• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Strategi Pembel Ajaran disertai Peta Pikiran Terhadap Hasil Belajar Fisika SMA Kelas X Semester I T.P. 20112012 Betty M.Turnip

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh Strategi Pembel Ajaran disertai Peta Pikiran Terhadap Hasil Belajar Fisika SMA Kelas X Semester I T.P. 20112012 Betty M.Turnip"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Strategi Pembel Ajaran disertai Peta Pikiran

Terhadap Hasil Belajar Fisika SMA Kelas X Semester I T.P.

2011/2012

Betty M.Turnip

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hasil belajar siswa menggunakan strategi pembelajaran kooperatif disertai peta pikiran pada materi pokok hukum Newton kelas X semester I SMA Negeri 21 Medan T.P. 2011/2012 dan untuk mengetahui aktivitas belajar siswa. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen, sebagai populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 21 Medan T.P 2011/2012. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar dalam bentuk pilihan berganda sebanyak 20 soal dengan 5 pilihan jawaban. Uji normalitas kelas eksperimen dengan Lhitung = 0,1056, Ltabel= 0,1401, dan kelas kontrol dengan Lhitung = 0,1056 , Ltabel 0,1401 , Lhitung< Ltabel, maka dikatakan sampel berdistribusi normal. Berdasarkan analisis data pada kelas eksperimen diperoleh rata-rata nilai pretes 37,25 dengan standart deviasi 10,19, untuk rata-rata nilai postes 76,125 dengan standart deviasi 10,35. Untuk kelas kontrol diperoleh rata-rata nilai pretes 36,75 dengan standart deviasi 10,04, untuk rata-rata nilai postes 69,875 dengan standart deviasi 9,77. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t nilai kedua sample diperoleh thitung = 2,778 pada taraf signifikan α = 0.05 dan dk = 78 dan harga ttabel = 1.994. dengan membandingkan antara thitung dan ttabel diperoleh thitung> ttabel atau 2,778 >1,994, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa akibat pengaruh menggunakan strategi pembelajaran kooperatif disertai peta pikiran dengan konvensional pada materi pokok hukum newton di kelas X semester I SMA Negeri 21 Medan T.P. 2011/2012

Kata Kunci: Strategi pembelajaran , kooperatif, hasil belajar

PENDAHULUAN

Kualitas mutu pendidikan di Indonesia menjadi issu hangat dibicarakan dan di arahkan kepada lembaga pendidikan yang berperan melaksanakan pendidikan di sekolah. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan, antara lain peningkatan kualitas tenaga – tenaga kependidikan melalui sertifikasi guru – guru, peningkatan jenjang pendidikan, mengadakan pelatihan, penataran, pengadaan buku ajar, penyempurnaan kurikulum serta kelengkapan fasilitas pembelajaran.

Namun kenyataannya kualitas mutu pendidikan masih rendah, dibandingkan dengan negara – negara ASEAN , mutu pendidikan di Indonesia masih rendah seperti dilaporkan Human Development

Index ( HDI ), Laporan HDI tahun 2003 menunjukkan Indonesia pada urutan ke – 112 ( 0,682 ) dari 175 negara. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan kita di antaranya terkait dengan (1) kualitas guru dan tenaga kependidikan (Kepala Sekolah, Pengawas dan Penilik), (2) kurikulum, (3) metode pembelajaran, (4) bahan ajar, (5) media pembelajaran dan (6) manajemen sekolah. Ke enam elemen ini saling berkaitan dalam upaya meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang berpuncak pada peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan kualitas mutu pembelajaran di sekolah dapat di awali dari rancangan skenario pembelajaran. Proses pembelajaran yang di rancang dengan baik akan meningkatkan kualitas hasil belajar.

(2)

proses pembelajaran dan (2) pengelolaan kelas. Pengelolaan proses pembelajaran menyangkut kegiatan secara langsung materi pokok, metode pembelajaran, media dan usaha untuk mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan pengelolaan kelas menyangkut kegiatan menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang memungkinkan terjadinya interaksi aktif dalam pembelajaran dan pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar.

