• Tidak ada hasil yang ditemukan

mukmin yang kuat lebih baik dari pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan " mukmin yang kuat lebih baik dari pada"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

MUKMIN YANG KUAT LEBIH BAIK DARI MUKMIN YANG LEMAH

Yang diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadits

DOSEN PENGAMPU Tadjudin, M.Pd.I

Disusun oleh :

Nama : Daris Sofiana

NIM : 1721143098

Kelas : PAI 2A

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

(2)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di antara karunia Allah yang dilimpahkan kepada umat ini adalah bahwa Dia telah menjadikan Nabi-Nya sangat sayang kepada umatnya, karena itu beliau tidak meninggalkan kebaikan kecuali beliau

menunjukkannya dan tidak juga kejelekan kecuali beliau memberikan peringatan darinya. Allah memerintahkan kita semua agar mengamalkan apa saja yang diperintahkan dan diarahkan oleh Rasul-Nya, Dia juga memerintahkan agar kita menjauhi apa saja yang dilarang olehnya. Makalah ini akan mepaparkan hadits tentang bab keimanan mengenai iman yang kuat lebih baik dari iman yang lemah.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana bunyi hadits yang menjelaskan tentang iman yang kuat lebih baik dari iman yang lemah?

2. Bagaimana asbabul wurud dari hadits tersebut? 3. Bagaimana pendapat ahli mengenai hadits tersebut ? 4. Apa sajakah perkara-perkara iman itu?

5. Bagaimanakah ciri seseorang yang kuat imannya? C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui hadits yang menjelaskan tentang iman yang kuat lebih baik dari iman yang lemah.

(3)

MUKMIN YANG KUAT LEBIH BAIK DARI MUKMIN YANG LEMAH

1. Hadits.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sasallam bersabda:

اا

ِ ف

ف ييعفض

ض لاِ ن

ف مفؤيمملياِ ن

ا مفِ هفللاِ ى

ا لإفِ ب

ب حاأاواررييخاِ ي

ب وفقالياِ ن

م مفؤيمملي

َزج

ا عيتال

ا واِ هفللِابفِ نيعفتاس

ي اواِ ك

ا عمفانيياِاماِ ى

ا لع

ا ِ ص

ي

رفحيافٌ,ررييخاِ للكمِ ي

ي ففوا

ِ ن

ي ك

ف لاواٌ,اذاكاوااذاكاِ ن

ا ِاك

ا ِ ت

م ليعافاِ ينضأ

ا ويلاْ:ليقمتالافاءرييشاِ كاباِاصاأاِ نيإفواٌ,ي

ن

ف ِاط

ا ييشضلاِ لاماعاِ حمتافيتاويلاِ نضإففاٌ,لاعافاءاِاشاِاماواِ هفللارمداقاْ:ليقم.

“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah, dan keduanya memiliki kebaikan. Bersegeralah terhadap sesuatu yang bermanfaat bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah di dalam

melakukannya dan janganlah merasa lemah, jika sesuau menimpamu, maka janganlah kamu mengatakan, ‘Seandainya aku melakukannya, niscaya akan begini dan begitu, akan tetapi ucapkanlah: ‘Inilah ketentuan dari Allah, dan Dia melakukan apa yang dikehendaki-Nya’, karena kata (seandainya) dapat

membuka tipu daya syaitan.”1

2. Asbabul Wurud.

Hadits ini shahih, Diriwayatkan oleh Imam Muslim (no. 2664); Ibnu Majah (no. 79, 4168); Ahmad (II/226 no. 8777).

3. Analisa Pribadi.

Dijelaskan dalam hadits berikut, bahwa Allah swt. mencintai orang-orang mukmin, terutama orang mukmin yang kuat, sebagaimana Allah pun mencintai orang-orang yang bertakwa, berbuat baik, bertawakal, bersabar, bersyukur, bertaubat, bersuci dan adil. Seorang mukmin yang bijak adalah seorang mukmin yang selalu berusaha untuk mendapatkan cinta dari Allah dengan melakukan amal-amal yang mewujudkan kecintaan tersebut, karena seorang mukmin selalu bersegera di dalam melakukan sifat-sifat yang terpuji berupa keimanan, ketakwaan, kesabaran, syukur, pemaafan, tawakal, keindahan, kebersihan dan yang lainnya, diantara hal-hal yang dapat mendatangkan kecintaan Allah Ta’ala dan selalu bersemangat untuk melakukan semua perbuatan yang baik serta dapat mendekatkan dirinya kepada Allah sehingga mendapatkan kecintaan dari Allah.

4. Pendapat Ahli.

1Muhammad bin Falih. Jadilah Mukmin yang Kuat!: Lebih Baik dan Lebih

(4)

Dan diriwayatkan oleh Ibnu Majah dengan lafazh:

اذاك

ا واِ اذاكاِ ت

م ليعافاِ يننأ

ا ِ ويلاِ ليقمتاِ لافاِ ئرشاِ كاباِاصاااِ نيإفِافا

“Jika sesuatu menimpamu, maka janganlah kamu mengatakan, ‘Seandainya aku melakukannya begini, niscaya akan (terjadi) begini dan begitu.’“2

Dalam Kitab Iman bab ke-2 Allah swt. berfirman dan mendefinisikan adanya perkara-perkara iman.

