TANAMAN CABAI MERAH (
Capsicum annum
L.) PADA
TANAH GAMBUT
Riza Linda
e-mail: rizalinda196@yahoo.com
Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan tanaman cabai merah (Capsicum annum L.) di tanah gambut yang diinokulasi dengan jamur Trichoderma harzianum. dan jamur Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA).Penelitian dilakukan dari bulan Oktober sampai Desember 2012 di rumah kaca dan Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Tanjungpura. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama yaitu Jamur Mikoriza (A) dan faktor kedua yaitu T. harzianum (B). Konsentrasi MVA yang digunakan 0gr/polybag (A0), 5gr/polybag (A1), 10gr/polybag (A2), 15gr/polybag (A3), dan 20gr/polybag (A4). Konsentrasi Jamur T. harzianum yang diberikan : Kontrol (B0); 10 ppm (B1); 20 ppm (B2); 30 ppm (B3); 40 ppm (B4). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Hasil penelitian menunjukkan pemberian jamur mikoriza (Glomus aggregatum) maupun T. harzianum meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, dan kering total tanaman cabai merah. Serta meningkatkan P tersedia pada tanah gambut dari 188,76 ppm menjadi 366,08 ppm. Interaksi antara perlakuan jamur mikoriza dan T. harzianum tidak berbeda nyata terhadap berat kering tanaman cabai.
Kata kunci: jamur mikoriza, Trichoderma harzianum, cabai merah, tanah gambut
PENDAHULUAN
Tanah gambut Kalimantan Barat yang luas mencapai sekitar 1.729.980 Ha memiliki potensi yang besar untuk pengembangan lahan yang pertanian, tetapi sampai sekarang masih belum dapat dimanfaatkan secara maksimal mengingat beberapa kendala yang terdapat pada tanah gambut (BB Litbang, 2008). Permasalahan yang terjadi pada pertanian di tanah gambut adalah kemasaman tanah yang relatif tinggi dengan kisaran pH 3-4 dan keracunan Al, Fe dan Mn dan rendahnya unsur hara terutama N,P dan K (Agus dan Subiksa, 2008).
Beberapa usaha yang ditempuh untuk mengatasinya antara lain dengan pemanfaatan hayati organisma tanah yang menguntungkan, seperti jamur .Trichodem harzianum dan Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA). . T. harzianum anum merupakan jamur antagonis yang paling banyak digunakan untuk pengendalian patogen tular tanah, namun saat ini juga
dimanfaatkan untuk memacu pertumbuhan tanaman. Dari hasil penelitian Ozbay et al., (2005) menunjukkan T. harzianum memberikan peningkatan pertumbuhan seedling tanaman tomat (Lycopersicon esculentum), kolonisasi akar dan media pertumbuhan.
Penelitian ini bertujuan mengetahui pertumbuhan tanaman Cabai merah (Capsicum annum L.) di tanah gambut yang diinokulasi dengan Trichoderma harzianum. dan jamur Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA).
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah cangkul, meteran, polybag dengan diameter 25x25 cm, timbangan analitik, hand sprayer, oven, pH meter, higrometer, termometer, gelas ukur, gelas beker, kamera, kantong plastik, pengaduk, Leaf Area Meter, autoklaf, kertas saring, silet, mikroskop, hotplate, kaca objek, kaca penutup, karung goni, oven, sprayer dan meteran.
Bahan-bahan yang digunakan adalah benih cabai, inokulum Glomus agregatum asal BIOTROP, Trichoderma harzianum, tanah gambut, fungisida, akuades, larutan Trypan Blue, larutan lctoglycerol, HCl 2%, KOH 10%, Pupuk N dan K sebagai pupuk dasar, pupuk kandang, kapur, inokulum spora mikoriza. larutan sukrosa 25%, pewarna biru (trypan blue), larutan KOH, laktogliserol (asam laktat 90% air suling:
gliserol 87% = 1 : 1 : 1), larutan Melzer‘s,
larutan polyvynil lactogliserol PVLG, NaOCl), H2O2 35%, air suling), bahan yang
digunakan untuk analisa kadar N dan P tanah.
