• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELIMPAHAN STOK IKAN ARWANA PAPUA Sclero

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KELIMPAHAN STOK IKAN ARWANA PAPUA Sclero"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

JURNAL PENELITIAN PERIKANAN INDONESIA

ISSN 0853 - 5884

Volume 21 Nomor 2 Juni 2015

Nomor Akreditasi: 455/AU2/P2MI/LIPI/08/2012

(Periode: Agustus 2012 - Agustus 2015)

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia adalah wadah informasi perikanan,

baik laut maupun perairan umum daratan. Jurnal ini menyajikan hasil penelitian

sumber daya, penangkapan, oseanografi, lingkungan, rehabilitasi

lingkungan, dan pengkayaan stok ikan.

Terbit pertama kali tahun 1994. Tahun 2006, frekuensi penerbitan

Jurnal ini tiga kali dalam setahun pada

bulan April, Agustus, dan Desember.

Tahun 2008, frekuensi penerbitan menjadi empat kali yaitu pada

bulan MARET, JUNI, SEPTEMBER, dan DESEMBER.

Ketua Redaksi:

Prof. Dr. Ir. Wudianto, M.Sc. (Teknologi Penangkapan Ikan-P4KSI)

Anggota:

Prof. Dr. Ir. Ngurah Nyoman Wiadnyana, DEA. (Ekologi Perairan-P4KSI)

Prof. Dr. Ir. M.F. Rahardjo, DEA. (Ekologi Ikan-IPB)

Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA. (Matematika dan Statistika Terapan-IPB)

Prof. Dr. Ali Suman (Teknologi Penangkapan Ikan-BPPL)

Dr. Eko Sriwiyono, S.Pi, M.Si. (Teknologi Kapasitas Penangkapan Ikan-IPB)

Bebestari untuk Nomor ini:

Prof. Dr. Ir. Endi Setiadi Kartamihardja, M. Sc. (Pengelolaan Perikanan PUD-P4KSI)

Prof. Dr. Ir. Sam Wouthuyzen, M.Sc. (Oseanografi Perikanan-LIPI)

Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc. (Teknologi Penangkapan Ikan-IPB)

Dr. Ir. Sudarto, M.Si. (Genetika Akuakultur-BP2BIH)

Drs. Bambang Sumiono, M.Si. (Biologi Perikanan-P4KSI)

Redaksi Pelaksana:

Dra. Endang Sriyati

Darwanto, S.Sos.

Sekretariat :

Ofan Bosman, S.Pi

Alamat Redaksi/Penerbit:

Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan

Gedung Balitbang KP II, Jl. Pasir Putih II Ancol Timur Jakarta Utara 14430

Telp. (021) 64700928, Fax. (021) 64700929

(3)

i KATA PENGANTAR

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (JPPI) di tahun 2015 memasuki Volume ke-21. Pencetakan jurnal ini dibiayai oleh Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan tahun anggaran 2015. Semua naskah yang terbit telah melalui proses evaluasi oleh Dewan Redaksi dan editing oleh Redaksi Pelaksana.

Penerbitan kedua di Volume 21 Nomor 2 tahun 2015 menampilkan delapan artikel hasil penelitian perikanan di perairan Indonesia. Kedelapan artikel tersebut mengulas tentang: Penentuan status stok sumberdaya rajungan (Portunus pelagicusLinnaeus, 1758) dengan metode spawning potential ratio di perairan sekitar Belitung; Stok dan kondisi habitat daerah asuhan beberapa jenis krustasea di Segara Anakan; Sebaran hasil tangkapan madidihang (Thunnus albacaresBonnaterre, 1788) di Samudera Hindia Bagian Timur; Status pemanfaatan ikan di Selat Alas Propinsi Nusa Tenggara Barat; Dinamika ekologi Laut Sulawesi (WPP 716) sebagai daya dukung terhadap perikanan malalugis (Decapterus macarellusCuvier, 1833); Sebaran larva ikan dan kaitannya dengan kondisi oseanografi Laut Sulawesi; Kelimpahan stok ikan arwana Papua (Scleropages jardiniiSaville-Kent, 1892) di sungai Kumbe, Kabupaten Merauke, Papua; Perbedaan hasil tangkapan bagan apung yang menggunakan lampu merkuri dengan Lampu LED.

Diharapkan tulisan ini dapat memberikan kontribusi bagi para pengambil kebijakan dan pengelola sumber daya perikanan di Indonesia. Redaksi mengucapkan terima kasih atas partisipasi aktif para peneliti dari lingkup dan luar Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan.

(4)

ISSN 0853 - 5884

JURNAL PENELITIAN PERIKANAN INDONESIA

Volume 21 Nomor 2 Juni 2015

DAFTAR ISI

Halaman

i

iii

v-vii

viii

63-70

71-78

79-86

87-94

95-102

103-114

115-122

123-130 KATA PENGANTAR ………...

DAFTAR ISI ………..………..

KUMPULAN ABSTRAK ...

LEMBAR RALAT VOLUME 21 NOMOR 1 MARET 2015...

Penentuan Status Stok Sumberdaya Rajungan (Portunus pelagicusLinnaeus, 1758) dengan Metode Spawning Potential Ratio di Perairan sekitar Belitung

Oleh: Tri Ernawati, Duranta Kembaren dan Karsono Wagiyo...

Stok dan Kondisi Habitat Daerah Asuhan Beberapa Jenis Krustasea di Segara Anakan

Oleh: Karsono Wagiyo dan Khairul Amri...

Sebaran Hasil Tangkapan Madidihang (Thunnus albacaresBonnaterre, 1788) di Samudera Hindia Bagian Timur

Oleh: Arief Wujdi, Ririk Kartika Sulistyaningsih dan Fathur Rochman...

Status Pemanfaatan Ikan di Selat Alas Propinsi Nusa Tenggara Barat

Oleh: Didik Santoso, Mulyono S. Baskoro, Domu Simbolon, Yopi Novita dan Mustaruddin...

Dinamika Ekologi Laut Sulawesi (WPP 716) Sebagai Daya Dukung terhadap Perikanan Malalugis (Decapterus macarellusCuvier, 1833)

Oleh: Puji Rahmadi dan Reny Puspasari...

Sebaran Larva Ikan dan Kaitannya dengan Kondisi Oseanografi Laut Sulawesi

Oleh: Khairul Amri, Atiah Al Mutoharoh dan Dwi Ernaningsih...

Kelimpahan Stok Ikan Arwana Papua (Scleropages jardiniiSaville-Kent, 1892) di Sungai Kumbe, Kabupaten Merauke, Papua

Oleh: Agus Arifin Sentosa, Arip Rahman dan Hendra Satria...

