• Tidak ada hasil yang ditemukan

pancasila sebagai filsafat (2). docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "pancasila sebagai filsafat (2). docx"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT

Modul ini disusun untuk Memenuhi Tugas UAS Individu Mata Kuliah Umum Pendidikan Pancasila

Tahun Ajaran 2014/2015

Dosen Pengampu : Dwi Afrimetty T., S.H., M.H Disusun oleh:

Sari Handayani (4115142419) PPKn A 2014

ILMU SOSIAL POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

Pancasila adalah hasil penggalian pencarian jati diri bangsa Indonesia yang ditemukan oleh Founding Fathers dan mengumandangkannya kepada seluruh penjuru dunia, bahwa ada negara baru yang merdeka yang memiliki dasar negara yaitu Pancasila sebagai jati diri bangsa, cita-cita bangsa dan falsafah bangsa. Tidak semua orang banyak memahami dengan betul apa itu hakikat dari pancasila, apa itu keberadaan pancasila (ontologi), nilai-nilai yang dimilikinya (epistemologi), manfaat-manfaat atau nilai-nilai yang dikandungnya (aksiologi), dan lain sebagainya. Pancasila mempunyai efek yang besar terhadap kemajuan suatu bangsa, dengan keluhuran yang dimilikinya Pancasila memiliki nilai-nilai kebangsaan, nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai keadilan, nilai-nilai toleransi atau keagamaan, yang hidup dan hadir di tanah Indonesia jauh sebelum Indonesia merdeka. Pancasila menjadikan banyaknya perbedaan menjadi satu kesatuan yang utuh, hidup berdampingan tanpa adanya peperangan di bawah Bhineka Tunggal Ika yang terikat erat di bawah kaki Sang Garuda Indonesia yang membawa kedamaian hingga detik ini. Pancasila layak menjadi landasan hidup, falsafah bangsa, pandangan hidup, dan filsafat bangsa berdasarkan atas nilai-nilai yang telah disampaikan di atas. Karena pada kenyataannya pemikiran atau falsafah hidup seseorang sangat berdampak terhadap kehidupan maupun tingkah lakunya.

(3)
(4)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat

Istilah ‘filsafat’ berasal dari bahasa Yunani, (philosophia), tersusun dari kata philos yang berarti cinta atau philia yang berarti persahabatan, tertarik kepada dan kata sophos yang berarti kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, intelegensi (Bagus, 1996 : 242). Dengan demikian philophia secara harfiah berarti mencintai kebijaksanaan. Kata kebijaksanaan juga dikenal dalam bahasa Inggris, wisdom. Berdasarkan makna kata tersebut maka mempelajari filsafat berarti merupakan upaya manusia untuk mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa menjadi konsep yang bermanfaat bagi peradaban manusia.

Suatu pengetahuan bijaksana akan mengantarkan seseorang mencapai kebenaran. Orang yang mencintai pengetahuan bijaksana adalah karakteristik dari setiap filsuf dari dahulu sampai sekarang. Filsuf dalam mencari kebijaksanaan, mempergunakan cara dengan berpikir sedalam-dalamnya. Filsafat sebagai hasil berpikir sedalam-dalamnya diharapkan merupakan pengetahuan yang paling bijaksana atau setidak-tidaknya mendekati kesempurnaan.

(5)

 Plato (427-347 SM ); filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada atau ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli;

 Aristoteles (384-322 SM); filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika , ekonomi, politik, dan estetika atau filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda;

 Marcus Tullius Cicero (106-43 SM); filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk mencapainya;

 Immanuel Kant (1724-1804); filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu : “apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh etika), sampai dimanakah pengharapan kita? (dijawab oleh antropologi)”.

Secara umum filsafat merupakan ilmu yang berusaha menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Berdasarkan pengertian umum ini, ciri-ciri filsafat dapat disebut sebagai usaha berpikir radikal, menyeluruh, dan integral, atau dapat dikatakan sebagai suatu cara berpikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya.

Sejak kemunculannya di Yunani, dan menyusul perkembangan pesat ilmu pengetahuan, kedudukan filsafat kemudian dikenal sebagai The Mother of Science

(6)

Dalam Kamus Filsafat, Bagus (1996: 242) mengartikan filsafat sebagai sebuah pencarian. Beranjak dalam arti harfiah filsafat sebagai cinta akan kebijaksanaan, menurut Bagus (1996: 242-243), arti itu menunjukkan bahwa manusia tidak pernah secara sempurna memiliki pengertian menyeluruh tentang segala sesuatu yang dimaksudkan kebijaksanaan, namun terus-menerus harus mengejarnya. Berkaitan dengan apa yang dilakukannya, filsafat adalah pengetahuan yang dimiliki rasio manusia yang menembus dasar-dasar terakhir dari segala sesuatu. Filsafat menggumuli seluruh realitas, tetapi teristimewa eksistensi dan tujuan manusia.

Dalam pengertiannya sebagai pengetahuan yang menembus dasar-dasar terakhir dari segala sesuatu, filsafat memiliki empat cabang keilmuan yang utama, yaitu :

 Metafisika; cabang filsafat yang mempelajari asal mula segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Metafisika terdiri atas metafisika umum yang selanjutnya disebut sebagai ontologi, yaitu ilmu yang membahas segala sesuatu yang ada, dan metafisika khusus yang terbagi dalam teodesi yang membahas adanya alam semesta, dan antropologi metafisik yang membahas adanya manusia.

 Epistemologi; cabang filsafat mempelajari seluk beluk pengetahuan. Dalam epistemologi, terkandung pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang pengetahuan, seperti kriteria apa yang dapat memuaskan kita untuk mengungkapkan kebenaran, apakah sesuatu yang kita percaya dapat diketahui, dan apa yang dimaksudkan oleh suatu pernyataan yang dianggap benar.

(7)

fundamental dan praktis. Sedangkan dalam estetika, dipelajari kriteria-kriteria yang mengantarkan sesuatu dapat disebut indah.

 Logika; cabang filsafat yang memuat aturan-aturan berpikir rasional. Logika mengajarkan manusia untuk menelusuri struktur-struktur argumen yang mengandung kebenaran atau menggali secara optimal pengetahuan manusia berdasarkan bukti-buktinya. Bagi para filsuf, logika merupakan alat utama yang digunakan dalam meluruskan pertimbangan-pertimbangan rasional mereka untuk menemukan kebenaran dari problem-problem kefilsafatan.

B. PANCASILA

Lahirnya intruksi Presiden RI Nomor 12 Tahun 1968, telah menguatkan keberadaan Pancasila yang isinya menyebutkan bahwa Pancasila yang resmi adalah Pancasila yang tata urutan atau rumusan sila-silanya ada pada alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Adapun yang dimaksud Pancasila adalah :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa;

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab; 3. Persatuan Indonesia;

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan;

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

(8)

tujuan mempersiapkan mahasiswa calon sarjana yang berkualitas, berdedikasi tinggi, dan bermartabat agar :

1. Menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; 2. Sehat jasmani dan rohani, berakhlak mulia, dan berbudi pekerti luhur;

3. Memiliki kepribadian yang mantap, mandiri, dan bertanggung jawab sesuai hati nurani;

4. Mampu mengikuti perkembangan IPTEK dan seni;

5. Mampu ikut mewujudkan kehidupan yang cerdas dan berkesejahteraan bagi bangsanya.

Asal mula Pancasila itu sendiri menurut Prof. Dr., Drs. Notonagoro, S.H. dalam bukunya Pancasila Secara Ilmiah Populer (1975) menyebutkan adanya beberapa macam asal mula atau sebab-musabab Pancasila, yang dapat dipakai sebagai falsafah negara, yakni causa materialis, causa formalis, sebagai sambungan dari causa formalis dan causa finalis, causa efisien atau asal mula.

