• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Sistem Pembayaran - Pengaruh Sistem Pembayaran Non Tunai Terhadap Stabilitas Moneter di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Sistem Pembayaran - Pengaruh Sistem Pembayaran Non Tunai Terhadap Stabilitas Moneter di Indonesia"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Pengertian Sistem Pembayaran

Bank Indonesia dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1999 menjelaskan

sistem pembayaran adalah suatu sistem yang mencakup seperangkat aturan,

lembaga, dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana

guna memenuhi suatu kewajiban yang timbuk dari suatu kegiatan ekonomi.

Menurut Humphrey et al (1996) sistem pembayaran adalah suatu

rancangan yang membuat pasar finansial berjalan dan menjadikan riil. Ketika

barang digantikan dengan uang tunai cek, giro, kartu kredit dan debet,

perdagangan semakin meluas dan biaya transaksi berkurang, serta secara tidak

langsung meningkatkan spesialisasi barang.

Humphrey et al (1996) dalam penelitiannya mengemukakan sistem

pembayaran adalah sistem yang terdiri atas aturan hukum, standar, prosedur dan

tata cara teknis operasional pembayaran yang digunakan transaksi nilai uang

antara dua pihak, dalam wilayah nasional maupun internasional dengan

memanfaatkan instrumen pembayaran yang diterima secara umum, dan dapat

membuat kegiatan ekonomi berjalan lebih baik dan lebih lancar (dalam

pembayarannya).

Inti dari kedua pengertian diatas menyatakan bahwa sistem pembayran

merupakan rancangan atau mekanisme menggunakan instrumen pembayaran yang

(2)

pembayaran akan meningkatkan efesiensi dan mengurangi tingkat terhadap

transaksi ekonomi.

2.1.2 Perkembangan Sistem Pembayaran

Dalam perkembangan teknologi sekarang ini, manusia terus

mengembangkan inovasinya dalam memenuhi kebutuhan. Dengan tujuan

tersebutlah manusia kemudian melakukan bentuk pertukaran. Pada awal

perekonomian, bentuk transaksi yang dilakukan oleh manusia yaitu dengan saling

tukar menukar barang-barang yang dibutuhkan dengan istilah barter.

Dalam masa barter manusia mulai berproduksi bukan hanya untuk

dikonsumsi sendiri namun juga untuk ditukarkan dengan kebutuhan yang lain.

Namun, dengan prasyarat barter yaitu the double coincidence of want, sistem

barter tidak tahan lama, karena akan membutuhkan waktu yang lama untuk

memenuhi prasyarat tersebut.

Pada akhirnya masyarakat memiliki kesadaran akan persamaan nilai

barang, sehingga dimulailah era emas dan perak sebagai uang komoditi yang

digunakan dalam pembayaran. Kemudian dibuatlah full bodied money yang

dilebur dari emas dan perak dalam perannya sebagai perantara transaksi.

Uang fiat (uang kepercayaan) mulai beredar setelah disadari bahwa emas

dan perak tidak lagi prakts dan efisien. Uang fiat adalah uang kertas yang

diterbitkan oleh pemerintah sebagai alat transaksi. Penggunaan uang kertas ini

juga menghemat berbagai biaya dari segi keamanan, biaya transportasi hingga

(3)

sepanjang adanya kepercayaan kepada lembaga yang berwenang

mengeluarkannya dan percetakannya sudah dalam tahap sukar untuk dipalsukan

(Miskhin, 2001).

Sistem barter, uang komoditas, dan uang fiat, ketiganya dapat digolongkan

kedalam sistem pembayaran tunai. Sekitar 150 tahun lalu, transaksi yang

menggunakan uang tunai mulai tergeser oleh instrument pembayaran berbasis

kertas, terutama pada bisnis-bisnis antar negara (Spahr, 1926). Sistem pembayaran

kemudian terus berevolusi ke tahap non-tunai yang diawali dengan

berkembangnya penggunaan cek pada negara-negara maju. Dalam penggunaan

cek ini terdapat dua proses, yaitu aliran cek secara fisik, serta transfer dana yang

ditransaksikan (Listfield dan Montes-Negret, 1994).

