1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Sumber Daya Manusia memegang peranan yang sangat penting dalam
perkembangan suatu perusahaan, karena sumber daya manusia tersebut sebagai
penentu kebijakan perusahaan yang melakukan rekrutmen, seleksi, pengembangan,
pemeliharaan dan penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan individu
maupun organisasi. Manajemen sumber daya manusia juga mempunyai
fungsi-fungsinya yang dirangkum dalam Perencanaan, Pengorganisasian, Pengarahan,
Pengawasan, dan Pengevaluasian.
Perencanaan adalah menentukan serangkaian tindakan untuk mencapai hasil
yang diinginkan. Pengorganisasian adalah pengelompokan kegiatan untuk mencapai
tujuan, temasuk dalam hal ini penetapan susunan organisasi, tugas dan fungsinya.
Pengarahan adalah usaha yang menghubungkan dengan segala sesuatu agar semuanya
itu dapat dilakukan. Pengawasan adalah penemuan dan penerapan cara dan peralatan
untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan. Penilaian
adalah proses yang dilakukan oleh organisasi atau perusahaan untuk mengevaluasi
atau menilai prestasi kerja karyawan.
Fungsi-fungsi ini juga berlaku pada usaha perhotelan sebagai usaha jasa
komersil. Dimana sumber daya manusia di bidang pelayanan makanan dan minuman
mempunyai peranan yang penting, yaitu memberikan pelayanan kepada para tamu
sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh pihak manajemen kepada para tamu yang
2
menggunakan jasa hotel tersebut. Tujuannya agar para tamu ingin memperpanjang
masa tinggal dan bersedia kembali untuk menginap pada kunjungan berikutnya.
Menurut Maslow (dalam
Connellan, 1978: 45) manusia memiliki berbagai
kebutuhan dasar, misalnya (1) kebutuhan fisik, (2) kebutuhan akan rasa aman, (3)
kebutuhan sosial, (4) kebutuhan akan pengakuan, dan (5) kebutuhan aktualisasi diri
sebagaimana halnya pramusaji pada departemen Food and Beverage.
Salah satu kebutuhan dasar yang penting adalah kebutuhan akan aktualisasi
diri. Misalnya, kebutuhan untuk mendapatkan kesempatan promosi, menduduki
jabatan yang lebih tinggi, serta mengikuti pengembangan karyawan. Dengan kata lain
pengembangan karyawan telah mencakup pengertian pelatihan yaitu usaha
meningkatkan kemampuan pramusaji.
Penyelenggaran pelatihan bagi karyawan sebagai salah satu program
pengembangan karir merupakan bentuk kebijaksanaan yang umum dilaksanakan oleh
hotel-hotel berbintang di Bali, termasuk InterContinental Bali Resort.
Hotel InterContinental Bali Resort menyelenggarakan berbagai program
pelatihan bagi karyawan di departemen-departemennya yang secara umum bertujuan:
(a) Melakukan orientasi kerja agar tercapai standar yang sesuai dengan kebutuhan
hotel, (b) Menjaga mutu pelayanan yang telah dicapai, (c) Meningkatkan kualitas
pelayanan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, (d) Meningkatkan efektifitas
dan efisiensi pelayanan.
Fungsi diadakannya pelatihan bagi para pramusaji di InterContinental Bali
Resort adalah untuk meningkatkan kompetensi kerja yang nantinya diharapkan akan
3
dapat meningkatkan kualitas pelayanan terhadap tamu di Taman Gita
Restaurant
,
Jimbaran
Garden Restaurant
, Bella Singaraja
Restaurant
, KO
Japanese Restaurant
.
Bentuk dari pelatihan dasar yang dilakukan InterContinental Bali Resort adalah
Lectures
. Lectures (kuliah) metode pelatihan jenis ini merupakan metode pelatihan
yang paling umum dilakukan untuk jenis pelatihan
off the job training
yang mana
instruktur pelatihan memberikan pelatihan kepada peserta pelatihan dengan cara
presentasi secara oral dalam suatu kelas pelatihan dan pelatihan ini dilangsungkan di
dalam ruangan khusus untuk pelatihan karyawan. Materi yang diberikan dalam
pelatihan
dasar
adalah:
(a)
pengetahuan
makanan
dan
minuman,
(b)
Merekomendasikan menu kepada tamu, (c) mengambil pesanan tamu, dan (d)
Ketanggapan.
Untuk dapat melaksanakan tugas-tugas dengan baik, para pramusaji diberikan
pedoman-pedoman berupa
job description
. Dari pramusaji yang berjumlah 66 orang,
tidak semua
job description
dilakukan dengan benar. Sebagai akibatnya, terjadi
kesalahan-kesalahan pelayanan yang kerap mengundang keluhan-keluhan dari para
tamu. Pada Tabel 1 berikut ini akan terlihat tugas-tugas mana saja pada
job
description
dilaksanakan atau tidak.
4
Tabel 1
Data Pelaksanaan Job Description oleh Pramusaji
Periode bulan Januari sampai dengan Desember 2007
No. Job Description Ya Jml % Tidak Jml %
Persiapan
1 Penampilan harus diharapkan rapi dan sesuai dengan standar yang diberikan oleh hotel
45 68,18 - 21 31,82 2 Memastikan perlengkapan outlet bersih - 24 36,37 42 63,63
3 Perlengkapan ditata dan dirapikan - 19 28,79 47 71,21
4 Memastikan glassware bersih - 16 24,25 50 75,75
5 Memastikan flatware bersih - 29 43,94 37 56,06
6 Memastikan chinaware bersih - 26 39,4 40 60,6
7 Sidestand telah dipersiapkan 43 65,15 - 23 34,85
9 Meja telah disiapkan dan dirapikan 39 59,09 - 27 40,91 10 Pesanan tempat duduk dibaca dan dihapalkan
-
14 21,22 52 78,7811 Keperluan spesial telah disiapkan
-
28 42,43 38 57,5712 Musik dihidupkan 35 53,03 - 31 46,97
13 lampu dihidupkan 48 72,72 - 18 27,28
Pelaksanaan Pelayanan Makanan
1
Para tamu disapa dan diberi tempat duduk - 8 12,13 58 87,872
Menu spesial harian dijelaskan dan ditawarkan - 12 18,19 54 81,813
Pesanan makanan diproses secara tepat - 6 9,1 60 90,94
Tray digunakan secara efektif 57 86,36 - 9 13,645
Pesanan makanan diambil dengan cepat-
14 21,22 52 78,786
Metode pembayaran dilakukan secara tepat-
11 16,67 55 83,337
Area kerja dibersihkan dan dirapikan dengan cepat-
24 36,37 42 63,638
Asbak yang digunakan dibersihkan secara teratur 56 84,84-
10 15,169
Pastikan tamu telah terbiasa dengan produk makanan dan minuman 49 74,24
-
17 25,76 Pelaksanaan Pelayanan Minuman 1
Menawarkan minuman - 28 42,43 38
57,572
Pastikan tamu terbiasa dengan wine, menyarankan tipe-tipe wine,mengambil pesanan wine, dan menyajikan wine. 45 68,18
-
21 31,823
Mempromosikan dan menjual cocktail kepada tamu-
19 28,79 47 71,21Sumber: Quality Continuous and Improvement Department
Dalam Tabel 1 diatas terlihat bahwa tidak semua job description dilakukan
dengan baik oleh pramusaji, seperti: tamu disapa dan diberi tempat duduk sebanyak
87, 87% (58 orang), metode pembayaran ditangani dengan akurat sebanyak 83, 33%
(55 orang) dan pesanan makanan diproses secara tepat sebanyak 90, 9% (60 orang).
