• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Distribusi

Distribusi Menurut Winardi (1989) adalah salah satu aspek dari pemasaran. Distribusi juga dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan). Seorang atau sebuah perusahaan distributor adalah perantara yang menyalurkan produk dari pabrikan (manufacturer) ke pengecer (retailer). Setelah suatu produk dihasilkan oleh pabrik, produk tersebut dikirimkan (dan biasanya juga sekaligus dijual) ke suatu distributor. Distributor tersebut kemudian menjual produk tersebut ke pengecer atau pelanggan.

Menurut Philip Kotler (1997) Distribusi merupakan sekumpulan organisasi yang membuat sebuah proses kegiatan penyaluran suatu barang atau jasa siap untuk di pakai atau di konsumsi oleh para konsumen (pembeli). Menurut Alma (2007)

(2)

Distribusi merupakan sekumpulan lembaga yang saling terhubung antara satu dengan lainnya untuk melakukan kegiatan penyaluran barang atau jasa sehingga tersedia untuk dipergunakan oleh para konsumen (pembeli).

Menurut Tjiptono (2008) Distribusi merupakan suatu proses kegiatan pemasaran yang bertujuan untuk mempermudah kegiatan penyaluran barang atau jasa dari pihak produsen ke pihak konsumen. Menurut Daniel (2001) Distribusi merupakan suatu kegiatan dari sebuah organisasi yang bertujuan untuk memperlancar kegiatan penyaluran barang atau jasa dari produsen ke konsumen.

1.1.1 Tujuan Distribusi

Menurut pendapat Anggarini (2007:163) Kegiatan distribusi memiliki tujuan seperti berikut:

1. Menyalurkan barang dan jasa dari produsen kepada konsumen. 2. Mempercepat sampainya barang ke tangan konsumen.

3. Menjaga kelangsungan kegiatan produksi. 4. Penyebaran barang akan merata ke konsumen. 5. Meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil produksi. 6. Untuk memperoleh keuntungan.

1.1.2 Fungsi Distribusi

Kegiatan yang termasuk fungsi distribusi terbagi secara garis besar menjadi 2 (dua) sebagai berikut:

(3)

Fungsi pokok adalah fungsi tugas-tugas yang mau tidak mau harus dilaksanakan. Dalam hal ini fungsi pokok distribusi sebagai berikut:

a. Pengangkutan (transportasi). b. Penjualan (selling).

c. Pembelian (buying). d. Penyampaian.

e. Pembakuan standar kualitas barang. 2. Fungsi Tambahan Distribusi.

Distribusi mempunyai fungsi tambahan yang hanya diberlakukan pada distribusi barang-barang tertentu. Fungsi tambahan tersebut sebagai berikut:

a. Menyeleksi

b. Mengepak/ mengemas. c. Memberi Informasi. 1.2 Permintaan

Pengertian teori permintaan menurut Sadono Sukirno (2005), teori permintaan adalah teori yang menerangkan tentang ciri-ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga. Berdasarkan ciri hubungan antara permintaan dan harga dapat dibuat grafik kurva permintaan.

Menurut Adiwarman A. Karim (2007) permintaan barang yaitu bahwa factor harga dari komoditas merupakan variable dependen yang akan menentukan beberapa jumlah komoditas yang bersangkutan diminta oleh konsumen.

(4)

Sedangkan menurut Wilson Bangun (2007), permintaan suatu barang pada tingkat harga tertentu. Konsumen dapat menentukan jumlah barang yang dikonsumsi tergantung pada harga barang tersebut. Pada umumnya, semakin tinggi harga suatu barang, maka semakin sedikit jumlah permintaan keatas suatu barang tersebut. Sebaliknya, semakin rendah harga suatu barang, maka semakin banyak jumlah permintaan keatas barang tersebut, apabila factor tidak berpengaruh (catteries paribus) . Hipotesis seperti itu disebut sebagai hukum permintaan.

Dengan demikian, hukum permintaan (law of demand) adalah hukum yang menjelaskan hubungan antara harga dengan jumlah permintaan ke atas suatu barang (catteries paribus).