Secara umum ada tiga aspek yang membedakan siswa yang satu dengan yang lainnya yaitu (1) aspek intelektual, (2) aspek psikologis dan (3) aspek biologi. Ketiga aspek tersebut melahirkan perbedaan dalam kemampuan, sikap dan tingkah laku, oleh sebab itu pendidik harus mampu memilih dan menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan perbedaan karakteristik siswa untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Fisika merupakan pendidikan yang mengembangkan cara berpikir kritis, sistematis, logis dan kreatif dalam membentuk manusia yang handal dan berkompeten secara global, dan pada dasarnya Fisika sebagai ilmu pengetahuan yang menarik, karena mempelajari gejala – gejala atau fenomena – fenomena alam serta berusaha untuk mengungkap segala rahasia dan hukum semesta yang terjadi dalam kehidupan sehari – hari dan yang menjadi objek Fisika meliputi pembelajaran karakter gejala dan peristiwa yang terjadi dalam benda – benda mati. Untuk itu siswa perlu dibekali dengan ilmu pengetahuan dan dilatih keterampilan yang ada pada materi pokok Fisika.

Namun kenyataannya ditemukan bahwa sebagain besar siswa belum berhasil menguasai pengetahuan, keterampilan khususnya pemahaman konsep – konsep Fisika maupun aplikasinya dalam kehidupan sehari – hari, hal ini tergambar rata – rata di setiap sekolah nilai Fisika masih rendah dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

ditetapkan sebesar 67. Berdasarkan pengalaman peneliti ketika membimbing mahasiswa dalam melaksanakan Program Pengalaman Lapangan Terpadu (PPLT) dan wawancara terhadap guru dan siswa dapat diperoleh beberapa faktor yang menjadi penyebab rendahnya nilai Fisika. Faktor penyebabnya antara lain (1) metode atau strategi pembelajaran kurang tepat dan kurang bervariasi, pendidik dominan metode ceramah menyuruh siswa mengerjakan soal –soal Fisika secara individual, sehingga siswa yang kurang mampu akan tetap ketinggalan, (2) tidak adanya media yang dapat mendukung siswa dalam memahami konsep – konsep Fisika , atau mendemonstrasikan salah satu media di depan kelas, ironisnya pendidik tersebut sudah memperoleh sertifikat sebagai guru profesional namun tidak menerapkan ilmu yang diperoleh ketika mengikuti PLPG, (3) siswa kurang aktif, kurang berminat cenderung siswa mengatakan Fisika adalah pelajaran yang sangat sulit, banyak rumus, membosankan dengan mengerjakan soal – soal, karena pembelajaran Fisika yang disajikan pendidik masih kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, oleh sebab itu harus dicari upaya untuk mengatasi masalah tersebut sehingga hasil belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan.

(3)

satu sama lain saling membantu teman sekelompoknya sesuai dengan tugas yang diberikan pendidik, (Sherman, 2001), seperti halnya belajar Fisika siswa akan lebih mengerti konsep – konsep Fisika jika belajar bersama dalam kelompok.

Pembelajaran kooperatif bertitik tolak dari pandangan John Dewey dan Herbert Thelan (dalam Trianto,2007 : 45) yang menyatakan pendidikan dalam masyarakat yang demokratis seyogianya mengajarkan proses demokrasi secara langsung, dan sekolah dipandang sebagai laboratorium untuk mengembangkan tingkah laku demokrasi. Proses demokrasi dan peran aktif merupakan ciri yang khas dari lingkungan pembelajaran kooperatif, dan guru tidak dibenarkan mengelola tingkah laku siswa dalam kelompok secara ketat dan siswa memiliki ruang dan peluang untuk secara bebas mengendalikan aktivitas

– aktivitas di dalam kelompoknya (Ibrahim, dkk, 2000: Menurut teori yang mendasari strategi pembelajaran kooperatif, ketergantungan sosial terdiri dari ketergantungan positif dan ketergantungan sosial negatif. Kedua jenis ketergantungan ini berdampak pada proses psikologis individu ketika individu tersebut melakukan kegiatan belajar.

Menurut Muslimin, 2000: 16 menyatakan berdasarkan hasil – hasil penelitian yang telah ditelaah oleh Slavin yang menunjukkan bahwa strategi pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pengalaman individual.

Menurut Buzan, 2004 tujuh langkah membuat peta pikiran, yaitu: (1) Mulai dari bagian tengah secarik kertas kosong yang diletakkan dalam posisi memanjang, (2) Gunakan sebuah gambar untuk gagasan sentral, (3) Gunakan warna pada seluruh peta pikiran, (4) Hubungkan cabang-cabang utama ke sentral, dan hubungkan cabang tingkat pertama , kedua, dan seterusnya, (5) Buat cabang peta pikiran berbentuk melengkung, bukan lurus, (6) Gunakan satu

kata kunci per baris, dan (7) Gunakan gambar diseluruh peta pikiran.