5
Melihat dari permasalahan diatas, pihak manajemen memberikan pelatihan
dasar. Pelatihan dasar tersebut dilaksanakan tiga kali pada satu tahun yaitu pada bulan
Februari, Mei dan Agustus 2007 karena pada bulan-bulan tersebut dianggap tamu
hotel tidaklah ramai. Masing-masing pramusaji mengikuti pelatihan ini selama 2 jam
dimulai dari pukul 10.00 – 12.00 WITA dan pukul 12.00 – 14.00 WITA. Adapun
jumlah pramusaji yang mengikuti pelatihan yaitu sebanyak 20 sampai 25 orang dan
pelatihan ini diberikan oleh para
Maitre D’hotel
yang berjumlah 5 orang
.
Untuk mengetahui keberhasilan dari pelatihan dasar tersebut pihak manajemen
dapat mengukurnya dari keluhan-keluhan tamu. Para tamu restoran yang memberikan
keluhan dicatat dalam bentuk
RAM Report
.
RAM Report
adalah laporan yang
diberikan oleh RAM atau
Resort Assistant Manager
yang berada di bawah
Front
Office Department
apabila terjadi keluhan-keluhan oleh tamu atau peristiwa yang
terjadi seperti pesanan tamu tumpah pada saat disajikan oleh pramusaji. Berikut ini
adalah jenis dan jumlah keluhan untuk pramusaji pada RAM
Report
dari bulan
Januari sampai dengan bulan Desember 2007 dengan total cover restoran sebanyak
108.239 orang:
6
Tabel 2
Jenis dan jumlah keluhan tamu berdasarkan RAM report untuk pramusaji
Periode bulan Januari sampai dengan Desember 2007
No. Keluhan Tamu Banyaknya Keluhan Persentase Keluhan 1 Lambatnya pelayanan yang diberikan
43 30.3%
2 Kurangnya pengetahuan akan produk yang dimiliki
39 27.5%
3 Kurang baiknya kemampuan berbahasa Inggris
26 18.3%
4 Kurangnya keahlian dan kemampuan pramusaji
20 14.1%
5 Kurangnya perhatian yang diberikan kepada tamu
14 9.9%
Total
142 100%
Sumber: Quality Continuous and Improvement Department
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa keluhan akan lambatnya pelayanan yang
diberikan mempunyai jumlah keluhan terbesar yaitu 43 atau 30,3%. Ini membuktikan
walaupun pelatihan telah diberikan, masih terlihatnya kesalahan-kesalahan yang
dilakukan oleh pramusaji.
Berdasarkan dari permasalahan di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang
pelaksanaan pelatihan dasar bagi pramusaji di InterContinental Bali Resort.
B.
Pokok Masalah
Dari latar belakang di atas, kinerja pramusaji belum mencapai hasil yang
optimal dan masih banyak keluhan baik dari pihak manajemen maupun tamu. Oleh
karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengajukan pertanyaan:
“Bagaimanakah evaluasi terhadap pelaksanaan pelatihan dasar dalam upaya
meningkatkan kemampuan pramusaji di Intercontinental Bali Resort?”
7
C.
Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada evaluasi pelaksaan pelatihan dasar bagi pramusaji
pada setiap outlet makanan dan minuman yaitu pada Taman Gita
Restaurant
,
Jimbaran
Garden Restaurant
, Bella Singaraja
Restaurant
, KO Japanese
Restaurant
.
D.
Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
a.
Untuk mengevaluasi pelaksanaan pelatihan dasar bagi pramusaji di
InterContinental Bali Resort.
b.
Memberikan solusi kepada pihak manajemen mengenai permasalahan yang
terjadi.
2.
Manfaat penelitian
a.
Bagi Hotel
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang berguna
bagi Hotel InterContinental Bali Resort, untuk menyempurnakan
pelaksanaan pelatihan di masa yang akan datang.
b.
Bagi Penulis
Mengaplikasikan semua pengetahuan yang telah diperoleh dalam bentuk
penelitian yang nyata di lapangan yang berkaitan dengan penulisan proyek
akhir.
c.
Bagi sekolah Tinggi Pariwisata Bali
Sebagai sumber referensi untuk penelitian selanjutnya serta untuk
memperkaya bahan bacaan di perpustakaan.
8
E.
Metode Penelitian
1.
Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah Pelaksanaan Pelatihan dasar bagi karyawan pramusaji
pada outlet Makanan dan Minuman.
2.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Hotel InterContinental Bali Resort
yang beralamat
jalan Uluwatu 45, Jimbaran 80361, Bali, Indonesia. Telepon: 62(361)–701888
Fax:
62(361)–701777.
Website:
www.bali.Intercontinental.com
.
Email:
[email protected]
.
3.
Jenis Dan Sumber Data
a.
Jenis Data
1.
Data kualitatif.
Data yang diperoleh langsung dari sumber pertama baik individu atau
perseorangan seperti hasil wawancara (dengan training manager atau
Director of QCI ) maupun dengan subyek penelitian (pramusaji) Hotel
InterContinental Bali Resort dan melalui pengisian kuesioner.
2.
Data Kuantitatif
Data yang berupa angka statistik, misalnya data jumlah karyawan yang
mengikuti program pelatihan, hasil pengisian kuisioner, dan data lain yang
menunjang penelitian.
9
b.
Sumber Data
1.
Data Primer
Data yang diperoleh dengan cara dikumpulkan sendiri oleh peneliti dan
langsung dari obyek yang diteliti misalnya data dari hasil wawancara
dengan
Director of QCI
dan
Training Manager.
2.
Data Sekunder
Data yang telah diolah dan disajikan dengan baik oleh pihak pengumpul
data primer atau pihak lain. Misalnya dalam bentuk tabel atau diagram.
4.
Teknik Pengumpulan Data
a.
Kuisioner
Kuisioner adalh teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
menyebarkan daftar pertanyaan tertulis kepada subyek penelitian. Dalam
penelitian ini, daftar pertanyaan digunakan untuk mengidentifikasi
kebutuhan pelatihan kompetensi kerja bagi pramusaji.
b.
Studi kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data dengan membaca
buku-buku yang berkaitan dengan pemberian pelatihan untuk meningkatkan
kinerja karyawan.
c.
Observasi
Metode dimana peneliti mengumpulkan data dengan cara mencatat
informasi sebagaimana yang peneliti saksikan selama penelitian.
10
5.
Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan dalam menganalisis data adalah menggunakan
metode deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif adalah teknik yang
menganalisis, menggambarkan dan menguraikan kenyataan yang terjadi di hotel
secara rinci. Teknik analisis data ini akan menempuh prosedur sebagai berikut:
mengumpulkan data, mengadakan reduksi data atau membuat rangkuman,
menyusun data dalam satu kategori, dan mengadakan pemeriksaan keabsahan
data (Moleong: 2000:190).
Dan, dalam mengevaluasi pelatihan dasar yang dilaksanakan oleh
hotel InterContinental Bali Resort dilakukan dengan membandingkan kenyataan
dengan teori lalu teori yang saya gunakan adalah teori
training cycle
dimana
menurut Woods, Robert H. (2002:188 – 215), lingkaran pelatihan terdiri dari:
Bagan 1
: Training Cycle
Sumber
: Diadaptasi dari Woods, Robert H (2002:188 – 215)
a)
Develop and conduct needs assessment.
