• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KARYA SASTRA, UNSUR-UNSUR KARYA SASTRA, LATAR DAN KONDISI PREFEKTUR HIROSHIMA 2.1 Pengertian Karya Sastra - Analisis Latar Cerita Hiroshima Karya John Hersey John Herseyno Sakuhin No Hiroshima To Iu Shousetsu No Bamenmonogata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KARYA SASTRA, UNSUR-UNSUR KARYA SASTRA, LATAR DAN KONDISI PREFEKTUR HIROSHIMA 2.1 Pengertian Karya Sastra - Analisis Latar Cerita Hiroshima Karya John Hersey John Herseyno Sakuhin No Hiroshima To Iu Shousetsu No Bamenmonogata"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP KARYA SASTRA, UNSUR-UNSUR KARYA SASTRA, LATAR DAN KONDISI PREFEKTUR HIROSHIMA

2.1 Pengertian Karya Sastra

Ada beberapa problematika dalam mendefinisikan karya sastra.

Problematika itu bersumber pada beberapa hal. Pertama, kebanyakan orang

mendefinisikan karya sastra secara umum, tetapi perlu dipertimbangkan adanya

kenyataan bahwa ada berbagai jenis karya sastra (Siswanto, 2008:70-71).

Selain bersifat umum, karya sastra juga bersifat khusus, bahkan

perseorangan. Dikatakan bersifat umum karena semua karya sastra seharusnya

dapat dibedakan dengan bentuk hasil-hasil seni atau kebudayaan lainnya, seperti

seni patung, seni tari, seni lukis, seni rupa, dan pidato. Karya sastra bersifat

khusus karena karya sastra bisa dibedakan atas puisi, prosa dan drama. Kita akan

setuju bila setiap jenis karya sastra itu tidak sama satu sama lain. Hal inilah yang

menyebabkan orang gagal jika akan mendefinisikan karya sastra secara umum.

(2)

ekspresif, impresif, ode, atau jenis puisi lainnya. Prosa dapat dibedakan atas

cerpen, novelet, novel, roman atau jenis pembagian yang lain.

Kedua, definisi karya sastra hanya didasarkan pada satu sudut pandang saja.

Kita tidak mendefinisikan karya sastra berdasarkan situasi kesusastraan:

sastrawan-karya sastra-alam-pembaca. Sebagai contoh, dalam hubungannya

karya sastra dengan alam, ada orang menyatakan bahwa karya sastra adalah

sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan pertama-tama sebuah imitasi. Ternyata

definisi yang demikian juga terdapat dalam laporan di koran-koran yang ditulis

secara kreatif seperti wawancara yang dilakukan John Hersey terhadap enam

tokohnya dalam peristiwa pemboman Hiroshima. Buku Hiroshimatidak pernah

disebut sebagai novel meskipun ia memiliki semua unsur karya sastra dan ditulis

dengan gaya narasi.

Ketiga, dalam mendefinisikan hakikat karya sastra, definisi hanya

didasarkan pada definisi evaluatif. Orang mendefinisikan dengan memasukkan

keinginan untuk menilai apakah sebuah karya tulis termasuk karya sastra yang

baik atau tidak.

Keempat, banyak definisi karya sastra di Indonesia diambil dari

contoh-contoh dan definisi-definisi karya sastra Barat. Sejarah dan perkembangan sastra

di Barat berbeda degnan sejarah perkembangan sastra di Indonesia. Estetika yang

dianut orang Barat juga tidak selalu sama dengan yang kata anut. Apalagi, di

Barat terlebih dahulu mengalami kemajuan di bidang tradisi tulis. Oleh karena itu,

definisi yang diambil dari Barat tidak atau kurang memerhatikan bentuk-bentuk

(3)

yang mempunyai estetika sendiri. Ia mencontohkan Tembang di Jawa yang

mempunyai laras, guru lagu, guru wilangan, atau kriteria keindahan yang berbeda

dengan di dunia Barat.