1.3 Distribution Resources Planning (DRP)

Menurut Vincent Gaspersz (2004) Distribution Resource Planning (DRP) memberikan kerangka kerja untuk menerapkan centralized push sistem dalam menejemen distribusi inventori. Istilah DRP memiliki dua pengertian yang berbeda, yaitu: distribution requirements planning dan distribution resource planning. Distribution Requirements Planning berfungsi menentukan kebutuhan-kebutuhan untuk mengisi kembali inventori pada branch warehouse. Sedangkan Distribution Resource Planning merupakan perluasan dari distribustion requirements planning yang mencakup lebih dari sekedar sistem perencanaan dan pengendalian pengisian kembali inventori, tetapi ditambah dengan perencanaan dan pengendalian dari sumber-sumber yang terkait untuk meningkatkan performansi sistem.

(5)

Menurut Andre J Martin (1995) DRP adalah proses menetapkan kebutuhan lokasi Persediaan dan memastikan bahwa pemenuhan sumber akan dapat memenuhi permintaan. Sedangkan menurut Kenneth Lysons (2000) DRP adalah pengendalian inventori dan teknik Penjadwalan yang menerapkan prinsip MRP pada distribusi inventori. Ini mungkin juga dipandang sebagai metode penanganan penambahan stock pada lingkungan.

Perencanaan sumber daya distribusi (Distribution Resource Planning) Melanjutkan perencanaan kebutuhan distribusi ke arah perencanaan sumber daya penting yang terkandung dalam sistem distribusi: ruang gudang, tenaga kerja, biaya angkutan.

1.3.1 Konsep DRP

Menurut Rangkuti (2004:1) DRP mengerjakan perencanaan pergerakan material ke dalam dan ke luar dari suatu jaringan distribusi. DRP membuat material yang tersedia sedemikian rupa sehingga inventori dapat ditarik melalui jaringan distribusi untuk menyediakan material secara "just in time" yang akan menjawab permintaan pelanggan.

1.3.2 Tujuan DRP

Tujuan utama DRP Menurut Tampubolon (2004:190)tentu saja mendapatkan hasil yang sebaik mungkin dalam pendistribusian suatu produk tertentu, yang dimaksudkan dalam proses ini adalah; produk tersebut dapat sampai pada tempat,

(6)

kuantitas, serta waktu yang tepat. Informasi DRP ini akan dapat digunakan sebagai input untuk menentukan :

1. Kapasitas transportasi yang dibutuhkan dalam pendistribusian produk. 2. Kapasitas peralatan (pompa & pipa) yang dibutuhkan oleh bagian

manufaktur.

3. Investasi untuk persediaan yang dibutuhkan oleh setiap DC (Distribution Center).

4. Tingkat produksi minimum yang dibutuhkan oleh tiap – tiap produk dari DC.

1.3.3 Fungsi DRP

Johns dan Harding (2001:71) mengemukakan bahwa DRP berfungsi untuk Mengolah semua data yang diperlukan pada seluruh distribution center yang digunakan untuk mengadakan perubahan dan perencanaan untuk memenuhi permintaan konsumen hasil peramalan serta untuk melakukan perencanaan mengenai persediaan yang di inginkan.

Sebagai input untuk semua bagian untuk mengambil keputusan baik menyangkut keputusan mengenai berapa jumlah yang harus diproduksi oleh pabrik bagaimana persediaan yang dikehendakai untuk mengantisipasi fluktuasi demand.

(7)

1.3.4 Istilah Dalam DRP

Dalam melakukan pemetaan DRP, terdapat beberapa istilah yang sering digunakan, diantaranya adalah:

1) Lead Time

Waktu tunggu (lead time) adalah tenggang waktu yang diperlukan antara saat pemesanan bahan baku sampai datangnya bahan baku tersebut.

