• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH Hukum Perdata badan hukum perdata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH Hukum Perdata badan hukum perdata"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

Hukum Perdata

Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Aspek Hukum Dalam Ekonomi

Dosen Pembimbing: Dr. Rosdalina, MH

Penyusun: Kelompok 4

Fadlun Nabila Bachdar ( 15.4.1.007 )

Fadila Bungi (15.4.1.078)

Marwandi Olii (15.4.1.002)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH A FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MANADO

(2)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pada dasarnya kehidupan antara seseorang itu didasarkan pada adanya suatu

“hubungan”, baik hubungan atas suatu kebendaan atau hubungan yang lain.

Adakalanya hubungan antara seseorang atau badan hukum itu tidak berjalan mulus

seperti yang diharapkan, sehingga seringkali menimbulkan permasalahan hukum.

Sebagai contoh sebagai akibat terjadinya hubungan pinjam meminjam saja seringkali

menimbulkan permasalahan hukum. Atau contoh lain dalam hal terjadinya putusnya

perkawinan seringkali menimbulkan permasalahan hukum. Hal tersebut termasuk

dalam masalah hukum perdata.1

Hukum perdata di Indonesia adalah sekumpulan peraturan yang berisi

perintah dan larangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang sehingga dapat

dipaksakan pemberlakuaanya berfungsi untuk mengatur masyarakat demi terciptanya

ketertiban disertai dengan sanksi bagi pelanggarnya. Salah satu bidang hukum yang

mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada subyek hukum dan hubungan antara

obyek hukum. Hukum perdata disebut pula hukum privat atau hukum sipil sebagai

lawan dari hukum publik. Jika hukum publik mengatur hal-hal yang berkaitan dengan

negara serta kepentingan umum (misalnya politik dan pemilu (hukum tata negara),

kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum administrasi atau tata usaha negara),

kejahatan (hukum pidana), maka hukum perdata mengatur hubungan antara penduduk

atau warga negara sehari- hari.2

Hukum perdata di Indonesia didasarkan pada hukum perdata di Belanda,

khususnya hukum perdata Belanda pada masa penjajahan. Bahkan Kitab

(3)

undang Hukum Perdata (dikenal KUHPerdata.) yang berlaku di Indonesia tidak lain

adalah terjemahan yang kurang tepat dari Burgerlijk Wetboek (atau dikenal dengan

BW) yang berlaku di kerajaan Belanda dan diberlakukan di Indonesia (dan wilayah

jajahan Belanda) berdasarkan azas konkordansi. Untuk Indonesia yang saat itu masih

bernama Hindia Belanda, BW diberlakukan mulai 1859. Hukum perdata Belanda

sendiri disadur dari hukum perdata yang berlaku di Perancis dengan beberapa

penyesuaian.3

Rumusan Masalah

1. Apa pengertian hukum perdata?

2. Bagaimana sejarah hukum perdata?

3. Apa saja sumber-sumber hukum perdata?

4. Apa saja asas-asas hukum perdata?

5. Bagaimana sistematika hukum perdata?

6. Bagaimana hukum perdata yang berlaku di Indonesia?

7. Bagaimana keadaan hukum di Indonesia?

(4)

PEMBAHASAN

Pengertian Hukum Perdata

Istilah hukum perdata pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Djojodiguno

sebagai terjemahan dari bahasa Belanda yaitu burgerlijkrecht Wetboek (B.W) pada

masa pendudukan Jepang. Di samping istilah itu, sinonim hukum perdata

adalah civielrecht dan privatrecht.4

Para ahli memberikan batasan hukum perdata, seperti berikut. Van Dunne

mengartikan hukum perdata, khususnya pada abad ke -19 adalah, “Suatu peraturan

yang mengatur tentang hal-hal yang sangat esensial bagi kebebasan individu, seperti

