• Tidak ada hasil yang ditemukan

Klasifikasi dan morfologi Ikan Nila

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Klasifikasi dan morfologi Ikan Nila"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1. Klasifikasi dan morfologi Ikan Nila a. Ikan nila

merupakan jenis ikan air tawar yang mempunyai nilai konsumsi cukup tinggi. Danau - danau sekitarnya. Sekarang ikan ini telah tersebar ke Negara - negara di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik (Suyanto, 2003).

Ikan nila disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan kakap merah (Sumantadinata, 1981). Terdapat tiga jenis ikan nila yang dikenal, yaitu nila biasa, nila merah (nirah) dan nila albino (Suyanto, 2003).

Menurut Saanin (1986), ikan nila ( Oreochromis niloticus) mempunyai klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Kelas : Osteichtyes Subkelas : Acanthopterygii Ordo : Percomorphi Subordo : Percoidea Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis niloticus

(2)

sirip anus yang hanya satu buah berbentuk agak panjang. Sementara itu, jumlah sirip ekornya hanya satu buah dengan bentuk bulat.

Ikan nila merupakan ikan konsumsi yang umum hidup di perairan tawar, terkadang ikan nila juga ditemukan hidup di perairan yang agak asin (payau). Ikan nila dikenal sebagai ikan yang bersifat euryhaline (dapat hidup pada kisaran salinitas yang lebar). Ikan nila mendiami berbagai habitat air tawar, termasuk saluran air yang dangkal, kolam, sungai dan danau. Ikan nila dapat menjadi masalah sebagai spesies invasif pada habitat perairan hangat, tetapi sebaliknya pada daerah beriklim sedang karena ketidakmampuan ikan nila untuk bertahan hidup di perairan dingin, yang umumnya bersuhu di bawah 21 ° C (Rukmana, 2003).

Menurut Mudjiman, Ikan Nila (oreochormis niloticus) adalah termasuk campuran ikan pemakan campuran(omnivora). Ikan nila mempunyai kemampuan tumbuh secara normal pada kisaran suhu 14 - 38°C dengan suhu optimum bagi pertumbuhan dan perkembangannya yaitu 25 - 30°C. Pada suhu 14°C atau pada suhu tinggi 38°C pertumbuhan ikan nila akan terganggu. Pada suhu 6°C atau 42°C ikan nila akan mengalami kematian. Kandungan oksigen yang baik bagi 4 pertumbuhan ikan nila minimal 4mg/L, kandungan karbondioksida kurang dari 5mg/L dengan derajat keasaman (pH) berkisar 5 - 9 (Cholik, 2005).

(3)

2. Efek merkuri terhadap ikan nila

Merkuri masuk ke dalam tubuh organisme hidup terutama melalui makanan yang dimakannya, karena hampir 90% logam berat (merkuri) masuk kedalam tubuh melalui jalur makanan. Logam merkuri masuk pada jalur tersebut melalui dua cara, yaitu lewat air (minuman) dan tanaman (bahan makanan). Sisanya akan masuk secara difusi atau perembesan lewat jaringan dan melalui pernafasan (insang) (Palar, 1994). Merkuri anorganik di perairan akan mengalami metilasi oleh bakteri anaerob sebagai methyl merkuri dan membebaskannya keperairan. FAO (1971) dalam Budiono (2003) mengemukakan, bahwa merkuri yang dapat diakumulasi oleh ikan atau shellfish adalah berbentuk methyl merkuri. Methyl merkuri yang terbentuk, bersifat tidak stabil sehingga mudah dilepaskan ke dalam perairan yang kemudian masuk ke hewan maupun tumbuhan air dan mengalami akumulasi.

Makanan yang telah terkontaminasi merkuri akan dikonsumsi makhluk perairan termasuk ikan dan akan masuk dalam alur pencernaan. Dari alur pencernaan (gastrointestinal) melalui dinding-dindingnya akan menuju ke cairan sirkulatori. Bahan-bahan kimia setelah dari cairan sirkulatori ada yang di metabolisme dan ada yang bertemu dengan kebanyakan jaringan badan dan selanjutnya ditimbun dalam jaringan lemak. Bahan-bahan kimia (senyawa merkuri) dalam cairan sirkulatori akan teroksidasi menjadi Hg2+ dan akan terakumulasi dalam hati. Di hati akan dimetabolisme, merkuri dalam hati akan diinaktifkan oleh enzim-enzim di dalam hati sehingga terjadi biotransformasi zat-zat berbahaya menjadi zat-zat yang tidak berbahaya yang kemudian diekskresikan oleh ginjal dan mengalami pertukaran (Connel, 1995).

