seorang tokoh
atau pakar yang bernama Arsyad (2010:115) ia berpendapat bahwa uotput
total serta pertumbuhan penduduk menjadi suatu faktor penyebab
pertumbuhan ekonomi itu sendiri, dan beliau juga mengemukakan terdapat
1) Ketersediaan akan sumber daya alam yang menjadi komponen penting
untuk proses dalam aktivitas produksi yang dimana ketersediaan akan
sumber daya alam tersebut memilki limit maksimum untuk pertumbuhaan
dalam kegiatan ekonomi.
2) Komponen selanjutnya ialah faktor jumlah penduduknya. Jumlah
penduduk menjadi keududkan yang psif pada proses pertumbuahn output
dikarenakan kapasitas akan jumlah penduduk tersebut nantikan akan
menyesuaikan akan penyerapan tenaga kerja.
3) Sumber modal sebagai faktor penentu akan pertumbuhan output sehingga
mampu menjadi penentu dalam komponen produksi.
b. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik
Tokoh yang bernama Solow dan Swan yang merupakan tokoh yang
mengembakan akan teori neo klasiknya mengklasifikasikan komponen yang
berkaitan antara pertumbuhan penduduk, tingkat output, dan akumulasi
modal. Salah satu ciri yang menjadi pembeda dalam teori ini yaitu Solow
dan Swan menambah teknologi sebagai komponen pendukungnya. Solow
dan swan juga menggunkan hubungan antara unsur kapital dan tenaga kerja
atau labor dalam model fungsi produksinya.
Sebagai lanjutan dari teori klasik yaitu teori neo klasisk ini keadaan
pasar sempurna mejadi kondisi yang menjadi anjuran penting dalam teori
neo klasik ini. Alasan terciptanya kondisi pasar sempurna menjadi peran
maksimal sehingga peran pasar sempurna sangat penting adanya. Ciri khusus
dalam teori ini ialah solow dan swan mengartikan Investasi dengan Saving
(tabungan) dan tersebut menjadi kebiasan masyarakat memegang uang tunai
dengan jumlah banyak dapat memiju terhambantnya pertumbuhan
ekonominya. Sehingga dalam teori ini menganjurkan meningkatkan saving
atau tabungan serta profit pengusaha nantinya di investasikan kembali atau
ditabungkan lagi sehingga nanti dapat menimbulkan pertumbuhan ekonomi
yang stabil.
c. Teori Keynes
Pakar ekonom yang mengemukakan akan teori ini ialah bernama John
Maynard Keynes menjelaskan asumsinya yang didasari oleh peredaran
sirkulasi uang pada acuan meningkatnya konsumsi atau belanja pada suatu
perekonomian pada daerah tersebnut akan meningkat seiring dengan
peningkatan pendapatan juga salah satu pemicu faktor pendorong dalam hal
belanja serta pendapatan. Keynes berpendapat tercipatanya perekonomian
yang sama yaitu melalui pola konsumsi seseorang juga akan menjadi sumber
pendapatan bagi seseorang yang lain. Jadi bisa dikatakan seseorang itu
melakukan konsumsi maka dia mengeluarkan biaya untuk konsumsi barang
atau jasa tersebut sehingga dia terut andil dalam meningkatan sumber
pendapatan orang lain. Melemahnya perekonomian yamg disebabkan
adamya sirkulasi uang yang berhenti pada kejadian krisis yang melanda
konsumsi serta akan mengarah penimbun uang sehingga dapat menjadi
sumber pemicu terganggunya sirkulasi perekonomian. Menurut keynes
sendiri peran pemerintah turut andil melalui peningkatan penawaran atau
melakukan pembelian barang dan jasa agar terjadi peningkatan belanja pada
masyarakat. Model yang dikembangkan oleh Keynes mengenai model
makro ekonomi yaitu Y=C+I+G+X-M, dalam model ini menyimpulkan kenaikan konsimsi (C), Investasi (I), Pengeluaran Pemeintah (G), serta net
ekspor dapat menyebabakan produksi barang dan jasa mengalami kenaikan
sehingga dalam kenaikan tersebut juga akan menyebakan kenaikan produk
dometik bruto dimana produk domestik bruto yang meningkat tadi
mendorong kenaikan pada pertumbuha ekonomi dan begitu pula sebaliknya.
