Menuju WCU, UNAIR Ajak Dosen
Aktivasi Akun Penelitian
UNAIR NEWS – Dalam meraih predikat bergengsi perguruan tinggi
berkelas dunia (World Class University), diperlukan sinergi dengan semua pihak terutama lingkungan internal untuk mensukseskan langkah tersebut. Sivitas akademika menjadi elemen utama dalam mendukung perguruan tinggi menuju WCU. Memulai perbaikan dari dalam atau starts on the inside. Program itulah yang kini tengah digiatkan oleh tim Badan Perencanaan dan Pengembangan (BPP) Universitas Airlangga (UNAIR). Dalam kampanye starts on the inside, sivitas akademika khususnya dosen dan mahasiswa, difasilitasi untuk melakukan aktivasi akun resmi yang berkaitan dengan media sosial penelitian.
Mengapa aktivasi akun resmi? Ketua BPP Badri Munir Sukoco, Ph.D, mengungkapkan, aktivasi akun resmi itu dilakukan untuk meningkatkan awareness pihak luar terhadap kepakaran sumber daya manusia di UNAIR.
“Kita ingin semua pihak terlibat dengan program-program WCU yang kita inisiasi. Jadi, tugas untuk mencapai 500 besar, atau Webometrics nomor (peringkat) berapa, itu tidak hanya tugas pimpinan, rektorat, dekan, atau KPS (koordinator program studi), tetapi semua dosen dan mahasiswa itu harus terlibat,” tutur Badri.
Di pihak pengajar, dosen akan difasilitasi untuk mengaktifkan akun Google Scholar, Research Gate, academia.edu, Mendeley, dan Orcid. Akun-akun tersebut digunakan untuk memublikasikan penelitian dosen yang sudah dimuat dalam jurnal. Bila pengguna (dosen) telah memublikasikan penelitian di media tersebut, data statistik mengenai jumlah sitasi akan mudah diakses.
Badri Munir Sukoco., Ph.D ketua Badan Perencanaan d a n P e n g e m b a n g a n Universitas Airlangga (Foto: UNAIR NEWS)
“Kita ingin nge-boosting (meningkatkan) citation (sitasi). Selama ini dosen kita bila memiliki publikasi cenderung tidak ditampilkan. Kedua, untuk ranking QS, jangan lupa bahwa 20 persen berasal dari citation. Bagaimana (penelitian) kita bisa tersitasi kalau kita sendiri tidak pernah menyampaikan ke orang bahwa kita punya tulisan tentang itu,” imbuh Ketua BPP. Selain dosen, mahasiswa juga perlu membangun kebiasaan menulis di media sosial, seperti blog. Mahasiswa bisa menulis mengenai tugas kuliah, atau pengalaman lainnya. Harapannya, setelah mahasiswa terbiasa menulis di blog, maka menulis jenis artikel seperti makalah, laporan, hingga tugas akhir bisa lebih mudah. Keuntungan lain yang bisa didapatkan dari publikasi penelitian di media sosial adalah bisa memperluas jejaring dan melakukan kolaborasi penelitian.
“Secara pribadi, kalau saya mempunyai tulisan di akun socmed (media sosial), tulisan saya diminta. Hi, Badri, please send
me your article. Nanti tulisan saya disitasi. Kedua, kalau
sama penelitian. Eh kayaknya penelitianmu cocok deh sama aku, kita joint research dong,” ujar pengajar di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UNAIR itu.
Badri melanjutkan, bila seluruh dosen UNAIR yang berjumlah sekitar 1.800 orang melakukan hal yang sama, bukan tak mungkin langkah menuju perguruan tinggi kelas dunia tak mengalami tantangan berarti.
Sejak Jumat lalu (16/12) sampai Selasa (27/12) mendatang, tim BPP akan mendatangi dosen ke fakultas-fakultas untuk membantu aktivasi akun e-mail resmi dan media sosial akademisi UNAIR. Jumat lalu, roadshow telah dilangsungkan di Fakultas Perikanan dan Kelautan, dan Fakultas Vokasi. Senin (19/12), tim mendatangi akademisi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dan Fakultas Hukum. (*)
Penulis : Defrina Sukma S Editor : Binti Q. Masruroh
KM PDD UNAIR Banyuwangi
Adakan ’Student Executive
Board Training’
UNAIR NEWS – Dalam rangka menigkatkan kualitas sumber daya
manusia (SDM) di kampus PDD Universitas Airlangga Banyuwangi, organisasi Keluarga Mahasiswa (KM) mengadakan kegiatan Student
Executive Board Training (STUNNING), Senin (12/12) lalu di
Banyuwangi.
