• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG MAHASISWA UNIVERSITAS RIAU TENTANG STANDARISASI PENILAIAN KINERJA KELEMBAGAAN MAHASISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG MAHASISWA UNIVERSITAS RIAU TENTANG STANDARISASI PENILAIAN KINERJA KELEMBAGAAN MAHASISWA"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG MAHASISWA

UNIVERSITAS RIAU

TENTANG STANDARISASI PENILAIAN KINERJA

KELEMBAGAAN MAHASISWA

DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA

UNIVERSITAS RIAU

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT karena atas kehendak-Nya, kami bisa menyelesaikan penulisan Naskah Akademis Rancangan Undang-Undang Standarisasi Penilaian Kinerja Kelembagaan Mahasiswa. Kami melakukan kegiatan yang berupaya menyatukan dan menyusun Rancangan Undang-Undang Standarisasi Penilaian

Kinerja Kelembagaan Mahasiswa secara sistematis dan tersusun.

Maksud dan tujuan pembuatan Rancangan Undang-Undang Standarisasi Penilaian Kinerja Kelembagaan Mahasiswa yaitu menilai kinerja pertanggungjawaban kepengurusan DPM Universitas Riau, BEM Universitas Riau, Unit Kerja Mahasiswa Universitas Riau, serta Kelembagaan yang ada di tingkat Fakultas berupa Progress

Report ataupun Laporan Pertanggungjawaban dalam Sidang Pleno ataupun Musyawarah

Mahasiswa.

Semoga karya kecil ini dapat berguna bagi keberlangsungan Kinerja Kelembagaan Mahasiswa Universitas Riau dalam menjalankan program kerja dengan sebaik-baiknya. Segala koreksi atas penulisan Naskah Akademis ini akan membuat Naskah Akademis ini lebih baik dan tersusun lebih rapi. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan ridho-Nya kepada kita semua.

Pekanbaru, Mei 2020 Tim Penyusun

(3)

ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ………. i DAFTAR ISI ……… ii BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Identifikasi Masalah ... 2

C. Tujuan dan Kegunaan Penyusunan Naskah Akademik ... 3

D. Metode Penyusunan ... 4

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTEK EMPIRIS... 6

A. Kajian Teoritis Manajemen dan Organisasi...……….. 6

B. Kajian Terhadap Asas/Prinsip RUU Standarisasi Penilaian Kinerja Kelembagaan Mahasiswa……….. 16

C. Kajian terhadap Praktik Penyelenggaraan, Kondisi yang Ada, Permasalahan yang Dihadapi Mahasiswa, dan Perbandingan dengan Kelembagaan Universitas Lain..………... 21

D. Kajian terhadap Implikasi Penerapan Sistem Baru yang akan Diatur dalam Undang-Udang terhadap Aspek Kehidupan Kelembagaan Mahasiswa... 25

BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT ... 27

A. Undang- Undang Dasar Kelembagaan Mahasiswa Universitas Riau Tahun 2015 (UUD KM UNRI Tahun 2015)……….. 27

B. Undang-Undang Mahasiswa Universitas Riau Nomor 6 Tahun 2018 tentang Administrasi Kelembagaan Mahasiswa Universitas Riau………... 28

(4)

iii

BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS ... 30

A. Landasan Filosofis ... 30

B. Landasan Sosiologis ... 31

C. Landasan Yuridis ... 32

BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN DAN RUANG LINGKUP MATERI MUATAN ... 33

A. Sasaran yang Akan Diwujudkan ... 33

B. Arah dan Jangkauan Pengaturan ... 33

C. Ruang Lingkup dan Materi Muatan ... 34

BAB VI PENUTUP ... 36

A. Kesimpulan ... 36

B. Rekomendasi ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

LAMPIRAN: RANCANGAN UNDANG-UNDANG MAHASISWA

UNIVERSITAS RIAU TENTANG STANDARISASI

(5)

1

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG MAHASISWA UNIVERSITAS RIAU TENTANG

STANDARISASI PENILAIAN KINERJA KELEMBAGAAN MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perguruan tinggi tidak terlepas dari berbagai kegiatan mahasiswa yang berorientasi pada Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat. Tri Dharma tersebut tertuang pada berbagai kegiatan mahasiswa, seperti halnya dalam Kelembagaan Mahasiswa. Kelembagaan Mahasiswa di Universitas Riau merupakan sub sistem organisasi Universitas Riau sebagai kelengkapan non-struktural civitas akademika yang berfungsi sebagai tempat peningkatan kepemimpinan, penalaran, minat, kegemaran, dan kesejahteraan Mahasiswa dalam kehidupan kemahasiswaan.

Kelembagaan Mahasiswa tersebut di antaranya adalah Dewan Perwakilan Mahasiswa, Badan Eksekutif Mahasiswa, Unit Kegiatan Mahasiswa, Kelembagaan Mahasiswa di tingkat Fakultas serta Kelembagaan Mahasiswa di tingkat Jurusan atau Program Studi. Kelima jenis kelembagaan tersebut bergerak pada berbagai bidang dan tingkatan yang berbeda, baik dalam lingkup program studi, fakultas, maupun universitas.

Dewasa ini pentingnya menyadari akan manajemen Sumber Daya Manusia dalam sebuah organisasi atau kelembagaan, Manajemen dan organisasi merupakan dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Keberadaan organisasi merupakan wadah bagi manajemen, tetapi manajemen pula yang menentukan gerak dan napas organisasi. Artinya organisasi tidak dapat digerakkan tanpa manajemen dan sebaliknya manajemen hanya dapat diimplementasikan dalam organisasi

Dijelaskan mengenai definisi manajemen, yaitu:”management as being

(6)

2

organization and with prescribed roles” (Mullins, 1989:199).1 Definisi ini

menjelaskan bahwa manajemen mencakup orang yang melaksanakan tanggung jawab mencapai tujuan dalam suatu struktur organisasi dan peran yang jelas. Itu artinya, manajemen berkaitan dengan organisasi. Di dalam organisasi ada struktur yang jelas dengan pembagian tugas dan kewenangan formal sebagai upaya menggerakkan personil melakukan tugas mencapai tujuan. Berdasarkan penekanan di atas, maka manajemen berisikan unsur: struktur organisasi yang tertata, terarah kepada tujuan dan sasaran, dilakukan melalui usaha orang-orang, dan menggunakan sistem dan prosedur.

Dalam hal ini, Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas Riau sebagai lembaga pengawasan terhadap Kinerja Kelembagan Mahasiswa sebagaimana yang disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Kelembagaan Mahasiswa Universitas Riau tahun 2015 menemukan Pelbagai permasalahan terkait aturan baku mengenai Standarisasi Penilaian Kinerja Kelembagaan Mahasiswa, baik itu Progress Report maupun Laporan Pertanggungjawabannya. Mengingat dalam Undang-Undang Mahasiswa Universitas Riau Nomor 6 Tahun 2018 tentang Administrasi Kelembagaan Mahasiswa Universitas Riau, standar untuk kategori tersebut belum maksimal ditetapkannya.

Oleh karena itu, perlu dibentuknya aturan-aturan kelembagaan mahasiswa universitas riau yang menyelaraskan mekanisme standarisasi penilaian kinerja kelembagaan mahasiswa

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka terdapat beberapa identifikasi permasalahan, yaitu:

1. Mengapa diperlukan adanya Rancangan Undang Undang Mahasiswa Universitas Riau tentang Standarisasi Penilaian Kinerja Kelembagaan Mahasiswa Universitas Riau?

1 Muhammad Rifa’I & Muhammad Fadhli, Manajemen Organisasi, Cita Pustaka Media Printis,

(7)

3

2. Apa yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis dalam pembentukan Rancangan Undang Undang Mahasiswa Universitas Riau tentang Standarisasi Penilaian Kinerja Kelembagaan Mahasiswa Universitas Riau? 3. Apa sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan, dan

arah pengaturan dari Rancangan Undang Undang Mahasiswa Universitas Riau tentang Standarisasi Penilaian Kinerja Kelembagaan Mahasiswa Universitas Riau?

C. Tujuan dan Kegunaan Penyusunan Naskah Akademik

Berdasarkan Undang-Undang Mahasiswa Universitas Riau Nomor 7 Tahun 2018 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dicantumkan bahwa setiap pembentukan Undang-Undang Mahasiswa maupun Peraturan Mahasiswa Universitas Riau harus disertai dengan adanya keterangan atau penjelasan atau yang biasa disebut dengan naskah akademik. Naskah Akademik adalah naskah akademik penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut dalam suatu Rancangan UndangUndang dan Rancangan Peraturan Mahasiswa, sebagai solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum mahasiswa.

Sesuai dengan defenisi tersebut naskah akademik bertujuan untuk melakukan penelitian atau pengkajian terhadap suatu masalah yang solusi atas permasalahan tersebut perlu dibentuk peraturan perundang-undangan. Dengan demikian naskah akademik berguna sebagai alasan, pedoman dan arahan dalam membentuk peraturan perundang-undangan.

Atas ketentuan Undang-Undang tersebut di atas maka untuk mengakomodasi kehendak Kelembagaan Mahasiswa Universitas Riau untuk mengadakan penyelarasan mekanisme standarisasi penilaian kinerja kelembagaan mahasiswa, Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas Riau melakukan suatu kajian atas permasalahan dan solusi penyelesaian masalah tentang standarisasi penilaian kinerja kelembagaan mahasiswa. Kajian tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai dasar

(8)

4

pemikiran tentang substansi Undang-Undang Mahasiswa Universitas Riau tentang Standarisasi Penilaian Kinerja Kekelmbagaan Mahasiswa.