 Causa Materialis

Artinya asal mula bahan, yaitu bangsa Indonesia sebagai bahan terdapat dalam adat kebiasaan, kebudayaan, dan dalam agama-agamanya.

 Causa Formalis

Artinya asal mula bentuk atau bangun dan causa finalis atau asal mula tujuan, yaitu Bung Karno dan Bung Hatta sebagai pembentuk negara, BPUPKI adalah asal mula bentuk atau bangun dan asal mula tujuan Pancasila sebagai calon dasar filsafat negara.

 Sebagai Sambungan dari Causa Formalis dan Causa Finalis

(9)

 Causa Efisien atau Asal Mula Karya

Adalah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau PPKI yang menjadikan Pancasila sebagai dasar filsafat negara (sebelum ditetapkan PPKI, istilahnya masih calon dasar filsafat negara).

Selanjutnya dijelaskan bahwa berdasarkan teori causa materialis dapat digambarkan pada kenyataan, yaitu kondisi sebelum diproklamirkannya negara, perumusan menjadi dasar kerohanian atau dasar filsafat Negara R.I. pada masa perjuangan kemerdekaan dengan dimulainya sidang-sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), melalui penyampaian konsep dasaar negara oleh para tokoh-tokoh di antaranya Mr. Muh. Yamin, Prof. Soepomo, dan Ir. Soekarno pada tanggal, 29 Mei, 31 Mei, dan 1 Juni 1945.

Berdasarkan teori causa formalis dan causa finalis, dapat digambarkan sebagai kondisi yang ada pada saat perumusan rancangan mukadimah hukum dasar yang merupakan hasil perumusan tanggal 22 Juni 1945, kemudian bisa diterima oleh anggota BPUPKI pada tanggal 10 Juli 1945 saat sidang terakhir.

(10)

C. Pancasila Sebagai Falsafah Hidup

Dalam kehidupan bangsa Indonesia, diakui bahwa nilai-nilai Pancasila adalah falsafah hidup atau pandangan hidup yang berkembang dalam sosial-budaya Indonesia. Nilai Pancasila dianggap nilai dasar dan puncak atau sari budaya bangsa. Oleh karena itu, nilai ini diyakini sebagai jiwa dan kepribadian bangsa. Dengan mendasarnya nilai ini dalam menjiwai dan memberikan watak (kepribadian dan identitas), maka pengakuan atas kedudukan Pancasila sebagai falsafah adalah wajar.

Sebagai ajaran falsafah, Pancasila mencerminkan nilai-nilai dan pandangan mendasar dan hakiki rakyat Indonesia dalam hubungannya dengan sumber kemestaan, yakni Tuhan Yang Maha Pencipta Asas Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai asas fundamental dalam kemestaan, dijadikan pula asas fundamental kenegaraan. Asas fundamental itu mencerminkan identitas atau kepribadian bangsa Indonesia yang religius.

Sejak kelahirannya sebagai falsafah nasional modern (1 Juni 1945), Pancasila telah dinyatakan milik nasional, artinya milik seluruh bangsa Indonesia. Sekali pun telah merasa memiliki Pancasila, tetapi belum tentu secara otomatis sudah mengamalkan Pancasila tersebut. Untuk dapat mengamalkan Pancasila, yang juga disebut pancasilais seharusnya memenuhi tiga syarat, yaitu :

1. Keinsyafan batin tentang benarnya Pancasila sebagai falsafah negara,

2. Pengakuan bahwa yang bersangkutan menerima dan mempertahankan Pancasila dan,

(11)

Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, sebagai pandangan hidup, dan filsafat dalam arti praktis. Hal ini berarti filsafat Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laju dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia di mana pun mereka berada.

Sebelum seseorang bersikap, bertingkah laku atau berbuat, terlebih dahulu ia akan berpikir tentang sikap, tingkah laku, dan perbuatan mana yang sebaiknya dilakukan. Hasil pemikirannya merupakan suatu putusan dan putusan ini disebut nilai. Nilai adalah sifat, keadaan, atau kualitas dari sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik lahir maupun batin. Setiap orang di dalam kehidupannya, sadar atau tidak sadar, tentu memiliki filsafat hidup atau pandangan hidup. Pandangan hidup atau filsafat hidup seseorang adalah kristalisasi nilai-nilai yang diyakinikebenarannya, ketepatan dan manfaatnya. Hal itulah yang kemudian menimbulkan tekad untuk mewujudkan dalam bentuk sikap, tingkah laku dan perbuatan.

D. Nilai-nilai Pancasila berwujud dan bersifat Filsafat

Pendekatan filsafat Pancasila adalah ilmu pengetahuan yang mendalam tentang Pancasila. Untuk mendapatkan pengertian yang mendalam, kita harus mengetahui sila-sila Pancasila tersebut. Dari setiap sila-sila, kita cari pula intinya. Setelah kita ketahui hakikat dan intinya, maka selanjutnya kita cari hakikat dan pokok-pokok yang terkandung di dalamnya, yaitu sebagai berikut :

a. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, berarti bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila itu dijadikan dasar dan pedoman dalam mengatur sikap dan tingkah laku manusia Indonesia, dalam hubungannya dengan Tuhan, masyarakat dan alam semesta.

(12)

kehidupan bernegara, seperti yang diatur oleh UUD 1945. Untuk kepentingan-kepentingan kegiatan praktis operasional, hal ini diatur dalam Tap. MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Perundang-undangan, yaitu sebagai berikut :

c. Filsafat Pancasila yang abstrak tercermin dalam Pembukaan UUD 1945, dan merupakan uraian terinci dan Proklamasi 17 Agustus 1945 yang dijiwai Pancasila.

d. Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu kebulatan yang utuh.

e. Jiwa Pancasila yang abstrak setelah tercetus menjadi Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, tercermin dalam pokok-pokok yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.

f. Berdasarkan penjelasan otentik UUD 1945, Undang-Undang Dasar menciptakan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 pada pasal-pasalnya. Hal ini berarti, pasal-pasal dalam Batang Tubuh UUD 1945 menjelmakan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai perwujudan dari Pancasila.

g. Berhubung dengan itu, kesatuan tafsir sila-sila Pancasila harus bersumber dan berdasarkan Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945.

h. Nilai-nilai yang hidup berkembang dalam masyarakat Indonesia dan belum tertampung dalam pembukaan UUD 1945, perlu diselidiki untuk memperkuat dan memperkaya nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945, dengan ketentuan sebagai berikut.

1) Nilai-nilai yang menunjang dan memperkuat kehidupan bermasyarakat dan bernegara dapat kita terima, asal tidak bertentangan dengan kepribadian bangsa dan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, misalnya referendum atau pemilihan presiden secara langsung.

(13)

hidup dan berkembang lagi dalam masyarakat Indonesia, misalnya demonstrasi dengan merusak bangunan/kantor, penjahat dihakimi massa, atau penjarahan.

3) Nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945, dipergunakan sebagai batu ujian dari nilai-nilai yang lain agar dapat diterima sebagai nilai-nlai Pancasila.

Filsafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia merupakan kenyataan objektif yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Pancasila memberi petunjuk mencapai kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa membedakan suku atau ras.

Secara filosofis, dalam kehidupan bangsa Indonesia diakui bahwa nilai Pancasila adalah pandangan hidup. Dengan demikian, Pancasila dijadikan sebagai pedoman dalam bertingkah laku dan berbuat dalam segala bidang kehidupan, meliputi bidang ekonomi, politik, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan.