Menurut Hendri Arya Fernando, ketua KM PDD UNAIR Banyuwangi, mahasiswa sebagai agent of changes merupakan pioner dan
tonggak dari sebuah perubahan, sehingga kelak diharapkan mampu menjadi penerus bangsa untuk merubah wajah dunia. Karena itu, mahasiswa perlu dibekali dengan berbagai keahlian seperti dalam bidang organisasi, manajemen dan kepemipinan (leadership).
”Mahasiswa adalah kaum intelektual yang mampu berpikir kritis terhadap segala permasalahan yang ada. Mahasiswa juga berkaitan erat dengan organisasi dan keterampilan. Untuk itu perlu suatu kegiatan yang dapat melatih dan membimbing mereka menjadi pemimpin-pemimpin hebat, stunning inilah salah satu jalannya,” kata Hendri.
Menurut Teguh Dwi Sholihuddin, Ketua Pelaksana kegiatan, STUNNING merupakan sebuah kegiatan latihan dasar kepemimpinan yang menghadirkan pemateri antara lain Febryan Kiswanto, Ketua BEM UNAIR 2015, dan Abdul Ony Setiawan Menteri Kaderisasi Mahasiswa BEM UNAIR 2014. Acara ini diikuti oleh perwakilan mahasiswa angkatan 2014, 2015 dan 2016 PDD UNAIR Banyuwangi. ”Sebagai Kawah Candradimuka, organisasi kampus merupakan basis sekaligus sumber potensi intelektual yang nantinya akan menentukan kemana arah bangsa ini. Menjadi sebuah organisasi yang hebat tidaklah mudah, sebab itu memberikan pelatihan
softskill sejak dini merupakan upaya terbaik,” tutur Abdul Ony
Setiawan.
Menurut Ayu Purwanti, mahasiswa prodi Kesehatan Masyarakat, salah satu peserta, menilai bahwa kegiatan ini telah memotivasinya untuk melakukan perubahan, memulai lebih dulu dan melakukan perbaikan. “Saya merasa lebih percaya diri dan ingin berkontribusi lebih banyak,” katanya kepada UNAIR.news. (*)
Penulis: Siti Mufaida Editor: Bambang ES
Kuliah Umum Pakde Karwo di
PDD UNAIR Banyuwangi
UNAIR NEWS – Hari Kamis (15/12) kemarin, Gubernur Jawa Timur
Dr. H. Soekarwo, SH., M.Hum atau yang populer disapa Pakde Karwo, bersama dengan rombongannya mengunjungi kampus PDD Universitas Airlangga di Banyuwangi.
“Saya kesini ingin menengok perkembangan adik-adik mahasiswa dan juga seluruh warga PDD Universitas Airlangga di Banyuwangi yang baru berdiri selama tiga tahun ini. Mumpung ada kegiatan di Banyuwangi, sekalian saya mampir,” kata Pakde Karwo mengawali.
Pakde lantas bercerita masa lalu ketika pertama menjadi mahasiswa baru, bahwa jaket almamater dari UNAIR selalu dipakainya kemana-mana. “Biar tetangga saya tahu kalau saya seorang mahasiswa. Dan ketika saya lulus tahun 1970, jaket itu masih saya simpan sampai sekarang,” lanjutnya.
Kunjungan rombongan Gubernur Jawa Timur ini dikemas dalam bentuk kuliah umum dengan mengangkat tema ”Arah Pembangunan Jawa Timur dengan Penguatan Daya Saing dalam Perekonomian Global”. Kegiatan ini melibatkan sekitar 620 mahasiswa dari 10 provinsi berbeda, Bupati Banyuwangi dan jajarannya, seluruh staf akademika dan jajaran dosen PDD UNAIR Banyuwangi, perwakilan dosen dan Pimpinan UNAIR Surabaya, tokoh masyarakat.