Menurut Johnson (2008) Strategi pembelajaran kooperatif, didasarkan pada teori ketergantungan sosial (social interdependence theory). Pada awalnya, teori ketergatungan sosial menyatakan bahwa tindakan seseorang terdorong oleh keinginan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Kemudian teori ini menklaim bahwa ketergantungan sosial terjadi bila pencapaian tujuan setiap individu tergantung pada tindakan individu lainnya. Dari kedua temuan ini terlihat bahwa keinginan mencapai tujuan merupakan faktor utama pendorong tindakan manusia. Dalam upaya mencapai tujuan yang diinginkan tersebut tindakan seseorang bisa jadi tergantung pada tindakan orang lain. Dalam kondisi seperti ini, seseorang harus bekerja sama atau berkompetisi dengan orang lain untuk mencapai tujuannya. Oleh karena itu, ketergantungan sosial dapat dibagi menjadi dua bagian. Yang pertama adalah ketergantungan sosial yang positif (positive social interdependence), yang kedua adalah ketergantungan sosial negatif (negative social interdependence).

(4)

Menurut teori yang mendasari strategi pembelajaran kooperatif, ketergantungan sosial terdiri dari ketergantungan positif dan ketergantungan sosial negatif. Kedua jenis ketergantungan ini berdampak pada proses psikologis individu ketika individu tersebut melakukan kegiatan belajar.

Belajar adalah berubah, dalam hal ini berarti usaha mengubah tingkah laku, perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri (Sardiman, 2007:21).Kemp, Morrison, and M.Ross (1994: 120) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang aktif membentuk kebermaknaan antara pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh siswa. Hasil belajar berdasarkan taksonomi bloom adalah kognitif, afektif, dan psikomotorik (Merril, 2009 : 64), maka hasil belajar adalah perubahan tingkah laku setelah mengalami proses pembelajaran berupa kemampuan – kemampuan dan nilai. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal diperlukan strategi pembelajaran. Menurut Miarso (2004:530), strategi pembelajaran adalah pendekatan menyeluruh pembelajaran dalam suatu sistem pembelajaran yang berupa suatu pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran, yang dijabarkan dari pandangan falsafah dan teori belajar tertent

Penelitian terhadap pengaruh pencapaian pembelajaran kooperatif secara substansial telah mengalami kemajuan (Slavin, 1990). Penelitian terhadap pembelajaran kooperatif sangat luar biasa, tetapi masih banyak yang harus dipelajari mengenai bagaimana, mengapa dan dalam kondisi seperti apa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan pencapaian siswa, tetapi yang jelas dalam keadaan yang ditetapkan dengan baik pembelajaran kooperatif dapat

memberikan pengaruh yang penting terhadap pembelajaran. Untuk mendukung pernyataan di atas penelitian yang telah dilakukan adalah Handayani (2006) terdapat perbedaan secara signifikan hasil belajar siswa SMP sebelum diberi perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif, Ansari (2007) ada perbedaan hasil belajar siswa SMA antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan peta pikiran, Betty (2006) hasil belajar mahasiswa Fisika meningkat dengan menerapkan pembelajaran kooperatif dibuktikan dari hasil DPNA.

Berdasarkan beberapa pernyataan di atas dan fakta hasil penelitian, maka melalui penelitian ini akan dikaji : Apakah strategi pembelajaran disertai peta pikiran berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 21 Medan tahun pembelajaran 2011/2012 semester ganjil yang dimulai dari bulan September sampai November. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 21 Medan Tahun Pembelajaran 2011/2012. Sampel diambil secara random sebanyak 2 kelas, dimana satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol.

(5)

desain yang menggunakan Two group pre test post test design.

Untuk memperoleh hasil belajar siswa, siswa diberi instrument berupa tes tertulis. Test tersebut berbentuk pilihan berganda yang terdiri dari 20 soal dengan 5 option. Salah satu option merupakan kunci jawaban, sedangkan 4 option lainnya adalah pengecoh. Dimana jawaban benar diberi skor 1 (satu) dan jawaban salah diberi skor 0 (nol). Soal-soal tes tersebut disusun sesuai dengan kurikulum dan tujuan pembelajaran Hukum Newton yang telah ditentukan. Tes hasil belajar digunakan untuk mengukur penguasaan kognitif siswa pada materi pokok Bunyi. Tes disusun berdasarkan taksonomi Bloom dalam ranah kognitif, yaitu ingatan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis (C5) dan evaluasi (C6) ( Arikunto, 2009).