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama yaitu Jamur Mikoriza (B) dan faktor kedua yaitu T. harzianum (A). Konsentrasi MVA yang digunakan 0gr/polybag (B0),
5gr/polybag (B1), 10gr/polybag (B2),
15gr/polybag (B3), dan 20gr/polybag (B4)
(Haryoko dan Yusrizal, 2003). Konsentrasi yang diberikan pada pemberian T. harzianum: Kontrol (A0); 10 ppm (A1);
20 ppm (A2); 30 ppm (A3); 40 ppm (A4);
Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali sehingga terdapat 125 unit perlakuan.
Cara Kerja
Persiapan Media Tanam
Tanah gambut yang digunakan adalah gambut saprik yang diambil dengan
kedalaman 0-20 cm. Tanah gambut disterilisasi dengan sterilisasi bertingkat menggunakan steam. Tanah gambut yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam polybag sebanyak 2 kg/polybag.
Persiapan Benih
Benih cabai yang akan ditanam disiapkan dan direndam dalam larutan fungisida (1 gr/L) selama 10 menit. Pemilihan benih cabai yang baik yaitu dengan merendam benih tersebut di dalam air dan diambil benih cabai yang tenggelam.
Jamur MVA diberikan dengan metode distributed layer.sedangkan jamur T harzianum dalam bentuk cair diberikan dengan cara melarutkan dengan air sesuai dengan perlakuan..
Benih cabai ditanam pada media tanam yang telah diinokulasi jamur MVA dan T. harzianum Masing-masing media tanam diisi dengan 1 biji cabai. Penyiraman dilakukan 1 kali sehari dengan cara menyiram tanah sampai kapasitas lapang tanah. Pemanenan dilakukan pada saat tanaman berumur 60 hari setelah tanam (HST).
Parameter pengamatan yang diamati antara lain: tinggi, jumlah daun berat basah dan kering tanaman (gram), dan kandungan N dan P tanah yang diukur awal sebelum tanam dan setelah tanam Data yang diperoleh dianalisa dengan uji ANOVA menggunakan program SPSS 18. Hasil uji ANOVA yang berbeda nyata dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf nyata 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Kimia tanam
Sifat-sifat
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada sampel tanah sebelum diberi perlakuan menunjukkan kesuburan tanah rendah seperti yang terlihat dapat dilihat pada Tabel 1.
Dari hasil analisis sifat kimia tanah pada Tabel 1 menunjukkan bahwa tanah gambut yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai beberapa kendala yaitu tanah yang sangat asam Setelah perlakuan terjadi perubahan yaitu pH, N total dan P tersedia meningkat.
Tinggi Tanaman
Mikrobia tanah baik jamur MVA dan T. harzianum dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dengan kombinasi perlakuan diantaranya: Pemberian T. harzianum: Kontrol (A0); 10 ppm (A1); 20 ppm (A2); 30 ppm (A3); 40 ppm (A4) sedangkan pemberian jamur MVA yang digunakan 0gr/polybag (B0), 5gr/polybag (B1), 10gr/polybag (B2), 15gr/polybag (B3), dan 20gr/polybag (B4).
Dari hasil analisis variansi (Anova) menunjukkan pemberian mikoriza berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaan sedangkan pemberian kombinasi jamur T. harzianum dan jamur MVA dan T. harzianum tunggal tidak berbeda nyata
Dari uji lanjut Duncan menunjukkan rerata tinggi tanaman tertinggi dijumpai perlakukan B5 dan tidak berbeda nyata
dengan perlakuan B3, B4.