3. Konsep Klaster Industri
Pakar ekonom yang mengemukakan akan teori ini ialah bernama John
Maynard Keynes menjelaskan asumsinya yang didasari oleh peredaran sirkulasi
uang pada acuan meningkatnya konsumsi atau belanja pada suatu
perekonomian pada daerah tersebnut akan meningkat seiring dengan
peningkatan pendapatan juga salah satu pemicu faktor pendorong dalam hal
belanja serta pendapatan. Keynes berpendapat tercipatanya perekonomian yang
sama yaitu melalui pola konsumsi seseorang juga akan menjadi sumber
pendapatan bagi seseorang yang lain. Jadi bisa dikatakan seseorang itu
atau jasa tersebut sehingga dia terut andil dalam meningkatan sumber
pendapatan orang lain. Melemahnya perekonomian yamg disebabkan adamya
sirkulasi uang yang berhenti pada kejadian krisis yang melanda secara otomatis
nantinya masyarakat akan menguransi kuantitas belanja atau konsumsi serta
akan mengarah penimbun uang sehingga dapat menjadi sumber pemicu
terganggunya sirkulasi perekonomian. Menurut keynes sendiri peran
pemerintah turut andil melalui peningkatan penawaran atau melakukan
pembelian barang dan jasa agar terjadi peningkatan belanja pada masyarakat.
Model yang dikembangkan oleh Keynes mengenai model makro ekonomi
yaitu Y=C+I+G+X-M, dalam model ini menyimpulkan kenaikan konsimsi (C), Investasi (I), Pengeluaran Pemeintah (G), serta net ekspor dapat menyebabakan
produksi barang dan jasa mengalami kenaikan sehingga dalam kenaikan
tersebut juga akan menyebakan kenaikan produk dometik bruto dimana produk
domestik bruto yang meningkat tadi mendorong kenaikan pada pertumbuha
ekonomi dan begitu pula sebaliknya.
4. Teori Ekonomi dengan Sifat Klaster a. Teori Von Thunen (1826)
Model Von Thunen ini menjelaskan mengapa sewa tanah naik
bersama accessibility (aksesibilitas/keterjangkauan) tanah. Dalam model itu,
ia mengasumsikan suatu negara bagian yang terpencil dengan sebuah desa
sama, dimana tidak terdapat jaringan transportasi, output per are adalah
konstan, biaya produksi rata-rata juga konstan, berlaku biaya transpor yang
linier. Model von Thunen mengasumsikan semua faktor sama hingga hanya
jarak dari desa itu yang mempengaruhi pendayagunaan lahan. Hampir semua
barang yang dihasilkan di luar desa/pasar itu dikonsumsi di desa/pasar itu.
Model Von Thunen menggunakan konsep gradien sewa sebagai tempat
kedudukan bid rents, yakni, fungsi linier jarak dari pasar dan yang lerengnya
bergantung pada harga pasar suatu komoditi, bobot komoditi itu, tarif
angkutan dan biaya produksi. Dengan asumsi-asumsi itu, model lingkaran
konsentrik Von Thunen menunjukkan kurva-kurva penawaran sewa tanah
bagi beberapa aktivitas. Untuk tiap aktivitas, kurva penawaran sewa
menurun semakin jauh dari pasar. Agar bid rent maksimum, ditanam
komoditi yang menghasilkan sewa tertinggi untuk tiap aktivitas.
b. Teori Alfred Weber (1929)
Mempelopori pembentukan teori lokasi khusus untuk kegiatan industri
pengolahan (manufacturing), yaitu mencari lokasi industry yang terbaik
(optimal) di antara lokasi bahan baku dan pasar, yang dapat memberikan
ongkos angkut minimal, yang besarannya ditentukan oleh perbandingan
antara ongkos angkut bahan baku dan hasil produksi per unit. Prinsip teori
Weber adalah bahwa penentuan lokasi industri ditempatkan di
tempat-tempat yang resiko biaya atau biayanya paling murah atau minimal (least
kerja di mana penjumlahan keduanya minimum, tempat dimana total biaya
transportasi dan tenaga kerja yang minimum yang cenderung identik dengan
tingkat keuntungan yang maksimum. Prinsip tersebut didasarkan pada enam
asumsi bersifat prakondisi, yaitu :
1) Wilayah bersifat homogen dalam hal topografi, iklim dan penduduknya
(keadaan penduduk yang dimaksud menyangkut jumlah dan kualitas
SDM).
2) Ketersediaan sumber daya bahan mentah.
3) Upah tenaga kerja.
4) Biaya pengangkutan bahan mentah ke lokasi pabrik (biaya sangat
ditentukan oleh bobot bahan mentah dan lokasi bahan mentah).
5) Persaingan antar kegiatan industri.
