• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumber Sumber Pendapatan Pemerintah Pusa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sumber Sumber Pendapatan Pemerintah Pusa"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK

“Sumber-Sumber Pendapatan Pemerintah Pusat dan Daerah Ditinjau dari APBN dan APBD”

MAKALAH

Sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keuangan Publik Kelas B yang dibina oleh Bapak Fadillah Amin Dr. MAP. Phd.

oleh:

Muhammad Dwi Maulidin

145030100111007

Hannani Rahmawati

145030100111010

Manajemen Keuangan Publik Kelas B

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...3

1.2 Rumusan Masalah...4

1.3 Tujuan...4

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pendapatan...5

2.2 Pengertian Pemerintah...5

2.3 Pengertian Pendapatan Pemerintah Pusat dan Daerah...6

2.4 Pengertian Pemerintah Pusat dan Daerah...6

2.5 Pengertian APBN dan APBD beserta Fungsinya...6

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Sumber-Sumber Pendapatan Pemerintah...11

3.2 Sumber-Sumber Pendapatan Pemerintah Pusat...12

3.2.1 Hubungan Pendapatan Nasional, Penduduk dan Perkapita...13

3.2.2 Manfaat Perhitungan Pendapatan Perkapita...14

3.2.3 Metode Pendekatan Pendapatan Nasional di Indonesia...14

3.2.4 Pengertian Penerimaan Dalam Negeri...16

3.2.5 Pengertian Hibah...17

3.2.6 Contoh APBN Indonesia 2015...17

3.3 Sumber-Sumber Pendapatan Pemerintah Daerah...18

3.3.1 Pengertian Pendapatan Daerah...18

3.3.2 Sumber-Sumber Pendapatan Daerah...19

3.3.3 Contoh APBD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015...22

3.3.4 Usaha Pemerintah Ketika APBD Defisit...23

3.4 Keterkaitan Hukum dan Politik Terhadap Pertumbuhan Ekonomi...24

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan...26

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penerimaan negara merupakan pemasukan yang diperoleh negara untuk membiayai dan menjalankan setiap program-program pemerintahan, sedangkan meningkatkan sumber-sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai pembangunan dan kesejahtraan seluruh rakyat Indonesia.

Berdasarkan Undang-Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara bahwa pendapatan negara adalah semua penerimaan negara yang berasal dari penerimaan perpajakan, penerimaan negara bukan pajak, serta penerimaan hibah dari dalam negeri dan luar negeri.

Dalam melaksanakan pembangunan, negara memerlukan dana yang tidak sedikit sebagai syarat mutlak agar pembangunan dapat berhasil. Oleh karena itu, negara membutuhkan sumber-sumber penerimaan yang terdiri dari bumi, air, kekayaan alam, pajak-pajak, bea, cukai, hasil perusahaan negara, penerimaan negara bukan pajak, dan sumber-sumber lain.

Penerimaan negara yang paling potensial adalah dari peneriman pajak. Dapat dikatakan setiap tahunnya penerimaan negara dari sektor pajak mengalami kenaikan. Pada dasarnya penerimaan negara didapat dari masyarakat dan

(4)

1.2 Rumusan Masalah

1 Apa saja sumber-sumber pendapatan pemerintah pusat dan daerah? 2 Apa saja prinsip-prinsip dari pendapatan pemerintah?

3 Apa saja macam-macam dari pendapatan pemerintah?

1.3 Tujuan

1 Untuk mengetahui apa saja sumber-sumber pendapatan pemerintah pusat dan daerah.

2 Untuk mengetahui prinsip-prinsip dari pendapatan pemerintah. 3 Untuk mengetahui macam-macam dari pendapatan pemerintah.

BAB II

(5)

2.1 Pengertian Pendapatan

Pendapatan menurut Theodurus M.Tuanakotta dalam buku “Teori Akuntansi” menyatakan bahwa :

“Pendapatan (Revenue) dapat didefinisikan secara umum sebagai hasil dari suatu perusahaan. Pendapatan adalah darah kehidupan dari suatu perusahaan. Mengingat pentingnya sangat sulit mendefinisikan pendapatan sebagai unsur akuntansi pada dirinya sendiri. Pada dasarnya pendapatan adalah kenaikan laba. Seperti laba pendapatan adalah proses arus penciptaan barang atau jasa oleh suatu perusahaan selama suatu kurun waktu tertentu. Umumnya, pendapatan dinyatakan dalam satuan moneter (uang)”. (2000;152).