Tabel 2. Pengaruh pemberian Jamur MVA terhadap tinggi tanaman cabai merah (C. Annuum)
No Perlakuan Tinggi tanaman (cm)
1 B0 6,94a
2 B1 9,48b
3 B2 13,6c
4 B3 13,9c
5 B4 14,6c
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak trichoderma (kontrol) tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dibandingkan dengan perlakuan yang lain.
Jumlah Daun
Dari Analisis Variansi menunjukkan bahwa pengaruh jamur MVA atau T. harzianum tunggal berbeda nyata sedangkan interaksi antar keduanya tidak berbeda nyata terhadap jumlah daun. Dari uji lanjut Duncan tertinggi dijumpai pada perlakuan B4 12,7 helai dan A3 11,08 helai
(Tabel 3.)
Pada penelitian ini semakin meningkat jumlah inokulum semakin banyak jumlah daun, terutama pada pemberian jamur MVA sedangkan pada jamur T. harzianum jumlah daun terbanyak pada perlakuan A3. Hal ini
menunjukkan 40 gram inokulum tiap polibag dengan kerapatan 60-90 spora/10 g tanah telah terjadi peningkatan jumlah daun tanaman yaitu 12 helai, hal ini menunjukkan bahwa jamur mikoriza yang digunakan merupakan propagul yang efektif yang cepat menginfeksi dan membentuk hifa eksternal yang ekstensif sehingga dapat mengambil unsur hara P dalam jumlah yang banyak dan lebih cepat (Jacobsen dalam Varma, 1994).
Tabel 3. Pengaruh pemberian Jamur MVA atau
T. harzianum terhadap jumlah daun tanaman cabai merah (C. Annuum)
kuan
Fosfat tidak larut yang terdapat di dalam tanah menjadi bentuk fosfat larut yang tersedia bagi tanaman (Fakuara dan Setiadi, 1990 dalam Niswati, et al., 1996). Selanjutnya fosfat larut ini dengan cepat akan diserap langsung oleh hifa eksternal mikoriza dan kemudian ditransfer ke tanaman inang. Dengan demikian tanaman yang diinokulasi mikoriza mempunyai kemampuan untuk menyerap fosfat yang terikat dalam tanah dan fosfat dari pupuk (Manske, 1998 dalam Sastrahidayat, et al., 1999), sehingga penyerapan P menjadi lebih besar dibanding tanaman yang tidak diinokulasi mikoriza.
Pemberian jamur T. harzianum juga dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman cabai, hal ini disebabkan jamur ini juga dapat mengkolonisasi perakaran tanaman seperti pada jamur MVA yang bersifat avirulensi dan senyawa kimia yang dapat memacu pertumbuhan dan melindungi tanaman (Islam et al., 2011) Selanjutnya Villasensor et al, 2012 dan Howell 2003 dalam Islam et al., (2011) mengatakan bahwa Trichoderma menghasilkan senyawa hormon sitokinin, seperti zeatin dan hormon gibberelin (GA3).
Dari hasil penelitian Linda (2010) telah membuktikan bahwa jamur MVA yang dikombinasikan dengan pemberian GA3 dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman cabai pada tanah gambut. Hal yang sama juga dilakukan oleh Islam et al., 2011)
bahwa persentase perkecambahan selama 6 hari dapat meningkatkan jika dibandingkan dengan kontrol dan dapat meningkat pertumbuhan anakan cabai 20 -60% berat kering.
Berat kering tanaman
Dari Analisis Variansi (Anova) menunjukkan bahwa pengaruh jamur MVA atau T. harzianum tunggal berbeda nyata terhadap berat kering sedangkan interkasi antar keduanya tidak berbeda nyata. Dari uji uji beda rerata menunjukkan perlakukan kontrol (B0) dan A0 memilik rerata berat
kering terendah (Tabel 7.)
Dari Tabel 7 terlihat perlakuan B4 dan A4
memberikan rerata berat kering tertinggi. Sesuai dengan hasil penelitian Smith et.al, (1986 bahwa serapan P dan N lebih banyak pada akar yang bermikoriza dibandingkan yang tidak bermikoriza.
