• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN SASTRA ANAK DI DALAM KELAS MEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN SASTRA ANAK DI DALAM KELAS MEL"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia

Penerapan Sastra Anak Di Dalam Kelas Melalui Mendongeng Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh :

Resi Miswanitri 1815163444

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

PENERAPAN SASTRA ANAK DI DALAM KELAS MELALUI MENDONGENG

Abstrak :

Pengenalan sastra kepada anak telah diterapkan sejak kecil. Orang tua membacakan sebuah cerita atau mendongeng untuk anaknya merupakan salah satu bentuk pengenalan serta pembiasan anak terhadap sastra. Dongeng merupakan bentuk sastra lama yang bercerita tentang suatu kejadian yang luar biasa yang penuh khayalan (fiksi) yang dianggap oleh masyarakat suatu hal yang tidak benar-benar terjadi. Dongeng merupakan bentuk cerita tradisional atau cerita yang disampaikan secara turun-temurun dari nenek moyang. Dongeng berfungsi untuk menyampaikan ajaran moral (mendidik), dan juga menghibur.

Setelah anak memasuki usia sekolah, mereka akan bertemu kembali dengan sastra, dimana guru-guru mereka dengan segala perencanaannya mengajarkan serta menerapkan pembelajaran sastra didalam kelas. Guru merancang pembelajaran sekreatif mungkin agar tercapainya suatu tujuan pembelajaran sastra, salah satunya dengan mendongeng. Penerapan mendongeng di dalam kelas menggunakan teknik-teknik serta persiapan oleh sang guru. Sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuan dalam mengapresiasi sastra.

Pendahuluan :

Pembelajaran sastra di sekolah dasar dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasi karya sastra. Kegiatan mengapresiasi sastra berkaitan dengan latihan mempertajam perasaan, penalaran, daya khayal, serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya dan lingkungan hidup. Pengembangan kemampuan bersastra di sekolah dasar dilakukan dalam berbagai jenis dan bentuk melalui

kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Adapun pemilihan bahan ajar tersebut dapat dicari pada sumber-sumber yang relevan (Depdiknas, 2003 ).

(3)

pengalaman dalam bentuk cerita dan puisi (KTSP, 2006).

Pembelajaran sastra di Sekolah Dasar menggunakan sastra anak, dimana sastra anak berfungsi sebagai media atau alat pendidikan dan hiburan dalam membentuk kreativitas serta kepribadian anak. Melalui sastra banyak manfaat yang dapat diambil seperti, berkembangnya imajinasi anak, memberikan pengetahuan kepada anak, membentuk kepribadian anak dengan moral yang baik, serta membuat anak senang dan gembira. Salah satu bentuk pembelajaran sastra yang diterapkan di sekolah adalah mendongeng. Mendongeng merupakan suatu bentuk sastra lama yang telah didapatkan oleh peserta didik sejak kecil. Orang tua membacakan beberapa buku cerita kepada mereka. Di negara maju, mendongeng dijadikan sebagai komunikasi pendidikan. Dalam cerita dongeng terkandung banyak moral serta pesan yang baik untuk mengembangkan kreativitas serta cara berpikir anak. Dongeng dapat mengaktifkan aspek intelektual, kepekaa, kehalusan budi, emosi, seni, fantasi, dan imajnasi. Tidak hanya mengutamakan otak kiri, tetapi juga otak kanan.

Untuk penerapannya di dalam kelas, guru yang berperan dalam perencanaan pembelajaran. Membuat penerapan mendongeng didalam kelas, membuat peserta didik ikut aktif dan berpartisipasi serta mudah menangkap konsep dari mendongeng itu sendiri. Menumbuhkan kecintaan anak terhadap sastra melalui mendongeng, dengan anak menjadi terbiasa pada bacaan serta dapat mengambil nilai moral serta pesan yang terkandung dalam cerita dongeng tersebut.

