• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Posyandu Pada Balita Di Desa Ulak Jaya Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Posyandu Pada Balita Di Desa Ulak Jaya Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang Tahun 2016"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Posyandu Pada Balita Di Desa

Ulak Jaya Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang Tahun 2016

Factors Related To The Use Of The Children In The Village Posyandu Ulak Jaya District District Sintang Sintang 2016

LIANA RITA

Program Studi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kapuas Raya Sintang ABSTRAK

Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Jumlah data cakupan di Posyandu Melati III (Kelurahan Ulak Jaya ), dari jumlah balita 206 dengan kunjungan pada bulan Mei berjumlah 65 balita, menurun 49% dari target 80% kunjungan Posyandu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan Posyandu pada balita di Desa Ulak Jaya Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang tahun 2014. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan rancangan cross sectional dengan sampel sebanyak 125 ibu yang memiliki balita. Teknik pengumpulan data mengunakan kuesioner. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan (P=0,032), Pengetahuan (P=0.003), sikap (P=0,018), Praktik (P=0,002), dukungan petugas (P=0,026) dengan pemanfaatan Posyandu. Dapat disimpulkan responden berpendidikan tinggi sebanyak 60,8%,bekerja sebanyak 56,8%, pengetahuan baik sebanyak 62,4 %, sikap positif sebanyak 64,0%, praktik positif sebanyak 57,6%,mendapatkan dukungan petugas sebanyak 54,5% dan memiliki kebutuhan tinggi sebanyak 62,4%. Diharapkan masyarakat khususnya ibu terus aktif mengikuti kegiatan Posyandu untuk mengetahui perkembangan balita, status gizi dan kesehatan balita serta mengajak ibu-ibu yang belum aktif dalam memanfaatkan Posyandu.

Kata Kunci : Posyandu, balita

ABSTRACK

IHC (Integrated Service Post) is one form of power Sourced Public Health Efforts (UKBM) are managed and organized from, by, for and with the community in the implementation of health development, in order to empower the people and provide convenience to the public in obtaining basic health care. The amount of data in the integrated health coverage Bed III (Sub Ulak Jaya), of the amount of 206 infants with a visit in May amounted to 65 infants, decreased 49% from the target of 80% of visits IHC. This study aims to determine the factors associated with the use of IHC in young children in the village of Ulak Jaya subdistrict Sintang Sintang 2014 is a type of quantitative research using cross sectional design with a sample of 125 mothers of toddlers. Techniques of data collection using questionnaires. The results in this study indicate that there is significant relationship between work (P = 0.032), Knowledge (P = 0.003), attitude (P = 0.018), Practice (P = 0.002), support personnel (P = 0.026) with the use of integrated health. It can be concluded educated respondents were 60.8%, 56.8% as much work, good knowledge as much as 62.4%, a positive attitude as much as 64.0%, 57.6% positive in practice, the support personnel as much as 54.5% and have a high need as much as 62.4%. It is expected that the community, especially the mother continues to actively follow the activities of IHC to determine early childhood development, health and nutritional status of infants and encourage mothers who have active in the use of integrated health.

Keywords : Posyandu, toddlers Pendahuluan

Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan

(2)

Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) (Depkes RI, 2006). Pada saat posyandu di rencanakan tahun 1986, jumlah posyandu tercatat sebanyak 25.000 posyandu, sedangkan pada tahun 2004, meningkat menjadi 238.699 posyandu (Depkes RI, 2006). Sementara itu, pada tahun 2009 terdapat 266.827 posyandu, dengan rasio posyandu terhadap Desa/Kelurahan sebesar 3,55 posyandu per Desa/Kelurahan. Namun bila ditinjau dari aspek kualitas, masih ditemukan banyak permasalahan diantaranya adalah masih kurangnya angka pemanfaatan posyandu oleh ibu balita (Profil Indonesia Kesehatan 2010).

Posyandu yang ada masih ditemukan beberapa masalah antara lain kelengkapan sarana dan keterampilan kader yang belum memadai. Agar Posyandu dapat menjalankan fungsinya, maka di perlukan upaya kinerja yang selama ini belum menunjukan hasil yang optimal dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pengguna Posyandu. Upaya yang bertujuan untuk peningkatan fungsi dan kinerja Posyandu yaitu dengan cara pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas kader, penerapan lima meja dan penggerakan masyarakat (Depkes RI, 2006).

Salah satu indikasi pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat adalah keaktifan kedatangan masyarakat ke pusat pelayanan tersebut dalam hal ini spesifik kepada pemanfaatan pelayanan posyandu yaitu ke aktifan anaknya datang ke posyandu atau keaktifan orang tua membawa anaknya keposyandu yang dapat dilihat dari angka cakupan penimbangan balita ke posyandu (D/S). D adalah jumlah balita yang datang ke posyandu untuk periode tertentu, S adalah jumlah seluruh balita yang berada di wilayah posyandu tersebut. Semakin tinggi cakupan D/S, setidaknya semakin tinggi pula cakupan vitamin A dan cakupan imunisasi dan

diharapkan semakin rendah prevalensi gizi kurang (Kemenkes RI, 2011).

Cakupan D/S pada tahun 2013 di Indonesia (Laporan B.12) mencapai 80,01%. Berarti telah mencapai target Renstra Kemkes 2013 yang sebesar 80%. Cakupan tertinggi dicapai Jawa Tengah sebesar 89,43% dan terendah Papua sebesar 37,89% (Profil Kesehatan Indonesia, 2013).

