• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PERATURAN KEBIJAKAN DAN PERUNDANG UNDANGAN YANG BERLAKU DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PERATURAN KEBIJAKAN DAN PERUNDANG UNDANGAN YANG BERLAKU DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH PERATURAN KEBIJAKAN DAN

PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU

DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH : 1. Tessa Shintya Ernanda 2. Fina Rohma Linda 3. Yasni Nuria RJ 4. Angger Afrega

5. Ade Mahendra Yusuf

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Alla SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah mungkin ada sedikit hambatan. Namun berkat bantuan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen pembimbing, sehingga kami dapat menyelasikan makalah ini dengan baik.

Dengan adanya makalah ini, diharapakan dapat membantu proses pembelajaran dan menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas bantuan, dukungan dan doanya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini dan dapat mengetahui tentang sejarah kesehatan dunia dan Indonesia. Makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk itu kami mengharap kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini.

Pringsewu, 23 Maret 2015

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 2

1.3 Tujuan Penulisan... 2

BAB II PEMBAHASAN... 3

2.1 Gambaran Penyelenggaraan Praktik Keperawatan... 3

2.2 Sejarah Perkembangan Profesi Keperawatan... 3

2.3 Masalah-Masalah Dalam Praktik Keperawatan... 5

2.4 Alasan Perlunya Pengaturan Perundang-Undangan Keperawatan... 6

2.5 Legislasi Keperawatan... 8

2.6 Pentingnya Sistem Regulasi /Pengaturan... 11

2.7 Upaya Yang Perlu Dilakukan Untuk Mempercepat Terwujudnya Legislasi Di Indonesia ... 12 2.8 Perlindungan Hukum Terhadap Profesi Perawat... 13

2.9 Dasar Perlindungan Hukum Terhadap Profesi Perawat... 14

BAB III PENUTUP... 17

3.1 Kesimpulan... 17

3.2 Saran... 17

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat.

Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Disamping itu, pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut kehidupan fisik, mental maupun sosial ekonomi yang dalam perkembangannya telah terjadi perubahan orientasi baik tatanilai maupun pemikiran terutama upaya pemecahan masalah kesehatan.

Tenaga keperawatan sebagai salah satu komponen utama pemberi layanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran penting karena terkait langsung dengan mutu pelayanan kesehatan sesuai dengan kompetensi dan pendidikan yang dimilikinya.Tenaga keperawatan juga memiliki karakteristik yang khas dengan adanya pembenaran hukum yaitu diperkenannya melakukan intervensi keperawatan terhadap tubuh manusia dan lingkungannya dimana apabila hal itu dilakukan oleh tenaga lain dapat digolongkan sebagai tindakan pidana.

(5)

Indonesia sebagai bagian dari masyarakat Global, turut pula menandatangani kesepakatan di antara 10 negara ASEAN khususnya di bidang pelayanan kesehatan yang dikenal dengan MRA (Mutual Recognition Agreement), dimana Konsil Keperawatan sebagai Badan yang independen diperlukan untuk mengatur sistem registrasi, lisensi dan sertifikasi bagi praktik perawat. Dalam kancah 3 global, keperawatan di Indonesia masih tertinggal dibanding dengan negara-negara di Asia terutama dalam hal lemahnya regulasi tentang praktik keperawatan. Di antara 10 negara di Asia tenggara, 7 negara telah memiliki undang-undang yang mengatur tentang praktik keperawatan, sedangkan 3 negara yang belum memiliki undang-undang praktik keperawatan adalah Indonesia, Laos dan Vietnam. Adanya undang-undang praktik keperawatan (Regulatory Body) merupakan salah satu prasyarat mutlak untuk ikut berperan dalam kancah global, apalagi Indonesia telah memproduk tenaga keparawatan dalam jumlah yang besar. Dengan adanya undang-undang praktik keperawatan merupakan jaminan terhadap mutu dan standard praktik disamping sebagai perlindungan hukum bagi pemberi dan penerima jasa pelayanan keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang diatas bagaimanakah masa depan profesi keperawatan di indonesia apabila tidak ada perundang-undangan yang berlaku dam praktik keperawata.