6) Manusia berpikir secara rasional.
c. Teori Walter Christaller (1933)
Model tempat sentral (central lace model) mengemukakan bahwa
tanah yang positif adalah tanah yang mendukung pusat kota. Pusat kota
tersebut ada karena untuk berbagai jasa penting harus disediakan
tanah/lingkungan sekitar. Secara ideal maka kota merupakan pusat daerah
yang produktif. Dengan demikian apa yang disebut tempat sentral adalah
pusat kota. Berdasarkan prinsip aglomerasi (scale economics atau ekonomi
skala menuju efisiensi atau kedekatan menuju sesuatu), ekonomi kota besar
Artinya, kota kecil bergantung pada tersedianya dan adanya kegiatan yang
ada pada kota besar. Asumsi-asumsi dalam penyusunan teori oleh
Christaller:
1) Konsumen menanggung ongkos angkutan, maka jarak ke tempat pusat
dinyatakan dalam biaya dan waktu.
2) Jangkauan (range) suatu barang ditentukan oleh jarak yang dinyatakan
dalam biaya dan waktu.
3) Konsumen memilih tempat pusat yang paling dekat untuk mendapatkan
barang dan jasa.
4) Kota-kota berfungsi sebagai tempat pusat bagi wilayah sekitarnya.
5) Wilayah tersebut adalah dataran yang rata, mempunyai cirri-ciri
ekonomis sama dan penduduknya juga tersebar secara merata.
Teori ini didasarkan pada konsep range (jangkauan) dan threshold
(ambang). Range (jangkauan) adalah jarak tempuh yang diperlukan untuk
mendapatkan barang yang dibutuhkan masyarakat, sedangkan threshold
(ambang) adalah jumlah minimal anggota masyarakat yang diperlukan untuk
menjaga keseimbangan suplai barang. Menurut teori ini, tempat yang sentral
secara hierarki dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1) Tempat sentral yang berhirarki 3 (K = 3), merupakan pusat pelayanan
berupa pasar yang senantiasa menyediakan barang-barang bagi daerah
2) Tempat sentral yang berhierarki 4 (K = 4), merupakan situasi lalu lintas
yang optimum. Artinya, daerah tersebut dan daerah sekitarnya yang
terpengaruh tempat sentral itu senantiasa memberikan kemungkinan jalur
lalu lintas yang paling efisien.
3) Tempat sentral yang berhierarki 7 (K = 7), merupakan situasi
administratif yang optimum. Artinya, tempat sentral ini mempengaruhi
seluruh bagian wilayah-wilayah tetangganya.
d. Teori Hommer Hyot (1895)
Sebenarnya teori sektoral merupakan salah satu teori yang
berhubungan dengan tata kota atau tata daerah. Teori sektoral ini
dikemukakan oleh Homer Hoyt. Menurut teori sektoral ini adalah unit- unit
kegiatan di perkotaan tidak mengikuti zona- zona teratur secara konsentris,
namun membantuk sektor- sektor yang memiliki sifat lebih bebas. Menurut
teori ini, struktur ruang kota cenderung berkambang berdasarkan sektor-
sektor daripada berdasarkan lingkaran- lingkaran konsentrik. Dalam teori ini,
PDK atau Pusat Daerah Kegiatan atau yang biasa disebut dengan CBD
(Central Bussiness District) berada di wilayah pusat kota, sementara di
sekitarnya berkembang sektor- sektor lainnya, termasuk juga kawasan
industri dan pemukiman penduduk, Pemukiman penduduk pun juga dibagi
menjadi tiga golongan, yaitu kaum buruh, kaum menengah dan juga kaum
elit. Pada umumnya, teori ini memiliki beberapa pendapat. Pendapat-
• Daerah- daerah yang memiliki harga tanah maupun sewa yang tinggi, biasanya terletak di kawasan luar kota.
• Daerah- daerah yang memiliki sewa tanah dan harga yang rendah adalah berupa jalur- jalur yang terbentuknya memanjang dari pusat kota ke
daerah perbatasan.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
a. Sumber daya alam mejadi faktor utama penyebab terjadinya pekermbangan
akan suatu pertumbuhan perekonomian. Sumber daya alam diantaranya yaitu
berupa semua hasil kekayaan alam yang biasaya berupa produk barang
mentah.
b. Agregasi modal merupakan faktor penting juga dalam pertumbuhan ekonomi
dimana diperoleh dari separuh dari pendapatan ditabung kemudian di
investasikan kembali yang nanti dikemudian harinya mampu meningkatkan
output dan pendapatan.