Luxemburg dalam Wicaksono (2014:7) menjelaskan beberapa ciri yang

selalu muncul dari definisi-definisi yang pernah diungkapkan, yaitu:

a. Sastra merupakan ciptaaan atau kreasi, bukan pertama-tama imitasi.

b. Sastra bersifat otonom (menciptakan dunianya sendiri), terlepas dari

dunia nyata.

c. Sastra mempunyai koherensi atau keselarasan antara bentuk dan isinya.

d. Sastra menghidangkan sintesa (jalan tengah) antara hal-hal yang saling

bertentangan.

e. Sastra berusaha mengungkapkan hal yang tidak terungkapkan.

Lebih lanjut, Sumardjo dan Saini dalam Wicaksono (2014:7-8) mengajukan

sepuluh syarat karya sastra bermutu, yaitu:

a. Karya sastra adalah usaha merekam isi jiwa sastrawannya.

b. Sastra adalah komunikasi, artinya bisa dipahami oleh orang lain.

c. Sastra adalah sebuah keteraturan, artinya tidak tunduk pada

kaidah-kaidah seni.

d. Sastra adalah penghiburan, artinya mampu memberi rasa puas atau rasa

senang pada pembaca.

e. Sastra adalah sebuah integrasi, artinya terdapat keserasian antara isi,

(4)

g. Karya yang bermutu merupakan (totalitas) ekspresi sastrawannya.

h. Karya sastra yang bermutu merupakan sebuah karya yang pekat, artinya

padat isi dan bentuk, bahasa dan ekspresi.

i. Karya sastra yang bermutu merupakan (hasil) penafsiran kehidupan.

j. Karya sastra yang bermutu merupakan sebuah pembaharuan.

Wicaksono (2014:1) sendiri menyimpulkan karya sastra adalah bentuk

kreativitas dalam bahasa yang indah berisi sederetan pengalaman batin dan

imajinasi yang berasal dari penghayatan realitas sosial pengarang.Karya sastra

adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni yang objeknya adalah manusia dan

kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Karya sastra

merupakan ungkapan batin seseorang melalui bahasa dengan cara penggambaran.

Penggambaran atau imajinasi ini dapat merupakan titian terhadap kenyataan

hidup, wawasan pengarang terhadap kenyataan kehidupan, dapat pula imajinasi

murni pengarang yang tidak berkaitan dengan kenyataan hidup (rekaman

peristiwa) atau dambaan intuisi pengarang, dan dapat pula sebagai campuran

keduanya.

Meskipun begitu sebuah karya sastra diciptakan pengarang untuk dinikmati,

dihayati dan dimanfaatkan bagi khalayak (pembaca).

Oleh karena itu, untuk dapat menikmati dan memahami suatu karya sastra

secara optimal dapat ditempuh dengan jalan menganalisis struktur karya sastra

tersebut secara menyeluruh sebagai satu kesatuan, karena wujud formal suatu

(5)

2.1.1 Karya Sastra Imajinatif dan Non-Imajinatif

Menurut Wicaksono (2014:5) terdapat tiga hal yang membedakan karya

sastra dengan karya tulis lainnya, yaitu sifat khayali, adanya nilai-nilai

seni/estetika, dan penggunaan bahasa yang khas. Karya satra dapat

dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu (a) sastra imajinatif, dan (b) sastra

non-imajinatif. Sastra imajinatif mempunyai ciri isinya bersifat khayali,

menggunakan bahasa yang konotatif, memenuhi syarat-syarat estetika seni. Sastra

non-imajinatif mempunyai ciri-ciri isinya menekankan unsur faktual/fakta,

menggunakan bahasa yang cenderung denotatif, memenuhi unsur-unsur estetika

seni. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada bentuk, tetapi juga

keindahan isi yang berkaitan dengan emosi, imaji, kreasi dan ide (Retno Winarni

dalam Wicaksono, 2014:5).