Sebelum memulai kuliah, rombongan disambut dengan penampilan “Tari Gandrung” dan iring-iringan musik gamelan khas Banyuwangi. Kemudian dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh alumni Fakultas Hukum UNAIR ini.
GUBERNUR Jatim Soekarwo ketika menyampaikan materi kuliah umum di PDD UNAIR Banyuwangi. (Foto: Rona Taufiqul R.)
”Ini sebuah kehormatan besar bagi kami selaku keluarga besar PDD UNAIR di Banyuwangi atas inisiatif dari Pak Gubernur untuk berkunjung di kampus ini. Beliau menyempatkan mampir di kampus ini untuk berbagi ilmu dengan mengisi kuliah umum ditengah kesibukannya,” tutur A. A. Gde Satia Utama, Sekretaris Koordinator, mewakili Koordinator PDD UNAIR Banyuwangi.
Menurut Hendri Arya Fernando, ketua Keluarga Mahasiswa PDD UNAIR Banyuwangi, kuliah umum dari Gubernur Jatim ini menjadi pemacu semangat yang luar biasa bagi mahasiswa, terlebih ia juga alumni UNAIR. Ia berharap tidak hanya berhenti sampai disini, tetapi kedepan ada kunjungan serupa lagi untuk mahasiswa baru di tahun-tahun berikutnya.
Erdiya Vega Restiyatingrum, mahasiswa prodi akuntansi angkatan 2015, menambahkan, ia dan kawan-kawan mengaku sangat senang. Bisa mengikuti kuliah dan bertemu langsung dengan Gubernur Jatim menjadi kebanggaan tersendiri bagi mahasiswa.
Pakde Karwo bisa menjadi teladan bagi teman-teman, juga diri saya, sehingga bisa menjaga nama baik almamater dan dengan bangga untuk tidak akan melupakan almamater sampai kapanpun,” kata Erdiya. (*)
Penulis: Siti Mufaida Editor : Bambang Bes
BEM
UNAIR
Kunjungi
Universitas
Terbaik
di
Singapura
UNAIR NEWS – Sebanyak tujuh anggota Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM) Universitas Airlangga (UNAIR) melakukan kunjungan ke institusi-institusi berpengaruh di Singapura. Kunjungan yang mereka namai “Airlangga Global Movement” (AGM) itu dilangsungkan pada tanggal 5-6 Desember 2016 lalu.
Delegasi BEM UNAIR yang berkunjung ke Singapura adalah ketua, wakil ketua, dan anggota divisi hubungan luar. Dalam kegiatan A G M i t u , d e l e g a s i B E M U N A I R b e r k u n j u n g k e N a n y a n g Technological University (NTU), National University of Singapore (NUS), Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Singapura, dan Asia Pacific Economic Corporation (APEC).
Kunjungan ini dilakukan dalam rangka mendukung universitas menuju perguruan tinggi kelas dunia (World Class University). Hasil kunjungan yang didapat akan digunakan sebagai bahan evaluasi BEM UNAIR khususnya dalam bidang sistem pemerintahan mahasiswa, pembelajaran, jejaring, dan promosi.
posisi 12 dan 13 pada perankingan universitas di dunia. Kami harus belajar banyak dengan mereka mulai dari manajemen organisasi, aktivitas perkuliahan, organisasi dan tidak lupa kami promote UNAIR sebagai langkah dalam membangun jejaring ke universitas terkemuka di dunia,” jelas Indra Farizqi selaku Koordinator Hubungan Luar BEM UNAIR 2016.
Selain di kampus, mereka juga berkunjung ke APEC. Di APEC, mereka belajar banyak mengenai integrasi ekonomi dari perwakilan APEC yang menerima kunjungan delegasi BEM UNAIR. “Kami belajar bagaimana mengintegrasikan ekonomi global, mengatasi dimensi sosial globalisasi dan membangun pariwisata yang berkelanjutan dari kelompok kerja dengan mengetahui regulasi APEC,” tutur Farizqi.