orang dan keluarganya, hak milik dan perikatan. Sedangkan hukum

publik memberikan jaminan yang minimal bagi kehidupan pribadi”5

Pendapat lain yaitu Vollmar, dia mengartikan hukum perdata adalah,

“Aturan-aturan atau norma-norma yang memberikan pembatasan dan oleh karenanya

memberikan perlindungan pada kepentingan perseorangan dalam perbandingan yang

tepat antara kepentingan yang satu dengna kepentingan yang lain dari orang-orang

dalam suatu masyarakat tertentu terutama yang mengenai hubungan keluarga dan

hubungan lalu lintas”6

Hukum perdata merupakan salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan

kewajiban yang dimiliki subjek hukum. Subjek adalah pelaku. Subjek hukum ada

dua, yaitu manusia dan badan hukum (PT, firma, yayasan, dan sebagainya). Hukum

perata ada karena kehidupan seseorang didasarkan pada adanya suatu “hubungan”,

4 Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia ,(Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hal. 209

(5)

bagik hubungan berdasarkan kebendaan atau hubungan yang lain. Manusia. Hukum

perdata bertujuan untuk mengatur hubungan di antara penduduk atau warga Negara

sehari-hari, seperti kedewasaan seseorang, perkawinan, perceraian, kematian, waris,

harta benda, kegiatan usaha, dan tindakan bersifat perdata lainnya. Karena hukum

perdata “rangkaian peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum

antara orang yang satu dan orang lain dengan menitikberatkan pada kepentingan

perseoranagn “. Hukum perdata merupakan ketentuan yang mengatur dan membatasi

tingkah laku manusia dalam memenuhi kepentingannya serta membatasi kehidupan

manusia atau seseorang dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan atau

kepentingannya.7

Hukum perdata juga disebut hukum privat atau hukum sipil (Civil Law).

Hukum privat adalah hukum yang baik materi maupun prosesnya didasarkan kepada

kepentingan pribadi-pribadi. Misalnya ketika terjadi transaksi jual beli rumah, kedua

belah pihak berhak untuk menentukan metode pembayaran, apakah kontan atau

kredit. Jual beli ini merupakan urusan pribadi sehingga institusi public seperti polisi

atau jaksa tidak berhak untuk ikut campur dalam prosesnya. Jadi, ketika ditemukan

masalah perdata dan polisi atau jaksa turut campur dalam kasus tersebut (dengan

membawa baju institusinya), maka tindakan aparat tersebut patut dicurigai. Namun

ketika terjadi penipuan, misalnya rumah dijual bukan hak milik si Penjual, maka

kasus ini bisa dilaporkan ke polisi.8

Hukum perdata menentukan, bahwa didalam perhubungan antar mereka,

orang harus meundukan diri kepada apa saja dan norma-norma apa saja yang harus

7 Darda Syahrizal, Kasus-Kasus Hukum Perdata di Indonesi, (Yogyakarta: Pustaka Grhatama, 2011). hlm. 12-13

(6)

mereka indahkan. Dalam hal ini hukum perdata memberikan wewenang-wewenang di

satu pihak dan di lain pihak iamembebankan kewajiban-kewajiban, yang

pemenuhannya dan justru ini adalah inti aturan hukum, jika perlu dapat dipaksakan

dengan bantuan penguasa.9

Pengertian Hukum Perdata Material dan Formal

- Hukum Perdata Material

Pengertian hukum perdata material adalah menerangkan

perbuatan-perbuatan apa yang dapat dihukum serta hukuman-hukuman apa yang dapat

dijatuhkan. Hukum materil menentukan isi sesuatu perjanjian, sesuatu

perhubungan atau sesuatu perbuatan. Dalam pengertian hukum materil perhatian

ditujukan kepada isi peraturan.10

- Hukum Perdata Formal

Pengertian hukum perdata formil adalah menunjukkan cara

mempertahankan atau menjalankan peraturan-peraturan itu dan dalam

perselisihan maka hukum formil itu menunjukkan cara menyelesaikan di muka

hakim. Hukum formil disebut pula hukum Acaara. Dalam pengertian hukum

formil perhatian ditujukan kepada cara mempertahankan/ melaksanakan isi

peraturan.11

9Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996). hal. 2

(7)

Sejarah Hukum Perdata

1. Kodifikasi Hukum Perdata Belanda tahun 1830

Sumber pokok hukm perdata (Burgerlijkrecht) iyalah Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerljk Wetboek), disingkat KUHPer (B.W.)