Pembahasan :

(4)

karakter anak adalah mempunyai kecenderungan untuk meniru dan mengidentifikasikan diri dengan tokoh yang dikaguminya.Melalui dongeng, anak akan dengan mudah memahami sifat-sifat, figur-figur, dan perbuatan-perbuatan yang baik dan yang buruk. [8][29]

Dengan dongeng anak diperkenalkan pada moral melalui dunia imajinasi. Melalui imajinasi ini nilai-nilai dan norma-norma dapat diselipkan sebagai upaya pengembangan aspek moral pada anak. Orang tua menyediakan buku bacaan dirumah serta menceritakan atau memberi dukungan dengan meminta anak untuk membaca atau mendampingi anak dalam membaca. [20][12]

Woolfson (dalam Puspita: 2009) menyatakan hasil riset menunjukkan bahwa dongeng merupakan aktivitas tradisional yang jitu bagi proses belajar dan melatih aspek emosional dalam kehidupan anak-anak. Sebab ketika seseorang masih kanak-kanak, keadaan psikologisnya masih mudah dibentuk dan dipengaruhi. Kegiatan ini, tidak hanya mengaktifkan aspek intelektual, namun juga emosi, seni, imajinasi dan pengembangan karakter. Dengan mendongeng, anak atau siswa

akan dapat menginterpretasikan cerita di luar pengalaman yang langsung mereka alami. Dongeng dapat melatih kognisi, afeksi secara inajinatifdan anak-anak akan lebih kreatif. Melalui mendongeng anak akan terlatih komunikasi dengan mendengarkan kosakata dari pendongeng. [28][11][16] Handajani (2008: 14) mengemukakan bahwa dongeng dikemas dengan perpaduan antara unsur hiburan dengan unsur pendidikan. Unsur hiburan dalam dongeng dapat ditemukan pada penggunaan kosa kata yang bersifat lucu, sifat tokoh yang jenaka, dan penggambaran pengalaman tokoh yang jenaka, sedangkan dongeng memiliki unsur pendidikan ketika dongeng tersebut mengenalkan dan mengajarkan kepada anak mengenai berbagai nilai luhur, pengalaman spiritual, petualangan intelektual, dan masalah-masalah sosial di masyarakat. [9]

(5)

sesuai dengan usia anak, karena setiap anak memiliki perbedaan tahapan perkembangan di tiap tahapan usia (2008).[20]

Dalam sebuah dongeng terdapat unsur-unsur yang penting meliputi alur, tokoh, latar, dan tema. Menurut Lustaantini (1998:16) penyebab ketertarikan audience pada dongeng tidak terlepas dari empat unsur penting dongeng yaitu : “alur, tokoh, latar, dan tema”. Alur adalah konstruksi mengenai sebuah deretan peristiwa secara logis dan kronologis saling berkaitan yang dialami pelaku oleh pelaku. Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau perlakuan dalam berbagai peristiwa yang ada dalam cerita (Lustantini Septiningsih, 1998: 16). Tokoh dapat memiliki dua sifat, yaitu protagonist (Karakter yang melambangkan kebaikan, menunjukan sikap positif dan merupakan contoh yang layak ditiru) dan antagonis (Karakterister yang berlawanan dengan tokoh protagonis, merupakan contoh karakter yang harus di jauhi sikap dan perbuatannya.Latar/Setting Istilah latar biasanya di artikan tempat dan wakyu terjadinya cerita. Latar adalah segala katerangan, petunjuk, pengacauan yang berkaitan dengan ruang, waktu

dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra (Lustantini Septiningsih 1998:44). Tema adalah arti pusat yang terdapat dalam suatu cerita. Pemikiran-pemikiran yang di kemukakan oleh pengarang dipengaruhi oleh pengalaman, jiwa, cita-cita dan ide yang di wujudkan lewat tema. Keempat unsur penting tersebut merupakan kunci ketertarikan audience pada suatu dongeng.[1]

(6)

Sebelum dimulainya pembelajaran, guru membuat suatu rancangan pembelajaran secara kreatif, menarik, serta inovatif dan menggunakan metode pengajaran yang sesuai sehingga membuat kegiatan pembelajaran menjadi bermakna. Dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai, ada beberapa cara dalam mengajar yakni, penggunaan suara, pemusatan perhatian, kesenyapan, mengadakan kontak pandang, gerakan badan dan mimik. [7]

Dalam penerapan pembelajaran dongeng di sekolah dasar ada beberapa cara berdasarkan kelompok usia :

1. Membacakan cerita atau dongeng secara tuntas kepada siswa. Cara ini dilakukan untuk anak berusia 6-7 tahun (kelas 1 dan 2) dimana kemampuan anak tersebut dalam membaca belum terlalu baik. Guru dapat mendongeng dengan membawa buku cerita bergambar atau alat pendukung lainnya seperti boneka tangan atau sarana pendukung lainnya. Dengan mendongeng, berarti guru telah mengenalkan buku kepada siswa. Sambil bercerita, guru

dapat meminta siswa untuk mengeja kata-kata yang terdapat pada buku, menunjukkan gambar, dan tanya jawab yang menarik perhatian siswa.