D. Metode Penyusunan

Penyusunan Naskah Akademik ini dilakukan dengan metode kerja sebagai berikut:

1. Melakukan inventarisasi data melalui hasil kajian yang telah dilakukan mengenai Standarisasi Penilaian Kinerja Kelembagaan Mahasiswa di Universitas Riau.

2. Perumusan masalah yang di ambil dari hasil kajian. 3. Penyusunan Rancangan Naskah Akademik.

Metode kerja sebagaimana tersebut di atas dapat dirincikan dalam keguatan sebagai berikut:

1. Pengumpulan Bahan dan Informasi

Tim penyusun mengumpulkan bahan yang berkaitan dengan Standarisasi Penilaian Kinerja bagi Kelembagaan Mahasiswa, antara lain melalui perundang-undangan, buku-buku, hasil seminar, hasil penelitian, pengkajian dan tulisan atau referensi lain, serta penelusuran data dan informasi melalui website. Bahan tersebut baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri

2. Kompilasi Bahan dan Informasi

Bahan dan informasi yang telah terkumpul di sistemastisasi sebagai acuan untuk menyusun langkah selanjutnya berupa pengkajian bahan hukum.

3. Pengkajian dan Analisis

Bahan hukum dan infromasi yang sudah di sistematisasi, dikaji secara mendetail dengan melakukan diskusi secara intensif antar anggota tim penyusun sehingga dapat ditemukan kelayakan bahan dan informasi untuk menjadi muatan dalam Naskah Akademik. Khusus terhadap bahan hukum berupa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan Standarisasi Penilaian Kinerja Kelembagaan Mahasiswa akan dilakukan perbandingan sebagai upaya harmonisasi terhadap rancangan naskah akademik dengan peraturan perundang-undangan yang telah ada.

(9)

5

4. Penyusunan Materi Pokok Naskah Akademik

Bahan hukum yang telah dikaji tersebut disusun ulang dalam bentuk deskriptif analitis, sehingga menjadi kerangka peraturan perundang-undangan.

5. Penyusunan Naskah Akademik

Tim akan menyelesaikan konsep akhir naskah akademik berdasarkan pada materi pokok akademik ditambah dengan input dari berbagai pakar di bidang manajemen organisasi.

(10)

6

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

A. Kajian Teoritis Manajemen dan Organisasi 1. Manajemen

a. Defenisi Manajemen

Teori manajemen menurut Charles A Beard seorang ahli sejarah politik di Amerika Serikat mengatakan bahwa tidak ada suatu hal yang lebih penting dari manajemen pada zaman globalisasi seperti sekarang. Implementasi manajemen sangat efektif untuk dijalankan sebagai penentuan kinerja dalam menjawab tuntutan internal maupun eksternal. Menurut Lewis dalam Rifa’i dan Fadhli (2013), menjelaskan bahwa “the performance of leaders is often measured by

the quality and performance of their follower”, pendapat tersebut menjelaskan

bahwa kualitas kinerja anggota menjadi tanggung jawab pemimpin dengan visi misi, disiplin dan pembagian tugas yang baik akan menghasilkan kinerja anggota yang baik2. Manajemen mencakup orang yang melaksanakan tanggung jawab mencapai tujuan dalam suatu organisasi dan diperkuat oleh penjelasan Mullins dalam Rifa’i dan Fadhli (2013), “management as being responsible for

theattainmente of objectives, taking place with in a structured organization and with prescribeed roles” 3.

Organisasi merupakan sejumlah orang yang bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama, maka manajemen adalah usaha menggerakkan orang yang ada dalam oganisasi untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan dan organiasi menjadi wadah bagi berlangsungnya manajemen4. Teori manajemen adalah

suatu cara pengorganisasian pengalaman bahwa dalam praktiknya dapat dibuktikan melalui penelitian, percobaan pengalaman dan prinsip-prinsip serta pengajaran hal mendasar dalam proses manajemen Mattesson dan Ivancevich

2 Muhammad Rifa’I & Muhammad Fadhli, Manajemen Organisasi, Cita Pustaka Media Printis,

Medan, 2013, hlm. 2.

3 Ibid, Hlm. 12 4 Ibid, Hlm. 13

(11)

7

dalam Rifa’i dan Fadhli (2013)5. Manajemen harus memfokuskan kegiatan atas

hasil dan kerja organissi. Tugas pertama manjemen adalah mendefenisikan hasil apa dan kinerja yang diberikan organisasi melalui orang-orang yang bekerja. Tugas kusus manjemen yaitu mengorganisir sumber daya dari organisasi bagi pencapaian hasil di luar organisasi6.

b. Perkembangan Teori Manajemen 1) Manajemen Ilmiah

Fredrick W. Taylor (1856-1917) adalah bapak manjemen Ilmiah (the father of scientifict Management). Taylor percaya bahwa jika tindakan manajemen berada diatas gagasan, maka organisasi akan menjadi lebih memuaskan dan dapat mencapai keuntungan bagi semua bidang. Para organisator akan merasa puas dan termotivasi dengan pencapaian tujuan atas gagasan yang dilakukan dengan cara efisien dan produktif7.

2) Birokrasi

Suatu bentuk struktur yang dikemukakan dalam banyak skala orgamisasi besar adalah birokrasi. Tokoh yang menggagas teori birokrasi adalah max weber seorang sosiologi Jerman, kajian utamanya yaitu berkaitan mengenai kekuasaan dan kewenangan8. Weber

mencatat bahwa tugas dan tanggung jawab dalam struktur organisasi dan manajemen memberikan kemunculan administrasi yang permanen dan standarisasi prosedur kinerja9.

3) Pendekatan Hubungan Manusia

Pendekatan hubungan manusia ini adalah implementasi terhadap gaya manajemen ilmiah dan birokrasi yang kurang memperhatikan manajemen ilmiah dan birokrasi yang kurang memperhatikan aspek kejiwaan manusia sebagai organisator10.

5 Ibid, Hlm. 14 6 Ibid, Hlm. 15 7 Ibid, Hlm. 17 8 Ibid, Hlm. 18 9 Ibid, Hlm. 20 10 Ibid.

(12)

8

4) Pendekatan Sistem

Pendekatan ini menekankan kajian pada kedudukan organisasi sebagai suatu sistem dengan sejumlah sub sistem yang saling berhubungan. Pendekatan sistem lebih menggunakan keseluruhan aspek dalam organisasi, baik aspek manusia maupun aspek struktur, psikologis, dan sosisl dalam keberadaan organisasi yang didalamnya terjadi proses manajemen11.

Tokoh utama pendekatan sistem adalah Ludwig Von Bertanlanffly. Dalam konteks ini organisasi tidak dipandang sebagai sistem trtutup, karena itu ada hubungan internal dan eksternal organisasi. Dengan kata lain organisasi adalah sistem terbuka (open

system)12.

5) Pendekatan Kontingensi

Teori kontingensi berawal dari penelitian Sadler dan Barry (1964-1967). Penataan kerjasama scara aktual berlangsung secara berat atas organisasi informal.sadler mengusulkan program perubahan organisasi yang mencakup kemampuan mengadaptasi struktur formal, hirarki kontrol dan tanggung jawab formal serta hubungan kepada hal yang lebih memeihara pelaksanaan kerjasama dan komunikasi. Perubahan sikap dan perilaku anggota organisasi seharusnya berhubungan kepada perubahan dalam rancangan struktur formal organisasi13.

Para sosiolog memandang bahwa setiap orang memiliki tujuan dan interpretasi terhadap situasi kerja dalam berorganisasi. Setiap anggota dengan tujuannya masing-masing memunculkan konflik, namun karena ada tujuan organisasi dengan struktur formal yang ada akan dapat menyatukan tujuan dalam perilaku anggota organisasi14.

c. Fungsi-fungsi Manajemen 11 Ibid, Hlm. 21 12 Ibid, Hlm. 22 13 Ibid. 14 Ibid, Hlm. 23

(13)

9

Ada banyak fungsi manajemen yang dipaparkan oleh para ahli manajemen. Ada yang menyebutkan hanya 3 fungsi sampai 11 fungsi dari manajemen. Berikut ini dalam tabel 1 dapat dilihat fungsi manajemen menurut beberapa ahli manajemen15:

No Ahli (pakar) Manajemen Fungsi Manajemen 1. G.R Terry Planning Organizing Actuating Controling 2. Jhon F. Mee Planning Organizing Motivating Controling 3. Louis A.A Leading Planning Organizing Controling 4. MG. Namara Planning Programming Budgeting System 5. Henry Fayol Planning Organizing Commanding Coordinating Controlling

6. Harry & Cryill

Planning Organizing Staffing Directing Controlling 7. S.P siagian Planning Organizing Motivating Controling Evaluating 8. W.H. Newman Planning Organizing Assembling Reseources Directing Controling 9. Luther Gullick Planning

(14)

10 Organizing Staffing Diecting Coordinating Repoting Budgeting 10. Lyndall F. Forcasting Planning Organizing Commanding Coordinating Controling 11. John D. Millet Directing

Faccilitating

12. Oey Liang Lee

Perencanaan Pengorganisasian Pengarahan Pengkoordinasian pengontrolan 13. Robbins Planning Organizing Leading Controling

Dari tabel diatas terlihat bahwa perbedaan fungsi manajemen menurut beberapa ahli terjadi akibat tidak adanya persamaan terminologi yang menyangkut mengenai konsep yang sama, pemakaian kata tanpa memperhatikan arti dan nilai kata. Dan mencampuradukkan fungsi dan proses16. Namun dalam kajian ini fungsi manajemen hanya diambil 4 poin penting yaitu: 1) Perencanaan (planning), 2) Pengorganisasian (organizing), 3) kepemimpinan (Leading), 4) pengawasan (controling)17.