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui gambaran penyelenggaraan praktik keperawatan 2. Mengetahui sejarah perkembangan profesi keperawatan 3. Mengetahui masalah-masalah dalam praktik keperawatan

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Penyelenggaraan Praktik Keperawatan

Pelayanan keperawatan adalah bentuk pelayanan fisiologis, psikologis, sosial, spiritual dan kultural yang diberikan kepada klien (pasien) karena ketidakmampuan, ketidakmauan dan ketidaktahuan klien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya yang sedang terganggu. Fokus keperawatan adalah respons klien terhadap penyakit, pengobatan dan lingkungan (Tomey, 1994).

Beberapa teori keperawatan sampai saat ini mewarnai dasar bentuk pelayanan keperawatan, antara lain Teori Adaptasi (Roy), Self care (Orem), Teori 14 kebutuhan dasar/model konseptual Komplementer atau Suplementer (Henderson), Care-Cure and Core (Lydia Hall), Teori Sikap dan Perilaku Caring (Jane Watson), Teori Sistem Perilaku (Johnson), Sistem Sosial (King), Teori Lintas Budaya (Leininger), Perilaku Pencegahan dan Peningkatan Kesehatan (Nola Pender) dan lain-lain. Tujuan dari teori ini adalah untuk memperlihatkan kepada khalayak bahwa fokus pelayanan keperawatan adalah klien dan keluarganya sebagai sistem yang pada dasarnya memiliki potensi untuk berubah dan berkembang dalam rangka pemulihan diri dari gangguan kesehatan, serta perlu untuk di bimbing dalam rangka pemberdayaan dirinya. Inti dari semua teori ini adalah hubungan perawat-klien terbina secara terapeutik dan menjadi landasan terwujudnya kesetaraan professional diantara keduanya yang saling membutuhkan. Teori-teori inilah yang menunjukkan bahwa pelayanan keperawatan berbeda dengan profesi kesehatan lain (Nurrachmah, 2004).

2.2 Sejarah Perkembangan Profesi Keperawatan

(7)

Florence Nightingale yang terkenal dalam Perang Kremlin dengan mengabdikan dirinya hanya untuk kepentingan orang sakit khususnya para prajurit yang terluka. Di Indonesia dalam suatu sejarah perkembangan tercatat telah lama ada yaitu diberikan oleh orang yang telah di didik untuk merawat orang sakit. Beberapa catatan mengemukakan sebelum kemerdekaaan tahun 1945 bahwa pendidikan perawat telah di mulai sejak tahun 1800-an di sebuah rumah sakit di Batavia yang sekarang dikenal dengan Rumah Sakit PGI Cikini Jakarta. Sejak saat itu dikembangkan berbagai pendidikan kekhususan paramedis diantaranya pendidikan untuk menjadi mantra cacar, tenaga perawat berijazah eropa, tenaga perawat berijazah Hindia Belanda dan pendidikan mantri malaria. Pendidikan mantri cacar merupakan pendidikan tertua sejak tahun 1820 dengan lama pendidikan 6-12 bulan, termasuk praktik lapangan 6 bulan. Perawat berijazah eropa adalah dimulai dengan pendidikan dasar MULO dan lama pendidikan 3 tahun dimana lulusannya mendapatkan fasilitas dan penghargaan lebih tinggi dibanding tenaga lainnya. Sedangkan perawat yang berijazah Hindia Belanda sering disebut dengan mantri jururawat adalah perawat dengan lama pendidikan 4 tahun yang menghasilkan dua jenis tenaga perawat yaitu perawat umum dan perawat jiwa yang dimulai sejak tahun 1915. Adapun mantri malaria merupakan tenaga perawat yang hanya berupa kursus selama satu setengah tahun, yang hanya diadakan 2 kali yaitu tahun 1926 dan 1927.

Pada tahun 1972, di deklarasikan wadah Persatuan Perawat Nasional Indonesia sebagai wadah organisasi profesi, dimana para perawat sudah mulai menyadari bahwa pentingnya organisasi profesi bagi pengembangan keperawatan. Pada tahun 1983 merupakan periode kebangkitan, dimana pada Lokakarya Nasional Keperawatan disepakati bahwa keperawatan adalah profesi dan pendidikan keperawatan berada pada pendidikan tinggi.