c. Pertumbuahn penduduk serta tenaga kerja juga mejadi faktor yang
mempengarungi suatu pertumbuhan ekonomi. Menambahnya kuantitas
penduduk nantyinya juga tingkat tenaga kerja akan meningkat beriringan
sehinga mampu menghasilkan tenga kerja yang bisa dikatakan produktif
serta dalam cakupan pertumbuhan penduduk yang lebih besar lagi
d. Kemajuan tekonologi sangat mempengaruhi suatu pertumbuhan ekonomi
khususnya dalam pengapliksian produksi, kemajuan teknolgi juga akan
meningkatkan taraf modal, tenaga kerjanya, serta faktor poduksi lainnya
sehingga tingkat produktivitasnya akan naik menjadi lebih baik lagi. Zaman
yang semakin modern menjadikan permintaan akan barang dan jasa menjadi
beragam dan tak ada batasnya sehingga adanya faktor teknologi kan sangat
membantu dalam mencukupi kan permintaan tersebut, maka dalam proses
produksi akan lebih efektif dan efisien.
e. Faktor selanjutnya ialah politik dan administratif yang merupkan faktor
pertubuhan non ekonomi, dalam faktor ini dapat dijelaskan bahwa
pemerintah memilki peran penting dimanalemah atau kuatnya sistem
kebijkan maka akan mempengeruhi perekonomian pula. Kebijakan moneter
serta fiskal yang tepat dipilih oleh pemerintah dapat sebagi penunjang dalam
pertumbuhan perekonmian itu sendiri, maka dengan adanya kestabilan,
ketertiban dan perlindungan hukum yang dihasilkan dari kebijkan
pemerintah nantinya akan memicu wirausaha-wirusaha baru yang muncul
sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi.
6. Industri
Arti kata dari industri kerap didefinisikan berupa semua kegiatan
perekonomian yang dilakukan oleh manusia berupa mengolah bahan mentah
atau bahan baku menjadi barang lebih memilki nilai lebih yaitu bisa berupa
dipakai atau barang jadi, sehingga indsutri dalam hal ini adalah sebuah kegiatan
pengolahan manufakturing namun untuk lebih memahami pengertian dari
indsutri secara lebih mendalam lagi yaitu suatu kegiatan yang berkaitan dengan
pengolahan yang bersifat produktif serta komersil. Penyebab adanya
keberagaman industri itu dipengaruhi oleh luasnya kegiatan perekonomian itu
sendiri sehingga pada setiap negara juga nantinya memilki masing-masing
karakteristik industri yang tidak sama pula. Biasanya pengaruh tidak sama
tersebut bisa juga dipengaruhi oleh maju tidaknya perkembangan industrialisai
baik cakupan derah bahkan negara.
Menurut ahli bernama Siahaan (2000) yang mengklasifikasikan
penindustrian bersandarakan jenis tenaga kerjannya yaitu:
a. Penindustrian kategori rumah tangga ialah jumlah pekerjanya tidak lebih dari
sama dengan empat orang, yang memliki karakteristik terbatas
permodalannya, biasanya juga pekerjanya hanya ruang lingkup kerabat
sendiri, dan juga status kepemilikan juga orang dalam keluarga tersebut.
Misalnya : industri crafting, industri cemilan, industri batik dan lain
sebagainya.
b. Penindustrian selanjutnya yaitu industri kategori kecil yang memilki
karakteristik pekerjanya lima sampai 19 orang, serta dalam hal permodalan
juga cukup kecil dan untuk sumber pekerjanya juga masih dalam linkungan
sekitar serta masih bersatus saudara sendiri. Misalnya : indsutri gerabah,
c. Penindustrian yang ketiga termasuk dalam kategori sedang dengan
karakteristik pekerjanya berjumlah 20 orang sampai 99 orang. Dalam hal
permodalan dalan kategori indstri sedang ini cukup besar. Misalnya : indsutri
kaos, indsutri sablon, indsutri marmer dan lain sebagainya.
d. Penindustrian yang keempat sekaligus yang terakhir dikategorukan masuk
kedalam industri besar yang karakteristiknya memilki pekerja 100 orang
lebih, karakteristik lain yaitu dalam permodalan yang dinilai besar
bersumber dari himpunan dana secara kolektif seperti kepilikan saham, serta
pekerjanya juga harus memilki skill khusus dan untuk pimpinan perusahaan
juga harus berkompeten dibidangnya. Misalnya indsutri tekstile, industri
mesin, industri elektronik dan lain sebagainya.
7. Tenaga Kerja
Pendapat menurut seoarang ahli yang bernama DR Payaman Simanjuntak
(1985) yang ia kemukukakan sebuah sudut pandangnya terhadap suatu
pengertian atau definisi dari tenaga kerja atau man power yaitu seseorang yang
sudah dan atau yang sedang bekerja maupun sedang dalam mencari pekerjaan.
