TINJAUAN PUSTAKA
Ternak Domba
Domba lokal lebih dikenal oleh masyarakat sebagai domba kampung atau
lokal. Domba jenis ini kurang produktif jika diusahakan secara komersial, karena
karkas (daging) yang dihasilkan sangat rendah. Demikian pula, bulunya kurang
mempunyai mutu baik. Jenis domba ini banyak juga diusahakan oleh masyarakat
dipedesaan sebagai sampingan saja. Ciri-ciri domba lokal/kacang/kampung
Indonesia adalah ukuran badan kecil, pertumbuhannya lambat, bobot badan
domba jantan 30 kg - 40 kg dan domba betina 15 kg - 20 kg, warna bulu dan
tanda – tandanya sangat beragam, bulunya kasar dan agak panjang, telinganya
kecil dan pendek, domba betina tidak bertanduk, sedangkan domba jantan
bertanduk dan ekornya kecil dan pendek (Cahyono, 1998).
Ternak domba mempunyai beberapa keuntungan dilihat dari segi
pemeliharaan yaitu cepat berkembang biak, dapat beranak lebih dari satu ekor,
berjalan dengan jarak lebih dekat sehingga mudah dalam pemeliharaan, pemakan
rumput, kurang memilih pakan yang diberikan dan kemampuan merasa kurang
tajam, sehingga mudah dalam pemberian pakan, sumber pupuk kandang dan
keuangan bagi peternak (Tomazewska, et al. 1993).
Pertumbuhan Domba
Pertumbuhan domba adalah pertambahan dalam bentuk dan berat
jaringan-jaringan pembangun, seperti urat daging, tulang otak, jantung dan semua jaringan-jaringan
tubuh (kecuali jaringan lemak) serta alat-alat tubuh lainnya. Dalam istilah
protein dan zat-zat mineral, sedangkan pertambahan akibat penimbunan lemak
atau penimbunan air bukanlah pertumbuhan murni (Anggorodi, 1979).
Dalam pertumbuhan dan perkembangan domba, pertumbuhan itu sendiri
tidak sekedar meningkatnya berat badan domba, tetapi juga menyebabkan
konformasi oleh perbedaan tingkat pertumbuhan komponen tubuh, dalam hal ini
urat daging dari karkas atau daging yang akan dikonsumsi
manusia (Parakkasi, 1995).
Menurut Soeparno (1994) pertumbuhan adalah perubahan ukuran yang
meliputi perubahan berat hidup, bentuk, dimensi linear dan komposisi tubuh,
termasuk perubahan komponen-komponen tubuh seperti otot, lemak, tulang serta
komponen-komponen kimia, terutama air, lemak, protein dan abu pada karkas.
Sedangkan menurut Sugeng (1991) pertumbuhan adalah berkenaan dengan
peningkatan bobot hidup sampai mencapai bobot tertentu sesuai dengan
kemasakan tubuh.
Pencernaan Domba
Perkembangan sistem pencernaan ternak domba mengalami tiga fase
perubahan. Fase pertama, pada waktu domba dilahirkan sampai dengan umur tiga
minggu yang disebut non ruminansia karena pada tahapan ini fungsi sistem
pencernaan sama dengan pencernaan mamalia lain. Fase kedua mulai umur 3-8
minggu disebut fase transisi yaitu perubahan dari tahap non ruminansia
menjadi ruminansia yang ditandai dengan perkembangan rumen.
Tahap ketiga fase ruminansia dewasa yaitu setelah umur domba
Proses utama dari pencernaan adalah secara mekanik, enzimatik ataupun
mikrobial. Proses mekanik terdiri dari mastikasi atau pengunyahan dalam mulut
dan gerakan-gerakan saluran pencernaan yang di hasilkan oleh kontraksi otot
sepanjang usus. Pencernaan secara enzimatik atau kimiawi di lakukan oleh enzim
yang di hasilkan oleh sel-sel dalam tubuh hewan dan yang berupa getah-getah
pencernaan (Tillman et al., 1984).
Proses pencernaan ternak ruminansia di mulai di ruang mulut. Di dalam
ruang mulut, pakan yang masih berbentuk kasar dipecah menjadi partikel-partikel
kecil dengan cara pengunyahan dan pembasahan oleh saliva. Dari mulut, pakan
masuk ke rumen melalui oesophagus (Siregar, 1994).
Pakan Domba
Pakan yang di berikan jangan sekedar di maksudkan untuk mengatasi lapar
atau sebagai pengisi perut saja melainkan harus benar-benar bermanfaat untuk
kebutuhan hidup, membentuk sel-sel baru, mengganti sel-sel yang rusak dan
untuk produksi (Widayati dan Widalestari, 1996).
Pakan adalah semua bahan pakan yang bisa di berikan dan bermanfaat
bagi ternak. Pakan yang di berikan harus berkualitas tinggi yaitu mengandung
zat-zat yang di perlukan oleh tubuh ternak dalam hidupnya seperti air, karbohidrat,
lemak, protein, mineral dan air (Parakkasi, 1995).
Kebutuhan ternak akan zat makanan terdiri dari kebutuhan hidup pokok
dan kebutuhan untuk produksi. Kebutuhan hidup pokok pengertiannya sederhana
yaitu untuk mempertahankan hidup. Ternak yang memperoleh makanan hanya
sekedar cukup untuk memenuhi hidup pokok, bobot badan ternak tersebut tidak
hidup pokoknya maka sebagian dari kelebihan makanan itu akan dapat dirubah
menjadi bentuk produksi misalnya air susu, pertumbuhan dan reproduksi ini
disebut kebutuhan produksi (Tillman, et al., 1991). Kebutuhan harian zat-zat
makanan untuk ternak domba dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kebutuhan harian zat-zat makanan untuk ternak domba
BB BK ENERGI PROTEIN Ca P
Kebutuhan ternak akan gizi dalam makanan domba perlu diperhatikan
untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam usaha penggemukan domba.
Kandungan gizi dalam makanan domba ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan zat gizi dalam makanan domba (dasar bahan kering)
Berat Domba jantan muda digemukan
30 1,3 64 2,8 2,3 11 0,37 0,23 588
Pelepah kelapa sawit meliputi helai daun, ruas tengah, petiol dan kelopak
pengganti pakan hijauan. Namun, adanya lidi pada pelepah daun kelapa sawit
akan menyulitkan ternak dalam mengkonsumsinya. Masalah tersebut dapat diatasi
dengan pencacahan yang dilanjutkan dengan pengeringan dan penggilingan.
Kandungan nilai gizi pelepah kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kandungan nilai gizi pelepah kelapa sawit
Kandungan Zat Nilai Gzi (%)
Total digestible nutriens (TDN) 65
Sumber : Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2005)
Bunkil Inti Sawit
Bungkil Inti Sawit (BIS) adalah limbah hasil ikutan dari ekstraksi inti
sawit. Bahan ini diperoleh dengan proses kimiawi atau cara mekanik. Walaupun
kandungan proteinnya agak baik tapi karena serat kasarnya tinggi dan
palatabilitasnya rendah menyebabkan kurang cocok bagi ternak monogastrik dan
lebih cocok pada ternak ruminansia (Devendra, 1977). Kandungan nutrisi bungkil
inti sawit dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan nutrisi bungkil inti sawit
Kandungan zat Nilai Gizi (%)
Bahan kering 92
Protein Kasar 21,51
Serat Kasar 10,5
Lemak Kasar 2,4
Total digestible nutriens (TDN) 72,0
Kalsium 0,53
Fosfor 0,19
Bungkil inti sawit merupakan produk samping yang berkualitas karena
mengandung protein kasar yang cukup tinggi 16-18%. Sementara kandungan
serat kasar mencapai 16%. Pemanfaatan perlu disertai produk samping
lainnya untuk mengoptimalkan penggunaan bungkil ini bagi ternak.
Dedak Padi
Sebahagian bahan makanan asal nabati, dedak memang limbah
pengolahan padi menjadi beras. Oleh karena itulah kandungan nutrisinya juga
cukup baik, kandungan protein dedak halus sebesar 12% - 13% dengan
kandungan lemak cukup tinggi, yaitu 13 %. Serat kasar yang dikandung sekitar
12 % cukup tinggi (Pilliang, 1997).