Kalimantan Barat pada tahun 2013 Posyandu saat ini hanya sekitar 47%dari 4.281 unit yang masih aktif dengan tingkat kunjungan ke Posyandu selama ini baru 44%. Di Kalimantan Barat memiliki cakupan balita ditimbang (Laporan B12 2013) sebesar 63,18%. Cakupan D/S di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2013 (Laporan B12) mencapai 63,18%. Sementara target Renstra Kemkes 2013 sebesar 80%. Berarti Provinsi Kalimantan Barat belum mencapai target Renstra 2013 (Profil Kalimantan Barat, 2013).

Jumlah Puskesmas untuk Kabupaten Sintang sendiri Sebanyak 20 dengan jumlah Posyandu sebanyak 393 Posyandu. Sedangkan untuk cakupan D/S di Kabupaten Sintang juga belum mencapai target Renstra 2013 dengan target sebesar 80%, cakupan D/S di Kabupaten Sintang hanya mencapai 76,43% (Profil Kalimantan Barat, 2013).

Data dari Puskesmas Dara Juanti Kabupaten Sintang, jumlah balita di Wilayah Kerja Puskesmas Dara Juanti saat ini berjumlah 1073 balita. Dengan jumlah Posyandu sebanyak 8 Posyandu, yang terdiri dari Posyandu Melati I di wilayah Menteng, Posyandu Melati III di Ulak Jaya, Posyandu Melati II di Kapuas Kanan Hulu (KKU), Posyandu Nusa Indah I di Kapuas Kanan Hilir (KKI), Posyandu Nusa Indah II di Mekar Jaya, Posyandu Batu Lalau di Batu Lalau, Posyandu Tanjung Kelangsam dan Posyandu Teluk Kelangsam. Jumlah data cakupan di setiap Posyandu yang terendah terdapat di Melati III (Kelurahan Ulak Jaya ), dari jumlah balita 206 dengan kunjungan pada bulan Mei berjumlah 65 balita, menurun 49% dari target 80% (Profil Puskesmas Dara Juanti, 2015).

Pertumbuhan dan perkembangan balita dipengaruhi oleh banyak faktor baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyebab

(3)

langsung yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan adalah asupan makanan (energi dan protein). Sedangkan penyebab tidak langsung adalah tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, pola asuh, sosial budaya, pelayanan kesehatan, faktor lingkungan dan pemanfaatan imunisasi di Posyandu (Depkes RI, 2007).

Kurangnya pemanfaatan Posyadu sebagai sarana pemantauan tumbuh kembang balita oleh ibu balita akan berakibat tidak terdeteksinya masalah kesehatan anak balita secara dini. Kesehatan anak balita di Indonesia masih jauh dari keadaan yang diharapkan, hal

ini dapat dilihat dari besarnya jumlah balita yang meninggal. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemanfaatan Posyandu, di pengaruhi oleh pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, praktek, dukungan petugas dan kebutuhan

Metode

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan rancangan cross sectional dengan sampel sebanyak 125 ibu yang memiliki balita. Teknik pengumpulan data mengunakan kuesioner.

Hasil

1. Hubungan Pendidikan dengan Pemanfaatan Posyandu

Tabel 1. Hubungan Pendidikan dengan Pemanfaatan Posyandu di Desa Ulak Jaya Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang Tahun 2016

Pendidikan Pemanfaatan Posyandu Total OR 95% CI P value Baik KurangBaik

n % N % N % Tinggi 63 82,9 13 17,1 76 100 3,342 (1,464-7,628) 0,006 Rendah 29 85,9 20 40,8 49 100 Jumlah 92 73,6 33 26,4 125 100

Berdasarkan tabel 4.8 dari hasil analisis hubungan antara pendidikan dengan pemanfaatan Posyandu didapatkan responden yang berpendidikan tinggi memanfaatkan Posyandu dengan baik sebanyak 63 (82,9%), pada responden yang berpendidikan tinggi memanfaatkan Posyandu dengan kurang baik sebanyak 13 (17,1%). Sedangkan pada responden yang berpendidikan rendah memanfaatkan Posyandu baik sebanyak 29 (59,2%),dan pada responden berpendidikan

rendah memanfaatkan Posyandu dengan kurang baik sebanyak 20 (40,8%).

Hasil uji statistik diperoleh nilai P=0,006 (≤ 0,05). Maka dapat disimpulkan ada peluang yang bermakna antara pendidikan dengan pemanfaatan Posyandu Melati III.

Hasil Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 3,342 (CI=1,464-7,628) dapat diartikan bahwa responden yang berpendidikan tinggi memiliki risiko 3,3 kali untuk memanfaatkan Posyandu dengan baik dibandingkan dengan responden yang berpendidikan rendah.

2. Hubungan Pekerjaan dengan Pemanfaatan Posyandu

Tabel 2. Hubungan Pekerjaan dengan Pemanfaatan Posyandu di Desa Ulak Jaya Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang Tahun 2016

Pekerjaan Pemanfaatan Posyandu Total OR 95% CI P value Baik Kurang Baik n % N % N % Tidak Bekerja 58 81,7 20 37,0 71 100 2,624 (1,160-5,938) 0,032 Bekerja 34 18,3 13 63,0 54 100 Jumlah 92 26,4 33 73,6 125 100

(4)

Berdasarkan tabel 4.9, dari analisis hubungan antara pekerjaan dengan pemanfaatan Posyandu diperoleh bahwa responden yang tidak bekerja memanfaatkan Posyandu dengan baik sebanyak 58 (81,7%) dan responden yang tidak bekerja memanfaatkan Posyandu dengan kurang baik sebanyak 20 (37%) Sedangkan responden yang bekerja memanfaatkan Posyandu dengan baik sebanyak 34 (63,0%) dan responden yang bekerja memanfaatkan Posyandu kurang baik sebanyak 13 (18,3%).