(8)

sebagai satu dari enam kelompok profesi kesehatan yang ada di Indonesia. Kebijakan ini mendorong organisasi profesi menata katagori tenaga keperawatan yang ada dengan hanya ada tiga katagori yaitu SPK, D.III dan Sarjana Keperawatan (Ners).

Pada tahun 1996 Program Studi Ilmu Keperawatan (jenjang S1/Ners) didirikan dibeberapa Perguruan Tinggi Negeri misalnya antara lain UGM (Yogyakarta), UNDIP (Semarang), UNAIR (Surabaya), UNAND (Padang), UNBRAW (Malang), USU (Medan), UNSYAH (Aceh) dan UNHAS (Makasar) serta di beberapa universitas swasta. Pada periode ini perawat yang telah melalui pendidikan profesi pada tingkat sarjana telah menyadari bahwa profesionalisme keperawatan perlu ditumbuh kembangkan secara terus menerus.

2.3 Masalah-Masalah Dalam Praktik Keperawatan

Masalah kesehatan di masyarakat saat ini makin kompleks, dimana penyakit degeneratif dan infeksi baik yang lama maupun yang baru (avian flu, HIV/AIDS) muncul bersama-sama. Hal ini diperberat dengan terjadinya berbagai bencana alam yang mendera Indonesia secara bertubi-tubi (gempa, Tsunami, banjir, gunung meletus, luapan Lumpur panas dan beracun dsb).

Kondisi tersebut di atas diperberat dengan kesulitan bidang ekonomi yang menimbulkan makin kompleksnya masalah kesehatan, misalnya gizi kurang/buruk akibat daya beli masyarakat yang rendah sehingga menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit dan memperlambat proses penyembuhan, yang berdampak pada pemborosan sumber, termasuk menimbulkan masalah-masalah dalam penyelenggaraan praktik keperawatan baik karena adanya keterbatasan berbagai sumber keperawatan, baik itu sumber biaya, fasilitas maupun tenaga keperawatan.

(9)

2.4 Alasan Perlunya Pengaturan Perundang-Undangan Keperawatan 1. Alasan Filosofis

Kesehatan sebagai hak asasi manusia sebagai tanggung jawab Pemerintah dan seluruh elemen masyarakat harus diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau. Pelayanan kesehatan baik oleh pemerintah maupun masyarakat harus diselenggarakan secara bermutu, adil dan merata dengan memberikan perhatian khusus kepada penduduk miskin, anak-anak, remaja, para ibu dan para lanjut usia yang terlantar baik di perkotaan maupun di pedesaan. Prioritas diberikan pula kepada daerah terpencil, pemukiman baru, wilayah perbatasan dan daerah kantong-kantong keluarga miskin. Penyelesaian masalah yang memberi dampak pada kesehatan masyarakat memerlukan keterlibatan pemerintah, organisasi profesi dan pihak terkait lainnya.

2. Alasan Yuridis

a. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat 1 menyebutkan bahwa Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

b. Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992, tentang kesehatan, Bab VI mengenai Sumber Daya Kesehatan yang terdiri dari: tenaga kesehatan, sarana kesehatan, perbekalan kesehatan, pembiayaan kesehatan, pengelolaan kesehatan dan penelitaian dan pengembangan kesehatan. Dalam Pasal 32 ayat (4) secara eksplisit menyebutkan bahwa:

Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan, hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.”

Pada Pasal 53 ayat 1 juga menyebutkan bahwa: Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.

3. Alasan Sosiologis

(10)

a. Mengantisipasi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan dengan adanya pergeseran paradigma dalam pemberian pelayanan kesehatan dari model medical yang menitikberatkan pelayanan pada diagnosis penyakit dan pengobatan ke paradigma sehat yang lebih holistik yang melihat penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai fokus pelayanan (Cohen, 1996). b. Sudah disepakati secara nasional pada tahun 1983 bahwa keperawatan

sebagai profesi dan struktur pendidikan tinggi keperawatan sebagai pendidikan profesi sesuai dengan proyeksi kebutuhan jenis dan jenjang tenaga perawat.

c. Mendekatkan keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan keperawatan.

d. Meningkatkan kontribusi pelayanan keperawatan yang bermutu sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan.

e. Memberikan kepastian hukum kepada pemberian dan penyelenggaraan pelayanan keperawatan Masyarakat terutama masyarakat Indonesia berhak mendapakan pelayanan keperawatan yang berkualitas oleh perawat yang kompeten tanpa diskriminatif menurut status social, budaya, agama, ras dll.