Develop and conduct needs assessment Identify training objectives Establish training criteria Select trainees Pretest trainees Choose training methods Implement training Evaluate training program11
Menganalisis kebutuhan pelatihan atau mengidentifikasi permasalahan.
b)
Identify training objectives.
Menetapkan sasaran yang ingin dicapai oleh sebuah program pelatihan.
c)
Establish training criteria.
Menetapkan kriteria pelatihan
4.
Select trainees.
Seleksi karyawan yang akan mengikuti program pelatihan.
5.
Pretest trainees.
Melakukan pengujian terhadap para peserta sebelum mengikuti pelatihan.
6.
Choose training methods.
Memilih teknik dan jenis pelatihan yang tepat.
7.
Implement training.
Mengimplementasikan pelaksanaan pelatihan.
8.
Evaluate training program.
Tahapan dimana manager akan mengevaluasi keberhasilan pelatihan yang
diberikan.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pramusaji
Secara umum pramusaji mempunyai pengertian yaitu orang yg melayani
pesanan makanan dan minuman sesuai dengan permintaan tamu. Sedangkan menurut
Soekresno dan Pendit (2004:1): “Pramusaji adalah karyawan restoran hotel yang
mempunyai tugas dan tanggung jawab melayani kebutuhan makan dan minum bagi
para pelanggan hotel secara profesional”. Hal senada juga diungkapkan oleh Marsum
(1999:90) yang menyatakan “Pramusaji merupakan seseorang yang menyajikan
makanan dan minuman di sebuah restoran atau bar”. Disamping itu, Bradshaw
(1984:14) mendefinisikan
“Waiter or waitress is the employee who takes food order
from customers and serve the meal”.
Dengan kata lain, pramusaji adalah karyawan
yang bertugas untuk mengambil pesanan makanan tamu dan menyajikan makanan
untuk tamu.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pramusaji adalah
seseorang yang bertugas di sebuah restoran, dari menerima pesanan sampai
menyajikan makanan dan minuman untuk para tamu.
B. Pelatihan
1. Pengertian Pelatihan
Pelatihan secara umum berarti kegiatan atau pekerjaan melatih. Sedangkan
menurut Simamora (2004:273): “Pelatihan merupakan proses pembelajaran yang
melibatkan perolehan keahlian, konsep, peraturan atau sikap untuk meningkatkan
13
kinerja karyawan”. Hal senada diungkapkan oleh Mathis, dan Jackson, (2006:301)
yaitu Pelatihan merupakan sebuah proses dimana orang mendapatkan kapabilitas
untuk membantu pencapaian tujuan-tujuan organisasional, pelatihan memberikan
karyawan pengetahuan dan keterampilan yang spesifik dan dapat diidentifikasi
untuk dapat digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini.
Sedangkan menurut Hamalik, Oemar (2007:10) Pelatihan merupakan suatu
proses yang meliputi serangkaian tindak (upaya) yang dilaksanakan dengan
sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh
tenaga profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna
meningkatkan efektifitas dan produktivitas dalam suatu organisasi.
Dari beberapa definisi pelatihan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pelatihan merupakan suatu proses pembelajaran yang diberikan kepada karyawan
non manajerial untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap, efektivitas
dan produktivitas dari setiap karyawannya .
2. Tujuan Pelatihan
Pada umumnya, pelatihan dilakukan untuk menambah pengetahuan karyawan
agar dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik. Beberapa pakar
mengutarakan pendapatnya mengenai tujuan pelatihan. Menurut Nawawi
(2003:209), “Pelatihan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan melaksanakan
pekerjaan yang diperlukan untuk mewujudkan efisiensi dan efektivitas sesuai
dengan kebutuhan organisasi”.
14
Sama halnya dengan tujuan pelatihan yang diungkapkan oleh Haawawi,
Hamalik (2007:13) menyatakan tujuan pelatihan adalah:
a.
Mendidik, melatih serta membina tenaga kerja yang memiliki keterampilan
produktif dalam rangka pelaksanaan program organisasi di lapangan.
b.
Mendidik, melatih serta membina unsur-unsur ketenagakerjaan yang memiliki
kemampuan dan hasrat belajar terus untuk meningkatkan dirinya sebagai
tenaga kerja yang tangguh, mandiri, profesional, beretos kerja yang tinggi dan
produktif.
c.
Mendidik, melatih serta membina tenaga kerja sesuai dengan bakat, minat,
nilai dan pengalamannya masing-masing.
d.
Mendidik dan melatih tenaga kerja yang memiliki derajat relevansi yang tinggi
dengan kebutuhan pembangunan.
Di samping itu, menurut Undang-Undang no 9 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan, khususnya pasal 9 (dalam Simamora 2004:276), tujuan-tujuan
pelatihan pada intinya dapat dikelompokkan kedalam tujuh bidang, yaitu:
a.
Untuk memperbaiki kinerja karyawan.
b.
Memuktakhirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi.
c.
Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar kompeten dalam
pekerjaan.
d.
Membantu memecahkan masalah operasional.
e.
Mempersiapkan karyawan untuk promosi.
f.
Mengorientasi karyawan terhadap organisasi.
g.
Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi
Dari beberapa tujuan pelatihan yang dikemukakan dapat ditarik kesimpulan
bahwa pelatihan bertujuan untuk meningkatkan (a) ketrampilan, (b) sikap, (c)
pengetahuan, dan (d) produktivitas karyawan.
3. Kebutuhan Pelatihan
Pelatihan dirancang untuk membantu organisasi dalam mencapai
tujuan-tujuannya. Oleh karena itu, untuk memastikan tercapainya tujuan-tujuan tersebut,
maka perlu dilakukan analisis kebutuhan pelatihan. Menurut Mathis, Robert dan
Jackson (2006:303), pelatihan harus dikaitkan pada peningkatan kinerja
15
organisasional. Hal ini akan menjadi paling efektif jika membandingkan hasil dan
kinerja organisasional yang diharapkan dengan yang sesungguhnya. Setelah hal
tersebut dilakukan maka diperlukan diperlukan pendekatan multiaspek pada
masalah-masalah kinerja yang terjadi, hal ini dapat dilakukan dengan:
a.
Berfokus pada identifikasi dan penanganan penyebab mendasar dari masalah
kinerja.
b.
Mengetahui bahwa interaksi dari faktor-faktor individual dan organisasional
mempengaruhi kinerja karyawan.
c.
Mendokumentasikan tindakan dan prestasi dari orang-orang berkinerja tinggi
dan membandingkannya dengan tindakan dari orang-orang yang kinerjanya
biasa-biasa saja.
Menurut Hadari (2005:218), analisa kebutuhan pelatihan adalah suatu fungsi
yang diakui sebagai suatu bagian integral dari setiap proses pelatihan yang
terdesain dengan baik oleh ahli teori dan akademisi. Analisis kebutuhan pelatihan
tersebut terdiri dari:
a.
Analisis organisasi yang berfokus pada usaha bisnis keseluruhan dari
organisasi yang terdiri dari sasaran-sasaran organisasional, analisis sumber
daya manusia dan analisis indeks-indeks efisiensi dan analisis iklim
organisasional.
b.
Analisis operasional merupakan analisis yang melibatkan data sistematis
mengenai suatu pekerjaan yang spesifik yang bertujuan untuk apakah yang
harus diajarkan kepada seorang pekerja untuk dapat mengerjakan pekerjaan
pada level yang diinginkan. Analisis operasional mencakup standar kinerja,
bagaimana tugas-tugas dapat dijalankan untuk memenuhi standar-standar
tersebut, keterampilan-keterampilan, pengetahuan dan sikap-sikap yang
diperlukan
c.