Hasil uji statistik diperoleh nilai P=0,032 (≤0,05). Maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan pemanfaatan Posyandu Melati III. Hasil Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 2,624 (CI=1,160-5,938) dapat diartikan bahwa responden bekerja memiliki risiko 2,6 kali untuk tidak memanfaatkan Posyandu dengan baik dibandingkan dengan responden yang tidak bekerja.

3. Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Posyandu

Tabel 3. Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Posyandu di Desa Ulak Jaya Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang Tahun 2016

Pengetahuan Pemanfaatan Posyandu Total OR 95% CI P value Baik KurangBaik

n % N % N % Baik 65 83,4 13 16,6 78 100 3,704 (1,615-8,494) 0,003 Kurang Baik 27 57,5 20 42,5 47 100 Jumlah 92 73,6 33 26,4 125 100

Berdasarkan tabel 4.10, dari analisis hubungan antara pengetahuan dengan pemanfaatan Posyandu diperoleh bahwa responden berpengetahuan baik memanfaatkan Posyandu dengan baik sebanyak 65 (83,4%) dan pada responden dengan pengetahuan kurang baik memanfaatkan posyandu kurang baik sebanyak 13 (16,6%) Sedangkan responden berpengetahuan kurang baik memanfaatkan Posyandu dengan baik sebanyak 27 (57,5%) dan pada responden dengan pengetahuan kurang baik

memanfaatkan Posyandu Kurang baik sebanyak 20 (42,5%).

Hasil uji statistik diperoleh nilai P=0,003 (≤0,05). Maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemanfaatan Posyandu.

Hasil Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 3,704 (CI=1,615-8,494) dapat diartikan bahwa responden yang berpengetahuan baik memiliki risiko 3,7 kali untuk memanfaatkan Posyandu dengan baik dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan kurang baik. 4. Hubungan Sikap dengan Pemanfaatan Posyandu

Tabel 4. Hubungan Sikap dengan Pemanfaatan Posyandu di Desa Ulak Jaya Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang Tahun 2016

Sikap Pemanfaatan Posyandu Total OR 95% CI P value Baik Kurang Baik n % N % N % Positif 65 81,3 15 18,7 80 100 2,889 (1,274-6,553) 0,018 Negatif 27 60,0 18 40,0 45 100 Jumlah 92 73,6 33 26,4 125 100

Berdasarkan tabel 4.11, hasil analisis hubungan antara sikap dengan pemanfaatan Posyandu diperoleh bahwa responden

memiliki sikap positif memanfaatkan Posyandu dengan baik sebanyak 65 (81,3%) dan pada responden dengan sikap positif

(5)

memanfaatkan Posyandu kurang baik sebanyak 15 (18,7%). Sedangkan responden memiliki sikap negatif memanfaatkan Posyandu dengan baik sebanyak 25 (60,0%) dan pada responden dengan sikap negatif memanfaatkan Posyandu dengan kurang baik sebanyak 18 (40,0%).

Hasil uji statistik diperoleh nilai P=0,018 (≤0,05). Maka dapat disimpulkan ada

hubungan yang bermakna antara sikap dengan pemanfaatan Posyandu Melati III.

Hasil Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 2,889 (CI=1,274-6,553) dapat diartikan bahwa responden bersikap positif memiliki risiko 2,8 kali untuk memanfaatkan Posyandu dengan baik dibandingkan dengan responden bersikap negatif.

5. Hubungan Praktik dengan Pemanfaatan Posyandu

Tabel 5. Hubungan Praktik dengan Pemanfaatan Posyandu di Desa Ulak Jaya Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang Tahun 2016

Praktik Pemanfaatan Posyandu Total OR 95% CI P value Baik KurangBaik

n % N % N % Positif 61 84,7 11 15,3 72 100 3,935 (1,694-9,144) 0,002 Negatif 31 58,5 22 41,5 53 100 Jumlah 92 73,6 33 26,4 125 100

Berdasarkan tabel 4.12, hasil analisis hubungan antara praktik dengan pemanfaatan Posyandu diperoleh bahwa responden yang memiliki praktik positif memanfaatkan Posyandu dengan baik sebanyak 61 (84,7%) dan pada responden yang memiliki praktik positif memanfaatkan Posyandu dengan kurang baik sebanyak 11 (15,3%). Sedangkan responden yang memiliki praktik negatif memanfaatkan Posyandu dengan baik sebanyak 31 (58,5%) dan pada responden yang memiliki praktik negatif memanfaatkan

posyandu dengan kurang baik sebanyak 22 (41,5%).

Hasil uji statistik diperoleh nilai P=0,002 (≤0,05). Maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara praktif dengan pemanfaatan Posyandu Melati III.

Hasil Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 3,935 (CI=1,694-9,144) dapat diartikan bahwa responden yang memiliki praktik positif berisiko 3,9 kali untuk memanfaatkan Posyandu dengan baik dibandingkan dengan responden yang memiliki praktik negatif. 6. Hubungan Dukungan Petugas dengan Pemanfaatan Posyandu

Tabel 6. Hubungan Dukungan Petugas dengan Pemanfaatan Posyandu di Desa Ulak Jaya Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang Tahun 2016

Dukungan Petugas Pemanfaatan Posyandu Total OR 95% CI P value Baik KurangBaik

n % N % N % Mendukung 56 82,4 12 17,6 68 100 2,722 (1,195-6,203) 0,026 Tidak Mendukung 36 63,2 21 36,8 57 100 Jumlah 92 73,6 33 26,4 125 100

Berdasarkan tabel 4.13, hasil analisis antara dukungan petugas dengan pemanfaatan Posyandu diperoleh bahwa responden yang mendapatkan dukungan petugas kesehatan memanfaatkan Posyandu dengan baik sebanyak 56 (82,4%) dan responden yang

mendapat dukungan petugas kesehatan memanfaatkan Posyandu dengan kurang baik sebanyak 12 (17,6%). Sedangkan responden yang tidak mendapatkan dukungan petugas kesehatan memanfaatkan Posyandu dengan baik sebanyak 36 (63,2%) dan responden yang

(6)

tidak mendapat dukungan dari petugas kesehatan memanfaatkan posyandu dengan kurang baik sebanyak 21 (36,8%).