Dengan adanya kunjungan ini, diharapkan mahasiswa UNAIR bisa tergerak untuk mencetuskan program-program baru yang berkualitas selayaknya universitas terkemuka di dunia. “Hasil dari kunjungan kemarin akan kami sampaikan ke temen-temen mahasiswa terutama aktivis kampus bagaimana sistem manajerial organisasi di sana, mulai dari pengembangan mahasiswanya dan bagaimana menggerakkan mahasiswa disana. Aktivis mahasiswa di sana lebih fokus dalam hal service dan
entrepreneur mahasiswa,” jelasnya. (*)
Penulis: Disih Sugianti Editor: Defrina Sukma S
Konferensi Internasional di
Jepang
UNAIR NEWS – Tujuh mahasiswa Universitas Airlangga mengikuti
konferensi internasional yang diadakan di Tokyo, Jepang. Tujuh mahasiswa tersebut yaitu Rebhika Lusiana, Alifia Sakinah, Jeany Ratna P., dan Rendha Kusumaning K., mahasiswa Fakultas Farmasi (FF), dan Zahrina Arum Nabilah, Puspita Titisari Saraswati, dan Mahmudi Ma’ruf mahasiswa Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Mereka mengikuti International Academic Conference on Social Science (IACSS) 2016, sebuah konferensi internasional yang diadakan oleh High Education Forum (HEF), sejak 6-8 Desember lalu. IACSS merupakan konferensi internasional interdisipliner yang mengundang akademisi, independent scholars, dan para peneliti untuk bertemu dan bertukar ide, temuan penelitian, dan membahas isu-isu terbaru tentang bidang ilmu sosial.
Tema yang diangkat adalah “International Academic Conference
in Social Science”. Konferensi internasional ini diikuti oleh
peserta dari puluhan negara. Di antaranya Afrika Selatan, Mexico, Taiwan, Korea, Thailand, dan negara-negara di Eropa.
Istimewa)
Zahrina atau yang lebih akrab disapa Bela selaku ketua tim mahasiswa Ilmu Komunikasi mengatakan, ia dan tim tertarik mengikuti konferensi ini sebab ingin mengasah kemampuan meneliti sekaligus pengalaman mengikuti konferensi tingkat internasional. Bersama dengan rekannya, ia mempresentasikan
paper dengan judul “The Perceptions of The Bachelor Degree Communication Sciences Students Towards ROCS (Radio on Campus) As A Medium of Communication and Information in the Faculty Social and Political Sciences Universitas Airlangga”.
“Kami meneliti persepsi pendengar soal Radio on Campus (ROCS). ROCS ini kan banyak disebut sebagai radio. Tapi cuma bisa didengar di waktu tertentu dan di tempat yang terbatas, gak ada frekuensi dan streaming,” ujar Bela.
Selama mengikuti rangkaian kegiatan di Tokyo, yang membuat Bela terkesan adalah sangat jarang dijumpai mahasiswa jenjang S-1. Ia juga terkesan dengan kehidupan masyarakat Jepang yang sangat tertib dan disiplin.
“Yang paling berkesan di konferensi yaitu tantangan kita untuk bisa presentasi di forum internasional bareng mahasiswa S-2, dosen, dan profesor. Mahasiswa S-1 sangat jarang di sana,” tandasnya. “Tapi yang lebih keren, kehidupan orang Jepang yang sangat tertib, disiplin, dan ramah sama semua orang,” imbuhnya.
Sedangkan tim mahasiswa dari FF mempresentasikan paper dengan judul “The Important Roles Of Parents In Buliding Children
Morals”. “Paper kami tentang peran orang tua dalam membangun
moral anak dan seberapa penting hal tersebut bagi perkembangan anak di Indonesia,” ujar Lusi selaku ketua tim mahasiswa FF. Awalnya, seleksi konferensi internasional ini dimulai dengan pengiriman paper berupa abstrak. Setelah dinyatakan lolos, tim melakukan penelitian dan menyusun paper secara lengkap. Pada
hari-H, mereka melakukan presentasi dalam bentuk diskusi paralel.
Meski demikian, mereka mendapatkan banyak pelajaran selama berada di Tokyo. “Mulanya saya tertarik mengikut acara ini k a r e n a i n g i n m e n g e k s p l o r k a p a s i t a s d i r i d i t a r a f internasional, ingin membawa nama baik FF UNAIR di kancah internasional, dan berpartisipasi dalam upaya mewujudkan UNAIR
road to world class university,” ujar Lusi yang merupakan
mahasiswa FF semester lima. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor : Dilan Salsabila
Ajak
Mahasiswa
Peduli
Lingkungan, S2 Keperawatan
Gelar Aksi Tanam Pohon
UNAIR NEWS – “Lead the Scene to Keep it Green” menjadi tema
kegiatan menanam Tanaman Obat Keluarga (Toga) yang dilaksanakan oleh Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan UNAIR. Setidaknya ada 21 mahasiswa S2 Keperawatan yang mengambil konsentrasi studi Manajemen Keperawatan mengikuti acara yang dilaksanakan di Taman Bibit Surabaya, Jumat (16/12).