KUHPer sebagian besar adalah hukum perdata prancis, yaitu Code Napoleon

tahun 1811-1838; akibat penduduk prancis di Belanda, berlaku di Negeri

Belanda sebagai Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang resmi. Sebagian

dari Code Napoleon ini adalah Code Civil, yang dalam penyusunanya

mengambil karangan-karanngan pengarang-pengarang bangsa prancis

mengenai hukum Romawi (Corpus Juris Ciivlis), yang pada jaman dahulu

dianggap sebagai hukum yang paling sempurna. Juga unsure-unsur hukum

kanoniek (hukum agama Katolik) dan hukum kebiasaan setempat

mempengaruhinya. 12

Setelah pendudukmPrancis berakhir, oleh pemerintah Belenda

dibentuk suatu panitia yang di ketuai oleh Mr. J.M. Kemper dan bertugas

membuat rencana kodifikasi hukum perdata Belanda dengan menggunakan

sebagai sumber sebagaian besar “Code Napoleon” dan sebagian kecil hukum

belanda Kuno. Kemudian diresmikan pada 1 Oktober 1838 yang

mengeluarkan Burgerilijk Wetboek (KUHPer) dan Wetboek van Koophandel (

KUH Dagang).13

2. Kodifikasi Hukum Perdata di Indonesi, tahun, 1848

(8)

KUHPer yang terlaksana pada 1 Mei 1848 itu adalah hasil panitia

kodifikasi yang diketuai oleh Mr. C.J. Scholten van Oud-Haarlem. Maksud

dari kodifikasi pada waktu itu untuk mengadakan persesuaian antara hukum

dan keadaan di Indonesia dengan hukum dan keadaan negeri Belanda. Di

negeri Belanda aliran kodifikasi adalah dari pada aliran kodifikasi yang di

Eropa berlangsung secara umum pada akhir abad ke-18; masalah pada waktu

itu sudah ada Negara-negara yang telah selesai dengan kodifikasinya.14

KUHPer Indonesia sekarang ini (yang mulai berlaku sejak 1 Mei

1848)dapat dikatakan suatu copy KUHPer Belanda, sehingga untuk

menyediakannya perlula sedianya untuk menyelidiki KUHPer Belanda. 15

Sumber Hukum Perdata

Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang

mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau

dilanggar mengakibatkan timbulnya sanksi yang tegas dan nyata.16 Sumber hukum

perdata adalah asal mula hukum perdata atau tempat dimana hukum perdata di

temukan.17

Volamar membagi sumber hukum perdata menjadi empat macam. Yaitu

KUHperdata ,traktat, yurisprudensi, dan kebiasaan. Dari keempat sumber tersebut

dibagi lagi menjadi dua macam, yaitu sumber hukum perdata tertulis dan tidak

tertulis. Yang dimaksud dengan sumber hukum perdata tertulis yaitu tempat

14 Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2. hal. 41 15 Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2. hal. 41

(9)

ditemukannya kaidah-kaidah hukum perdata yang berasal dari sumber tertulis.

Umumnya kaidah hukum perdata tertulis terdapat di dalam peraturan

perundang-undangan, traktat, dan yurisprudensi. Sumber hukum perdata tidak tertulis adalah

tempat ditemukannya kaidah hukum perdata yang berasal dari sumber tidak tertulis.

Seperti terdapat dalam hukum kebiasaan. 18

Yang menjadi sumber perdata tertulis yaitu:

1. AB (algemene bepalingen van Wetgeving) ketentuan umum permerintah Hindia

Belanda

2. KUHPerdata (BW)

3. KUH dagang

4. UU No 1 Tahun 1974

5. UU No 5 Tahun 1960 Tentang Agraria. 19

Asas-asas Hukum Perdata

Beberapa asas yang terkandung dalam KUHPerdata yang sangat penting dalam

Hukum Perdata adalah:

1. Asas Kebebasan Berkontrak

Asas ini mengandung pengertian bahwa setiap orang dapat mengadakan

perjanjian apapun juga, baik yang telah diatur dalam undang-undang, maupun yang

belum diatur dalam undang-undang (lihat Pasal 1338 KUHPdt).20

2. Asas Konsensualisme

18 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2014), hal. 17 19

(10)

Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUHPdt.