Dedak padi adalah bahan pakan yang diperoleh dari pemisahan beras
dengan kulit gabahnya melalui proses penggilingan padi dari pengayakan hasil
ikutan dari penumbukan padi. Dedak merupakan hasil ikutan dalam proses
pengolahan gabah menjadi beras yang mengandung bagian luar yang tidak tebal,
tetapi tercampur dengan penutup beras. Hal ini mempengaruhi tinggi atau
rendahnya kandungan serat kasar dedak (Parakkasi, 1985). Kndungan nilai gizi
dedak padi dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kandungan nilai gizi dedak padi
Kandungan Zat Kadar Zat
Bahan Kering 89,10 a
Protein Kasar 13,80 a
TDN 64,30 b
Serat Kasar 8,00 a
Lemak Kasar 8,20 a
Garam
Garam yang dimaksud disini adalah garam dapur (NaCl), dimana selain
berfungsi sebagai mineral juga berfungsi sebagai palatabilitas
(Pardede dan Asmira, 1997).
Pada umumnya bahan pakan yang digunakan untuk ternak tidak cukup
mengandung Na dan Cl untuk memenuhi kebutuhan produksi optimum. Hampir
semua bahan makanan nabati mengandung Na dan Cl relative lebih kecil
dibandingkan bahan makanan hewani. Oleh karena itu, bahan pakan ruminan
(termasuk hijauan) perlu penambahan suplemen Na dan Cl dalam bentuk garam
dapur yang diberikan secara ad libitum (Parakkasi, 1995).
Molasses
Molases dapat digunakan sebagai pakan ternak. Keuntungan penggunaan
molasses untuk pakan ternak adalah kadar karbohidrat tinggi (48% - 60% sebagai
gula), kadar mineral cukup dan disukai ternak. Tetes juga mengan dung vitamin B
kompleks dan unsur-unsur mikro yang penting bagi ternak seperti kobalt, boron,
yodium, tembaga, dan seng sedangkan kelemahannya adalah kaliumnya yang
tinggi dapat menyebabkan diare jika dikonsumsi terlalu banyak
(Rangkuti et al., 1985). Kandungan nilai gizi molasses dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Kandungan nilai gizi molasses
Kandungan zat Nilai gizi (%)
Bahan Kering 67,5
Protein Kasar 3,4
Serat Kasar 0,38
Lemak Kasar 0,08
Calsium 1,5 Phospor 0,02 TDN 56,7
Ultra Mineral
Mineral adalah zat anorganik yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit
namun berperan penting agar proses fisiologis dapat berlangsung dengan baik.
Mineral digunakan sebagai kerangka pembentukan tulang dan gigi, pembentukan
darah dan pembentukan jaringan tubuh serta diperlukan sebagai komponen enzim
yang berperan dalam proses metabolisme di dalam sel. Penambahan mineral
dalam pakan domba dapat dilakukan untuk mencegah kekurangan mineral di
dalam pakan (Setiadi dan inounu, 1991).
Kebutuhan mineral esensial pada domba dapat dilihat pada Tabel 7
dibawah ini :
Tabel 7. Kebutuhan mineral esensial domba
NUTRIEN KEBUTUHAN LEVEL MAKSIMUM
Mineral Makro %BK %BK
Mineral Langka Ppm/kg BK Ppm/kg BK
Jodium (I) 0,10-0,80 50
Ampas tahu merupakan limbah dalam bentuk padatan dari bubur kedelai
dipakai sebagai bahan makanan ternak karen ampas tahu masih mengandung gizi
yang baik dan dapat digunakan sebagai ransum ternak besar dan kecil.
Penggunaan ampas tahu masih sangat terbatas bahkan seririg sekali menjadi
limbah yang tidak termanfaatkan sama sekali (Gustina, 2012). Kandungan nilai
gizi ampas tahu dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Kandungan nilai gizi ampas tahu
Kandungan zat Nilai gizi (%)
Protein Kasar 2,91*
Serat Kasar 3,76*
Lemak Kasar 1,39*
Calsium 0,61**
Phospor 0,35** Lisin 0,80**
Sumber :** Laboratorium IPB (1995)
Gustina (2012)
Fermentasi Dengan Biomol+
Fermentasi dengan biomol+ adalah suatu proses fermentasi mikroba
merubah pakan menjadi meningkat kandungan nutrisinya (protein dan energi) dan
disukai ternak karena rasanya relatif manis. Teknologi fermentasi ini juga
merupakan proses mempertahankan kesegaran bahan pakan dengan kandungan
bahan kering 30 - 35%.