(5)

JURNAL PENELITIAN PERIKANAN INDONESIA

Vol. 21 No.2 Juni 2015

KUMPULAN ABSTRAK

v PENENTUAN STATUS STOK SUMBERDAYA

RAJUNGAN (Portunus pelagicusLinnaeus, 1758) DENGAN METODE SPAWNING POTENTIAL RATIO DI PERAIRAN SEKITAR BELITUNG

Tri Ernawati

JPPI Juni 2015, Vol.21 No.2, Hal.63-70. e-mail: erna.sarwono@gmail.com

ABSTRAK

Sumber daya rajungan (Portunus pelagicus Linnaeus, 1758) di perairan sekitar Belitung dieksploitasi terus menerus dilakukan sebagai sumber mata pencaharian. Pemanfaatan intensif sumber daya rajungan dapat menurunkan ketersediaan stok rajungan di perairan. Indikasi tangkap berlebih (overfishing) terhadap pemanfaatan sumber daya rajungan sudah mulai terlihat dari penurunan hasil tangkapan dan ukuran individu. Tulisan ini bertujuan mengetahui kondisi dan status stok sumber daya rajungan berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan dari Februari sampai dengan November 2014 di perairan sekitar Pulau Belitung. Metode yang digunakan untuk penentuan status stok rajungan dengan menggunakan pendekatan metode Spawning Potential Ratio (SPR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa status stok sumber daya rajungan di perairan sekitar Belitung mengalami penurunan yang ditunjukkan dengan hasil SPR 5% atau telah mengalami heavily exploited. Indikasi penurunan populasi juga ditunjukkan dengan nilai rata-rata ukuran lebar karapas (CW) rajungan yang tertangkap (CW50) sebesar 93 mm, dibawah ukuran lebar karapas rata-rata pertama kali matang gonad (CW m) sebesar 118,9 mm. Upaya pemulihan stok dapat dilakukan dengan cara meningkatkan SPR pada level 10% dan 20% sebagai batas dan target pengelolaan untuk keberlanjutan sumber daya rajungan atau pada rata-rata ukuran lebar karapas (CW) rajungan yang tertangkap adalah 12 cm.

KATAKUNCI: Rajungan (Portunus pelagicusLinnaeus, 1758), status stok, SPR, perairan Belitung

STOK DAN KONDISI HABITAT DAERAH ASUHAN BEBERAPA JENIS KRUSTASEA DI SEGARA ANAKAN

Karsono Wagiyo

JPPI Juni 2015, Vol.21 No.2, Hal.71-78. e-mail: k_gio@yahoo.co.id

ABSTRAK

Di Cilacap, produksi krustasea menambah nilai sebesar US$ 12 juta/tahun. Produksi krustasea

menurun seiring dengan penurunan kualitas habitat. Fenomena ini dapat diungkap dengan penelitian stok krutasea dan kondisi habitatnya, untuk mengetahui; kelimpahan, laju tangkap, komposisi dan hubungannya dengan kondisi habitat. Penelitian dilakukan pada tahun 2013 dengan sampling pada area dan musim yang berbeda. Hasil penelitian mendapatkan kelimpahan krustasea di Area Timur (6.865 ekor/104m3) lebih tinggi dari Area Tengah (1.023 ekor/104m3) dan Area Barat (441 ekor/104m3), Musim Timur (4.378 ekor/104m3) lebih tinggi dari Musim Peralihan II (1.174 ekor/104m3). Laju tangkap krustasea di Area Timur (1.910 gr/jam) lebih tinggi dari Area Tengah (1.104 gr/jam) dan Area Barat (389 gr/jam), Musim Timur (1.222 gr/jam) lebih tinggi dari Musim Peralihan II (1.046 gr/jam). Prosentase krustasea di Area Barat (71,50 %) lebih tinggi dari Area Tengah (67,66 %) dan Area Timur (50,68 %), Musim Timur (56,84 %) lebih rendah dari Musim Peralihan II (69,72 %). Kelimpahan larva udang di Area Tengah (70.313 ekor/103m3) lebih tinggi dari Area Barat (13.357 ekor/103m3) dan Area Timur (18.400 ekor/103m3), Musim Peralihan I (56.861 ekor/103m3) lebih tinggi dari Musim Timur (11.186 ekor/103m3). Kondisi perairan antar wilayah dan musim menunjukan kualitas yang berbeda. Oksigen dan karbondioksida terlarut lebih baik di Area Timur dibandingkan Area Barat dan Area Tengah. Kecerahan, salinitas dan kecepatan arus di Area Timur lebih tinggi dibandingkan area lainnya. Musim Peralihan I memiliki kandungan oksigen dan pH lebih baik dari Musim Timur, salinitas dan kecepatan arus lebih rendah dari Musim Timur. Larva udang lebih menyukai tutupan mangrove tinggi sedangkan juvenil lebih menyukai jenis mangrove Rhizopora spp.

KATAKUNCI: Krustasea, kelimpahan, laju tangkap, kondisi habitat, Segara Anakan SEBARAN HASIL TANGKAPAN MADIDIHANG (Thunnus albacares Bonnaterre, 1788) DI SAMUDERA HINDIA BAGIAN TIMUR

Arief Wujdi

JPPI Juni 2015, Vol.21 No.2, Hal.79-86. e-mail:arief_wujdi@yahoo.com

ABSTRAK

(6)

dilakukan oleh pemantau ilmiah pada kapal rawai tuna komersial yang berbasis di Benoa, Pelabuhanratu dan Bungus dari Agustus 2005 sampai Desember 2013; serta program monitoring pendaratan tuna yang berbasis di Benoa tahun 2010-2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pancing bervariasi secara bulanan dan tahunan. Rata-rata bulanan laju pancing tertinggi terjadi pada Mei (0,17 ekor/100 pancing) dan terendah pada Februari (0,01 ekor/100 pancing), sedangkan rata-rata laju pancing tahunan tertinggi pada 2006 (0,11 ekor/100 pancing) dan terendah pada 2011 (0,06 ekor/100 pancing). Rata-rata laju pancing tahunan cenderung mengalami penurunan sebesar 29,48%/ tahun. Ikan madidihang tertangkap oleh rawai tuna Indonesia tersebar dari 0°-34° LS dan 76°-134° BT. Sebaran spasial laju pancing tertinggi berada di sekitar Kepulauan Mentawai dan selatan Jawa Timur hingga Nusa Tenggara.

KATAKUNCI: Madidihang, distribusi, laju pancing, Samudera Hindia Bagian Timur

STATUS PEMANFAATAN IKAN DI SELAT ALAS PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT

Didik Santoso

JPPI Juni 2015, Vol.21 No.2, Hal.87-94. e-mail: didiksantoso91@gmail.com

ABSTRAK

Upaya untuk pengelolaan perikanan tangkap yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif adalah dengan menentukan status pemanfaaatan ikan, khususnya ikan yang bernilai ekonomi penting sebagai tahap awal. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan status pemanfaatan ikan khususnya ikan-ikan yang bernilai ekonomi penting di Selat Alas Propinsi NTB. Metode yang digunakan untuk menentukan tingkat pemanfaatan adalah dengan menggunakan potensi maksimum lestari dari Schaefer. Penelitian dilakukan di desa-desa nelayan di sekitar Selat Alas Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Status pemanfaatan cumi-cumi (Loligo edulis) adalah sebesar 140,4%, tongkol (Euthynnus affinis)sebesar 156,6%, dan kerapu (Ephinephelussp) sebesar 197,2% tergolong status over exploited. Sedangkan ikan cakalang (Katsuwanus pelamis) 72,6%, dan kakap merah (Lutjanus campechanus) sebesar 65,7% berada dalam status moderately exploited.