1) Perencanaan (Planning)

Dengan tegas Ivancevic dan Matesson dalam Rifa’i dan Fadhli (2013), menjelaskan bahwa perencanaan (planning) jika digunakan dengan lebih baik tentu saja membantu manajemen dalam mengadaptasi perubahan, kedudukannya semakin sangat penting dalam masa depan menghasilkan

16 Ibid, Hlm. 27 17 Ibid.

(15)

11

produk dan pelayanan yang diharapkan. Ada 3 alasan mengapa perencanaan penting bagi sebuah organisasi, sebagaimana yang dijelaskan Ivancevic dan Matesson (2002) yaitu18:

a. Peningkatan kompleksitas organisasi. b. Peningkatan perubahan eksternal.

c. Perencanaan dan fungsi manajemen lainnya.

Perencanaan merupakan tindakan awal dalam aktivitas manajerial setiap organisasi. Perencanaan akan menentukan adanya perbedaan kinerja (performance) satu organisasi dengan organisasi lain dalam pelaksanaan rencana untuk mencapai tujuan19. Terry dalam Rifa’i dan Fadhli (2013), mengemukakan bahwa terdapat 3 unsur pokok dalam kegiatan perencanaan yaitu: 1) pengumpulan data, 2) analisis fakta dan, 3) penyusunan yang konkrit. Tanpa perencanaan adaptasi terhadap tuntutan melalui perencanaan tidak akan berubah dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berbeda20. Perencanaan memberikan arah, mengurangi pengaruh perubahan, meminimalkan pengulangan dan menyusun ukuran untuk memudahkan pengawasan dan sebagai langkah awal kegiatan manajemen dalam setiap organisasi. Dalam perencanaan akan ditetapkan apa yang akan dilakukan, kapan akan dilakukan, dan siapa yang akan melakukan kegiatan tersebut21.

2) Pengorganisasian (organizing)

Defenisi pengorganisasian di kemukakan oleh Terry dalam Rifa’i dan Fadhli (2013),bahwa pengorganisasian merupakan usaha penciptaan hubungan tugas yang jelas antar individu dan kelompok, sehingga orang dapat bekerjasama dalam kondisi yang baik untuk mencapai tujuan organisasi22. Blenchard dalam Rifa’i dan Fadhli (2013) mengemukakan pengorganisasian adalah sebagai proses milti langkah yaitu:

18 Ibid, Hlm. 27 19 Ibid, Hlm. 29 20 Ibid, Hlm. 30 21 Ibid, Hlm. 31 22 Ibid, Hlm. 35

(16)

12

1) Merinci seluruh program kerja yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi.

2) Membagi beban kerja kedalam aktivitas-aktivitas yang secara logis dapat dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang.

3) Mengkombinasikan pekerjaan dengan cara yang logis dan efisien. 4) Penetapan mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan anggota

dalam kesatuan yang harmonis.

5) Memantau efektivitas organisasi dalam mengambil langkah-langkah penyesuaian untuk meningkatkan efektivitas.

Dapat disimpulkan, pengorganisasian adalah mencakup kegiatan mengembangkan struktur organisasi, pembagian tugas, wewenang, tanggungjawab, pertanggungjawaban, dan pendelegasian23.

3) Kepemimpinan (Leading)

Menurut Griffin dan Elbert dalam Rifa’i dan Fadhli (2013), kepemimpinan (Leadership) adalah proses memotivasi orang lain untuk meu bekerja dalam rangka mencaai tujuan yang telah ditetapkan24. Munculnya seorang pemimpin merupakan hasil dari suatu proses dinamis yang sesuai dengan kebutuhan. Kartono dalam Rifa’i dan Fadhli (2013) menjelaskan bahwa seorang pemimpin organisasi memiliki fungsi sebagai berikut25:

a. Memperkarsai struktur organisasi

b. Menjaga koordinasi den integrasi oganisasi.

c. Merumuskan tujuan organisasional dan saran yang efisien untuk mencapai tujuan.

d. Menengahi pertentangan dan konflik yang muncul dan mengadakan evaluasi.

e. Mengadakan revisi, perubahan, inovasi pengembangan dan penyempurnaan dalam organisasi.

23 Ibid, Hlm. 36 24 Ibid, Hlm. 41 25 Ibid, Hlm. 43

(17)

13

4) Pengawasan (controling)

Menurut Monday dan Premeaux dalam Rifa’i dan Fadhli (2013) menegaskan bahwa pengawasan adalah proses membandigkan kinerja aktual dengan standar dan keperluan memperbaiki tindakan dalam pelaksanaan tugas26. Fungsi pengawasan terdiri dari tindakan dan keputusan tindakan pimpinan ogaisasi untuk menjamin bahwa hasil yang di capai bersifat konsisten dengan hasil yang diinginkan sebagaimana ditetapkan dalam rencana. Pengawasan menetapkan hasil yang dicapai atau mengevaluasi kinerja yaitu mengkoreksi hasil kerja berdasarkan rencana yang ditetapkan. Dengan demikian pengawasan menjadi bagian akhir dari aktivitas manajemen untuk mengefektifkan pencapaian hasil atau tujuan organisasi sebagaimana yang diharapkan27.

d. Prinsip Manajemen

Setiap pemimpin harus memiliki komitmen terhadap prinsip manajemen ketika mengimplementasikan tugas dan tanggungjawabnya. Karena prinsp manajemen ini akan mendukung kesuksesan pemimpin dalam meningkatkan kinerjanya. Adapun prinsip manajemen menurut Winardi dalam.... adalah: 1) Pembagian Kerja, 2) Otoritas dan Tanggung jawab, 3) Disiplin, 4) Kesatuan perintah, 5) kesatuan arah28, 6) dikalahkannya kepentingan individu terhadap

kepentingan umum, 7) Penghargaan, 8) Sentralisasi, 9) Rantai bertangga, 10) keteraturan, 11) keadilan, 12) Stabilitaspelaksanaan pekerjaan, 13) Inisiatif dan, 14) Jiwa korps29.

e. Unsur-Unsur Manajemen

Memahami unsur-unsur manajemen (tools of management) sangat diharuskan bagi setiap pemimpin organisasi. Karena unsur yang diorganisasikan yang harus diatur sedemikian rupa, sehingga dapat diketahui unsur yang manakah yang belum atau kurang atau tidak ada. Adapun unsur manajemen sebagai berikut: 26 Ibid, Hlm. 43 27 Ibid, Hlm. 45 28 Ibid, Hlm. 51 29 Ibid, Hlm. 52

(18)

14

1) Men yaitu tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja pemimpin maupun tenaga kerja operasional/pelaksana.

2) Money yaitu uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 3) Methods yaitu cara-cara yang digunakan dalam usaha mencapai tujuan.30.

4) Materials yaitu bahan-bahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

Keempat unsur diatas memiliki fungsi masing-masing dan saling berinteraksi atau mempengaruhi dalam mencapai tujuan organisasi terutama proses pencapaian tujuan secara efektif31.

2. Organisasi

a. Defenisi Organisasi

Menurut Bayle, et al dalam Rifa’i dan Fadhli (2013), bahwa “organization is a colection of people working together in a division of labour

to archive a common purpose” yaitu ada keluasan ragam bentuk

perkumpulan orang, kelompok persaudaraan, organisasi sukarela, organisasi agama,serta lembaga kemasyarakatan. Jadi dapat disimpulkan bahwasannya organisasi adalah perkumpulan atau wadah bagi sekelompok orang untuk bekerjasama secara terpimpin untuk mencapai tujuan tertentu32.

b. Unsur Organisasi

Oganisasi merupakan perpaduan kerjasama sumberdaya Fisik dan manusia. Selain itu didalamnya juga ada tujuan, pembagian kerja, dan hirarki kewenangan. Unsur-unsur organisasi tersebut diuraikan sebagai berikut33:

1) Tujuan

Tujuan suatu organisasi yaitu menghasilkan suatu pelayanan yang baik dan tersistem34. 2) Pembagian Kerja 30 Ibid, Hlm. 56. 31 Ibid, Hlm. 58 32 Ibid, Hlm. 59 33 Ibid, Hlm. 61 34 Ibid, Hlm. 62

(19)

15

Esensi suatu organisasi adalah usaha manusia, proses melaksanakan pkerjaan kedalam suatu komponen kecil yang melayani tujuan organisasi dan untuk dilakukan oleh individu atau kelompok disebut pembagian kerja35.

3) Hirarki Kewenangan

Kewenangan adalah hak untuk bertindak dan memerintah pribadi orang lain. Para pemimpin memiliki kewenangan terhadap anggotanya. Bila organisasi membagi pekerjaan kedalam bagian kecil, beberapa hal harus dikerjakan untuk mengkoordinasikan usaha menjamin bahwa hasil pekerjaan mencapai tujuan organisasi. Hirarki kewenangan adalah bila posisi kerja ditata agar pembagian kewenangan meningkat, memudahkan koordinasi. Seseorang yang memiliki kewenangan tinggi dapat membuat keputusan yang menghasilkan dalam koordinasi lebih baik dan mengarahkan aktivitas kerja pada level rendah36.

c. Prinsip Organisasi

Fayol mengususlkan 13 prinsip yang menurutnya dapat digunakan secara universal dan dapat diterapkan dalam organisasi, yaitu sebagai berikut: 1) Pembagian kerja.