Senyawa-senyawa kimia selain masuk melalui saluran pencernaan, juga bisa masuk melalui saluran pernafasan (insang). Senyawa kimia tersebut akan masuk melalui insang yang langsung bersentuhan dengan lingkungan air. Setelah melewati insang, bahan-bahan kimia termasuk merkuri akan ikut ke dalam sistem pernafasan sampai akhirnya akan menembus sel epitel endothelial kapiler darah untuk masuk ke dalam darah. Selanjutnya akan terikut ke dalam aliran darah dan akhirnya ikut dalam proses metabolisme (Connel, 1995).

Beberapa pengaruh toksisitas logam pada ikan yang telah terpapar logam berat yaitu pada insang, alat pencernaan dan ginjal (Dinata, 2004). Jumlah merkuri yang terakumulasi pada tubuh ikan tergantung dari ukuran, umur dan kondisi ikan. Distribusi dan akumulasi logam tersebut sangat berbeda-beda untuk organisme air. Hal ini tergantung pada spesies, konsentrasi logam dalam air, pH, fase pertumbuhan dan kemampuan untuk pindah tempat (Darmono, 1995).

(4)

tubuh, didalam organ hati glikogen dan lemak disimpan, menghasilkan cairan empedu sebagai emulsifikator lemak yang berperan penting dalam proses pencernaan makanan sehingga lemak dapat diserapoleh dinding usus (Lagler et al., 1997) dan berfungsi sebagai metabolism karbohidrat, lemak dan protein (Affandi dan Tang, 2002). Kerusakan jaringan hati dan ginjal pada ikan perlakuan mengakibatkan ikan sakit dan kehilangan nafsu makan sehingga menyebabkan berat badan menurun. Jika kesehatan ikan menurun maka ikan akan mengalami stress sehingga menurunkan kemampuannya untuk mempertahankan diri dari serangan penyakit. Stress dapat mengganggu sistem imunitas yang berdampak negatif terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup.

Pada uji akut ini, kematian ikan nila diduga karena tubuh ikan menyerap air yang mengandung Hg yang menyebabkan pecahnya sel dan berinteraksi dengan protein dan membrane semi permiabel. Selain itu, kematian dapat pula diakibatkan adanya Hg yang pada konsentrasi tinggi akan menyebabkan terjadinya peningkatan frekuensi pernapasan dua sampai tiga kali dari keadaan normal karena adanya kerusakan epithelium insang (Metelev et al., 1971 dalam Heat, 1987).

Rendahnya tingkat kelangsungan hidup pada ikan perlakuan dapat disebabkan juga oleh keadaan ikan yang stress akibat paparan Hg. Dalam upaya pemulihan diri dari keadaan stres, ikan akan memproduksi kortisol (Fletcher,1986 dalam Affandi dan Tang, 2002). Namun untuk jangka panjang kadar kortisol yang tinggi akan berdampak negatif terhadap kesehatan ikan. Anderson et al. (1982) dalam Affandi dan Tang (2002) menyatakan bahwa kortisol adalah hormon yang diketahui mempunyai efek menekan terbentuknya tanggap kebal ikan, kondisi ini pada akhirnya ikan semakin lemah.

(5)

kadar hematokrit dapat dijadikan petunjuk mengenai rendahnya kandungan protein, defisiensi vitamin atau ikan mendapatkan infeksi.

3. Efek merkuri di lingkungan perairan

Kadar merkuri yang tinggi pada perairan umumnya diakibatkan oleh buangan industri (industrial wastes) dan akibat sampingan dari penggunaan senyawa-senyawa merkuri di bidang pertanian. Merkuri dapat berada dalam bentuk metal, senyawa-senyawa anorganik dan senyawa organic. Terdapatnya merkuri di perairan dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu pertama oleh kegiatan perindustrian seperti pabrik cat,kertas, peralatan listrik, chlorine dan coustic soda; kedua oleh alam itu sendiri melalui proses pelapukan batuan dan peletusan gunung berapi. Namun pencemaran merkuri yang disebabkan kegiatan alam pengaruhnya terhadap biologi maupun ekologi tidak significant. Di antara beberapa sumber polutan yang menyebabkan penimbunan merkuri dilingkungan laut, yang terpenting adalah industri penambangan logam, industri biji besi, termasuk metal plating, industry yang memproduksi bahan kimia, baik organic maupun anorganik, dan offshore dumping sampah domestik, lumpur dan lain-lain (Edward, 2008).

Telah lama diketahui bahwa merkuri dan turunannya sangat beracun, sehingga kehadirannya di lingkungan perairan dapat mengakibatkan kerugian pada manusia karena sifatnya yang mudah larut dan terikat dalam jaringan tubuh organisme air. Selain itu pencemaran perairan oleh merkuri mempunyai pengaruh terhadap ekosistem setempat yang disebabkan oleh sifatnya yang stabil dalam sendimen, kelarutannya yang rendah dalam air dan kemudahannya diserap dan terkumpul dalam jaringan tubuh organisme air, baik melalui proses bioaccumulation maupun biomagnifications yaitu melalui food chain (Assa, 2003).

Dikatakan pula bahwa fluktuasi merkuri di lingkungan laut, terutama di daerah estuarin dan daerah pantai ditentukan oleh proses precification, sedimentation, flocculation dan reaksi adsorpsi desorpsi. Akumulasi merkuri di dalam tubuh hewan air, yaitu phytoplankton (Chlorella sp), Mussel (genus Vivipare) dan ikan herbivore Gyrinocheilus aymonieri (fam. Gyrinochelidae) karena up take rate merkuri olehorganisme air lebih cepat dibandingkan proses eksresi (Budiono,2002).

(6)

methyl merkuri, yang mana dapat diakumulasi oleh ikan atau shellfish, dan juga merupakan racun bagi manusia (Sudarmaji et al, 2004).

Proses methylasi terpengaruh dengan adanya dominasi unsur sulfur (S), yaitu pada keadaan anaerob dan redok potensial yang rendah. Faktor-faktor yang sangatberpengaruh di dalam pembentukan methyl merkuri antara lain :suhu, kadar ion Cl-,kandungan organic, derajad keasaman (pH), dan kadar merkuri (Edward, 2008).

Beberapa kemungkinan bentuk merkuri yang masuk ke dalam lingkungan perairan alam,yaitu (Rumengan, 2004).:

1. Sebagai inorganic merkuri, melalui hujan, run-off ataupun aliran sungai. Unsur ini bersifat stabil terutama pada keadaan pH rendah.

2. Dalam bentuk organic merkuri, yaitu phenyl merkuri (C6 H5-Hg), methyl merkuri (CH3-Hg) dan alkoxyalkyl merkuri atau methyoxy-ethyl merkuri (CH3O-CH2-CH2-Hg+). Organik merkuri yang terdapat di perairan alam dapat berasal dari kegiatan pertanian (pestisida).

3. Terikat dalam bentuk suspended solid sebagai Hg2+2 (ion merkuro), mempunyai sifat reduksi yang baik.

4. Sebagai metalik merkuri (Hgo), melalui kegiatan perindustrian dan manufaktur. Unsur ini memiliki sifat reduksi yang tinggi, berbentuk cair pada temperatur ruang dan mudah menguap.

Transfer dan transformasi merkuri dapat dilakukan oleh phytoplankton dan bakteri, disebabkan kedua organisme tersebut relatif mendominasi suatu perairan, dan juga oleh sea grasse. Bakteri dapat merubah merkuri menjadi methyl merkuri, dan membebaskan merkuri dari sendimen. Dalam kegiatannya bakteri membutuhkan bahan organic atau komponen-komponen karbon, nitrogen dan posphat sebagai makanannya (Rudolf, 2004).

(7)

Administration (FDA) menentukan pembakuan atau Nilai Ambang Batas (NAB) kadar merkuri yang ada dalam jaringan tubuh badan air, yaitu sebesar 0,005 ppm. Nilai Ambang Batas yaitu suatu keadaan dimana suatu larutan kimia, dalam hal ini merkuri dianggap belum membahayakan bagi kesehatan manusia. Bila dalam air atau makanan, kadar merkuri sudah melampaui NAB, maka air maupun makanan yang diperoleh dari tempat tertentu harus dinyatakan berbahaya. NAB air yang mengandung merkuri total 0,002 ppm baik digunakan untuk perikanan (Budiono,2002).

Pencemaran perairan oleh merkuri akibat kegiatan alam mempunyai kisaran antara 0,00001 sampai 0,0028 ppm, kecuali pada beberapa tempat seperti sungai-sungaidi Itali dimana terdapat sumber endapan logam merkuri alamiah, kadarnya dapatmencapai 136 pph (Rudolf, 2004).

Pengaruh langsung pollutan (terutama pestisida) terhadap ikan biasa dinyatakan sebagai lethal (akut), yaitu akibat-akibat yang timbul pada waktu kurang dari 96 jam atau sublethal (kronis), yaitu akibat-akibat yang tim,bul pada waktu lebih dari 96 jam (empat hari). Sifat toksis yang lethal dan sublethal dapat menimbulkan efek genetik maupun teratogenik terhadap biota yang bersangkutan. Pengaruh lethal disebabkan gangguan pada saraf pusat sehingga ikan tidak bergerak atau bernapas akibatnya cepat mati. Pengaruh sub lethal terjadi pada organ-organ tubuh, menyebabkan kerusakan pada hati, mengurangi potensi untuk perkembangbiakan, pertumbuhan dansebagainya. Seperti peristiwa yangterjadi di Jepang, dimana penduduk disekitar teluk Minamata keracunan methyl merkuriakibat hasil buangan dari sutu pabrik plastik. Methyl merkuri yang terdapat dalam ikan termakan oleh penduduk disekitar teluk tersebut. Ikan-ikan yang mati disekitar teluk Minamata mempunyai kadar methyl merkuri sebesar 9 sampai 24 ppm (Budiono,2002).

Faktor-faktor yang berpengaruh di dalam proses pembentukan methyl merkuri adalah merupakan faktor-faktor lingkungan yang menentukan tingkat keracunannya. Merkuri yang diakumulasi dalam tubuh hewan air akan merusak atau menstimuli sistemen zimatik, yang berakibat dapat menimbulkan penurunan kemampuan adaptasi bagihewan yang bersangkutan terhadap lingkungan yang tercemar tersebut. Pada ikan, organyang paling banyak mengakumulasi merkuri adalah ginjal, hati dan lensa mata (Sudarmaji et al, 2004).

(8)

yang mempunyai pengaruh terhadap insang adalah timah, seng,besi, tembaga, kadmium dan merkuri. Percobaan yang dilakukan terhadap ikan Carasiusauratus menunjukkan bahwa urut-urutan penyerapan logam berat oleh chemoreceptor (taste bund) dari ikan adalah merkuri, tembaga, seng, dan timah (Budiono,2002).

Pengaruh pencemaran merkuri terhadap ekologi bersifat jangka panjang, yaitu meliputi kerusakan strukturkomunitas, keturunan, jaringan makanan, tingkah laku hewan air, fisiologi, resistensi maupun pengaruhnya yang bersifat sinergisme. Sedang pengaruhnya yang bersifat linier terjadi pada tumbuhan air, yaitu semakin tinggi kadar merkuri semakin besar pengaruh racunnya. Perbedaan derajad toksisitas logam berat terhadap berbagai jenis biota laut dapatditunjukkan oleh percobaan yang dilakukan Schweiger terhadap beberapa jenis ikan(antara lain trout dan carp) yang ternyata memperlihatkan tingkat sensitifitas yangberbeda-beda dari masing-masing jenis ikan tersebut (Rudolf, 2004).

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Affandi R, UM Tang. 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri Press, Pekanbaru.