Kristiawati, M.Kep., Ns.Sp.Kep.An sebagai dosen pembimbing kegiatan tersebut juga turut hadir mendampingi mahasiswa. Ditemui sesaat setelah melakukan penanaman, Kristi menjelaskan bahwa kegiatan tersebut merupakan bagian dari pengamalan tri dharma perguruan tinggi dan bentuk kepedulian terhadap lingkungan.
“Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk pengamalan dari tri darma. Iya ini kegiatan pertama, untuk selanjutnya akan kami lakukan secara teratur setiap tahun. Jadi tidak hanya minat studi manajemen keperawatan saja tapi semua nantinya bisa ikut,” jelasnya.
Ditanya mengenai keterkaitan keilmuan keperawatan dengan penanaman pohon, Kristi menjelaskan bahwa perawat memanglah profesi kemanusiaan yang melakukan perawatan kepada manusia, namun sisi lain dari seorang perawat juga dibutuhkan kesadaran terhadap lingkungan.
“Kita juga harus memperhatikan lingkungan, dengan menanam ini kita juga ikut sumbangsih terhadap lingkungan, tidak hanya di rumah sakit,” paparnya. “Saya juga berharap bahwa kegiatan ini bisa dilakukan oleh mahasiswa di tahun berikutnya,” imbuh Kristi.
Menambahkan pernyataan Kristi, selaku ketua panitia kegiatan I Gede Juana Masta, S.Kep., Ners., menjelaskan bahwa ia dan rekan-rekannya menanam kurang lebih 90 tanaman toga yang terdiri dari berbagai tanaman seperti cabe jawa, gingseng, pecut kuda, sembung jawa, gandarusa, kumis kucing, dan sirsak. Mahasiswa asal Bali tersebut juga menegaskan bahwa dengan kegiatan tersebut nantinya sebagai perawat pun juga terbiasa terhadap keberlangsungan lingkungan, utamanya dalam penanaman pohon toga.
“Dengan kegiatan ini semoga ada kebiasaan menanam dan sadar lingkungan yang bisa dimanfaatkan di keluarga masing-masing,” pungkasnya. (*)
Penulis: Nuri Hermawan Editor: Faridah Hari
Kepala Pusat Kesehatan TNI
AD: Waspadai Bioterorism di
Indonesia
UNAIR NEWS – Universitas Airlangga (UNAIR) kembali menggelar
seminar nasional. Kali ini, Jumat (16/12), Prodi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK) Program Magister Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) mengundang Kepala Pusat Kesehatan TNI Angkatan Darat, Mayor Jenderal dr. Bambang Pratomo Sulistyanto, M.M, sebagai narasumber dalam seminar tersebut. Seminar yang dihelat di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen, Kampus C tersebut bertajuk “Upaya Meningkatkan Ketahanan Nasional Bidang Kesehatan Melalui Upaya Internalisasi Sistem Kesehatan Nasional”. Turut hadir Wakil Rektor I Prof. Djoko Santoso, dr., Ph.D., Sp.PD., K-GH., FINASIM, mewakili Rektor UNAIR memberikan sambutan dihadapan ratusan peserta seminar. Dalam sambutannya, Prof. Djoko menyampaikan 5 mandat dari UNESCO.
“Yaitu To Know, To Do. Jadi gak hanya mengerti, tapi juga dilaksanakan, dikerjakan. Setelah itu To Be, artinya menjadi manusia bukan secara personal, tetapi sebagai makhluk sosial,” jelasnya.