Sebagai ajaran filsafat, Pancasila mencerminkam nilai dan pandangan dasar dan hakiki rakyat Indonesia, dalam hubungannya dengan sumber kesemestaan, yakni Tuhan Yang Maha Pencipta. Dasar normatif yang dapat kita sebut filsafat negara, diperlukan sebagai kerangka untuk menyelenggarakan negara.

Falsafah negara merupakan norma yang paling mendasar untuk mengecek apakah kebijakan legislatif sudah dan eksekutif sesuai dengan persetujuan dasar masyarakat?.

E. Pengertian Pancasila Secara Filsafat

(14)

satu tujuan yang sama untuk mengatur dan menyelenggarakan kehidupan bernegara di Indonesia. Filsafat negara kita adalah Pancasila, yang diakui dan diterima oleh bangsa Indonesia sebagai pandangan hidup. Dengan demikian, Pancasila harus dijadikan pedoman dalam kelakuan dan pergaulan sehari-hari.

Sebagaimana telah dirumuskan oleh Presiden Soekarno, Pancasila pada hakikatnya telah hidup sejak dahulu dalam moral, adat istiadat, dan kebiasaan masyarakat Indonesia. “Dengan adanya kemerdekaan Indonesia, Pancasila bukanlah lahir, atau baru dijelmakan, tetapi sebenarnya Pancasila itu bangkit kembali”.

Sebagaimana pandangan hidup bangsa, maka sewajarnyalah asas-asas Pancasila disampaikan kepada generasi baru melalui pengajaran dan pendidikan. Pancasila menunjukkan terjadinya proses ilmu pengetahuan, validitas dan hakikat ilmu pengetahuan (teori ilmu pengetahuan).

Pancasila menjadi daya dinamis yang meresapi seluruh tindakan kita, dan kita harus merenungkan dan mencerna arti tiap-tiap sila dengan berpedoman pada uraian tokoh nasional, agar kita tidak memiliki tafsiran yang bertentangan. Dengan Pancasila sebagai filsafat negara dan bangsa Indonesia, kita dapat mencapai tujuan bangsa dan negara kita.

(15)

Kedudukan Pancasila sebagai sistem filsafat yang bersinggungan dengan kenegaraan sekurang-kurangnya harus melingkupi hal-hal yang mendasar dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat (Djamal, 1986 : 3-4), antara lain :

a. Kemampuan filsafat untuk mengatur sistem politik. b. Kemampuan filsafat untuk mengatur sistem ekonomi.

c. Kemampuan filsafat untuk mengatur sistem sosial dan budaya bangsa.

d. Kemampuan dengan konsep ide-ide dan nilai-nilai yang dipedomani untuk kebersamaan dalam kehidupan bernegara.

Fungsi Pancasila sebagai sistem filsafat dalam kehidupan bangsa dan negara Indonesia, seperti berikut :

a. Memberikan jawaban yang mendasar tentang hakikat kehidupan bernegara. b. Memberikan dan mencari kebenaran yang substansif tentang hakikat negara,

ide negara, dan tujuan negara.

Pancasila pada awal pertumbuhannya merupakan dasar filsafat negara, hasil kesepakatan dan perenungan yang kemudian dihayati sebagai filsafat hidup bangsa. Pancasila sebagai filsafat hidup merupakan seperangkat prinsip pengarahan yang dijadikan dasar dan memberikan arah untuk dicapai dalam mengembangkan kehidupan nasional.

(16)

Pancasila sebagai hasil perenungan yang mendalam dari para tokoh-tokoh kenegaraan Indonesia yang semula untuk merumuskan dasar negara yang merupakan suatu sistem filsafat, karena telah memenuhi ciri-ciri pokok filsafat. Demikian Pancasila sebgai sistem filsafat berlandaskan pada hakikat kodrat manusia. Walaupun semula tidak terpikirkan oleh tokoh-tokoh kenegaraan Indonesia tentang hakikat manusia, namun karena betul-betul perenungannya yang mendalam maka secara langsung dijiwai oleh hakikat kodrat manusia dalam hidup bersama.

Berbicara tentang filsafat ada dua hal yang patut diperhatikan yakni filsafat sebagai metode dan filsafat sebagai suatu pandangan. Keduanya akan berguna bagi ideologi Pancasila. Filsafat sebagai metode menunjukkan cara berpikir dan cara mengadakan analisis yang dapat dipertanggungjawabkan untuk dapat menjabarkan ideologi Pancasila. Sedangkan Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan nilai dan pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila.

Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya secara mendasar dan menyeluruh. Pembahasan filsafat dapat dilakukan secara deduktif, yakni dengan mencari hakikat Pancasila, serta menganalisis dan menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif.

(17)

Adapun Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan yang saling berhubungan untuk satu tujuan tertentu, yang saling berkualifikasi yang tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya.

Pancasila Sebagai Sistem Filsafat memiliki beberapa nilai yaitu Nilai Obyektif dan Subyektif.

1. Rumusan dari sila-sila Pancasila menunjukkan adanya sifat-sifat yang umum, universal dan abstrak. Karena pada hakikatnya Pancasila adalah nilai.

2. Inti nilai-nilai Pancasila berlaku tidak terikat oleh ruang. Artiya keberlakuannya sejak jaman dahulu, masa kini dan untuk masa yang akan datang. Untuk bangsa Indonesia boleh jadi untuk negara lain yang secara eksplisit tampak dalam adat istiadat, kebudayaan, tata hidup kenegaraan dan tata hidup beragama.

3. Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, sehingga merupakan suatu sumber hukum positif di Indonesia. Oleh karena itu, hierarki suatu tertib hukum di Indonesia berkedudukan sebagai tertib hukum tertinggi. Maka secara objektif tidak dapat diubah secara hukum, sehingga melekat pada kelangsungan hidup negara. Sebagai konsekuensinya adalah jika nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 itu diubah, maka sama halnya dengan membubarkan negara proklamasi 17 Agustus 1945.

Nilai-nilai Pancasila dalam Sistem Filsafat sebagai berikut :

(18)

liberalis,sosialis, komunis dan lain sebagainya merupakan hasil dari pemikiran filsafat orang.

2. Nilai Pancasila merupakan Filsafat Bangsa Indonesia. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia menjadi pedoman bangsa untuk mengatur aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, sekaligus menjadi cermin jati diri bangsa yang diyakini sebgai sumber nilai atas kebenaran, keadilan, kebaikan, dan kebijaksanaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 3. Pancasila merupakan nilai-nilaiyang sesuai dengan hati nurani bangsa

Indonesia, karena bersumber dari kepribadian bangsa. Sehingga dalam perjalanannya akan selaras dengan nilai-nilai Pancasila.

Ideologi Pancasila adalah keseluruhan prinsip normatif yang berlaku bagi negara Republik Indonesia dan bangsa Indonesia secara keseluruhan. Namun, filsafat Pancasila akan mengungkapkan konsep-konsep kebenaran yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan bagi manusia pada umumnya. Manusia adalah makhluk yang khas, yaitu dilengkapi rasio dan kehendak bebas, maka etika atau filsafat moral merupakan bagian yang penting. Di sini dibahas arti dari kesusilaan, ukuran kesusilaan, prinsip-prinsip susila, baik dalam kehidupan pribadi, maupun dalam kehidupan sosial. Wawasan filsafat meliputi bidang-bidang penyelidikan ontologi, epistimologi dan aksiologi. Ketiga bidang-bidang ini dianggap mencakup kesemestaan.

1. Aspek Ontologi

Ontologi menurut Runes ialah teori tentang keberadaan ada atau eksistensi. Menurut Aristoteles, ontologi adalah ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu dan disamakan artinya dengan metafisika.

