Makalah Seni Rupa
Deskripsi Rumah Adat Nusantara
Rumah Joglo (jawa tengah)
Oleh
: Devi Fitria R
Kelas
: XII IPS 2
Absen
: 9
DINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 REMBANG
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terbesar di
dunia. Terdiri lebih dari 270 juta jiwa hidup di Indonesia. Dengan sumber
daya alamnya pun yang melimpah. Disamping itu, Indonesia terdiri atas
1.340 suku bangsa yang berbeda. Jumlah tersebut bessar kemungkinan
bisa bertambah mengingat wilayah indonesia yang luas dan ada beberapa
masyarakat yang hidup toleransi.
Diantara setiap kebudayaan di Indonesia, yang dianggap unik adalah
rumah adat masing-masing suku bangsa. Rumah merupakan sesuatu
yang penting karena mencerminkan papan disamping dua macam
kebutuhan lainnya yaitu sandang dan pangan. Karena rumah berfungsi
untuk melindungi dari tantangan alam dan lingkungannya. Selain itu
rumah tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan utamanya saja. Tetapi
dipergunakan untuk mewadahi semua kegiatan dan kebutuhan yang ada
di dalam rumah tersebut. Namun tidak semua rumah adat di Indonesia
kita mengenalnya. Mungkin untuk rumah adat di Jawa, kita masih sering
melihatnya. Namun apakah kita mengetahui secara rinci tentang rumah
adat jawa, khususnya Jawa Tengah. Oleh karena tu saya mengajak agar
kita bisa mengenal rumah adat Jawa Tengah lebih lanjut.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.
Untuk mengetahui deskripsi rumah adat joglo di Jawa Tengah
3.
Mengetahui jenis dari rumah adat joglo di Jawa Tengah
4.
Untuk memenuhi tugas seni rupa
BAB II
PEMBAHASAN
Rumah Jawa merupakan kesatuan dari nilai seni dan nilai bangunan
sehingga merupakan nilai tambah dari hasil karya budaya manusia yang dapat dijabarkan secara keilmuan.
Bentuk rumah tradisional jawa dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan bentuk. Secara garis besar tempat tinggal orang jawa dapat dibedakan menjadi:
1. Rumah Bentuk Joglo 2. Rumah Bentuk Limasan
3. Rumah bentuk Kampung
4. Rumah Bentuk Masjid dan Tajug atau Tarub 5. Rumah bentuk panggang Pe
Dibanding 4 bentuk lainnya, rumah bentuk joglo merupakan rumah joglo yang dikenal masyarakat pada umumnya. Rumah Joglo ini kebanyakan hanya
dimiliki oleh mereka yang mampu. Hal ini disebabkan rumah bentuk joglo membutuhkan bahan bangunan yang lebih banyak dan mahal daripada rumah bentuk yang lain. Masyarakat jawa pada masa lampau menganggap bahwa
rumah joglo tidak boleh dimiliki oleh orang kebanyakan, tetapi rumah joglo hanya diperkenankan untuk rumah kaum bangsawan, istana raja, dan pangeran,
serta orang yang terpandang atau dihormati oleh sesamanya saja. Dewasa ini rumah joglo digunakan oleh segenap lapisan masyarakat dan juga untuk berbagai fungsi lain, seperti gedung pertemuan dan kantor-kantor. Banyak
rumah bentuk joglo. Rumah bentuk joglo selain membutuhkan bahan yang lebih banyak, juga membutuhkan pembiayaan yang besar, terlebih jika rumah
tersebut mengalami kerusakan dan perlu diperbaiki.
Kehidupan ekonomi seseorang yang mengalami pasang surut pun turut
berpengaruh, terutama setelah terjadi penggeseran keturunan dari orang tua kepada anaknya. Jika keturunan seseorang yang memiliki rumah bentuk joglo mengalami penurunan tingkat ekonomi dan harus memperbaiki serta harus
mempertahankan bentuknya, berarti harus menyediakan biaya secukupnya. Ini akan menjadi masalah bagi orang tersebut. Hal ini disebabkan adanya suatu
kepercayaan, bahwa pengubahan bentuk joglo pada bentuk yang lain merupakan pantangan sebab akan menyebabkan pengaruh yang tidak baik atas kehidupan selanjutnya, misalnya menjadi melarat, mendatangkan musibah, dan
sebagainya.
Pada dasarnya, rumah bentuk joglo berdenah bujur sangkar.
Pada mulanya bentuk ini mempunyai empat pokok tiang di tengah yang di sebut saka guru, dan digunakan blandar bersusun yang di sebut tumpangsari. Blandar tumpangsari ini bersusun ke atas, makin ke atas makin melebar. Jadi awalnya
hanya berupa bagian tengah dari rumah bentuk joglo zaman sekarang. Perkembangan selanjutnya, diberikan tambahan-tambahan pada bagian-bagian
samping, sehingga tiang di tambah menurut kebutuhan. Selain itu bentuk denah juga mengalami perubahan menurut penambahannya. Perubahan-perubahan tadi ada yang hanya bersifat sekedar tambahan biasa, tetapi ada juga yang
bersifat perubahan konstruksi.
Dari perubahan-perubahan tersebut timbulah bentuk-bentuk rumah joglo
kepuhan apitan, joglo semar tinandu, joglo lambangsari, joglo wantah apitan, joglo hageng, dan joglo mangkurat.