M a y j e n T N I d r . B a m b a n g P r a t o m o Sulistyanto, M.M, (Foto: UNAIR NEWS)
“Yang keempat To Live Together. Sebagai makhluk sosial, kita harus mampu hidup bersama dengan human being di seluruh dunia. Yang terakhir, Iqro, artinya membaca. Membaca bukan hanya ketika belajar membaca di awal saja, tapi juga mulai membaca dan belajar apapun bidang ilmunya sepanjang hayat,” imbuhnya. Prof. Djoko mengatakan, seminar nasional ini merupakan bentuk keberlanjutan dari sebuah kegiatan yang memiliki pengaruh positif. “Karena segala kegiatan positif yang mendukung peningkatan ketahanan nasional harus dipertahankan, maka
sustainability itu perlu dan harus dijaga,” ujarnya.
Mengawali pembicaraan Mayjen Bambang mengatakan, sebagai seorang militer dirinya paham betul bahwa peperangan tidak hanya di bidang militer, namun juga nir militer, salah satunya adalah kesehatan.
Akhir-akhir ini, Mayjen Bambang menyoroti penggunaan senjata biologi sebagai media teror atau biasa disebut bioterorism. “Dalam masalah kesehatan, kita harus mewaspadai terkait ancaman senjata biologi,” ujarnya.
Mayjen Bambang mengingatkan bahwa peperangan dengan senjata biologi bisa berdampak fatal. Pasalnya, perang dengan m e n g g u n a k a n s e n j a t a p a d a u m u m n y a a k a n l e b i h m u d a h diidentifikasi. Namun bioterorism akan sangat sulit dilacak. “Kalau pakai senjata perang, akan sangat mudah ketahuan. Tapi kalau sudah berbahan biologi seperti virus atau bakteri, sulit diketahui siapa yang buat, dari mana asalnya. Biaya produksinya juga murah, tapi sangat mematikan dan berdampak,” jelasnya.
yang digunakan sebagai senjata pembunuh massal, salah satunya adalah perang di Suriah. Banyak dugaan yang menganggap bahwa Suriah menggunakan salah satu senyawa berbahaya bernama Gas Sarin, cairan tidak berwarna, tidak berbau, yang berpotensi ekstrim sebagai agen saraf.
“Korbannya 70 ribu orang. Ini sudah merupakan kejahatan perang,” tandasnya.
Di akhir pemaparannya, Mayjen Bambang mengingatkan bahwa ketahanan nasional dimulai dari semangat individu dalam membangun ketahanan pribadi.
“Mari kita bangun kembali semangat untuk membangun ketahanan pribadi, yang diawali dengan profesionalisme diri, yang akan mendorong ketahanan keluarga, dan akhirnya bermuara pada ketahanan negara,” serunya.
“Ke depan, perkembangan ketahanan kesehatan nasional itu akan bergantung pada para pemuda Indonesia saat ini,” imbuhnya mengakhiri. (*)
Penulis : Dilan Salsabila Editor : Binti Q. Masruroh
Anggota UKM Penalaran UNAIR
Sabet Juara Karya Tulis di
Makassar
UNAIR NEWS – Tiga mahasiswa yang tergabung dalam anggota Unit
Kegiatan Mahasiswa Penalaran (UKM Penalaran) Universitas Airlangga berhasil menyabet juara I pada Lomba Karya Tulis Kemaritiman (LKTM) Tingkat Nasional tahun 2016 yang diadakan
pihak Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Hasanuddin, Sabtu (10/12). Topik yang menjadi bahasan dalam kompetisi itu meliputi beberapa bidang yakni kelautan, pesisir, dan kajian umum kemaritiman.
Ketiga mahasiswa itu adalah Ditta Putri Kumalasari (Fakultas Sains dan Teknologi/2013), Maliya Izzatin (FST/2013) dan Ahmad Farid Ary (Fakultas Perikanan dan Kelautan/2012).
Dalam kompetisi tersebut, mereka mengusung makalah dengan judul “Semirefined Karaginan sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Kota Tarakan, Kalimantan Utara”. Gagasan tersebut terinspirasi dari salah satu rekan mereka yang pernah mengusung bahasan tentang pemanfaatan rumput laut di daerah pesisir yang masih sederhana.
“Informasi itulah yang mendorong kami untuk mengupas masalah lebih dalam. Tantangan kemaritiman negara Indonesia sekarang ini salah satunya adalah kemiskinan dan rendahnya kualitas sumber daya manusia pesisir,” tutur Ditta.
