• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK EMISI GAS BUANG TERHADAP KESEHATAN DAN LINGKUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAMPAK EMISI GAS BUANG TERHADAP KESEHATAN DAN LINGKUNGAN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

T

TTIIINNNJJJAAAUUUAAANNNPPPUUUSSSTTTAAAKKKAAA

DAMPAK EMISI GAS BUANG TERHADAP

KESEHATAN DAN LINGKUNGAN

Indra Chahaya S. Departemen Kesehatan Lingkungan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Jl. Universitas No.21 Kampus USU Medan, 20155

ABSTRACT

The fluctuation of ambient air quality influenced by exhaust emission from any resources either the exhaust of vehicles or industries. Any pollutant contained in exhaust such as NOx, CO, HC, SOx, Pb and particles influence the living aspect either in a short or in a long term. In a short term the accumulation of these elements unable the lungs to change the gas. While in a long term cause the pollution of greenhouse, CFC pollution and acid rain. The emission of exhaust may be minimized by using of non CFC equipment, gasoline without Pb and the cultivation of plants.

Keywords: Exhaust emission, Health, Environment PENDAHULUAN

Perubahan kualitas udara ambient dari waktu ke waktu dipengaruhi oleh sumber emisi gas buangan dari berbagai kegiatan dan faktor meteorologi. Sumber emisi gas buang dapat berasal dari kendaraan bermotor, industri dan kegiatan lainnya. Sedangkan faktor meteorologi terdiri dari iklim, cuaca, kecepatan dan arah angin, suhu udara dan kelembaban. Penelitian secara komprehensif tentang besarnya kontribusi dari berbagai sumber tersebut di DKI Jakarta menunjukkan bahwa kendaraan bermotor memberi kontribusi yang paling dominan dengan perbandingan 70%-80% kontribusi dari emisi kendaraan bermotor dan 20%-30% dari kegiatan lain (industri, perumahan dan campuran keduanya (Anonimous, 1998)

Udara yang tercemar merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting. Peningkatan jumlah bahan pencemar di udara karena reaksi fotokimia, diikuti oleh peningkatan angka kematian yang tajam pada saat yang bersamaan. Sebagian besar korban terdiri dari penduduk yang peka seperti bayi/balita, orang lanjut usia dan penderita penyakit pernafasan, paru-paru dan jantung (Rustamadji, 1991)

Dampak Emisi Gas Buang

Emisi gas buang adalah zat dan atau unsur hasil dari pembakaran di dalam ruang bakar

yang dilepas ke udara ambient yang ditimbulkan kendaraan bermotor berasal dari; pengupan dari tangki bahan bakar minyak, blower dari ruang bakar dan gas buang yang biasanya diatasi dengan teknologi tinggi (Thandjung, 2002)

Dampak emisi gas buang merupakan masalah serius yang dihadapi oleh negara-negara industri. Akibat yang ditimbulkan oleh emisi gas buang tidak hanya mempunyai akibat langsung terhadap kesehatan manusia saja, akan tetapi juga dapat merusak lingkungan lainnya, seperti hewan, tanaman, bangunan gedung dan sebagainya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1980, kematian yang disebabkan oleh pencemaran udara mencapai angka kurang lebih 51.000 orang. Angka tersebut cukup mengerikan karena bersaing dengan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit lainnya, seperti kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung, kanker, AIDS. Menurut para ahli pada sekitar tahun 2000-an kematian yang disebabkan oleh pencemaran udara mencapai angka 57.000 orang per tahunnya. Selama 20 tahun angka kematian disebabkan oleh pencemaran udara naik mendekati 14% atau mendekati 0,7% per tahun. Selain itu kerugian materi yang disebabkan oleh pencemaran udara, apabila diukur dengan uang, dapat mencapai sekitar 12-16 juta US dolar per tahun, suatu angka yang

(2)

sangat berarti bila dibelanjakan untuk kesejahteraan umat manusia (Wisnu, 2001).

Beberapa polutan yang berasal dari gas buang antara lain oksida nitrogen (NOx), karbon monoksida (CO), hidro karbon (HC), oksida sulfur (SOx), timbal (Pb), partikel padat lainnya (SPM). Dampak dari emisi gas buang bisa mengakibatkan penumpukan pada tubuh yang mengakibatkan paru-paru sulit untuk melakukan pertukaran gas (bila rontgen akan terlihat paru-paru berwarna hitam) (Rustamadji, 1991).