2. Mendongeng hanya sebagaian cerita Hal ini dapat dilakukan untuk siswa yang sudah lancar membaca. Tujuan dari mendongeng disini adalah untuk meningkatkan rasa ingin tahu anak terhadap bahan bacaan. Diharapkan dari kegiatan ini, anak atau siswa dapat menumbuhkan insiatifnya sendiri dalam membaca buku yang tersedia di perpustakaan. 3. Mendongeng untuk teman

(7)

Langkah-langkah dalam mendongeng menurut Abdul Aziz Abdul Majid (2002: 30-34):

1. Pemilihan Cerita

Dalam hal ini, guru sebaiknya dapat memilih cerita yang sesuai dengan kondisi jiwanya saat akan bercerita. Antara yang menyedihkan dan menyenangkan. Karena keadaan jiwa pendongeng akan berpengaruh pula pada setiap penceritaan.

2. Persiapan Sebelum Masuk Kelas

Dengan mengetahui rangkaian peristiwa dan jalan cerita, lalu masuk kelas dan menyampaikanya kepada siswa. Yang perlu diketahui bagi para guru bahwa setiap menit waktu yang digunakan untuk berfikir dan mengolah cerita sekaligus mempersiapkannya sebelum pelajaran dimulai, akan membantu dalam penyampaian cerita dengan mudah.

3. Perhatikan Posisi Duduk Siswa Hubungan guru dengan para siswa dalam bercerita hendaknya seperti hubungan tuan rumah dengan tamunya. Ia menyambut mereka, menghidupkan suasana, menghibur, serta menciptakan suasana kasih sayang dan persahabatan. Oleh karena

itu, sangatlah dianjurkan bila posisi duduk para siswa dekat dengan guru. Guru harus bisa mengaplikasikan, menentukan dan merancang media pembelajaran sesuai dengan materi yang akan dibahas. Hal ini bertujuan agar siswa lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. oleh karena itu, guru yang kreatif akan memaksimalkan kemampuan yang dimiliki untuk menyampaikan materi pembelalajaran sesuai dengan skenario pembelajaran disertai dengan media pembelajaran. Penyampaian pembelajaran mendongeng yang sesuai akan dapat menstimulus kemampuan siswa dalam berimajinasi sehingga siswa menjadi tertarik dan senang mengikuti pembelajaran mendongeng.

(8)

gotong royong, disiplin, kejujuran, kerja keras, dan sebagainya.

2. Kuasailah Materi

Penguasaan di sini lebih di titik beratkan pada penguasaan unsur-unsur pembangun dalam cerita seperti tokoh, seting, alur, dan juga konflik. 3. Hidupkan tokoh

Menghidupkan tokoh dengan memberi berbagai macam ekspresi dapat dilatih secara struktural dengan cara mengamati serta hal-hal yang dilakukan dalam kehidupan sosial yang ada di kehidupan lalu melihat pengalaman hidup yang pernah dirasakan.

4. Menghidupkan kata-kata

Menghidupkan kata dapat dilakukan dengan cara memberi sifat pada kata-kata tersebut.

5. Ikhlas dalam mendongeng Suasana hati akan sangat berpengaruh ketika kita menyampaikan sebuah dongeng. Buatlah suasana hati yang segar dan tenang ketika hendak mendongeng.

6. Melibatkan siswa dalam aktivitas mendongeng

Dalam mendongeng untuk meningkatkan kompetensi sosial siswa,

pada tahap awal siswa dapat diajak untuk ikut serta mengambil peran secara mendadak dan tidak terorganisir sebelumnya sehingga memungkinkan kita untuk melihat kompetensi awal siswa yang sesungguhnya. Dan dapat dilanjutkan sebagai parter dalam mendongeng jika ia sudah memiliki kemauan dan kemampuan dalam berkomunikasi serta mendongeng. 7. Teknik mengawali dan mengakhiri cerita

Awalilah sebuah cerita dengan appersepsi yang menarik. Banyak sekali tehnik-tehnik muncul yang dapat kita gunakan. Buatlah beberapa improvisasi lewat lagu, suara yang beranekaragam, atau menggunakan alat peraga. Dapat juga menggunakan beberapa kali pengulangan hingga anak dapat. Akhirilah sebuah cerita dengan ending yang terbuka sehingga akan memancing anak untuk ingin tahu cerita selanjutnya. Ini juga akan membuat anak menanti cerita kita yang selanjutnya.