“Setelah diadakan studi literatur, kami melihat bahwa harga karaginan di pasaran lebih tinggi dibanding rumput laut biasa. Diharapkan dari ide LKTM berupa program semirefined karaginan skala home industry ini mampu meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir untuk mendukung Indonesia sebagai poros maritim dunia,” imbuh Ditta.
Kompetisi LKTM itu diikuti oleh tim yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, di antaranya Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Institut Pertanian Bogor, Universitas Sumatera Utara, dan Universitas Jambi.
Melihat banyaknya peserta yang mengikuti lomba ini tak menciutkan nyali mereka untuk bisa menyajikan materi dengan penampilan terbaik. “Kita tidak berpikir untuk jadi yang terbaik, tapi kita lakukan yang terbaik,” tutur Ditta ketika ditanya niatnya dalam mengikuti lomba ini.
Dalam kompetisi bidang pesisir, juara II diraih oleh tim Unhas, juara III tim Universitas Sriwijaya, dan juara favorit tim Institut Pertanian Bogor. (*)
Penulis: Disih Sugianti Editor: Defrina Sukma S
Sempat Cabut Gigi dan Pasang
Bola Mata, Operasi Celah
Wajah
Pasien
RS
UNAIR
Berjalan Lancar
UNAIR NEWS – Pasca operasi facial cleft atau celah wajah tahap
kedua pada Rabu (14/12), kondisi Tutik Handayani (17) berangsur pulih. Tutik, pasien celah wajah Rumah Sakit Universitas Airlangga, berbicara santai dengan awak media meskipun badannya masih sedikit lemas.
“Punggungku agak sakit,” ungkap Tutik.
Pada siang hari, Kamis (15/12), di waktu yang sama tim dokter yang menangani operasi Tutik dan Direktur Rumah Sakit Pendidikan UNAIR Prof. Dr. Nasronudin, dr., Sp.PD-KPTI, mengadakan konferensi pers perihal kondisi terkini Tutik. Indri Lakshmi Putri, dr., Sp.BP-RE (KKF) selaku dokter bedah plastik yang menangani Tutik mengatakan, operasi berjalan lancar meski waktu penanganan sempat terlambat.
“Harusnya kan operasi jam delapan, dan kenyataannya penanganan pukul sepuluh karena memang rangkaian biusnya lama. Jadi, dokter bius menyiapkan akses-akses pembuluh darah lebih besar
daripada tangan untuk menghindari indikasi pendarahan,” ujar dokter Putri.
Pada operasi kedua, tim dokter melakukan pengambilan tulang wajah yang berlebihan pada sisi sebelah kiri wajah. Tulang tersebut digunakan untuk menutup celah wajah sebelah kanan. Pengambilan tulang dari pipi kiri juga diambil untuk membentuk bingkai mata Tutik yang sebelumnya agak turun.
Selain itu, tim dokter juga mengambil bagian tulang punggung untuk digunakan menutupi celah wajah. Sebanyak empat gigi Tutik juga dicabut karena dianggap tidak berfungsi. “Hasilnya, pipi Tutik yang mulanya sedikit kempes sekarang sudah dinaikkan,” tambah konsultan kraniofasial itu.
Pada bagian mata, tim dokter memasang conformer (bola mata palsu) pada sepasang mata untuk memberi kesan normal. “Untuk mata kiri keadaannya cukup menantang karena ada beberapa hal yang harus diperbaiki. Pertama, kelopaknya membalik ke atas, kemudian yang kedua tertarik ke bawah,” ujar Nurdin Zuhri, dr., Sp.M, selaku tim operasi.
“Yang kemarin kita lakukan dalam operasi tahap kedua adalah kita membalik kelopak matanya, kemudian kita bentuk celahnya untuk tempat conformer. Kita lapisi kulit dari bagian dalam bibir yang ditempatkan di kelopak mata untuk membantu agar anatomi kembali seperti semula,” tambah dokter Nurdin.
Dokter Putri kembali menambahkan, operasi yang berlangsung sekitar delapan jam ini berjalan lancar dan sesuai target. Ia dan timnya tidak mengalami kendala yang berarti. “Operasi selanjutnya akan dilakukan enam bulan lagi, tapi di tiga bulan ke depan, kita akan lakukan CT-Scan pada Tutik untuk konsolidasi awal,” tandas dokter Putri.
