• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Tingkat Pendidikan

a. Pengertian pendidikan

Menurut Undang – Undang No. 29 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (1) menjelaskan pengertian pendidiakan adalah usaha sadar dan terenana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Undang – undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional Bab IV pasal 14 menjeaskan bahwa jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

Adapun 3 (tiga) tingkat pendidikan itu adalah sebagai berikut: 1. Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidiakan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.

2. Pendidikan Menengah

(2)

menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan ( MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

3. Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidiakan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doctor yang di seleggarakan oleh perguruan tinggi. Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan system terbuka. Akademi menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam satu cabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan, teknologi dan atau seni tertentu.

Politeknik menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus. Sekolah tinggi menyelenggarakan pendidikan akademik dan atau vokasi dalam lingkup satu disiplin ilmu tertentu dan jika memenuhi syarat dapat menyelanggarakan pendidikan profesi. Institut menyelenggarakan pendidikan akademik dan atau pendidikan vokasi alam kelompok sekelompok disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau seni dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi. Universitas menyelenggarakan pendidikan akademik dan atau pendidikan vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau senidan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.

b. Indikator Tingkat Pendidikan

Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan didalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara

(3)

keluarga, masyarakat dan pemerintah. Sistem Pendidikan Nasional dalam Undang – undang RI No. 20 Tahun 2003, mengemukakan bahwa pendidikan terbagi atas: 1. Pendidikan persekolahan / formal (pasal 14) jenjang pendidikan dasar,

pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. 2. Pendidikan luar sekolah:

a) pasal 26 ayat 2

Pendidikan non formal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional.

b) pasal 27 ayat 1

Kegiatan pendidikan informal yang di lakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

Sedangkan pendidikan formal menurut Ahmadi dan Ubbiyati (2000:15) adalah pendidikan yang berlangsung teratur, bertingkat dan mengikuti syarat – syarat tertentu secara ketat. Pendidikan ini berlangsung disekolah.

Pendidikan non formal atau pendidikan luar sekolah menurut Gunawan (2001:63) adalah semua usaha sadar yang dilakukan untuk membantu pekembangan kepribadian serta kemampuan anak dan orang dewasa di luar sistem persekolahan melalui pengaruh yang sengaja dilakukan melalui beberapa sistem dan metode penyampaian seperti kursus, bahan bacaan, radio, televisi, penyuluhan dan media komunikasi sebelumnya.

c. Fungsi dan Tujuan Pendidikan

Fungsi dan tujuan pendidikan nasiona sesuai dengan Undang – Undang RI. No.20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS adalah bahwa pendidikan nasional

(4)

berfungsi mengembangan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Wuradji, seperti dikutip oleh Wahyu Ningnitis (2002:19) menyatakan bahwa fungsi pendidikan itu meliputi:

1. Memindahkan nilai – nilai budaya 2. Nilai – nilai pengajaran

3. Peningkatan mobilitas sosial 4. Fungsi sertifikasi

5. Job training

6. Memantapkan dan mengembangkan hubungan – hubungan sosial.

Tingkat pendidikan berupa pendidikan formal dan non formal mempunyai tujuan untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif dalam membentuk manusia seutuhnya agar manusia menjadi sadar akan dirinya dan dapat memanfaatkan lingkungannya untuk meningkatkan taraf hidup. Untuk dapat berfungsi demikian, manusia memerlukan pengetahuan, keterampilan, penguasaan teknologi dan dapat mandiri melalui pendidikan.

(5)

2.1.2 Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan kelompok sosial pertama-tama dalam kehidupan manusia tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Dalam keluarganya, yang interaksi sosial keluarganya berdasarkan simpati, seorang anak pertama-tama belajar memperhatikan keinginan-keinginan orang lain, belajar bekerja sama, bantu membantu, dengan kata lain, anak pertama-tama belajar memegang peranann sebagai makhluk sosial yang mempunyai norma-norma dan kecakapan-kecakapan tertentu dalam pergaulannya dengan orang lain (Alex Sobur, 2003:248-249). 1. Faktor-faktor dalam lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga, merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi minat seseorang untuk berwirausaha. Adapun faktor-faktor yang terkandung dalam keluarga menurut Slamet (2003:60-64) lingkungan keluarga terdiri dari :

a. Cara orang tua mendidik

Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap cara belajar dan berfikir anak. Ada orang tua yang mendidik secara diktator militer, ada yang demokratis dan ada juga keluarga yang acuh tak acuh dengan pendapat setiap keluarga.

b. Relasi antar anggota keluarga

Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anak-anaknya. Demi kelancaran berwirausaha, perlu adanya relasi yang baik didalam keluarga. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan untuk mensukseskan wirausaha.