Dengan demikian, kesamaan antara sastra imajinatif dan non-imajinatif

adalah masalah estetika seni. Unsur estetika seni meliputi keutuhan (unity),

keselarasan (harmony), keseimbangan (balance), fokus/pusat penekanan suatu

unsur (right emphasis). Perbedaannya terletak pada isi dan bahasanya. Isi sastra

imajinatif sepenuhnya bersifat khayal/fiktif sedangkan isi sastra non-imajinatif

didominasi oleh fakta-fakta. Bahasa sastra imajinatif cenderung konotatif

sedangkan bahasa sastra non-imajinatif cenderung denotatif.

Bentuk karya sastra yang termasuk karya sastra imajinatif adalah:

a. Puisi : 1. Epik 2. Lirik 3. Dramatik

b. Prosa : 1. Fiksi (novel, cerpen, roman) 2. drama (drama prosa, drama puisi)

(6)

a. Esai, yaitu karangan pendek tentang suatu fakta yang dikupas menurut

pandangan pribadi penulisnya.

b. Kritik, adalah analisis untuk menilai suatu karya seni atau karya sastra.

c. Biografi, adalah cerita tentang hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain.

d. Otobiografi, adalah biografi yang ditulis oleh tokohnya sendiri.

e. Sejarah, adalah cerita tentang zaman lampau suatu masyarakat berdasarkan

sumber tertulis maupun tidak tertulis.

f. Memoar, adalah otobiografi tentang sebagian pengalaman hidup saja.

g. Catatan harian, adalah catatan seseorang tentang dirinya atau lingkungannya

yang ditulis secara teratur.

2.2 Unsur-Unsur Karya Sastra

Sebuah karya sastra yang baik dibangun dari unsur-unsur karya sastra yang

menjadikannya satu kesatuan yang utuh. Sebuah karya sastra setidak-tidaknya

terbentuk dari dua unsur dasar, yakni unsur instrinsik atau unsur dari dalam karya

sastra yang membangun terciptanya sebuah karya sastra dan unsur ekstrinsik

yakni unsur dari luar yang turut mempengaruhi terciptanya karya sastra.

2.2.1 Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang ada dalam sebuah karya sastra itu

sendiri. Unsur ini secara langsung turut membangun cerita. Menurut Nurgiyantoro

(1995:23) unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya

sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai ketika orang-orang

(7)

Menurut Stanton dalam Wiyatmi (2006:30) unsur-unsur tersebut adalah

tokoh, alur, latar, judul, sudut pandang, gaya bahasa, tema, dan amanat.

a. Tokoh

Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (1995: 20), tokoh cerita (character)

adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif. Atau dalam

sebuah drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan

kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang

dilakukan melalui tindakan.

Tokoh dan penokohan adalah dua hal yang berbeda, tetapi saling berkaitan.

Tokoh secara langsung menunjuk pada orang atau pelakunya. Penokohan berarti

lebih luas dari tokoh, seperti yang dikatakan oleh Jones dalam Nurgiyantoro

(1995:165) bahwa penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang

seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Dapat dikatakan bahwa

penokohan bermakna lebih luas dari tokoh dan tokoh sendiri ada dalam unsur

penokohan.

b. Alur

Alur (plot) menurut Stanton dalam Nurgiyantoro (1995:13), adalah cerita

yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara

sebab-akibat.

Alur sering berpusat pada konflik, namun konflik tidak bisa dipaparkan

begitu saja. Sebuah alur haruslah terdiri atas tahap awal, tahap tengah, dan tahap

akhir.

(8)

Latar (latar) yang disebut juga sebagai landasan tumpu, menyaran pada

pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya

peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995:216).

d. Judul

Judul merupakan hal pertama yang paling mudah dikenal oleh pembaca.

Judul sering mengacu pada tokoh, latar, tema, maupun kombinasi dari ketiganya.