(19)

seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia?Apakah sesungguhnya alam semesta, binatang-binatang, matahari, dan bulan yang beredar, menjadikan siang dan malam, bergerak (beredar) terus-menerus? Itu semua adalah contoh-contoh masalahyang ada pada awal pemikiran manusia.

Bidang ontologi ini meliputi penyelidikan tentang makna keberadaan (ada, eksistensi) manusia, benda, ada alam semesta (kosmologi), juga ada mutlak yang tidak terbatas sebagai maha sumber ada semesta. Artinya, ontologi merupakan adanaya Tuhan dan alam gaib, seperti rohani dan kehidupan sesudah kematian (alam di balik dunia, alam metafisika). Jadi, ontologi adalah bidang yang menyelidiki makna yang ada (eksistensi dan keberadaan), sumber ada, jenis ada dan hakikat ada, termasuk ada alam, manusia, metafisika, dan kesemestaan atau kosmologi.

Dalam kehidupan bernegara, nilai dasar Pancasila harus tampak dalam produk peraturan perundangan yang berlaku, dengan kata lain peraturan perundangan harus dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, sehingga tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.

Dasar-dasar ontologi Pancasila menunjukkan secara jelas bahwa Pancasila itu benar-benar ada dalam realitas dengan identitas dan entitas yang jelas. Melalui tinjauan filsafat, dasar ontologis Pancasila mengungkap status istilah yang digunakan, isi dan susunan sila-sila, tata hubungan, serta kedudukannya. Dengan kata lain, pengungkapan secara ontologis itu dapat memperjelas identitas dan entitas Pancasila secara filosofis.

(20)

susunan kodrat raga dan jiwa, jasmani dan rohani, sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan sosial, serta kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa (Kaelan, 2002:72).

Ciri-ciri dasar dalam setiap sila Pancasila mencerminkan sifat-sifat dasar manusia yang bersifat dwi-tunggal. Ada hubungan yang bersifat dependen antara Pancasila dengan manusia Indonesia. Artinya eksistensi, sifat dan kualitas Pancasila amat bergantung pada manusia Indonesia. Selain ditemukan adanya manusia Indonesia sebagai pendukung pokok Pancasila, secara ontologis, realitas yang menjadikan sifat-sifat melekat dan dimiliki Pancasila dapat diungkap sehingga identitas dan entitas Pancasila itu menjadi sangat jelas.

Soekarno menggunakan istilah Pancasila untuk memberi lima dasar negara yang diajukan. Dua orang sebelumnya Soepomo dan Muhammad Yamin meskipun menyampaikan konsep dasar negara masing-masing, tetapi tidak sampai memberika nama. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang di dalamnya duduk Soekarno sebagai anggota, menggunakan istilah Pancasila yang diperkenankan Soekarno menjadi nama resmi Dasar Negara Indonesia yang isinya terdiri dari lima sila, tidak seperti yang diusulkan melainkan seperti rumusan PPKI yang tercermin dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat.

(21)

Nama Pancasila yang menjadi identitas lima dasar negara Indonesia adalah bukan istilah yang diperkenalkan Soekarno tanggal 1 Juni 1945 di depan sidang BPUPKI, bukan Pancasila yang ada dalam kitan Sutasoma, bukan yang ada dalam Piagam Jakarta, melainkan yang ada dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945.

(22)

2. Aspek Epistemologi

Menurut Runes Epistemologi adalah bidang atau cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan, metode dan validitas ilmu pengetahuan. Pengetahuan manusia sebagai hasil pengalaman dan pemikiran, akam membentuk budaya. Bagaimana proses terjadinya pengetahuan sampai membentuk kebudayaan, sebagai wujud keutamaan (superioritas) manusia untuk disadari lebih dalam. Bagaimana manusia mengetahui bahwa ia tahu, atau bagaimna manusia mengetahui bahwa sesuatu itu ilmu pengetahuan, hal ini menjadi penyelidikan epistemologi.

Epistemologi meneliti sumber pengetahuan, proses dan syarat terjadinya pengetahuan, batas dan validitas ilmu pengetahuan. Jadi, epistemologi dapat disebut ilmu tentang ilmu, atau teori terjadinya ilmu atau science of science, atau

wissenschaftslehre. Pengetahuan yang termasuk cabang epistemologi adalah matematika, logika, gramatika, dan semantika (Lab. Pancasila IKIP Malang, 1990. 18-19).

Jadi, bidang epistemologi adalah filsafat yang menyelidiki makna dan nilai ilmu pengetahuan, sumbernya, syarat-syarat dan proses terjadinya ilmu, termasuk semantik, logika, matematika, dan teori ilmu.

(23)

Masalah-masalah yang dihadapi menyangkut keinginan untuk mendapatkan pendidikan, kesejahteraan, perdamaian, dan ketentraman. Pancasila itu lahir sebagai respon atau jawaban atas keadaan yang terjadi dan dialami masyarakat bangsa Indonesia dan sekaligus merupakan harapan.

Diharapkan Pancasila menjadi cara yang efektif dalam memecahkan kesulitan hidup yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia.

Pancasila memiliki kebenaran korespondensi dari aspek epistemologis sejauh sila-sila itu secara praktis didukung oleh realita yang dialami dan dipraktekkan oleh manusia Indonesia. Pengetahuan Pancasila bersumber pada manusia Indonesia dan lingkungannya. Pancasila dibangun dan berakar pada manusia Indonesia beserta seluaruh suasana kebatinan yang dimiliki.

Kaelan (2002: 96) mengemukakan bahwa Pancasila merupakan pedoman dan dasar bagi bangsa Indonesia dalam memandang realitas alam semesta, manusia, masyarakat, bangsa dan negara tentang makna hidup serta sebagai dasar bagi manusia dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam hidup dan kehidupan.

(24)

Epistemologi sosial Pancasila juga dicirikan dengan adanya upaya masyarakat bangsa Indonesia yang berkeinginan untuk membebaskan diri menjadi bangsa merdeka, bersatu, berdaulat, dan berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta ingin mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sumber pengetahuan Pancasila dapat ditelusuri melalui sejarah terbentuknya Pancasila. Dalam penelusuran sejarah mengenai kebudayaan yang berkait dengan lahirnya Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia, telah diuraikan di depan yang secara garis besar dapat dikemukakan sebagai berikut. Akar sila-sila Pancasila ada dan berpijak pada nilai serta budaya masyarakat bangsa Indonesia.

Nilai serta budaya masyarakat bangsa Indonesia yang dapat diungkap mulai awal sejarah pada abad IV Masehi di samping diambil dari nilai asli bangsa Indonesia juga diperkaya dengan dimasukkannya nilai dan budaya dari luar Indonesia. Nilai-nilai yang dimaksud berasal dari agama Hindu, Budha, Islam, serta Nilai-nilai-Nilai-nilai demokrasi yang dibawa dari Barat. Berdasarkan realitas yang demikian, maka dapat dikatakan babhwa secara epistemologis pengetahuan Pancasila bersumber pada nilai dan budaya tradisional dan modern, budaya asli dan campuran.

(25)

3. Aspek Aksiologi

Aksiologi menurut Runes berasal dari istilah Yunani, yaitu axios yang berarti nilai, manfaat, pikiran atau ilmu/teori. Dalam pengetahuan yang modern, aksiologi disamakan dengan teori nilai, yakni sesuatu yang diinginkan, disukai atau yang baik, bidang yang menyelidiki hakikat nilai, kriteria, dan kedudukan metafisika suatu nilai.

Menurut Prof. Brameld, aksiologi dapat disimpulkan sebagai suatu cabang filsafat yang menyelidiki :

a. tingkah laku moral yang berwujud etika,

b. ekspresi etika yang berwujud estetika atau seni dan keindahan, serta c. sosio-politik yang berwujud ideologi.