Pada pasal tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian adalah

adanya kata kesepakatan antara kedua belah pihak. Asas ini merupakan asas yang

menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara formal,

melainkan cukup dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan adalah

persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak.21

3. Asas Kepercayaan

Asas kepercayaan mengandung pengertian bahwa setiap orang yang akan

mengadakan perjanjian akan memenuhi setiap prestasi yang diadakan diantara

mereka dibelakang hari.22

4. Asas Kekuatan Mengikat

Asas kekuatan mengikat ini adalah asas yang menyatakan bahwa perjanjian

hanya mengikat bagi para pihak yang mengikatkan diri pada perjanjian tersebut dan

sifatnya hanya mengikat.23

5. Asas Persamaan hukum,

Asas persamaan hukum mengandung maksud bahwa subjek hukum yang

mengadakan perjanjian mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dalam

hukum. Mereka tidak boleh dibeda-bedakan antara satu sama lainnya, walaupun

subjek hukum itu berbeda warna kulit, agama, dan ras.24

6. Asas Keseimbangan,

21 Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia ,(Jakarta: Balai Pustaka, 1989). Hlm.

40

(11)

Asas keseimbangan adalah asas yang menghendaki kedua belah pihak

memenuhi dan melaksanakan perjanjian. Kreditur mempunyai kekuatan untuk

menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi melalui

kekayaan debitur, namun debitur memikul pula kewajiban untuk melaksanakan

perjanjian itu dengan itikad baik25

7. Asas Kepastian Hukum,

Asas kepastian hukum atau disebut juga dengan asas pacta sunt servanda

merupakan asas yang berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt

servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati

substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah

undang-undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang

dibuat oleh para pihak.26

8. Asas Moral

Asas moral ini terikat dalam perikatan wajar, yaitu suatu perbuatan sukarela

dari seseorang tidak dapat menuntut hak baginya untuk menggugat prestasi dari pihak

debitur. Hal ini terlihat dalam zaakwarneming, yaitu seseorang melakukan perbuatan

dengan sukarela (moral). Yang bersangkutan mempunyai kewajiban hukum untuk

meneruskan dan menyelesaikan perbuatannya. Salah satu faktor yang memberikan

motivasi pada yang bersangkutan melakukan perbuatan hukum itu adalah didasarkan

pada kesusilaan (moral) sebagai panggilan hati nuraninya.27

9. Asas Perlindungan

(12)

Asas perlindungan mengandung pengertian bahwa antara debitur dan kreditur

harus dilindungi oleh hukum. Namun, yang perlu mendapat perlindungan itu adalah

pihak debitur karena pihak ini berada pada posisi yang lemah.Asas-asas inilah yang

menjadi dasar pijakan dari para pihak dalam menentukan dan membuat suatu

kontrak/perjanjian dalam kegiatan hukum sehari-hari. Dengan demikian dapat

dipahami bahwa keseluruhan asas diatas merupakan hal penting dan mutlak harus

diperhatikan bagi pembuat kontrak/perjanjian sehingga tujuan akhir dari suatu

kesepakatan dapat tercapai dan terlaksana sebagaimana diinginkan oleh para pihak.28

10. Asas Kepatutan.

Asas kepatutan tertuang dalam Pasal 1339 KUHPdt. Asas ini berkaitan dengan

ketentuan mengenai isi perjanjian yang diharuskan oleh kepatutan berdasarkan sifat

perjanjiannya29

11. Asas Kepribadian (Personality)

Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang

akan melakukan dan/atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan

saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUHPdt.30

12. Asas Itikad Baik (Good Faith)

Asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPdt yang berbunyi:

“Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Asas ini merupakan asas bahwa

para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak

(13)

berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh maupun kemauan baik dari para

pihak.31

Sistematika Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia

1. Menurut Undang sebagaimana termuat dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata terdiri atas 4 buku, yaitu:

- Buku I, yang berjudul Perihal Orang (Van Personen), yang memuat

Hukum Perorangan dan Hukum Kekeluargaan;

- Biku II, yang berjudul Perihal Benda (Van Zaken), yang memuat

Hukum Benda dan Hukum Waris;

- Buku III, yang berjudul perihal perikatan (Van Verbintennissen), yang

memuat Hukum Harta Kekayaan yang berkenan dengan hak-hak dan

kewajiban yang berlaku bagi-orang-orang atau pihak tertentu;

- Buku IV, yang berjudul perihal pembuktian dan kadauiawarsa (Van

Bewijs en Berjaring), yang memuat perihal alat-alat pembuktian dan

akibat-akibat lewat waktu terhadap hubungan-hubungan hukum.32

2. Menurut Ilmu Pengetahuan Hukum, Hukum Perdata (yang termuat dalam

KUHPer) terdapat 4 bagian, yaitu:

- Hukum Perorangan (Personenrecht) yang memuat antara lain:

a. Peraturan-peraturan tentang manusia sebagai subyek hukum,

b. Peraturan-peraturan tentang kecakapan untuk memiliki hak-hak

dan bertindak sendiri melaksanakan hak-haknya itu.

31 Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia ,(Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm. 231

(14)

- Hukum Keluarga (Familierecht) yang memuat antara lain:

a. Perkawinan beserta hubungan dalam hukum harta kekayaan antara

suami/istri

b. Hubungan antara orangtua dan anak-anaknya (kekuasaan

orangtua-ouderlijke macht),

c. Perwalian (voogdij),

d. Pengampunan (curalele).33

- Hukum Harta Kekayaan (Vermogensrecht), yang mengatur tentang

hubungan-hubungan hukum yang dapat dinilaikan dengan uang.

Hukum Harta Kekayaan meliputi;

a. Hak mutlak, yaitu hak-hak yang berlaku terhadap tiap orang;

b. Hal perorangan, yaitu hak-hak yang hanya berlak terhadap seorang

atau suatu pihak tertentu saja. Hal 45.

- Hukum Waris (Erfrecht), yang mengatur tentang benda atau harta

kekayaan seseorang jika meninggal dunia (mengatur akibat-akibat dari

hubungan keluarga terhadap harta peninggalan seseorang).34

Hukum yang Berlaku di Indonesia

1.

Bagi Golongan eropa dan yang dipersamakan berlaku Hukum Perdata dan

Hukum Dagang Barat yang diselaraskan dengan Hukum Perdata dan Hukum

Dagang di negeri Belanda berdasarkan azas konkordansi.

(15)

2.

Bagi Golongan Bumi Putera (Indonesia asli) dan yang dipersamakan berlaku

Hukum Adat merka. Yaitu Hukum yang sejak dahulu kala berlaku di kalangan

rakyat, dimana sebagian besar dari Hukum Adat tersebut belum tertulis, tetapi

hidup dalam tindakan-tindakan rakyat.

3.

Bagi Golongan Timur Asing (bangsa Cina, India, Arab) berlaku hukum

msing-masing, dengan catatan bahwa golongan Bumi Putera dan Timur Asing

(Cina, Arab, India) diperbolehkan untuk menundukkan diri kepada Hukum

Eropa Barat baik secara keseluruhan maupun untuk beberapa macam tindakan

hukum tertentu saja.35

Maksudnya untuk segala golongan warga negara berlainan satu dengan yang lain.

Dapat kita lihat :

4.

Untuk Golongan Bangsa Indonesia Asli: Berlaku Hukum Adat yaitu hukum

yang sejak dahulu kala berlaku di kalangan rakyat, hukum yang sebagian

besar masih belum tertulis, tetapi hidup dalam tindakan-tindakan rakyat

mengenai segala hal di dalam kehidupan kita dalam masyarakat.