Dampak emisi gas buang sangat luas menjangkau semua aspek kehidupan. Dapat dirasakan segera maupun baru terasa dalam jangka waktu yang panjang.

Dampak jangka pendek terhadap kesehatan 1. Karbon monoksida (CO)

Dampak yang ditimbulkan oleh gas CO adalah peningkatan kadar CO dalam hemoglobin darah manusia (CO-Hb) yang akan menghambat fungsi hemoglobin (Hb) dalam membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Akibatnya dapat merusak otak, jantung dan dapat menyebabkan kematian. Duffus (1980) menyatakan bahwa pada umumnya gejala pembentukan CO-Hb akan lebih cepat terjadi pada perokok, baik perokok aktif maupun perokok pasif.

Di daerah perkotaan yang lalu lintasnya padat konsentrasi gas CO berkisar antara 10-15 ppm. Kadar CO 10 ppm dapat mengganggu konsentrasi, ketajaman penglihatan berkurang, 100 ppm sakit kepala dan gelisah, 250 ppm kehilangan kesadaran, 750 ppm mati setelah beberapa waktu pingsan dan 1000 ppm mati seketika. Gas CO mudah sekali menyatu dengan Hb sekalipun dalam kadar yang rendah. Ini terjadi karena zat besi (Fe) dalam Hb memicu daya tarik CO menjadi 200 kali lebih besar dibandingkan daya tarik oksigen (Needlemen and Gatsonis, 1996).

Dari hasil penelitian Ritz (2002) dalam Thandjung (2002) yang mengukur konsentrasi CO dan ozon di udara, kemudian mengamati

database untuk kelahiran cacat untuk periode

1987-1993 disimpulkan bahwa wanita hamil yang tinggal di sekitar lalu lintas padat sehingga terpaan CO dan ozon dengan level tinggi mempunyai kemungkinan melahirkan bayi cacat jantung 3 kali dari wanita hamil yang berada dalam lingkungan udara bersih.

Kadar CO di dalam udara bebas jarang dapat mencapai 100 ppm, oleh karenanya jarang menyebabkan bahaya terhadap kesehatan orang yang sehat. Bagi mereka yang telah mengidap penyakit-penyakit lain, maka CO dalam dosis rendah dapat menyebabkan gangguan, misalnya pada penderita penyakit paru-paru, jantung ataupun pada perokok yang sebagian dari hemoglobinnya sudah terikat oleh CO sehingga dapat menimbulkan dampak yang lebih parah (Fardiaz, 1995).

2. Nitrogen oksida (NOx)

Gas NO dalam jumlah yang tinggi dapat bereaksi dengan Hb dan mempunyai sifat yang sama dengan gas CO, yaitu menghalangi fungsi normal Hb dalam darah. Juga, dapat menyebabkan iritasi mata dan gangguan saluran pernafasan. Pengaruh gas NO2 dalam konsentrai tinggi terhadap lingkungan akan mengakibatkan udara di luar berwarna kecoklatan (brown air cities), hal ini kan memicu terbentuknya senyawa photochemical smog ketika NO2 bereaksi dengan panas sinar matahari dan hidro karbon di udara. Senyawa itu antara lain ozon, aldehid, dan PAN (Peroksi asil Nitrat). Senyawa-senyawa ini dapat merusak saluran pernafasan, iritasi paru-paru dan mata, dan juga berkontribusi terhadap kerusakan jantung, paru-paru, hati dan ginjal (Duffus, 1980). Efek NO2 yang terjadi pada manusia tergantung pada dosis serta lamanya pamaparan yang diterima. Konsentrasi NO2 berkisar antara 50-100 ppm dapat menyebabkan peradangan paru-paru bila terpapar selama beberapa menit saja. Pada fase ini orang dapat sembuh kembali dalam waktu 6-8 minggu. Konsentrasi 150-200 ppm dapat menyebabkan pemampatan bronchioli dan disebut “bronchiolitis fibrosis“. Orang dapat meninggal 3-5 minggu setelah pemaparan. Konsentrasi lebih dari 500 ppm dapat mematikan dalam waktu 2-10 hari. Hal ini sering dialami petani yang memasuki gudang makanan ternak (silo) di mana terjadi akumulasi gas NO2, oleh karenanya penyakit paru-paru ini dikenal sebagai “silo fillers disease” (Fardiaz, 1995).