Tenaga kerja dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu angkatan kerja dan bukan
angkatan kerja. Angkatan kerja itu sendiri dapat termasuk didalamnya yaitu
kelompok yang bekrja, kelompok pengangguran, atau yang sedang dalam
mencari suatu pekerjaan. Sedangkan yang masuk ke dalam bukan angkatan
kerja yaitu orang-orang atau sekelompok yang masih bersekolah, rumah tangga,
pensiun dan lain sebagainya. Jadi yang dimaksud dengan tenaga kerja yaitu
individu atau seseorang yang sedang mencari atau sudah melakukan pekerjaan
dan yang menghasilkan barang atau jasa yang sudah memenuhi persyaratan
ataupun batasan usia yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang yang
bertujuan untuk memperoleh hasil atau upah untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari.
Menurut para ahli lain yang juga mendefinisikan pendapatnya mengenai
apa itu tenaga kerja yang bernama DR Payaman Simanjuntak (1985) bahwa
beliau menegemukakan tenaga kerja yaitu berisi sekelompk orang yang sudah
memilki pekerjaan dan atau masih dalam proses pencarian matapencaharian.
Dalam tenaga kerja sendiri terdapat jenis-jenisnya diantaranya yaitu:
a. Tenaga kerja terdidik
Definisinya ialah seseorang tenaga kerja yang dalam dirinya terdapat
skill atau keahlian pada aspek tertentu sehingga terdapat ilmu khusus yang
harus melalui bersekolah atau pendidikan secara formal atau informal sesuai
dengan aspeknya.
b. Tenaga kerja terlatih
Dalam jenis tenaga kerja yang satu ini dapat diartikan sebagai
seseorang tenga kerja tersebut harus dididik terlebih dahulu atau diberi skill
tertentu dahulu hingga seoarang tenaga kerja teresebut menjadi terlatih yang
nantinya memilki pengalaman sehingga lebih terasah.
Dapat diartikan sebagai sekelompok atau seorang tenaga kerja yang
sama sekali tidak memilki pendidikan atau pelatihan khusus terlebih dahulu
sehingga ia hanya mengandalkan kemampuan atau bakatnya secara mandiri
oleh diri sendiri.
Menurut seorang tokoh yang bernama Budi Santosa (2001) mengenai
pendapatan tentang tenaga kerja yaitu ia menjabarkan suatu keadaan
ketersediaan akan lapangan pekerjaan itu sendiri. Peningkatan akan total
produksi pada suatu wilayah itu salah satu faktor penunjanngnya ialah
banyaknya suatu lapangan pekerjaan yang tersedia di wilayah tersebut sehingga
nantinya akan menyerap masyarakat menjadi tenaga kerjanya.
8. Pengeluaran Pemerintah
Menurut Sadono Sukirno (2000) seorang alhi tentang perekonomian yang
mengemukakan defisininya mengenai apa itu pengeluaran pemerintah yaitu
proses mengelola arus kegiatan perekonomian mellui penentuan suatu nilai
penerimaan serta pengeluaran pemerintah per tahunnya yang mana kegiatan
tersebut juga dilakukan oleh pemerintah serta masuk kedalam suatu kebijakan
fiskal itu sendiri dengan tujuannya yaitu stabilisasi harga, tingkat ouput yang
dihasilkan, kesempatan kerja, serta suatu faktor pendorong economic growth itu
sendiri. Dalam hasil dari nilai suatu pengelyran tersebut dapat kita ketahui
melalui dokumen nasionalnya Anggaran Pendpaatan Belanja Nasioal (APBN)
dan untuk per daerah-daerah dapat diakses melalui dokumen Anaggaran
Pengeluaran pemerinth dalam arti riil memilki peran sebagai klasifikasi
tingkat semua aktifitas pemerintahan berupa kegiatan-kegiatan pembangunan
atau semacamnya yang nantinya biaya yang menanggung juga merupakan
pengeluran pemrintah itu sendiri, sehingga dapat disimpulkan apabila suatu
pengeluaran pemerintah tersebut tinggi dapat disebabkan tinggimya juga
kegiatan pemerintaj tersebut dan begitu pula sebaliknya dan apa kaitannya
dengan pertumbuhan ekonomi juga tentu ada keterkaitannya yaitu skala
pengeluran pemerinth berkaitan dengan hasil penghasilan nasional itu sendiri.
Menurut ahli yang bernama Rostow (1956) ia memilki sudut pandang
tentang bentuk keterkaitan perkembangan pengeluaran pemerintah terhadap
fase pembangunan hekonomi. Untuk fase pertama pemerintah wajib memfasilitasi prasarana yang memadai dikarenakan pada fase ini terdapat
besarnya tingkat investasi pemerinth pada kuantitas invetasi yang besar pula,
pada fase menengah terdapat besarnya nlai investasi swasta juga menyebabkan
kemungkinan kegagalan pasar maka pemerintah tetap wajib menyediakan
fasilitas yang sama pada fase pertama atau awal. Dan pada fasek lanjut aktifitas
pemerintah bergeser pada pola pengeluaran untuk kegiatan-kegiatan berbentuk
sosial dimana pada tahap perekonomian yang lebih maju atau lanjut.
Menurut Guritno (1999), Pengeluaran Pemerintah mencerminkan
kebijakan pemerintah. Apabila pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan
yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan
tersebut.
9. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Menurut seorang tokoh bernama Widodo (2006:78) dalam Ericson
Damantik (2015) beliau memiliki sudut pandang tersendiri mengenai apa yang
dimaksud Produk Domestik Regional Bruto, beliau mendefinisikan PDRB
sebagai nilai semua output akhir yang diperoleh bersumber dari aktivitas
ekonomi yang dilaksanakan warga lokal maupun asing yang memiliki
keterkaintan atar negara bersangkutan atau dapat disebut juga bermukim.
Dengan penjelasan yang sudah dipaparkan maka dapat diketahui parameter
untuk mengukur laju pertumbuhan ekonomi yang sering dipakai pada skla
nasionalnya yauti menggunakan produk domestik brtuo PDB sedangnkan pada
skala provinsi, kabupaten atau kota menggunkan produk rdomestik regional
bruto atau PDRB.
PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto yang timbul dari seluruh sektor
perekonomian di suatu wilayah atau propinsi. Pengertian nilai tambah bruto
adalah nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya antara (intermiede cost).
Komponen – komponen faktor pendapatan (upah, gaji, bunga, sewa tanah dan
keutungan), penyusutan dan pajak tidak langsung netto. Jadi dengan
menghitung niali tambah bruto dari masing – masing sektor dan kemudian
Dalam menentukan perhitungan pendapatan regional dengan metode langsung
terdapat tiga pendekatan yang dapat digunkan, diantaranya :
a. Pendekatan Pengeluaran
Dengan pendekatakan ini cara yang digunakan sebagai sebagai
penentu pendapatan regional yaitu melalui metode penjumlahan antara
masing-masing nilai dari barang dan jasa yang dihasilkan didalam negeri.
Jika tinjau dari sisi penggunaannya sehingga jumlah unit penyediaan atau
produksi dari barang serta jasa yang digunkan untuk konsumsi rumah
tangga, swasta yang tidak mecari keuntungan, konsumsi pemerintah,
invesatsi, dan juga total ekspor yang dikurangi dengan total impor.
Rumusnya : 𝑌 = 𝐶 + 𝐼 + 𝐺 + (𝑋 − 𝑀) Keterangan : 𝑌 = 𝑃𝐷𝑅𝐵 𝐼 = 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 𝐺 = 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑚𝑒𝑟𝑖𝑛𝑡𝑎ℎ (𝑋 − 𝑀) = 𝐸𝑠𝑘𝑝𝑜𝑟 𝑑𝑖𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛𝑔𝑖 𝐼𝑚𝑝𝑜𝑟 b. Pendekatan Produksi
Pendekatan ini merupakan suatu metode yang sering digunkan oleh
negara-negara berkembang temasuk juga Indonesia. Hasil yang dihasilkan
barang akhir atau nilai tambah bruto (NTB) pada suatu periode atau tahun
tertentu.nilai tambah bruto sendiri hasil dari nilai produksi bruto barang
maupun jasa yang nantinya dikurangi oleh biaya pada proses produksi
tersebut. Rumusnya : 𝑌 = 𝑃1𝑄1+ 𝑃2𝑄2+ ⋯ + 𝑃𝑛𝑄𝑛 Keteranagan : 𝑌 = 𝑃𝐷𝑅𝐵 𝑃1, 𝑃2, … 𝑃𝑛= 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑆𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑚𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 − 𝑚𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑒𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖 𝑄1, 𝑄2, … 𝑄𝑛= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑚𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 − 𝑚𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑒𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖 c. Pendekatan Pendapatan
PDRB merupakan hasil keseluruhan dari perolehan faktor-faktor
produksi yang turut ikut serta dalam kegiatan produksi pada wilayah dan
waktu tertentu pertahunnya. Nilai tambah bruto atau NTB ialah hasil dari
jumlah gaji, bunga modal, sewa tanah, serta profit dari pajak penghasilan
dan pajak penghasilan sebelum kena potongan. Dalam pengertian
pendekatan pendapatan ini yang masuk kedalamnnya ialah komponen
penyusutan dan pajak tidak langgsung neto.