Analisis individual yang bertujuan untuk mengetahui seberapa baik setiap
pekerja menjalankan tuga-tugas yang merupakan komponen dari pekerjaannya.
Dalam analisis ini organisasi menggunakan catatan objektif, ukuran-ukuran
situasional dan ukuran-ukuran pengamatan.
Menurut Simamora (2004:288) penentuan kebutuhan pelatihan memerlukan
tiga jenis analisis, yaitu:
16
a.
Analisis organisasional yang merupakan pemeriksaan terhadap jenis masalah
yang dialami oleh organisasi dan dimana masalah itu berada didalam
perusahaan
b.
Analisis operasional yang merupakan proses penentuan perilaku yang dituntut
dari pemegang jabatan dan standar kinerja yang harus dipenuhi.
c.
Analisis personalia berguna dalam mengidentifikasi kesenjangan antara
kebutuhan organisasi yang teridentifikasi dengan karakteristik masing-masing
karyawan.
Dari ketiga pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk dapat
mengetahui kebutuhan pelatihan dalam sebuah organisasi diperlukan adanya tiga
jenis analisis yang digunakan yaitu analisis organisasional, analisis operasional dan
analisis personalia.
4.
Trainee
(Peserta Pelatihan)
Pemilihan orang-orang untuk mengikuti pelatihan adalah keputusan yang
paling penting bagi organisasi dan individu yang dipilih. Dari perspektif
organisasi, pemberian pelatihan yang benar kepada orang-orang yang tepat dapat
membantu membentuk dan mempertahankan barisan tenaga kerja yang stabil dan
terlatih dengan baik. Sebaliknya jika pemberian pelatihan kepada individu dengan
potensi kinerja yang terbatas atau tidak berminat hanya akan menjadi suatu
pemborosan waktu, dana dan upaya. Menurut Simamora (2004:280), sebuah
program pelatihan, sebagaimana halnya setiap usaha keras organisasional lainnya,
menyerap penggunaan sumber daya yang efisien dimana kegagalan karyawan
dalam program pelatihan atau di pekerjaan setelah pelatihan mengindikasikan tidak
hanya kegagalan pribadi dan frustasi, tetapi juga pemborosan sumber daya
perusahaan.
Menurut Dessler (1997:256) penilaian pribadi karyawan digolongkan menjadi
empat:
17
a.
Bagi karyawan yang mempunyai kemampuan dan kemauan kerja yang tinggi,
maka karyawan tersebut patut diberikan penguatan (reinforcement) misalnya:
kesempatan kenaikan pangkat, kesempatan mengikuti pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi dan promosi.
b.
Bagi karyawan yang mempunyai kemampuan kerja yang rendah tapi memiliki
kemauan kerja yang tinggi maka karyawan tersebut perlu diberikan pelatihan.
c.
Bagi karyawan yang mempunyai kemampuan kerja yang tinggi tapi memiliki
kemauan kerja yang rendah maka karyawan tersebut perlu diberikan konseling
atau bimbingan.
d.
Bagi karyawan yang mempunyai kemampuan kerja yang rendah dan kemauan
kerja yang rendah, maka karyawan tersebut perlu diberikan tindakan khusus
yang memungkinkan mereka bisa melakukan pekerjaan atau dapat diambil
keputusan untuk dimutasi dari pekerjaan sesuai dengan prosedur perusahaan.
Berbeda dengan pendapat Dessler, menurut Hamalik (2007:35) penetapan
calon peserta pelatihan erat kaitannya dengan keberhasilan proses pelatihan, yang
pada gilirannya turut menentukan efektivitas pekerjaan. Karena itu, perlu
dilakukan seleksi yang teliti untuk memperoleh peserta yang baik berdasarkan
kriteria:
a.
Akademik, yaitu jenjang pendidikan dan keahlian.
b.
Jabatan, yang bersangkutan telah menempati pekerjaan tertentu, atau akan
ditempatkan pada pekerjaan tertentu.
c.
Pengalaman kerja, ialah pengalaman yang telah diperoleh dalam pekerjaan
d.
Motivasi dan minat yang bersangkutan terhadap pekerjaannya.
e.
Pribadi, menyangkut aspek moral, moril dan sifat-sifat yang diperlukan untuk
pekerjaan tersebut.
f.
Intelektual, tingkat berfikir, dan pengetahuan yang akan diketahui dalam tes
seleksi.
Dari beberapa paparan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pemilihan
karyawan yang tepat untuk mengikuti sebuah program pelatihan harus
mempertimbangkan beberapa aspek seperti aspek akademik, pengalaman,
motivasi, intelektual serta jabatan untuk menghindari kesalahan pemilihan calon
peserta pelatihan.
18
Kualitas upaya pelatihan organisasional sangat tergantung kepada kemampuan
penatar (pelatih) untuk merencanakan, mengorganisasi, menyelenggarakan dan
mengevaluasi program pelatihan. Menurut Simamora (2004:281), pemilihan
pelatih yang baik bukanlah hal yang mudah, Kebanyakan perusahaan cenderung
memilih karyawan atau penyelia terbaik mereka sebagai pelatih. Memilih penyelia
terbaik sebagai pelatih bisa berhasil namun akan terdapat dua masalah potensial
yang harus dihadapai dalam masalah ini, yaitu:
a.
Orang-orang yang produktif dicabut dari tugas mereka agar dapat bertindak
sebagai pelatih
b.
Produktivitas yang tinggi tidaklah berarti bahwa seorang karyawan atau penyelia
akan menjadi seorang pelatih yang baik. Disamping memiliki kacakapan, pelatih
yang baik mestilah mampu menjelaskan dan mengajar.
Menurut Hamalik (2007:35) beberapa syarat sebagai bahan pertimbangan
untuk memilih pelatih yang ahli dan berkualifikasi profesional antara lain:
a.
Telah disiapkan secara khusus sebagai pelatih, yang ahli dalam bidang
spesialisasi tertentu.
b.
Memiliki kepribadian yang baik yang menunjang pekerjaannya sebagai pelatih.
c.
Pelatih yang berasal dari dalam lingkungan organisasi akan lebih baik jika
dibandingkan dengan pelatih yang berasal dari luar organisasi.
d.
Perlu dipertimbangkan bahwa seorang pejabat yang ahli dan berpengalaman
belum tentu menjadi pelatih yang baik dan berhasil.
Menurut Lynton, P. Rudolf dan Pareek (1984:224), seorang pelatih harus
dapat:
a.
Menciptakan suatu standar kecakapan dalam bidang pelatihannya secara
memadai.
b.
Seorang pelatih harus dapat bersikap secara efektif dalam berbagai macam
keadaan pelatihan.
c.
Seorang pelatih harus dapat terbuka terhadap pertimbangan, mampu mendengar
dengan bijaksana dan penuh pengertian.
Dari ketiga pakar diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa para pelatih
memegang peranan yang penting terhadap kelancaran dan keberhasilan program
19
pelatihan, oleh karena itu perlu dipilih pelatih yang ahli, yang berkualifikasi
profesional.
6. Tahapan-Tahapan Pelatihan
Agar pelatihan yang dilaksanakan terkoordinasi dengan baik dan mencapai
tujuan yang diinginkan oleh pihak manajemen. Menurut Woods, Robert H.