Observasi yang dilakukan bersifat langsung dan dilakukan dengan bantuan 2 orang pengamat yang dilengkapi dengan pedoman observasi aktivitas belajar siswa. Pada observasi ini diharapkan kelas yang diberikan perlakuan lebih aktif mengerjakan LKS daripada menulis dan melakukan hal yang tidak relevan dengan kegiatan proses pembelajaran. Untuk memudahkan pengamatan, siswa diberikan nomor didalam kelompok sehingga pengamat memberikan penilaian dengan menandai pada nomor siswa yang beraktivitas. Pengamat memberikan skor untuk setiap aktivitas yang muncul untuk setiap kategori.

TEKNIK ANALISIS DATA

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis data , dalam hal ini dilakukan uji normalitas dan yang dipakai adalah uji Lilliefors. Kriteria pengujian : pada taraf

signifikan α = 0,05, jika dengan kriteria pengujian: jika Lo<Ltab. maka sampel berdistribusi normal dan jika Lo>Ltab. maka sampel tidak terdistribusi normal.

Untuk mengetahui apakah kedua data homogen atau tidak maka digunakan uji homogenitas (Sudjana, 2005: 249). Untuk menguji homogenitas varians sampel dengan menggunakan uji F dengan rumus:

F =

Kriteria pengujian :

Jika Fhit  Ftab maka maka Ho ditolak

yang berarti kedua kelompok mempunyai varians berbeda . Dimana Ftabel = 

masing-masing dengan dk pembilang dan penyebutdalam rumus di atas. Jadi, Ftabel =

Bila suatu data telah berdistribusi normal dan homogen, maka dalam menguji hipotesis digunakan uji beda atau uji-t dengan rumus sebagai berikut:

t =

Kriteria pengujian adalah terima Ho jika t1-1/2α<t< t1-1/2α dimana t1-1/2α didapat dari

daftar distribusi tersebut dengan dk = n1+n2-2 dan peluang (1-1/2α) dengan α =

0,05. Untuk harga t lainnya Ho di tolak.

Dimana : n1 = ukuran sampel kelas

eksperimen, n2 = ukuran sampel kelas

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN

DATA HASIL PENELITIAN PRETES KELAS EKPERIMEN DAN KELAS KONTROL

Penelitian ini merupakan penelitian

quasi eksperimen yang melibatkan dua kelas yang diberi model pembelajaran yang berbeda yaitu kelas eksperimen diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif disertai peta pikiran dan kelas kontrol diajar dengan pembelajaran konvensional. Oleh karena itu, sebelum kedua kelas diterapkan

perlakuan yang berbeda, maka pada kedua kelas terlebih dahulu diberikan pretes yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal belajar siswa pada masing-masing kelas. Seperti tertera pada tabel 1 dibawah ini:

Nilai rata-rata pretes kelas eksperimen yaitu 37,25 dengan nilai tertinggi 50 dan terendah 15 serta standart deviasinya adalah 10,19 Untuk kelas kontrol nilai rata-rata adalah 36,75 dengan nilai tertinggi 50 dan nilai terendah 15 serta dengan standart deviasi 10,04.

Tabel 1. Data nilai pretes kelas eksperimen dan kelas control

No Nilai Pretes kelas eksperimen Pretes kelas kontrol

f __

X SD f

__

X SD

1 15 1

37.25 10,19

2

36.75 10,04

2 20 3 2

3 25 4 5

4 30 5 3

5 35 6 6

6 40 6 8

7 45 7 9

8 50 8 5

Jumlah 40 40

Untuk melihat secara rinci hasil pretes kedua kelas dapat dilihat pada diagram batang berikut :

Gambar 1.Diagram batang data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

15 20 25 30 35 40 45 50

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Nilai Pretes

F

re

k

u

e

n

si

(7)

Tabel 2. Hasil Analisis Uji Normalitas Pretes Kedua Kelompok Sampel

No Data Kelas Lhitung Ltabel Kesimpulan

1 Pretes Eksperimen 0,1056 0,1401 Normal 2 Pretes Kontrol 0,1040 0,1401 Normal

Untuk sampel yang diberi strategi pembelajaran kooperatif diperoleh Lhitung =

0,1056 dan Ltabel = 0,1401 dan untuk

sampel yang diberi pembelajaran konvensional diperoleh Lhitung = 0,1040 dan

Ltabel = 0,1401 seperti tersaji di dalam tabel

2 di bawah ini.