Hasil uji statistik diperoleh nilai P=0,026 (≤0,05). Maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara dukungan petugas dengan pemanfaatan Posyandu.

Hasil Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 2,722 (CI=1,195-6,203) dapat diartikan bahwa responden yang mendapatkan dukungan petugas memiliki risiko 2,7 kali untuk memanfaatkan Posyandu dengan baik dibandingkan dengan responden yang tidak mendapatkan dukungan petugas. 7. Hubungan Kebutuhan dengan Pemanfaatan Posyandu

Tabel 7. Hubungan Kebutuhan dengan Pemanfaatan Posyandu di Desa Ulak Jaya Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang Tahun 2016

Kebutuhan Pemanfaatan Posyandu Total OR 95% CI P value Baik KurangBaik

n % N % N % Tinggi 63 80,8 15 19,2 78 100 2,607 (1,155-5,885) 0,033 Rendah 29 61,7 18 38,3 47 100 Jumlah 92 73,6 33 26,4 125 100

Berdasarkan tabel 4.1, hasil analisis hubungan antara kebutuhan dengan pemanfaatan Posyandu diperoleh bahwa responden yang memiliki kebutuhan tinggi memanfaatkan Posyandu dengan baik sebanyak 63 (80,8%) dan responden yang memiliki kebutuhan tinggi memanfaatkan Posyandu dengan kurang baik sebanyak 15 (19,2%). Sedangkan responden yang memiliki kebutuhan rendah memanfaatkan Posyandu dengan baik sebanyak 29 (61,7%) dan responden yang memiliki kebutuhan rendah memanfaatkan Posyandu dengan kurang baik sebanyak 18 (38,3%).

Hasil uji statistik diperoleh nilai P=0,033 (≤0,05). Maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara kebutuhan dengan pemanfaatan Posyandu Melati III.

Hasil Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 2,607 (CI=1,155-5,885) dapat diartikan bahwa responden memiliki kebutuhan tinggi berisiko 2,6 kali untuk memanfaatkan Posyandu dengan baik dibandingkan dengan responden yang memiliki kebutuhan rendah.

Pembahasan

1. ubungan Pendidikan dengan Pemanfaatan Posyandu

Tingkat pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan anak, karena dengan pendidikan yang baik maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar

terutama tenang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anak (Silaen, 2011).

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan, persepsi sehat dan sakit. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor predispossing, tingkat pendidikan formal maupun tolak ukur bagi seseorang untuk mempermudah dalam memberikan persepsi, respon atau tanggapan mengenai segala sesuatu dari luar.

Pendidikan dapat menjadi sarana untuk membuka wawasan sehingga seseorang dengan pendidikan yang lebih tinggi cenderung lebih mudah menerima perubahan (Caple, 2010). Namun demikian untuk meningkatkan perilaku pemanfaatan Posyandu tidak harus dengan cara meningkatkan pendidikan formal mereka tetapi dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan tentang manfaat Posyandu yang sesuai. Pendidikan kesehatan yang disesuaikan dengan tingkat pendidikan responden diharapkan dapat meningkatkan perilaku dalam pemanfaatan Posyandu.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan rendah memanfaatkan Posyandu dengan baik sebanyak 29 (59,2%). Sedangkan responden berpendidikan tinggi

(7)

memanfaatkan Posyandu dengan baik sebanyak 63 (82,9%).

Hasil uji statistik menggunakan chi square diperoleh nilai P=0,006, artinya ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan pemanfaatan Posyandu pada Balita di Desa Ulak Jaya Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang tahun 2016.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan tinggi memiliki risiko 3,3 kali untuk tidak memanfaatkan Posyandu dengan baik dibandingkan dengan responden yang berpendidikan rendah. Hasil dari identitas responden pada pendidikan, terlihat bahwa sebanyak 49 ibu memiliki pendidikan rendah. Diantaranya hanya menyelesaikan pendidikan hingga jenjang SMP.

Hal ini, sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nita Kurnia, pada penelitian di Kabupaten Tangerang tahun 2011 menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan pemanfaatan pelayanan gizi di Posyandu (Nita, 2011).

Berdasarkan peneliti dapat dilihat bahwa pendidikan responden mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemanfaakan posyandu. Pendidikan tinggi (≥ SMA) memanfaatkan posyandu dengan kurang baik,pendidikan rendah memanfaatkan posyandu dengan baik. 2. Hubungan Pekerjaan dengan

Pemanfaatan Posyandu

Faktor bekerja penghambat ibu balita dalam memanfaatkan penimbangan anak balitanya di Posyandu. Seseorang yang mempunyai pekerjaan dengan waktu yang cukup padat akan mempengaruhi ketidak hadiran dalam pelaksanaan Posyandu. Pada umumnya orang tua tidak mempunyai waktu luang, sehingga semakin tinggi aktivitas pekerjaan orang tua semakin sulit datang ke Posyandu. Hal ini sesuai dengan penelitian Sambas (2002) yang menyatakan bahwa ibu balita yang tidak bekerja berpeluang baik untuk berkunjung ke Posyandu dibandingkan dengan ibu yang bekerja.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang tidak bekerja memanfaatkan Posyandu dengan baik sebanyak 58 (81,7%). Sedangkan responden yang bekerja memanfaatkan Posyandu dengan baik sebanyak 34 (63,0%).