(2002:172), pelatihan harus dipandang sebagai sebuah lingkaran (
training cycle
)
yang berkelanjutan bukan satu kegiatan saja. Lingkaran pelatihan
(training cycle)
terdiri dari delapan tahapan, yaitu:
a.
Lingkaran pelatihan dimulai dari menganalisis kebutuhan pelatihan atau
mengidentifikasi permasalahan. Tahap ini biasanya memperlihatkan adanya
perbedaan antara apa yang diharapkan dengan kenyataan yang sebenarnya.
b. pelatihan. Pada tahapan kedua ini, para manajer menetapkan sasaran yang ingin
dicapai oleh sebuah program pelatihan. Tujuan yang ingin dicapai berubah-ubah
sesuai dengan keadaan.
c. Tahapan ketiga dalam lingkaran pelatihan adalah menetapkan kriteria c.
pelatihan. Penusunan kriteria pelatihan merupakan dasar acuan yang akan
digunakan oleh seorang manajer agar pelatihan menjadi efektif.
d. Tahapan keempat adalah seleksi karyawan yang akan mengikuti program
pelatihan. Untuk mengikuti suatu pelatihan dapat dipilih karyawan yang
potensial ataupun karyawan baru. Akan tetapi pemilihan karyawan yang akan
mengikuti pelatihan harus hati-hati karena pemilihan karyawan yang tidak tepat
akan menyebabkan pelatihan menjadi tidak efektif.
20
e. Tahapan kelima adalah melakukan pengujian terhadap para peserta sebelum
mengikuti pelatihan. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
pengetahuan, kemampuan dan kecakapan para peserta pelatihan sebelum
mengikuti pelatihan. Ujian ini juga akan dapat digunakan untuk mengevaluasi
keefektifan program pelatihan yang diikuti oleh karyawan.
f. Tahapan keenam adalah memilih teknik dan jenis pelatihan yang tepat. Pemilihan
teknik dan jenis pelatihan yang tepat merupakan hal yang akan sangat
berpengaruh terhadap pencapaian tujuan dari pelatihan.
g. Tahapan ketujuh adalah mengimplementasikan/ pelaksanaan pelatihan.
Pelaksanaan pelatihan harus sesuai dengan teknik dan jenis pelatihan yang telah
dipilih sebelumnya.
h. Tahapan kedelapan dan yang terakhir adalah evaluasi pelatihan. Tahapan ini
merupakan tahapan yang penting dimana seorang manajer akan mengevaluasi
apakah program pelatihan telah mencapai tujuan atau belum. Hasil evaluasi ini
nantinya akan menjadi dasar jika akan melakukan program pelatihan kembali.
Menurut
Mathis, Robert dan Jackson
(2006:303), terdapat empat tahapan dari
proses pelatihan, yaitu: penilaian, perancangan, penyampaian dan evaluasi.
Penggunaan dari proses seperti ini akan mengurangi kemungkinan terjadinya
usaha-usaha pelatihan yang tidak terencana, tidak terkoordinasi dan serampangan.
a.
Penilaian
Meliputi menganalisis kebutuhan pelatihan dan mengidentifikasi tujuan dan
kriteria pelatihan.
b.
Perancangan
Meliputi melakukan pengujian terhadap peserta pelatihan sebelum mengikuti
program pelatihan, memilih metode pelatihan dan merencanakan isi pelatihan
21
c.
Penyampaian
Meliputi penjadwalan pelatihan, pelaksanaan pelatihan dan pemantauan
pelatihan
d.
Evaluasi
Meliputi mengukur hasil-hasil pelatihan dan membantingkan hasil dengan tujuan
atau kriteria pelatihan.
Menurut Simamora (2004:286) : “Pelatihan tidak memiliki awal dan akhir
yang pasti; pelatihan merupakan proses berkelanjutan dari penilaian kebutuhan,
penyajian program dan evaluasi hasil pelatihan guna menentukan apakah
kebutuhan organisasional sudah tercapai”.
7. Metode Pelatihan
Metode pelatihan merupakan cara atau teknik bagaimana sebuah program
pelatihan yang telah dirancang dengan baik dilaksanakan. Pemilihan suatu metode
pelatihan yang akan digunakan biasanya mempertimbangkan hal-hal seperti jenis
pelatihan yang diharapkan, para peserta pelatihan, tujuan dari program pelatihan
dan lingkungan pelatihan. Tidak ada satu metode pelatihan yang tepat untuk setiap
program pelatihan, beberapa tujuan pelatihan dapat tercapai dengan mudah dengan
satu metode tetapi beberapa tujuan pelatihan yang lain akan lebih mudah dicapai
dengan menggunakan metode pelatihan yang lain. Menurut Woods, (2002:184),
pada dasarnya metode pelatihan dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu:
a.
Off The Job Training
Adalah jenis metode pelatihan yang diberikan dengan menempatkan para peserta
pelatihan diluar atau terpisah dari situasi pekerjaan yang sebenarnya atau nyata.
Adapun jenis metote pelatihan yang termasuk kategori
off the job training
adalah:
1)
Lectures (kuliah)
is the oral presentation of information to an audience.
metode pelatihan jenis ini merupakan metode pelatihan yang paling umum
dilakukan untuk jenis pelatihan
off the job training
yang mana instruktur
pelatihan memberikan pelatihan kepada peserta pelatihan dengan cara
presentasi secara oral dalam suatu kelas pelatihan. Keuntungan dari metode
22
ini adalah dapat menyampaikan informasi sebanyak-banyaknya kepada
peserta pelatihan dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang singkat dan
sangat
cost-effective.
Sedangkan kekurangannya adalah pada daya tangkap
masing-masing peserta pelatihan yang berbeda-beda sehingga yang hasil yang
diterima oleh peserta pelatihan pun berbeda-beda.
2)
Vestibule training (simulasi)
is simulation involves the virtual duplication of
work environment in an off-site setting
.
Jadi, Vestibule training
adalah metode pelatihan yang dilakukan dalam suatu
ruangan khusus yang menyerupai tempat kerja yang sesungguhnya akan
tetapi terpisah dari tempat kerja yang sebenarnya. Keuntungan dari metode
ini adalah pelatihan dapat dilakukan tanpa adanya gangguan dari pihak-pihak
(seperti keharusan melayani tamu) sehingga peserta pelatihan dapat
benar-benar berkonsentrasi penuh terhadap pelatihan yang dilakukannya yang mana
akan dapat memberikan hasil akhir yang memuaskan. Kekurangan metode ini
adalah tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk membuat suatu duplikat
ruangan.
3)
Program
instruction
(instruksi program)
is structured approach to training
that requires trainees to proceed through series of steps in a sequential
patern
.
Jadi,
program instruction
adalah metode pelatihan yang memungkinkan
pesertanya untuk mempelajari langkah mereka sendiri. Pada akhir pelatihan
yang menggunakan metode ini, setiap peserta akan dievaluasi dengan
menggunakan sistem
paper-and-pencil test
yang mana hasil evaluasinya akan
menentukan peserta pelatihan dapat melanjutkan ketahapan pelatihan
selanjutnya atau tidak.
4)
Case
study
(studi kasus)
is a training that using typically detail a series of
events either real or hypothecal that take place in a business environment
.
Jadi,
case study
adalah metode pelatihan yang memberikan tantangan kepada
para peserta pelatihan untuk menyelesaikan sebuah permasalahan yang ada
dan dapat memberikan solusi yang terbaik.