Berdasarkan kriteria pengujian yaitu menerima sampel dari populasi yang berdistribusi normal dengan syarat Lhitung <

Ltabel dan menolak kriteria pengujian jika

syarat tidak dipenuhi. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa syarat kriteria pengujian diterima, dan hal ini menyatakan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Pengujian homogenitas data dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian homogen atau tidak, artinya apakah sampel yang digunakan dapat mewakili seluruh populasi yang ada. Masing-masing data pretes dari kedua kelompok sampel diperoleh Fhitung <

Ftabel. seperti tertera pada tabel 3 di bawah

ini : Dapat dilihat bahwa syarat Fhitung <

Ftabel dipenuhi, maka dapat dikatakan bahwa

sampel penelitian adalah homogen, sehingga dapat digunakan untuk mewakili seluruh populasi.

Observasi ini dilakukan selama kegiatan proses pembelajaran berlangsung oleh 2 orang pengamat yang telah dilengkapi dengan lembar observasi. Adapun jenis aktivitas yang diamati pada kelas eksperimen adalah : (1) menulis, (2) mengajukan pertanyaan, (3) mengerjakan LKS, (4) bertanya kepada teman kelompok, dan (5) kegiatan yang tidak relevan dengan kegiatan proses pembelajaran. Sedangkan pada kelas kontrol, jenis aktivitas yang diamati adalah : (1) menulis, (2) mendengarkan/memperhatikan, (3) menjawab pertanyaan, (4) pemberian tugas, (5) yang tidak relevan dengan KBM. Aspek-aspek tersebut diberi skor 1 sampai 3 dengan berpedoman pada penskoran observasi aktivitas siswa seperti pada tabel 4.

Tabel 3. Hasil Analisis Uji Homogenitas Pretes Kedua Kelompok Sampel

No Data Varians Fhitung Ftabel Kesimpulan

1 Pretes K. Eksperimen 103,78

1,03 1,77 Homogen 2 Pretes K. Kontrol 100,71

Tabel 4. Tabel Skor Aktivitas Belajar Siswa kelas eksperimen

No Jumlah

pertemuan

Nilai rata-rata

setiap pertemuan Keterangan

Rata-rata semua nilai aktivitas

1 I 58.25 Cukup aktif

61.33

2 II 61.65 Aktif

3 III 64.225 Aktif

(8)

Tabel 5.Tabel Skor Aktivitas Belajar Siswa kelas control

Tabel 6. Data nilai postes kelas eksperimen dan kelas control

Nilai Postes kelas eksperimen Postes kelas kontrol

f Tuantas

individu

Tuntas

Klasikal

__

X SD f

Tuntas

individu

Tuntas

klasikal

__ X

S

D

55 2 - -

76,1

25

10,3

5

5 - -

69,875 9,

7

7

60 2 - - 5 - -

65 5 5 12,5 % 6 6 15 %

70 6 6 15 % 9 9 22,5 %

75 6 6 15 % 7 7 17,5 %

80 6 6 15 % 3 3 7,5 %

85 6 6 15 % 3 3 7,5 %

90 7 7 17,5% 2 2 5 %

Jumla

h 4

0 36 90 %

4

0 30 75 %

Gambar 2. Diagram batang data postes kelas eksperimen dan kelas control

No Jumlah

pertemuan

Nilai rata-rata setiap

pertemuan Keterangan

Rata-rata semua nilai aktivitas

1 I 56.725 Cukup aktif

58.741 2 II 58.625 Cukup aktif

3 III 60.875 Aktif

Keterangan Cukup aktif

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

55 60 65 70 75 80 85 90

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Nilai Postes

F

re

k

u

e

n

si

(9)

Dari Tabel 4. di atas, terdapat rata-rata aktivitas siswa mulai dari pertemuan I sampai dengan III adalah 58.25, 61.65, dan 64.225. Kemudian setelah ketiga nilai pertemuan itu dirata-ratakan, maka diperoleh rata-rata 61.33 dengan kategori aktif. Skor aktivitas belajar dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini:

Dari Tabel 5. terdapat rata-rata aktivitas siswa mulai dari pertemuan I sampai dengan III adalah 56.725, 58.625 dan 60.875. Kemudian, setelah ketiga nilai dirata-ratakan, diperoleh rata-rata 58.741 dengan kategori cukup aktif.