(6)

c. Suasana rumah

Suasana rumah dimaksudkan sebagi situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga dimana seseorang berada dan belajar. Suasana rumah merupakan faktor yang penting yang tidak termasuk faktor yang disengaja. Suasana rumah yang gaduh/ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan pada anak yang belajar. Suasana rumah yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok pertengkaran antar anggota keluarga atau dengan keluarga lain menyebabkan ank menjadi bosan di rumah, suka keluar rumah dan akibatnya belajar kacau sehingga untuk memikirkan masa depannya pun tidaklah terkonsentrasi dengan baik.

d. Keadaan ekonomi keluarga

Pada keluarga yang kondisi ekonominya relatif kurang, menyebabkan orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok anak. Tak jarang faktor kesulitan ekonomi justru menjadi motivator atau pendorong anak untuk lebih berhasil. Adapun pada keluarga yang ekonominya berlebihan, orang tua cenderung mampu memenuhi segala kebutuhan anak termasuk masalah pendidikan anak termasuk bisa melanjutkan sampai ke jenjang yang tinggi. Kadangkala kondisi serba berkecukupan tersebut membuat orang tua kurang perhatian pada anak karena sudah merasa memenuhi semua kebutuhan anaknya, akibatnya anak menjadi malas untuk belajar dan prestasi yang diperoleh tidak akan baik.

e. Pengertian Orang Tua

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian dari orang tua. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, maka orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak baik di

(7)

sekolah maupun di masyarakat. Hal ini penting untuk tetap menumbuhkan rasa percaya dirinya.

f. Latar Belakang Kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam kehidupannya. Kepada anak perlu ditanamkan kebiasaan- kebiasan dan diberi contoh figur yang baik, agar menndorong anak untuk menjadi semangat dalam meniti masa depan dan kariernya ke depan. Hal ini juga dijelaskan oleh Soemanto dalam Supartono (2004:50) mengatakan bahwa cara orang tua dalam meraih suatu keberhasilan dalam pekerjaanya merupakan modal yag baik untuk melatih minat, kecakapan dan kemampuan nilai-nilai tertentu yang berhubungan dengan pekerjaan yang diingini anak.

2.1.3 Pengalaman kerja

1. Pegertian Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja adalah senioritas atau “length of service” atau masa kerja merupakan lamanya seorang pegawai menyumbangkan tenaganya di perusahaan. Winardi mendefenisikan senioritas adalah masa kerja seorang pekerja bilamana diterapkan pada hubungan kerja maka senioritas adalah masa kerja seorang pekerja pada perusahaan tertentu (Winardi:2004).

Pendapat lain tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengalaman kerja adalah waktu yang digunakan oleh seseorang untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan frekuensi dan jenis tugasnya.

(8)

2. Faktor – faktor yang mempengaruhi penglaman kerja.

Mengingat pentingnya pengalaman kerja dalam suatu perusahaan, maka dipikirkan juga tentang faktor – faktor yang mempengaruhi pengalaman kerja. Menurut Djauzak Ahmad (2004:57) faktor – faktor yang dapat mempengaruhi pengalaman kerja seseorang adalah waktu, frekuensi, jenis, tugas, penerapan, dan hasil. Dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Waktu

Semakin lama seseorang melaksanakan tugas akan memperoleh pengalaman kerja yang lebih banyak.

b. Frekuensi

Semakin sering melaksanakan tugas sejenis umumnya orang tersebut akan memperoleh pengalaman kerja yang lebih baik.

c. Jenis tugas

Semakin banyak jenis tugas yang dilaksanakanoleh seseorang maka umunya orang tersebut akan memperoleh pengalaman kerja yang lebih banyak.

d. Penerapan

Semakin banyak penerapan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap seseorang dalam melaksanakan tugas tentunya akan dapat meningkatkan pengalaman kerja orang tersebut.

e. Hasil

Seseorang yang memiliki pengalaman kerja lebih banyak akan dapat memperoleh hasil pelaksanaan tugas yang lebih baik.