Hasil uji statistik menggunakan chi square diperoleh nilai P=0,032, artinya ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan pemanfaatan Posyandu pada Balita di Desa Ulak Jaya Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang tahun 2016.

Hal ini,sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nita, adanya hubungan kemungkinan disebabkan oleh ibu balita yang bekerja tidak mempunyai waktu luang sehingga semakin tinggi aktivitas pekerjaan ibu maka semakin sulit ibu datang ke Posyandu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang memiliki status bekerja yang berpartisipasi tidak aktif dalam pemanfaatan pelayanan gizi di Posyandu sebesar 87,5%, sedangkan ibu yang memiliki status tidak bekerja yang berpartisipasi tidak aktif dalam pemanfaatan pelayanan gizi di Posyandu sebesar 34,5%. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai P 0,0001. Hal ini menunjukkan P < 0,05, artinya pada α= 5% ada hubungan yang signifikan antara status bekerja ibu dengan partisipasi dalam pemanfaatan pelayanan gizi di Posyandu.

Berdasarkan peneliti dapat dilihat bahwa pekerjaan responden mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemanfaatan Posyandu. Responden yang bekerja mamanfaatkan Posyandu kurang baik, responden yang tidak bekerja memanfaatkan Posyandu dengan baik. Di karena responden mempunyai pekerjaan dengan waktu yang cukup padat akan mempengaruhi ketidak hadiran dalam pelaksanaan Posyandu

3. Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Posyandu

Pengetahuan merupakan faktor predisposing yang sangat menentukan

(8)

untuk membentuk perilaku sehingga adanya pengetahuan yang tinggi maka seseorang dapat mewujudkan suatu tindakan yang positif. Berdasarkan teori adaptasi apabila tingkat pengetahuan baik setidaknya dapat mendorong untuk mempunyai sikap dan perilaku yang baik pula (Widodo, 2005). Dengan adanya pengetahuan tentang pemanfaatan Posyandu diharapkan sikap yang baik dan terwujud dalam praktik berupa kesadaran dan niat dalam berperilaku untuk memanfaatkan Posyandu dengan baik.

Didukung pula dengan penjelasan Notoatmodjo (2010) bahwa pengetahuan merupakan domain kognitif yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku didasari oleh pengetahuan, maka apa yang dipelajari antara lain perilaku tersebut akan bersifat langgeng, sebaliknya apabila perilaku baru atau adopsi perilaku tidak didasari oleh pengetahuan maka tidak akan berlangsung lama. Rendahnya perilaku pencegahan dikarenakan rendahnya tingkat pengetahuan responden tentang manfaat Posyandu.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden berpengetahuan kurang baik memanfaatkan Posyandu dengan baik sebanyak 27 (57,5%). Sedangkan responden berpengetahuan baik memanfaatkan Posyandu dengan baik sebanyak 83,4 (83,4%).

Hasil uji statistik menggunakan chi square diperoleh nilai P=0,003, artinya ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemanfaatan Posyandu pada Balita di Desa Ulak Jaya Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang tahun 2016.

Berdasarkan hasil pertanyaan pengetahuan tentang cara membaca KMS, terlihat bahwa 47 ibu yang menjawab salah tentang pengetahuan dalam pemanfaatan Posyandu. Ini menjadi penyebab adanya hubungan pengetahuan dengan pemanfaatan Posyandu di Desa Ulak Jaya.

Kenyataan ini sesuai dengan tinjauan teori, Pengetahuan merupakan bagian yang

sangat penting untuk terjadinya tindakan seseorang. Sedangkan kedalaman pengetahuan seseorang dapat diketahui melalui tingkatan yang mereka miliki mulai dari tingkatan tahu, seseorang hanya mampu menyebut istilah-istilah saja berdasarkan apa yang dipelajari atau yang dialaminya. Kemudian masuk ke dalam tingkatan memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2010).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang berpengetahuan baik memiliki risiko 3,7 kali untuk tidak memanfaatkan Posyandu dengan baik dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan kurang baik.

Hal ini, sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurena at all, pada penelitian di Kabupaten Wakatobi tahun 2012 menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan pemanfaatan Posyandu (Nurena at all, 2012).

Berdasarkan penelitian dapat dilihat bahwa pengetahuan responden mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemanfaatan Posyandu. pengetahuan adalah awal terbentuknya perilaku, pengetahuan yang rendah merupakan faktor resiko yang tidak memanfaatkan Posyandu kurang baik di karena responden kurang memiliki pengetahuan tentang pemanfaatan posyandu pada balita di Desa Ulak Jaya.

Dari beberapa pertanyaan tentang pengetahuan yang ada dikuesioner sebagian besar responden bisa menjawab pertanyaan di kousioner pengetahuan. Sebagian kecil responden tidak bisa menjawab pertanyaan di kuesioner pengetahuan tentang cara membaca KMS dikarenakan kurangnya kesadaran ibu, kurang penyuluhan dari kader atau petugas kesehatan.

4. Hubungan Sikap dengan Pemanfaatan Posyandu

Sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap

(9)

hal-hal tertentu. Sikap dapat bersifat positif dan negatif. Dalam sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu. Sedangkan dalam sikap negatif terdapat untuk menjauhi, menghindari, membenci, dan tidak menyukai objek tertentu (Sarwono, 2003). Objek baru yang didapat akan menimbulkan pengetahuan baru pada subjek dan akan menimbulkan respon dalam bentuk sikap.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden memiliki sikap negatif memanfaatkan Posyandu dengan baik sebanyak 27 (60,0%). Sedangkan responden memiliki sikap positif memanfaatkan Posyandu dengan baik sebanyak 65 (81,3%).