KATAKUNCI: Status pemanfaatan, ikan, Over exploited, PersamaanSchaefer model,

Selat Alas, Propinsi NTB

DINAMIKA EKOLOGI LAUT SULAWESI (WPP 716) SEBAGAI DAYA DUKUNG TERHADAP PERIKANAN MALALUGIS (Decapterus macarellus)

Puji Rahmadi

JPPI Juni 2015, Vol.21 No.2, 95-102. e-mail: puji.rahmadi@gmail.com

ABSTRAK

Ikan Malalugis adalah ikan pelagis kecil yang merupakan hasil tangkapan utama nelayan di perairan Laut Sulawesi. Pada tahun 2012 dilaporkan bahwa perikanan pelagis kecil menjadi salah satu hasil perikanan yang penting, dan hasil tangkapan yang dominan dari perikanan pelagis kecil tersebut adalah ikan malalugis biru (Decapterus macarellus). Jenis ikan malalugis memiliki sifat bermigrasi dan membentuk gerombolan kecil yang mana sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya. Tipe arus pasut di Teluk Manado (Laut Sulawesi) merupakan arus pasut bolak balik (reversing current). Banyaknya arus yang begitu aktif merupakan salah satu faktor yang mendukung habitat ikan malalugis. Diduga kekhasan sifat distribusi arus di daerah Laut Sulawesi ini yang membuat kelimpahan ikan malalugis relatif tinggi di perairan Sulawesi Utara dibandingkan dengan daerah perairan lainnya di Indonesia. Kelimpahan ikan malalugis yang tinggi mendorong ikan ini menjadi komoditas penting dalam sektor perikanan di Laut Sulawesi. Meski demikian pada tahun 2012 dilaporkan bahwa tingkat produksi ikan malalugis mengalami penurunan. Hal ini diduga karena terlalu tingginya tingkat eksploitasi atau diakibatkan oleh adanya perubahan dalam kondisi ekosistem ikan tersebut di Laut Sulawesi. Oleh karena itu studi ini dilakukan untuk mengkaji tingkat daya dukung lingkungan terhadap keberlangsungan sumberdaya perikanan malalugis di wilayah perairan Laut Sulawesi.

KATAKUNCI: Laut Sulawesi, malalugis, ekosistem, daya dukung

SEBARAN LARVA IKAN DAN KAITANNYADENGAN KONDISI OSEANOGRAFI LAUT SULAWESI Khairul Amri

JPPI Juni 2015, Vol.21 No.2, 103-114. e-mail: kh_amri@yahoo.com

ABSTRAK

(7)

vii sangat dipengaruhi oleh kondisi oseanografi seperti

temperatur, salinitas dan sejumlah parameter lainnya termasuk ketersediaan pakan. Untuk mengetahui pengaruh parameter oseanografi terhadap kelimpahan dan sebaran spasial larva ikan di Laut Sulawesi, telah dilakukan penelitian menggunakan kapal riset KR Baruna Jaya VII pada Oktober 2012. Parameter oseanografi yaitu temperatur dan salinitas diukur menggunakan iCTD dan sampling larva menggunakan bonggo net pada 18 stasiun pengukuran. Analisa hubungan kondisi oseanografi dengan sebaran larva dilakukan secara deskriptif dan pemetaan sebarannya dilakukan secara spasial. Hasil menunjukan keterkaitan sejumlah parameter oseanografi dengan kelimpahan dan sebaran spasial larva ikan. Sebaran larva famili Scombroidae dominan berada pada perairan bersalinitas tinggi karena merupakan jenis ikan oseanik. Larva ikan demersal banyak ditemukan di perairan sekitar Kep.Sangihe Talaud. Kelimpahan larva tertinggi ditemukan di perairan bagian utara dan barat lokasi penelitian dimana kelimpahan plankton tinggi ditemukan.

KATAKUNCI: Laut Sulawesi, kondisi oseanografi, kelimpahan dan distribusi, larva ikan KELIMPAHAN STOK IKAN ARWANA PAPUA (Scleropages jardinii Saville-Kent, 1892) DI SUNGAI KUMBE, KABUPATEN MERAUKE, PAPUA Agus Arifin Sentosa

JPPI Juni 2015, Vol.21 No.2, 115-122. e-mail: agusarifinsentosa7@gmail.com

ABSTRAK

Sungai Kumbe merupakan salah satu habitat utama ikan arwana Papua (Scleropages jardinii Saville-Kent, 1892) di Kabupaten Merauke. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kelimpahan ikan arwana Papua di Sungai Kumbe, Merauke. Pengambilan data dilakukan pada Februari – Maret dan November-Desember 2013 dengan metode survei melalui percobaan penangkapan serta wawancara langsung dengan nelayan dan pengumpul anakan arwana. Kelimpahan dihitung dengan membagi jumlah induk atau anakan arwana dengan luas area tercakup. Hasil menunjukkan bahwa rata-rata kelimpahan induk dan anakan ikan arwana Papua di Sungai Kumbe sebanyak 1 ekor induk/ha dan 58 ekor anakan/ha. Total anakan yang dapat dimanfaatkan dari perairan Sungai Kumbe agar populasi ikan arwana Papua terjaga kelestariannya sebanyak 321 – 6.419 ekor anakan.

KATAKUNCI: Arwana Papua,Scleropages jardinii, kelimpahan, Sungai Kumbe, Merauke

PERBEDAAN HASIL TANGKAPAN BAGAN APUNG YANG MENGGUNAKAN LAMPU MERKURI DENGAN LAMPU LED

Muhammad Sulaiman

JPPI Juni 2015, Vol.21 No.2, 123-130. e-mail: dgcule1@gmail.com

ABSTRAK

Teknik penangkapan ikan dengan alat tangkap bagan di Indonesia khususnya di Kabupaten Barru umumnya masih menggunakan lampu merkuri yang mana membutuhkan energi listrik yang cukup besar. Salah satu alternatif untuk mengurangi penggunaan energi listrik yang besar ini dapat digunakan jenis lampu hemat energi seperti lampuLight Emitting Diode(LED). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan jenis ikan yang dominan tertangkap, komposisi jenis, dan berat ikan tertangkap antara bagan yang menggunakan lampu merkuri dengan lampu LED. Penelitian dilakukan di perairan Kabupaten Barru-Selat Makassar, Sulawesi Selatan. Lokasi pengamatan terletak pada posisi 4°22’48,7"-4°33’47,8"LS sampai dengan 119°25’05,0"- 119°33’42,7"BT. Pengamatan lapang/uji coba penangkapan dilakukan pada periode Oktober-Nopember 2012 dan April-Mei 2013 (sebanyak 50 (Trip penangkapan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi hasil tangkapan bagan yang menggunakan lampu merkuri dan lampu LED didominasi oleh ikan teri hitam, teri putih, kembung lelaki, tembang, cumi-cumi, dan peperek, masing-masing sebanyak 90% dan 83%. Dengan komposisi jenis hasil tangkapan yang demikian ini menunjukkan bahwa lampu LED dapat digunakan sebagai alat bantu penangkapan ikan karena mampu memikat jenis ikan target dan cenderung hasil tangkapannya sama dengan menggunakan lampu merkuri yang digunakan nelayan bagan. Terdapat perbedaan berat hasil tangkapan bagan yang menggunakan lampu merkuri dari pada yang menggunakan lampu LED, namun dari nilai hasil tangkapan tampak tidak berbeda. Berat per jenis hasil tangkapan yang dominan tertangkap dengan lampu LED sebanyak17,49 kg/watt sedangkan lampu merkuri sebanyak 4,89 kg/watt. Hasil ini menunjukkan bahwa bagan dengan lampu LED mendapatkan tangkapan lebih banyak dibandingkan dengan bagan lampu merkuri.

(8)

RALAT VOLUME 21 NOMOR 1 MARET 2015

NO PENULISAN AWAL PERBAIKAN HALAMAN

1. Tabel 4. Keragaman genetik ikan sidat di perairan Indonesia

Satuan dalam kolom tabel ada yang kurang jelas.