4. Alasan Tehnik Keperawatan

a. Citra keperawatan rendah terkait dengan Persepsi masyarakat terhadap perawat.

b. Keperawatan masih dianggap bukan merupakan komponen penting dalam pengambilan keputusan (kebijakan).

c. Variasi proporsi kualifikasi tenaga perawat Penyebaran tenaga yang tidak merata.

d. Kepemimpinan dan manajemen yang tidak efektif. e. Ketidaksesuaian kompetensi dengan tanggung jawab.

f. Peluang untuk Pelatihan kurang, jika ada kesempatan menggunakan peluang sempit.

(11)

2.5 Legislasi Keperawatan

Legislasi Keperawatan adalah proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan perangkat hukumyang sudah ada yang mempengaruhi ilmu dan kiat dalam praktik keperawatan (Sand,Robbles1981).

Prinsip dasar legislasi untuk praktik keperawatan

1. Harus jelas membedakan tiap katagori tenaga keperawatan. 2. Badan yang mengurus legislasi bertanggung jawab aatas system

keperawatan.

3. Pemberian lisensi berdasarkan keberhasilan pendidikan dan ujian sesuai ketetapan.

4. Memperinci kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan perawat. Fungsi legislasi keperawatan

1. Memberi perlindungan kepada masyarakat terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan.

2. Memelihara kualitas layanan keperawatan yang diberikan

3. Memberi kejelasan batas kewenangan setiap katagori tenaga keperawatan. 4. Menjamin adanya perlindungan hukum bagi perawat.

5. Memotivasi pengembangan profesi.

6. Meningkatkan proffesionalisme tenaga keperawatan.

Legislasi keperawatan mencakup 3 komponen yaitu registrasi, sertifikasi, dan lisensi.

Registrasi

Registrasi merupakan pencantuman nama seseorang dan informasi lain pada badan resmi baik milik pemerintah maupun non pemerintah. Perawat yang telah terdaftar diizinkan memakai sebutan registered nurse. Untuk dapat terdaftar, perawat harus telah menyelesaikan pendidikan keperawatan dan lulus ujian dari badan pendaftaran dengan nilai yang diterima. Izin praktik maupun registrasi harus diperbaharui setiap satu atau dua tahun.

Tujuan registrasi :

(12)

b. Mempertahankan prosedur penatalaksanaan secara objektif terhadap kasus kelalaian tugas atau ketidak mampuan melaksanakan tugas sesuai dengan standar kompetensi.

c. Mengidenttifikasi jumlah dan kualifikasi perawat professional dan vokasional yang akan melakukan praktik keperawatan sesuai dengan kewenangan dan kompetensi masing-masing.

Registrasi meliputi 2 kegiatan berikut :

1. Registrasi administrasi adalah kegiatan mendaftarkan diri yang dilakukan setiap tahun, berlaku untulk perawat professional dan vokasional.

2. Registrasi kompetensi adalah registrasi yang dilkakukan setiap 5 tahun untuk memperoleh pengakuan ,mendapatkan kewenangan dalam melakukan praktik keperawatan ,berlaku bagi perawat professional.

Perawat yang sudah teregistrasi mendapat Surat Izin Perawat(SIP) dan nomer register.Perawat yang sudah melakukan registrasi akan memperoleh kewenangan dan hak berikut :

1. Melakukan pengkajian

2. Melakukan terapi keperawatan. 3. Melakukan observasi.

4. Memberikan pendidikan dan konseling kesehatan. 5. Melakukan intervensi medis yang didelegasikan.

6. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan di berbagai tatanan pelayanan kesehatan.

Perawat yang tidak teregistrasi ,secara hukum tidak memiliki kewenangan dan hak tersebut.Registrasi berlaku untuk semua perawat professional yang bermaksud melakukan praktik keperawatan di wilayah Negara republic Indonesia, termasuk perawat berijasah luar negeri.