2) Inventory on Hand

Inventory on Hand / Project on Hand (persediaan di tangan) adalah persediaan yang tersedia dan siap untuk digunakan/di distribusikan

3) Safety Stock

Persediaan pengaman atau safety stock adalah persediaan minimum yang harus tersedia dan hanya dapat digunakan dalam keadaan yang betul-betul darurat. Dengan adanya safety stock maka perusahaan dapat mengalami resiko seminimal yang dapat ditimbulkan karena adanya ketidakpastian kedatangan bahan

1.3.5 Proses DRP

Perhitungan perencanaan kebutuhan distribusi (Tersine,1994) dimulai dari peramalan permintaan tingkat pengecer, dari hasil peramalan penjualan yang diperoleh kemudian dihitung kebutuhan bersih untuk tingkat pengecer dimana kebutuhan bersih ini akan menjadi Planned Order Release, sampai penentuan perencanaan pesanan dikirim. Planned Order Release adalah selisih hasil peramalan dengan persediaan ditangan periode sebelumnya. Planned order

(8)

release pada tingkat pengecer akan menjadi kebutuhan kotor pada tingkat distribusi diatasnya.

Menurut Vollman (1988), untuk menyelesaikan perhitungan tersebut langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah:

1. Menentukan kebutuhan bersih adalah selisih kebutuhan kotor dengan persediaan yang ada di tangan.

2. Menentukan jumlah pesanan (ukuran lot / Lot Size)

Penentuan jumlah pesanan pada setiap jaringan distribusi, didasarkan pada kebutuhan bersih. Sistem penentuan jumlah pesanan yang dapat digunakan antara lain LFL, EOQ dan FOQ.

3. Menentukan Bill of Distribution (BOD) dan kebutuhan kotor di setiap jaringan distribusi. BOD ditentukan berdasarkan struktur jaringan distribusi, sedangkan kebutuhan kotor untuk setiap jaringan distribusi ditentukan berdasarkan Planned Order Release jaringan distribusi.

4. Menentukan waktu pemesanan adalah dengan menentukan saat yang tepat untuk melakukan pemesanan, dipengaruhi oleh rencana penerimaan 5. (Planned Order Receipt) dan tenggang waktu pemesanan kembali (Lead

Time)

Perhitungan perencanaan kebutuhan distribusi dimulai dari peramalan permintaan kemudian dihitung kebutuhan bersih, sampai penentuan perencanaan pesanan dikirim.

(9)

2.3.5.1 Asumsi Perencanaan Kebutuhan Distribusi

Menurut Fogarty dkk (1991), asumsi yang dapat digunakan dalam mengoperasikan metode perencanaan kebutuhan produk adalah sebagai berikut:

A. Mengetahui lama waktu pemesanan (Lead Time) untuk setiap mata rantai distribusi.

B. Jumlah persediaan, persediaan pada setiap mata rantai harus selalu dikontrol dalam arti setiap transaksi yang terjadi harus selalu dacatat karena dapat menyebabkan perubahan pada jumlah persediaan.

C. Pada saat penjualan berjalan, semua barang dagangan harus tersedia. D. Pengadaan dan pemakaian persediaan bersifat diskrit artinya pengadaan. E. barang mampu memenuhi rencana penjualan pada periode penjualan. 2.3.5.2 Masukan Perencanaan Kebutuhan Distribusi

Menurut Tersine (1994), masukan untuk kebutuhan distribusi antara lain:  Catatan Persediaan

Catatan persediaan merupakan catatan mengenai informasi tentang persediaan yang dimiliki, lead time, rencana kedatangan barang, ukuran pemesanan dan sebagainya. Catatan persediaan harus selalu diperbaharui sesuai dengan kondisi persediaan, seluruh transaksi yang terjadi harus dicatat karena dapat menyebabkan perubahan status persediaan.

(10)

 Struktur Jaringan Pemasaran

Struktur jaringan pemasaran merupakan gambaran tentang kondisi jaringan usaha eceran. Dari struktur jaringan pemasaran ini dapat diketahui berapa banyak pengecer dan sub distributor yang dimiliki, tingkatan dan hubungan keterkaitan antara pengecer, sub distributor dan distributor.