Rumusnya :
𝑌 = 𝑌𝑤+ 𝑌𝑟+ 𝑌𝑖+ 𝑌𝑝
𝑌 = 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑛 𝑅𝑒𝑔𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑌𝑤 = 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎
𝑌𝑝= 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑗𝑖/𝑢𝑝𝑎ℎ
𝑌𝑝= 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛/𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑌𝑟 = 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑤𝑎
10. Hubungan Antar Variabel
a. Hubungan Industri dengan Pertumbuhan Ekonomi
Meluasnya suatu industri-industri dapat ditandai dengan banyaknya
bermunculan perusahaan industri-industri baru pada suatu kawasan tersebut
yang dimana nantinya kan mampu menjadikan suatu bentuk dorongan
pertumbuhan ekonomi yang cepat pada sektor industri khusus. Keberhasilan
suatu proses yang dihasilkan dari input yang dikelola pada sektor industri
nantinya akan manjadi pemicu kemajuan perkekonomian yang baik melalui
faktor sektor indstri itu sendiri. Suatu negara atau daerah yang dapat
diakatan maju apabila suatu keterkaitan nilai sektor industri yang
dihasilkannya mampu melebihi 30 persen. Suatu bentuk peran penting dalam
pemicu pembangunan ekonomi yang baik ialah salah satunya tentu dari
sektor industri itu sendiri, sektor industri turut ikut andil dalam proses
perbaikan pembangunan, sehingga jika peran sektor industri menunjukkan
hasil yang memuaskan atau dapat dikatakan baik dari tahun ke tahun maka
nantinya dapat disimpulkan sektor industri berkontribusi signifikan dalam
b. Hubungan Tenaga Kerja dengan Pertumbuhan Ekonomi
Seorang ahli bernama Todaro (2004) beliau mengemukakan sudut
pandangannya mengenai keterkaitan antara perumbuhn penduduk dengan
pertumbuhn tenaga kerjammemiliki kaitan sebagai salah satu yang merupakan faktor penunjang akan pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Adanya
laju produksi yang meningkat dapat disebabkan oleh adanya banyaknya
jumlah akan tenaga kerja itu sendiri. Bentuk dari pasar domestiknya yang
dikatakan besar muncul karena pertumbuhan penduduk yang besar pula.
Namun todaro sendiri masih belum memastikan apakah cepatnya proses dari
pertumbuhan penduduk nantinya akan membawa pengaruh yang positif
maupun negatif dalam pembangunan perekonomiannya itu sendiri.
Dapat disebutkan pengaruh yang timbul karena pertumbuhan
penduduk bagi dari segi positif atau negatif itu sendiri semua disebabkan
oleh baik tidaknya pengelolan pemerintah daerah tersebut dalam penyerapan
serta pemanfaatan jumlah pendudukatau tenaga kerjanya dengan benar.
Sehingga dari kemampuan pengeloaan yang baik tadi nantinya akan
menciptakan ketersediaannya input serta faktor penunjajang lainnya yang
juga disebabkan oleh tingkat serta jenis agregasi modal yang baik.
c. Hubungan Pengeluaran Pemerintah dengan Pertumbuhan Ekonomi
Pengeluaran pemerintah atau nama lainnya goverment expenditure
merupakan buah dari hasil suatu kebijakan fiskal itu sendiri (Sadono
penenrimaan serta penegenualaran pemerintah per tahunnya yang merupakan
hasil kegitakan yang dilakukan oleh pemrintah daerah ataupun nasional.
Sehingga keterkaitannya dengan pertumbuhan ekonomi didasari oleh
semakin besarnya suatu pengeluaran pemerintah makan semakin baik pula
pengaruh dalam pertumbuhan perekonomian tersebut.
C. Kerangka Pemikiran
Berlandaskan telaah pustakan yang diperkuat dengan penelitian terdahulu
diduga pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu jumlah industri,
tenaga kerja, dan pengeluaran pemerintah. Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah Pertumbuhan Ekonomi (Y) sedangkan variabel bebasnya adalah Jumlah
Industri (X1), Tenaga Kerja (X2), dan Pengeluaran Pemerintah (X3).