3. Sulfur dioksida (SO2)

Sulfur dioksida mempunyai sifat iritan sehingga jika terhirup oleh manusia dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan. Jika konsentrasinya tinggi maka dapat terbentuk

(3)

partikel padat (NH4)2SO4, yang sangat berbahaya karena sangat iritan terhadap system pernafasan manusia (Fardiaz, 1995).

4. Timah hitam (Pb)

Pb merupakan salah satu logam beracun yang dapat masuk kedalam sistem biologis manusia. Logam Pb di udara dikeluarkan oleh pembakaran bahan bakar minyak (bensin) kendaraan bermotor yang mengandung TEL sebagai peningkat nilai oktan bensin. Pb adalah racun sistemik yang apabila terjadi keracunan Pb akan menimbulkan gejala antara lain muntah-muntah, rasa logam di mulut, perubahan kepribadian, kelumpuhan, kebutaan dan anemia (Duffus, 1980).

Penelitian yang dilakukan oleh Achmadi (1989) dalam Nukman (2000) di Jakarta terhadap karyawan bis kota menunjukkan bahwa rata-rata kadar timbal dalam darah mereka adalah 24,6

μ

g/100 ml. Selanjutnya Wulandari (1996) dalam Darmono (1995) menyatakan bahwa tercemarnya udara dipengaruhi oleh arah angin, iklim dan kelembaban. Dengan adanya angin, partikel timbal akan terpencar dan jatuh ke tanah. Pengaruhnya pada manusia dapat langsung yaitu pada anak-anak yang mempunyai kebiasaan bermain di tanah yang kemudian memasukkan benda-benda di tanah ke dalam mulut atau menghisap jari-jarinya.

Selanjutnya Needlemen and Gatsonis (1996) mempelajari pengaruh kronis toksisitas Pb pada anak-anak umur 6-7 tahun berdasarkan analisis kandungan Pb pada giginya yang tanggal dan dikelompokkan atas besarnya konsentrasi Pb. Konsentrasi di atas 24 ppm Pb dan konsentrasi di bawah 6 ppm Pb, masing-masing sebagai kelompok kandungan Pb tinggi dan rendah. Hasil tes berdasarkan kecerdasan (IQ) menunjukkan bahwa anak yang kandungan Pb dalam giginya tinggi ternyata kecerdasan (IQ) lebih rendah daripada konsentarasi Pbnya rendah. Penelitian dilanjutkan 11 tahun kemudian dengan mempelajari fungsi dan kebiasaan (neuro behaviour) dan penampilannya di sekolah pada umur anak 6-7 tahun. Ternyata hasilnya sangat nyata. Anak yang kandungan Pbnya tinggi pada giginya menunjukkan risiko dikeluarkan dari sekolah karena tidak mampu mengikuti pelajaran. Anak yang menderita toksisitas kronis Pb menunjukkan kelemahan

daya pikir, lamban, sulit menangkap pelajaran, sulit berkonsentrasi.

Konsentrasi Pb di udara daerah perkotaan kemungkinan mencapai 5 sampai 50 kali dibandingkan di daerah-daerah pedesaan. Ibu-ibu yang tinggal di pinggiran kota memiliki ASI berkadar Pb 10-30

μ

g/kg, jauh dibandingkan dengan mereka yang tinggal di pedesaan (1-2

μ

g/kg) (Nukman, 2000)

Penelitian dalam dunia kedokteran membuktikan, ion-ion timbal mengembara mengikuti gerakan kalsium dalam sistem saraf sehingga akan mempengaruhi biokimia dan perkembangan sistem saraf. Selain itu kandungan timbal yang cukup tinggi dalam darah dapat menonaktifkan vitamin D (Needlemen and Gatsonis, 1996).