Bidang aksiologi ialah cabang filsafat yang menyelidiki makna nilai, sumber

nilai, jenis dan tingkatan nilai, serta hakikat nilai. Sebagaimana dihayati manusia, kehidupan manusia selalu berada dan dipengaruhi nilai, seperti nilai alamiah dan jasmaniah (tanah subur, udara bersih, air bersih, cahaya, dan panas matahari, tumbuh-tumbuhan dan hewan) demi kehidupan. Kemudian ada pula nilai psikologis, seperti berpikir, rasa, karsa, cinta, estetika, etika, logika, dan cita-cita. Bahkan ada pula nilai ketuhanan dan agama.

(26)

Dengan demikian, aksiologi merupakan bidang yang menyelidiki makna nilai, sumber nilai, jenis nilai, tingkatan nilai, dan hakikat nilai, termasuk estetika, etika, ketuhanan, dan agama.

Aksiologi terkait erat dengan penelaahan atas nilai. Dari aspek aksiologi, Pancasila tidak bisa dilepaskan dari manusia Indonesia sebagai latar belakang, karena Pancasila bukan nilai yang ada dengan sendirinya (given value) melainkan nilai yang diciptakan (created value) oleh manusia Indonesia. Nilai-nilai dalam Pancasila hanya bisa dimengerti dengan mengenal manusia Indonesia dan latar belakangnya.

Nilai berhubungan dengan kajian mengenai apa yang secara intrinsik, yaitu bernilai dalam dirinya sendiri dan ekstrinsik atau disebut instrumental, yaitu bernilai sejauh dikaitkan dengan cara mencapai tujuan. Pada aliran hedonisme yang menjadi nilai intrinsik adalah kesenangan, pada utilitarianisme adalah nilai manfaat bagi kebanyakan orang (Smart J.J., Bernard Williams, 1973:71).

Pancasila mengandung nilai, baik intrinsik maupun ekstrinsik atau instrumental. Nilai intrinsik Pancasila adalah hasil perpaduan antara nilai asli milik bangsa Indonesia dan nilai yang diambil dari budaya luar Indonesia, baik yang diserap pada saat Indonesia memasuki masa sejarah abad IV Masehi, masa imperialis, maupun yang diambil oleh para kaum cendekiawan Soekarno, Muhammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan para pejuang kemerdekaan lainnya yang mengambil nilai-nilai modern saat belajar ke negara Belanda.

(27)

sosial sebagai satu kesatuan. Kekhasan ini yang membedakan Indonesia dari negara lain. Nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan memiliki sifat umum universal. Karena sifatnya yang universal, maka nilai-nilai itu tidak hanya milik manusia Indonesia, melainkan manusia seluruh dunia.

Pancasila sebagai nilai instrumental mengandung imperatif dan menjadi arah bahwa dalam proses mewujudkan cita-cita negara bangsa, seharusnya menyesuaikan dengan sifat-sifat yang ada dalam nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial. Sebagai nilai instrumental, Pancasila tidak hanya mencerminkan identitas manusia Indonesia, melainkan juga berfungsi sebagai cara (mean) dalam mencapai tujuan, bahwa dalam mewujudkan cita-cita negara bangsa, Indonesia menggunakan cara-cara yang berketuhanan, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan, berkerakyatan yang menghargai musyawarah dalam mencapai mufakat, dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pancasila juga mencerminkan nilai realitas dan identitas. Pancasila mencerminkan nilai realitas, karena di dalam sila-sila Pancasila berisi nilai yang sudah dipraktekkan dalam hidup sehari-hari oleh bangsa Indonesia. Di samping mengandung nilai realitas, sila-sila Pancasila berisi nilai-nilai identitas, yaitu nilai yang diinginkan untuk dicapai.

(28)

Indonesia. Oleh karena itu, sebagaimana dikutip oleh Kaelan (2002:129), Driyarkara menyatakan bahwa bagi bangsa Indonesia, Pancasila merupakan Sein im Sollen. Pancasila merupakan harapan, cita-cita, tapi sekaligus adalah kenyataan bagi bangsa Indonesia.

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila mempunyai tingkatan dan bobot yang berbeda. Meskipun demikian, nilai-nilai itu tidak saling bertentangan, bahkan saling melengkapi. Hal ini disebabkan sebagai suatu substansi, Pancasila merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh, atau kesatuan organik (organic whole). Dengan demikian berarti nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh pula. Nilai-nilai itu saling berhubungan secara erat dan nilai-nilai yang satu tidak dapat dipisahkan dari nilai yang lain. Atau nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia itu akan memberikan pola (patroon) bagi sikap, tingkah laku dan perbuatan bangsa Indonesia (Kaelan, 2002:129).

Notonagoro (1983 :39) menyatakan bahwa isi arti dari Pancasila yang abstrak itu hanya terdapat atau lebih tepat dimaksudkan hanya terdapat dalam pikiran atau angan-angan, justru karena Pancasila itu merupakan cita-cita bangsa, yang menjadi dasar falsafah atau dasar kerohanian negara. Tidak berarti hanya tinggal di dalam pikiran atau angan-angan saja, tetapi ada hubungannya dengan hal-hal yang sungguh-sungguh ada. Adanya Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil adalah tidak bisa dibantah.

F. Nilai-Nilai Pancasila sebagai Dasar dan Arah Keseimbangan Antara Hak dan Kewajiban Asasi Manusia

(29)

masyarakatnya, ada yang memberi arti yang sangat kuat kepada manusia sebagai pribadi. Pandangan ini memberi bobot yang berlebihan. Dalam kehidupan manusia terjadi persaingan bebas yang tidak jarang terjadi penindasan terhadap kaum yang lemah, akhirnya membawa kecenderungan hanya yang kuat sajalah yang dapat hidup. Masyarakat yang demikian menimbulkan kepincangan, karena tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab serta asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Selain dari pandangan di atas, ada lagi pandangan lain mengenai hubungan manusia dengan masyarakat yang memberi bobot yang berlebihan terhadap masyarakat, sehingga kedudukan manusia kehilangan kepribadiannya. Masyarakatlah yang dianggap segala-galanya, sehingga pribadi-pribadi dianggap seolah-olah sebuah mesin raksasa masyarakat. Dalam masyarakat yang demikian, terasa adanya tekanan batin, sehingga kebahagiaan yang utuh tidak terpenuhi.

Berdasarkan kedua pandangan di atas, bagaimanakah menurut Pancasila arti dan hubungan antara manusia dengan masyarakatnaya? Pancasila tidak memilih salah satu dari pandangan tersebut dan juga tidak menggabungkannya. Individualisme dan liberalisme maupun komunisme dalam segala bentuknya, tidak sesuai dengan Pancasila. Pancasila memandang, bahwa kebahagiaan manusia akan tercapai jika dikembangkan hubungan yang serasi antara manusia dengan masyarakat serta hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Apabila memahami nila-nilai dari sila-sila Pancasila akan terkandung beberapa hubungan manusia yang melahirkan keseimbangan antara hak dan kewajiban anatara hubungan tersebut, yaitu sebagai berikut.

(30)

Hubungan vertikal adalah hubungan mnusia dengan Tuhan Yang Maha Kuasa, sebagai penjelmaan dari nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam hubunga ini, manusia memiliki kewajiban-kewajiban untuk melaksanakan perintah Tuhan dan menghentikan segala larangan-Nya. Sedangkan hak yang diterima oleh manusia dari Tuhan Yang Maha Kuasa, adalah rahmat tidak terhingga yang diberikan dan pembalasan amal baik di akhirat nanti.