(9)

3. Cara Memperoleh Pengalaman Kerja

Dalam suatu proses berwirausaha, rupanya pengalaman kerja cukup penting artinya dalam proses kegiatan berwirausaha, Karena suatu usaha akan cenderung memilih pelamar yang berpengalaman dipandang lebih mampu dalam melaksanakan tugas yang nanti akan diberikan.

Syukur (2001:83) menyatakan bahwa cara yang dapat dilaksanakan untuk memperoleh pengalaman kerja adalah melalui pendidikan, pelaksanaan tugas, media informasi, penataran, pergaulan, dan pengamatan.

Penjelasan dari cara memperoleh pengalaman kerja adalah sebagai berikut: a. Pendidikan

Berdaasarkan pendidikan yang dilaksanakan oleh seseorang, maka orang tersebut dapat memperoleh pengalaman kerja yang lebih banyak dari sebelumnya.

b. Pelaksanaan Tugas

Melalui pelaksanaan tugas sesui dengan kemampuannya, maka seseorang semakin banyak memperoleh pengalaman kerja.

c. Media Informasi

Pemanfaatan berbagai media inormasi, akan mendukung seseorang untuk memperoleh pengalaman kerja yang lebih baik.

d. Penataran

Melalui kegiatan penataran dan sejenisnya, maka seseorang akan memperoleh pengalaman kerja untuk diterapkan sesuai dengan kemampuannya.

(10)

e. Pergaulan

Melalui pergaulan dalam kehidupan sehari – hari, maka seseorang akan memperoleh pengalaman kerja untuk diterapkan sesuai dengan kemapuannya.

f. Pengamatan

Selama seseorang mengadakan pengamatan terhadap suatu kegiatan tertentu, maka orang tersebut akan dapat memperoleh pengalaman kerja yang lebih baik sesuai dengan taraf kemapuannya.

4. Manfaat Pengalaman Kerja

Manfaat pengalaman kerja adalah untuk kepercayaan, kewibawaan, pelaksanaan pekerjaan dan memperoleh penghasilan. Berdasarkan manfaat masa kerja tersebut maka seseorang yang telah memiliki masa kerja lebih lama apabila dibandingkan dengan orang lain maka memberikan manfaat seperti:

a. Mendapat kepercayaan yang semakin baik dari orang lain dalam melaksanakan tugasnya

b. Kewibawaan akan semakin meningkat sehingga dapat mempengaruhi orang lain untuk bekerja sesuai dengan keinginannya.

c. Pelaksanaan pekerjaan akan berjalan lancar karena orang tersebut telah memiliki sejumlah pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.

d. Dengan adanya pengalaman kerja yang semakin baik, maka orang akan memperoleh penghasilan yang lebih baik.

Karyawan yang sudah berpengalaman dalam bekerja akan membentuk keahlian di bidangnya sehingga dalam menyelesaikan suatu poduk akan cepat tercapai. Keberhasilan berwirausaha dipengaruhi oleh pengalaman kerja, semakin

(11)

lama pengalaman kerja akan semakin mudah dalam menyelesaikan suatu produk dan semakin kurang pengalaman kerja akan mempengaruhi kemampuan produksi dalam menyelesaikan produk.

2.1.4 Berwirausaha

Istilah wirausaha muncul kemudian setelah dan sebagai padanan wiraswasta yang sejak awal sebagian orang masih kurang sreg dengan kata swasta. Persepsi tentang wirausaha sama dengan wiraswasta sebagai padanan entrepreneur. Perbedaannya adalah pada penekanan pada kemandirian (swasta) pada wiraswasta dan pada usaha (bisnis) pada wirausaha. Istilah wirausaha kini makin banyak digunakan orang terutama karena memang penekanan pada segi bisnisnya. Walaupun demikian mengingat tantangan yang dihadapi oleh generasi muda pada saat ini banyak pada bidang lapangan kerja, maka pendidikan wiraswasta mengarah untuk survival dan kemandirian seharusnya lebih ditonjolkan. Sedikit perbedaan persepsi wirausaha dan wiraswasta harus dipahami, terutama oleh para pengajar agar arah dan tujuan pendidikan yang diberikan tidak salah. Jika yang diharapkan dari pendidikan yang diberikan adalah sosok atau individu yang lebih bermental baja atau dengan kata lain lebih memiliki kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasarn advirsity (AQ) yang berperan untuk hidup (menghadapi tantangan hidup dan kehidupan) maka pendidikan wiraswasta yang lebih tepat. Sebaliknya jika arah dan tujuan pendidikan adalah untuk menghasilkan sosok individu yang lebih lihai dalam bisnis atau uang, atau agar lebih memiliki kecerdasan finansial (FQ) maka yang lebih tepat adalah pendidikan wirausaha. Karena kedua aspek itu sama pentingnya, maka pendidikan yang diberikan