Alfian, Zul. 2006. Merkuri : Antara Manfaat dan Efek Penggunaanya Bagi Kesehatan Manusia dan Lingkungan .Universitas Sumatera Utara : Medan

Assa, I., 2003. Tingkat Keracunan Merkuri pada Pekerja Tambang di Desa Talawaan Kecamatan Dimembe. Tesis. Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Bastiawan, D, Taukhid, M. Alifudin, dan T. S. Dermawati. 1995. Perubahan Hematologi dan Jaringan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) yang diinfeksi Cendawan Aphanomyces sp. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 106-115

Budiono, Achmad .2002. Pencemaran Merkuri Terhadap Biota Air .[online]

http://www.google.co.id\ (diakses tanggal 30 april 2017).

Cholik, F., Artati dan Rachmat. 2005. Pengelolaan Kualitas Air Kolam Ikan. Dirjen Perikanan. Jakarta. 46 hlm.

Connell, D.W dan G.J Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Jakarta: UI Press. Connell, D.W. 1995. Bioakumulasi Senyawaan Xenobiotik. Jakarta: UI Press.

Dinata, A. 2004. http ://www. pikiran-rakyat.com/cetak/0704/23/0106.htm (7 Mei 2017).

Edward. 2008. Pengamatan kadar merkuri di perairan teluk Kao (Halmahera) dan perairan Anggai (Pulau Obi). UPT Loka Konservasi Biota Laut Tual, LIPI. Maluku Tenggara. Indonesia.

Heat AG. 1987.Water pollution and fish physiology. Florida. CRC Press Inc. Boca Raton,. 245 hal.

Lagler KF, JE Bardach, RR Miller, DRM Passiono. 1977. Ichtyology. John Wiley and Sons Inc, New York-London.506 hal.

Lu, C.F. 1995. Toksikologi Dasar. Jakarta: Universitas Indonesia

Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta.

Rudolf. 2004. Keluhan Gangguan Kesehatan pada Penambang emas tanpa izin dan masyarakat dalam kaitan dengan paparan merkuri di sekitar Sungai Kapuas Kecamatan Nangan Sepauk Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Universitas Airlangga.

(10)

Rumengan I.F.M. 2004. Dampak Biologi dari Pertambangan Emas Rakyat di Daerah Aliran Sungai Talawaan, Manahasa Utara. Makalah. Seminar masalah dan solusi penambangan emas di Kecamatan Dimembe.

Saanin, H. 1986. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta. Jakarta. 520 hal.

Sudarmaji, Adi Heru Sutomo dan Agus Suwarni. 2004. Konsumsi Ikan Laut, Kadar Merkuri dalam rambut, dan kesehatan nelayan di Pantai Kenjeran Surabaya. Universitas Airlangga.

Suyanto, S.R., 2003. Nila. Penebar Swadaya. Jakarta. 105 halaman.

Tugaswati, A Tri. 1997. Studi Pencemaran merkuri Dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Masyarakat Di Daerah Mundu Kecamatan Indramayu.

Referensi

Dokumen terkait

Dari desain tersebut dan dengan menggunakan spesifikasi energi proton 13 MeV dan arus berkas proton 40 µA kemudian dihitung yield 18 F, diperoleh hasil volume target air

Dalam rangka memenuhi semua ketentuan normatif aturan perundang undangan mengenai perencanaan nasional dan daerah yaitu Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Puji Syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan Hidayah-Nya Skripsi dengan judul “Penanganan Kasus Siswa yang Melakukan Kekerasan

Misalkan dilihat dari proporsi penempatan asset bank dalam bentuk penempatan dana pada BI (SBI), surat-surat berharga, dan kredit dari kelima bank yang mempunyai ranking tinggi

Praktik Pengalaman Lapangan meliputi semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sabagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh

Dari hasil uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil validasi media dari kelima validator memperoleh nilai sangat tinggi dan hasil praktikalitas pengguna oleh sembilan

Model Pembelajaran Merupakan Sebuah pendekatan dalam proses pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran

Beberapa masalah yang dikemukakan pada latar belakang di atas yaitu belum diketahuinya teknologi pengolahan mengenai buah Dengen oleh masyarakat sekitar, buah Dengen belum