Tabel 7. Pengaruh pemberian Jamur MVA atau
T. harzianum terhadap berat kering tanaman cabai merah (C. Annuum)
No
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama untuk masing masing perlakuan tidak berbeda nyata pada uji DMRT (= 5%)
tanah. Akar bermikoriza menurunkan kosentrasi P di dalam tanah lebih cepat sehingga pelepasan posfat yang terjerap ke dalam larutan tanah lebih banyak. Banyaknya fosfat yang terdapat pada hifa mikoriza dari pada akar tanaman, menyebabkan pengambilan terus menerus kedalam hifa jamur mikoriza. Fosfat anorganik disimpan dalam 3 bentuk yaitu fosfat yang dapat larut, polifosfat yang dapat larut dan granula polifosfat. Cara penyimpanan seperti ini menyebabkan perpindahan P yang kontiniu ke dalam jaringan tanaman selama penyerapan.
Rendahnya N dan P tanah selain mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jamur juga mempengaruhi jumlah eksudat akar. Eksudat akar ini merupakan pemacu awal perkembangan jamur mikoriza (Musfal, 2010), khususnya senyawa flavonoid (haempeol, kuersetin, moril) berfungsi memacu pertumbuhan hifa jamur mikoriza (Santoso. 1994). Rao (1983) mengatakan bahwa pada beberapa tanaman eksudat akar yang dikeluarkan berupa asam-asam amino seperti valin, Leusin, Glutamin, Alfa alnanin, Asaparagin, Serin, Asam glutamat, Asam aspartat dan vitamin-vitamin seperti Biotin, Tiamin serta enzim-enzim protease, fosfatase, amilase, invertase sedangkan gula tidak dijumpai pada tanaman ini.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pertumbuhan tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) pada pemberian jamur mikoriza vesikular arbuskular atau T. harzianum mempengaruhi pertumbuhan tinggi, jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman.
Interaksi jamur mikoriza dengan T. harzianum tidak memberikan pengaruh terhadap petumbuhan tanaman.
Saran
Perlu dilakukan pengujian terhadap kandungan N dan P dalam jaringan tanaman untuk mengetahui translokasi unsur N dan P dari jamur mikoriza atau T. harzianum ke jaringan tanaman cabai.
DAFTAR PUSTAKA
Agus. F dan I.G Made Subiksa, 2008, Lahan Gambut: Potensi Untuk Pertanian dan Aspek Lingkungan, Balai Penelitian Tanah, World Agroforestry Centre (ICRAF). Bogor
Badan Pusat Statistik, 2010, Pontianak Dalam Angka, Kantor Statistik Pontianak Provinsi Kalimantan Barat
BB Litbang SDLP (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. 2008. Laporan Tahunan 2008,
Konsorsium Penelitian dan
Pengembangan Perubahan Iklim pada Sektor Pertanian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor
Musfal, 2010, Potensi Cendawan Mikoriza Arbuskula Untuk Meningkatkan Hasil Tanaman Jagung, Litbang Pertanian 29 (4)
Ozbay N, S.E. Newman, W.M. Brown. 2005. The Efect of The Trichoderma harzianum strains. On The Growth of Tomato Seedling Evaluation of microbial methods as potential indicators of soil quality in historical agricultural fields. Biol. Fertil. Soil 19:297-302.
Rao, N.S.S., 1994, Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman, Edisi Kedua, UI-Press, Jakarta
Yayasan Pembina Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang
Schenck, N. C. and Smith, G. S., 1982, Additional New and Unreported Species of Mycorrhizal Fungi (Endogonaceae) from Florida, Mycologia, 21(1):10-19
Villasensor, N.C.A.A Arrequim dan A.H.H.
Estrell.2012. Trichodera S ensing the Environmeny for Survival dab