50

Tabel 4. Keragaman genetik ikan sidat di perairan Indonesia Table 4. Genetic diversity of tropical eel in Indonesian waters

Species/subspecies n P Nhp h ฀฀฀฀ Tajima's D

test

A. marmorata 92 16 45 ฀฀฀฀฀฀฀฀0.937 0.861 ฀฀฀฀฀฀฀

-1.9511*

A. interioris 13 4 12 0.974 ฀฀฀฀฀฀฀ 0.541 ฀฀฀฀฀฀฀ -0.8798

A. n. nebulosa 7 4 6 0.953 ฀฀฀฀฀฀฀ 0.302 ฀฀฀฀฀฀฀ -1.6226*

A. b. pacifica 18 4 12 0.935 ± 0.048 1.012 ฀฀฀฀฀฀฀ -2.2838**

A. b. bicolor 66 8 46 0.931 ± 0.026 1.060 ฀฀฀฀฀฀฀ -1.8541*

A. celebesensis 14 4 10 0.923 ฀฀฀฀฀฀฀ 0.544 ฀฀฀฀฀฀฀ -0.4112

A. borneensis 3 1 3 1.000 ฀฀฀฀฀฀฀ 0.128 ฀฀฀฀฀฀฀ n.d.

Total 213 134 6.653฀ 0.307 4.448฀ 0.010

-Average - - 0.950฀฀0.044 0.635฀0.001

-Tabel 4. Keragaman genetik ikan sidat di perairan Indonesia Table 4. Genetic diversity of tropical eel in Indonesian waters

Species/subspecies n P Nhp h  Tajima's D test

A. marmorata 92 16 45 0.937 0.861 -1.9511*

A. interioris 13 4 12 0.974 0.541 -0.8798

A. n. nebulosa 7 4 6 0.953 0.302 -1.6226*

A. b. pacifica 18 4 12 0.935 ± 0.048 1.012 -2.2838**

A. b. bicolor 66 8 46 0.931 ± 0.026 1.060 -1.8541*

A. celebesensis 14 4 10 0.923 0.544 -0.4112

A. borneensis 3 1 3 1.000 0.128 n.d.

Total 213 134 6.653 0.307 4.448 0.010

(9)

-115 Kelimpahan Stok Ikan Arwana Papua………di Sungai Kumbe, Kabupaten Merauke, Papua (A.R. Sentosa., et al)

KELIMPAHAN STOK IKAN ARWANA PAPUA (Scleropages jardinii

Saville-Kent,

1892) DI SUNGAI KUMBE, KABUPATEN MERAUKE, PAPUA

STOCK ABUNDANCE OF SARATOGA (Scleropages jardinii

Saville-Kent, 1892)

IN

KUMBE RIVER, MERAUKE REGENCY, PAPUA

Agus Arifin Sentosa, Arip Rahman dan Hendra Satria

Peneliti pada Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan-Jatiluhur Teregistrasi I tanggal: 25 Maret 2015; Diterima setelah perbaikan tanggal: 03 Juni 2015;

Disetujui terbit tanggal: 05 Juni 2015

ABSTRAK

Sungai Kumbe merupakan salah satu habitat utama ikan arwana Papua (Scleropages jardinii Saville-Kent, 1892) di Kabupaten Merauke. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kelimpahan ikan arwana Papua di Sungai Kumbe, Merauke. Pengambilan data dilakukan pada Februari– Maret dan November-Desember 2013 dengan metode survei melalui percobaan penangkapan serta wawancara langsung dengan nelayan dan pengumpul anakan arwana. Kelimpahan dihitung dengan membagi jumlah induk atau anakan arwana dengan luas area tercakup. Hasil menunjukkan bahwa rata-rata kelimpahan induk dan anakan ikan arwana Papua di Sungai Kumbe adalah sebanyak 1 ekor induk/ha dan 58 ekor anakan/ha. Total anakan yang dapat dimanfaatkan dari perairan Sungai Kumbe agar populasi ikan arwana Papua terjaga kelestariannya adalah sebanyak 321 – 6.419 ekor anakan.

KATA KUNCI: Arwana Papua,Scleropages jardinii, kelimpahan, Sungai Kumbe, Merauke

ABSTRACT

Kumbe River is one of the major habitats of saratoga (Scleropages jardinii Saville-Kent, 1892) in Merauke Regency. This research aims to determine saratoga abundance in Kumbe River, Merauke. The data were collected in February–March and November-December 2013 by survey methods through experimental fishing and direct inverview with fishermen and fries saratoga collectors. The abundance was calculated by the total catch of brood and fries per area. Results show that the abundance of the saratoga broodstocks and fries was estimated about 1 individual/ ha and 58 individual/ha respectively. Total fries saratoga that can be harvested for sustainable saratoga fisheries in Kumbe River ranged of 321–6,419 fries.

KEYWORDS: Saratoga, Scleropages jardinii, abundance, Kumbe River, Merauke

PENDAHULUAN

Kabupaten Merauke merupakan salah satu bagian wilayah Papua Selatan yang secara geografis berada pada kawasan dataran rendah Trans-Fly (Trans-Fly Coastal Lowlands) dengan karakteristik daerah lahan basah yang luas berupa rawa banjiran dan sungai-sungai yang mengalir di wilayah tersebut (Polhemus & Allen, 2007) serta memiliki tingkat endemisitas organisme perairan yang relatif tinggi (Binur, 2010; Kartikasariet al., 2012). Salah satu sungai besar di wilayah Merauke adalah Sungai Kumbe yang termasuk ke dalam wilayah sungai lintas batas Einlanden-Digul-Bikuma. Sungai tersebut memiliki panjang 300,42 km dengan luas daerah tangkapan air (catchment area) sebesar 3.765,90 km2 (Departemen PU, 2008). Karakteristik daerah aliran sungai (DAS) Kumbe berupa aliran yang lambat dan membentuk rawa banjiran yang didominasi oleh

tumbuhan air dengan sekeliling DAS berupa perpaduan antara hutan rawa dan hutan monsoon tropika. Oleh karena itu, Sungai Kumbe telah menjadi salah satu habitat yang ideal bagi ikan-ikan sungai, terutama ikan arwana Papua (Scleropages jardinii Saville-Kent, 1892). Ikan arwana Papua yang merupakan ikan asli dan endemik Papua dengan sentra produksi tangkapan arwana Papua banyak ditemukan di bagian hulu sungai tersebut (Satria, 2013; Sentosa & Satria, 2013).

Ikan arwana Papua yang memiliki nama umum “saratoga” dan oleh masyarakat setempat sering disebut sebagai “kaloso” mempunyai nilai komersial yang sangat mahal. Status konservasi S. jardinii hingga saat ini masih merupakan satwa yang dilindungi berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999, namun juga ditetapkan sebagai satwa buru berdasark an Keputusan Menteri ___________________

Korespondensi penulis:

(10)

J. Lit. Perikan. Ind. Vol.21 No.2 Juni 2015:

Kehutanan Nomor 209/kpts-II/2001 yang diperbarui oleh Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.12/ Menhut-II/2005 yang intinya adalah pengaturan penangkapan ikan arwana Papua yang dilakukan secara benar misalnya tidak membunuh induk untuk mengambil anakannya dan cara lain yang sejalan dengan prinsip konservasi. Status konservasi S. jardiniiberbeda dengan kerabatnya yaituScleropages formosusyang telah dilindungi secara internasional (Red list Data Book-IUCN dan Appendix I CITES). Konsekuensinya adalahS. formosustelah dilarang untuk diperdagangkan kecuali hasil penangkaran, sedangkanS. jardiniibaru dilindungi secara nasional (Tjakrawidjaja & Haryono, 2001).

EksploitasiS. jardiniiumumnya banyak dilakukan pada anakan atau juwana arwana yang masih berada di mulut induknya. Studi kasus di Sungai Maro, eksploitasi ikan arwana Papua telah berlangsung intensif dan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan nelayan dan masyarakat serta pemerintah daerah setempat dan diduga hal tersebut juga terjadi di Sungai Kumbe karena penangkapan ikan arwana Papua merupakan salah satu sumber mata pencaharian utama bagi warga Merauke (Kartamihardjaet al., 2013). Satria & Kartamihardja (2010) selanjutnya menyebutkan bahwa ikan arwana Papua tidak hanya tersebar di beberapa sungai wilayah Kabupaten Merauke saja namun juga di Kabupaten Mappi, Boven Digul dan Asm at. Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah kuota

eksploitasi masih ditentukan secara keseluruhan dan belum didasarkan pada proporsi potensi kelimpahan stok ikan arwana Papua pada masing-masing kawasan perairan tersebut. Oleh karena itu, pendugaan kelimpahan stok ikan arwana Papua berbasis kawasan perairan perlu dilakukan sebagai dasar dalam penentuan kuota eksploitasi ikan arwana Papua di wilayah Kabupaten Merauke.

Penelitian terkait ikan arwana Papua di Merauke umumnya lebih banyak dilakukan di perairan Sungai Maro seperti hasil penelitian (Astuti & Satria, 2009; Satria & Kartamihardja, 2010; Satria, 2012), namun di Sungai Kumbe relatif masih belum banyak dilakukan. Sebagai dukungan terhadap upaya pengelolaan ikan arwana Papua di Sungai Kumbe dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui kelimpahan ikan arwana Papua (Scleropages jardinii) di Sungai Kumbe, Merauke. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar bagi penentuan kuota tangkapan arwana di setiap badan air di Sungai Kumbe.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan di Sungai Kumbe, Kabupaten Merauke dengan 2 kali survei pada Februari-Maret dan November-Desember 2013 (Gambar 1). Lokasi penangkapan ikan ditentukan di sentra penangkapan arwana yang berada di Sungai Kumbe.

Gambar 1.Lokasi penelitian di Sungai Kumbe, Merauke. Figure 1. Site research in Kumbe River, Merauke.

(11)

117 Papua. Stasiun pengamatan dibagi ke dalam 6 stasiun

yaitu: Kaisa, Ifu, Koa, Wayau, Baad dan Sakor. Identifikasi jenis ikan arwana Papua dilakukan berdasarkan Allen (1991) dan Allenet al.(2000).

Penentuan kelimpahan kan arwana dilakukan dengan cara menggiring induk arwana Papua pada suatu area perairan tertentu yang diduga sebagai habitat arwana yang telah dibatasi oleh jaring arwana (net blocking). Penggiringan ikan dilakukan menggunakan galah yang dipukul-pukulkan pada permukaan air sehingga ikan akan bergerak ke arah jaring yang telah dibentangkan. Luasan area tercakup diprediksi berdasarkan panjang tali ris jaring arwana dikalikan jarak penggiringan ikan.

Metode perhitungan dugaan kelimpahan ikan arwana dilakukan dengan modifikasi metode Satria & Kartamihardja (2010). Pendugaan kelimpahan ikan arwana dilakukan dengan percobaan penangkapan sebanyak dua kali untuk mengetahui jumlah individu per satuan luas pada masing-masing badan air dan

berdasarkan wawancara langsung dengan para pengumpul dan nelayan di sentra penangkapan ikan arwana Papua. Rumusan perhitungan populasi kelimpahan ikan arwana Papua dilak ukan menggunakan rumus berikut:

Populasi (P) = N / L…...………..……..(1)

dimana:

P = kelimpahan populasi (individu/ha) N = jumlah individu (individu)

L = luas yang diamati (ha)

HASIL DAN BAHASAN HASIL

Kelimpahan induk dan anakan pada masing masing wilayah dan luasan pada sentra produksi di Sungai Kumbe dengan menggunakan metode penggiringan dengan jaring insang percobaan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil tangkapan arwana dengan jaring percobaan di Sungai Kumbe Table 1. Catch of saratoga by using experimental gill net in Kumbe River

Daerah/

Kaisa Mahayulumb 7°42’40,9” LS 2 2 35 300 42

140°31’52,6” BT 38 400 46

Abahin 7°37’23,6” LS 3 4 42 450 52

140°29’47” BT 40 420 48

50 650 58

55 1300 65

Sakor Sakor 8°6’27,6” LS 3 5 34 330 36

140°29’58,6” BT 48 600 61

62 1200 31

Ifu Muara 7°46’45,3” LS 2 2 45 600 52

140°32’45,3” BT 60 1400 60

Baad Sungai Baad 8°6’29,4” LS 1 2 48 580 44

140°27’46,3” BT 60 1350 46

Total 11 15 641

Satu ekor induk menghasilkan anakan rata-rata sebanyak 42,73 individu H” 43 individu Kelimpahan induk sebanyak 1,36 individu/ha H” 1 individu/ha

Kelimpahan anakan sebanyak 58,27 individu/ha H” 58 individu/ha

Hasil total tangkapan nelayan di perairan Sungai Kumbe berdasarkan wawancara langsung sebanyak 580 ekor induk dan 29.003 ekor anakan (Gambar 2) sementara pada pengumpul sebanyak 272 induk dan 13.371 ekor anakan (Gambar 3). Hasil tangkapan induk dan produksi anakan ikan arwana yang paling

banyak berada pada lokasi Kaisa dengan jumlah induk sebanyak 215 ekor dan anakan sebesar 11.108. Produksi induk dan anakan yang paling sedikit berada pada lokasi Koa dengan jumlah induk sebanyak 19 ekor dan anakan sebanyak 840 ekor.

(12)

J. Lit. Perikan. Ind. Vol.21 No.2 Juni 2015:

Kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh nelayan pada musim tangkapan pada periode 2013 di Sungai Kumbe mencapai puncaknya pada pertengahan November dan berakhir sampai

pertengahan Februari. Penangkapan ikan arwana Papua banyak dilakukan pada musim hujan bahkan sampai akhir peralihan antara musim hujan ke musim kemarau (Gambar 4).

Gambar 2.Hasil tangkapan induk dan anakanS. jardiniidi Sungai Kumbe oleh nelayan. Figure 2. Broodstocks and fries saratoga caught by fishermen in Kumbe River.

Gambar 3. Hasil tangkapan induk dan anakanS. jardiniidi Sungai Kumbe pada pengumpul. Figure 3. Broodstocks and fries saratoga catch recorded by collector of Kumbe River.