Mekanisme registrasi terdiri dari mekanisme registrasi administrative dan mekanisme registrasi kompetensi yang dilakukan melalui 2 jalur,yaitu :

1. Ujian registrasi nasional, dan

2. Pengumpulan kredit sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(13)

Sertifikasi

Sertifikasi adalah proses pengakuan terhadap peningkatan pengetahuan, keterampilan ,dan perilaku (kompetensi) seorang perawat dengan memeberikan ijasah atau sertifikat.

Tujuan sertifikasi :

a. Menyatakan pengetahuan ,keterampilan ,dan perilaku perawat sesuai dengan pendidikan tambahan yang diikutinya.

b. Menetapkan klasifikasi ,tingkat dan lingkup praktik keperawatan sesuai pendidikan tambahan yang dimilikinya.

c. Memenuhi persyaratan registrasi sesuai area praktik keperawatan.

Lisensi

Lisensi berupa kewenangan kepada seorang perawat yang sudah teregristasi untuk melaksanakan pelayanan praktik keperawatan.Lisensi merupakan suatu kehormatan bukan suatu hak .Semua perawat seyogyanya mengamankan hak ini dengan mengetahui standar pelayanan yang dapat diterapkan dalam suatu tatanan praktik keperawatan.

Tujuan lisensi :

a. Memberi kejelasan batas kewenangan tiap katagori tenaga keperawatan untuk melakukan praktik keperawatan.

b. Mengesahkan atau member bukti untuk melekukan praktek keperawatan professional.

Mekanisme Legislasi

Persyaratan legislasi antara lain berupa kemampuan (kompetensi) yang diakui, tertuang dalam ijazah dan sertifikat.

Registasi meliputi dua hal kegiatan berikut.

1. Registrasi administrasi; adalah kegiatan mendaftarkan diri yang dilakukan setiap tahun, berlaku untuk perawat professional dan vokasional.

(14)

Perawat yang tidak teregristrasi, secara hukum tidak memiliki kewenangan dan hak tersebut. Regristrasi berlaku untuk semua perawat profesional yang bermaksud melakukan praktik keperawatan di wilayah Negara Republik Indonesia, termasuk perawat berijazah luar negeri. Mekanisme regristasi terdiri dari mekanisme registrasi administratif dan mekanisme registrasi kompetensi yang dilakukan melalui 2 jalur yaitu :

1. Ujian registrasi nasional

2. Pengumpulan kredit sesuai dengan ketentuan yang berlaku Mekanisme Sertifikasi

1. Perawat teregistrasi mengikuti kursus lanjutan di area khusus praktik keperawatan yang ddiselenggarakan oleh institusi yang memenuhi syarat. 2. Mengajukan aplikasi disertai dengan kelengkapan dokumen untuk

ditentukan kelayakan diberikan sertifikat.

3. Mengikuti proses sertifikasi yang dilakukan oleh konsil keperawatan. 4. Perawat register yang memenuhi persyaratan, diberikan serifikasi oleh

konsil keperawatan untuk melakuakan praktik keperawatan lanjut. Mekanisme Lisensi

Perawat yang telah memenuhi proses registrasi mengajukan permohonan kepada pemerintah untuk memperoleh perizinan / lisensi resmi dari pemerintah. Perawat yang telah teregistrasi dan sudah memiliki lisensi disebut perawat

register, dan dapat bekerja di tatanan pelayanan kesehatan dan institusi pendidikan keperawatan.

2.6 Pentingnya Sistem Regulasi /Pengaturan

Regulasi keperawatan (regristrasi & praktik keperawatan)adalah kebijakan atau ketentuan yang mengatur profesi keperawatan dalam melaksanakan tugas profesinya dan terkait dengan kewajiban dan hak.

Tujuan Regulasi

Tujuan umum regulasi keperawatan adalah melindungi masyarakat dan perawat,sedangkan tujuan khusus regulasi adalah:

(15)

3. Menetapkan standar pelayanan keperawatan 4. Menapis IPTEK keperawatan

5. Menilai boleh tidaknya praktik; 6. Menilai kesalahan dan kelalaian.

Beberapa keadaan yang sering menuntut perlunya penerapan sistem regulasi yang ketat adalah terjadinya hal-hal berikut.(Marquis & Huston,1998;Rocchiccioli & Tilbury,1998)

1. Pelaksanaan tugas keperawatan diluar batas waktu yang ditentukan 2. Kegagalan memenuhi standar pelayanan keperawatan.

3. Mengabaikan bahaya yang mungkin timbul

4. Hubungan langsung antara kegagalan memenuhi standar pelayanan keperawatan dengan terjadinya bahaya

5. Terjadi kecelakaan/kerusakan yang dialami oleh klien Pengaturan penyelenggaraan praktik keperawatan bertujuan untuk :

1. Memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada penerima dan pemberi jasa pelayanan keperawatan.

2. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat.