Karena sistem cek dirasakan kurang praktis, maka sistem pembayaran

terus berkembang kearah sistem pembayaran yang bersifat elektronis, yang

didukung oleh teknologi yang semakin maju.

Pada era tahun 1970-an dan 1980-an mulai berkembang penggunaan

sistem pembayaran yang bersifat elektronis. Alat Pembayaran Menggunakan

Kartu (APMK) mempermudah masyarakat dalam melakukan transaksi, dengan

biaya yang relatif rendah. Diawali dengan munculnya kartu kredit, yang

diperkenalkan oleh Bank Of America dengan nama BankAmericard (Global

Insight, 2003). Pada tahun 1977 bank-bank penerbit BankAmericard secara

bersama mendirikan yang kita kenal sekarang, Visa. Penggunaan kartu kredit

memungkinkan nasabah mendapatkan barang dan jasa secara kredit, dan

(4)

lisensi penerbit kartu kredit tersebut (Visa, Mastercard, dll).Perkembangan ini

terus berlanjut dengan diterbitkannya varian-varian alat pembayaran elektronis

lain seperti kartu debet, smart cards, internet banking, dll.

Saat ini di Indonesia perkembangan sistem pembayaran telah

memungkinkan masyarakat menggunakan instrumen pembayaran baik tunai

maupun non tunai. Dalam Pengantar Sistem Pembayaran dan Instrumrn

Pembayaran oleh DASP BI dijelaskan bahwa, instrumen pembayaran saat ini

dapat digolongkan atas tunai dan non-tunai. Instrumen pembayaran tunai adalah

uang kartal yang terdiri dari uang kertas dan logam yang sudah kita kenal selama

ini. Sementara instrumen pembayaran non-tunai, dapat dibagi lagi atas

pembayaran non-tunai dengan media kertas atau lazim disebut paper-based

instrument seperti, cek bilyet giro, wesel dan lain-lain serta alat pembayaran

non-tunai dengan media kartu yaitu APMK atau lazim disebut card-based instrument

seperti kartu kredit, kart debit, kartu ATM dan lain-lain.

2.1.3 Pengertian APMK

Peraturan Bank Indonesia (PBI) NOMOR : 6/30/PBI/2004 menjelaskan

pengertian Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu adalah alat pembayaran

yang berupa Kartu Kredit, Kartu Automated Teller Machine (ATM) Kartu Debet,

Kartu Prabayar, dan atau yang disamakan dengan itu.

1. ATM dan Kartu ATM

ATM (Automated Teller Machine atau anjungan tunai mandiri ini adalah

(5)

dapat digunakan untuk melakukan penarikan uang tunai dan/atau pemindahan

dana dimana kewajiban pemegang kartu dipenuhi dengan mengurangi dana dalam

rekening pemegang kartu secara otomatis pada Bank atau Lembaga Selain Bank

yang berwenang untuk menghimpun dana sesuai ketentuan perundang-undangan

yang berlaku. Selain bertransaksi melalui mesin ATM, kartu ATM dapat pula

digunakan untuk berbelanja di tempat perbelanjaan, berfungsi sebagai kartu debit.