5)
In basket training generally presents participants with a wide array problem
similar to those found in their in-basket at work.
adalah metode pelatihan yang menghadapkan para peserta pelatihan kepada
suatu permasalahan yang biasanya akan dihadapi dalam lingkungan pekerjaan
mereka. Terdapat tiga tujuan dari metode pelatihan ini, yaitu: untuk melatih
peserta untuk dapat mengidentifikasi suatu permasalahan dan dapat
mengambil tindakan yang tepat dan cepat, untuk mengajarkan kepada para
peserta pelatihan bagaimana mendelegasikan permasalahan tersebut dimana
tidak diperlukan perhatian yang personal dan untuk menginstruksikan kepada
karyawan bagaimana bekerja dalam suatu permasalahan yang terjadi secara
simultan.
6)
Role playing
adalah metode pelatihan yang memberikan pengalaman kepada
peserta pelatihan sesuai dengan suasana di lingkungan kerja.Metode pelatihan
ini berguna untuk meningkatkan
interpersonal skill
dari para peserta
pelatihan.
23
7)
Sensitivity training
adalah metode pelatihan dengan menggunakan
kelompok-kelompok kecil yang melatih para peserta pelatihan agar dapat
mengendalikan tingkah-laku mereka dengan anggota kelompok mereka.
8)
Behavioral modeling
adalah metode pelatihan yang memberikan kesempatan
kepada peserta pelatihan untuk melihat bagaimana model berakting pada
situasi yang sebenarnya.
9)
Business games
10)
Conference training dan coaching/mentoring
b.
On The Job Training
Adalah metode pelatihan yang diberikan kepada peserta pelatihan dengan cara
melakukan praktek langsung yang menggunakan situasi kerja nyata sebagai
tempat pelatihannya. Adapun jenis pelatihan yang termasuk metode
on the job
training
adalah job instruction training (JIT) yang merupakan pendekatan
pelatihan yang terstruktur yang diberikan kepada para peserta pelatihan melalui
tahapan-tahapan dari setiap langkah dalam melaksanakan pekerjaan
Menurut Simamora (2004:317), metode pelatihan pada dasarnya dapat
dikategorikan menjadi dua, yaitu:
a.
On The Job Training
yaitu metode pelatihan yang menempatkan peserta
pelatihan (
trainee
) ke dalam situasi pekerjaan yang nyata dimana para karyawan
atau penyelian yang berpengalaman pekerjaan atau trik pada pekerjaan tersebut.
Program on the job training terdiri dari magang, internship dan rotasi pekerjaan.
b.
Off The Job Training
yaitu metode pelatihan yang dilaksanakan pada lokasi
yang terpisah dari pekerjaan. Program ini dilaksanakan pada waktu yang
terpisah dariwaktu kerja reguler. Program ini terdiri darikuliah, studi kasus dan
simulasi komputer.
Menurut Mathis, Robert dan Jackson, John (2006:303), Pelatihan dapat dibagi
menjadi tiga yaitu:
a.
Pelatihan Internal, yaitu pelatihan yang biasanya diterapkan pada aspek-aspek
spesifik dari pekerjaan. Yang termasuk ke dalam pelatihan internal antara lain
pelatihan informal dan praktik kerja lapangan.
b.
Pelatihan eksternal adalah pelatihan yang digunakan secara ekstensif oleh
organisasi-organisasi dari berbagai ukuran. Perusahaan biasanya menggunakan
pelatihan eksternal jika tidak memiliki kapabilitas pelatihan internal yang
dibutuhkan. Yang termasuk pelatihan eksternal adalah outsourcing pelatihan.
c.
E-Learning (pelatihan secara
online
) merupakan pelatihan dengan menggunakan
24
8.
Evaluasi Pelatihan.
Untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan pelatihan maka perlu
dilaksanakan suatu evaluasi, apakah pelaksanaan pelatihan telah sesuai dengan
target atau tujuan pelatihan. Viviane dan Gilbert de Lansheere (1984:128)
menyatakan bahwa: “evaluasi adalah proses penentuan apakah materi dan metode
pembelajaran telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Penentuannya bisa
dilakukan salah satunya dengan cara pemberian tes kepada pembelajar”.
Menurut Woods, Robert H. (2002:172):
The eighth and final stage in the
training cycle is the training evaluation. Unfortunately, many hospitality
managers-even those who are good at identifying training needs, selecting the
proper approach to training and conducting training-fail to effectively evaluate
whether or not training goals have been achieved
.
Tahapan kedelapan dan yang terakhir adalah evaluasi pelatihan. Tahapan ini
merupakan tahapan yang penting dimana seorang manajer akan mengevaluasi
apakah program pelatihan telah mencapai tujuan atau belum. Hasil evaluasi ini
nantinya akan menjadi dasar jika akan melakukan program pelatihan kembali.
Menurut Rivai, Veithzal (2004:250):”Untuk memverifikasi keberhasilan suatu
program, para manajemen meminta agar kegiatan pelatihan dan pengembangan
dievaluasi secara sistematis”.
Dilihat dari pendapat ketiga pakar di atas, penulis berpendapat bahwa evaluasi
sangatlah penting untuk dilakukan karena pihak manajemen dapat mempelajari
apakah program pelatihan yang dilaksanakan telah berhasil atau tidak berhasil
25
dalam mencapai tujuan pelatihan yang di berikan dan sebagai dasar kebijakan
bagaimana pelaksanaan pelatihan selanjutnya akan dilaksanakan.
26
BAB III
GAMBARAN UMUM HOTEL
A.
Sejarah Hotel
1.
Sejarah InterContinental group
InterContinental Hotel Group adalah grup hotel yang terkemuka di dunia,
termasuk di dalamnya yaitu InterContinental Hotel dan Resort, Crown Plaza
Hotels and Resort, Holiday Inn, Express by Holiday Inn, Staybridge Suites dan
Candlewood Suites. Group ini memiliki dan menjalankan lebih dari 3.500 hotel
dengan jumlah kamar tamu 535.000 buah, menyebar dalam 100 negara dan daerah
di seluruh dunia.
InterContinental Hotel dan Resort didirikan pada tahun 1946 oleh Pan
American Airlines dengan bantuan modal US Companies di Amerika Latin setelah
perang dunia II usai.
Tidak seperti hotel lain yang berdiri sendiri dengan target pasarnya yaitu
bisnis dan tujuan wisata, InterContinental yang merupakan pelopor dari awal
berdirinya, memutuskan untuk mendirikan hotel-hotel di sepanjang jalur
internasional dan Pan American di Amerika Selatan dan Karibia Hotel pertama
yang dibuka adalah Pan American yang dimiliki oleh Hotel Grand’s Belem, Brazil.
Dari permulaan ini, terlahir hotel-hotel baru Afrika, melintasi Eropa sampai
Amerika Utara dan Asia Psifik.
Pada tahun 1981, Grand Metropolitan yang merupakan salah satu perusahaan
di Inggris, menguasai InterContinental kepada The Saison Group yang adalah
27
sebuah perusahaan dagang internasional dan pengusaha hotel yang berpusat di
tokyo. Kemudian pada tahun 1988, The Saison Group menjual InterContinental
Hotel and Resort kepada Bass PLC, sebuh perusahaan Inggris yan terkemuka
dalam bisnis pelayanan, paket wisata dan minuman bermerek.
Pada tahun 2001, Bass mengganti nama perusahaannya menjadi Six
Continents PLC diikuti dengan bisnis minuman yang bermerek dagang Bass.