 Rencana Induk Penjualan

Rencana induk penjualan merupakan pernyataan tentang berapa banyak barang yang akan dijual dalam satu periode. Penentuan penjualan didasarkan pada hasil peramalan yang telah dilakukan. 2.3.5.2 Proses Perencanaan Kebutuhan Distribusi

Analogi perhitungan DRP dengan MRP menyebabkan samanya langkah-langkah perhitrungan dan asumsi yang digunakan di antara keduanya. Secara garis besar proses perhitungan DRP menurut Vollman, 1988, adalah sebagai berikut:

1) Perhitungan Kebutuhan Bersih

Merupakan proses perhitungan kebutuhan bersih (net requirement) yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor (gross requirement) dengan jadwal penerimaan barang (planned receipts) dan persediaan awal yang tersedia (beginning inventory). Data yang dibutuhkan dalam perhitungan kebutuhan bersih adalah:

(11)

 Persediaan yang dimiliki pada awal perencanaan  Rencana penerimaan untuk setiap periode perencanaan

Kebutuhan bersih (net requirement) akan ditujukan sebagai nilai positif yang sesuai dengan pertambahan negatif dari persediaan di tangan dalam periode yang sama. Apabila lot sizing dipakai, kebutuhan bersih adalah prediksi kekurangan material, sehingga perlu dimasukkan dalam perhitungan rencana penerimaan pesanan (planned order receipt), dan tidak hanya menghitung kenaikan dalam nilai negatif yang ditunjukkan dalam baris persediaan di tangan.

2) Penetuan Lot

Lotting merupakan proses untuk menentukan besarnya pesanan di setiap mata rantai berdasarkan kebutuhan bersih yang dihasilkan dari proses netting. Terdapat banyak alternatif untuk menghitung ukuran lot, yaitu:

1. Fixed Order Quantity (FOQ): Pendekatan menggunakan konsep jumlah pemesanan tetap karena keterbatasan akan fasilitas. Misalnya: kemampuan gudang, transportasi, kemampuan supplier dan pabrik.

2. Lot for Lot (LFL): Pendekatan menggunakan konsep atas dasar pesanan diskrit dengan pertimbangan minimasi dari ongkos

(12)

simpan, jumlah yang dipesan sama dengan jumlah yang dibutuhkan.

3. Least Unit Cost (LUC): Pendekatan menggunakan konsep pemesanan dengan ongkos unit perkecil, dimana jumlah pemesanan ataupun interval pemesanan dapat bervariasi. Keputusan untuk pemesanan didasarkan : ongkos perunit terkecil = (ongkos pesan per unit) + (ongkos simpan per unit) 4. Economic Order Quantity (EOQ): Pendekatan menggunakan

konsep minimasi ongkos simpan dan ongkos pesan. Ukuran lot tetap berdasarkan hitungan minimasi tersebut.

5. Period Order Quantity (POQ): Pendekatan menggunakan konsep jumlah pemesanan ekonomis agar dapat dipakai pada periode bersifat permintaan diskrit, teknik ini dilandasi oleh metode EOQ. Dengan mengambil dasar perhitungan pada metode pesanan ekonomis maka akan diperoleh besarnya jumlah pesanan yang harus dilakukan dan interval periode pemesanannya adalah setahun.

6. Part Period Balancing (PPB): Pendekatan menggunakan konsep ukuran lot ditetapkan bila ongkos simpannya sama atau mendekati ongkos pesannya.