(13)

119 Kelimpahan induk dan anakan ikan arwana Papua

juga diduga berdasarkan luas wilayah yang disurvei melalui wawancara langsung dengan nelayan dan pengumpul ikan arwana di sentra-sentra penangkapan

sepanjang Sungai Kumbe. Dugaan kelimpahan induk dan anakan arwana Papua berdasarkan wawancara langsung dengan nelayan dan pengumpul ikan disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Produksi induk dan anakan ikan arwana Papua di Sungai Kumbe berdasarkan wawancara langsung dengan nelayan dan pengumpul ikan

Table 2. Broodstocks and fries saratoga production in Kumbe River based on direct interview with fishermen and fish collector

Estimasi kelimpahan ikan arwana Papua, baik induk dan anakannya dihitung dari seluruh luasan areal di aliran Sungai Kumbe, baik itu berasal dari percobaan penangkapan, pengumpul maupun tangkapan nelayan. Kelimpahan relatif populasi induk dan anakan ikan arwana Papua di Sungai Kumbe disajikan pada Gambar 5. Secara umum, kelimpahan relatif induk dan anakan arwana Papua tampak lebih

banyak di bagian Sungai Kumbe bagian Kaisa dan Sakor mengingat pada lokasi tersebut relatif jauh dari pemukiman penduduk, sedangkan kelimpahan relatif yang jumlahnya sedikit tercatat di Koa, Wayau dan Baad. Kejadian ini diduga karena lokasinya lebih dekat dengan pemukiman atau kampung penduduk sehingga ikan arwana cenderung menghindari daerah yang banyak terdapat aktivitas manusia.

Gambar 5.Kelimpahan relatif induk dan anakanS. jardiniidi Sungai Kumbe. Figure 5. Relative abundance of broodstocks and fries saratoga in Kumbe River. BAHASAN

Penangkapan ikan arwana di Sungai Kumbe hampir sama dengan di Sungai Maro dimana puncak musim penangkapan terjadi pada musim hujan

(Kartamihardjaet al., 2013; Satria, 2013). Biasanya pada musim hujan, air Sungai Kumbe sudah melimpah dan menggenangi daerah-daerah di sekitarnya menjadi daerah genangan air yang berupa rawa banjiran. Pada rawa-rawa banjiran inilah kegiatan penangkapan ikan Kelimpahan Stok Ikan Arwana Papua………di Sungai Kumbe, Kabupaten Merauke, Papua (A.R. Sentosa., et al)

Lokasi/

Kaisa 246 251 12.795 50,98 1,02 52,01

Ifu 15 14 6.62 47,29 0,93 44,13

Koa 35 19 8.40 44,21 0,54 24,00

Wayau 95 97 5.912 60,95 1,02 62,23

Baad 34 42 1.932 46,00 1,24 56,82

Sakor 194 337 16.371 48,58 1,74 84,39

Total 619 760 38.512

(14)

J. Lit. Perikan. Ind. Vol.21 No.2 Juni 2015:

arwana banyak dilakukan oleh para nelayan. Induk ikan arwana yang sudah memijah pada Oktober tahun sebelumnya kemudian mengasuh anaknya yang berada pada mulutnya kemudian mencari daerah genangan air Sungai Kumbe yang berupa rawa banjiran. Matsumura & Miliken (1984) menyatakan bahwa di Australia, S. jardinii memiliki musim pemijahan pada Oktober dan November dengan jumlah anakan yang dihasilkan berkisar antara 50 – 90 ekor per induk ikan.

Hasil percobaan dengan jaring insang menunjukkan bahwa rata-rata satu ekor induk menghasilkan sekitar 43 ekor anakan dengan kelimpahan induk sebesar 1 individu/ha dan anakan sekitar 58 anakan/ha. Hal tersebut relatif tidak berbeda dengan dugaan kelimpahan yang diperoleh berdasarkan wawancara langsung dengan pengumpul dan nelayan dimana kelimpahan induk diprediksi sekitar 1 individu/ha dan anakan 54 individu/ha. Kedua pendekatan pendugaan kelimpahan induk dan anakan arwana Papua tidak terlalu berbeda nyata sehingga dapat mendukung satu sama lain. Kondisi tersebut diduga karena hasil tangkapan induk dan anakan memiliki karakteristik yang sama dan hidup pada lokasi yang sama di sepanjang di Sungai Kumbe.

Kelimpahan arwana Papua di Sungai Kumbe berbeda dengan di Sungai Maro, Merauke. Satria & Kartamihardja (2010) melaporkan bahwa kelimpahan induk dan anakan ikan arwana di Sungai Maro sebesar 1,40 – 1,64 ekor/ha untuk induk dan 73,02 – 86,01 ekor/ha untuk anakan. Rendahnya produksi anakan per ekor induk yang dihasilkan di Sungai Kumbe dibandingkan di Sungai Maro diduga disebabkan adanya tekanan upaya penangkapan ikan yang relatif tinggi di perairan Sungai Kumbe.

Kelimpahan induk dan anakan arwana Papua berdasarkan hasil percobaan penangkapan, wawancara langsung dengan pengumpul dan nelayan kemudian diprediksikan dalam satuan unit luas di seluruh perairan Sungai Kumbe. Besaran populasi induk dan anakan ikan arwana Papua per hektar tersebut akan menjadi pendugaan populasi induk dan anakan yang ada di sentra-sentra produksi. Apablila dilihat dari hasil tangkapan dan produksi anakan ikan arwana dari hasil tangkapan pengumpul dengan nelayan ternyata terdapat sedikit perbedaan di antara lokasi penangkapan. Hal ini disebabkan antara lain: (1) adanya titik lokasi penangkapan yang berbeda; (2) tingginya intensitas penangkapan di titik lokasi

Kegiatan penangkapanS. jardiniidi Sungai Kumbe secara umum tidak berbeda jauh seperti yang dilakukan di Sungai Maro (Kartamihardjaet al., 2013). Ikan yang tertangkap setelah diambil anakannya lalu dilepaskan kembali ke perairan. Namun, sebagai akibat penangkapan dengan jaring insang, banyak ditemukan induk ikan yang mati. Oleh sebab itu, penanganan ikan hasil tangkapan haruslah mendapatkan perhatian yang serius. Kenyataan di lapangan bahwa anakan ikan arwana yang diperoleh dari induknya hanya sebagian kecil saja yang dikembalikan lagi ke perairan sementara sebagian besar anakan ditangkap. Pelepasan kembali anakan ikan arwana karena tidak laku terjual ke pengumpul atau penangkar dimaksudkan agar anakan tersebut dapat tumbuh menjadi rekrutmen populasi ikan selanjutnya. Usaha ini diharapkan akan menjamin kelangsungan hidup anakan ikan arwana Papua untuk mencapai ukuran dewasa atau menjadi induk.

Produksi induk dan anakanScleropages jardinii yang dihasilkan dari perairan Sungai Kumbe pada 2013 tercatat 760 ekor induk dengan total anakan sebesar 38.512 ekor. Kartamihardja et al. (2013) menyatakan bahwa agar kelestarian sumber daya ikan arwana dapat terjaga perlu pendekatan kehati-hatian dalam eksploitasi anakan ikan arwana. Kuota anakan arwana dari perairan Sungai Kumbe yang dapat dimanfaatkan adalah sebesar 50% dari total produksi anakan ikan arwana yang dihasilkan. Dengan demikian, maka total anakan yang dapat dimanfaatkan dari perairan Sungai Kumbe berkisar antara 321 – 6.419 ekor anakan. Hasil penelitian ini dapat dijadikan basis data untuk menentukan kuota tangkapan ikan arwana Papua di masa datang. Nilai tersebut sangat jauh lebih kecil dari kuota anakan arwana di Sungai Maro sebesar 112.800 ekor (Satria & Kartamihardja, 2010). Perbedaan tersebut diduga karena potensi anakan arwana di Sungai Maro memang lebih tinggi dibandingkan di Sungai Kumbe dan juga dipengaruhi oleh luasan daerah asuhan berupa rawa banjiran yang relatif lebih luas di Sungai Maro dibandingkan di Sungai Kumbe. Penyebab lain bisa jadi karena tekanan eksploitasi ikan arwana Papua yang semakin meningkat di Merauke sehingga perhitungan kelimpahan dan kuota yang dihasilkan menjadi relatif lebih kecil.