Sedangkan bisnis pelayanannya dinamakan Six Continents Hotel. Pada tanggal 15
April 2003, Six Continent PLC mengalami pergantian nama lagi menjdi
InterContinental Hotel Group (IHG) PLC setelah semakin lancer bisnis paket
wisata dan menguatnya bisnis perhotelan dan minuman bermerek.
2.
Sejarah InterContinental Bali Resort
Pada tanggal 4 Oktober 1993, InterContinental Bali Resort dibuka dengan
nama kepemilikan PT. Citra Jimbaran Indah Hotel dan dioperasikan oleh
InterContinental Hotel & Resort. InterContinental Bali Resort memiliki tujuan ”
To
create the world leading plce to meet, relax and dream”.
Resort
dengan klasifiksi hotel bintang lima
diamond
ini, berdiri di atas tanah
selus 14 hektar dan berhadapan langsung dengan pantai pasir putih yang indah dan
memiliki area pantai sendiri yang dikhususkan kepada tamu. InterContinental Bali
Resort memiliki 425 kamar dengan 10 kamar
non smooking
dan semua kamarnya
memiliki luas lebih dari 48 m² dilengkapi dengan
private balcony
.
Resort
ini
memiliki fasilitas
meeting
yang berkapasitas 750 orang yang bernuansa Bali
dengan disain mewah.
28
InterContinental Bali Resort terletak diantara daerah perbelanjaan dan
daerah
resort
yang terkenal yaitu Kuta dan Nusa Dua, yang masing-masing dapat
ditempuh dalam waktu 15 menit. Ngurah Rai International Airport dapat ditempuh
dalam waktu 15 menit. Ngurah Rai International Airport dapat ditempuh dalam
waktu 10 menit dari atau berjarak 7.2 km dari resort ini.
Dengan lokasinya yang strategis dan bentuk bangunannya yang mewah
membuat InterContinental Bali Resort sangat disukai wisatwan baik lokal maupun
internasional yang menginap di
resort
ini.
B.
Letak dan Klasifikasi InterContinental Resort Bali
1.
Letak InterContinental Bali Resort
InterContinental Resort Bali berlokasi di kawasan Jimbaran, tepatnya di Jalan
Uluwatu 45 Jimbaran, Bali 80361, Indonesia. Telepon: 0361-701888,
facsimie:
0361-701777,
enail:
[email protected]
,
dan
website
:
www.bali.intercontinental.com
.
2.
Klasifiksi InterContinental Resort Bali
Dilihat dari jumlah kamar dan berbagai fasilitas yang dimiliki InterContinental
Resort Bali digolongkan kedalam klasifikasi hotel bintang lima
diamond.
C.
Fasilitas InterContinental Resort Bali
1.
Fasilitas Kamar
Fasilitas yang dimiliki oleh InterContinental Resort Bali dalah sebagai
berikut:
29
Tabel 3
Jenis dan jumlah kamar
Fasilitas yang dimiliki oleh masing-masing kamar antara lain:
private
bathroom with bathub, balconies, air conditioning, satellite TV, IDD telephone,
internet accsess, fan, sitting area, haairdrayer
dan
mini bar.
sedangkan untuk
club,
selain fasilits di atas juga memiliki
DVD player, internet broadband,
dan
khusus untuk
Presidental suite
dilengkapi dengan
kitchen, jacuzzi, living and
dining environment, luxurious bathroom
dan
Bvlgari amenities.
2.
Fasilitas Makan dan Minum
InterContinental Resort memiliki 4 buah restoran yaitu:
a.
Jimbaran Garden Restaurant
Sebuah restoran yang luas dengan tipe pelayanannya adalah a’la carte dan
sangat sesuai dengan mengadakan
buffet
yang memiliki kapasitas 120 pax.
Restoran ini terletak di samping kolam utama dan buka tiap hari dari pukul
11.00 sampai pukul 23.00. restoran ini menawarkan
seafood, pizza
dan
spaghetti
.
Jenis Kamar Luas Kamar Total Kamar
Presidental Suite 434 m2 2 Executive Suite 159m2 5 Junior Suite 134 m2 12 Loft Duplex 90 m2 45 Deluxe Room 48 m2 49 Superior Room 48 m2 215
Club InterContinental Jimbaran Suite 150 m2 4
Club Duplex Suite 90 m2 16
Club InterContinental Room 52 m2 77
Jumlah Kamar 425
30
b. KO Restaurant
Restoran ini terletak di ground floor dan memiliki kapasitas 108 pax
dengan tipe
Japanese restaurant
. Restoran ini buka setiap hari dari pukul
18.30 sampai pukul 22.00, dan menawarkan masakan Jepang.
c.
Bella Singaraja Restaurant
Restoran ini tipenya adalah
Fine dining restaurant
yang memiliki
kapasitas 120 px. Restoran ini buka setiap hari dari pukul 18.30 sampai
pukul 22.00, dan menawarkan berbagai macam makan Asia dan Italia
d.
Taman Gita Restaurant
Restoran ini memiliki kapasitas 200 pax dan mempunyai tipe pelayanan
a’la carte
. Restoran ini buka setiap hari dari pukul 06.30 sampai pukul
11.00, dan bagi tempat in house guest untuk menikmati buffet breakfast
beserta masakan Italia.
3.
Fasilitas Meeting and Conference
InterContinental Resort Bali memiliki total 8 ruang meeting dan conference
yang mewah dengan temperature yang dapat di sesuaikan. Delapan ruangan ini di
bagi dari 2 ruangan yang besar, jadi bila kapasitas melebihi 1 ruangan maka dapat
di gunakan ruangan yang satunya dengan cara membuka sekat dari ruangan
tersebut dengan ruangan yang lainnya.
4. Fasilitas Olah Raga dan Rekreasi
Fasilitas olah raga yang dimiliki InterContinental Bali Resort antaralain :
31
InterContinental Bali Resort memiliki 3 buah kolam renang outdoor,di
mana disana terdapat kolam khusus anak-anak.
b. Tennis courts
Fasilitas ini disebabkan khusus bagi tamu yang menginap di hotel.
c. Fitness center
Fasilitas ini di buka 24 jam setiap hari dan memiliki faasilitas yang
lengkap seperti treadmill, rowing machines, stepper dan lainnya.
d. Uluwatu Spa
InterContinental Resort Bali memiliki fasilitas spa yang menyediakan pijat
kesehatan dan berbagai perawatan bagi para tamu.
5.
Fasilitas Lainnya
a.
Gift shop
b.
Doctor on call dan Drugstore
c.
Mail and postage facilities
d.
Internet access
e.
Laundry service
f.
Beauty salon
g.
Baby sitting service
h.
Childern playground
i.
Business center
j.
Car and bike rental
D.
Struktur Organisasi InterContinental Resort Bali
Perkembangan suatu perusahaan sangat di pengaruhi oleh sumber daya
manusia yang melaaksanakan tugas-tugas yang ada di dalam perusahaan tersebut
32
termsuk didalam pengorganisasian. Perusahaan sebagai suaatu organisasi dalam
mencapai tujuannya, sangat membutuhkan struktur organisasi, sehingga hubungan
dan tanggung jawab atas tugas-tugas dari seluruh sumber daya manusia yang terlibat
dalam perusahaan tersebut akan menjadi jelas yang tentunya dapat menunjang
kelancaran aktifitas perusahaan dan mempermudah mencapai tujuan perusahaan.
InterContinental Resort Bali merupakan perusahaan dimana pucuk pimpinan
berada di tangan General Manager yang bertanggung jawab atas jalannya oprasional
hotel kepada pemilik perusahaan.