Judul harus mewakili keseluruhan isi cerita. Bentuknya singkat namun padat dan

jelas.

e. Sudut Pandang

Sudut pandang (point of view) terbagi atas sudut pandang orang pertama dan

sudut pandang orang ketiga. Sudut pandang orang pertama dibagi lagi menjadi

sudut pandang akuan sertaan (first person central) yaitu cerita disampaikain oleh

tokoh utama dengan memakai kata ganti “aku”, dan sudut pandang akuan

taksertaan (first person peripheral) yaitu pencerita merupakan tokoh pembantu

yang merupakan tokoh pembantu yang hanya muncul di awal dan di akhir cerita.

Sedangkan sudut pandang orang ketiga dibagi lagi menjadi sudut pandang

diaan maha tahu (third person omniscient) yaitu pencerita berada di luar cerita dan

menjadi pengamat dan mengetahui banyak hal tentang tokoh-tokoh lain, dan sudut

pandang diaan terbatas (third person limited) yaitu pencerita hanya tahu dan

menceritakan tokoh yang menjadi tumpuan cerita saja. Sudut pandang ini jarang

ditemui karena dengan detail tokoh yang terbatas, cerita menjadi kurang hidup.

f. Gaya Bahasa

Gaya bahasa merupakan cara pengungkapan yang khas bagi seorang

(9)

(citraan), dan sintaksis (pilihan pola kalimat). Gaya dalam karya sastra akan

memperindah bahasa, sehingga menaruh nilai lebih pada sebuah karya sastra.

g. Tema

Tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang

melatarbelakangi ciptaan karya sastra (Fananie, 2000:84). Karena sastra

merupakan refleksi kehidupan masyarakat, maka tema yang diungkapkan dalam

karya sastra bisa sangat beragam. Tema dapat berupa persoalan moral, etika,

agama, sosial budaya, teknologi, tradisi yang berkaitan erat dengan masalah

kehidupan.

h. Amanat

Amanat adalah pesan yang disampaikan pengarang kepada pembaca.

Amanat biasanya merupakan pandangan hidup pengarang tentang nilai-nilai

kebenaran yang ingin disampaikan kepada pembaca. Menurut Kenny dalam Fikri

(2010:19), amanat dalam cerita biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang

berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis kemudian dapat

diambil melalui cerita oleh pembaca.

2.2.2 Unsur Ekstrinsik

Wellek dan Warren (1995:290) mengatakan bahwa unsur ekstrinsik sebuah

novel haruslah tetap dipandang sebagai sesuatu yang penting. Unsur ekstrinsik

adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu sendiri yang ikut

mempengaruhi penciptaan karya sastra.

Sebagaimana halnya unsur intrinsik, unsur ekstrinsik juga memiliki

(10)

memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang keseluruhannya itu akan

mempengaruhi karyayang ditulisnya. Unsur ekstrinsik merupakan segala faktor

yang melatarbelakangipenciptaan karya sastra. Yang merupakan milik subjektif

pengarang yang berupakondisi sosial, motivasi, tendensi yang mendorong dan

mempengaruhi kepengarangan seseorang.

Unsur-unsur ekstrinsik meliputi latar belakang pengarang, adat-istiadat

yang berlaku, situasi politik, keyakinan dan pandangan hidup pengarang, agama,

ekonomi dan sebagainya. Unsur ini mencakup berbagai aspek kehidupan sosial

yangtampaknya menjadi latar belakang penyampaian amanat cerita dan tema.

Unsurekstrinsik karya sastra cukup berpengaruh terhadap totalitas keterpaduan

cerita yang dihasilkan.

2.3 Latar

Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (1995:216) latar yang disebut juga

sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu dan

lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.

Dalam sebuah karya sastra, latar dapat terjadi di mana saja termasuk di

dalam benak tokoh, sehingga tidak terlalu banyak membutuhkan deskripsi tentang

latar (Lukens dalam Nurgiyantoro, 1995:248).