KESIMPULAN

(15)

121 ha. Total anakan yang dapat dimanfaatkan dari

perairan Sungai Kumbe agar populasi ikan arwana Papua dapat lestari adalah sebesar 321 – 6.419 ekor anakan.

PERSANTUNAN

Tulisan ini merupakan kontribusi dari kegiatan penelitian “Pendekatan Ekosistem untuk Pengelolaan Populasi Ikan Arwana Papua (Scleropages jardinii) di Sungai Kumbe, Merauke, Papua”, Tahun Anggaran 2013 di Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan. Terima kasih disampaikan kepada seluruh pihak yang telah mendukung terhadap pelaksanaan penelitian, terutama Prof. Dr. Ir. Endi Setiadi Kartamihardja. M.Sc. untuk supervisinya.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, G.R. 1991.Field guide to the freshwater fishes of New Guinea. Christensen Research Institute, Madang - Papua New Guinea. 268 pp.

Allen, G.R., K.G. Hortle & S.J. Renyaan. 2000. Freshwater fishes of the Timika Region New Guinea. PT Freeport Indonesian Company, Timika. 175 pp.

Astuti, L.P. & H. Satria. 2009. Kondisi perairan pada musim pemijahan ikan Arwana Papua (Scleropages jardinii) di Sungai Maro Bagian Tengah, Kabupaten Merauke.BAWAL.2 (4). 155-161.

Binur, R. 2010. Komposisi jenis ikan air tawar di daerah lahan basah Kaliki, Merauke Papua. J. Iktiologi.Ind.10 (2): 165-178.

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum. 2008. Profil Balai Wilayah Sungai Papua. http://www.pu.go.id/satminkal/dit_sda/ profil%20balai/bws/profilebalaipapua_baru.pdf.Diakses tanggal 23 Februari 2011.

Kartamihardja, E.S., K. Purnomo, D.W.H. Tjahjo & S. Koeshendrajana. 2013. Pendekatan ekosistem untuk pengelolaan sumberdaya ikan Arwana

Papua, Scleropages jardinii di Sungai Maro, Merauke-Papua.J.Kebijakan.Perik.Ind.5 (2): 87-96.

Kartikasari, S.N., A.J. Marshall & B.M. Beehler (eds). 2012.Ekologi Papua.Seri Ekologi Indonesia, Jilid VI. Yayasan Obor Indonesia dan Conservation International, Jakarta. 982 pp.

Matsumura, S. & T. Miliken. 1984. The Javanese trade in bony tongue and CITES-listed fish.Traffic Bull. 3 (4): 42-50.

Polhemus, D.A. & G.R. Allen. 2007. Freshwater Biogeography of Papua.In:Marshall, AJ & B.M. Beehler (eds.). The Ecology of Papua Part I. Periplus Edition, Singapore. p. 207-245.

Satria, H & E.S. Kartamihardja. 2010. Kelimpahan Stok dan Pengembangan Suaka Ikan Arwana Papua,Scleropages jardinii(Saville-Kent, 1892) di Sungai Maro, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua.J.Lit.Perik.Ind.16 (1): 49-62.

Satria, H. 2012. Pengelolaan sumberdaya ikan arwana Papua (Scleropages jardinii) di perairan Sungai Maro, Merauke-Papua untuk konservasi. In: Suwardjo et al. (eds). Pros. Sem. Nas. Perik. 2012. Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M). Sekolah Tinggi Perikanan, Jakarta: 165 – 174.

Satria, H. 2013. Karakteristik habitat ikan arwana Papua (Scleropages jardinii) di Sungai Kumbe Kabupaten Merauke – Papua.In:Isnansetyo, A. et al., (eds). Pros. Sem. Nas. Tahunan X Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan Tahun 2013 Jilid II: Manajemen Sumberdaya Perikanan. Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. p. MB-09: 1– 15.

(16)

J. Lit. Perikan. Ind. Vol.21 No.2 Juni 2015:

Sumberdaya Perikanan. Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. p. MD-11.: 1 – 7.

Tjakrawidjaja, A.H & Haryono. 2001. Studi populasi ikan kaloso (Scleropages jardinii) di Rawa Pomo, Kecamatan Citak Mitak, Kabupaten Merauke Papua.Berita.Biol.5 (4): 357-364.

(17)

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia

Pedoman Bagi Penulis

UMUM

1. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia memuat hasil-hasil penelitian bidang biologi perikanan, teknologi pemanfaatan sumberdaya ikan, pengkajian potensi dan pemacuan sumberdaya ikan.

2. Naskah yang dikirim asli dan jelas tujuan, bahan yang digunakan, maupun metode yang diterapkan dan belum pernah dipublikasikan atau dikirimkan untuk dipublikasikan di mana saja.

3. Naskah ditulis/diketik dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar, tidak diperkenanka n menggunakan singkatan yang tidak umum

4. Naskah diketik dengan program MS-Word dalam 2 spasi , margin 4 cm (kiri)-3 cm (atas)- 3 cm (bawah) dan 3 cm (kanan), kertas A4, font 12-times news roman, jumlah naskah maksimal 15 halaman dan dikirim rangkap 3 beserta soft copynya . Penulis dapat mengirimkan naskah ke Redaksi Pelaksana Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan, Jl. Pasir Putih No.II Ancol, Jakarta Utara 14430, Telp.: (021) 64700928, Fax .: (021) 64700929, E-mail: drprpt2009@gmail.com. Website: http://p4ksi.litbang.kkp.go.id.

5. Dewan Redaksi berhak menolak naskah yang dianggap tidak layak untuk diterbitkan.

PENYIAPAN NASKAH

1. Judul : Naskah hendaknya tidak lebih dari 15 kata dan mencerminkan isi naskah, diikuti dengan nama penulis. Jabatan atau instansi penulis ditulis sebagai catatan kaki di bawah halaman pertama. 2. Abstrak : Dibuat dengan Bahasa Indonesia dan Inggris paling banyak 250 kata, isinya ringkas dan jelas

serta mewakili isi naskah.

3. Kata Kunci : Ditulis dengan Bahasa Indonesia dan Inggris, terdiri atas 4 sampai 6 kata ditulis dibawah abstrak dan dipilih dengan mengacu padaagrovocs.

4. Pendahuluan : Secara ringkas menguraikan masalah-masalah, tujuan, dan pentingnya penelitian. Jangan menggunakan sub bab.

5. Bahan dan Metode : Secara jelas dan ringkas menguraikan penelitian dengan rincian secukupnya sehingga memungkinkan peneliti lain untuk mengulangi penelitian yang terkait.

6. Hasil dan Bahasan : Hasil dan bahasan dipisah, diuraikan secara jelas serta dibahas sesuai dengan topik atau permasalahan yang terkait dengan judul.