5. Partikel debu melayang (SPM)

Debu/Suspended Particulate Metter (SPM) selain berasal dari sumber alami juga dihasilkan oleh pembakaran batu bara dan minyak bumi dari sektor industri, transportasi dan pembakaran sampah padat. Sekitar 50%-60% dari partikel debu melayang merupakan debu yang mempunyai diameter 10

μ

m atau lebih dikenal dengan PM 10. Debu PM 10 bersifat sangat mudah terhirup dan masuk ke dalam paru-paru, sehingga PM 10 dikategorikan sebagai Respirable Particulate Metter (RPM). Akibatnya dapat mengganggu sistem pernafasan bagian atas maupun bagian bawah (alveoli). Pada alveoli akan terjadi penumpukan partikel kecil sehingga dapat merusak jaringan atau sistem jaringan paru-paru sedangkan debu yang lebih kecil dari 10

μ

m, akan menyebabkan iritasi mata, mengganggu serta menghalangi pandangan mata (Slamet, 2000).

Dampak jangka panjang terhadap lingkungan

1. Polusi gas rumah kaca (GRK)

Sering disebut Green House Gas (CO2, N2O, CH4, O3 ,dll.) berakibat pada pemanasan atmosfir global dan berdampak pada perubahan iklim global, seperti kenaikan tinggi permukaan laut, menurunnya produksi pertanian, makin

(4)

meluasnya berbagai penyakit, dan makin sering terjadi bencana akibat cuaca ekstrim. Dampak lain dari perubahan iklim adalah meningkatnya frekuensi penyakit tropis, seperti malaria dan demam berdarah. Hal ini disebabkan oleh naiknya suhu udara yang menyebabkan masa inkubasi nyamuk semakin pendek. Dampaknya nyamuk malaria dan demam berdarah akan berkembang lebih cepat (Meiviana dkk., 2004). 2. Polusi gas CFC (chlorofluor carbon)

CFC dapat menyebabkan menipisnya lapisan ozon stratosfer yang merupakan payung terhadap sinar ultra violet. Akibatnya banyak radiasi ultra violet yang menerobos masuk ke permukaan bumi yang berakibat, bertambahnya penderita kanker kulit, dedaunan rusak, mempercepat pemudaran warna pada kain yang dijemur, meningkatnya konsentrasi ozon permukaan (Fardiaz, 1995).

3. Hujan asam/endapan asam

Disebabkan oleh polutan berbentuk senyawa asam (SO4, NO3, CO) dampaknya, rusaknya ekosistem air tawar, hutan, rusaknya benda-benda purbakala (candi, gedung kuno), menurunkan kesuburan tanah, memudahkan rusaknya bangunan-bangunan yang terbuat dari logam karena berkarat (Wisnu, 2001).

Pengendalian Emisi Gas Buang

Pengendalian terhadap emisi gas buang tergantung dari sifat dan sumber polutannya. Pengendalian yang paling sederhana dan mudah dilakukan yaitu menggunakan masker sebagai pelindung untuk menghindari terjadinya gangguan kesehatan. Pencegahan disesuaikan dengan kebutuhan dengan memperhatikan pengaruhnya terhadap kesehatan dan peralatan yang digunakan. Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi emisi gas buang seperti mengurangi polutan (bahan yang mengeluarkan emisi) dengan peralatan, mengubah emisi gas buang, melarutkan, mendispersi dan mengubah gas buang menjadi tidak berbahaya dengan cara absorbsi, adsorbsi, filter dan kondensasi (Sunu, 2001).

Untuk mengurangi tejadinya pemanasan global dapat dilakukan dengan cara menggunakan pendingin ruangan (AC) di rumah dan mobil dengan pilihan AC non CFC serta menggunakan bensin tanpa timbal yang ramah lingkungan.

Alternatif lain yang dapat digunakan adalah penggunaan tanaman untuk mengurangi dampak emisi gas buang. Tanaman dapat menyerap berbagai macam gas dan partikel beracun yang mencemari udara. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa tanaman mempunyai

kemampuan efektif untuk mengatasi/mengeliminir pencemaran udara yang

terjadi di kota, misalnya melalui fotosintesis, tanaman dapat mengubah CO2 yang berasal dari pembakaran fosil (bensin) menjadi O2 yang diperlukan oleh manusia (Sunu, 2001)

Ditinjau dari segi estetika, tanaman di kota mampu memberi manfaat sosial, di mana melalui sifat-sifat fisiknya tanaman dapat memperlunak suasana kota yang serba keras. Di samping itu tanaman dapat meredam kebisingan, terciptanya lingkungan yang asri yang dapat menghalau kejenuhan dan stres dan juga akan terciptanya lingkungan dengan udara yang lebih segar (Sunu, 2001).