2) Wewenang pemberian hak37.

3) Disiplin.

4) Kesatuan komando.

5) Mendahukukan kepentingan umum. 6) Kesatuan arah. 7) Sentralisasi. 8) Rantai skalar. 9) Tata tertib. 10) Keadilan. 11) Stabilias. 35 Ibid. 36 Ibid. 37 Ibid, Hlm. 75

(20)

16

12) Inisiatif.

13) Esprit de corps38.

B. Kajian Terhadap Asas/Prinsip RUU Standarisasi Penilaian Kinerja Kelembagaan Mahasiswa

Berdasarkan pasal 3 dalam Rancangan Undang-Undang tentang Standarisasi Penilaian Kinerja Kelembagaan Mahasiswa, terdapat beberapa Asas/Prinsip yang menjadi dasar pengaturan dalam rancangan undang-undang ini, di antaranya adalah:

1. Asas/Prinsip Transparansi

Transparansi pada hakikatnya adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai. Sedangkan yang dimaksud dengan informasi adalah informasi mengenai setiap aspek kebijakan pemerintah yang dapat dijangkau oleh publik. Keterbukaan informasi diharapkan akan menghasilkan persaingan politik yang sehat, toleran, dan kebijakan dibuat berdasarkan pada preferensi publik.39

Prinsip ini memiliki 2 aspek, yaitu (1) komunikasi publik oleh pemerintah, dan (2) hak masyarakat terhadap akses informasi. Keduanya akan sangat sulit dilakukan jika pemerintah tidak menangani dengan baik kinerjanya. Manajemen kinerja yang baik adalah titik awal dari transparansi. Komunikasi publik menuntut usaha afirmatif dari pemerintah untuk membuka dan mendiseminasi informasi maupun aktivitasnya yang relevan. Transparansi harus seimbang, juga, dengan kebutuhan akan kerahasiaan lembaga maupun informasi-informasi yang mempengaruhi hak privasi individu. Karena pemerintahan menghasilkan data dalam jumlah besar, maka dibutuhkan petugas informasi professional, bukan untuk membuat dalih atas keputusan pemerintah, tetapi untuk menyebarluaskan

38 Ibid, Hlm. 76

39https://perencanaankota.blogspot.com/2011/11/prinsip-transparansi-dalam-good.html, di

(21)

17

keputusan keputusan yang penting kepada masyarakat serta menjelaskan alasan dari setiap kebijakan tersebut.

Dewasa ini peran media juga sangat penting bagi transparansi pemerintah, baik sebagai sebuah kesempatan untuk berkomunikasi pada publik maupun menjelaskan berbagai informasi yang relevan, juga sebagai “watchdog” atas berbagai aksi pemerintah dan perilaku menyimpang dari para aparat birokrasi. Jelas, media tidak akan dapat melakukan tugas ini tanpa adanya kebebasan pers, bebas dari intervensi pemerintah maupun pengaruh kepentingan bisnis. Keterbukaan membawa konsekuensi adanya kontrol yang berlebih-lebihan dari masyarakat dan bahkan oleh media massa. Karena itu, kewajiban akan keterbukaan harus diimbangi dengan nilai pembatasan, yang mencakup kriteria yang jelas dari para aparat publik tentang jenis informasi apa saja yang mereka berikan dan pada siapa informasi tersebut diberikan.

Secara ringkas dapat disebutkan bahwa, prinsip transparasi paling tidak dapat diukur melalui sejumlah indikator seperti :

a. mekanisme yang menjamin sistem keterbukaan dan standarisasi dari semua proses-proses pelayanan public

b. mekanisme yang memfasilitasi pertanyaan-pertanyaan publik tentang berbagai kebijakan dan pelayanan publik, maupun proses-proses didalam sektor publik.

c. mekanisme yang memfasilitasi pelaporan maupun penyebaran informasi maupun penyimpangan tindakan aparat publik didalam kegiatan melayani. Keterbukaan pemerintah atas berbagai aspek pelayanan publik, pada akhirnya akan membuat pemerintah menjadi bertanggung gugat kepada semua stakeholders yang berkepentingan dengan proses maupun kegiatan dalam sector publik.

Demikian pula prinsip Transparansi di Kelembagaan Mahasiswa Universitas Riau, menghendaki agar proses penyelenggaraan kinerja kelembagaan mahasiswa dilaksanakan secara terbuka dan transparan, artinya berbagai kebijakan dalam penyelenggaraan kinerja kelembagaan mahasiswa haruslah jelas tidak sembunyi-sembunyi dan rahasia melainkan perencanaan pelaksanaan dan pertanggungjawaban harus diketahui oleh mahasiswa, dan mahasiswa berhak atas

(22)

18

informasi yang factual mengenai penyelenggaraan kinerja kelembagaan mahasiswa.

2. Asas/Prinsip Mengikat

Dalam mempelajari dan memperdalam Ilmu Hukum tentu sudah menjadi penegtahuan bersama ( common knowledge), bahwa sumber hukum menjadi salah satu sub pokok pembahasan yang teramat sangat penting. Dengan mengtahuinya, setidaknya diharapkan adanya suatu pemahaman yang komprehensif, baik dalam mempelajari hukum positif, maupun juga tahap pembentukan pelaksanaan hukum itu sendiri. Bertalian dengan itu, G.W Paton berpendapat sebagai berikut:

“the term sources of law has many meaning and is frequent cause of error unless we scrutinize carefully the particular meaning griven to it in any particular set”.40

Mengacu pada pendapat tersebut, benar adanya, istilah sumber hukum memiliki banyak arti dan seringkali pada akhirnya membingungkan. Terkecuali jika kita sendiri mau meneliti secara seksama arti khusus yang diberikan terhadap istilah-istilah tersebut yang terdapat dalam suatu teks tertentu. Selain dari pada itu, maknawi dari sumber hukum itu sendiri memanglah sangat banyak dan terlebih lagi itu semua tergantung dari perspektif masing-masing orang.

Bernard Arief Shidarta melihat keberadaan sumber hukum dipandang dari segi “mengikatnya hukum” itu sendiri, lengkapnya sebagai berikut:

“Sumber hukum memiliki dua arti yang pertama menjawab pertanyaan “ mengapa hukum itu mengikat?” pertanyaan itu bisa juga dirumusakan “apa sumber (kekuatan) hukum hingga mengikat atau dipatuhi manusia ?”. Pengertian sumber dalam arti ini dinamakan sumber hukum dalam arti materil. Hukum itu mengikat atau ditaati, karena didalam hukum itu memiliki factor-faktor obyektif yang menentukan isi hukum itu sendiri. Factor itu dikenal dengan factor idiil dan factor rill.41

40 Sanggup Leonard Agustian, “ Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik Sebagai Batu Uji

Bagi Hakim Dalam Memutus Sengketa Peradilan Administrasi Negara”, Jurnal Hukum Magnum Opus, Volume 2, No.2 Agustus 2019, hlm, 151.

(23)

19

Faktor idiil adalah beberapa patokan yang tetap tentang keadilan yang harus ditaati oleh pembentuk hukum ( undang-undang ) ataupun lembaga pembentuk hukum lainnya dalam melaksanakan tugasnya. Factor idiil ini mengandung arti sangat penting mengingat hal inilah yang merupakan tujuan langsung dari peraturan-peraturan hukum. Tujuan langsung tersebut tunduk pada tujuan akhir dari hukum yang berupa kesejahteraan umum. Namun, tujuan itu dapat berubah-ubah dipengaruhi oleh keadaan dan kebutuhan-kebutuhan konkrit, seperti factor kemasyarakatan, sehingga karenanya berbeda-beda menurut waktu dan tempat.42

Sedangkan factor riil sebagai sumber hukum adalah factor-faktor yang benar benar hidup dalam masyarakat dan merupakan petunjuk hidup bagi masyarakat yang bersangkutan. Seperti, struktur ekonomi dan kebutuhan masyarakat, adat istiadat, kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang dan menjadi pola tingkah laku yang tetap, keyakinan tentang agama dan kesusilaan, dan berbagai gejala dalam kehidupan bermasyarakat.43

Berkaitan dengan asas/prinsip mengikat yang telah dijelaskan diatas dalam makna hukum/undangan, maka dalam hal produk perundang-undangan yang dibentuk oleh Kelembagaan Pembentuk Undang-Undang juga mengikat terhadap semua Kelembagaan Mahasiswa yang ada di Universitas Riau.

3. Asas/Prinsip Menyeluruh

Prinsip keseluruhan dikenal dengan istilah prinsip komprehensif. Prinsip komprehensif dikatakan terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut dilaksanakan secara bulat, utuh dan menyeluruh. Evaluasi Kelembagaan Mahasiswa di Universitas Riau dilakukan secara bulat, utuh dan menyeluruh, dengan meminta dan menilai laporan pertanggungjawaban Kelembagaan mahasiswa dalam sidang pertanggungjawaban masing-masing. Meminta dan menilai Laporan Pertanggungjawaban Badan Eksekutif Mahasiswa dalam sidang

42 Ibid. hlm. 153. 43 Ibid.

(24)

20

Pleno Dewan Perwakilan Mahasiswa dan dalam tahunan Musyawarah Mahasiswa. Meminta dan menilai Laporan Pertanggungjawaban Dewan Perwakilan Mahasiswa dalam sidang tahunan Musyawarah Mahasiswa dan meminta dan menilai laporan pertanggungjawaban Unit Kegiatan Mahasiswa dalam Musyawarah Besarnya masing-masing.