7. Kesimpulan : Disajikan secara ringkas dengan mempertimbangkan judul naskah, maksud, tujuan, serta hasil penelitian.

8. Persantunan : Memuat judul kegiatan dan dana penelitian yang menjadi sumber penulisan naskah. 9. Daftar Pustaka : Disusun berdasarkan pada abjad tanpa nomor urut dengan urutan sebagai berikut.

Nama pengarang (dengan cara penulisan yang baku), tahun penerbitan, judul artikel, judul buku atau nama dan nomor jurnal, penerbit dan kota, serta jumlah atau nomor halaman.

Contoh : Sunarno, M. T. D., A. Wibowo, & Subagja. 2007. Identifikasi tiga kelompok ikan belida (Chitala lopis) di Sungai Tulang Bawang, Kampar, dan Kapuas dengan pendekatan biometrik. J.Lit.Perikan.Ind. 13 (3). 1-14.

Sadhotomo, B. 2006. Review of environmental features of the Java Sea.Ind.Fish Res J.12 (2). 129-157. Boyd, C.E. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Elsevier Scintific Publishing

Company. New York. 318 p.

Defeo, O., T. R. Mc Clanahan, & J. C. Castilla. 2007. A brief history of fisheries management with emphasis on societal participatory roles. In McClanahan T. & J. C. Castilla (eds). Fisheries Management: Progress toward Sustainability. Blackwell Publishing. Singapore. p. 3-24. Utomo, A. D., M. T. D. Sunarno, & S. Adjie. 2005. Teknik peningkatan produksi perikanan perairan umum

di rawa banjiran melalui penyediaan suaka perikanan.InWiadnyana, N. N., E. S. Kartamihardja, D. I. Hartoto, A. Sarnita, & M. T. D. Sunarno (eds).Prosiding Forum Perairan Umum Indonesia Ke-1. Pusat Riset Perikanan Tangkap. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta. p. 185-192.

Publikasi yang tak diterbitkan tidak dapat digunakan, kecuali tesis, seperti contoh sebagai berikut:

Wudianto. 2001. Analisis sebaran dan kelimpahan ikan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) di perairan Selat Bali; kaitannya dengan optimasi penangkapan.Disertasi(Tidak Dipublikasikan). Program Pascasarjana IPB. Bogor. 215 p.

10. Tabel : Disajikan dalam Bahasa Indonesia dan Inggris, dengan judul di bagian atas tabel dan keterangan. 11. Gambar : Skema, diagram alir, dan potret diberi nomor urut dengan angka Arab. Judul dan keterangan

gambar diletakkan di bawah gambar dan disajikan dalam Bahasa Indonesia dan Inggris.

12. Foto : Dipilih warna kontras atau foto hitam putih, judul foto ditulis dalam dua Bahasa Indonesia dan Inggris, dan nomor urut di sebaliknya. Dicetak dalam kertas foto atau dalam bentuk digital. 13. Cetak Lepas (Reprint) : Penulis akan menerima cetak lepas secara cuma-cuma. Bagi tulisan yang disusun oleh lebih dari

(18)
(19)

JURNAL PENELITIAN PERIKANAN INDONESIA

Volume 21 Nomor 2 Juni 2015

Gedung Balitbang KP II

Jl. Pasir Putih II Ancol Timur Jakarta Utara 14430 Telp. (021) 64700928, Fax. (021) 64700929 Website : http://p4ksi.litbang.kkp.go.id Email: drprpt2009@gmail.com

Halaman

i

iii

v-vii

viii

63-70

71-78

79-86

87-94

95-102

103-114

115-122

123-130 KATA PENGANTAR ………...

DAFTAR ISI ………..………..

KUMPULAN ABSTRAK ...

LEMBAR RALAT VOLUME 21 NOMOR 1 MARET 2015...

Penentuan Status Stok Sumberdaya Rajungan (Portunus pelagicusLinnaeus, 1758) dengan Metode Spawning Potential Ratio di Perairan sekitar Belitung

Oleh: Tri Ernawati, Duranta Kembaren dan Karsono Wagiyo...

Stok dan Kondisi Habitat Daerah Asuhan Beberapa Jenis Krustasea di Segara Anakan

Oleh: Karsono Wagiyo dan Khairul Amri...

Sebaran Hasil Tangkapan Madidihang (Thunnus albacaresBonnaterre, 1788) di Samudera Hindia Bagian Timur

Oleh: Arief Wujdi, Ririk Kartika Sulistyaningsih dan Fathur Rochman...

Status Pemanfaatan Ikan di Selat Alas Propinsi Nusa Tenggara Barat

Oleh: Didik Santoso, Mulyono S. Baskoro, Domu Simbolon, Yopi Novita dan Mustaruddin...

Dinamika Ekologi Laut Sulawesi (WPP 716) Sebagai Daya Dukung terhadap Perikanan Malalugis (Decapterus macarellusCuvier, 1833)

Oleh: Puji Rahmadi dan Reny Puspasari...

Sebaran Larva Ikan dan Kaitannya dengan Kondisi Oseanografi Laut Sulawesi

Oleh: Khairul Amri, Atiah Al Mutoharoh dan Dwi Ernaningsih...

Kelimpahan Stok Ikan Arwana Papua (Scleropages jardiniiSaville-Kent, 1892) di Sungai Kumbe, Kabupaten Merauke, Papua

Oleh: Agus Arifin Sentosa, Arip Rahman dan Hendra Satria...

Perbedaan Hasil Tangkapan Bagan Apung yang Menggunakan Lampu Merkuri dengan Lampu LED

Gambar

Tabel 4. Keragaman genetik ikan sidat di perairan IndonesiaTable 4. Genetic diversity of tropical eel in Indonesian waters
Gambar 1.Lokasi penelitian di Sungai Kumbe, Merauke.Figure 1.Site research in Kumbe River, Merauke.
Tabel 1.Hasil tangkapan arwana dengan jaring percobaan di Sungai KumbeTable 1.Catch of saratoga by using experimental gill net in Kumbe River
Gambar 2.Hasil tangkapan induk dan anakan S. jardinii di Sungai Kumbe oleh nelayan.Figure 2.Broodstocks and fries saratoga caught by fishermen in Kumbe River.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan akad istishna’ di kawasan pengrajin meubel Antang Kota Makassar berperan sebagai salah satu instrumen dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang tidak memilki

Berat kering akar pada macam bahan stek dan konsentrasi filtrat bawang merah (g) Peningkatan konsentrasi filtrat bawang merah memberikan kecenderungan hasil yang

Kabupaten Purworejo (Bhs. Jawa: Purwareja ), merupakan sebuah wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Magelang di sebelah utara, dan di sebelah

Hasil belajar peserta didik pada kompetensi afektif diperoleh melalui lembar observasi yang di isi oleh observer pada pelaksanaan pembelajaran matematika

Hal ini dibuktikan oleh beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa GFAP akan diekspressikan ke dalam plasma darah segera setelah terjadi cedera otak, dan GFAP tidak akan

Apoptosis tidak hanya terjadi dalam mempertahankan stabilitas baik dalam jumlah dan besar sel pada jaringan yang berproliferasi seperti kulit, mukosa intestinal, dan sistem imun,

Melalui ragam media, citra perempuan ditampilkan dengan berbagai daya tarik feminitasnya, apakah itu tubuhnya yang langsing, suaranya yang merdu, pakaiannya yang modis dan up

Isu yang sering dibahaskan ialah guru besar lebih mementingkan peningkatan pengajaran dan pembelajaran berbanding apa yang ICT boleh lakukan untuk diri dan pentadbiran dan