Hasil uji statistik menggunakan chi square diperoleh nilai P=0,018, artinya ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan pemanfaatan Posyandu pada Balita di Desa Ulak Jaya Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang tahun 2016.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden bersikap positif memiliki risiko 2,8 kali untuk tidak memanfaatkan Posyandu dengan baik dengan responden bersikap negatif.

Hal ini, sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwi Maulidar, pada penelitian di Kabupaten Aceh Barat tahun 2012 menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan pemanfaatan Posyandu oleh ibu Balita (Dwi, 2012).

Berdasarkan hasil pertanyaan sikap, terlihat banyak ibu di Desa Ulak Jaya yang masih mempunyai sikap kurang dalam pemanfaatan Posyandu. Sikap ibu menyadari bahwa Posyandu merupakan hal yang penting meningkatkan derajat kesehatan balita, dapat menimbulkan perilaku positif ibu terhadap posyandu. Namun, sikap yang sudah terbentuk dalam diri ibu tidak akan berubah begitu saja, karena pembentukan sikap sangat kompleks yang mempunyai kaitan erat dengan faktor dari dalam maupun luar individu. Terbentuknya sikap positif dari ibu terhadap pelayanan posyandu tergantung

lagi apakah ibu tersebut merasa membutuhkan pelayanan yang ada di posyandu atau tidak, disamping itu apakah ada dukungan kepada ibu balita untuk datang ke posyandu baik dukungan yang diberikan keluarga, petugas kesehatan maupun tokoh masyarakat.

Berdasarkan penelitian dapat dilihat bahwa sikap responden mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemanfaatan Posyandu. Sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak hal-hal tertentu. Sikap dapat bersifat positif dan negatif. Sebagian besar responden bersikap positif dalam memanfaatkan posyandu dengan baik, dikarenakan responden mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di posyandu. Sebagian kecil responden bersikap negatif dalam memanfaatkan posyandu kurang baik, dikarenakan tidak memanfaatkan dengan baik posyandu balita dan tidak mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di Posyandu Balita di Desa Ulak Jaya Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang tahun 2016.

5. Hubungan Praktik dengan Pemanfaatan Posyandu

Praktek otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan praktek menjadi nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Disamping fasilitas juga diperlukan faktor pendukung (support) dari pihak lain (Notoatmodjo, 2007).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki praktik negatik memanfaatkan Posyandu dengan baik sebanyak 31 (58,5%). Sedangkan responden yang memiliki praktik positif memanfaatkan Posyandu dengan baik sebanyak 92 (73,6%).

Hasil uji statistik menggunakan chi square diperoleh nilai P=0,002, artinya ada hubungan yang bermakna antara praktik dengan pemanfaatan Posyandu pada Balita di Desa Ulak Jaya Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang tahun 2016.

(10)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki praktik positif berisiko 3,9 kali untuk tidak memanfaatkan Posyandu dengan baik dibandingkan dengan responden yang memiliki praktik negatif.

Hal ini, sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nyimas Nur at all, pada penelitian di Kabupaten Muara Enim tahun 2008 menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara tingkah laku dengan peran serta ibu membawa anaknya untuk di imunsasi (Nyimas Nur, 2008).

Berdasarkan hasil pertanyaan praktik, sebagian besar ibu mengatakan bahwa sangat penting membawa anak ke posyandu setiap bulan, serta pentingnya membawa anak imunisasi ke posyandu setiap bulan. Sebagian kecil responden menjawab tidak rutin membawa anaknya ke Posyandu, dan mengatakan tidak perlu menimbang berat badan di posyandu setiap bulan mengatakan bahwa sangat penting membawa anak ke posyandu setiap bulan, serta pentingnya membawa anak imunisasi ke posyandu setiap bulan.

6. Hubungan Dukungan Petugas dengan Pemanfaatan Posyandu

Pembangunan di bidang kesehatan dapat dipengaruhi dari keaktifan kader. Kader posyandu yang aktif yaitu kader yang selalu melaksanakan tugas kader dalam kegiatan Posyandu. Kader Posyandu pasif yaitu kader yang tidak pernah atau jarang melaksanakan tugas dalam kegiatan posyandu (Zulkifli, 2010).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang tidak mendapatkan dukungan petugas kesehatan memanfaatkan Posyandu dengan baik sebanyak 36 (63,2%). Sedangkan responden yang mendapatkan dukungan petugas kesehatan memanfaatkan Posyandu dengan baik sebanyak 92 (93,6%).

Hasil uji statistik menggunakan chi square diperoleh nilai P=0,026, artinya ada hubungan yang bermakna antara dukungan petugas dengan pemanfaatan Posyandu

pada Balita di Desa Ulak Jaya Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang tahun 2016.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Effendi (1998) seorang petugas kesehatan mempunyai peran sebagai pendidik, dan konsultasi peran ini dilakukan dengan membantu keluarga untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan, mengetahui gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan untuk mencegah penyakit yang ada, sehingga terjadi perubahan perilaku ibu setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

Hal ini, sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Riyanti Imron, pada penelitian di Kota Bandar Lampung tahun 2010 menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara peran kader dengan penimbangan balita di Posyandu (Riyanto Imron, 2010).

Berdasarkan dari ungkapan petugas kesehatan tentang dukungan yang di berikan oleh petugas kesehatan masih kurang dalam pemanfaatan Posyandu di Desa Ulak Jaya. Peran petugas kesehatan khususnya bidan desa, kader posyandu hendaknya menjadi orang terdekat yang mampu menyampaikan segala pengetahuan dan mempertahankan timbal balik yang baik. Bidan desa hendaknya mendekatkan diri ketengah masyarakat, dikenal, dipercaya sehingga dapat menjalankan program imunisasi dengan baik. Tenaga kesehatan yang ada dapat menjelaskan pentingnya imunisasi, melaksanakan jadwal pemberian imunisasi secara rutin, penimbangan berat badan, membawa buku KMS, pemberian vitamin A. Sebagian besar responden mengatakan bahwa ada dukungan dari petugas kesehatan yaitu berupa menerapkan lima meja salah satunya yaitu penyuluhan dari petugas kesehatan. Sebagian kecil mengatakan bahwa tidak mendapat dukungan dari petugas kesehatan belom ada menyediakan petugas gizi. Ada perbedaan yang diungkapkan responden dan yang diungkapkan petugas kesehatan

7. Hubungan Kebutuhan dengan Pemanfaatan Posyandu

(11)

Menurut Sudarti (2008) ibu yang memanfaatkan Posyandu merasakan kebutuhan akan pelayanan Posyandu karena adanya keinginan yang kuat dari ibu untuk mengetahui dan memahami tentang perkembangan gizi anaknya, imunisasi gratis dan lokasi Posyandu tidak jauh dari tempat tinggal ibu.

Faktor kebutuhan akan pelayanan kesehatan juga telah dibuktikan oleh Maharsi (2007) di Kota Bekasi yang menyimpulkan bahwa variabel kebutuhan merupakan paling dominan dengan pemanfaatan pelayanan pengobatan. Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh teori Anderson dalam Sambas, (2002) bahwa salah satu komponen yang mempengaruhi keputusan untuk menggunakan pelayanan kesehatan adalah need dimana faktor kebutuhan keluarga akan pelayanan kesehatan berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan pengobatan, bahkan faktor kebutuhan merupakan faktor yang lebih pening dibandingkan dengan faktor kemampuan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki kebutuhan rendah memanfaatkan Posyandu dengan baik sebanyak 29 (61,7%). Sedangkan responden yang memiliki kebutuhan tinggi memanfaatkan Posyandu dengan baik sebanyak 63 (80,8%).

Hasil uji statistik menggunakan chi square diperoleh nilai P=0,033, artinya ada hubungan yang bermakna antara kebutuha dengan pemanfaatan Posyandu pada Balita di Desa Ulak Jaya Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang tahun 2016.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden memiliki kebutuhan rendah berisiko 2,6 kali untuk tidak memanfaatkan Posyandu dengan baik dibandingkan dengan responden yang memiliki kebutuhan tinggi.

Hal ini, sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nita Kurnia, pada penelitian di Kabupaten Tangerang tahun 2011 menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kebutuhan yang dirasakan

ibu balita dengan pemanfaatan pelayanan gizi di Posyandu (Nita, 2011).

Berdasarkan Pertanyaan Kebutuhan masih kurang Kebutuhan Ibu dalam memanfaatkan Posyandu. Kebutuhan seorang individu atau sekelompok masyarakat akan dipengaruhi oleh kesadaran dirinya akan sebuah manfaat untuk dirinya sendiri dan juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitar. Dengan kata lain melalui Posyandu ibu dapat mengetahui perkembangan berat badan dan gizi anaknya. Selain itu keberadaan makanan, imunisasi dan pelayanan gratis merupakan pemicu kebutuhan tersebut. Sebagian besar responden menyatakan bahwa dalam kebutuhan responden yaitu berkubutuhan tinggi, dilihat dari pemanfaatan Posyandu dalam memantau pertumbuhan anak, menimbang berat badan anak setiap bulan ke Posyandu. Sebagian kecil responden menjawab bahwa dalam pemanfaatan berdasarkan kebutuhan rendah dikarenakan petugas kesehatan belum memenuhi syarat yang memadai seperti pada lima meja

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Ada hubungan antara pendidikan dengan pemanfaatan Posyandu pada balita di Desa Ulak Jaya Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang Tahun 2016. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,006.

2. Ada hubungan antara pekerjaan dengan pemanfaatan Posyandu pada balita di Desa Ulak Jaya Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang Tahun 2016. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,032.

3. Ada hubungan antara pengetahuan dengan pemanfaatan Posyandu pada balita di Desa Ulak Jaya Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang Tahun 2016. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,003.

4. Ada hubungan antara sikap dengan pemanfaatan Posyandu pada balita di Desa Ulak Jaya Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang Tahun 2016. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,018.

5. Ada hubungan antara praktik dengan pemanfaatan Posyandu pada balita di Desa

(12)

Ulak Jaya Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang Tahun 2016. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,002.

6. Ada hubungan antara dukungan petugas dengan pemanfaatan Posyandu pada balita di Desa Ulak Jaya Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang Tahun 2016. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,026. 7. Ada hubungan antara kebutuhan dengan

pemanfaatan Posyandu pada balita di Desa Ulak Jaya Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang Tahun 2016. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,033.

Daftar Pustaka

Adisasmito. 2007. Sistem Kesehatan. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Ali, Muhammad. 2005. Pengetahuan, Sikap dan Prilaku Ibu Bekerja dan Tidak Bekerja Tentang Imunisasi. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta : Jakarta.

Caple, dkk. 2010. Sexually Transmitted Diseases:Risk Factors. CINAHLI Nursing.

Choirunisa. 2009. Panduan Terpenting Merawat Bayi dan Balita. Yogyakarta : Moncer Publisher.

Depkes RI. 2006. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Depkes RI, Jakarta.

_________. 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan. Depkes RI, Jakarta. _________. 2009. Profil Kesehatan Indonesia

2009. Depkes RI, Jakarta

_________. 2010. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Depkes RI, Jakarta

_________. 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2013. Depkes RI, Jakarta

Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. 2011. Profil Kesehatan 2011 Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat ___________________________________.

2013. Profil Kesehatan 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Dwi Maulidar. 2012. Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Johan Pahwalaqan, Kecamatan Johan Pahlawam, Kabupaten Aceh Barat. Fakultas Keperawatan. Universitas Sumatera Utara. Medan

Effendi. 2008. Posyandu dan Kader Kesehatan. Nuha Medika, Yogyakarta. Kemenkes RI. 2011. Cakupan Penimbangan

Balita. Jakarta

___________. 2011. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta

Khalimah, Umi. 2007. Hubungan Antara Karakteristik dan Sikap Ibu Balita dengan Praktek Imunisasi Campak di Wilayah Kerja Puskesmas Sekaran Gunungpati Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Kusumawati, Laila, dkk. 2007. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7 Hari. Berita Kedokteran Masyarakat Vol 23, No 1, Hal 5

Maharsi, Retno. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu Balita Datang ke Posyandu di Wilayah Kecamatan Bekasih Utara Kota Bekasi Tahun 2007. Tesis. Program Studi Kesehatan Masyarakat. Pasca Sarjana Universitas Indonesia. Depok

Nita Kurnia. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Ibu Balita Dalam Pemanfaatan Gizi Balita di Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang Kota Tangerang Tahun 2011. Program Studi Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kedokteran dan

(13)

Ilmu Kesehatan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayattulah. Jakart Notoatmodjo. 2007. Promosi Kesehatan dan

Ilmu Perilaku. Jakarta: Rhineka Cipta ___________. 2010. Ilmu Perilaku

Kesehatan.Rineka Cipta: Jakarta

___________. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta

___________. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nurena at all. 2012. Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Pemanfaatann Posyandu di Suku Bajo Desa Mola Selatan Kabupaten Wakatobi. STIKes Nani Hasanuddin. Makassar

Nyimas Nus, 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Peran Serta Ibu Membawa Anaknya Untuk Diimunisasi di Desa Sugih Waras Kecamatan Rambang Kabupaten Muara Enim Tahun 2008. Jurusan Gizi Poltekkes Depkes Palembang

Puskesmas Dara Juanti, 2014. Data Cakupan Imunisasi. Kabupaten Sintang

Riyanti Imron. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penimbangan Balita di Posyandu Mekar Sari II Karang Sari di RT 01 LK1 Kelurahan Sukarame Kecamatan Sukareme Kota Bandar Lampung. Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang Savitri, Ika. 2009. Faktor yang Berhubungan

dengan Status Imunisasi Dasar Lengkap Tepat Waktu pada Anak Usia 12 Bulan. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat univesitas Indonesi

SDKI. (2007). Survei Dinas Kesehatan. Indonesia

Silaen, Henlida Erpian, 2011. Hubungan pengetahuan ibu, pemanfaatan posyandu dan faktor lainnya terhadap status gizi di wilayah kerja Puskesmas Bromo Medan tahun 2011. Fakultas

Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Depok

Sofianty, dkk. 2007. Wahana Ilmu Pengetahuan Sosial. Yudhistira

Sudarti, Kresno. 2008. Laporan Penelitian Study Pemanfaatan Posyandu di Kelurahan Cipinang Muara Kecamatan Jatinegara Kodya Jakarta Timur Tahun 2007. Tesis. Program Studi Kesehatan Masyarakat Pasca Sarjana UI

Supartini Y.2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC Suyono dan Haryanto, 2009. Buku Pedoman

Pembentukan dan Pengembangan Pos Pemberdayaan Keluarga. Jakarta: Balai Pustaka

Sarwono. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Wati, Linda. 2009. Faktor-faktor yang

berhubungan dengan kelengkapan imunisasi pada anak usia 12 - 23 bulan di Jawa Barat dan Jawa Tengah tahun 2007. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Biostatistik dan Informasi Kesehatan Universitas Indonesia

Widodo, 2006. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika

Gambar

Tabel 1. Hubungan Pendidikan dengan Pemanfaatan Posyandu di Desa Ulak Jaya Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang Tahun 2016
Tabel 3. Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Posyandu di Desa Ulak Jaya Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang Tahun 2016
Tabel 5. Hubungan Praktik dengan Pemanfaatan Posyandu di Desa Ulak Jaya Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang Tahun 2016

Referensi

Dokumen terkait

Secara khusus penanaman karakter afektif vertikal dapat memunculkan ‘attitude’ yang baik melalui pembentukan etika lingkungan yang baik (Atfield, 1999) Merujuk kembali pada

Second, politeness strategies which comply with request utterances of EFL learners, respondents commonly used of politeness strategies both in oral and written are

Dengan menggunakan studi kasus, tulisan ini melihat secara positif bahwa model-model baru hijab tidak hanya telah memberikan sejumlah alternatif gaya berbusana muslimah, tetapi

Selama kurun waktu penelitian didapat 26 penderita dengue, terdiri atas 14 kasus demam dengue dan 12 demam berdarah

Di samping itu, hasil kajian juga menunjukkan bahawa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tahap pendidikan bapa dengan tahap perkembangan psikososial responden,

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kegiatan absensi siswa di setiap sekolah pada umumnya dilakukan setiap hari dengan tujuan untuk mengetahui apakah siswa sakit, izin, alpa,

Pernikahan usia dini atau nikah di bawah umur di Indonesia memang menjadi isu yang patut diteliti, sebab isu ini berkembang seiring dengan tidak dilaksanakannya ketentuan Pasal 7

Kegiatan Brand Activation Batik Semarangan dikemas dengan konsep yang menarik karena target audiens dari kegiatan ini adalah pelajar di kota Semarang serta