2. Hubungan horizontal

Hubungan horizontal adalah hubungan manusia dengan sesamanya, baik dalam fungsinya sebagai warga masyarakat, warga bebas, dan warga negara. Hubungan tersebut melahirkan hak-dan kewajiban yang seimbang, seperti pajak yang dibayar kepada negara sebagai suatu kewajiban warga negara, sedangkan hak yang diterima warga negara adalah pembangunan infrastruktur (jalan raya, pengairan, dan lain-lain) sebagai kewajiban negara terhadap rakyatnya.

3. Hubungan alamiah

Hubungan alamiah adalah hubungan manusia dengan alam sekitar yang meliputi hewan, tumbuh-tumbuhan, dan alam dengan segala kekayaannya. Seluruh alam dengan segala isinya adalah untuk kebutuhan manusia, namun manusia berkewajiban melestarikan alam dan kekayaannya, karena alam mengalami penyusutan yang nilai-nilainya makin lama semakin berkurang, sedangkan manusia yang membutuhkannya makin lama makin bertambah. Oleh karena itu, memelihara kelestarian alam merupakan kewajiban manusia sedangkan hak yang diterima oleh manusia dari alam sudah tidak terhingga banyaknya. Dengan demikian, hubungan manusia dengan alam memiliki keeseimbangan antara hak dan kewajiban sebgaimana hubungan manusia dengan masyarakat dan Tuhan Yang Maha Kuasa.

(31)

sebagai pandangan hidup dengan fungsinya tersebut di atas, adalah sebagai berikut.

a. Mengakui adanya kekuatan gaib yang ada di luar diri manusia menjadi pencipta serta mengatur serta penguasa alam semesta.

b. Keseimbangan dalam hubungan, keserasian-keserasian dan untuk menciptakannya perlu pengendalian diri.

c. Dalam mengatur hubungan, peranan dan kedudukan bangsa sangat penting. Persatuan dan kesatuan sebagai bangsa merupakan nilai sentral.

d. Kekeluargaan, gotong-royong, kebersamaan, serta musyawarah untuk mufakat dijadikan sendi kehidupan bersama.

e. Kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bersama.

Isi pemikiran filsafat Pancasila sebagai suatu pemikiran filsafat tentang negara bahwa Pancasila memberikan jawaban yang mendasar dan menyeluruh atau masalah-masalah asasi filosofis tentang negara yang terpusat pada lima masalah keadilan.

Masalah pertaman : Apa negara itu? Masalah ini dijawab dengan prinsip kebangsaan Indonesia.

Masalah kedua : Bagaimana hubungan antarbangsa/ antarnegara? Masalah ini dijawab dengan prinsip kemanusiaan.

Masalah ketiga : Siapakah sumber dan pemegang kekuasaan negara? Masalah ini dijawab dengan prinsip demokrasi.

Masalah keempat : Apa tujuan negara ? Masalah ini dijawab dengan prinsip negara kesejahteraan.

(32)

BAB III

RANGKUMAN

 Lahirnya intruksi Presiden RI Nomor 12 Tahun 1968, telah menguatkan keberadaan Pancasila.

 Pancasila sebagai dasar kerohanian dan dasar negara tercantum pada paragraf ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, melandasi jalannya pemerintahan negara, melandasi hukumnya, dan melandasi setiap kegiatan operasional dalam negara termasuk pendidikan nasional di dalamnya, serta pendidikan Pancasila dan segenap pendidikan matakuliah lainnya.

 Menurut Prof. Dr., Drs. Notonagoro, S.H., adanya beberapa macam asal mula atau sebab-musabab Pancasila, yang dapat dipakai sebagai falsafah negara, yakni causa materialis, causa formalis, sebagai sambungan dari causa formalis dan causa finalis, causa efisien atau asal mula.

 Nilai-nilai Pancasila adalah falsafah hidup atau pandangan hidup yang berkembang dalam sosial-budaya Indonesia.

(33)

kemestaan, dijadikan pula asas fundamental kenegaraan. Asas fundamental itu mencerminkan identitas atau kepribadian bangsa Indonesia yang religius.

 Filsafat Pancasila yang abstrak tercermin dalam Pembukaan UUD 1945 dan merupakan suatu kebulatan yang utuh.

 Pancasila sebagai sistem filsafat memberi arah agar kesejahteraan dan kemakmuran bertolak dari keyakinan manusia yang percaya kepada kebesaran Tuhan, kesejahteraan yang berlandaskan paham kemanusiaan, kesejahteraan yang memihak pada kesatuan dan persatuan serta kebersamaan sebagai suatu kesatuan bangsa yang utuh dan bulat.

 Kedudukan Pancasila sebagai sistem filsafat yang bersinggungan dengan kenegaraan sekurang-kurangnya harus melingkupi hal-hal yang mendasar dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat (Djamal, 1986 : 3-4), antara lain :

1. Kemampuan filsafat untuk mengatur sistem politik. 2. Kemampuan filsafat untuk mengatur sistem ekonomi.

3. Kemampuan filsafat untuk mengatur sistem sosial dan budaya bangsa.

4. Kemampuan dengan konsep ide-ide dan nilai-nilai yang dipedomani untuk kebersamaan dalam kehidupan bernegara.

 Fungsi Pancasila sebagai sistem filsafat dalam kehidupan bangsa dan negara Indonesia, seperti berikut :

1. Memberikan jawaban yang mendasar tentang hakikat kehidupan bernegara. 2. Memberikan dan mencari kebenaran yang substansif tentang hakikat negara,

ide negara, dan tujuan negara.

 Nilai-nilai Pancasila dalam Sistem Filsafat sebagai berikut : 1. Nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia itu sendiri. 2. Nilai Pancasila merupakan Filsafat Bangsa Indonesia.

 Pancasila merupakan nilai-nilai yang sesuai dengan hati nurani bangsa Indonesia, karena bersumber dari kepribadian bangsa. Sehingga dalam perjalanannya akan selaras dengan nilai-nilai Pancasila.

 Dari aspek ontologi Pancasila itu benar-benar adanya dalam realitas dengan identitas dan entitas yang jelas. Yang menjadi dasar dari Pancasila adalah manusia Indonesia itu sendiri.

 Epistemologi Pancasila terkait dengan sumber pengetahuan pancasila yang mana pengetahuan itu diharapkan mampu menjadi solusi dalam memecahkan persoalan yang dihadapi masyarakat Indonesia.

(34)

 Pancasila memandang, bahwa kebahagiaan manusia akan tercapai jika dikembangkan hubungan yang serasi antara manusia dengan masyarakat serta hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Hubungan vertikal, horizontal dan alamiah harus sejalan dengan baik.

BAB IV

LATIHAN

I. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan menggunakan tanda (x) pada a, b, c atau d, dengan benar dan tepat.

1. Keberadaan Pancasila dikuatkan oleh Presiden ddengan mengeluarkan intruksi no...

a. Nomor 11 Tahun 1968 c. Nomor 13 Tahun 1968 b. Nomor 12 Tahun 1968 d. Nomor 14 Tahun 1968 Jawaban : b. Nomor 12 Tahun 1968.

2. Berdasarkan nilai-nilai luhur yang ada dalam Pancasila, maka muncul pendidikan pancasila di perguruan tinggi yang merupakan bagian dari... a. Kurikulum Nasional c. Tujuan Negara b. Program Pemerintah d. Pendidikan Nasional Jawaban : d. Pendidikan Nasional.

3. Dalam mengamalkan Pancasila, hal itu juga biasa disebut...

a. Panca c. Pancalis

b. Pancalais d. Pancasilais

Jawaban : d. Pancasilais.