Setelah pada sampel diterapkan pembelajaran yang berbeda dimana kelas eksperimen diterapkan strategi pembelajaran kooperatif disertai peta pikiran dan kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional seperti pada tabel 6. di bawah ini. Dari daftar tabel terlihat bahwa skor rata-rata di kelas eksperimen lebih tinggi daripada skor rata-rata dikelas kontrol.

Uji normalitas menggunakan uji Lilliefors dari postes kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data kedua sampel berdistribusi normal atau tidak dengan harga-harga L untuk uji Lilliefors

dengan α = 0,05. Hasil analisis uji normalitas postes kedua kelompok sampel disajikan pada tabel 7.

Dari tabel 7 tersebut menunjukkan bahwa data-data nilai hasil belajar siswa, dinyatakan memiliki sebaran data yang berdistribusi normal pada taraf signifikansi

α = 0,05 dan n = 40 untuk kelas eksperimen dan n = 40 untuk kelas postes yaitu Lhitung <

Ltabel , sekaligus berarti bahwa data nilai

hasil belajar siswa melalui strategi pembelajaran kooperatif dan melalui pembelajaran konvensional berdistibusi normal.

Pengujian homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji F untuk mengetahui apakah kelompok sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Secara ringkas hasil perhitungan uji homogenitas data pretes dan data postes kedua kelas ditunjukkan pada tabel dibawah ini.

Dari tabel 8 diketahui bahwa sampel yang berupa kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang homogen. Hal ini terlihat dari harga Fhitung

tidak melebihi Ftabel yang mengindikasikan

bahwa sampel berasal dari populasi yang homogen.

Berdasarkan hasil uji normalitas data tes akhir ternyata kedua sampel berdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen, maka untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan rata-rata dengan uji t. Kriteria pengujiannya adalah : Ho diterima jika –t (1-1/2α) < thitung < t

(1-1/2α).

Tabel 7. Hasil Analisis Uji Normalitas Postes Kedua Kelompok Sampel

No Data Kelas Lhitung Ltabel Kesimpulan

1 Postes Eksperimen 0,0974 0,1401 Normal 2 Postes Kontrol 0,1210 0,1401 Normal

Tabel 8. Hasil Analisis Uji Homogenitas Pretes Kedua Kelompok Sampel

No Data Varians Fhitung Ftabel Kesimpulan

1 Postes K. Eksperimen 107,04

1,12 1,774 Homogen

(10)

Tabel 9. Uji Hipotesis Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol

No Data Nilai

rata-rata thitung ttabel Kesimpulan

2

Postes Eksperimen 76,125

2,778 1,994

Ada perbedaan yang signifikan Postes Kontrol 69,875

Data selanjutnya dapat dilihat pada tabel 9 Uji hipotesis dengan uji beda (uji t) sebagai berikut :

Setelah diberi perlakuan, hasil postes kelas eksperimen diperoleh nilai rata-rata = 76,125 dan dan hasil postes kelas kontrol = 69,875. Dari perhitungan uji perbedaan nilai rata-rata postes untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh thitung = 2,778 > ttabel = 1,994. Hasil

penelitian menunjukkan ada perbedaan antara rata-rata postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa akibat pengaruh penggunaan strategi pembelajaran kooperatif disertai peta pikiran dan pembelajaran konvensional pada materi pokok Hukum Newton di kelas X semester I SMA Negeri 21 Medan.

PEMBAHASAN

Penelitian ini diawali dengan memberikan pretes terhadap kedua kelas sampel dengan THB ada 20 item dalam bentuk pilihan ganda dengan 5 option yaitu pada kelas eksperimen dan kontrol. Pada kelas kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan nilai rata-rata pretes 37,25 dan nilai rata-rata pretes pada kelas kontrol 36,75. Setelah memperoleh nilai pretes, maka nilai tersebut dianalisis. Pertama dengan melakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal. Pada kelas eksperimen didapat Lhitung = 0,1056 dan Ltabel = 0,1401

dan untuk kelas kontrol diperoleh Lhitung =

0,1040 dan Ltabel = 0,1401. Sesuai dengan

statistika Lhitung < Ltabel, maka data

berdistribusi normal.