(9)

sudah mereka dengarkan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa manfaat lain dari dongeng bagi anak, yakni: a) Media Menanamkan Nilai dan Etika; b) Memperkenalkan Bentuk Emosi; c) Mempererat Ikatan Batin; d) Memperluas Kosa Kata; dan e) Merangsang Daya Imaginasi. dongeng juga memiliki manfaat seperti Memicu kekuatan berpikir, menciptakan kebangkitan visual, mengaitkan kata-kata dengan gambar, dan memupuk pengertian terhadap orang lain. [28][19] Beberapa manfaat dongeng untuk anak :

1. Mengembangkan imajinasi anak, Melalui dongeng yang dibacakan sang ibu, imajinasi anak akan diarahkan dengan lebih baik.

2. Meningkatkan keterampilan membaca, Kemampuan awal yang dikuasai anak-anak adalah kemampuan verbal, sehingga otak kanan mereka lebih berkembang dan keterampilan berbahasanya lebih terlatih. Selain itu, kisah-kisah dongeng yang positif akan membantu anak bertutur kata dalam bahasa yang sopan.

3. Meningkatkan minat baca anak, Secara tak langsung, anak-anak yang memiliki ketertarikan pada dongeng akan memiliki rasa penasaran yang lebih tinggi. Cara yang paling mudah untuk mendongeng adalah dengan membacakan buku cerita kepada mereka.

4. Membangun kecerdasan emosional, anak akan belajar tentang nilai-nilai moral dalam kehidupan, dengan dongeng, membantu anak dalam memahami nilai-nilai emosional pada sesama.

5. Membentuk anak yang mampu berempati, Mereka akan belajar untuk lebih berempati pada lingkungan sekitarnya. Dengan pendengaran, dan cerita-cerita yang mendidik, anak akan lebih mudah menyerap nilai-nilai positif dan berempati dengan orang lain.

(10)

Kesimpulan :

Dongeng merupakan cerita fiksi yang digemari dan menjadi alat penghibur. dongeng juga merupakan alat pendidikan, dimana guru dapat merancang pembelajaran dengan beberapa metode tertentu agar terciptanya suatu pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menarik. Guru harus bisa mengaplikasikan, menentukan dan merancang media pembelajaran sesuai dengan materi yang akan dibahas. Hal ini bertujuan agar siswa lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. oleh karena itu, guru yang kreatif akan memaksimalkan kemampuan yang dimiliki untuk menyampaikan materi pembelalajaran sesuai dengan skenario pembelajaran disertai dengan media pembelajaran. Penyampaian pembelajaran mendongeng yang sesuai akan dapat menstimulus kemampuan siswa dalam berimajinasi sehingga siswa menjadi tertarik dan senang mengikuti pembelajaran mendongeng. Banyaknya manfaat yang dapat diambil dari pembelajaran mendongeng untuk anak-anak.

Dongeng memberikan beberapa manfaat bagi anak antar lain untuk mengembangkan kosa kata, memberi teladan, pesan moral, dan problem

(11)

DAFTAR PUSTAKA

1. Alsanudin, Rustiyarso,dan Rosnita (2012). PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MENGGUNAKAN MEDIA DONGENG DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI KELAS 1 SD.

2. Annisa Amalia Ikhsania. 2017. Mendongeng, Cara Mudah Menyampaikan Pesan ke Anak Tanpa Kesan Menggurui.

3. Buku Dongeng Anti Korupsi. Komisi Pemberantasan Korupsi. Republik Indonesia (2007).

4. Dian Marlina. MANFAAT MENDONGENG BAGI PSIKOLOGI ANAK.

5. Dindin Samsudin. 2017. Budayakan (Lagi) Tradisi Mendongeng. 6. Doktersehat.com. Apakah Manfaat dan Kekuatan Dongeng Pada Psikologi Anak?

7. Dwi Suryani Rimsasi, Yusi Trihartono. Menganalisis Metode Pembelajaran Dongeng.

8. EKA RATNAWATI (2010). PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI DONGENG DALAM PEMBELAJARAN BAHASA

INDONESIA SISWA KELAS I SEKOLAH DASAR NEGERI 2 BENDOSARI KECAMATAN SAWIT KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2010.