7. Fixed Periode Requirement (FPR): Pendekatan menggunakan konsep ukuran lot dengan periode tetap, dimana pesanan

(13)

jumlah pesanan tidak didasarkan oleh ramalan tetapi dengan cara menggunakan penjumlahan kebutuhan bersih pada interval pemesanan dalam beberapa periode yang ditentukan. 8. Least Total Cost (LTC): Pendekatan menggunakan konsep

ongkos total akan diminimasikan apabila untuk setiap lot dalam suatu horison perencanan hampir sama besarnya. Hal ini dapat dicapai dengan memesan ukuran lot yang memiliki ongkos simpan per unit-nya hampir sama dengan ongkos pengadaannya/ unitnya. ongkos total = (ongkos simpan) + (ongkos pengadaan)

9. Wagner Within (WW): Pendekatan menggunakan konsep ukuran lot dengan prosedur optimasi program linear, bersifat matematis. Pada prakteknya ini sulit diterapkan dalam MRP karena membutuhkan perhitungan yang rumit. Fokus utama dalam penyelesaian masalah ini adalah melakukan minimasi penggabungan ongkos total dari ongkos set-up dan ongkos simpan dan berusahan agar ongkos set-up dan ongkos simpan tersebut mendekati nilai yang sama untuk kuantitas pemesanan yang dilakukan.

10. Silver Mean (SM): Menitikberatkan pada ukuran lot yangharus dapat meminimumkan ongkos total per-periode.Dimana ukuran

(14)

lot didapatkan dengan cara menjumlahkan kebutuhan beberapa periode yang berturut-turut sebagai ukuranlotyang tentatif (bersifat sementara), penjumlahan dilakukan terussampai ongkos totalnya dibagi dengan banyaknya periode yang kebutuhannya termasuk dalam ukuran lot tentatif tersebut meningkat. Besarnya ukuran lot yang sebenarnya adalah ukuran lottentatifterakhir yang ongkos total periodenya masih menurun

3) Perencanaan Pemesanan

Perencanaan Pemesanan merupakan proses yang bertujuan untuk menentukan saat yang tepat untuk merencanakan pemesanan dalam rangka memenuhi kebutuhan bersih. Rencana pemesanan diperoleh dengan cara mengurangkan saat awal tersedianya kebutuhan bersih yang diinginkan dengan lead time yang dibutuhkan.

4) Perhitungan kebutuhan bersih

Proses perhitungan kebutuhan bersih merupakan proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat mata rantai di bawahnya (sub distributor, distributor) yang didasarkan atas rencana pemesanan. Dalam proses ini struktur jaringan inilah proses Explosion akan berjalan dan dapat menentukan ke arah mata rantai mana harus dilakukan explosion.

(15)

2.3.6 Tabel DRP

Contoh dari Tabel untuk pemetaan distribusi dengan metode Distribution Resources Planning (DRP) adalah sebagai berikut:

Gambar 2. 1 Contoh Tabel Pemetaan DRP

2.4 Biaya Persediaan

Setiap bagian asset di perusahaan pasti mempunyai biaya (cost) begitu juga dengan persediaan. Adapun menurut Handoko (1999:334) Secara garis besarnya biaya yang terjadi pada persediaan adalah:

A. Biaya penyimpanan (holding cost / carrying cost), yaitu biaya-biaya yang timbul karena perusahaan menyimpan persediaan. Biaya penyimpanan sangat bergantung pada kuantitas barang yang disimpan. Biaya yang termasuk dalam biaya penyimpanan,antara lain :

 Biaya yang berhubungan dengan tempat penyimpanan (listrik, pendingin udara dll).

Biaya modal (Opportunity cost of capital), yaitu kesempatan mendapatkan pendapatan dari jumlah modal yang diinvestasikan dalam prsediaan.

 Biaya kerusakkan persediaan  Biaya asuransi persediaan.

Biaya penghitungan fisik (stock opname).  Biaya pajak.

(16)

B. Biaya pemesanan/pembelian (Ordering costs), biaya-biaya yang meliputi :  Proses pesanan (surat menyurat).

 Sarana komunikasi (telepon, fax, internet, dll).  Pengiriman barang.

 Pemeriksaan barang.

C. Biaya yang timbul akibat perusahaan kehabisan persediaan (stock-out cost/shortage costs), biaya-biaya yang timbul adalah :

 Kehilangan penjualan  Hilangnya pelanggan.

 Biaya pemesanan dan ekpedisi khusus.  Biaya mesin-mesin yang menganggur.  Biaya tenaga kerja / upah.