2.2 Pengertian Pemerintah

C.F. Strong: Menjelaskan pemerintahan dalam arti luas sebagai aktivitas badan-badan publik yang terdiri dari kegiatan-kegiatan eksekutif, legislatif dan yuridis dalam upaya mencapai tujuan sebuah negara. Dalam arti yang sempit, beliau mengungkapkan bahwa pemerintahan merupakan segala bentuk kegiatan badan publik dan hanya terdiri dari badan eksekutif.

J. S. T. Simorangkir: Mengemukakan pemerintahan sebagai alat negara yang menjalankan tugas dan fungsi dari pemerintah.

(6)

2.3 Pengertian Pendapatan Pemerintah Pusat dan Daerah

Pendapatan pemerintah pusat atau nasional merupakan seluruh pendapatan yang diterima oleh seluruh anggota masyarakat atau seluruh seluruh rumah tangga keluarga (RKT) dalam suatu negara dalam kurun waktu tertentu, biasanya dalam waktu satu tahun. Pendapatan nasional dapat juga diartikan sebagai produksi nasional, yang berarti nilai hasil produksi yang dihasilkan oleh seluruh anggota masyarakat suatu negara dalam waktu tertentu, biasanya satu tahun.

Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran tertentu. Pendapatan daerah berasal dari penerimaan dari dana perimbangan pusat dan daerah, juga yang berasal daerah itu sendiri yaitu pendapatan asli daerah serta lain-lain pendapatan yang sah.

2.4 Pengertian Pemerintah Pusat dan Daerah

Pengertian pemerintah pusat adalah pemerintah yang berada di tingkat atas sebagai perwakilan dari suatu negara, yaitu Presiden yang memegang kekuasaan pemerintahan NKRI, sedangkan pengertian Pemerintahan Daerah berdasarkan UU No.23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah, adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah), menurut asas ekonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945. Penyelenggara

Pemerintahan Daerah daerah: Gubernur, Bupati, Walikota, dan Perangkat Daerah lainnya (Kepala Dinas, kepala Badan, dan Unit-unit kerja lainnya yang

dikendalikan oleh Sekretariat Daerah).

2.5 Pengertian APBN dan APBD Beserta Fungsinya

(7)

negara dalam waktu satu tahun. Pada zaman Orde Baru (Orba), APBN dirancang dan dilaksanakan untuk satu tahun mulai 1 April - 31 Maret tahun berikutnya, misalnya mulai 1 April 1995 - 31 Maret 1996. Akan tetapi, sejak tahun 2000 (Era Reformasi), APBN dirancang dan dilaksanakan untuk satu tahun mulai 1 Januari -31 Desember tahun yang sama.

APBN dirancang berdasarkan landasan hukum tertentu. Landasan hukum tersebut adalah sebagai berikut.

1. UUD 1945 Pasal 23 (sesudah diamandemen) yang pada intinya berisi:

- APBN ditetapkan setiap tahun dengan Undang-Undang.

- Rancangan APBN dibahas di DPR dengan memerhatikan pendapat Dewan Perwakilan Daerah.

- Apabila DPR tidak menyetujui rancangan anggaran yang diusulkan pemerintah, maka pemerintah memakai APBN tahun lalu.

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1994 tentang Pendapatan dan Belanja Negara.

3. Keppres Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN.

APBN disusun sebagai pedoman pendapatan dan belanja dalam

melaksanakan kegiatan-kegiatan negara. Dengan adanya APBN, pemerintah sudah mempunyai gambaran yang jelas mengenai apa saja yang akan diterima sebagai pendapatan dan pengeluaran, apa saja yang harus dilakukan selama satu tahun. Dengan adanya APBN sebagai pedoman tersebut, diharapkan kesalahan, pemborosan, dan penyelewengan yang merugikan dapat dihindari. Dan apabila APBN disusun dengan baik dan tepat, serta dilaksanakan sesuai aturan, maka akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja, dan

(8)

Fungsi APBN meliputi:

1. Fungsi Alokasi

Dengan adanya APBN, pemerintah dapat mengalokasikan (membagikan) pendapatan yang diterima sesuai dengan sasaran yang dituju. Misalnya, berapa besar untuk belanja (gaji) pegawai, untuk belanja barang, dan berapa besar untuk proyek.

2. Fungsi Distribusi

Dengan adanya APBN, pemerintah dapat mendistribusikan pendapatan yang diterima secara adil dan merata. Fungsi distribusi dilakukan untuk memperbaiki distribusi pendapatan di masyarakat sehingga masyarakat miskin dapat dibantu. Caranya, antara lain dengan melakukan kebijakan subsidi seperti subsidi BBM.

3. Fungsi Stabilisasi

Dengan adanya APBN, pemerintah dapat menstabilkan keadaan perekonomian untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya, dalam keadaan inflasi (harga barang dan jasa naik), pemerintah dapat menstabilkan perekonomian dengan cara menaikkan pajak. Dengan menaikkan pajak, jumlah uang yang beredar dapat dikurangi sehingga harga-harga dapat kembali turun.

APBD adalah singkatan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. APBD dapat diartikan sebagai suatu daftar yang memuat perincian sumbersumber pendapatan daerah dan macam-macam pengeluaran daerah dalam waktu satu tahun. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 mengartikan APBD sebagai rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda).

Adapun landasan hukum penyusunan APBD adalah:

(9)

menyusun dan mengajukan Rancangan Perda tentang APBD kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan bersama.

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2003 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah pasal 4 yang berbunyi: Penyelenggaraan urusan Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi didanai APBD. APBD harus disusun Pemerintah Daerah setiap tahun, yang dimaksud dengan Pemerintah Daerah adalah:

a) Gubernur dan perangkatnya yang memerintah daerah propinsi.

b) Walikota dan perangkatnya yang memerintah daerah kota (dulu disebut Kotamadya).

c) Bupati dan perangkatnya yang memerintah daerah kabupaten.

3. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban Keuangan Daerah serta Tata Cara

Pengawasan, Penyusunan, dan Penghitungan APBD.

APBD disusun sebagai pedoman pendapatan dan belanja dalam melaksanakan kegiatan pemerintah daerah. Sehingga dengan adanya APBD, pemerintah daerah sudah memiliki gambaran yang jelas tentang apa saja yang akan diterima sebagai pendapatan dan pengeluaran apa saja yang harus dikeluarkan, selama satu tahun. Dengan adanya APBD sebagai pedoman, kesalahan, pemborosan, dan penyelewengan yang merugikan dapat dihindari.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2003, pasal 66, APBD memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Fungsi Otorisasi

Fungsi otorisasi berarti APBD menjadi dasar bagi Pemerintah Daerah untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.

2. Fungsi Perencanaan

Fungsi perencanaan berarti APBD menjadi pedoman bagi pemerintah daerah untuk merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

(10)

Fungsi pengawasan berarti APBD menjadi pedoman untuk menilai (mengawasi) apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah daerah sudah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

4. Fungsi Alokasi

Fungsi alokasi berarti APBD dalam pembagiannya harus diarahkan dengan tujuan untuk mengurangi pengangguran, pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.

5. Fungsi Distribusi

Fungsi distribusi berarti APBD dalam pendistribusiannya harus memerhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

(11)

PEMBAHASAN

3.1 Sumber-sumber Pendapatan Pemerintah

Program pembangunan yang dijalankan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah memerlukan banyak dana. Dan dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan nasional, untuk membiayai pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah dalam pelayanan, pengaturan dan perlindungan masyarakat,

pengelolaan kekayaan negara, serta pemanfaatan sumber daya alam, pemerintah berusaha menghimpun pendapatan dari berbagai sumber.Pembiayaan

pembangunan tersebut dapat dihimpun dari berbagai sumber-sumber pendapatan atau penerimaan. Sumber-sumber penerimaan dan pengalokasiannya dapat dilihat dari susunan APBN maupun APBD.

Setiap negara menginginkan untuk meningkatkan penerimaan atau

pendapatan nasional, karena dengan peningkatan pendapatan kemakmuran suatu negara akan meningkat. Sejalan dengan itu, dalam kebijakan fiskal pemerintah terus meningkatkan penerimaan negara baik penerimaan Negara berupa pajak dan bukan pajak atau penerimaan migas dan nonmigas. Sementara itu, pemerintah daerah juga berkeinginan untuk meningkatkan penerimaan atau pendapatan derahnya guna menunjang pembangunan daerah.

(12)

Untuk membiayai pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah dalam pelayanan, pengaturan dan perlindungan masyarakat, pengelolaan kekayaan negara, serta pemanfaatan sumber daya alam dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan nasional, pemerintah pusat berusaha menghimpun pendapatan dari berbagai sumber. Adapun sumber-sumber penerimaan pemerintah pusat disajikan pada skema berikut.

Dari skema penerimaan pemerintah pusat kita dapat melihat sumbersumber penerimaan pemerintah pusat cukup banyak dan beragam. Sumber-sumber

(13)

3.2.1 Hubungan Pendapatan Nasional, Jumlah Penduduk dan Pendapatan Per Kapita

Pendapatan nasional pada dasarnya merupakan kumpulan pendapatan masyarakat suatu negara. Tinggi rendahnya pendapatan nasional akan

memengaruhi tinggi rendahnya pendapatan per kapita negara yang bersangkutan. Selain itu, jumlah penduduk juga akan memengaruhi jumlah pendapatan per kapita suatu negara.Tingginya pendapatan nasional suatu negara tidak menjamin pendapatan per kapitanya juga tinggi. Hal ini terjadi karena jumlah penduduk akan menentukan tinggi rendahnya pendapatan per kapita.

Hubungan pendapatan nasional, jumlah penduduk dan pendapatan perkapita:  Jika pendapatan nasional sebuah negara rendah, tetapi jumlah penduduknya

juga tinggi, maka pendapatan perkapitanya akan rendah.

 Jika pendapatan nasional sebuah negara tinggi, tetapi jumlah penduduknya

sedikit, maka pendapatan perkapitannya akan tinggi.

 Jika pendapatan nasional sebuah negara tinggi tetapi jumlah penduduknya

juga tinggi, maka pendapatan nasionalnya mungkin rendah

 Jika pendpatan nasional sebuah negara rendah, tetapi jumlah penduduk juga

rendah, maka pendapatan perkapitanya mungkin tinggi.

Jadi dari pernyataan diatas, tinggi rendahnya pendapatan perkapita sebuah negara dipengaruhi oleh jumlah pendapatan nasional dan jumlah penduduk. Dan naik turunnya pendapatan nasional dan jumlah penduduk bisa mengakibatkan naik turunnya pendapatan nasional. Oleh karena itu, jika suatu negara ingin

meningkatkan pendapatan per kapitanya, negara tersebut dapat melakukan dua cara berikut: a. memperbesar jumlah pendapatan nasional; b. menahan laju pertumbuhan penduduk.

(14)

a) dapat mengetahui tingkat perekonomian suatu negara, jika pendapatan per kapita tinggi berarti perekonomian sudah maju, demikian pula sebaliknya; b) dapat mengetahui tingkat kemakmuran suatu negara; jika pendapatan per

kapita riil tinggi berarti kemakmuran suatu negara sudah tinggi demikian pula sebaliknya;

c) dapat melihat perkembangan perekonomian dan kemakmuran suatu negara, dengan cara membandingkan besarnya pendapatan per kapita dari tahun ke tahun;

d) dapat membandingkan tingkat kemakmuran (standar hidup) antarnegara, apakah tergolong kelompok rendah, menengah, atau tinggi;

e) dapat digunakan sebagai pedoman pengambilan kebijakan ekonomi bagi pemerintah;

f) sebagai bahan perencanaan pembangunan di masa mendatang;

g) dapat memberikan data-data mengenai kependudukan, seperti jumlah penduduk, pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun, dan penyebaran penduduk dari tiap daerah.

3.2.3 Tiga Metode Pendekatan Perhitungan Pendapatan Nasional yang Diterapkan Di Indonesia

1) Metode Penghitungan Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Nilai Produksi

Menurut metode ini pendapatan nasional adalah penjumlahan dari semua nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh lapangan usaha pada suatu negara selama satu tahun.

Cara menghitungnya adalah dengan mengalikan jumlah seluruh barang dan jasa yang diproduksi dalam satu tahun dengan harga satuannya masing-masing.

Jadi, apabila dalam satu tahun ada seratus barang dan jasa, maka seratus barang dan jasa tersebut harus dikalikan dengan harga satuannya masing-masing, kemudian dijumlahkan. Y = {(P1 x Q1) + (P2 x Q2) + (P3 x Q3) + ... + (Pn x Qn)} Yang perlu diingat dalam hal ini adalah jangan sampai melakukan

(15)

Oleh karena itu, yang harus dijumlahkan adalah nilai tambah (value added) dari barang dan jasa, bukan nilai akhirnya.