3. Mendorong para pengambil kebijakan dan elemen-elemen yang terkait lainnya untuk memberikan perhatian dan dukungan pada model praktik keperawatan komunitas.

4. Mendorong pemerintah mengeluarkan regulasi yang dapat memberikan jaminan pada penyelenggaraan praktik keperawatan komunitas yang profesional.

5. Mendorong terbentuknya sistem monitoring dan evaluasi yang efisien dan efektif.

2.7 Upaya Yang Perlu Dilakukan Untuk Mempercepat Terwujudnya Legislasi Di Indonesia.

(16)

1. Menetapkan dasar pendidikan terendah untuk mendapatkan pekakuan sebagai perawat tercatat, agar tenaga yang dituntut bertanggung jawab dan tanggung gugatnya adalah tenaga keperawatan yang sebetulnya dariaspek pendidikan mereka telah memahami tentang pelayanan keperawatan profesianal dan telah memahami dampak hukumannya jika pelayanan ini tidak memenuhi standar. 2. Memberikan berbagai pelatihan dasar tentang hukum dan

perundang-undangan bagi seluruh masyarakat keperawatan. Tujuannya untuk meningkatkan pemahaman tentang dampak hukum yang dapat terjadi apabila pelayanan keperawatan yang diberikan tidak memenuhi standar.

3. Mempercepat diwujudkannya praktik keperawatan professional diberbagai jenjang tatana pelayanan kesehayan. Hal ini sebagai landasan diterapkannya bentukpelayanan keperawatan profesional yang bukan hanya memenuhi persyaratan dan standar profesional, tetapi juga memenuhi persyaratan hukum keperawatan.

4. Menyoasialisasikan berbagai kegiatan persiapan diterapkannya sistem legislasi keperawatan. Kegiatan ini beetujuan untuk menghindarkan ketidakmengertian, kesalahan persepsi/kesalahan interprestasi ataupun kesalahan komunikasi tentang hukumm keperawatan.

5. Menyepakati perkembangan sistem pendidikan tinggi keperawatan di Indonesia, sehingga berdasarkan kesepakatan dari seluruh masyarakat keperawatan di Indonesia ini tidak akan memungkinkan pihak lain untuk membentuk jenjang keperawatan lain yang dapat mengaburkan nilai-nilai profesionalisme yang kemungkinan dapat terperangkap dalam sistem ligislasi yang akan dibakukan.

2.8 Perlindungan Hukum Terhadap Profesi Perawat

(17)

terdapat banyak macam perlindungan hukum. Secara umum perlindungan hukum diberikan kepada subjek hukum ketika subjek hukum yang bersangkutan bersinggungan dengan peristiwa hukum. Jika demikian, lalu untuk apa lagi dibuat istilah perlindungan hukum?

Perlindungan hukum merupakan gambaran dari bekerjanya fungsi hukum untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada subyek hukum sesuai dengan aturan hukum, baik itu yang bersifat preventif (pencegahan) maupun dalam bentuk yang bersifat represif (pemaksaan), baik yang secara tertulis maupun tidak tertulis dalam rangka menegakkan peraturan hukum.

Menurut Hadjon seorang pakar Hukum Administrasi Negara UNAIR, bahwa perlindungan hukum bagi rakyat atau seseorang meliputi dua hal, yakni:

Pertama: Perlindungan Hukum Preventif, yakni bentuk perlindungan hukum dimana kepada rakyat atau seseorang diberi kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif;

Kedua: Perlindungan Hukum Represif, yakni bentuk perlindungan hukum dimana lebih ditujukan dalam penyelesian sengketa.

Berdasartkan dua kategori perlindungan hukum, maka pengertian perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Dengan kata lain perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum, yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian serta kebahagian.

2.9 Dasar Perlindungan Hukum Terhadap Profesi Perawat a. Undang-Undang Dasar Negara RI 1945:

(18)

dan kepastian hukum yang adil serta perlakukan yang sama di hadapan hukum”.

Pasal 34 ayat (3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak

Pasal 28H ayat 1 menyatakan bahwa “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.

b. Undang–Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pada Pasal 9 ayat 3 berbunyi “Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat”

c. Undang–Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 4 berbunyi “ Setiap orang berhak atas kesehatan”.

Pasal 27 Undang-Undang No 36 Tahun 2009

- Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan pelindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.

- Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.

- Ketentuan mengenai hak dan kewajiban tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah. d. Undang-Undang Nomor. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Pasal 13

menyatakan

Tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran di rumah sakit wajib memiliki surat ijin praktik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Tenaga kesehatan tertentu yang bekerja di rumah sakit wajib memiliki izin

sesuai dengan ketentan peraturan perundang-undangan

(19)

Ketentuan mengenai tenaga medis dan tenaga kesehatan sebagaimana yang di maksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(20)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai penyelenggaraan praktik keperawatan saat ini didominasi oleh kebutuhan formil dan kepentingan pemerintah, sedangkan peran profesi masih kurang apalagi bila dibandingkan dengan perangkat hukum negara lain di Asia dan Eropa.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi dibidang keperawatan yang sangat pesat harus diimabngi pula dengan perangkat hukum yang ada, sehingga dapat memberikan perlindungan yang menyeluruh kepada tenaga keperawatan sebagai pemberi pelayanan maupun di masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan. Dalam melakukan perubahan atau dalam membentuk suatu undang-undang yang diharapkan dapat sesuai dengan kebutuhan hukum masyarakat, maka keberadaan naskah akademis menjadi sangat penting.

3.2 Saran

1. Adanya berbagai pendekatan yang bersifat persuasif, konsultatif dan partisipatif semua pihak (Stake Holder) yang terkait dalam penyelenggaran Praktik Keperawatan berorientasi kepada pelayanan yang bermutu.

2. Perlu adnya peraturan perundang-undangan dibidang keperawatan yang diselenggarakan oleh tenaga keperawatan dapat mengayomi dan bersikap mendidik sekaligus bersifat menghukum yang mudah dipahami dan dilaksanakan, karena penyelenggaraan praktik keperawatan menyangkut berbagai pihak sehingga yang terkait hendaknya bersifat proaktif dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan tersebut.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber; A. Aziz Alimul Hidayat (2007),Pengantar Konsep Dasar Keperawatan,Salemba Medika,Jakarta.

Priharjo Robert. Konsep dan Prespektif Praktik Keperawatan Profesional, Jakarta EGC,2008

Kusnanto, Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional, EGC : Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan meratifikasi konvensi ini, kita tidak akan kehilangan kedaulatan atas sumber daya alam keanekaragaman hayati yang kita miliki karena konvensi ini tetap mengakui

Komitmen perawat guna memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu baik secara mandiri ataupun melalui jalan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sangat penting dalam

Dari Uraian latar belakang tersebut diatas terkait peran dan keberhasilan seorang tenaga perawat dalam mendokumentasi asuhan keperawatan dan hasil-hasil penelitian dalam usaha

Mata kuliah ini membahas tentang teori yang mendasari pengambilan keputusan dalam menghadapi dilema etik / moral pelayanan kebidanan, pengambilan

Dari dua keterkaitan yang disebutkan diatas, terdapat permasalahan utama yang berpotensi menjadi sengketa hukum yang terkait dengan tugas dan fungsi biro hukum yaitu memastikan

Penyusunan undang-undang baru ini dinilai sangat penting karena pertimbangan-pertimbangan bahwa (a) pembentukan peraturan perundang-undangan merupakan salah satu syarat

Keperawatan Maternitas merupakan subsistem dari pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan, dimana perawat berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam

Apa yang harus dilakukan oleh PPTKIS (Perusahaan Pengerah Tenaga Kerja Indonesia Swasta) yang mana PTKIS telah menunjuk/menugaskan Petugas Lapangan (PL) maupun Petugas