4. Asas/Prinsip Jujur

Administrasi adalah salah satu kanal dasar dan utama dalam urusan kehidupan public. Perilaku Korupsi, Kolusi dan Nepotisme menguat karena lemahnya administrasi Negara. Jepang memang terkenal sebagai bangsa yang jujur, mereka sangat menghargai administrasi. Mereka tahu, di sanalah kunci penyelenggaraan Negara yang baik. Alangkah lebih baik jika bangsa Indonesia belajar dari Negeri Matahari Terbit itu.

Prinsip mahasiwa adalah menjunjung tinggi nilai-nilai Idealisme dan Integritas. Integritas merupakan gambaran diri dalam suatu organisasi yang terlihat dari perilaku dan tindakan sehari-hari. Integritas menunjukkan konsistensi antara ucapan dan keyakinan yang tercermin dalam perbuatan sehari-hari. Kelembagaan dalam menjalankan Administrasi dituntut untuk berperilaku jujur atau berintergitas, baik tu dalam bidang Kesekretariatan, Keuangan maupun Program Kerjanya.

5. Asas/Prinsip Bertanggungjawab ( Akuntabilitas)

Istilah akuntabilitas berasal dari istilah dalam bahasa Inggris accountability yang berarti pertanggunganjawab atau keadaan untuk dipertanggungjawabkan atau keadaan untuk diminta pertanggunganjawaban. Akuntabilitas adalah kewajiban moral atau hokum yang melekat pada individu, kelompok, atau organisasi untuk menjelaskan bagaimana dana, peralatan atau kewenangan yang diberikan pihak ketiga telah digunakan. Suatu Organisasi harus dapat menjelaskan bagaimana dia menggunakan sumber dayanya dan apa yang telah dia capai sebagai pertanggungjawaban kepada pemangku kepentingan dan penerima manfaat. Semua pemangku kepentingan berhak untuk mengetahui bagaimana dana dan kewenangan yang digunakan.

(25)

21

Setiap kelembagaan Mahasiswa di Universitas Riau akan diminta pertanggungjawaban nya di depan seluruh Mahasiswa, mempertanggungjawbkan seluruh Anggaran Kemahasiswaan yang diberikan dan kegiatan yang dilakukan oleh mereka kepada Mahasiswa.

C. Kajian terhadap Praktik Penyelenggaraan, Kondisi yang Ada, Permasalahan yang Dihadapi Mahasiswa, dan Perbandingan dengan Kelembagaan Universitas Lain.

Penyelenggaraan Administrasi Kelembagaan berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Mahasiswa Universitas Riau Nomor 6 Tahun 2018 tentang Administrasi Kelembagaan secara umum berjalan sesuai norma yang ada. Namun demikian terdapat berbagai permasalahan dalam praktiknya. Pelaksanaannya tidak hanya muncul dalam tatanan Normatif namun juga dalam pelaksanaannya. Praktik yang beragam yang dilakukan dalam menyelenggarakan Administrasi oleh masing-masing kelembagaan di Universitas Riau seperti prosedur dalam pembuatan surat-menyurat, prosedur dalam pembuatan Proposal kegiatan dan prosedur dalam pembuatan Laporan pertanggungjawaban kegiatan, serta ada juga prosedur dalam menerima dan menolak laporan pertanggungjawban kelembagaan.

Implementasi Undang-Undang Mahasiswa Universitas Riau Nomor 6 tahun 2918 tentang Admimistrasi Kelembagaan, telah berlangsung cukup lama, namun yang paling penting adalah bagaimana mencapai tujuan dari Undang-Undang tersebut yakni menyelaraskan mekanisme Standarisasi Penilaian Kinerja Kelembagaan Mahasiswa Universitas Riau.

Kondisi yang terjadi saat ini adalah, prosedur dalam penerimaan dan penolakan laporan pertanggungjawaban Kelembagaan secara Normatif saat ini belum maksimal diterapkan, baik di kelembagaan tingkat Universitas maupun di kelembagaan tingkat fakultas/jurusan. Hal ini di karena kan dalam Undang-Undang Administrasi saat ini, pengaturan tentang ketentuan tersebut masih bersifat general atau umum, sehingga sulit untuk diterapkan oleh masing-masing kelembagaan, tidak ada standarisasi terhadap penilaian kinerja kelembagaan mahasiswa.

(26)

22

Di Kelembagaan Mahasiswa Universitas Riau, diterapkan beberapa jenis persidangan dalam mengevalusasi kinerja dari kelembagaan mahasiswa dianataranya adalah :

1. Sidang Pleno

Sidang Pleno adalah sidang evaluasi Progress Report atau laporan perkembangan Badan Eksekutif Mahasiswa yang dipertanggungjawabkan kepada Dewan Perwakilan Mahasiswa. Sidang Pleno ini dilakukan minimal 2 kali dalam satu periode kepengurusan Badan Eksekutif Mahasiswa;

2. Musayawarah Mahasiswa adalah sidang akhir atau tahunan bagi Badan Eksekutif Mahasiswa maupun bagi Dewan Perwakilan Mahasiswa yang dipertanggungjawabkan kepada Mahasiswa;

3. Musyawarah Besar adalah sidang tahunan bagi Unit Kegiatan Mahasiswa yang dipertanggungjawabkan kepada anggota ataupun kadernya;

4. Sidang Suksesi atau Sidang Paripurna adalah sidang tahunan bagi kelembagaan di tingkat Hima/Jurusan.

Dari berbagai jenis persidangan diatas sering terjadi permasalahan dalam hal menerima atau menolak Laporan Pertanggungjawaban dari kelembagaan terakit, hal ini terjadi apabila suatu LPJ dari kelembagaan ditolak, banyak yang tidak menerima akan hasilnya karena menganggap indicator dan landasan penolakannya tidak jelas, tidak ada bukti otentik secara Normatif bahwa LPJ itu diterima atau ditolak. Karena selama ini penerimaan atau penolakan itu diperoleh dari hasil keputusan Peserta penuh dengan berbagai pertimbangan dari masing-masing saran dan pendapat peserta penuh itu juga.

Secara Yuridis proses penerimaan dan penolakan yang dilakukan selama ini adalah sah-sah saja, karena mengingat dalam Undang-Undang Dasar Kelembagaan Mahasiswa disebutkan bahwa proses pengambilan keputusan itu adalah diperoleh dari hasil Musyawarah Mufakat bukan dari hasil benar atau salah, baik atau buruknya berdasarkan barang bukti seperti halnya dalam persidangan Pengadilan di Negara kita. Akan tetapi demi kemajuan Administrasi Kelembagaan Mahasiswa Universitas Riau yang mana hukum itu tumbuh dan mengikuti perkembangan

(27)

23

zaman, maka diperlukan aturan baku mengenai penilaian Progress Report dan Laporan Pertanggungjawaban Kelembagaan Mahasiswa Universitas Riau.

Perbandingan peraturan dengan Universitas lain. Seluruh Universitas yang ada di Indonesia memiliki peraturan tentang Administrasi Kelembagaan yang akan dijadikan landasan untuk menilai dan mengevaluasi Kinerja Kelembagaan mahasiswa, namun sesuai dengan kondisi internal masing-masing Universitas membuat kegiatan administrasi tersebut menjadi berbeda-beda antara Universitas satu dengan yang lainnya.

Institut Pertanian Bogor atau yang biasa dikenal dengan IPB memiliki Undang-Undang tentang Administasi Kelembagaan yang lebih rinci dan komprehensif. Sistem Kelembagaan Mahasiswa di IPB bersifat Federal dengan system Pemerintahan Presidensial. Berbeda dengan Universitas Riau yang system Kelembagaan Mahasiswanya berbentuk Kesatuan dengan system pemerintahan Presidensial. Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa atau yang biasa disebut MPM KM IPB adalah lembaga mahasiswa tertinggi yang memiliki kewenangan untuk mengeluarkan ketetapan-ketetapan terhadap kelembagaan yang ada di bawahnya, seperti BEM, DPM dan UKM. Karena semua kelembagaan itu mempertanggungjawabkan LPJ tengah tahun atau Progress Report dan LPJ akhir tahun kepada MPM, maka MPM mengeluarkan ketetapan tentang Standarisasi Penilaian Kinerja untuk masing-masing kelembagaan. Salah satunya adalah Ketetapan MPM KM IPB Nomor 00 /TAP SI/MPM KM IPB/XI/2017 tentang Standarisasi Penilaian Kinerja BEM KM IPB. Secara umum ketetapan ini bermuatan tentang Indikator Standarisasi Penilaian Kinerja Kelembagaan Mahasiswa diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu Audit Keuangan, Hasil Pelaporan Pengawasan BEM KM melalui Pelaporan Mahasiswa, dan terakhir Hasil Pelaporan Pengawasan BEM KM melalui Pelaporan DPM KM.

Dari materi muatan inilah kemudian kami tim kajian Naskah Akademik sepakat untuk mengadopsi ketentuan dalam ketetapan tersebut kami masukkan dalam materi muatan dalam Rancangan Undang-Undangan tentang Standarisasi Penilaian Kinerja Kelembagaan Mahasiswa Universitas Riau. Tentunya tidak semua

(28)

24

materi muatan kami adopsi ke dalam RUU ini, sebab menyesuaikan juga dengan aspek sosial dan budaya yang ada di Kelembagaan Mahasiswa Universitas Riau.

Dalam Rancangan Undang-undang ini kami bedakan Pengklasifikasian Indikator Penilaian menjadi tiga bagian diagram penilaian yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Diagram Penilaian Dewan Perwakilan Mahasiswa

Ada tiga indicator dalam penilaian Laporan Pertanggungjawaban tahunan DPM, diantaranya adalah Audit Keuangan dengan kontribusi persentase 30%, Penilaian Administrasi dengan kontribusi persentase 30%, dan Penilaian Realisasi Program Kerja dengan kontribusi persentase 40%.

2. Diagram Penilaian Badan Eksekutif Mahasiswa

BEM di evaluasi dalam beberapa kali persidangan, Progress Report atau laporan perkembangan di evaluasi dalam sidang Pleno 1 dan 2 DPM, dan Laporan Pertanggungjawaban tahunan di evaluasi dalam sidang Musyawarah Mahasiswa. Oleh karena itu memiliki dua diagram penilaian diantaranya:

a. Progress Report

Ada empat indicator dalam penilaian Progress Report BEM, diantaranya adalah Audit Keuangan dengan kontribusi persentase 20%, penilaian Administrasi dengan kontribusi persentase 20%, Penilaian Realisasi Program Kerja dengan kontribusi persentase 20% dan Penilaian Pengawasan DPM dengan kontribusi persentase 40%.

b. Laporan Pertanggungjawaban

Ada tiga indicator dalam penilaian Laporan Pertanggungjawaban tahunan BEM, diantaranya adalah Audit Keuangan dengan kontribusi persentase 30%, Penilaian Administrasi dengan kontribusi persentase 30%, dan Penilaian Realisasi Program Kerja dengan kontribusi persentase 40%. 3. Diagram Penilaian Unit Kegiatan Mahasiswa

Ada tiga indicator dalam penilaian Laporan Pertanggungjawaban tahunan UKM, diantaranya adalah Audit Keuangan dengan kontribusi persentase 30%, Penilaian Administrasi dengan kontribusi persentase 30%, dan Penilaian Realisasi Program Kerja dengan kontribusi persentase 40%. Meskipun di

(29)

25

Universitas Riau, UKM ini memiliki sidang tersendiri yang dipertanggungjawabankan kepada anggotanya, akan tetapi tetap memerlukan alur administrasi dalam penilaian laporan pertanggungjawabannya.

Dari beberapa diagram penilaian untuk kelembagaan diatas, akan dijelaskan lebih lanjut dalam Draft Rancangan Undang-Undang tentang Standarisasi Penilaian Kinerja Kelembagaan Mahasiswa yang terlampir dalam Naskah Akademik ini sebagai satu kesatuan.

D. Kajian terhadap Implikasi Penerapan Sistem Baru yang akan Diatur dalam Undang-Udang terhadap Aspek Kehidupan Kelembagaan Mahasiswa

Penilaian terhadap kinerja Kelembagaan Mahasiswa di Universitas Riau yang sebelumnya memiliki paradigma bahwa keputusan Peserta Penuh adalah mutlak dalam menentukan penilaian terhadap sebuah Progress Report atau Laporan Pertanggungjawaban dalam setiap Persidangan. Berdasarkan kondisi yang ada, Kelembagaan Mahasiswa di Universitas Riau perlu mengevaluasi paradigma dalam Penilaian terhadap Kinerja Kelembagaan Mahasiswa yang digunakan saaat ini. Paradigma lama penilaian tersebut terbentuk pada kondisi dimana Peserta Penuh menyimpulkan berdasarkan hasil musyawarah mufakat yang kemudian hasilnya disampaikan dalam pandangan umum. Hal ini yang sering terjadi suatu permasalahan dimana pihak yang terkait tidak menerima hasil keputusan dari Peserta Penuh dalam persidangan disebabkan karena kurangnya bukti secara otentik atau tertulis yang menunjukkan bahwa Progress Report atau Laporan Pertanggungjawaban tahunan itu diterima secara keseluruhan, diterima dengan bersyarat ataupun ditolak secara keseluruhan.

Dan dengan memperhatikan realitas Penilaian Kinerja Kelembagaan Mahasiswa seperti dijelaskan diatas, maka sudah selayaknya kita memperhatikan adanya perubahan paradigma baru saat ini, adanya suatu standar atau aturan baku yang menyelaraskan mekanisme dalam Penilaian Kinerja Kelembagaan Mahasiswa. Namun dalam implementasi paradigma baru tersebut, dan dengan memperhatikan realita Kelembagaan Mahasiswa saat ini, dimana Kelembagaan akan mengalami kesulitan dalam menerapkan aturan baru ini, karena memang

(30)

26

membutuhkan penghitungan yang sangat detail dari masing-masing Indikator dalam Diagaram Penilaian tersebut. Untuk itu sangat diperlukan sosialisasi yang komprehensif dan berkelanjutan dalam melaksanakan Undang-undang ini nantinya.

(31)

27

BAB III

EVALUASI DAN ANALISIS

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT

A. Undang- Undang Dasar Kelembagaan Mahasiswa Universitas Riau Tahun 2015 (UUD KM UNRI Tahun 2015)

Berdasarkan pasal 3 UUD KM UNRI Tahun 2015 Kelembagaan Mahasiswa Universitas Riau terdiri dari: Dewan Perwakilan Mahasiswa, Badan Eksekutif

Mahasiswa, Unit Kegiatan Mahasiswa, Kelembagaan Mahasiswa di tingkat Fakuktas dan Kelembagaan Mahasiswa di tingkat Jurusan atau di tingkat Program Studi.

Dengan berbagai bentuk dan model kelembagaan, tentu dalam mengevaluasi Kinerja Kelembagaan tersebut dilakukan sesuai dengan amanat dari konstritusi. Yang mana Badan Eksekutif Mahasiswa dan Dewan Perwakilan Mahasiswa dievaluasi Laporan Pertanggungjawabannya dalam Sidang Tahunan yang dinamakan Musyawarah Mahasiswa sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 7 ayat (1) dan ayat (4), dan juga pada saat atau kondisi tertentu perlu dilaksanakannya Musyawarah Istimewa BEM sebagaimana dijelaskan dalam pasal 10 ayat (1). Kemudian Badan Eksekutif Mahasiswa memberikan Laporan Perkembangan atau Progrest Report kepada Dewan Perwakilan Mahasiswa yang kemudian akan dinilai dan di evaluasi untuk Kinerja BEM setelah beberapa bulan kepengurusan sebagaimana tugas dan fungsi dari DPM yang dijelaskan dalam pasal 13 ayat (7) “mengadakan sidang pleno

2 kali dalam 1 periode kepengurusan”.

Selanjutnya telah dijelaskan sebelumnya ada Kelembagaan Mahasiswa di Tingkat Fakultas, Jurusan dan/atau Program Studi atau yang dipersamakan, juga memiliki mekanisme Penilaian Kinerja Kelembagaan Fakultas yang sama seperti Kelembagaan di tingkat Universitas yang kemudian diatur dalam peraturan tersendiri sebagaimana dijelaskan dalam pasal 29, pasal 31, dan pasal 33 UUD KM UNRI Tahun 2015.

Kemudian Universitas Riau memiliki Badan-Badan Khusus yang bersifat Otonom baik ditingkat Universitas maupun ditingkat Fakultas atau yang

(32)

28

dipersamakan. Badan-Badan Khusus yang berada di tingkat Universitas dinamakan Unit Kegiatan Mahasiswa, yang berfungsi sebagai wadah pengembangan diri, minat dan bakat bagi mahasiswa Universitas Riau. Badan Khusus ini mempunyai hak otonom dalam menentukan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga sepanjang tidak menyimpang dari Undang-Undang Dasar Kelembagaan Mahasiswa Universitas Riau sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 35 ayat (3) UUD KM UNRI tahun 2015. Sehingga pertanggungjawaban Kinerja Kelembagaan tersebut juga khusus kepada anggotanya dalam Sidang atau Musyawarahnya masing-masing.

B. Undang-Undang Mahasiswa Universitas Riau Nomor 6 Tahun 2018 tentang Administrasi Kelembagaan Mahasiswa Universitas Riau

Disamping telah dijelaskan dalam Undang-Undang Dasar Kelembagaan Mahasiswa Universitas Riau tahun 2015 terkait Jenis Kelembagaan Mahasiswa beserta proses ataupun mekanisme Evaluasi Kinerja Kelembagaan secara Umum, terdapat juga peraturan perundang-undangan yang mengatur Administrasi Kelembagaan secara teknis sebagai turunannya yaitu Undang-Undang Mahasiswa Universitas Riau Nomor 6 tahun 2018 tentang Administrasi Kelembagaan Mahasiswa Universitas Riau.

Undang-Undang Nomor 6 tahun 2018 ini diundangkan di Pekanbaru pada tanggal 11 Mei 2018 pada masa Kepemimpinan Rinaldi Pare-Pare selaku Presiden Mahasiswa, Alvian Syahrizal selaku Menteri Hukum, Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa serta Cahyono selaku Ketua Umum Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas Riau. Undang-Undang ini dibentuk bertujuan untuk kemajuan dalam tata kelola administrasi dan kesekretariatan kelembagaan mahasiswa Universitas Riau.