Latar sebuah karya sastra fiksi mencakup tiga aspek yang berkaitan erat

(Sogang University, http://serc.sogang.ac.kr/erc/Literature/Setting.htm), yaitu :

a. Fisik, dunia yang berhubungan dengan panca indera sebuah karya.

(11)

c. Lingkungan sosial dari karakter (misalnya sopan santun, adat istiadat,

dan nilai-nilai moral masyarakat dari karakter tersebut).

Sama halnya dengan sebuah gambar, cerita juga memiliki latar depan dan

latar belakang, yaitu :

a. Karakter utama dan tindakan mereka, merupakan ketertarikan terbesar

bagi pembaca untuk membentuk latar depan.

b. Waktu dan tempat peristiwa serta keadaan yang mengelilingi peristiwa

tersebut untuk membentuk latar belakang atau latar.

Sebuah cerita yang menggunakan latar yang benar atau untuk waktu dan

tempat tertentu menggunakan verisimilitude (sesuatu yang seakan-akan tampak

benar adanya). Kadang-kadang latar dan plot tidak dapat dipisahkan.

a. Beberapa konflik cerita hanya bisa terjadi dalam suatu lingkungan

tertentu.

b. Lainnya, konflik dan cerita bisa terjadi di setiap waktu dan tempat.

Latar juga dapat membantu untuk mengungkapkan karakter.

a. Lingkungan di mana kehidupan karakter dapat membantu pembaca untuk

memahami motif karakter dan perilaku. Misalnya, pencurian sepotong

roti dari orang kaya oleh orang miskin, orang yang lapar akan

memberikan satu interpretasi dari karakter tersebut, sedangkan pencurian

(12)

lain. Pencurian oleh orang kaya yang sama-sama kaya akan

menyebabkan kesan yang berbeda.

b. Bagaimana latar menjelaskan sesuatu juga dapat menunjukkan perasaan

batin karakter.

Bagaimana latar dijelaskan juga dapat mempengaruhi suasana sebuah cerita.

Misalnya, membandingkan cuaca dingin, gerimis basah dengan dingin, lembut,

hujan musim semi.

2.3.1 Pertanyaan tentang Tempat

Pertama harus mendapatkan rincian latar fisik yang jelas.

1. Di mana tindakan berlangsung?

a. Di planet, negara, dan daerah mana?

b. Seperti apa yang dilihat, didengar dan dirasakan?

2. Apakah ada kesan dominan latar?

Kemudian tanyakan: Apa hubungan tempat tersebut dengan karakterisasi

dan tema? Dalam beberapa novel, lokasi geografis tampaknya tidak berpengaruh

pada karakter. Dalam atau di luar, dalam satu daerah atau lain mereka berperilaku

sama. Dalam cerita-cerita yang lain, tempat mempengaruhi karakter secara

mendalam.

2.3.2 Pertanyaan tentang Waktu

Tiga jenis utama yang penting dari pertanyaan tentang waktu.

(13)

a. Apakah peristiwa sejarah mempengaruhi karakter?

2. Berapa lama waktu yang diperlukan tindakan tersebut terjadi?

a. Petunjuk apa yang penulis berikan dalam bagian waktu?

b. Apakah bagian waktu penting untuk tema?

c. Apakah bagian waktu penting bagi kepercayaan dari cerita ini?

d. Apakah waktu yang digunakan dalam struktur cerita tersebut?

3. Bagaimana perjalanan waktu yang dirasakan oleh karakter?

a. Apakah bagian cepat atau lambat waktu membantu dalam memahami

tindakan dan pikiran karakter?

2.3.3 Pertanyaan tentang Lingkungan Sosial

Kadang-kadang lingkungan sosial tidak penting dan dilain waktu perannya

sangat penting.

a. Apakah lingkungan sosial dari cerita ini?

1. Apa penulis merasakan tentang sopan santun, adat istiadat, kebiasaan,

ritual, atau kode etik masyarakat?

2. Bagaimana mereka mempengaruhi karakter?

(14)

Hiroshima (広 島 市 Hiroshima-shi) merupakan sebuah kota di Jepang,

tepatnya di bagian barat Prefektur Hiroshima, bagian selatan wilayah Chugoku,

barat daya pulau Honshu. Pada zaman dulu merupakan ibu kota Provinsi Aki dan

sekarang merupakan ibu kota Prefektur Hiroshima.

Hiroshima adalah kota pelabuhan di tepi Laut Pedalaman Seto yang dikenal

sebagai pusat industri tekstil dan barang-barang dari karet. Kota ini didirikan pada

abad ke-16 sebagai kota istana di delta Sungai Ota.

Kota ini juga menjadi kota pertama di dunia yang pernah dijatuhi bom atom

di akhir Perang Dunia II, 6 Agustus 1945. Sekarang, Hiroshima terkenal di dunia

sebagai kota perdamaian. Monumen Perdamaian Hiroshima (Genbaku Dome)

terletak di pusat kota Hiroshima.

Secara harafiah Hiroshima berarti “pulau luas”. Pada waktu itu istana

didirikan di tengah pulau (daratan) yang paling luas di tengah-tengah delta sungai.

Nama “Hiroshima” mungkin berasal dari nama-nama tokoh yang dulunya

mendirikan kota Hiroshima. “Hiro” diambil dari nama Ōe Hiromoto (nenek

moyang klan Mōri), sedangkan “shima” diambil dari nama Fukushima Motonaga

yang memimpin pembangunan konstruksi istana.

Hiroshima merupakan kota utama di wilayah Chugoku. Pada zaman Edo,

Hiroshima merupakan kota di sekeliling istana untuk Han Hiroshima. Sejak

zaman Meiji hingga berakhirnya Perang Dunia II, Hiroshima merupakan pusat

industri militer dan logistik untuk keperluan perang. Di antara produk kebanggaan

kota Hiroshima adalah mobil Mazda, makanan ringan merek Calbee dan saus

(15)

Tim bisbol kebanggaan penduduk kota Hiroshima adalah Hiroshima Carp.

Tim tersebut pernah menjadi juara Central League sebanyak 6 kali dan juara

Japan Series sebanyak 3 kali.

Berikut adalah kondisi prefekstur kota Hiroshima yang dikutip dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Hiroshima,_Hiroshima dengan referensi dari

Ensiklopedi Umum. Yogyakarta: Kanisius, 1993 (diakses pada 23 September

2014).

2.4.1 Kondisi Geografis

Di sebelah selatan, Hiroshima berbatasan Laut Pedalaman Seto dan Teluk

Hiroshima. Di tengah kota mengalir Sungai Ōta. Pusat kota terletak di delta

Sungai Ota yang dikelilingi daerah pegunungan di bagian barat, utara, dan timur.

Kota terbelah menjadi 6 buah daratan yang dipisahkan oleh 7 anak sungai Ota

yang bermuara di Teluk Hiroshima.

Gunung : Gunung Shiraki (889 m), Gunung Bizenbō (789 m)

Sungai : Sungai Ōta, Sungai Sanjō, Sungai Seno, Sungai Yahata,

Sungai Kyūōta, Sungai Motoyasu, Sungai Tenma, Sungai,

Kyōbashi, Sungai Enkō, Sungai Fuchūōkawa

Pulau : Ninoshima, Kanawajima, Ujinajima, Tōgejima

(16)

Ujina).