Untuk lebih jelasnya, struktur organisasi InterContinental Resort Bali dapat
dilihat pada bagan 2 :
33
Bagan 2
Struktur Organisasi Intercontinental Resort Bali
General
Manager Personal Asst.
Public Service Mgr Ldry Mgr HK Mgr Chief Sec. Officer Resort Rec. Mgr Spa Mgr Asst Club Mgr Club Mgr. Resort Asst. Mgr Gst Recep Mgr Executive Assistant Mgr Room - Housekeeping - Recreation - SPA - Security - Gst. Relation - Deputy To Resort Director Of Guest Service - Front Desk - Bell Desk - Bussines Center - Resort Asst. Mgr - Priority Club
Dir. Of Quality & Continuous Improvement - Resort Call Center - Proses Dev. - Prosses Imprv - Training - Telephone Equip. - CCTV - Fire Panel - Music System - Key Dist. System - P&P & SOP Ctr
Exec. HK
Dir Of HK Training &
Development Manager Resort Call Center Manager Chief Enginering Asst. Chief Enginering Secretary Director Of Engineering - Audio Visual - Civil - Mechanical - Electrical - Gardening - Pool, Ponds &
Beach - Maintenance - Projects - Lock & Smith - Telp & IT Support
Director Of Culinary Service F&B Service - Catering Sales - Restaurant & Bar - Bqt Service Culinary Service - Restaurant - Stewarding - Employee Rest. - Club Culinary Director Of Finance & Business Support - Accounting - Purchasing - Information Tech. - Club & Spa
Project - Vendor Relation - All Contract Internal & External Sales & Marketing Department - Sales Leisure - Sales Mice - Marketing PR - Revenue/ Reservation Director Of Human Resources - Recruitment & Selection - Employee Relation - Employee Conv. & Benefits Industrial Relation - Personal General Affair Mgr. Bussines Develop. Mgr Personal Asst. Resort Mgr Revenue Mgr Dir Of Catering Svc Banquet Mgr Dir. Of Sales Dir of Mrktg Executive Chef F&B Svc Mgr Mgr of Finance & Business Support Materials Mgr IT Mgr HR Mgr Employee Relation Mgr Resrv. Mgr
35
Dalam oprasional sehari-harinya InterContinental Resort Bali dipimpin oleh
seorang General Manager. Mereka di bantu 8 orang Department Head yang
memimpin 8 departemen yaitu Room Department, Guest service Department, Quality
& Continuous Improvement (QCI), Engineering Department, Culinary Service
Department, Sales and Marketing Department, Finance and Business Support
Department, dan Human Resources Department. Berikut ini masing-masing fungsi
dari setiap departemen:
1.
Room Department
Departemen ini di kendalikan oleh Executive Assistant Manager Rooms yang
mempunyai tugas pokok bertanggung jawab atas pelaksanaan pengawsan dan
pengkoordinasian tugas-tugas karyawan tata graha untuk menjamin kebersihan,
perawatan, kerapian disemua kamar tamu, daerah tamu, bagian belakang hotel dan
sekitarnya. Selain itu juga menjaga keamanan serta kenyamanan baik tamu
maupun karyawan dan juga bertanggung jawab terhadap Recreation, Spa, dan
Guest Relations. Dalam menjalankan fungsinya Executive Assistant Manager
Rooms di Bantu oleh Director of Housekeeping, Spa Manager dan Club manager.
2.
Guest Services Department
Dikepalai oleh seorang Director of Guest Services dengan tugas pokok adalah
bertanggung jawab atas kelancaran tugas sehari-haari dan administrasi kantor
depan serta memastikan setiap kegiatan yang berhubungan dengan kamar tamu,
penerimaan tamu dan pelayanan tamu dilaksanakan secara efisien sehingga tamu
puas dengan pelayanan yang di berikan. Selain itu juga bertanggung jawab
terhadap GSA, bussines Center. Dalam menjalankan tugasnya seorang Director of
36
Guest Services dibantu oleh Guest Reception Manager dan Resort Assistant
Manager.
3.
Quality & Continuous Improvement (QCI) Department
Departemen ini di kepalai oleh Director of Quality & Continuous
Improvement
yang
bertanggung
jawab
mempengruhi
karyawan
agar
meningkaatkan kualitas kerja di dalam hotel, menberikan training kepadaa
karyawan, mengurus semua perlengkapan seperti CCTV, dan sebagainya. Director
of Quality & Continuous Improvement dibantu oleh Training and Development
Manager dan Resort Call Centre Manager.
4.
Engineering Department
Departemen ini di kepalai oleh seorang Director of Engineering yang mengatur
serta mengawasi proses perawatan atas seluruh fasilitas termasuk peralatan listrik,
mesin
pendingin,
pemanas,pengatur
suhu
dan
peralatan
lain
untuk
mempertahankan semua peralatan milik hotel tetap dalam kondisi baaik. Dalam
perjlanan tugasnya Director of Engineering dibantu oleh Assistant Chief
Engineering.
5.
Culinary Service Department
Departemen ini di kendalikan oleh Director of Culinary Service yang
mempunyai tugas pokok bertanggung jawab atas pelaksanaan, pengawsan dan
pengkoordinasian tugas-tugas di bagian pengelolaan dan pelayanan makan dan
minum. Dalam melaksanakan tugasnya Director of Culinary Service dibantu oleh
Executive chef dan Foof and beverage Service. Manager Executive Chef
bertanggung jawab atas kelancaran kerja, standar produksi dan penyajian makanan
37
tetap dipertahankan disemua lingkungan yang masih dalam batas tanggung
jawabnya. Food and Beverage Service Manager bertanggung jawab atas
kelancaran pekerjan disemua tempat penjualan makanan dan minuman serta
memastikan agar standar pelayanan makanan dan minuman tetap dipertahankan.
6.
Sales and Marketing Department
Departemen ini dikepalai oleh Director of Sales dan Director of Marketing.
Director of Sales bertanggung jawab menaikan volume bisnis dan mencari
penempatan dan total penghasilan minimal sesuai target bahkan lebih dengan
menjalankan kapasitas sepenuhnya. Sedangkan Director of Marketing bertugas
untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan promosi dengan jalan yang efektif
untuk memajukan perusahaan.
7.
Finance and Bussiness Support Department
Departemen ini di kepalai oleh Director of Finance and business Support yang
bertanggung jawab untuk menaikan volume bisnis dan mencari penempatan dan
total penghasilan minimal sesuai target bahkan lebih dengaan menjalankan
kapasitas sepenuhnya dan jalan yang efektif dari strategi utama untuk club dan
spa. Director of Finance and business Support dibantu oleh finance and Business
Support Manager.
8.
Human Resources Department
Dikepalai oleh seorang Director of Human Resources yang bertanggung jawab
atas perekrutan tenaga kerja, penempatan karyawan dan kemungkinan
pengembangan karyawan dalam pekerjaannya. Dalam menjalankan tugasnya
Director of Human Resources dibantu oleh Human Resources Manager.
38
E.
Struktur Quality & Continous Improvemet (QCI) Department
Dalam menunjang kelancaran di Quality & Continuos Improvement
Department, maka disusunlah struktur organissi beserta jabatan-jabaatannya yang
diperlukan. Untuk lebih jelasnya, struktur organisasi Qulity & Continous
Improvement Departement dapat dilihat pada bagan 3:
Bagan 3
Struktur Organisasi Quality & Continous Improvemet
InterContinental Resort Bali
Director of QCI
QCI Coordinator
T&D Manager