Pertumbuhan ekonomi sendiri dilihat dari segi definisinya ialah proses
alterasi dalam perekonomian disuatu negara yang berjalan berkontiniutas ke arah
yang lebih baik lagi pada waktu tertentu. Menurut tokoh perekonomian yang
bernama Solow dan Swan yang merupakan tokoh pengembang dari teori neo
klasik mengklasifikasikan komponen yang berkaitan antara pertumbuhan
penduduk, tingkat output, dan akumulasi modal. Pada teori tersebut juga terdapat
kaitan hubungan antara unsur kapital dan tenaga kerja atau labor dalam model
fungsi produksinya serta mengartikan Investasi dengan Saving (tabungan) dan
tersebut menjadi kebiasan masyarakat memegang uang tunai dengan jumlah
teori ini menganjurkan meningkatkan saving atau tabungan serta profit pengusaha
nantinya di investasikan kembali atau ditabungkan lagi sehingga nanti dapat
menimbulkan pertumbuhan ekonomi yang stabil menjadikan salah satu ciri khas
dari teori Solow-Swan.
Dalam penelitian ini menghasilkan sebuah kerangka penelitian yang
didalamnya berisi gambaran atau skema dari variabel dependen yaitu pertumbuhan
ekonomi yang dipengaruhi oleh tigavariabel independen yaitu diantaranya adalah
jumlah industri, tenaga kerja, dan pengeluaran pemerintah yang nantimya
variabel-variabel tersebut di proses melalui analisis regresinya sehingga dapat diketahui
tingkat signifikansinya.
Dengan adanya kemajuan pembangunan industri menuju yang lebih baik lagi
melalui semakin banyaknya suatu industri atau perusahaan nantinya menimbulkan
kesejahteraan bagi masyarakat sekitarnya. Peningkatan kualitas dari sumber
manusia itu sendiri merupakan salah satu faktor terpenting dalam kegiatan
industrialisasi itu sendiri, semakin baik mutu sumber daya manusianya nantinya
akan mampu memaksimalkan segi produksinya baik dari sumber daya alam
maupun sumber daya lainnya sehingga nantinya semakin bertambah luasnya suatu
lapangan kerja yang produktif dapat menghasilkan ouput yang baik pula. Tenaga
kerja sendiri terdapat hubungan yang lurus juga terhadap pertumbuhan ekonomi,
pasalnya semakin tingginya jumlah tenaga kerja nantinya semakin tinggi pula
jumlah produksinya apalagi diiringi dengan baiknya kualitas sumber daya
secara pesat dan stabil sehingga perlu meningkatkan kualitas dari faktor penunjang
tenaga kerja yang baik.
Pengeluaran pemerintah dalam arti riil memilki peran sebagai klasifikasi
tingkat semua aktifitas pemerintahan berupa kegiatan-kegiatan pembangunan atau
semacamnya yang nantinya biaya yang menanggung juga merupakan pengeluran
pemrintah itu sendiri, sehingga dapat disimpulkan apabila suatu pengeluaran
pemerintah tersebut tinggi dapat disebabkan tinggimya juga kegiatan pemerintaj
tersebut dan begitu pula sebaliknya dan apa kaitannya dengan pertumbuhan
ekonomi juga tentu ada keterkaitannya yaitu skala pengeluran pemerinth berkaitan
Kerangka hubungan pertumbuhan ekonomi dengan masing-masing variabel
independen dapat dilihat pada skema dibawah ini :
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Pemikiran Teoritis Klaster Aglomerasi
Industri
GERBANGKERTASUSILA (Kab. Gresik, Kab. Bangkalan, Kab.
Mojokerto, Kota Mojokerto, Kota Surabaya, Kab. Sidoarjo, dan Kab.
Lamongan)
Teori Pertumbuhan Klasik (Todaro & Smith)
Total Output serta pertumbuhan penduduk menjadi suatu penyebab pertumbuhan ekonomi dengan terdapat tiga komppnen utama sistem produksi :
1. Ketersediaan SDA 2. Jumlah Penduduk 3. Sumber Modal
Teori Pertumbuhan Neo Klasik (Solow & Swan)
Terdapat penambahan komponen Teknologi sebagai pendukungnya dan terdapat ciri khas pada teori ini yaitu menghubungkan unsur kapital dan tenaga kerja serta menganjurkan pentingnya peran investasi dan saving dalam kestabilan pertumbuhan ekonomi.
Teori Pertumbuhan Keynes
Peran pemerintah sangat berperan penting guna mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan penawaran atau melakukan pembelian barang dan jasa agar terciptanya peningkatan belanja pada masyarakat. Dengan model yang dikembangkan yaitu : Jumlah Industri (𝑋1) Tenaga Kerja (𝑋2) Pengeluaran Pemerintah (𝑋 ) PDRB GERBANGKERTASUSIL A
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan teori-teori yang telah dibahas dalam tinjauan
pustaka, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
• Diduga bahwa Jumlah Industri, Tenaga Kerja, dan Pengeluaran Pemerintah berpengaruh terhadap PDRB GERBANGKERTASUSILA.