Hiroshima memiliki delapan distrik, berikut jumlah populasi menurut data

31 Oktober 2006.

Distrik Populasi Luas wilayah (km²) Kepadatan (per km²)

Aki-ku 78,176 94.01 832

Asakita-ku 156,368 353.35 443

Asaminami-ku 220,351 117.19 1,88

Higashi-ku 122,045 39.38 3,099

Minami-ku 138,138 26.09 5,295

Naka-ku 125,208 15.34 8,162

Nishi-ku 184,881 35.67 5,183

Saeki-ku 135,789 223.98 606

Perkiraan jumlah penduduk penduduk: 1.158.788 (urutan ke-11 di Jepang,

data tahun 2006). Kepadatan penduduk 1.532,44 orang per km². Luas wilayah

741.75 km².

2.4.2 Sejarah Kota Hiroshima

Sejarah kota Hiroshima disajikan secara lugas menurut tahun-tahun penting

yang telah dilalui oleh kota Hiroshima selama sepuluh tahun dari 1989 hingga

1998. Berikut linimasa sejarah Hiroshima.

a. Zaman Azuchi Momoyama hingga Zaman Edo

1989: Mōri Terumoto mereklamasi tanah dan memerintahkan pembangunan Istana Hiroshima di Gokashō no Hakoshima (sekarang berada di kawasan yang

(17)

1591: Walaupun masih dalam penyelesaian, Mōri Terumoto pindah ke Istana

Hiroshima, dan menyebut kotanya sebagai Hiroshima.

1599: Pembangunan Istana Hiroshima selesai.

1600: Klan Mōri mengalami kekalahan dalam Pertempuran Sekigahara, wilayah

kekuasaan ditukar dengan Provinsi Nagato yang beribu kota di Hagi. Istana

Hiroshima berpindah tangan menjadi milik Fukushima Masanori

1619: Kekuasaan Fukushima Masanori dicabut dan Asano Nagaakira ditunjuk sebagai pengganti. Klan Asano terus menjadi penguasa wilayah han Hiroshima

hingga Restorasi Meiji.

b. Zaman Meiji hingga Perang Dunia II

19 Agustus 1871: Seluruh Han Hiroshima secara resmi menjadi Prefektur Hiroshima berdasarkan kebijakan pemerintah mengenai penghapusan sistem han.

12 Oktober 1871: Pangkalan militer Divisi I Garnisun Kyushu ditempatkan di Hiroshima. Pendaftaran calon taruna belum dimulai. Prajurit diambil dari prajurit

bekas Han Hiroshima.

9 Januari 1873: Divisi I Garnisun Kyūshū berganti nama menjadi Divisi V

Garnisun Hiroshima

September 1884: Pembangunan Pelabuhan Hiroshima dimulai

(18)

1 April 1889: Hiroshima dijadikan ibu kota Prefektur Hiroshima

November 1889: Proyek reklamasi dan pembangunan Pelabuhan Ujina selesai

Mei 1893: Pendirian perusahaan listrik Hiroshima

10 Juni 1894: Jalur kereta api Sanyō sampai ke Hiroshima

4 Agustus 1894: Pembangunan rel kereta api antara Stasiun Hiroshima dengan Pelabuhan Ujina dimulai. Pembangunan dilakukan atas permintaan kantor

angkatan darat dan diselesaikan dalam 2 minggu

15 September 1894: Semasa Peperangan Jiawu, markas besar angkatan perang Jepang (Daihonei) dan parlemen kekaisaran dipindahkan untuk sementara ke

Hiroshima. Sejak itu pula Hiroshima dijadikan kota pangkalan militer.

Oktober 1894: Perusahaan listrik mulai beroperasi di kota Hiroshima.

1 Januari 1899: Perusahaan air minum mulai beroperasi di kota Hiroshima.

27 Desember 1903: Pembangunan jalur kereta Kure dari Kaitaichi hingga pelabungan militer Kure dimulai.

Februari 1905: Pabrik rokok yang sekarang disebut JT dibangun di Hiroshima.

Oktober 1909: Pendirian prusahaan Hiroshima Gas

1 Oktober 1910: Distribusi gas untuk rumah tangga di kota Hiroshima dimulai.

1911: Pengurukan parit luar Istana Hiroshima.