2) Metode Penghitungan Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Pengeluaran

Menurut metode ini, pendapatan nasional adalah penjumlahan dari semua pengeluaran yang dilakukan oleh semua pelaku ekonomi (rumah tangga,

perusahaan, pemerintah dan masyarakat luar negeri) di suatu negara selama satu tahun Y = C+I+G+(X-M)

Keterangan:

Y = Pendapatan nasional

C = Konsumsi oleh rumah tangga I = Investasi oleh perusahaan

G = Pengeluaran pemerintah (konsumsi dan investasi) X-M = Ekspor neto (nilai ekspor - nilai impor)

Apabila kalian amati dengan teliti, dalam rumus ini investasi oleh

perusahaan tidak disatukan dengan investasi oleh pemerintah, sedangkan dalam contoh dari BPS yang diberikan sebelumnya kedua investasi tersebut disatukan dalam komponen PMTDB (Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto) dan Perubahan Stok.

Akan tetapi, perbedaan tersebut bukanlah masalah karena pada akhirnya total pendapatan nasional tetap sama.

3) Metode Penghitungan Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Pendapatan

Menurut metode ini, pendapatan nasional adalah penjumlahan dari semua pendapatan yang diterima pemilik faktor produksi di suatu negara dalam satu tahun.

Artinya, pendapatan nasional adalah penjumlahan dari upah atau gaji, sewa, bunga, dan keuntungan yang diterima para pemilik faktor produksi.

Pendapatan nasional menurut pendekatan pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut Y = W + r + i + P

Keterangan:

(16)

W = Wage (upah atau gaji) adalah pendapatan yang diterima pemilik faktor produksi tenaga kerja

r = Rent (sewa) adalah pendapatan yang diterima pemilik faktor produksi tanah, gedung, dan harta tetap lainnya

i = Interest (bunga) adalah pendapatan yang diterima pemilik faktor produksi modal

P = Profit (keuntungan) adalah pendapatan yang diterima pemilik faktor produksi kewirausahaan

Dari ketiga metode penghitungan pendapatan nasional tersebut, Indonesia menggunakan metode penghitungan menurut pendekatan nilai produksi dan pendekatan pengeluaran.

3.2.4 Pengertian Penerimaan dalam Negeri

Penerimaan dalam negeri adalah semua penerimaan negara yang berasal dari penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak.

a) Pajak dalam negeri adalah semua penerimaan negara yang berasal dari:

 Pajak penghasilan migas dan nonmigas;

 Pajak pertambahan nilai (PPN) barang dan jasa dan pajak penjualan atas

barang mewah (PPnBM);

 Pajak bumi dan bangunan (PBB);

 Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB).

 Cukai;

 Pajak lainnya.

(17)

 Bea masuk;

 Pajak/pungutan ekspor.

 Penerimaan negara bukan pajak adalah semua penerimaan yang diterima

negara dalam bentuk:

c) Penerimaan dari sumber daya alam: migas (minyak bumi dan gas alam) dan nonmigas (pertambangan, perkebunan, pertanian, kehutanan, perikanan, dan sebagainya);

d) Bagian pemerintah atas laba badan usaha milik negara (BUMN);

e) Penerimaan negara bukan pajak lainnya.

3.2.5 Pengertian Hibah

Hibah adalah semua penerimaan negara yang berasal dari sumbangan swasta dalam negeri dan sumbangan lembaga swasta dan pemerintah luar negeri.

(18)

Anggaran Belanja Negara pada APBN tahun 2015 berjumlah Rp2.039,5 triliun yang dialokasikan untuk:

1. Belanja Kementerian Negara/Lembaga : Rp647,3 triliun 2. Subsidi : Rp414,7 triliun

3. Pembayaran bunga utang : Rp152,0 triliun 4. Transfer ke daerah : Rp638,0 triliun 5. Dana desa : Rp9,1 triliun

6. Belanja lainnya : Rp178,4 triliun

3.3 Sumber-sumber Pendapatan Pemerintah Daerah

Untuk membiayai pelaksanaan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah harus memiliki pendapatan. Sumber-sumber penerimaan pemerintah daerah juga cukup beragam. Secara garis besar sumber penerimaan pemerintah daerah diklasifikasikan menjadi dua, yaitu pendapatan daerah dan pembiayaan.

3.3.1 Pengertian pendapatan daerah

(19)

masyarakat dengan memperhatikan potensi dan sumber-sumber kekayaan daerah (UU Keuangan Negara, 2002).