KESIMPULAN

Dampak emisi gas buang sangat luas dan menjangkau semua aspek kehidupan. Emisi gas buang menimbulkan dampak jangka panjang seperti polusi gas rumah kaca, polusi gas CFC, penipisan lapisan ozon dan hujan asam. Di samping itu dampak jangka pendek emisi gas buang adalah dampaknya langsung terhadap kesehatan yang menimbulkan gangguan pernafasan, penurunan IQ, janin cacat dan kematian. Untuk mengurangi dampak emisi gas buang dilakukan dengan mengurangi kontak dengan udara tercemar, menggunakan masker, penggunaan bensin ramah lingkungan, menggunakan peralatan non CFC dan pembuatan taman kota untuk mengurangi dampak emisi gas buang.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 1998. “Laporan Tahunan Dinas LLAJ DKI Jakarta”.

Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi

Mahluk Hidup. UI Press. Jakarta, 167-86.

Duffus. John H., 1980. Environmental

Toxicology. Edward Arnold Ltd. London,

236.

Fardiaz, Srikandi, 1995. Polusi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta, 190-94.

(5)

Meiviana, Armely, Diah R Sulistiowati, Moekti H Soejachmoen, 2004. Bumi Makin

Panas, Ancaman Perubahan Iklim di Indonesia. Kementerian Lingkungan

Hidup Republik Indonesia, 61-29.

Needlemen and Gatsonis, 1996. “Health Effects Outdoor Air Pollution”. American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine, 153 (1).

Nukman, A, 2000. Dampak Kesehatan

Lingkungan Akibat Pencemaran Timbal.

Subdit Pengendalian Dampak Pencemaran Udara dan Kebisingan. Ditjen PPM-PL. Depkes RI. Jakarta.

Rustamadji, 1991. Dampak Pencemaran Udara

pada Kesehatan Masyarakat. Bagian

Ilmu Kedokteran Komunitas, FK-UI. Jakarta.

Slamet, Juli Sumirat. 2000. Kesehatan

Lingkungan. Gadjah Mada University

Press. Yogyakarta, 227-56.

Sunu, Pramudya, 2001. Melindungi Lingkungan

dengan Menerapkan ISO 14001.

Grasindo Jakarta, 297-41.

Thandjung, 2002. “Polusi Emisi Gas Buang Bahayakan Kehidupan”. Available from URL: http:// www Pikiran Rakyat.com/cetak/0702/02/otokir/utama3. htm.

Wisnu, 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi. Yogyakarta, 445-1.

Referensi

Dokumen terkait

Mengacu pada rumusan masalah pada penelitian ini, maka peneliti dapat menyimpulkan hasil penelitian yang dilakukan di kampus IKIP PGRI Pontianak pada tahun akademik

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan karakter religius pada Film 99 Cahaya Di Langit Eropa dan untuk mendeskripsikan penggunaan media Film 99 Cahaya Di

Hasil dari penelitian adalah dapat diketahui bahwa kerusakan ruas jalan adalah dipicu oleh kelebihan beban kendaraan yang melintas pada ruas jalan dan intensitas volume

Survey Investigasi dan Desain (SID) Pengendalian Banjir Sungai Riam Kanan dan Sungai Riam Kiwa yang mempunyai tujuan untuk mengetahui besarnya debit air, kapasitas, dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) larutan semprot yang disimpan hingga 1 hari tidak memengaruhi efikasi insektisida abamektin dan spinosad serta fungisida klorotalonil

diskusi Menjelaskan pengertian, kedudukan dan aplikasi konsep fisika Pengertian fisika statistik Kedudukan fisika Bisa dibuat diskusi tambahan di luar kelas statistik

Tabulasi Silang Hubungan Persepsi Penerapan Pembelajaran Metode Tutorial Dengan Kemandirian Belajar Mahasiswa Semester II Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar

TABULASI TINGKAT KEPUASAN PADA ASPEK