(19)

Februari 1945: Selesainya pembangunan pabrik percetakan uang darurat dan dimulainya pencetakan uang darurat dimulai

3 April 1945: Anak-anak usia sekolah dievakuasi ke luar kota memperhitungkan Hiroshima akan dijadikan target militer.

6 Agustus 1945: Bom atom menghancurkan kota Hiroshima.

c. Pasca-Perang Dunia II

17 September 1945: Hiroshima dilanda angin topan Makurazaki, sejumlah 2.012 orang tewas dan hilang.

1949: Parlemen Jepang memproklamirkan Hiroshima sebagai Kota Perdamaian atas inisiatif wali kota Shinzo Hamai.

1961: Pembangunan Bandar Udara Hiroshima dimulai.

10 Maret 1975: Stasiun JR Hiroshima menjadi stasiun pemberhentian Sanyō

Shinkansen.

1994: Penyelenggaraan Asian Games 1994.

1998: Pendirian Institut Perdamaian Hiroshima di Universitas Hiroshima.

Hiroshima memiliki sistem transportasi berupa trem yang dapat mencapai

semua penjuru kota. Trem dalam kota Hiroshima dioperasikan oleh Hiroden.

(20)

peristiwa tahun 1945. Lainnya adalah Monorel Astram Line dan Kereta JR jalur

Sanyō Honsen, Geibi, dan Kabe.

Berikut tempat-tempat pariwisata yang dapat dikunjungi di Hiroshima.

a. Monumen Perdamaian Hiroshima (Genbaku Dome)

b. Taman Monumen Perdamaian Hiroshima

c. Istana Hiroshima

d. Kebun Binatang Asa

e. Taman Jepang Shukkeien

f. Kuil Fudōin

g. Kuil Mitakidera

Sama halnya dengan kota-kota lainnya di Jepang, kota Hiroshima memiliki

festival yang rutin dilaksanakan dan menjadi salah satu sajian wisata yang

menarik wisatawan lokal dan mancanegara.

a. Hiroshima Flower Festival (3-5 Mei)

b. Hiroshima Animation Festival (setiap 2 tahun sekali)

Salah satu hal yang penting dari setiap daerah adalah makanan khas daerah

tersebut. Di Hiroshima ada beberapa nama makanan khas yang patut untuk

dicoba, yakni:

a. Tiram

b. Hiroshimayaki

Referensi

Dokumen terkait

MINAT MAHASISWA PROD I PEND IDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA (PKO) TERLIBAT D ALAM UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) OLAHRAGA. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Produk dan layanan jasa wealth management yang ditawarkan oleh lembaga keuangan banyak sekali macam dan ragamnya, tetapi tidak berarti bahwa wealth management

erusaha mendorong dosen untuk melakukan penelitian sebagai agian yang t idak tetpisahkan dari kegiatan mengajarnya, bai k ang secara langsung dibiayai oleh dana IKIP

lebih kecil dari pada 0.05 dimana nilai yang di peroleh oleh DR sebelum. dan sesudah melakukkan marger dan akusisi sebesar -3.727

adalah: waka kurikulum, guru fiqh, dan siswa. Dalam memilih informan, peneliti menggunakan teknik snow ball , yaitu informan yang dipilih peneliti merupakan hasil

Mivel egyre több kutatóhelyen, doktori iskolában folynak az agrárinformatikai tématerülethez kapcsolódó kutatások, a folyóirat szükséges közvetít ő közeget

Di samping siswa kurang berani dan terlatih untuk berbicara di depan umum, penyebab utama rendahnya kemampuan anak TK B, TK Pertiwi Nglundo Sukomoro Nganjuk

Hasil penelitian ini adalah dari survei terhadap 17 responden didapatkan hasil sebagai berikut : segi latar belakang 76,47% responden termasuk kategori baik,