3.3.2 Sumber-Sumber Pendapatan Daerah

Sumber sumber penerimaan Pemerintahan kota terdiri dari Pendapat Asli Daerah (PAD) dan Pendapatan dari dana Perimbangan. Berikut adalah diagram sumber penerimaan pemerintahan kota:

A. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 yaitu sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Pendapatan asli daerah adalah semua penerimaan keuangan suatu daerah, dimana penerimaan keuangan itu bersumber dari potensi-potensi yang ada di daerah tersebut misalnya pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain, serta penerimaan keuangan tersebut diatur oleh peraturan daerah.

a) Pajak Daerah

(20)

Pajak daerah berasal dan pajak negara yang diserahkan kepada daerah sebagai pajak daerah.

Penyerahan dilakukan berdasarkan undang-undang.

Pajak daerah dipungut oleh daerah berdasarkan kekuatan undang-undang dan/atau peraturan hukum lainnya.

Hasil pungutan pajak daerah dipergunakan untuk membiayai

penyelenggaraan urusan-urusan rumah tangga daerah atau untuk membiayai perigeluaran daerah sebagai badan hukum publik.

b) Retribusi Daerah

Retribusi daerah merupakan pungutan daerah sebagal pembayaran

pemakalan atau karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau mhlik daerah untuk kepentingan umum, atau karena jasa yang diberikan oleh daerah balk Iangsung maupun tidak Iangsung.

Dari pendapat tersebut di atas dapat diikhtisarkan ciri-ciri pokok retribusi daerah, yakni:

Retribusi dipungut oleh daerah.

Dalam pungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan daerah yang Iangsung dapat ditunjuk.

Retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan, atau mengenyam jasa yang disediakan daerah.

c) Bagian Laba BUMD

(21)

dana darurat, dan lain-lain pendapatan.Pendapatan Asli Daerah lainnya yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi:

 Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan.

 Jasa giro.

 Pendapatan bunga.

 Keuntungan seIisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan komisi,

potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dan penjualan dan/ataupengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.

B. Dana Perimbangan

Berdasarkan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, “Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi”. Dana Perimbangan bertujuan

mengurangi kesenjangan fiskal antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah dan antar Pemerintah Daerah. Pendapatan dari dana perimbangan terdiri dari :

a) Bagian daerah dari PBB dan BPHTB  Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) .

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTP)

b) Bagian daerah dari Pajak Penghasilan Wajib PajakPerseorangan/Pribadi c) Bagian daerah dari Sumber Daya Alam

Pada pasal 11 ayat 2 Undang-Undang No. 33 Tahun 2004, Dana Bagi Hasil yang berasal dari sumber daya alam terdiri dari:

1) Kehutanan

2) Pertambangan Umum 3) Perikanan

(22)

d) Bagian daerah dari Dana Alokasi Umum

Dana alokasi umum menekankan aspek pemerataan dan keadilan dimana formula dan perhitungannya ditentukan oleh undang-undang. Penggunaan Dana Alokasi Umum ditetapkan oleh daerah. Penggunaan Dana Alokasi Umum dan penerimaan umum lainnya dalam APBD harus tetap pada kerangka pencapaian tujuan pemberian otonomi kepada daerah yaitu peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, seperti pelayanan di bidang kesehatan dan pendidikan.

e) Bagian daerah dari Dana Alokasi Khusus

Menurut Pipin Syarifin dan Dedah Jubaedah (2005:107) “Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang

dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional”. Sesuai dengan Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan

keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, kegiatan khusus yang dimaksud adalah:

 Kegiatan dengan kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan rumus

alokasi umum, dalam pengertian kebutuhan suatu daerah tidak sama dengan kebutuhan daerah lain, misalnya kebutuhan di kawasan transmigrasi,

kebutuhan beberapa jenis investasi / prasarana baru, pembangunan jalan di kawasan terpencil, serta saluran irigasi primer.

 Kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional.

3.3.3 Contoh APBD Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2015

PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA RINGKASAN APBD

TAHUN ANGGARAN 2015 PENDAPATAN DAERAH

PENDAPATAN ASLI DAERAH 40.355.853.087.97

8 4.1.

1

Pajak Daerah 36.079.102.000.00

(23)

4.1. 2

Retribusi Daerah 600.000.000.000

4.1. 3

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

600.000.000.000

4.1. 4

Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah 3.076.751.087.978

DANA PERIMBANGAN 12.760.465.925.00

0 4.2.

1

Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 12.760.465.925.00 0

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 7.326.419.771.000 4.3.

1

Pendapatan Hibah 4.566.906.100.000

4.3. 4

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 2.759.513.671.000

Jumlah Pendapatan 60.442.738.783.978

BELANJA DAERAH

BELANJA TIDAK LANGSUNG 24.760.911.186.36

8

4 BELANJA SUBSIDI 940.000.000.000

5.1.