2. Kartu Kredit

Kartu kredit adalah APMK yang dapat digunakan untuk melakukan

pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk

transaksi pembelanjaan dan/atau untuk melakukan penarikan tunai, dimana

kewajban pembayaran pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh acquire atau

penerbit, dan pemegang kartu berkewajiban untuk melalukan pembayaran pada

waktu yang disepakati baik dengan pelunasan secara sekaligus (charge card)

ataupun dengan pembayaran secara angsuran. Dalam menyelenggarakan kartu

kredit ini terdapat beberapa pihak yang terlibat yaitu :

a. Penerbit (Issuer), yaitu pihak yang menerbitkan katu kredit. Dalam hal ini,

issuer merupakan pihak yang mengadakan perjanjian dengan yang

memberikan fasilitas kredit kepada pemegang kartu.

b. Pengelola (Acquirer), yaitu pihak yang mengadakan hubungan atau

kerjasama dengan pedangang.

c. Principal adalah pihak pemilik hak tunggal atas merk dalam

penyelenggaraan kartu kredit seperti Visa, Mastercard, Dinners dan

(6)

Setiap transaksi pembayaran dengan menggunakan kartu kredit

memerlukan proses otorisasi terlebih dahulu oleh penerbit mengenai keabsahan

dari kartu yang digunakan serta batas limit nominal transaksi yang dilakukan.

Otoritas ini biasanya dilakukan secara on-line dengan meng-insert kartu melalui

terminal EDC/POS (Elektronic Data Capture/Point of Sales) yang ada di

pedagang.

3. Kartu Debet

Kartu debet adalah APMK yang dapat digunakan untuk melakukan

pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk

transaksi pembelanjaan dimana kewajiban pemegang kartu dipenuhi seketika

dengan mengurangi secara langsung simpanan pemegang kartu pada Bank atau

Lembaga Selain Bank yang berwenang untuk menghimpun dana sesuai ketentuan

perundang-undangan yang berlaku.

2.1.4. Uang 1. Defenisi uang

Uang diartikan sebagai alat tukar umum atau alat pengukur nilai

benda/kekayaan yang berfungsi untuk memudahkan penukaran

benda-benda/barang-barang, jasa-jasa, pembayaran-pembayaran dan pinjam-meminjam

dalam hubungan ekonomi di dalam suatu negara atau antar negara-negara

(Aliminsyah, 2006). Sesuatu barang dapat didefinisikan sebagai uang apabila

memiliki tiga fungsi dari uang, yaitu alat pertukaran, satuan hitung, serta sebagai

(7)

Robertson (1992) dan AC. Pigon (1950) dalam Rahardjo (2009)

mengenai defefnisi mereka terhadap uang, menekankan peranan uang sebagai alat

tukar, sedangkan Rollin G. Thomas (1957) dalam Rahardjo (2009) memberikan

defenisi uang secara lebih luas dengan memberikan pengertian bahwa uang adalah

sesuatu yang siap (dicairkan) dan dapat diterima umum dalam transaksi- transaksi

barang dan jasa, serta dapat diterima dalam pembayaran hutang.

2. Jumlah Uang Beredar

Uang beredar adalah akumulasi uang uang digunakan masyarakat, uang

kartal serta uang giral. Kewajiban sistem moneter yang terdiri dari uang tunai

(kartal dan logam) pada masyarakat, tidak termasuk uang yang berada dalam kas

bank maupun kas negara, ditambah dengan uang dalam giro tabungan yang dapat

diuangkan menggunakan cek atau uang giral merupakan uang dalam arti sempit

(M1), sedangkan kewajiban yang meliputi uang kartal uang giral dan uang kuasi

adalah uang dalam arti luas (M2) yang menjadi perluasan dari M1.

Menurut Nopirin (2000) M1 bersifat liquid karena sangat mudah

menjadikannya uang tunai. Sedangkan M2 kelancaran likuidasinya di bawah M1

karena mencakup deposito berjangka.

Dalam sejumlah literatur ekonomi M1 diformulasikan sebagai,

M1 = K + D

dimana M1 adalah uang beredar dalam arti sempit; K adalah uang kartal; D adalah

uang giral. Sedangkan pengertian lain, yaitu uang beredar dalam arti luas

diformulasikan sebagai.

(8)

Dengan M2 adalah uang beredar dalam arti luas; M1 adalah uang beredar dalam

arti sempit; T adalah saldo deposito berjangka dan tabungan masyarakat di bank

3. Teori Uang

a. Teori Ekonomi Klasik

Sriram (1999) dalam penelitiannya menyatakan bahwa teori ekonomi

klasik menganggap perekonomian selalu dalam keadaan full employment

terkecuali dalam keadaan transisi sebagai akibat dari gangguan dalam

perekonomian. Menurut konsep ini, uang merupakan alat pertukaran, penyimpan

nilai, satuan hitung yang dapat mengekspresikan harga dan nilai suatu barang.

Sehingga, dalam hal ini uang berposisi netral tidak mempengaruhi perubahan

dalam harga relatif, tingkat suku bunga, tingkat keseimbangan dari tingkat

pendapatan.

b. Teori Kuantitas Uang

Teori kuantitas uang membawa pengkajian yang lebih proporsional

terhadap konsep permintaan uang dan dikembangkan dengan dua pendekatan,

yaitu pendekatan oleh Irving Fisher (ekonom Universitas Yale), seta pendekatan

Cambridge (cash balance approach) yang dikembangkan oleh A. C. Pigou.

Fisher menemukan konsep velocity of money, tingkat kecepatan

perputaran uang, yang menghubungkan kuantitas uang (M) dengan total barang

dan jasa yang dibelanjakan (P x Y), dengan persamaan,

V=

M

(9)

dari persamaan diatas, V (velocity of money), didefinisikan sebagai jumlah rata-

rata waktu yang dihabiskan untuk membelanjakan komoditi barang dan jasa yang

diproduksi dalam perekonomian (Mishkin, 2001).

c. Pendekatan Cambridge

Pendekatan ini menekankan pentingnya permintaan uang dalam

menggambarkan pengaruh money supply dalam tingkat harga (Sriram, 1999). Para

ekonom seperti A. C. Pigou dan Alfred Marshall memformulasikan pendekatan

ini melalui persamaan,

Md = k x PY

Dimana Md = permintaan uang, P = tingkat harga, Y = tingkat pendapatan, dan k

= konstanta.

Sesuai dengan asumsinya, parameter k, sebagaimana ditunjukkan dalam

persamaan diatas dapat berfluktuasi seiring dengan perilaku masyarakat dalam

menggunakan uang untuk menyimpan kekayaan. Perilaku masyarakat ini juga

diperngaruhi oleh penerimaan yang diharapkan dari penggunaan penyimpan

kekayaan lain seperti saham dan obligasi (Sriram, 1999).

d. Teori Neo-Klasik

Pandangan Neo- Klasik mengenai uang lebih bersifat netral. Komoditas

ini secara ekonomis menarik ketika disimpan dan disirkulasikan dalam

perekonomian melalui transaksi barang dan jasa. Menurut Sriram (1999) teori

Neo-Klasik berpendapat bahwa tidak ada pengaruh dari tingkat suku bunga.

Meskipun demikian, masih terdapat perbadaan sudut panjang dalam mazhab ini,

(10)

penelitian mereka, seperti ketidak pastian di masa yang akan datang ( Marshall

dan Pigou), antisipasi (Marshall).

e. Teori Keynessian

Keynes memformulasikan tiga motif permintaan uang, yaitu motif transaksi, motif

berjaga- jaga, serta motif berspekulasi. Adapun penjelasan ketiga motif tersebut

ialah sebagai berikut.

1. Motif transaksi, sama dengan teori kuantitas uang, Keynes dalam hal ini

berpendapat bahwa uang merupakan alat pertukaran dan money demand

dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat. Sebab, dia meyakini

transaksi ditingkat individu dan juga tingakt masyarakat berhubungan dengan

tingkat pendapatan masyarakat( Sriram, 1999).

2. Motif berjaga- jaga. Keynes berpendapat bahwa masyarakat akan memegang

uang untuk kebutuhan yang tidak bisa diekspektasi sebelumnya (untuk

berjaga- jaga). Uang dalam hal ini tetap berfungsi netral sebagai alat

petukaran dan dipengaruhi oleh tingakat pendapatan masyarakat.

3. Motif spekulasi (Liquidity Preference). Keynes mempertegas teori

Cambridge, bahwa ketidakmenentuan dimasa datang mempengaruhi

masyarakat untuk meminta uang. Uang bersifat sebagai penyimpan kekayaan,

dan masyarakat kadang kala akan menggunakan uang untuk kepentingan

spekulasi.

Keynes memformulasikan pedapatnya melalui persamaan liquidity

preference yang mendefinisikan permintaan uang riil

(11)

dimana, y adalah pendapatan, dan i adalah tingkat suku bunga.

4. Jenis- Jenis Uang

Kesulitan akan sistem barter membuat masyarakat lebih membutuhkan

sistem pertukaran dengan menggunakan perantara yang lebih praktis dan efektif.

Uang lahir sebagai alat tukar yang dapat diterima dan digunakakn umum oleh

masyarakat. Berikut jenis- jenis uang yang dapat diterima masyarakat.

a. Full Bodied Money

Mata uang yang nilai intrinsiknya sama dengan nilai nominal yang tertera

dalam uang disebut sebagai full bodied money. Uang jenis ini sangat banyak

ditemukan pada masa dimana negara membuat uangnya dari logam murni seperti

emas atau perak.

Supaya nilai nominal uang tertera tetap sama seperti nilai materi membuat

uang nilai intrinsiknya maka harus dipenuhi dua syarat utama, yaitu masyarakat

diberi kebebasan melebur logam mulia di pabrik- pabrik pemerintah dengan biaya

yang kecil. Serta masyarakat bebas menyimpan dan melakukan perdangangan

logam mulia.

b. Token Money

Token money adalah mata uang yang nilai materinya jauh lebih kecil dari

pada nilai yang tertera pada fisik uang. Lain halnya dengan full bodied money,

dimana masyarakat bebas melebur uang sendiri bahkan melakukan perdagangan

logam mulia, yang menjadi materi pembuat uang, token money dibuat dan

(12)

c. Fiat Money

Telah disebut diatas bahwa fiat money adalah uang kertas yang

dikeluarkan pemerintah yang nilainya berdasarkan nilai kepercayaan. Maka fiat

money lebih dikenal sebagai uang kertas. Nilai pembuat uang kertas sangatlah

rendah namun dapat beredar di masyarakat atas dasar kepercayaan karena

dikeluarkan oleh pemerintah.

d. Uang Giral

Uang giral adalah hutang suatu bank terhadap nasabahnya yang cepat

ditarik sewaktu- waktu menggunakan cek dan giro. Cek adalah surat perintah

tidak bersyarat kepada bank untuk membayarkan sejumlah uang tertentu bagi

pemegangnya, atau nama yang tertera. Giro merupakan surat perintah dari

nasabah kepada bank penyimpan dana untuk memindahbukukan (tidak berlaku

untuk penarikan tunai) sejumlah dana dari rekening pemegang saham yang

disebutkan namanya.

Uang giral terdiri atas dua macam yaitu time deposit money yang

merupakan hutang bank kepada nasabahnya dengan jangka waktu penarikan yang

ditentukan. Serta demand deposit money, yaitu hutang bank kepada nasabahnya

yang dapat diambil sewaktu- waktu.

Pada negara telah mencapai taraf cream economy uang giral memiliki

peranan sangat penting dalam perekonomian, terutama dalam penyelesaian hutang

(13)

e. Near Money

Near money atau uang kuasi dalam bentuk kekayaan yang mudah

dicairkan sewaktu- waktu, atau hutang bank pada nasabahnya yang dapat ditarik

kapanpun.

Sumber : Raharjo, 2009

Gambar 2.1 Jenis-jenis Uang

2.1.5. INFLASI 2.1.5.1Definisi Inflasi

Bank Indonesia secara sederhana mendefinisikan inflasi sebagai

meningkatnya harga- harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga yang

dimaksud adalah apabila terjadi kenaikan harga barang- barang secara meluas

(atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi UANG

Money Token Money

(14)

disebut deflasi. Mishkin (2008), mendefinisikan inflasi yaitu kenaikan tingkat

harga yang terjadi secara terus menerus, memengaruhi individu, pengusaha,dan

pemerintah. Sedangkan Mankiw (2003) inflasi diartikan sebagai peningkatan

harga secar agregat.

Diketahui dalam teori kuantitas, bahwa faktor utama yang menyebabkan

inflasi adalah permintaan (demand) uang berlebihan sehingga masyarakat terlalu

banyak memegang uang. Dua sumber inflasi yang disebutkan di dalamnya,

Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation.

1. Demand Pull Inflation

Kondisi inflasi ini di sebabkan naiknya aggregate demand padahal

kondisi produksi telah mencapai keadaan full employment. Kenaikan ini tidak

hanya mendorong naiknya harga- harga barang, tetapi juga tingkat produksi

ketika kenaikan aggregate demand terus mendorong tingkat produksi sehingga

mencapai titik kesempatan kerja penuh (full employment), maka yang terjadi

hanya kenaikan harga- harga barang (inflasi murni) selanjutnya apabila dalam

keadaan kesempatan kerja penuh bertambahnya permintaan melebihi Gross

National Product (GNP), akan terjadi inflationary gap yang kemudian

menjadikan timbulnya inflasi.

Terdapat variasi pandangan mengenai kenaikan aggregate demand. Dari

golongan moneterist menafsirkan kenaikan aggregat demand akibat dari

ekspansi jumlah uang yang beredar di masyarakat. Dalam pandangan golongan

(15)

uang beredar, dapat disebabkan oleh meningkatnya pengeluaran konsumsi;

investasi; goverments expenditures, atau net export.

2. Cost Push Inflation

Cost push inflation yaitu inflasi yang di karenakan tingkat penawaran

yang lebih rendah dari pada tingkat permintaan, sehingga menggeser aggregat

supply curve ke arah kiri atas. Meningkatnya harga faktor- faktor produksi

(baik yang berasal dari dalam negri maupun dari luar negri) di pasar faktor

produksi. Pada kondisi ini, produsen mengurangi kapasitas produksi, maka

terjadilah tingkat penawaran lebih rendah. Apabila harga- harga faktor

produksi semakin tinggi, yang menyebabkan semakin turunnya penawaran

total, maka akan terjadi inflasi yang disertai resesi.

2.1.5.2 JENIS- JENIS INFLASI

Dalam ilmu ekonomi, inflasi dapat dibedakan pengelompokan tertentu

dan pengelompokan dilakukan menurut pencapaian yang hendak dituju.

Berdasarkan al terjadinya, inflasi dikelompokkan dalam,

1. Domestic Inflation

Merupakan inflasi akibat ganguan (shock) yang terjadi didalam negeri.

Gangguan tersebut dapat berupa paket kebijakan pemerintah yang secara

psikologi bersifat inflator.

2. Imported Inflation

Inflasi ini merupakan inflasi dalam negeri yang disebabkan adanya

kenaikan harga luar negeri, kemudian berpengaruh kedalam negeri, terutama

(16)

Harga Dalam Negeri (IHDN), sehingga menimbulkan pertumbuhan inflasi dalam

negeri.

Dilihat dari intensitasnya, inflasi digolongkan kedalam dua kelompok,

creeping inflation atau inflasi merayap yang laju pertumbuhannya dangat lambat.

Harga-harga terus naik namun secara perlahan. Creeping inflation biasanya terjadi

pada negara-negara berkembang. Berlawanan dengan creeping inflation,

galloping inflation adalah inflasi yang timbul akibat kenaikan harga-harga umum

secara cepat.