4. Pancasila digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, sebagai pandangan hidup, dan filsafat dalam arti praktis. Hal ini berarti Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai...

a. Pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan. b. Alat dalam menjalankan hidup.

(35)

d. Dasar negara yang harus dijalankan oleh seluruh bangsa.

Jawaban : a. Pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku dan

perbuatan.

5. Asal mula bahan, yaitu bangsa Indonesia sebagai bahan terdapat dala adat kebiasaan , kebudayaan, dan dalam agama, agamanya merupakan pengertian dari...

a. Causa Formalis b. Causa Materialis

c. Sambungan dari Causa Formalis dan Causa Finalis d. Causa Efisien

Jawaban : b. Causa Materialis.

6. Refleksi kritis dan nasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertian yang mendasa dan menyeluruh disebut...

a. Filsafat Pancasila c. Filosofi Pancasila b. Falsafah Pancasila d. Filsuf Pancasila Jawaban : a. Filsafat Pancasila.

7. Presiden yang menyatakan bahwa Pancasila merupakan filsafat asli Indonesia yang diambil dari budaya dan tradisi Indonesia, serta merupakan akulturasi budaya India, Barat dan Arab adalah...

a. Soeharto c. B.J Habibie

b. Soekarno d. Abdurrahman Wahid

Jawaban : b. Soekarno.

8. Pancasila berisi nilai yang sudah dipraktekkan dalam hidup sehari-hari oleh bangsa Indonesia. Artinya Pancasila mengandung nilai...

a. Nilai Instrumental c. Nilai Realitas

b. Nilai Idealitas d. Nilai Universal

(36)

9. Hakikat jenis atau hakikat umum yang mengandung unsur-unsur yang sama, tetap dan tidak berubah disebut...

a. Hakikat Pribadi c. Hakikat Bangsa

b. Hakikat Kongkrit d. Hakikat Abstrak

Jawaban : d. Hakikat Abstrak.

10. Secara epistemologis pengetahuan Pancasila bersumber pada, kecuali... a. Nilai

b. Budaya Tradisional dan Modern c. Budaya asli dan Campuran d. Semua Benar

Jawaban : d. Semua Benar.

(Perhatikan pernyataan di bawah untuk menjawab peertanyaan no. 11-12) I. Causa Materialis

II. Causa Formalis

III. Sambungan Causa Formalis dan Causa Finalis IV. Causa Efisien

V. Causa Empiris VI. Causa Efektif

11.Berikut beberapa macam asal mula atau sebab-musabab Pancasila sebagai falsafah negara menurut Prof. Dr., Drs. Notonagoro, S. H, adalah...

a. I, II, III, dan IV c. I, II, V, dan VI b. I, III, IV, dan V d. III, IV, V, dan VI Jawaban : a. I, II, III, dan IV.

(37)

bangun asal mula tujuan, yaitu Bung Karno dan Bung Hatta sebagai pembentuk negara, dan BPUPKI adalah asal mula bentuk atau bangun dan asal mula tujuan Pancasila sebagai calon dasar filsafat negara. Berikut adalah pengertian gabungan dari 2 (dua) causa yakni...

a. I dan II c. IV dan V

b. III dan IV d. V dan VI

Jawaban : a. I dan II

(Pernyataan untuk soal 13-14) 1. Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab. 3. Persatuan Indonesia.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

13.Menjadi pribadi yang beriman dan bertakqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan memiliki kualitas diri yang baik, berakhlak mulia, dan berbudi pekerti luhur menjadi manusia yang bermartabat menyangkut sila...

a. 2 dan 3 c. 1 dan 2

b. 4 dan 5 d. 3 dan 5

Jawaban : c. 1 dan 2.

(38)

serta banyak perilaku yang tidak sesuai dengan norma agama seperti korupsi, mencuri, sogok menyogok dan lainnya, maka bisa dikatakan bahwa hal itu tidak sejalan dengan Pancasila sebagai pedoman sila ke...

a. 1 dan 5 c. 4 dan 5

b. 3 dan 5 d. 5 dan 1

Jawaban : d. 5 dan 1.

15.Pancasila pada hakikatnya telah hidup dalam diri bangsa Indonesia dalam....,kecuali...

a. Moral c. Kebiasaan

b. Adat istiadat d. Lingkungan

Jawaban : d. Lingkungan.

16.Berikut bukan Fungsi Pancasila sebagai sistem filsafat dalam kehidupan bangsa dan negara Indonesia, kecuali...

a. Sebagai Kemampuan dengan konsep ide-ide dan nilai-nilai yang dipedomani untuk kebersamaan dalam kehidupan bernegara.

b. Sebagai nilai-nilai yang sesuai dengan hati nurani bangsa Indonesia.

c.Sebagai sistem filsafat yang bersinggungan dengan kenegaraan sekurang kurangnya harus melingkupi hal-hal yang mendasar dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat

d. Memberikan dan mencari kebenaran yang substansif tentang hakikat negara, ide negara, dan tujuan negara.

Jawaban : d. Memberikan dan mencari kebenaran yang substansif tentang hakikat negara, ide negara, dan tujuan negara.

17.Hal-hal yang berkenaan dengan masalah antarbangsa dan antarnegara, maka hal itu berkaitan dengan prinsip...

(39)

b. Prinsip Demokrasi d. Semua Salah Jawaban : d. Semua Salah

18.Dengan menjadikan Pancasila sebagai filsafat negara dan bangsa Indonesia, maka Indonesia dapat...

a. mencapai tujuan bangsa dan negara.

b. mencerdaskan bangsa

c. melindungi segenap bangsa Indonesia d. Semua benar.

Jawaban : d. Semua benar.

19.Pancasila mencerminkan nilai-nilai dan pandangan mendasar dan hakiki rakyat Indonesia dalam hubungannya dengan sumber kemestaan, hal itu berkaitan dengan sila ke...

a. 3 c. 4

b. 4 d. Semua Salah

Jawaban : d. Semua salah

20.Pancasila secara filsafat berdasarkan aspek yang dimiliki terdiri atas, kecuali...

a. Ontologis c. Aksiologis

b. Epistemologis d. Philosophis

Jawaban : d. Philosophis.

II. URAIAN

(40)

Jawaban :

Untuk dapat mengamalkan Pancasila, yang juga disebut pancasilais seharusnya memenuhi tiga syarat, yaitu :

 Keinsyafan batin tentang benarnya Pancasila sebagai falsafah negara,

 Pengakuan bahwa yang bersangkutan menerima dan mempertahankan Pancasila dan,

 Mempersonifikasikan seluruh sila-sila Pancasila dalam perbuatan dengan membiasakan praktik pengamalan seluruh sila-sila dalam sikap, perilaku budaya dan politik.

2. Bagaimanakah Pancasila secara filsafat ?

Jawaban :

 Dilihat dari aspek ontologi Pancasila itu benar-benar adanya dalam realitas dengan identitas dan entitas yang jelas. Yang menjadi dasar dari Pancasila adalah manusia Indonesia itu sendiri, yang memiliki hak-hak mutlak yang tersusun atas kodrat raga, jiwa, jasmani, rohani sebagai mkhluk individu dan sosial serta kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi yang berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

 Secara epistemologi, Pancasila terkait dengan sumber pengetahuan pancasila yang mana pengetahuan itu diharapkan mampu menjadi solusi dalam memecahkan persoalan yang dihadapi masyarakat Indonesia sebagaimana Pancasila dijadikan sebagai pedoman dan dasar bagi bangsa Indonesia dalam memandang realitas yang ada. Epistemologi juga berkaitan erat dengan ontologi karena berpijak dengan adanya hakikat manusiasebagai pendukung pokok Pancasila.