Tahap selanjutnya dianalisis dengan uji homogenitas untuk mengetahui apakah kedua sampel tersebut homogen atau tidak. Ketika dilakukan uji homogenitas, maka diperoleh Fhitung 1,03 dan Ftabel 1,77. Sesuai

dengan statistika, jika Fhitung < Ftabel maka

data tersebut homogen. Tahapan selanjutnya, data tersebut dianalisis dengan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji t dua pihak untuk melihat kemampuan awal kedua sampel sebelum diberi perlakuan. Dari uji hipotesis tersebut diperoleh thitung =

0,221 dan ttabel = 1,994. Sesuai dengan

statistika jika thitung < ttabel maka tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan awal kedua kelompok sampel. Dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengambilan data dapat dilanjutkan.

Setelah diberi perlakuan yang berbeda pada kedua kelas sampel,diperoleh nilai rata-rata dikelas eksperimen 76,125 sedangkan dikelas kontrol 69,875 . Hal ini memperlihatkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses memberikan hasil belajar fisika yang lebih baik dari pada menerapkan pembelajaran konvensional. Kembali dilakukan uji normalitas data dan diperoleh pada kelas eksperimen Lhitung = 0,0974 dan

Ltabel = 0,1401, dan pada kelas kontol

terdapat Lhitung = 0,1210 dan Ltabel = 0,140.

(11)

kedua sampel, maka diperoleh Fhitung = 1,12

dan Ftabel 1,774 dan dapat disimpulkan

bahwa data kedua kelompok sampel homogen.

Selanjutnya untuk membuktikan apakah benar-benar ada perbedaan yang signifikan secara statistik, maka dilakukan pengujian terhadap hipotesis. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada lampiran yang menggunakan uji t dan diperoleh thitung =

2,778 > ttabel = 1,994, maka dapat

disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar yang signifikan akibat pengaruh penggunaan strategi pembelajaran kooperatif dengan konvensional pada materi pokok Hukum Newton di kelas X SMA Negeri 21 Medan T.P. 2011/2012

Dalam penelitian ini, tugas-tugas yang diberikan guru menuntut siswa untuk saling bekerja sama serta bertanggung jawab dengan kelompok, dan memelihara hubungan kerja sama yang efektif, keadaan ini juga terjadi ketika guru membimbing kelompok bekerja dan belajar. Dari hasil pengamatan diketahui bahwasannya aktivitas siswa mengalami peningkatan yang positif pada kelas eksperimen pada pertemuan I sampai pertemuan III yaitu dengan nilai rata – rata 61,33 dengan kriteria baik hal ini dikarenakan strategi pembelajaran kooperatif membuat siswa itu sendiri aktif dan mampu memecahkan suatu masalah yang diajukan dan hampir seluruh siswa aktif dalam mengajukan pertanyaan. Pada kelas kontrol pada pertemuan I sampai pertemuan III yaitu dengan nilai rata – rata 58,741 dengan kriteria cukup, hal ini dikarenakan pembelajaran yang monoton yang berpusat pada guru, dan siswa malas bertanya ataupun menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

Keuntungan dari menggunakan strategi pembelajaran kooperatif adalah bagi siswa yang kemampuannya lebih rendah maupun siswa yang kemampuannya lebih tinggi dapat bekerja sama dalam menyelesaikan tugas-tugas. Hal ini disebabkan siswa yang

kemampuannya lebih tinggi dapat membantu teman-temannya, dan siswa yang kemampuannya lebih rendah dapat menerima pengetahuan/informasi dari siswa yang kemampuannya lebih tinggi. Pembelajaran ini juga melibatkan siswa lebih banyak siswa untuk menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran tersebut, kondisi ini terjadi pada saat siswa bekerja dan belajar di dalam kelompok.

Namun dalam penelitian ini masih terdapat kendala-kendala yang ditemukan peneliti di lapangan, yaitu keterbatasan waktu, keterbatasan waktu pada saat mengajukan hasil diskusi (mempresentasikan) sehingga tidak semua kelompok dapat mengajukan hasil diskusi mereka dan kerja sama kelompok sering kali hanya melibatkan yang mampu , sebab mereka dapat mengarahkan siswa yang kurang mampu. Di samping itu, peneliti sudah berusaha mengatur waktu sesuai dengan yang direncanakan dalam RPP, namun dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas, peneliti masih menemukan kekurangan waktu dikarenakan di dalam pelaksaan diskusi memerlukan waktu yang lama khususnya pada saat penggunaan media pembelajaran. Maka dalam hal ini penggunaan waktu sangat penting untuk diperhatikan oleh guru di dalam pembelajaran sehingga dapat memaksimalkan pencapaian hasil belajar.