Materi muatan dalam Undang-Undang ini mengatur ketentuan yang berkaitan dengan Jenis-Jenis Surat yang digunakan oleh Kelembagaan Mahasiswa, Sertifikat, Ketentuan Standar Operasional Prosedur untuk Kelembagaan Mahasiswa, Alur Pembuatan Proposal Kegiatan, Alur Pembuatan Laporan Pertanggungjawaban Satu Periode, Alur Pembuatan Laporan Pertanggungjawaban Kegiatan, Kriteria Penerimaan dan Penolakan Laporan Pertanggungjawaban, dan Alur pembuatan

(33)

29

Laporan Keuangan yang kemudian susunan dan format penulisan masing-masing kategori terlampir dalam Undang-undang tersebut sebagai satu kesatuan.

Kemudian mengenai ketentuan dalam Kriteria Penerimaan dan Penolakan Laporan Pertanggungjawaban ini masih mengatur ketentuan yang sifatnya general, hanya melampirkan indicator yang harus ada dalam LPJ tanpa adanya besaran porsentase dari masing-masing indicator, sehingga tidak adanya standar dalam pencapaian setiap Kinerja Kelembagaan Mahasiswa Universitas Riau tersebut.

Hal inilah yang memperkuat landasan dari Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas Riau sebagai Lembaga Legislatif yang diberikan kewenangan oleh UUD KM UNRI tahun 2015 untuk membentuk suatu Undang-Undang yang bersifat khsusus yang memuat ketentuan dalam Penerimaan dan Penolakan Laporan Pertanggungjawaban Kelembagaan Mahasiswa yang dinamakan dengan Rancangan Undang-Undang Mahasiswa Universitas Riau tentang Standarisasi Penilaian Kinerja Kelembagaan Mahasiswa yang kemudian diamanahkan kepada Tim Penulis untuk menyusun Naskah Akademik dan Draft RUU SPK KM ini.

(34)

30

BAB IV

LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

A. Landasan Filosofis

Dalam Pembukaan UUD KM UNRI Tahun 2015 disebutkan mahasiswa memiliki peran dalam perjuangan dan pembangunan Negara yang mencita-citakan kebenaran, keadilan, dan kesejahteraan yang di ridhoi oleh Allah SWT. Sadar akan fungsi dan kewajibannya sebagai generasi muda penerus bangsa, mahasiswa Universitas Riau bertekad untuk belajar, berkarya dan berjuang yang dilandasi rasa pengabdian dan tanggungjawab kepada Allah SWT dan Almamater. Di dorong oleh keyakinan dan kemurnian hati bahwa tekad tersebut dapat terlaksana dengan pergerakan yang teratur, terencana, halal dan penuh kewajiban, yang menjadikan mahasiswa untuk berhimpun dalam Lembaga Mahasiswa.

Hal ini diperjelas dalam ketentuan Pasal 2 yang menyebutkan bahwa Kelembagaan Mahasiswa di Universitas Riau merupakan sub system organisasi Universitas Riau sebagai kelengkapan non-struktural civitas akademika guna menunjang pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi. Berdasarkan pasal 3 yang menyebutkan kelembagaan terdiri atas Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas Riau, Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Riau, Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Riau, Kelembagaan Mahasiswa di tingkat Fakultas, dan Kelembagaan Mahasiswa di tingkat Jurusan dan/atau di tingkat Program Studi. Tujuan Kelembagaan Mahasiswa adalah Meningkatkan ketakwaan terhadap Allah SWT, mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, Membina budi pekerti dan kepribadian luhur, Memperkuat semangat kebangsaan, Meningkatkan rasa peduli terhadap agama, lingkungan, ekonomi, sosial, politik, hukum dan budaya, serta memperjuangkan aspirasi mahasiswa.

Selanjutnya dalam pasal 6 disebutkan bahwa untuk mempertanggungjawabkan kinerja Badan Eksekutif Mahasiswa dan Dewan Perwakilan Mahasiswa selama satu periode kepengurusan maka diadakanlah Musyawarah Mahasiswa yang merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi yang dihadiri oleh utusan Kelembagaan Mahasiswa se lingkungan Universitas Riau.

(35)

31

Dan kemudian dalam mengevaluasi Progres Report atau laporan perkembangan Badan Eksekutif Mahasiswa setelah menjalani beberapa bulan kepengurusan, Dewan Perwakilan Mahasiswa mengadakan sidang Pleno 2 kali dalam 1 periode sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 13 UUD KM UNRI Tahun 2015. Begitupun dengan badan khusus yang berstatus otonom seperti Unit Kegiatan Mahasiswa di tingkat Universitas dan Lembaga Semi Otonom di tingkat Fakultas sebagaimana disebutkan dalam Pasal 34 UUD KM UNRI tahun 2015. Badan khusus ini memiliki hak otonom untuk menentukan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga sepanjang tidak menyimpang dari UUD KM UNRI Tahun 2015.

Dalam melaksanakan tugas tersebut harus melibatkan semua Kelembagaan Mahasiswa termasuk keanggotaan atau pengurusnya. Oleh sebab itu keanggotaan atau pengurus kelembagaan dalam menjalankan kegiatan harus memperhatikan Alur Administrasi Kelembagaan, karena hal ini menjadi bagian penting dalam menilai dan mengevaluasi kinerja daripada kelembagaan mahasiswa tersebut.

B. Landasan Sosiologis

Terdapat beberapa pertimbangan sosiologis yang perlu diuraikan terkait dengan Standarisasi Penilaian Kinerja Kelembagaan Mahasiswa yaitu:

Pertama, tingkat kepuasan suatu lembaga dalam menerima hasil keputusan penilaian Progress Report dan Laporan Pertanggungjawaban masih sangat rendah. Salah satu alasan yang mendasari kondisi ini adalah dari proses penilaiannya tersebut, karena suatu Progress Report ataupun Laporan Pertanggugjawaban suatu kelembagaan di evaluasi dan di nilai dengan waktu dan pembahasan yang terbatas didalam suatu persidangan.

Kedua, suatu Progress Report atau Laporan Pertanggungjawaban yang diterima secara keseluruhan, diterima bersyarat dengan perbaikan, dan ditolak secara keseluruhan selama ini menggunakan paradigma pandangan umum dalam musyawarah mufakat, tanpa adanya landasan yang kuat terkait apa standarisasi dalam setiap indicator yang di evaluasi dan di nilai tersebut.

Ketiga, ini menjadi beban juga bagi kelembagaan yang menilai dan mengevaluasi, karena harus memberikan suatu landasan yang jelas dan konkrit dari

(36)

32

masing-masing indicator yang harus dicapai, sehingga hasil penilan itu benar-benar bisa diterima oleh kelembagaan terkait.

Keempat, saat ini dalam Kriteria Penilaian dan Penolakan yang dimuat dalam Undnag-Undang Mahasiswa Universitas Riau Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Administrasi Kelembagaan masih format yang bersifat general atau umum, sehingga tidak ada standar capaian dari masing-masing indicator, sehingga tidak maksimal pelaksanaannya.

Kondisi sosial sebagaimana diuraikan tersebut berdampak besar bagi Administrasi Kelembagaan di Universitas Riau. Bahkan kriteria Penilaian Laporan Pertanggungjawaban tersebut belum berfungsi secara memadai sebagaimana yang diharapkan saat dibentuknya Undang-Undang Mahasiswa Universitas Riau Nomor 6 Tahun 2018 tentang Administrasi Kelembagaan. Uraian sosiologis tersebut setidaknya mendorong perlunya dibuat suatu peraturan baru yang bersifat khusus mengatur terkait Standarisasi Penilaian Kinerja Kelembagaan Mahasiswa, diluar ketentuan Administrasi Kelembagaan yang sangat Kompleksitas pengaturannya.

C. Landasan Yuridis

Berdasarkan evaluasi dan analisis peraturan perundang-undangan yang telah diuraikan pada BAB III, terdapat beberapa Peraturan Perundang-Undangan yang mengatur mengenai Administrasi Kelembagaan. Namun, dalam pengaturannya masih belum memadai, misalnya dalam kriteria Penilaian Laporan Pertanggungjawaban masih memuat ketentuan yang general atau umum, tidak ada Standar capaian dalam setiap komponen sehingga menyebabkan multitafsir dalam memaknai. Selain itu, tidak ada aturan baru yang menyelaraskan mekanisme Penilaian Kinerja Kelembagaan Mahasiswa tersebut, sehingga menyebabkan pemahaman dan pelaksanan Kriteria Penilaian Laporan Pertanggungjawaban tersebut berbeda-beda di masing-masing Kelembagaan.

Oleh karena itu dibutuhkan pengaturan secara khusus dalam Undang-Undang tersendiri secara komprehensif yang akan mengatur terkait Standarisasi Penilaian Kinerja Kelembagaan Mahasiswa Universitas Riau.

(37)

33

BAB V

JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI MUATAN UNDANG-UNDANG

A. Sasaran Pengaturan

Penyusunan naskah akademik ini akan dilakukan dalam rangka penyempurnaan Undang-Undang Aministrasi Kelembagaan di Universitas Riau, adapaun Tujuan yang hendak dicapai dalam pembuatan Rancangan Undang-Undang Standarisasi Penilaian Kinerja Kelembagaan Mahasiswa yaitu:

a. Standarisasi Penilaian Kinerja Kelembagaan Mahasiswa merupakan bagian penting dari sub sistem administrasi kelembagaan di lingkungan Universitas Riau.

b. Perlu dibentuknya aturan-aturan Kelembagaan Mahasiswa Universitas Riau yang menyelaraskan mekanisme Standarisasi Penilaian Kinerja Kelembagaan Mahasiswa Universitas Riau.

c. Demi kemajuan kelembagaan diperlukan aturan baku mengenai penilaian

Progress Report dan Laporan Pertanggungjawaban Kelembagaan Mahasiswa

Universitas Riau.