(41)

3. Apa saja hal-hal mendasar yang harus dilingkupi mengenai kedudukan Pancasila sebagai sistem filsafat ?

Jawaban :

Kedudukan Pancasila sebagai sistem filsafat yang bersinggungan dengan kenegaraan sekurang-kurangnya harus melingkupi hal-hal yang mendasar dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat (Djamal, 1986 : 3-4), antara lain :

 Kemampuan filsafat untuk mengatur sistem politik.  Kemampuan filsafat untuk mengatur sistem ekonomi.

 Kemampuan filsafat untuk mengatur sistem sosial dan budaya bangsa.

 Kemampuan dengan konsep ide-ide dan nilai-nilai yang dipedomani untuk kebersamaan dalam kehidupan bernegara.

4. Jelaskan nilai obyektif dan subyektif dalam Pancasila sebagai sistem filsafat!

Jawaban :

Pancasila Sebagai Sistem Filsafat memiliki beberapa nilai yaitu Nilai Obyektif dan Subyektif.

 Rumusan dari sila-sila Pancasila menunjukkan adanya sifat-sifat yang umum, universal dan abstrak. Karena pada hakikatnya Pancasila adalah nilai.

 Inti nilai-nilai Pancasila berlaku tidak terikat oleh ruang. Artiya keberlakuannya sejak jaman dahulu, masa kini dan untuk masa yang akan datang. Untuk bangsa Indonesia boleh jadi untuk negara lain yang secara eksplisit tampak dalam adat istiadat, kebudayaan, tata hidup kenegaraan dan tata hidup beragama.

(42)

dalam Pembukaan UUD 1945 itu diubah, maka sama halnya dengan membubarkan negara proklamasi 17 Agustus 1945.

5. Jelaskan alasan prinsipil mengenai Pancasila sebagai pandangan hidup beserta fungsinya!

Jawaban :

Alasan yang prinsipil mengenai Pancasila sebagai pandangan hidup dengan fungsinya tersebut di atas, adalah sebagai berikut.

 Mengakui adanya kekuatan gaib yang ada di luar diri manusia menjadi pencipta serta mengatur serta penguasa alam semesta.

 Keseimbangan dalam hubungan, keserasian-keserasian dan untuk menciptakannya perlu pengendalian diri.

 Dalam mengatur hubungan, peranan dan kedudukan bangsa sangat penting. Persatuan dan kesatuan sebagai bangsa merupakan nilai sentral.

 Kekeluargaan, gotong-royong, kebersamaan, serta musyawarah untuk mufakat dijadikan sendi kehidupan bersama.

 Kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bersama.

GLOSARIUM

Abstrak ; tidak berwujud; tidak berbentuk; mujarad; niskala.

Adat ; aturan (perbuatan) yang lazim dituruti atau dilakukan sejak dahulu kala.

(43)

Alamiah ; alami: tanpa dipacu.

Analisis ; penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dsb).

Aksiologi ; kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia.

Bangsa ; kelompok masyarakat yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta pemerintahannya sendiri.

Batang ; bagian tumbuhan yang berada di atas tanah. Causa ; dalam bahasa Latin artinya “Sebab”.

Dinamis ; penuh semangat dan tenaga, sehingga cepat bergerak dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan.

Falsafah ; anggapan, gagasan, dan sikap. Filosofis ; berdasarkan filsafat.

Filsafat ; pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada.

Fundamental ; mendasar.

Gramatika ; tata bahasa.

Hakiki ; benar, yang sebenarnya, sesungguhnya.

Hak ; benar, sungguh ada; kekuasaan yang besar untuk menuntut sesuatu.

Hukum ; peraturan yang dibuat dan disepakati baik secara tertulis maupun tidzk tertulis.

(44)

Ideologi ; kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup.

Induktif ; bersifat (secara) induksi. Infrastruktur; prasarana.

Liberalisme ; aliran paham ketatanegaraan dan ekonomi yang bercita-cita demokrasi dan dalam ekonomi menganjurkan kebebasan berusaha dan berniaga; pemerintah tidak boleh ikut campur.

Logika ; pengetahuan tentang cara berpikir yang sehat; ilmu mantik.

Logis ; masuk pada akal sesuai kejadian yang telah atau memang demikian seharusnya.

Martabat ; derajat, gengsi.

Manusiawi ; bersifat manusia. Musyawarah ; rapat, berunding.

Mukadimah ; pembukaan. Mutlak ; harus, wajib.

Nilai ; harga; angka kepandaian, biji; ponten. Normatif ; berpegang teguh pada norma.

Objektif ; mengenai keadaan yang sebenarnya tanpa disertai anggapan atau pandangan pribadi.

Ontologi ; cabang filosofi yang berhubungan dengan eksistensi. Operasional ; bersangkut paut dengan operasi.

(45)

Prinsip ; asas, kebenaran yang jadi pokok dasar orang berpikir, bertindak. Ras ; golongan bangsa berdasarkan ciri-ciri fisik, rumpun bangsa. Rasio ; pemikiran menurut akal sehat, akal budi, nalar.

Referendum ; penyerahan suatu masalah kepada orang banyak supaya mereka menentukannya (jadi, tidak diputuskan oleh rapat atau oleh parlemen).

Refleksi ; gerakan, pantulan di luar kemauan (kesadaran) sebagai jawaban suatu hal atau kegiatan yang datang dari luar.

Serasi ; sama imbangannya, sepadang, cocok satu sama lain. Selaras ; sesuai, laras, cocok.

Sentral ; pusat di tengah-tengah sekali.

Tafsir ; keterangan atas Al-Qur'an yang belum dimengerti maksudnya; penjelasan atas ayat-ayat Al-Qur'an.

Universal ; umum, (berlaku untuk semua orang atau untuk seluruh dunia).

Validitas ; sifat valid; sifat benar menurut bahan bukti yang ada, logika berpikir, atau kekuatan hukum; kesahihan.

DAFTAR PUSTAKA

Setijo, Pandji, S.H. 2012. Pendidikan Pancasila : Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa. Jakarta : PT Grasindo.

(46)

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2013. Materi Ajar : Mata Kuliah Pendidikan Pancasila. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Abdullah M.K. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru. Jakarta : SANDRO JAYA

Kamusbahasaindonesia.org

http://cecepsuhardiman.blogspot.com/2013/06/pancasila-sebagai -sistem-filsafat.html?m=1

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji hipotesis menunjukkan taraf nyata α = 0,05 diperoleh P-value = 0,002 atau tolak Ho, artinya hasil belajar matematika Peserta Didik yang

siswa yang memiliki kemampuan matematika sedang berada pada tahapan aksi,.

Isosianat merupakan bagian yang utama dalam pembentukan poliuretan, ia mempunyai reaktivitas yang sangat tinggi, khusnya dengan reaktan nukleofilik. Reaktivitas dari

EPPA3113 Isu Terpilih Dalam Perakaunan dan Pelaporan Korporat Kursus ini merupakan kursus lanjutan dari Perakaunan dan Pelaporan Korporat. Matlamat utama kursus adalah

untuk melakukan keputusan pembelian di FABRIK Eatery & Bar Bandung. Beberapa strategi yang digunakan dan yang sedang digalakan untuk. meningkatkan keputusan pembelian

Bahkan, akibat rendahnya harga yang diterima petani, banyak perkebunan kopi yang dikonversi ke tanaman lain terjadi di Propinsi Lampung yang mengakibatkan

Berdasarkan hasil peneliti mendapatkan bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini memiliki kinerja yang baik.Kinerja seorang dosen di dalam suatu perguruan

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan cara analisis finansial terhadap data yang berkaitan dengan biaya operasional, pendapatan dan tarif,