9. Eky Januarta (2015). Cara Mendongeng Yang Baik

10. Frances Vitali (2016). Teaching with stories as the content and context for learning. Global Education Review, 3(1). 27-44

11. Gandhi Ermasari (2017). Membudayakan Membaca dengan Mendongeng di Sekolah Dasar. Kompasiana.

12. Ika Oktavianti, M.Pd., Eka Zuliana, M.Pd., Yuni Ratnasari, M.Pd. (2017). MENGGAGAS KAJIAN KEARIFAN BUDAYA LOKAL DI SEKOLAH DASAR MELALUI GERAKAN LITERASI SEKOLAH. 13. Kompas.com. 2012. Manfaat Dongeng untuk Anak.

14. Laura A. Alamillo & Rosie Arenas (2012). Using Bilingual Children’s Books to Promote Equity in the Classroom.

(12)

story at the right time. LEARNing Landscapes, 7(2), 219-232.

16. MilaRoysa,S. Pd.,M.Pd. (2013). KEMAMPUAN MENDONGENG GURU SD DENGAN TEKNIK PAGELARAN WAYANG BEBER UNTUK PEMBELAJARAN SASTRA SEKOLAH DASAR.

17. Novi Resmini. PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SEKOLAH DASAR MELALUI IMPLEMENTASI STRATEGI DIRECTED READING ACTIVITY (DRA). Universitas Pendidikan Indonesia.

18. Nurliatin Mancoro. Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Dongeng Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas I SD Negeri 2 Tatura.

19. Patimah. EFEKTIFITAS METODE PEMBELAJARAN DONGENG DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN LITERASI ANAK PADA JENJANG USIA SEKOLAH DASAR. 20. Pupung Puspa Ardini (2012). Pengaruh Dongeng dan Komunikasi Terhadap Perkembangan Moral Anak Usia 7-8 Tahun.

21. Salwa Al Darwish (2014). Literacy and Children’s literature:

Evidence from Actual Classroom Practice.

22. Shally Pristine. 2013. Mengajar Lebih Asyik dan Menyenangkan dengan Mendongeng.

23. Sinsin Kartini. METODE

BERCERITA DALAM

PEMBELAJARAN MENYIMAK DI KELAS V SEKOLAH DASAR.

24. Sri Yuniarti Tripungkasingtyas. PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH DASAR MELALUI KARYA SASTRA CERITA RAKYAT SEBAGAI

SALAH SATU BENTUK

PENGENALAN BUDAYA

NUSANTARA.

25. Sukarno Budi Utomo (2013).

MENDONGENG DALAM

PERSPEKTIF PENDIDIKAN. JURNAL AGASTYA VOL 03 NO 01 JANUARI 2013.

26. Suminto A. Sayuti (2015). PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH DAN KURIKULUM 2013. Volume 1 No 2 April 2015.

(13)

28. Syafita Sri Hayati (2017). DONGENG SEBAGAI MEDIA BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SIKAP SOSIAL.

29. Sylvia Primulawati Soetantyo (2013). PERANAN DONGENG DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA SEKOLAH DASAR.

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan antara array dengan record adalah bahwa dalam array semua elemennya harus bertipe sama, tetapi dalam rekaman setiap elemen bisa mempunyai tipe data

Ambil anak timbangan dari atas susceptometer, tunggu sampai berat yang dideteksi software stabil (dengan munculnya tanda g) klik next.. Setelah nilai nya stabil klik

Untuk dapat menggambarkan peran real entrepreneur Indonesia bagi pembukaan lapangan kerja baru, coba bayangkan dengan menggunakan data statistik pada tahun 2011,

Seetõttu rõhutatakse ka müokardiidi definit- sioonis, et müokardiit on müokardi põletikuline haigus, millega kaasneb südame düsfunktsioon ning mida diagnoositakse

Siswa bertanya kepada guru berkaitan dengan soal latihan tentang informasi Nomor rumah/ يتيب yang belum dipahami melalui chat (WhatsApp).. Guru meminta siswa

Berbicara Etika Birokrasi tidak dapat dipisahkan dari Etika Aparatur Birokrasi itu karena secara eksplisit Etika Birokrasi telah termuat dalam peraturan

adaptasi budaya dapat diartikan sebagai perubahan dalam unsur kebudayaan yang menyababkan unsur itu dapat berfungsi lebih baik bagi manusia yang mendukungnya

Kebiijakan Pemerintah mengeluarkan Perda No. 10 tahun 1956 tentang pemberantasan pelacuran di jalanan dalam Kota Besar Semarang dan penutupan rumah tempat pelacuran