(12)

sekarang lebih cenderung kedua aspek itu dengan menggunakan kata wirausaha. Persepsi wirausaha kini mencakup baik aspek finansial maupun personal, sosial, dan profesional (Soesarsono, 2002 : 48)

Menurut Thomas W. Zimmerer dan Norman M. Scarborough wirausahawan adalah sesorang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil resiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi berbagai peluang penting dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan untuk mengoptimalisasikan sumber daya-sumber daya itu (2008:6).

Faktor-faktor motivasi berwirausaha yang berhasil (Kasmir, 27 – 28) adalah: 1. Memiliki visi dan tujuan yang jelas.

Hal ini berfungsi untuk menebak ke mana langkah dan arah yang dituju sehingga dapat diketahui langkah yang harus dilakukan oleh pengusaha tersebut 2. Inisiatif dan selalu proaktif.

Ini merupakan ciri mendasar di mana pengusaha tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan.

3. Berorientasi pada prestasi.

Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan yang diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap waktu segala aktifitas usaha yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus lebih baik dibanding sebelumnya.

(13)

4. Berani mengambil risiko.

Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki seorang pengusaha kapanpun dan di manapun, baik dalam bentuk uang maupun waktu.

5. Kerja keras.

Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, di mana ada peluang di situ dia datang. Kadang-kadang seorang pengusaha sulit untuk mengatur waktu kerjanya. Benaknya selalu memikirkan kemajuan usahanya. Ide-ide baru selalu mendorongnya untuk bekerja kerjas merealisasikannya. Tidak ada kata sulit dan tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan.

6. Bertanggungjawab.

Bertanggung jawab terhadap segala aktifitas yang dijalankannya, baik sekarang maupun yang akan datang. Tanggungjawab seorang pengusaha tidak hanya pada segi material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak.

7. Komitmen.

Komitmen pada berbagai pihak merupakan ciri yang harus dipegang teguh dan harus ditepati. Komitmen untuk melakukan sesuatu memang merupakan kewajiban untuk segera ditepati dana direalisasikan.

8. Menjaga relasi.

Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak, baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun yang tidak dijalankan. Hubungan baik yang perlu dlijalankan, antara lain kepada: para pelanggan, pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas.

(14)

2.2. Penelitian Terdahulu

Fitriani Tobing (2010) melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Konsep Diri, Prestasi Belajar Mata Kuliah Kewirausahaan, dan Lingkungan Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha.” Metode Penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode regresi linier berganda. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Penelitian ini menggunakan populasi yang berjumlah 219 orang dengan teknik pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin sehingga jumlah sampel sebesar 69 orang. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji F dan uji t, dengan tingkat signifikansi (α) 5%. Penganalisaan data menggunakan software pengolahan data statistik yaitu SPSS 17.00 for windows. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep diri dan lingkungan keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat berwirausaha, yang ditunjukkan oleh nilai sig. konsep diri sebesar 0, 00 (lebih kecil dari 0,05), dan nilai sig. lingkungan keluarga sebesar 0,005 (lebih kecil dari 0,05. Sedangkan, prestasi belajar tidak mempunyai pengaruh terhadap minat berwirausaha, karena memiliki nilai sig. lebih besar dari 0,05, yaitu sebesar 0,304.

2.3. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan penjelasan tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan (Sugiyono, 2008:89).

Pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana melalui lembaga – lembaga, baik formal maupun non – formal untuk mengembangkan kualitas sumber daya agar memiliki pengendalian diri,

(15)

kepribadian, kecerdasan, dan ketrampilan yang diperlukan dirinya dan dapaat dimanfaatkan lingkungan untuk meningkatkan taraf hidupnya atau dengan kata lain menjadi sumber daya yang efektif dan efesien. Sistem Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, mengemukakan bahwa pendidikan terbagi atas:

1. Pendidikan persekolahan / formal (pasal 14) jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

2. Pendidikan luar sekolah.

Dengan semakin tinggi tingkat pendidikan seorang wirausaha, maka dia di harapkan akan memiliki pengetahuan atau wawasan yang luas dan didukung dengan pengalaman kerja yang dimilikinya, maka seorang wirausaha sudah memiliki nilai plus dalam melaksanakan tanggung jawab.

Selain itu, orang tua akan memberikan corak budaya, suasana rumah, pandangan hidup dan pola sosialisasi yang akan menentukan sikap, perilaku serta proses pendidikan terhadap anak – anaknya. Orang tua yang bekerja sebagai wirausaha akan mendukung dan mendorong kemandirian, prestasi dan bertanggung jawab. Dukungan orang tua ini sangat penting dalam pengambilan keputusan pemilihan karir bagi anak. Penelitian Jacobowitz dan Vidler (Hisrich & Peters, 1998) menemukan bahwa 725 wirausahawan yang diteliti mempunyai ayah atau orang tua relatif dekat yang juga wirausahawan.

Menurut Syukur (2001:74) menyatakan bahwa pengalaman kerja adalah lamanya seseorang melaksanakan frekuensi dan jenis tugas sesuai dengan kemapuannya. Jadi semakin lama seseorang menjalankan pekerjaan tersebut, kemungkinan untuk membuat kesalahan semakin kecil.

(16)

Menurut Thomas W. Zimmerer dan Norman M. Scarborough wirausahawan adalah sesorang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil resiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi berbagai peluang penting dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan untuk mengoptimalisasikan sumber daya-sumber daya itu (2008:6).

Sumber: Sistem Pendidikan Nasional ( 2003 ), Syukur (2001), Thomas W. Zimmerer dan Norman M. Scarborough

(2008) di olah peneliti

Gambar 2.1 Kerangka konseptual

Keterangan:

Variabel dalam konsep ini adalah:

1. Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi yaitu tingkat pendidikan (X1) , lingkungan keluarga (X2) dan pengalamn kerja (X3)

2. Variabel Dependen adalah variabel yang dipengaruhi yaitu bewirausaha (Y)

2.4. Hipotesis

Menurut Sugiyono (2008:93) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap perumusan masalah penelitian. Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diberikan, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut : Faktor tingkat pendidikan, lingkungan keluarga dan pengalaman

Tingkat Pendidikan (X1)

Lingkungan keluarga (X2) Berwirausaha (Y)

(17)

kerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap berwirausaha pada Yayasan Persatuan Persaudaraan Putra Solo Sumatera Utara di Kota Medan.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Function tersebut berguna untuk mengambil data, menampilkan data yang telah diambil dan membandingkan produk yang telah dipilih oleh user.. Function Product

Bagi memaksimumkan penggunaan senarai kata, sesuatu senarai kata perlulah membekalkan maklumat sisipan seperti kategori perkataan, frekuensi, makna utama, variasi

Untuk menghindari unsur subjektif dalam melakukan penyeleksian penerima beasiswa, maka tujuan dari penelitian ini yaitu menghasilkan suatu aplikasi sistem pendukung keputusan yang

Selama seseorang mengadakan pengamatan terhadap suatu kegiatan tertentu, maka orang tersebut akan dapat memperoleh pengalaman kerja yang lebih baik sesuai dengan

Umur memiliki peranan yang cukup penting misalnya umur pertama kali beranak sangat mempengaruhi produktivitas ternak tersebut sebab ternak yang dikawinkan pada

Berdasarkan pengertian tentang komunikasi massa yang sudah dikemukakan oleh para ahli komunikasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi

AED) pada pasien tumor otak dengan epilepsi, penggunaan obat antiepilepsi seperti Carbamazepine, Phenytoin, dan Fenobarbital memberikan efektitivitas yang

Sistem pengambilan keputusan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode Electre (Elimination and Choice Translation Reality), yang diharapkan dapat