4 BELANJA HIBAH 1.681.897.939.896

5.1.

5 BELANJA BANTUAN SOSIAL 2.312.852.969.000

5.1. 7

BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA PROVINSI/KABUPATEN/KOTA DAN

PEMERINTAHAN DESA

401.179.003.960

5.1. 8

BELANJA TIDAK TERDUGA 67.502.720.639

BELANJA LANGSUNG 38.889.193.813.63

2 BELANJA BARANG DAN JASA 16.659.139.837.041

5.2.

3 BELANJA MODAL 20.444.024.809.836

JUMLAH BELANJA 63.650.105.000.00

(24)

SURPLUS/(DEFISIT) (3.207.366.216.022

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya

8.545.113.216.022

6.1. 4

Penerimaan Pinjaman Daerah 298.570.000.000

JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN 8.843.683.216.022

PENGELUARAN PEMBIAYAAN 6.2.

2 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 5.627.317.000.000 6.2.

3 Pembayaran Pokok Utang 9.000.000.000

JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN 5.636.317.000.000

PEMBIAYAAN NETTO 3.207.366.216.022

3.3.4 Usaha yang Harus Dilakukan Pemerintah Apabila APBD Defisit

Pertama, melakukan efisiensi dan pemotongan mata anggaran yang dinilai tidak begitu penting pada semua pos belanja daerah termasuk dalam pemberian alokasi belanja hibah dan belanja bantuan sosial.

Kedua, meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), termasuk kegiatan ekonomi yang selama ini berlangsung tetapi tidak secara signifikan mengisi pundi-pundi PAD

Ketiga, memperketat pengawasan atas pengelolaan keuangan daerah dengan melibatkan masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah : ”Sistem Informasi Keuangan Daerah adalah suatu sistem yang mendokumentasikan, mengadministrasikan, serta mengolah data pengelolaan keuangan daerah dan data terkait lainnya menjadi informasi yang disajikan kepada masyarakat dan sebagai bahan pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan

(25)

Keempat, tidak melakukan pinjaman kepada bank untuk menutupi defisit anggaran.

Kelima, melakukan pembatasan jumlah defisit anggaran APBD.

3.4 Keterkaitan Sistem Hukum dan Sistem Politik Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Negara Indonesia

Pembangunan ekonomi dalam sebuah negara pada hakikatnya

membutuhkan tiga hal: predik-tibilitas, fairness, dan efisiensi. Dalam upaya mencapai tiga hal tersebut di atas maka hukum diberdayakan sebagai sebuah sarana yang akan mampu mendorong proses-proses dalam pembangunan

ekonomi. Peran hukum menjadi sangat penting ketika pembangunan memberikan dampak baik dampak kesejahteraan ekonomi, dimana pada hal ini pertumbuhan ekonomi menjadi barometer keberhasilan sebuah pembangunan ekonomi sebuah negara, tetapi pada sisi lain keberhasilan pembangunan ekonomi yang dilihat dari keberhasilan pencapaian pertumbuhan ekonomi secara sadar mupun tidak juga berdampak sisi demokrastisasi. Demokrasi acapkali dianggap menjadi sebuah ancaman atas kesuksesan sebuah pembangunan ekonomi.

Konsep pertumbuhan ekonomi pada dasar-nya mengacu pada konsep pertumbuhan ekonomi yang diterapkan formulasinya oleh Max Weber. Formula yang dikembangkan oleh Max Weber membutuhkan hukum sebagai salah satu landasan pembangunan industrialisasi di Eropa. Menurutnya peranan hukum dalam pembangunan setidaknya harus mampu menciptakan lima kondisi yaitu Stability, Predictibality, Fairness, Education, dan The special development abilities of the lawyers.

(26)

harus mampu mengakomodasi kepentingan para pihak yang berkompetisi dalam bidang ekonomi.

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Penerimaan pemerintah dapat diartikan sebagai penerimaan pemerintah dalam arti yang seluas-luasnya yaitu meliputi penerimaan pajak, penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan barang dan jasa yang dimiliki dan dihasilkan pemerintah,

pinjaman pemerintah, mencetak uang, dan sebagainya. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.

(27)

(dekonsentrasi dan tugas pembantuan). Belanja Daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke Pemerintah Daerah, untuk kemudian masuk dalam pendapatan APBD daerah yang bersangkutan. Sumber-sumber Penerimaan Negara Penerimaan Dalam Negeri meliputi pajak, terbagi menjadi pajak pusat dan daerah, retribusi, Keuntungan BUMN/BUMD, Denda dan Sita, Pencetakan Uang, Pinjaman, Sumbangan, Hadiah, Dan Hibah, serta Penyelenggaraan Undian Berhadiah . sedangkan penerimaan dari luar negeri berupa pinjaman proyek dan pinjaman progam. Jenis penerimaan negara terbagi menjadi tiga berdasarkan institusi yang menanganinya yaitu penerimaan pemerintah pusat, penerimaan pemerintah daerah propinsi, penerimaan pemerintah daerah kabupaten/kota.

Peraturan menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 ada enam fungsi APBD yang wajib diterapkan dalam setiap penyusunan APBD yaitu Fungsi Otorisasi, Fungsi Perencanaan, Fungsi Pengawasan, Fungsi Alokasi dan Fungsi Distribusi

Terdapat 4 tahapan dalam proses pengelolaan keuangan yaitu :

 Tahap Penyusunan

 Tahap Pelaksanaan

 Tahap Pengawasan

 Tahap Pertanggungjawaban

DAFTAR PUSTAKA

A.R, R. Firman Agung, dkk. 2015. Evaluasi Peranan Kantor Pelayanan Pajak (Kpp) Pratama Batu Berdasarkan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak. Dalam Jurnal Perpajakan Vol. 1 No. 1 2015,

perpajakan.studentjournal.ub.ac.id. Program Studi Perpajakan, Jurusan Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.

Admin. 2014. Pengertian Pendapatan. Melalui

http://www.materiakuntansi.com/pengertian-pendapatan-revenue-dalam-akuntansi/. Diakses pada tanggal 10 April 2016

Admin. 2015. Anggaran Pendapatam Negara Tahun 2015. Melalui

(28)

Bagijo, Himawan Estu. 2011. Pajak Dan Retribusi Daerah Sebagai Sumber Pendapatan Daerah (Studi Kasus Di Kabupaten/Kota Dan Pemerintah Propinsi Di Jawa Timur). Dalam Jurnal Perspektif Volume XVI No. 1 Tahun 2011 Edisi Januari.

Bobsusanto. 2015. Pengertian pemerintahan menurut para ahli. Melalui http://www.seputarpengetahuan.com/2015/03/9-pengertian-pemerintahan-menurut-para-ahli-lengkap.html. Diakses pada 10 April 2016

Ismawanto. 2012. Sumber Pendapatan Pemerintah Pusat Dan Daerah. Melalui

http://www.ssbelajar.net/2012/03/sumber-penerimaan-dan-pengeluaran.html. Diakses pada tanggal 10 April 2016

Shodiqin, Ahmad. 2015. Sumber Pendapatan Pemerintah Pusat Dan Daerah.

Melalui http://www.ilmuekonomi.net/2015/11/sumber-penerimaan-pemerintah-pusat-dan-pemerintah-daerah.html. Diakses pada tanggal 10 April 2016.

Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

Wati, Mega Widiyah. 2015. Sumber-Sumber Penerimaan Pemerintah Kota Dan Belanja Daerah. Dalam Makalah Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian adalah untuk menghasilkan suatu produk panduan bimbingan interaksi sosial berbasis kecerdasan interpersonal untuk peserta didik SMP yang telah valid

Dalam studi ini, penentuan debit andalan menggunakan metode tahun dasar perencanaan (basic year) dimana debit yang diandalkan adalah debit yang pernah terjadi pada

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) konsep politik bahasa nasional versi Seminar Politik Bahasa Nasional (1975) lebih menitikberatkan aspek bahasa Indonesia, bahasa daerah,

Dua poin ini dipilih karena apabila kabel Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) sudah terpelihara dan tidak ada pencurian terhadap peralatan sistem jaringan maka sistem

Berdasarkan hasil interpretasi, klasifikasi terbimbing dan perbaikan peta setelah ground check lapangan dapat dihitung luasan 3 kelas kerapatan jenis mangrove yang

Hasil Persamaan regresi menunjukkan bahwa nilai koefisien perceived usefulness (X2) terhadap penggunaan teknologi marketplace (Y2) melalui attitude (Y1) sebesar 0,957 yang

In real estate, investment is money used to purchase property for the sole purpose of holding or leasing for income and where there is an element of capital risk.. Unlike other

Pasar (Marker). Dengan demikian, untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan dan disepakati dalam manajemen, maka keenam “M” ini harus direncanakan,