Fermentasi dengan biomol+ terdiri dari pelepah daun kelapa sawit,
molasses, biomol, ragi. Prinsip fermentasi ini hampir sama dengan Prinsip silase
akan tetapi fermentasi dengan biomol berfungsi sebagai bahan penguat suatu
bahan pakan ternak .
Probiotik Biomol+
Probiotik adalah bakteri hidup yang diberikan sebagai suplemen makanan
binatang, dengan memperbaiki keseimbangan mikroflora intestinal. Mikroflora
yang digolongkan sebagai probiotik adalah yang memproduksi asam laktat
terutama dari golongan Lactobacilli dan Bifidobacteria..
Probiotik Biomol+ adalah produk bioteknologi terapan yang merupakan
campuran berbagai mikroorganisme yang bermanfaat dalam pemecahan serat,
protein dan lemak pakan sehingga akan mendorong proses fermentasi pakan serta
meningkatkan sentesis protein mikroba rumen.
Probiotik Biomol+ dapat membantu proses pemecahan polisakarida pakan
ruminansia yaitu komponen selulosa dan hemiselulosa sehingga dapat
difermentasikan oleh mikroba rumen lebih efektif untuk pembentukan asam
lemak mudah terbang dan massa mikroba rumen menjadi sumber protein.
Keseimbangan energi dan protein yang dapat dimanfaatkan di dalam
saluran cerna pasca rumen harus diupayakan agar pemanfaatan nutrient
sempurna. Keseimbangan mikroflora didalam saluran cerna juga dipengaruhi
oleh kondisi pakan yang ada. Apabila kualitas pakan rendah, kurang protein dan
mineral, tinggi serat kasar dan lemak mungkin akan terbentuk
kondisi ekosistem saluran cerna (terutama retikulo rumen) yang
tidak seimbang hal tersebut, penggunaan Probiotik Biomol +
akan meningkatkan efektifitas pemanfaatan nutrient untuk menunjang produksi
daging (Sony, 2012)
Komposisi
Bacteri : cfu/grm
1. Azotobacter paspalii 3.20 x 10⁷
3. Bacillus licheniformes 2.00 x 10⁷
4. Bacillus pumilus 4,20 x 10⁹
5. Bacillus stearothermophyllus 3.20 x 10⁹
6. Bacillus subtilis 2.00 x 10⁵
7. Corynebacterium pseudodipteriticum 8.00 x 10⁹
8. Micrococcus varians 2.00 x 10⁷
9. Sarcina lutea 8.00 x 10⁸
10. Staphylococcus epidermis 2.00 x 10⁷
Khamir :
1. Saccharomyces coreviseae 2.00 x 10⁷
Parameter Penelitian Karkas
Karkas adalah bobot tubuh ternak setelah pemotongan dikurangi dari berat
kepala, darah, organ-organ internal, kaki (carpus dan tarsus) ke bawah dan
kulit (Soeparno, 1994).
Karkas merupakan bagian terpenting sehingga harga seekor ternak potong
akan bergantung pada perolehan karkasnya. Namun disamping kwantitasnya,
karkas yang diminta oleh konsumen harus berkualitas. Komposisi karkas
merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitasnya. Konsumen
menghendaki karkas yang proporsi daging maksimum, tulangnya minimum dan
lemaknya optimum (Natasasmita, 1997).
Kondisi karkas dipengaruhi peran mikroorganisme selama proses
pemotongan dan pengeluaran jeroan. Pencemaran mikroorganisme dapat melalui
juga terdapat dipermukaan karkas selama pemotongan. Penyebaran
mikroorganisme secara cepat adalah melalui air dan udara (Murtidjo, 1993).
Bobot tubuh kosong
Pengistirahatan ternak dapat dilaksanakan dengan pemuasaan atau tanpa
pemuasaan. Pengistirahatan dengan pemuasaan mempunyai maksud untuk
memperoleh berat tubuh kosong (BTK = bobot tubuh setelah dikurangi isi saluran
pencernaan, isi kandung kencing dan isi saluran empedu) dan mempermudah
proses penyembelihan bagi ternak agresif dan liar. Pengistirahatan tanpa
pemuasaan bermaksud agar ketika disembelih darah dapat keluar sebanyak
mungkin dan ternak tidak mengalami stress (Soeparno, 1992).
Pada ternak diistirahatkan juga dilaksanakan pemeriksaan sebelum
penyembelihan (antemortem), yang meliputi kesehatan ternak, cidera atau
tidaknya ternak dan bunting atau tidanya ternak (Manual Kesmavet, 1993).
Pengistirahatan dilaksanakan apabila dilaksanakan pemuasaan tanpa
pemberian pakan tetapi diberi minum, dengan waktu 12 sampai 24 jam sebelum
penyembelihan (Smith et al., 1978).
Persentase karkas
Karkas domba, dan sapi disiapkan untuk diperdagangkan adalah
merupakan bagian tubuh yang tertinggal setelah darah, kepala, kaki, kulit,
pencernaan, intestinum, kantung urine, jantung, trachea, paru-paru, ginjal, limpa,
hati dan jaringan lemak (yang melekat pada bagian tubuh tersebut) dipisahkan.
Rata-rata persentase karkas untuk domba, dan sapi 50% - 55% dari masing-
Persentase karkas dipengaruhi oleh bobot karkas, bobot ternak, kondisi,
bangsa ternak, proporsi, bagian-bagian non karkas, ransum yang diberikan dan
cara pemotongan (Berg dan Butterfield, 1976).
Pertumbuhan tubuh yang kemudian menjadi karkas terdiri dari 3 jaringan
utama yaitu tulang yang membentuk kerangka, urat yang membentuk daging.
Ketiga jaringan itu tumbuh sangat teratur dan serasi. Dan diantara ketiga jaringan
tersebut, jaringan tulanglah yang tumbuh paling awal, kemudian disusul oleh
pertumbuhan urat yang menyelubungi kerangka. Sedangkan lemak tumbuh
terakhir dan tumbuh paling cepat pada saat domba itu mendekati kemasakan
tubuh. Maka dapat dimengerti bahwa ternak domba yang masih muda persentase
tulangnya lebih tinggi, tetapi sebaliknya persentase daging dan
fatnya rendah (Sugeng, 1991).
Herman (1993) menyatak bahwa semakin tinggi bobot potong yang
diperoleh menyebabkan bobot karkas segar dan persentase karkas semakin tinggi.
Devendra (1977) menyatakan persentase karkas merupakan sifat penting
dalam kajian mengenai karkas. Persentase karkas merupakan faktor yang penting
untuk menilai produksi ternak pedaging, karena sangat erat hubungannya dengan
bobot hidup dimana semakin bertambah bobot hidup maka produksi karkas
meningkat.
Lemak
Peletakan lemak mula-mula terjadi sekitar organ-organ internal, ginjal dan
alat pencernaan kemudian lemak disimpan dalam jaringan ikat sekitar otot
dibawah kulit dan antara otot (Judge et al., 1989). Bobot lemak yang terdapat
karena dengan meningkatnya lemak tersebut akan mengakibatkan berkurangnya
hasil potongan komersial karkas (Minish dan Fox, 1976). Vezinhet dan Prudhon
(1975) membagi depot lemak menjadi lima kelompok, yakni lemak omental
(dibagian depan jeroan), lemak mesentrik (didaerah usus), lemak internal
(disekitar ginjal dan pelvis), lemak intermuskuler (antar otot) dan lemak subkutan
(dibawah kulit). Bervariasinya lemak tubuh disebabkan adanya perbedaan tumbuh
kembang tubuh yang tergantung pada bangsa, umur, jenis kelamin dan latar
belakang pakan (Berg dan Butterfield, 1976).
Lemak cadangan tidak hanya terbentuk dari lemak yang dimiliki tetapi
berasal dari karbohidrat dan adakalanya dari protein. Lebih kurang 50% dari
jaringan lemak terdapat dibawah kulit, sisanya ada disekeliling alat-alat tubuh
tentu teristimewa ginjal, dalam membran disekeliling usus, dalam urat dagingdan
di tempat-tempat lainnya (Anggorodi, 1984).
Tidak ada perbedaan dalam proporsi daging, tulang dan jaringan ikat
maupun pada perlemakan pada tingkat pemberian pakan yang berbeda pada
domba, tetapi berbeda dalam depot lemak, domba yang mendapat pakan lebih
banyak mempunyai lemak subkutan lebih banyak (Frandson,R.D, 1992).