 Terganggunya operasonal perusahaan.  Target pekerjaan terhambat.

 Meningkatnya biaya utang lancar

D. Biaya kehabisan persediaan / material pada kenyataannya cukup sulit diukur khususnya yang berhubungan dengan pelanggan (external), karena menyangkut kepuasan dan menurunnya kredibilitas perusahaan di mata pelanggan.

2.5 Penelitian Terdahulu

Beberapa sumber atau referensi dari jurnal yang menjadi acuan dalam pembuatan Tugas Akhir adalah sebagai berikut:

1. Jurnal milik Heryanto Sitanggang, Dini Wahyuni, dan Rahim Matondang tahun 2013 yang berjudul “Perencanaan dan Penjadwalan aktivitas Distribusi dengan menggunakan Distribution Requirement Planning (DRP) di PT.

(17)

XYZ” menyimpulkan bahwa Dengan menerapkan DRP pada sistem distribusi perusahaan dapat menghemat biaya transportasi sebesar 7,87%.

2. Jurnal milik Syarif Hidayat, Nunung Nurhasanah, Anela Septiani tahun 2013 yang berjudul “Perencanaan dan Penjadwalan distribusi pakaian jadi dengan Distribution Resource Planning (DRP)” memberikan hasil penelitian bahwa Distribusi produk untuk 5 daerah distribusi dilakukan di periode ke 3, ke 5, dan ke 7 dengan jumlah 150 unit.

3. Jurnal milik Regina Steven Surya tahun 2013 yang berjudul “Implementasi metode Distribution Requirement Planning pada CV. Karya Mandiri Sejahtera di Surabaya” menyimpulkan bahwa Penerapan DRP Menghasilkan optimalisasi aktivitas distribusi dan tidak lagi kehilangan penjualan.

4. Jurnal milik Abraham Mendoza, José A. Ventura, Seong Rae Cho tahun 2013 yang berjudul “Distribution requirement planning approach based on limited supply capacity in supply chain” menyimpulkan perencanaan kebutuhan distribusi di bawah kapasitas pasokan yang terbatas, dan model yang optimal dibangun. Dengan pengurangan matematika, model ini setara dengan program linier. Maka distribusi ketepatan waktu pendekatan perencanaan kebutuhan diusulkan.

5. Jurnal milik S.T.Enns, Pattita Suwanruji tahun 2013 yang berjudul “Distribution Planning and Control: An Experimental Comparison of DRP and Order Point Replenishment Strategies” memiliki ringkasan tentang

(18)

kinerja dalam Jaringan yang melibatkan manufaktur, distribusi dan fasilitas ritel serta Beberapa produk dengan permintaan non-stasioner. Hasil simulasi digunakan dalam mengidentifikasi kekuatan dan karakteristik kinerja masing-masing strategi.

Gambar

Gambar 2. 1 Contoh Tabel Pemetaan DRP

Referensi

Dokumen terkait

Dengan begitu, sang raja yang sudah tua dapat mengenali mereka dari jauh.. Meskipun kecantikan mereka hampir sama, si bungsu Puteri Kuning sedikit berbeda, ia tak

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Dari gambar 1 diatas dapat dilihat penerapan model lesson study dapat meningkatkan persiapan mahasiswa dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang baik

Retribusi Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang sangat penting bagi daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. untuk itu

8. Harus tetap body sedan/hatchback yang ada di pasaran. Tamiya Subaru Legacy TIDAK diperbolehkan. Khusus untuk FF, diperbolehkan menggunakan ban karet merk lain dengan

Pandangan peneliti potensi sumber daya alam Sumenep yang begitu melimpah ruah baik dari sektor laut, minyak dan gas bumi (migas) atau sumber daya alam lain

PIK-KRR merupakan salah satu wadah yang dikembangkan dalam program GenRe, yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna memberikan pelayanan informasi dan

Dampak yang dapat timbul pada masalah perawatan diri ini dapat hindari dengan cara mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri diantaranya faktor citra