5.

Untuk Golongan warga negara bukan asli yang berasal dari Tionghoa dan

Eropa: Berlaku kitab KUHP (Burgerlijk Wetboek) dan KUHD (Wetboek van

koophandel), dengan suatu pengertian bahwa bagi golongan tionghoa ada

suatu penyimpangan, yaitu pada bagian 2 dan 3 dari TITEL IV dari buku I

tentang: Upacara yang mendahului pernikahan dan mengenai penahanan

pernikahan. Hal ini tidak berlaku bagi golongan tionghoa, karena pada mereka

(16)

diberlakukan khusus yaitu Burgerlijke stand, dan peraturan mengenai

pengangkatan anak (adopsi).36

Selanjutnya untuk golongan warga negara bukan asli yang bukan berasal dari

tionghoa atau eropa berlaku sebagian dari BW yaitu hanya bagian-bagian yang

mengenai Hukum kejayaan Harta Benda (Vermogensrecht), jadi tidak mengenai

Hukum Kepribadian dan Hukum Kekelurgaan (Personen en Familierecht) maupun

yang mengenai Hukum Warisan.37

Keadaan Hukum Perdata di Indonesia

Mengenai keadaan hukum perdata di Indonesia sekarang ini masih bersifat majemuk

yaitu masih beranekaragam. Faktor yang mempengaruhinya antara lain :

1.

Faktor etnis : keanekaragaman adat di Indonesia

2.

Faktor historia yuridis yang dapat dilihat pada pasal 163, I.S yang membagi

penduduk Indonesia dalam golongan, yaitu :

6.

Golongan eropa : hukum perdata dan hukum dagang

7.

Golongan bumi putera (pribumi/bangsa Indonesia asli) : hukum adat

8.

Golongan timur asing (bangsa cina, india, arab) : hukum masing-masing38

36 Darda Syahrizal, Kasus-Kasus Hukum Perdata di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Grhatama, 2011). hal. 50

(17)

PENUTUP

KESIMPULAN

Hukum perdata adalah hukum yang mengatur hubungan antar individu dalam

pergaulan masyarakat. Jadi, hukum perdata adalah hukum pokok yang mengatur

kepentingan-kepentingan perorangan. Dalam [eradilan hukum perdata diutamakan

perdamaian karena hukum perdata itu tidak hanya difungsikan untuk menghukum

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Abdulkadi, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2014)

Syahrizal DardA, Kasus-Kasus Hukum Perdata di Indonesi, (Yogyakarta: Pustaka Grhatama,

2011)

Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia ,(Jakarta: Balai Pustaka,

1989)

Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2 (Jakarta: Balai Pustaka, 1993)

Soetami Siti, Pengantar Tata Hukum Indonesia, (Bandung : PT Refika Aditama, 2007)

Referensi

Dokumen terkait

setelah dilakukan proses belajar mengajar, terjadi peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelompok eksperimen yaitu yang menggunakan pembelajaran

JADUAL BERTUGAS HAKIM MAHKAMAH SESYEN & MAJISTRET SEPANJANG TEMPOH PERINTAH KAWALAN PERGERAKAN (PKP) BERMULA 5 FEBRUARI HINGGA 18 FEBRUARI 2021.. MAHKAMAH:

Dari hasil penelitian, arang aktif dengan kadar volatile matter tertinggi dihasilkan oleh aktivasi dengan konsentrasi ekstrak belimbing wuluh 25% dan waktu

Tidak hanya itu, hasil rumusan yang diperoleh dalam penelitian ini nantinya diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan kajian pengembangan perumusan dinamika

Telah berhasil dibuat prototip Survey Meter yang digunakan untuk mengetahui tingkat radiasi beta atau gamma di suatu lokasi, yang dipadukan dengan Global Positioning System

Penelitian ini berjudul “Hubungan Komunikasi Antara Warga Asing dan Warga Setempat (Studi Deskriptif Mengenai Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga

Di dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 38 Tahun 2012 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Pelayanan Publik, selain kewajiban penyelenggara tersebut di