KESIMPULAN

Aktivitas siswa pada kelas eksperimen adalah 63,40 dengan kategori aktif sedangkan aktivitas kelas kontrol adalah 59,8 dengan kategori cukup aktif yang berarti siswa di kelas eksperimen lebih aktif daripada di kelas kontrol.

(12)

pokok Hukum Newton di Kelas X SMA Negeri 21 Medan Tahun Pembelajaran 2011/2012.

SARAN

Pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa.

Diharapkan bagi guru yang ingin menerapkan pembelajaran dengan strategi pembelajaran kooperatif dapat menggunakan waktu sesuai yang sudah direncanakan dalam Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP). Alokasi yang digunakan harus benar-benar di sesuaikan dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.

Untuk peneliti selanjutnya yang akan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif ini disarankan untuk lebih memperhatikan kekondusifan siswa ketika melakukan percobaan, karena pada saat peneliti menerapkan pendekatan ini, masih banyak siswa yang ribut ketika melakukan percobaan.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Larin, W. Dan Krathwohl, David R., (editors), 2001, A Taxonomy For Learning Teaching And Assessing A Revision of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives, New York : Addison Wesley Longman, Inc

Frey, N., Fisher, D. Dan Everlove, S. 2009.

Productive Group: How to Engage Students, Build Team Work, and Promote Understanding. Alexandria: ASCD

Ibrahim, M. Rachmadiarti, F. Nur, M dan Ismono, 2000, Pembelajaran Kooperatif, Surabaya : University Press

Johnson. D.W. dan Johnson, R.T. 2008. The Teacher’s Role in Implementing Cooperative Learning in the Classroom. New York: Springer.

Miarso, Yusufhadi, 2004,Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta : Prenada Kencana

Merrill, M. David, 2009, First Principles of Instruction Dalam Charles M. Reigeluth, Instructional Design Theories and Models, Volume III Building a Common Knowledge Base, New York and London : Taylor and Francis Publishers

Kanginan, M, 2004, Fisika untuk SMA Kelas XI, Jakarta : Erlangga

Kolb, A.Y dan Kolb, A.D. 2005. The Kolb Learning Style Inventory – Version 3.1. Technical Specification, Experience Based Learning Systems. Englewood Cliffs, NJ.: Hay Group.

Sardiman, A.M., 2007, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : Raja Grafindo Persada

Sudjana, M.A., 2005. Metode Stastika, Bandung : Tarsito

Slavin, R.E. 1983. When Does Cooperative Learning Increase Student Achievement. Psychological Bulletin. Vol. 94 No. 3 (429-445). New York: APA

Sardiman, A.M., 2007, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sherman, L.W, 2001. Cooperative learning and computer – supported learning experiences, In C.R. Wolfe (Ed), Learning and Teaching on the World Wide Web, San Diego : Academic Press

Santrock, John, W., 2008, Psikologi Pendidikan, Alih Bahasa Tri Wibowo, Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Gambar

Tabel 1. Data nilai pretes kelas eksperimen dan kelas control
Tabel 6. Data nilai postes kelas eksperimen dan kelas control
Tabel 9. Uji Hipotesis Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisa juga menunjukkan bahwa untuk kejadian hujan dengan kala ulang 5 tahun serta penggunaan lahan tahun 2010, maka diperoleh prosentase saluran drainase yang

[r]

Hukumat-e Islami: Vilayat-e Faqih karya Imam Khomeini tersebut adalah: Pertama, kritik tajam terhadap lembaga monarki; Kedua, bahwa negara Islam, yang didasarkan

Perumusan Model Upaya Mengatasi Masalah Keamanan Pangan Berdasarkan risiko ketidakamanan pangan dari semua sekolah, upaya alternatif yang dapat dilakukan adalah

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah atas nikmat yang telah Allah berikan, penulis mempersembahkan karya yang sederhana ini untuk:..  Bapak dan ibuk, engakualah

kerusakan histologis hepar mencit yang diinduksi parasetamol dan peningkatan dosis ekstrak daun Salam dapat meningkatkan efek proteksinya terhadap kerusakan histologis hepar

pada buah cabai memiliki hubungan dengan persentase penghambatan peneluran imago pada buah cabai, yaitu semakin rendah rata-rata jumlah kedatangan imago maka semakin

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat yang telah tercurah untuk penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas akhir ini dengan judul “PENERAPAN