B. Jangkauan dan Arah Pengaturan

Jangkauan dan Arah pengaturan dalam Undang-Undang Standarisasi Penilaian Kinerja Kelembagaan Mahasiswa adalah menilai Laporan Pertanggungjawaban DPM Universitas Riau, Progress Report dan Laporan Pertanggungjawaban BEM Universitas Riau, Laporan Pertanggungjawaban Unit Kerja Mahasiswa Universitas Riau, serta Kelembagaan yang ada di tingkat Fakultas dan/atau Kelembagaan di tingkat Jurusan/Program Studi, dalam Sidang Pleno, Musyawarah Mahasiswa dan/atau yang dipersamakan. Pengaturan dalam Undang-Undang Standarisasi Penilaian Kinerja Kelembagaan Mahasiswa juga akan menentukan mekanisme dan kriteria penerimaan atau penolakan Progress Report dan/atau Laporan Pertanggungjawaban sebagai bahan evaluasi dalam melaksanakan kinerja Kelembagaan Mahasiswa Universitas Riau.

(38)

34

C. Ruang Lingkup Materi Muatan Undang-Undang

Secara umum bahwa ruang lingkup dari pada Undang-Undang ini adalah berkenaan dengan Penerimaan dan/atau Penolakan terhadap Progress Report dan Laporan Pertangguawaban Kelembagaan Mahasiswa. Penerimaan dan/atau penolakan tersebut didasarkan atas Standarisasi Penilaian Kinerja yang akan ditetapkan dalam Undang-Undnag ini.

Disamping itu, sesuai dengan ruang lingkup atau hal yang diatur dalam Undang-Undang ini, maka terminology yang dianggap perlu dirumuskan dalam Ketentuan Umum Undang-Undang ini adalah sebagai berikut:

a. Undang-Undang Dasar Kelembagaan Mahasiswa Universitas Riau yang selanjutnya disebut UUD KM UNRI Tahun 2015 adalah peraturan tertinggi sebagai konstitusi di dalam Kelembagaan Mahasiswa Universitas Riau. b. Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas Riau yang selanjutnya disebut

DPM UNRI adalah lembaga tinggi dalam Kelembagaan Mahasiswa Universitas Riau yang memiliki kekuasan legislatif.

c. Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Riau yang selanjutnya disebut BEM UNRI adalah lembaga tinggi dalam Kelembagan Mahasiswa Universitas Riau yang memiliki kekuasaan eksekutif.

d. Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Riau yang selanjutnya disebut UKM UNRI adalah Unit Kegiatan Mahasiswa di tingkat Universitas Riau yang memiliki otonomi dan memenuhi syarat serta diresmikan oleh keputusan Musyawarah.

e. Kelembagaan Mahasiswa Fakultas Universitas Riau yang selanjutnya disebut KMF UNRI adalah wadah formal dan legal bagi seluruh aktivitas kemahasiswaan di lingkungan fakultas Universitas Riau.

f. Standarisasi Penilaian Kinerja Kelembagaan Mahasiswa yang selanjutnya disebut SPK KM merupakan Standarisasi penilaian kinerja Kelembagaan Mahasiswa di lingkungan Universitas Riau.

g. Progress Report merupakan laporan perkembangan program kerja kelembagaan yang digunakan sebagai bahan evaluasi kinerja Kelembagaan Mahasiswa Universitas Riau.

(39)

35

h. Laporan Pertanggungjawaban yang selanjutnya disebut dengan LPJ merupakan bukti tertulis yang digunakan sebagai bahan evaluasi kinerja Kelembagaan Mahasiswa Universitas Riau selama 1 (satu) periode kepengurusan.

i. Standar penilaian adalah ukuran kriteria penilaian kinerja kelembagaan Mahasiswa Universitas Riau.

j. Press Release adalah laporan tertulis berupa narasi tentang hasil kegiatan

yang dipublikasikan kepada mahasiswa umum.

k. Rekapitulasi penilaian adalah jumlah keseluruhan dari semua indikator penilaian SPK KM Universitas Riau.

l. Rapat Koordinasi adalah rapat yang dihadiri oleh BEM UNRI dan/atau UKM UNRI dengan DPM UNRI dalam rangka membahas suatu kegiatan atau kebijakan.

Selain ketentuan umum sebagaimana diuraikan di atas, juga harus memuat asas, sifat dan tujuan, standarisasi penilaian kinerja Kelembagaan Mahasiswa, penilaian akhir, ketentuan peralihan, sanksi, ketentuan tambahan,ketentuan penutup beserta lampiran diagram penilaian Kelembagaan Mahasiswa.

(40)

36

BAB VI PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Teori dan praktik empiris mengenai Administrasi Kelembagaan Mahasiswa: a. Dewasa ini pentingnya menyadari akan manajemen Sumber Daya Manusia

dalam sebuah organisasi atau kelembagaan, Manajemen dan organisasi merupakan dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Keberadaan organisasi merupakan wadah bagi manajemen, tetapi manajemen pula yang menentukan gerak dan napas organisasi. Artinya organisasi tidak dapat digerakkan tanpa manajemen dan sebaliknya manajemen hanya dapat diimplementasikan dalam organisasi

b. Pembakuan aturan Standarisasi Penilaian Kinerja Kelembagaan Mahasiswa untuk meningkatkan Kinerja, Transaparansi, Profesional dan Akuntabilitas Kelembagaan Mahasiswa.

c. Sebagai upaya untuk melakukan penyempurnaan Administrasi dan memperkuat pengawasan terhadap Kelembagaan Mahasiswa.

2. Kondisi peraturan perundang-undangan saat ini yang berkaitan dengan substansi di dalam Undang-Undang Administrasi Kelembagaan Mahasiswa.

Dalam evaluasi peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan Undang-Undang tentang Administrasi Kelembagaan Mahasiswa ditemukan beberapa permasalahan baik dalam norma substansif maupun teknis perundang-undangan, sehingga perlu adanya suatu Undang-Undang khusus yang mengatur tentang Standarisasi Penilaian Kinerja Kelembagaan Mahasiswa

3. Landasan Filosofis, Sosiologis dan Yuridis RUU tentang Standarisasi Penilaian Kinerja Kelembagaan Mahasiswa.

a. Landasan Filosofis

Dalam Pembukaan UUD KM UNRI Tahun 2015 disebutkan mahasiswa memiliki peran dalam perjuangan dan pembangunan Negara yang

(41)

mencita-37

citakan kebenaran, keadilan, dan kesejahteraan yang di ridhoi oleh Allah SWT. Sadar akan fungsi dan kewajibannya sebagai generasi muda penerus bangsa, mahasiswa Universitas Riau bertekad untuk belajar, berkarya dan berjuang yang dilandasi rasa pengabdian dan tanggungjawab kepada Allah SWT dan Almamater. Di dorong oleh keyakinan dan kemurnian hati bahwa tekad tersebut dapat terlaksana dengan pergerakan yang teratur, terencana, halal dan penuh kewajiban, yang menjadikan mahasiswa untuk berhimpun dalam Lembaga Mahasiswa.

b. Landasan Sosiologis

Perlunya paradigma baru dalam menilai kinerja kelemabagaan mahasiswa agar terwujudnya reformasi adminitrasi kelembagaan yang lebih baik lagi. c. Landasan Yuridis

Adanya beberapa ketentuan dalam Undang-Undang tentang Administrasi Kelembagaan yang tidak memadai sehingga diperlukannya aturan baru untuk menyelaraskan mekanisme Standarisasi Penilaian Kinerja Kelembagaan Mahasiswa.

4. Materi Muatan dalam RUU tentang Standarisasi Penilaian Kinerja Kelembagaan Mahasiswa.

Pembakuan aturan baru terkait penerimaan dan penolakan Progress Report dan Laporan Pertanggungjawabkan Kelembagaan Mahasiswa yang ditetapkan dalam Standarisasi Penilaian Kinerja Kelembagaan Mahasiswa.

B. Sasaran

Atas beberapa kesimpulan di atas dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Perlu adanya penguatan dalam sistem penilaian Kinerja Kelembagaan Mahasiswa yang dijelaskan dalam sebuah peraturan perundnag-undangan yang bersifat khusus.

2. Dengan adanya RUU tentang Standarisasi Penilaian Kinerja Kelembagaan Mahasiswa ini dapat memeperjelas berbagai indicator dalam penialain Kinerja Kelembagaan Mahasiswa sehingga dapat membenahi dan mengembangkan profesionalitas Kelembagaan Mahasiswa.

(42)

38

DAFTAR PUSTAKA

https://perencanaankota.blogspot.com/2011/11/prinsip-transparansi-dalam-good.html, di akses pada tanggal, 23 maret 2020.

Rifa’i, Muhammad & Muhammad Fadhli, 2013, Manajemen Organisasi, Cita Pustaka Media Perintis, Medan.

Sanggup Leonard Agustian, 2019, “ Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik Sebagai Batu Uji Bagi Hakim Dalam Memutus Sengketa Peradilan Administrasi Negara”,

Jurnal Hukum Magnum Opus, Volume 2, No.2 Agustus.

Undang-Undang Dasar Kelembagaan Mahasiswa Universitas Riau tahun 2015.

Undang-Undang Mahasiswa Universitas Riau Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Administrasi Kelembagaan Mahasiswa Universitas Riau, Lembaran Kelembagaan Mahasiswa Universitas Riau Tahun 2018 Nomor 6.

Referensi

Dokumen terkait