Berikut pengelompokan inflasi berdasarkan bobotnya (Khalwaty, 2000)

dalam Prasetyo (2011)

1. Inflasi ringan di bawah 10 % (single digit)

2. Inflasi sedang 10% - 30%

3. Inflasi tinggi 30% - 100%.

2.1.6 Nilai Tukar (Kurs)

Nilai tukar (kurs) adalah rasio pertukaran dua mata uang. Menurut

Aliminsyah, 2006, Kurs tukar valuta asing (exchange rate) adalah tarif yang

menunjukkan nilai tukar mata uang tertentu dengan mata uang lainnya.

Perbedaan nilai tukar suatu mata uang negara (kurs) pada prinsipnya

ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran mata uang (Tajul, 2000:129).

Kurs merupakan salah satu harga yang lebih penting dalam perekonomian

terbuka, karena ditentukan oleh adanya keseimbangan antara permintaan dan

(17)

berjalan maupun bagi variabel-variabel makroekonomi lainnya. Kurs dapat

dijadikan alat untuk kondisi perekonomian suatu negara. Pertumbuhan nilai mata

uang yang stabil mennjukkan bahwa negara tersebut memiliki kondisi ekonomi

yang relatif baik atau stabil (Dornbusch, 2008:453). Ketidakstabilan nilai tukar ini

mempengaruhi jumlah uang beredar. Indonesia sebagai negara yang banyak

mengimpor bahan baku industri mengalami dampak dari ketidakstabilan kurs ini,

yang dapat dilihat dari melonjaknya biaya produksi sehingga menyebabkan harga

barang-barang hasil produksi Indonesia mengalami peningkatan. Melemahnya

rupiah menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi goyah dan dilanda krisis

ekonomi dan kepercayaan terhadap mata uang dalam negeri.

Menurut Nopirin (2000), sistem kurs terbagi menjadi 2 yaitu:

1. Sistem kurs yang berubah-ubah

Perubahan kurs tergantung pada beberapa faktor yang mempengaruhi

permintaan dan penawaran valuta asing. Permintaan valuta asing

diturunkan dari transaksi debet dalam neraca pembayaran internasional.

Sedangkan penawaran valuta asing berasal dari eksportir, yakni berasal

dari transaksi kredit neraca pembayaran internasional.

2. Sistem Kurs yang Stabil

Sistem ini sering menimbulkan adanya tindakan spekulasi sebagai akibat

ketidaktentuan di dalam kurs valuta asing. Oleh karena itu banyak negara

(18)

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Muttaqin (2006) melakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan alat

pembayaran dengan menggunakan kartu dan variabel-variabel makro ekonomi

terhadap permintaan uang di Indonesia. Hasilnya penggunaan kartu kredit dan

debet serta ATM, masing-masing memiliki pengaruh yang berbeda. Penggunaan

ATM memiliki pengaruh jangka panjang terhadap permintaa M1, kartu kredit dan

debet tidak signifikan dalam mempengaruhi permintaan M1. Perbedaan tersebut

dikarenakan jumlah pengguna serta volume penggunaan kartu ATM jauh lebih

tinggi dibandingkan dengan menggunakan kartu kredit dan debet. Namun dalam

jangka pendek, perubahan penggunaan kartu ATM dan kartu debet. Sedangkan

perubahan permintaan uang tunai tidak dipengaruhi oleh penggunaan APMK.

Syarifuddin dkk (2009) melakukan penelitian tentang efek penggunaan

pembayaran non-tunai terhadap ekonomi dan pengendalian moneter di Indonesia

dalam jurnal “Impact of non-cash payment increase on the economy and

implication for monetary control in Indonesia”, menggunakan metode structural

cointegrating vector autoregresion (SCVAR), variabel terdiri dari GDP riil,

tingkat harga, M1, dan M2, non-cash (ncs); terdiri dari kliring, RTGS dan alat

pembayaran menggunakan kartu, variabel lainnya sperti Bi Rate, upah riil, nilai

tukar nominal dan tingkat suku bunga internasional.

Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan dampak terhadap perekonomian,

bahwa kas menurun, sedangkan persediaan uang M1 dan M2 meningkat,

peningkatan pembayaran non tunai juga memacu pertumbuhan GDP dan

(19)

menunjukkan penurunan BI Rate dan biaya kebijakan moneter. Pembayaran non

tunai mengakibatkan peningkatan substitusi dan efek efesiensi. Melalui efek

substitusi, penurunan permintaan mata uang dan meningkatnya M1 dan M2 akan

meningkatkan GDP dan harga. Secara umum dari respon implus terlihat bahwa

guncangan pada persamaan pembayaran non tunai akan menyebabkan

peningkatan permintaan uang, menurunkan BI-Rate, meningkatkan GDP riil dan

menurunkan tingkat harga.

Ihda Azizah (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh

Transaksi Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu Terhadap Tingkat

Inflasi Di Indonesia Tahun 2007-2011” dengan menggunakan model autoregresif

untuk menganalisis, menunjukkan bahwa ternyata perkembangan transaksi

dengan menggunakan APMK berpengaruh positif terhadap inflasi, baik dalam

jangka panjang maupun jangka pendek. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil

analisis yang memberikan koefesien jangka pendek APMK sebesar 1,2907 dan

koefisien jangka panjangnya sebesar 2,8662.

2.3 Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang dan landasan teori yang telah diuraikan, maka

kerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual APMK

(20)

Kerangka konseptual ini menggunakan teori yang dikemukakan oleh

Rahutami (2004). Bila semakin banyak masyarakat menggunakan APMK, maka

mengakibatkan jumlah transaksi dari waktu ke waktu semakin meningkat. Hal ini

akan berdampak pada perputaran uang yang semakin cepat, akibatnya berdampak

juga pada angka inflasi. Penelitian ini meneliti bagaimana pengaruh APMK

terhadap inflasi dan nilai kurs yang terjadi di Indonesia pada tahun 2007-2013.

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah

diuraikan pada bagian terdahulu maka hipotesis yang dikemukakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Transaksi APMK memiliki pengaruh yang signifikan terhadap inflasi di

Indonesia.

Gambar

Gambar 2.1 Jenis-jenis Uang
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Penambahan alfa-tokoferol dalam pengencer susu skim - kuning telur terhadap kualitas spermatozoa domba Sapudi yang disimpan pada suhu 5°C.. Addition of alpha-tocopherol in

Univerza v Ljubljani, Biotehniška fakulteta, Oddelek za gozdarstvo in obnovljive gozdne vire 2011 ZASNOVA POSKUSA REDČENJ BUKOVIH DROGOVNJAKOV V RAZISKOVALNEM OBJEKTU PIŠECE..

Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis dan membuktikan pengaruh faktor fundamental perusahaan terhadap risiko

Admin mendata ruang Adanya pergantian tahun ajaran dan memasuki tahun ajaran baru Wakil kepala sekolah , Kepala sekolah Mendata ruang Data ruangan Kepala

Mereka tidak khawatir kebiasaannya ini akan mengganggu pendidikan mereka, karena yang mengenalkan mereka pada minuman beralkohol juga kebanyakan masih sekolah dan

Contoh: untuk mengetahui kemampuan peserta didik terhadap materi tertentu, alat evaluasi yang berbentuk isian (objektif), setelah dianalisis dan dibandingkan ternyata lebih baik

Waktu Standar adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan yang dilakukan menurut metode kerja dan kecepatan normal dengan pertimbangan

Namun begitu, terdapat banyak responden tidak terlibat dalam program kerajaan disebabkan oleh masalah pihak kerajaan. Antaranya termasuklah, 1) kekurangan kemahiran