Rencananya, operasi tahap ketiga akan dilangsungkan enam bulan kemudian. Selama menunggu, Tutik akan kembali ke daerah asalnya, Lumajang, untuk menjalani rutinitas.
Penulis: Faridah Hari Editor: Defrina Sukma S
Rumah Sakit Gigi dan Mulut
UNAIR
Peroleh
Izin
Operasional Tetap
UNAIR NEWS – Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Universitas
Airlangga (UNAIR) resmi memperoleh izin operasional dari Kementerian Kesehatan RI. Izin yang didapat itu berlaku mulai 1 Desember 2016. Pernyataan ini disampaikan oleh Direktur RSGM UNAIR Prof. R.M. Coen Pramono Danudiningrat, drg., SU., Sp.BM (K).
Izin operasional itu diperoleh setelah pihaknya mengajukan kelengkapan syarat berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan no. 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Berdasarkan peraturan itu, RSGM UNAIR tergolong rumah sakit tipe khusus yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang. “Kita sudah punya izin. Kita sekarang sedang berupaya untuk mempersiapkan akreditasi KARS 2012. Setelah bisa dicapai, maka kita akan melakukan akreditasi RSGM Pendidikan,” imbuh Prof. Coen.
Dalam pengajuan kelengkapan berkas, pihaknya mengacu pada lampiran dalam Permenkes tersebut. Di dalam lampiran itu, sebuah rumah khusus penyakit gigi dan mulut tipe B harus menyediakan pelayanan medik spesialis gigi dan mulut, pelayanan penunjang non klinik, pelayanan rawat inap, tenaga kesehatan dan petugas lainnya, peralatan, observasi, kamar tindakan, ruang bedah, sampai recovery room.
Prof. Coen mengakui, proses dalam mendapatkan izin operasional tak semudah membalikkan telapak tangan. Pihaknya harus mempersiapkan berkas hingga menambah peralatan yang berkaitan dengan operasionalisasi sebuah rumah sakit.
Hal ini dikarenakan RSGM UNAIR dulunya merupakan Balai Pengobatan Gigi sehingga fasilitas yang dimiliki terbatas. Pada saat RSGM menjadi balai pengobatan gigi, klinik tersebut hanya bisa melakukan operasi kecil seperti cabut gigi.
Direktur Rumah Sakit Gigi d a n M u l u t U n i v e r s i t a s Airlangga. (Foto: Defrina Sukma S)
“Kami sebelumnya tidak menyangka izin operasional ini rumit. Kerumitan ini terjadi karena kita berasal dari balai pengobatan gigi. Kita harus berubah menjadi suatu rumah sakit. Ini yang menjadikan hal baru dan kita harus melengkapi semua dokumen-dokumen yang berkaitan dengan operasionalisasi suatu rumah sakit,” tuturnya.
Kini, RSGM UNAIR sudah memberikan pelayanan di tujuh bidang spesialis. Ada bidang spesialis konservasi gigi, bedah mulut dan maksilofasial, penyakit mulut, periodonsia, radiologi kedokteran gigi, prostodonsia, orthodonsia, dan kedokteran gigi anak.
Di RSGM UNAIR juga didukung beragam instalasi medis. Yakni instalasi rawat inap dewasa, rawat jalan, radiologi, dan rawat inap anak.
Pada awal tahun 2017, Direktur RSGM UNAIR akan mempersiapkan akreditasi KARS. Setelah akreditasi KARS didapat, pihaknya kembali mempersiapkan diri untuk menuju akreditasi RSGM Pendidikan. Rencana lainnya, RSGM UNAIR akan bersiap menuju operasionalisasi 24 jam, dan bekerja sama dengan pihak jaminan kesehatan, seperti Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. Ia juga ingin RSGM UNAIR bisa menjadi pusat rujukan kesehatan gigi di Indonesia wilayah Timur.
“RSGM sebagai rumah sakit khusus gigi dan mulut tentunya diharapkan akan menjadi pusat rujukan di Indonesia Timur bagi dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang menangani kasus kesehatan gigi dan mulut. Karena di sini kan tempatnya pakar,” harap Guru Besar bidang Ilmu Bedah Mulut dan Maksilofasial tersebut.(*)
Penulis: Defrina Sukma S Editor : Dilan Salsabila