A. Joglo “Semar Tinandhu”
Joglo Semar Tinandu (semar diusung/semar dipikul) diilhami dari bentuk tandu. Joglo ini biasanya digunakan untuk regol atau gerbang kerajaan, dengan ciri- ciri :
1. Denah berbentuk persegi panjang
2. Pondasi bebatur, yaitu tanah yang diratakan dan lebih tinggi dari tanah disekelilingnya. Diatas bebatur dipasang umpak yang sudah diberi purus
wedokan, umpak ini nantinya akan disambung dengan tiang saka.
3. Memakai 2 saka guru sebagai tiang utama yang menyangga atap brunjung dan 8 saka pananggap yang berfungsi sebagai penyangga yang
berada diluar saka guru. Bagian bawah tiap saka diberi purus lanang untuk disambung ke purus wedokan dan diperkuat dengan umpak
4. Terdapat 2 pengeret sebagai penyangga balok tandu
5. Memiliki tumpang 3 tingkat yang ditopang balok tandu
6. Atapnya memiliki 4 jenis empyak yaitu; empyak brunjung, empyak cocor pada bagian atas dan empyak penanggap serta empyak penangkur dibagian bawah.
7. Pada atap terdapat molo
8. Menggunakan usuk rigereh, usuk yang pada bagian atas bersandar pada dudur sedangkan bagian bawah bertumpu pada balok pengeret dan
dipasang tegak lurus.
9. Biasanya digunakan untuk regol ( pintu masuk)
luar, namun terasa lebih sejuk karena ada kemiringan atap yang memberikan perbedaan udara antara ruang luar dengan ruang di dalam joglo.
Pada joglo semar tinandu ini udara bergerak secara lurus melalui celah diantara dua tembok sambungan. Pergerakan udara terjadi secara leluasa, langsung pada
bagian tengah joglo ini, karena tidak terhalang oleh tembok, namun pada bagian samping kanan dan kiri, udara tidak bisa mengalir ke sisi sebelahnya, karena terhalang oleh tembok sambungan yang sampai ke puncak joglo. Udaara
kembali bergerak ke bawah melewati celah menuju ruang di sebelah tembok sambungan, dan mengalir ke berbagai arah.
Joglo Lambang Sari
Joglo Lambangsari merupakan joglo dengan sistem konstruksi atap
menerus. Bentuk ini paling banyak dipakai pada bangunan tradisional jawa. Bentuk joglo yang menggunakan lambangsari, dengan ciri- ciri :
1. Bentuk denah persegi panjang
2. Memakai pondasi bebatur, yaitu tanah yang diratakan dan lebih tinggi dari tanah disekelilingnya. Diatas bebatur ini dipasang umpak yang sudah
diberi purus wedokan.
3. Terdapat 4 saka guru sebagai penahan atap brunjung yang membentuk ruang pamidangan yang merupakan ruang pusat dan 12 saka pananggap yang menyangga atap pananggap (tiang pengikut), masing-masing saka ditopang oleh umpak menggunakan sistem purus
4. Memakai blandar, pengeret, sunduk, serta kilil. masing- masing blandar dan pengeret dilengkapi dengan sunduk dan kili sebagai stabilisator.
disebut tumpangsari, dan balok terakhir merupakan tutup kepuh yang berfungsi sebagai balok tumpuan ujung- ujung usuk atap.
6. Uleng/ruang yang terbentuk oleh balok tumpang di bawah atap ada 2 (uleng ganda)
7. Terdapat godhegan sebagai stabilisator yang biasanya berbentuk ragam hias ular-ularan.
8. Menggunakan atap sistem empyak. 4 sistem empyak yang digunakan : brunjung dan cocor pada bagian atas, serta pananggap dan penangkur di bagian bawah
9. Terdapat balok molo pada bagian paling atas yang diikat oleh kecer dan dudur.
10.Menggunakan usuk peniyung yaitu usuk yang dipasang miring atau memusat ke molo. Joglo ini juga tidak memiliki emper
penghawaan pada rumah joglo ini dirancang dengan menyesuaikan dengan
lingkungan sekitar. rumah joglo, yang biasanya mempunyai bentuk atap yang bertingkat-tingkat, semakin ke tengah, jarak antara lantai dengan atap yang semakin tinggi dirancang bukan tanpa maksud, tetapi tiap-tiap ketinggian atap
tersebut menjadi suatu hubungan tahap-tahap dalam pergerakan manusia menuju ke rumah joglo dengan udara yang dirasakan oleh manusia itu sendiri.
Saat manusia berada pada rumah joglo paling pinggir, sebagai perbatasan antara ruang luar dengan ruang dalam, manusia masih merasakan hawa udara dari luar, namun saat manusia bergerak semakin ke tengah, udara yang
dirasakan semakin sejuk, hal ini dikarenakan volume ruang di bawah atap, semakin ke tengah semakin besar. Seperti teori yang ada pada fsika
Saat manusia kembali ingin keluar, udara yang terasa kembali mengalami
perubahan, dari udara sejuk menuju udara yang terasa diluar ruangan. Dapat dilihat kalau penghawaan pada rumah joglo, memperhatikan penyesuaian tubuh
manusia pada cuaca disekitarnya.Sistem penghawaan pada joglo lambangsari ini, seperti pada sistem penghawaan joglo pada umumnya, angin/udara bergerak sejajar, di seluruh ruang terbuka, pada bagian ruang bagian tengah, yang
dibatasi tiang utama/saka guru, udara bergerak ke atas, namun kembali bergerak ke bawah. Hal ini terjadi karena joglo lambangsari tidak memiliki
lubang ventilasi, karena memang di desain untuk atap menerus.
BAB III