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan. Tetapi, sesungguhnya kebajikan itu ialah orang yang beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), dan orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan sholat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (al-baqarah:177) Dan firman Allah,”Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman.” (al Mu’miniin: 1)3

Dengan firman Allah swt. tersebut, keimanan akan semakin kuat dan kokoh serta menjadikan umatnya sebagai mukmin yang kuat imannya apabila perkara-perkara keimanan tersebut dijalankan dengan penuh keikhlasan dan dengan niat hanya kepada Allah swt, sebagai rasa mahabbahnya kepada Allah swt. Apabila benar-benar melakukan perkara tersebut, beruntunglah bagi orang-orang yang beriman karena dicintai oleh Allah swt. Subhanallah.

2 Ibid.,11

3Al-Albani Nashiruddin. Mukhtasar Shahih al-Imam al-Bukhari. (Jakarta: Gema

(5)

Kekuatan dan kelemahan pada diri seorang mukmin merupakan

pembahasan yang sangat penting, karena di dalam pembahasan ini, Rasulullah saw. menjelaskan masalah yang sangat penting dan perlu diketahui juga

dihayati. Namun, ia akan menjadi kuat jika mewujudkan sebab-sebab yang menjadikannya kuat lalu memegangnya dengan teguh.

Rasulullah mengungkapkan kekuatan iman ini secara mutlak, karena itu yang dimaksud dengan kekuatan disini adalah umum, mencakup:4

1. Kekuatan iman yang tertanam di dalam diri seorang mukmin, yang sama sekali tidak dapat digoyahkan oleh keraguan, tidak dapat dirobohkan oleh syubhat dan tidak dapat dilemahkan oleh syahwat, walaupun badan yang dimilikinya sangat lemah tetapi keimanannya lebih kuat dari gunung.

2. Kekuatan keilmuan, hal ini yang membawa manusia kepada kekuatan iman dan amal yang lurus juga perilaku yang benar.

3. Kekuatan kehendak jiwa, dengannya seseorang tidak akan merasakan lemahnya keinginan, malas dan tidak bersemangat, karena yang timbul dari dalam jiwanya adalah kepercayaan diri dan kebenaran yang selalu ia

lakukan, dengannya dia dapat menghadapi segala rayuan dan syahwat yang menggodanya dengan kekuatan dan keberanian yang sangat dahsyat, berbeda dengan orang-orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi (tidak dengan penuh keyakinan), ia akan merasakan ketenangan ketika mendapatkan kebaikan, sedangkan jika kejelekan menimpanya, maka dia akan berubah menjadi tidak baik.

4. Kekuatan jasmani, hal ini yang sangat membantu di dalam

melaksanakannya amal sholeh, seorang mukmin memanfaatkan tersebut di dalam mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan sholat, puasa, jihad, amar ma’ruf nahi munkar, membantu kaum papa, dan menolong orang yang teraniaya, seorang mukmin tidak pantas selalu mengharapkan bertambahnya kekuatan badan tanpa ada niat dalam dirinya untuk

(6)

KESIMPULAN

Mukmin yang kuat lebih baik dari mukmin yang lemah dan lebih dicintai oleh Allah swt. Adapun perkara-perkara yang harus dilakukan oleh mukmin yang kuat adalah orang yang beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), dan orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan sholat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan peperangan.

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad bin Falih. 2005. Jadilah Mukmin yang Kuat!: Lebih Baik dan Lebih Dicintai Allah. Bogor: Pustaka Ibnu Katsir.

Referensi

Dokumen terkait

Mengenal Allah melalui sifat-sifat Allah yang terkandung dalam al-asma’ al-husna ( al-Mukmin, al-Azhim, al- Haadii , al-Adlu , dan al-Hakam ).. 2 Beriman kepada kitab-kitab

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian,

menurunkan Kitab Taurat di dalamnya(ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itudiputuskan perkara orang- orang Yahudi oleh nabi-nabi yangmenyerah diri

1.Meyakini keberadaan kitab-kitab Allah merupakan perkara yang sangat penting bagi umat Islam. Sebagai orang yang beriman kepada kitab Allah berarti kita

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian,

Mengenal Allah melalui sifat-sifat Allah yang terkandung dalam al-asma’ al-husna ( al-Mukmin, al-Azhim, al- Haadii , al-Adlu , dan al-Hakam ) 2 Beriman kepada

Aqidah tidak boleh hanya dipahami sebagai keyakinan pada Rukun Iman saja, yaitu iman pada Allah, malaikat Allah, Kitab-kitab Allah, nabi, hari akhir, dan

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat,