• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membangun Sekolah yang Berkualitas Menuj

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Membangun Sekolah yang Berkualitas Menuj"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MEMBANGUN SEKOLAH YANG BERKUALITAS MENUJU

SEKOLAH STANDAR NASIONAL (SSN) I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pendidikan di Negara Indonesia sekarang ini masih menghadapi banyak permasalahan. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan (Departemen Pendidikan Nasional, 2006). Disamping masalah mutu, juga terdapat masalah pemerataan, masalah penuntasan pendidikan, dan lain-lain. Mutu pendidikan yang masih perlu ditingkatkan itu bisa dilihat dari mutu lulusan maupun tenaga pendidik yang mengelola pendidikan. Menurut catatan Human Development Report tahun 2000 versi UNDP, peringkat HDI atau kualitas sumber daya manusia Indonesia berada di urutan 105 dari 108 negara. Indonesia masih berada di bawah Filipina (77), Malaysia (61), Brunei Darrussalam (32), Korea Selatan (30), dan Singapura (24). (Departemen Pendidikan Nasional, 2004)

Secara nasional, rata-rata nilai ujian nasional pada tahun 2004-2005 baru mencapai 6,25. Kualifikasi guru juga masih memprihatinkan karena baru 54 % sekolah yang mempunyai guru berkualifikasi sarjana. Buku dan bahan ajar masih terbatas, fasilitas, sarana dan prasarana belum memadai karena masih ada sekita 29 % dari jumlah seluruh sekolah di Indonesia yang tidak mempunyai laboratorium IPA dan 26 % tidak mempunyai perpustakaan.

Persoalan yang berhubungan dengan penuntasan wajib belajar dapat dilihat dari APK SMP yang baru mencapai 85,22 % dari target ideal sebesar 95 %. Artinya masih ada 24,78 % anak usia 13 – 15 tahun yang tidak bersekolah atau sekitar 1,4 juta anak di seluruh Indonesia. Angka melanjutkan sekolah dari SD ke SMP juga relatif masih rendah, yaitu 83,36 %. Sedangkan angka putus sekolah di tingkat SMP masih tinggi, yaitu 2,74 % (Budi Susetyo dalam Pelangi Pendidikan, 2006).

Ada tiga pilar pendidikan yang bertanggung jawab menyelenggaran pendidikan yang memadai bagi seluruh anak usia sekolah di Indonesia untuk mengatasi masalah-masalah pendidikan tersebut di atas. Ketiga pilar tersebut adalah pemerintah, masyarakat, dan orang tua. Pemerintah mempunyai tanggung jawab terbesar untuk menyelenggarakan sekolah formal. Masyarakat dapat membantu pemerintah dengan mengambil sebagian tugas pemerintah dalam menyelenggarakan sekolah formal. Sedangkan orang tua, lebih dominan peranannya untuk membentuk watak dan kepribadian anak melalui pendidikan informal.

Semua permasalahan yang dihadapi pemerintah dalam menyelenggarakan pendidikan formal tersebut di atas menjadi tantangan dan peluang bagi masyarakat untuk membangun dan menyelenggarakan pendidikan atau sekolah swasta yang berkualitas dan mandiri.

Tidak dapat dimungkiri bahwa masih banyak masyarakat yang menjadikan alasan ekonomi sebagai dasar untuk memilih sekolah. Artinya, masyarakat cenderung memilih sekolah yang murah biayanya tanpa begitu memperhatikan kualitas sekolah tersebut. Hal ini membuat sebagian besar sekolah swasta menjadi pilihan kedua setelah sekolah negeri karena masyarakat beranggapan bahwa sekolah negeri lebih murah biayanya dibandingkan dengan sekolah swasta walaupun mungkin sekolah swasta tidak selalu lebih rendah kualitasnya dibadingkan dengan sekolah negeri. Kondisi semacam ini diperparah dengan kebijakan pemerintah yang kadang-kadang tidak memihak kepada sekolah swasta. Misalnya adanya penambahan kuota 10 % pada PSB sekolah negeri pada tahun pelajaran 2006-2007 yang lalu. Kebijakan tersebut membuat siswa yang telah diterima di sekolah swasta ditarik ke sekolah negeri untuk memenuhi kuota tersebut.

(2)

masyarakat percaya akan kualitasnya. Masyarakat percaya bahwa sekolah tersebut lebih bermutu dibandingkan dengan sekolah yang lain, dapat memberikan imbal balik yang sepadan dengan biayanya, dapat mendidik anak dan menghasilkan lulusan yang lebih baik, lebih berkualitas, lebih kompetitif dibandingkan dengan sekolah lain.

Salah satu cara untuk memacu upaya peningkatan kualitas sekolah adalah dengan memenuhi kriteria yang ditetapkan untuk menjadi sekolah standar nasional (SSN). Dengan kata lain, penyelenggara sekolah harus berani menetapkan sekolahnya menjadi Sekolah Standar Nasional (SSN). Dengan keberanian tersebut, penyelenggara sekolah akan terpacu untuk memenuhi segala persyaratan menjadi Sekolah Standar Nasional (SSN). Selama proses pencapaian dan mempertahankan target SSN tersebut, diharapkan kualitas sekolah akan meningkat dengan sendirinya. Apabila SSN dapat terwujud, penyelenggara sekolah dapat menetapkan target yang lebih tinggi, yaitu Sekolah Berstandar Internasional (SBI).

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dikemukakan beberapa permasalahan sebagai berikut:

o Apakah yang dimaksud dengan Sekolah Standar Nasional (SSN)?

o Bagaimana membangun sekolah (swasta) yang berkualitas menuju SSN?

Dalam makalah ini akan diuraikan pengertian Sekolah Standar Nasional (SSN) beserta kriterianya. Dengan mengetahui hakikat SSN dan segala persyaratan yang mengikutinya, penyelenggara sekolah dapat menjadikannya sebagai pedoman untuk menyelenggarakan proses pendidikan (sekolah) yang berkualitas. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, dalam makalah ini juga akan dibicarakan upaya-upaya untuk membangun sekolah (swasta) yang berkualitas.

C. Tujuan

Pembahasan permasalahan dalam makalah ini dimaksudkan untuk memberikan sumbang pemikiran kepada Yayasan Pendidikan Kesatrian 67 dalam upayanya menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas sehingga tetap lestari, sustainable, dan dapat dipercaya oleh masyarakat luas (credible).

II. Sekolah Standar Nasional (SSN)

Sekolah Standar Nasional (SSN) pada dasarnya merupakan sekolah yang telah memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP), yang berarti memenuhi tuntutan SPM (Standar Pelayanan Minimal) sehingga diharapkan mampu memberikan layanan pendidikan yang standar dan menghasilkan lulusan dengan kompetensi sesuai dengan standar nasional yang ditetapkan. Dengan kata lain, SSN telah mampu memberikan layanan pendidikan kepada anak didik sesuai dengan standar minimal yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, SSN pada dasarnya dapat berfungsi sebagai model bagaimana menyelenggarakan sekolah sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan secara nasional (Departemen Pendidikan Nasional, 2004).

Pelayanan yang diberikan oleh sekolah meliputi tiga aspek, yaitu aspek input, aspek proses, dan aspek output. Artinya, layanan harus diberikan secara utuh mulai dari input yang seharusnya disediakan oleh sekolah, proses yang seharusnya terjadi di sekolah, dan output yang seharusnya dihasilkan oleh sekolah. Sekolah dikatakan mampu memberikan layanan yang baik jika sudah mampu memberikan layanan yang memuaskan bagi stake holder sekolah, yaitu siswa, orang tua siswa, pengguna lulusan, dan kelompok masyarakat lainnya.

Untuk dapat menjadikan sekolah menjadi SSN ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi. Kriteria tersebut meliputi kriteria umum dan kriteria khusus.

A. Kriteria Umum

Kriteria umum yang harus dipenuhi oleh SSN adalah sebagai berikut:

(3)

2. Termasuk sekolah yang tergolong kategori baik di kabupaten/kota yang bersangkutan, yaitu memiliki tenaga guru dan sarana pendidikan yang cukup serta memiliki prestasi yang baik.

3. Sekolah memiliki potensi kuat untuk berkembang.

4. Bukan sekolah yang didukung oleh yayasan yang memiliki pendanaan yang kuat, baik dari dalam maupun luar negeri.

(Departemen Pendidikan Nasional, 2004) B. Kriteria Khusus

Kriteria khusus pada prindsipnya didasarkan pada kesehatan sekolah. Kriteria khusus tersebut mencakup 20 (dua puluh) butir pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah sekolah memiliki kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu yang jelas?

2. Apakah sekolah memiliki sumberdaya manusia yang kompeten dan berdedikasi tinggi?

3. Apakah sekolah memiliki fasilitas (sarana [rasarana) yang memadai? 4. Apakah sekolah memiliki kepedulian pada kualitas pembelajaran? 5. Apakah sekolah menerapkan evaluasi secara berkelanjutan?

6. Apakah kegiatan ekstrakurikuler (olahraga, kesenian, LKIR, dll) menunjukkan peningkatan?

7. Apakah manajemen di sekolah termasuk manajemen yang bagus? 8. Apakah sekolah memiliki kepemimpinan yang handal?

9. Apakah sekolah memiliki program-program yang inovatif?

10. Apakah program sekolah jelas dan sesuai dengan kondisi objektif sekolah? 11. Apakah program sekolah dibuat melibatkan seluruh warga sekolah?

12. Apakah administrasi keuangan sekolah transparan?

13. Apakah kerjasama dan hubungan antarwarga sekolah berjalan harmonis?

14. Apakah kerjasama antara sekolah dengan masyarakat sekitar berjalan dengan baik? 15. Apakah ruang kelas, laboratorium, kantor, KM/WC, dan taman sekolah bersih dan

terawat?

16. Apakah lingkungan sekolah bersih, tertib, rindang, dan aman?

17. Apakah guru dan tenaga kependidikan di sekolah tampak antusias dalam mengajar dan bekerja?

18. Apakah hasil UAN siswa menunjukkan kecenderungan meningkat? 19. Apakah sekolah menerapkan reward system dan merit system secara baik?

20. Apakah sekolah memiliki program peningkatan kinerja profesional guru dan tenaga kependidikan?

(Departemen Pendidikan Nasional, 2004)

Pada bagian awal telah dijelaskan bahwa SSN adalah sekolah yang telah memberikan layanan sesuai dengan SPM (Standar Pelayanan Minimal). Ada banyak komponen yang termasuk standar pelayanan minimal tersebut, di antaranya adalah komponen kurikulum, peserta didik, ketenagaan, sarana dan prasarana, manajemen, pembiayaan, dan peran serta masyarakat. Dalam makalah ini akan disampaikan beberapa indikator keberhasilan sekolah dalam memberikan sesuai dengan SPM yang telah ditentukan.

Indikator keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SM)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) mencakup beberapa komponen sebagai berikut:

A. Kurikulum

Keberhasilan komponen kurikulum ini ditandai dengan adanya ketersediaan kurikulum nasional mapun lokal, tersebarnya kurikulum dan keterlaksanaannya, serta persentase daya serap kurikulum mencapai 80 %.

B. Peserta Didik

(4)

pendidikan standar nasional mencapai nilai “memuaskan” dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPS, dan IPS di kelas VII dan VIII, persentase kelulusan minimal 95 %, dan 70 % dari lulusan SMP/Mts melanjutkan ke SMA/MA/SMK.

C. Ketenagaan

Keberhasilan komponen ketenagaan meliputi kinerja kepala sekolah baik, 90 % guru SMP/Mts memiliki kualifikasi sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan secara nasional, 90% guru SMP/MTs yang diperlukan terpenuhi, 80 % sekolah/madrasah memiliki tenaga kependidikan non-guru untuk melaksanakan tugas administrasi dan kegiatan non-mengajar lainnya.

D. Sarana Prasarana

Keberhasilan komponen sarana prasarana meliputi 90% sekolah memiliki sarana dan prasarana minimal sesuai dengan standar teknis yang ditetapkan secara nasional (meliputi lahan, bangunan/perabot/peralatan/laboratorium, dan media pembelajaran), 100 % peserta didik memiliki buku pelajaran yang lengkap setiap mata pelajaran. E. Organisasi

Keberhasilan komponen organisasi meliputi ketersediaan struktur organisasi, personalia, dan uraian tugas yang lengkap, mekanisme kerja yang baik dan lancar. F. Pembiayaan

Keberhasilan komponen pembiayaan meliputi ketersediaan anggaran pemerintah daerah mencapai 70 % dan anggaran swadaya, serta kelengkapan pembiayaan pada semua komponen di sekolah/madrasah.

G. Manajemen

Keberhasilan komponen manajemen sekolah/madrasah ditandai dengan adanya pemahaman visi dan misi sekolah/madrasah yang baik, tingkat kehadiran guru, tenaga adminsitrasi, dan tenaga kependidikan lainnya, serta tingkat kehadiran peserta didik yang mencapai 95 %, administrasi sekolah/madrasah dikelola dengan tertib dan lengkap serta kinerja sekolah/madrasah baik.

H. Peran Serta Masyarakat

Keberhasilan komponen ini ditandai dengan adanya dukungan BPM/Komite Sekolah, perhatian orang tua peserta didik dan tokoh masyarakat serta dunia usaha. (Pemerintah Propinsi Jawa Tengah, 2004)

III. Membangun Sekolah Yang Berkualitas

Pada pembahasan sebelumnya telah disebutkan bahwa SSN adalah sekolah yang telah memenuhi standar layanan pendidikan yang ditetapkan pada SPM, atau paling tidak telah memenuhi sebagian besar standar layanan pada SPM dan diyakini dalam waktu singkat dapat mencapai standar tersebut. Sementara itu, sebagai suatu sistem pendidikan, standar layanan pendidikan, tentu mengacu pada aspek input, proses, dan output. Untuk itu, program kerja atau upaya untuk meningkatkan kualitas sekolah dalam rangka memenuhi kriteria SSN, juga akan mengacu pada aspek input, proses, dan output.

Untuk mencapai tujuan yang telah dicanangkan, perlu upaya yang terarah dan terukur. Untuk itu, perlu direncanakan program-program yang dapat digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan tersebut. Yang dimaksud terarah dan terukur di sini adalah bahwa program yang akan dilaksanakan diharapkan betul-betul dapat menjadi sarana untuk mencapai tujuan dan betul-betul dapat dilaksanakan atau direalisasikan.

A. Program Yang Berkaitan dengan Aspek Input

Input suatu sekolah berupa input harapan, input sumber daya, dan input perangkat lunak. Berikut ini akan dibahas program-program yang berkaitan dengan input-input tersebut.

1. Input Harapan-harapan

(5)

mewujudkan misi. Tujuan adalah rumusan mengenai apa yang diinginkan pada kurun waktu tertentu (jangka panjang dan menengah) (Departemen Pendidikan Nasional, 2006). Input harapan berperan penting pada pengelolaan organisasi, termasuk sekolah, sebab akan mampu menjadi pendorong dan menjadi salah satu motivator untuk mencapai harapan tersebut jika input dapat benar-benar dipahami dan diinternaslisasi dengan baik oleh seluruh warga sekolah. Untuk itu, perlu dirumuskan visi, misi, dan tujuan dengan jelas.

a. Visi

Berprestasi, Berbudaya, dan Kompetitif Berdasarkan Iman dan Takwa.

b. Misi

(1) Mendidik dan membina putera bangsa agar mempunyai prestasi akademis dan non-akademis yang tinggi.

(2) Mendidik dan membina putera bangsa agar mempunyai disiplin, akhlak mulia, dan kepribadian luhur.

(3) Mendidik dan membina putera bangsa agar dapat menghargai dan melestarikan budaya bangsa.

(4) Mendidik dan membina putera bangsa agar mempunyai kecakapan hidup yang kompetitif sebagai bekal untuk hidup di masyarakat dengan layak. (5) Mendidik dan membina putera bangsa agar mempunyai kesehatan dan

kebugaran jasmani serta halus budi, perasaan, dan jiwanya.

(6) Mendidik dan membina putera bangsa agar senantiasa beriman, takwa, dan taat kepada Tuhannya.

(7) Mewujudkan sekolah yang kondusif bagi penyelanggaraan Proses Belajar Mengajar (PBM).

c. Tujuan

(1) Tujuan Umum

Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (Departemen Pendidikan Nasional, 2006).

(2) Tujuan Jangka Panjang

(a) Menghasilkan lulusan yang berprestasi secara akademis maupun non-akademis.

(b) Menghasilkan lulusan yang berdisiplin tinggi, berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur.

(c) Menghasilkan lulusan yang dapat menghargai (apresiatif) dan melestarikan budaya bangsa.

(d) Menghasilkan lulusan yang cakap dan kompetitif agar dapat hidup di masyarakat dengan layak.

(e) Menghasilkan lulusan yang bugar, sehat, mempunyai cita rasa seni yang tinggi, halus budi, perasaan, dan jiwanya.

(f) Menghasilkan lulusan yang beriman, takwa, dan taat kepada Tuhannya. (g) Menciptakan sekolah yang kondusif bagi penyelenggaraan PBM yang

optimal.

(c) Tujuan Jangka Pendek

(a) Meningkatkan rata-rata nilai UN sebesar 0,1 dari nilai rata-rata UN tahun sebelumnya.

(b) Meningkatkan prestasi non-akademis satu tingkat lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

(6)

(d) Menurunkan tingkat pelanggaran tata tertib sebesar 5 % dari tahun sebelumnya.

(e) Melengkapi dan meningkatkan kualitas sarana dan prasarana sekolah. (f) Meningkatkan kualifikasi dan profesionalitas guru dan tenaga

pendukung PBM.

(g) Menciptakan PBM yang aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan. (h) Menghasilkan perangkat KTSP yang lengkap, mutakhir, dan

berwawasan ke depan.

(1) Memenuhi setiap kebutuhan guru dalam upaya mendidik siswa agar menjadi anak-anak yang berprestasi, berbudaya, kompetitif, beriman, takwa, dan taat kepada Tuhannya.

(j) Meningkatkan kesejahteraan guru dan karyawan minimal sebesar 10 % dari tahun sebelumnya.

2. Input Sumber Daya

Input sumber daya mencakup sumber daya manusia (guru dan tenaga kependidikan lainnya), sarana prasarana, dan dana. Agar proses pendidikan dan sekolah dapat berjalan dengan baik, input sumber daya tersebut harus tersedia secara cukup dan siap untuk difungsikan.

Program-program yang berkaitan dengan input sumber daya adalah sebagai berikut:

a. Pemenuhan Jumlah dan Peningkatan Profesionalitas Guru

o Target : Terpenuhinya Jumlah Guru yang Cukup dan Profesional di Bidangnya.

o Sasaran : Guru

o Dasar Pelaksanaan :

Guru adalah ujung tombak pendidikan. Oleh karena itu, jumlah, kualitas dan profesionalitas guru sangat berpengaruh terhadap mutu atau kualitas pendidikan, terutama terhadap mutu lulusan yang dihasilkan dari sistem pendidikan tersebut. Mengingat hal tersebut, sangat perlu untuk mengupayakan agar jumlah guru yang berkualitas dan profesional cukup sesuai dengan kebutuhan ideal.

o Strategi Pelaksanaan :

 Memenuhi kebutuhan tenaga guru minimal 90 % dari kebutuhan guru ideal.

 Mengupayakan agar setiap guru yang mengajar mempunyai kualifikasi minimal S1.

 Mengupayakan agar setiap guru dapat mengampu mata pelajaran sesuai dengan latar belakang pendidikannya.

 Meningkatkan kesejahteraan guru minimal 10 % dari tahun sebelumnya.

b. Pemenuhan Jumlah dan Profesionalitas Tenaga Pendukung Pendidikan

o Target : Terpenuhinya Jumlah Tenaga Pendukung Pendidikan Yang Loyal dan Profesional di Bidangnya.

o Sasaran : - Tenaga TU

- Pengelola Perpustakaan

- Tenaga Keamanan dan Kebersihan - Laboran dan Teknisi

o Dasar Pelaksanaan :

(7)

keamanan/kebersihan. Tenaga TU men-suport administrasi pembelajaran bagi guru. Pengelola perpustakaan bertanggung jawab untuk mengelola referensi pembelajaran yang dibutuhkan guru. Laboran dan teknisi berperan dalam pelaksanaan pelajaran yang membutuhkan banyak paktik seperti IPA dan PTD. Tenaga keamanan dan kebersihan bertanggung jawab terhadap situasi dan kondisi sekolah (pembelajaran) yang aman dan nyaman.

o Strategi Pelaksanaan :

 Memenuhi kebutuhan tenaga pendudukung proses pembelajaran minimal sebesar 90 % dari kebutuhan tenaga ideal.

 Memberikan kesempatan dan dorongan kepada tenaga TU , laboran/teknisi, dan perpustakaan untuk senantiasa meningkatkan kualifikasi pendidikannya.

 Memberikan kesempatan dan dorongan kepada setiap tenaga TU, laboran/teknisi, dan perpustakaan untuk mengikuti program pelatihan dan kursus yang berkaitan dengan tugas masing-masing.

 Mengupayakan agar TU, laboran/teknisi, dan perpustakaan dikelola oleh tenaga-tenaga yang mempunyai latar belakang pendidikan sesuai dengan pekerjaannya.

 Meningkatkan kesejahteraan tenaga TU, laboran/teknisi, perpustakaan, keamanan, dan tenaga kebersihan minimal 10 % dari tahun sebelumnya.

c. Peningkatan Kualitas dan Penambahan Alat Bantu Pembelajaran

o Target : Terpenuhinya Alat Bantu Pembelajaran yang Lengkap dan Mutakhir.

o Sasaran : Alat Bantu Pembelajaran o Dasar Pelaksanaan :

Pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan membutuhkan saran pendukung yang relevan. Untuk itu, sangat perlu untuk selalu melengkapi dan menyesuaikan alat bantu pembelajaran dengan tuntutan dan kemajuan materi mata pelajaran (kompetensi siswa).

o Strategi Pelaksanaan :

 Menginventarisasi kebutuhan alat bantu pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik mata pelajaran.

 Mendorong dan memberikan kesempatan kepada guru untuk membuat alat bantu pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik mata pelajaran masing.

 Membeli alat bantu pembelajaran yang tidak bisa dibuat sendiri oleh guru mata pelajaran.

d. Peningkatan Kualitas dan Penambahan Koleksi Perpustakaan

o Target : Terwujudnya Perpustakaan yang Lengkap dan Berkualitas.

o Sasaran : Perpustakaan

o Dasar Pelaksanaan :

Perpustakaan adalah pusat referensi yang dapat memperkaya materi pembelajaran. Oleh karena itu, dapat dipahami apabila perpustakaan yang lengkap dan modern koleksinya serta dikelola dengan baik akan sangat membantu proses pembelajaran dan dapat memperkaya wawasan dan pengetahuan siswa. Berpijak pada hal tersebut, maka sebuah sekolah yang baik perlu mempunyai perpustakaan yang lengkap, modern, dan dikelola dengan manajemen yang baik.

(8)

 Menginventarisasi koleksi perpustakaan sehingga diketahui kekurangan apa yang perlu dipenuhi dan dibenahi.

 Mengupayakan agar buku pegangan untuk setiap mata pelajaran cukup bagi setiap anak atau siswa.

 Menambah koleksi buku dari berbagai sumber: orang tua, masyarakat umum, pemerintah, dan lain-lain..

 Meningkatkan kualitas layanan perpustakaan sehingga siswa dan guru tertarik ke perpustakaan dan “betah” di dalam perpustakaan.

 Mengadakan supervisi secara teratur dan berkelanjutan.

e. Peningkatan Kualitas Sarana dan Prasarana Sekolah

o Target : Terpenuhinya Sarana dan Prasarana Sekolah yang Berkualitas dan Memadai..

o Sasaran : Ruang Kelas, Aula, Laboaratorium IPA, Laboratorium Bahasa, Laboratorium Komputer, Ruang Media, Studio Musik, Ruang Guru, Ruang Kepala Sekolah, Mushola, Ruang OSIS, Ruang UKS, Ruang Pramuka, Ruang TU, Ruang BK (termasuk Ruang Konsultasi), Ruang Sarana dan Prasarana, dan lain-lain.

o Dasar Pelaksanaan :

Sarana dan prasarana yang lengkap, modern, dan nyaman sangat penting bagi proses belajar mengajar yang menyenangkan. Dengan sarana dan prasarana yang lengkap, guru mempunyai keleluasaan untuk mengembangkan potensi dan kemampuan yang ada pada diri siswa secara optimal. Disamping itu, sarana dan prasarana yang lengkap, modern, dan nyaman menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk menyekolahkan putera-puterinya di sekolah di lingkungan Yayasan pendidikan kesatrian 67. Kualitas sekolah sudah mulai dijadikan sebagai pertimbangan utama bagi orang tua untuk menyekolahkan anaknya. Dan itu dapat dimulai dengan menyediakan fasilitas, sarana dan prasarana yang lengkap, modern, dan nyaman..

o Strategi Pelaksanaan :

 Menciptakan ruang kelas dan lingkungan sekolah yang bersih dan nyaman untuk proses belajar mengajar.

 Melengkapi alat dan bahan praktikum maupun alat bantu pembelajaran di laboratorium IPA.

 Merawat, memperbaiki, dan men-display alat dan bahan praktikum serta alat bantu pembelajaran di laboratorium IPA.

 Melengkapi dan merawat fasilitas yang terdapat di dalam lab. bahasa.  Melengkapi dan meningkatkan kualitas laboratorium komputer beserta

perangkat dan isinya agas sesuai dengan kemajuan teknologi informasi.  Melengkapi laboratorium komputer dengan fasilitas internet sebagai

sarana untuk memperluas cakrawala ilmu pengetahuan dan wawasan guru maupun siswa.

 Membuat ruang media yang dilengkapi dengan sarana multimedia yang modern dan representatif.

 Melengkapi dan merawat studio musik.

 Menyediakan saran pendukung seperti Aula, Mushola, Ruang OSIS, Ruang Pramuka, Ruang UKH, Ruang BK, Ruang Guru, Ruang Kepala Sekolah, Ruang Wakil Kepala Sekolah yang Nyaman dan Representatif.

(9)

o Target : Terwujudnya Sekolah yang Dikenal Masyarakat sebagai Sekolah yang Berkualitas dan Terpercaya. o Sasaran : - Masyarakat Umum

- Media Massa o Dasar Pelaksanaan :

Sehebat apa pun sebuah sekolah, setinggi apa pun sebuah sekolah, apabila tidak diketahui oleh masyarakat luas, maka prestasi dan kehebatan itu kurang bisa memberikan kontribusi terhadap upaya menjaga keberlangsungan sekolah dan upaya meningkatkan mutu sekolah. Oleh karena itu, semua prestasi yang dicapai oleh sekolah, sekecil apa pun, perlu dipublikasikan kepada mayarakat luas.

o Strategi Pelaksanaan :

 Mempublikasikan prestasi dan kegiatan sekolah melalui media massa.  Mempublikasikan prestasi sekolah melalui spanduk yang dipasang di

depan sekolah setiap memperoleh prestasi tersebut.

 Membuat bulletin sekolah sebagai sarana publikasi mengenai profil sekolah dengan segala fasilitas, kegiatan, dan prestasinya untuk disebarluaskan kepada masyarakat luas (orang tua, tamu sekolah, dan lain-lain).

3. Input Perangkat Lunak

Input perangkat lunak mencakup struktur organisasi, uraian tugas, peraturan dan kebijakan, kurikulum, serta rencana dan program kerja sekolah. Input perangkat lunak inilah yang menjadi wahana pemaduan input sumber daya sehingga berinteraksi secara sinergis menuju input harapan.

Dalam makalah ini yang mendapat pokok perhatian adalah aspek kurikulum karena kurikulum bagi suatu sekolah merupakan “roh” yang menentukan arah sekolah dalam mencapai tujuannnya.

(a) Pembuatan Kurikulum

o Target : Terwujudnya KTSP yang Lengkap, Mutakhir, dan Berwawasan ke Depan.

o Sasaran : Perangkat KTSP dan Penyusun KTSP o Dasar Pelaksanaan :

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Drs. Nurhamid H. Prajitno, 2006). Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nsional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP). Hal itu membuat sekolah mempunyai keleluasaan yang lebih luas untuk mengelola penyelenggaraan pendidikan di sekolah masing-masing.

Karena kurikulum akan digunakan sebagai pedoman dan landasan untuk mencapai tujuan yang telah dicanangkan, kurikulum yang disusun harus memenuhi prnsip-prinsip sebagai berikut:

(1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungan;

(2) Beragam dan terpadu;

(10)

(5) Menyeluruh dan berkesinambungan; (6) Belajar sepanjang hayat;

(7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah (Departemen pendidikan Nasional, 2006).

Dengan prinsip-prinsip tersebut, diharapkan sekolah dapat menghasilkan kurikulum yang lengkap, mutakhir, adaptif, inovatif, dan berwawasan ke depan.

o Strategi Pelaksanaan :

 Membentuk tim penyusun KTSP.

 Menyerap aspirasi, informasi, dan kebutuhan semua pihak yang berkepentingan dengan pendidikan (stakeholder) sebagai bahan penyusunan kurikulum.

 Menyusun KTSP.

 Sosialisasi KTSP yang telah disusun kepada semua pihak yang berkepentingan dengan pendidikan di sekolah.

 Mengevaluasi dan menyempurnakan KTSP sesuai dengan masukan dan saran pada tahap sosialisasi kurikulum.

 Mengevaluasi dan menyempurnakan KTSP setiap tahun sekali sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan lingkungan.

(b) Pemantapan dan Peningkatan Ketertiban Administrasi

o Target : Terwujudnya Administrasi yang Tertib dan Teratur. o Sasaran : - Administrasi Pembelajaran

- Administrasi Ketatausahaan - Administrasi Kurikulum - Administrasi Kesiswaan - Administrasi Kehumasan

- Administrasi Sarana dan Prasarana - Administrasi Perpustakaan

- Administrasi Layanan Bimbingan Konseling o Dasar Pelaksanaan :

Untuk menyelenggarakan pendidikan yang teratur, tertib, transparan, dan mempunyai akuntabilitas yang tinggi, perlu didukung oleh sistem pengelolaan administrasi yang teratur, tertib, transparan, dan akuntabel juga. Sistem administrasi yang tertib dan teratur menunjukkan bahwa sekolah tersebut betul-betul dikelola dengan baik dan profesional.

o Strategi Pelaksanaan :

 Mengevaluasi sistem administrasi yang telah dilaksanakan untuk mencari kelemahan dan kelebihan yang terdapat dalam sistem administrasi tersebut.

 Mensosialisasikan urgensi sistem administrasi yang tertib dan tertib terhadap keberhasilan PBM.

 Memasyarakatkan budaya tertib administrasi kepada semua guru dan karyawan.

 Mengadakan supervisi administrasi secara rutin dan berkelanjutan.  Membuat sistem pengarsipan data yang tertib, teratur, dan aman.

B. Program yang Berkaitan dengan Aspek Proses

(11)

yang kondusif dan mampu membantu siswa belajar sehingga mencapai hasil belajar yang diharapkan.

1. Proses Pembelajaran

a. Peningkatan Efektivitas Pembelajaran

o Target : Terwujudnya Proses Pembelajaran yang Efektif. o Sasaran : Proses Pembelajaran

o Dasar Pelaksanaan :

Proses yang paling utama di sekolah adalah proses pembelajaran karena memang proses pembelajaran itulah tugas dan fungsi utama sekolah. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus diusahakan dapat berjalan dengan efektivitas tinggi. Pembelajaran dikatakan efektif apabila dapat mencapai hasil yang diharapkan. Hasil belajar tidak hanya berupa pencapaian nilai yang tinggi, tetapi yang lebih penting adalah penguasaan kecakapan hidup yang diperlukan siswa untuk hidup di masyarakat. Oleh karena itu, proses pembelajaran tidak boleh berhenti sampai pada penguasaan bahan ajar saja, tetapi harus mengupayakan agar bahan ajar itu terakumulasi mencapai suatu kecakapan hidup.

o Strategi Pelaksanaan :

 Mengupayakan agar proses pembelajaran dapat bermakna bagi siswa (meaningful).

 Mengupayakan agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan menyenangkan (joyful).

 Mengupayakan agar proses pembelajaran dapat mengembangkan potensi dan tipologi anak secara optimal.

 Menyediakan segala fasilitas dan kebutuhan bagi proses pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan.

2. Proses Pengelolaan Lingkungan Sekolah

a. Peningkatan Lingkungan Belajar yang Kondusif

o Target : Terwujudnya Lingkungan Belajar yang Kondusif. o Sasaran : Lingkungan Sekolah/Lingkungan Belajar

o Dasar Pelaksanaan :

Lingkungan belajar yang kondusif sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, sekolah harus mengusahakan agar dapat menyediakan lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan. Lingkungan yang dimaksud tidak hanya mancakup lingkungan fisik saja, tetapi juga lingkungan non-fisik, misalnya hubungan dan pergaulan antar-warga sekolah. Lingkungan non-fisik yang baik secra bertahap akan dapat menumbuhkan budaya mutu, yaitu situasi yang mendorong setiap orang menghargai dan mengupayakan peningkatan mutu.

o Strategi Pelaksanaan :

 Mengupayakan agar guru dan karyawan dapat menjadi contoh dalam belajar dan bekerja keras.

 Meningkatkan budaya membaca bagi warga sekolah.

 Mengoptimalkan majalah dinding sebagai wahana mengekspresikan hasil pemikiran dan perasaan bagi seluruh warga, termasuk guru dan karyawan sebagai contoh bagi siswa.

 Mengupayakan agar lingkungan sekolah tetap bersih, tertata rapi, sejuk, tenang, dan aman, nyaman, dan menyenangkan bagi proses pembelajaran.

(12)

o Target : Terjalinnya Hubungan yang Harmonis antara Sekolah dengan Lembaga atau Pihak Lain..

o Sasaran : - Sekolah lain yang sederajat maupun yang tidak sederajat

- Orang tua dan Masyarakat Umum - Perusahaan dan Lembaga Ekonomi Lain o Dasar Pelaksanaan :

Sebagian besar pembiayaan untuk operasionali sekolah swasta ditopang oleh orang tua siswa. Untuk itu, penting sekali untuk membina hubungan yang baik dan harmonis antara sekolah dan orang tua siswa. Disamping itu, sekolah perlu “menggandeng” perusahaan, badan-badan usaha milik pemerintah maupun swasta, dan lembaga perekonomian yang lain untuk mendukung pembiayaan operasionali sekolah secara insidental, misalnya dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan sekolah.

Lingkungan yang nyaman dan aman juga sangat dibutuhkan untuk melaksanakan PBM yang optimal. Untuk itu, perlu dilakukan kerja sama yang baik antara sekolah dengan masyarakat di sekitarnya, perlu diciptakan situasi saling menghormati dan menghargai antara sekolah dan masyarakat di sekitarnya maupun dengan sekolah-sekolah lain.

o Strategi Pelaksanaan :

 Mengadakan pertemuan dengan orang tua secara rutin dan berkelanjutan untuk menjalin hubungan yang baik dan harmonis.

 Menyampaikan informasi yang perlu diketahui oleh orang tua secara konsisten.

 Menginformasikan prestasi dan kemajuan sekolah kepada orang tua dan masyarakat umum.

 Menjalin kerja sama yang saling menguntungkan antara sekolah dengan perusahaan, badan usaha milik pemerintah maupun swasta, atau lembaga-lembaga perekonomian lainnya.

 Memberikan bantuan, sumbangan, dan tanda kasih sebagai bentuk perhatian sekolah kepada masyarakat di sekitar sekolah.

 Menjalin kerja sama yang baik antara sekolah dengan sekolah lain yang sederajat maupun yang tidak sederajat.

c. Peningkatan Hubungan Yang Harmonis Antar-Warga Sekolah

o Target : Terjalinnya Hubungan yang Harmonis dan Sinergis Antar-Warga Sekolah

o Sasaran : - Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru - Karyawan TU, Perpustakaan, Laboran/Teknisi,

Keamanan, dan Kebersihan - Yayasan Pendidikan Kesatrian 67 o Dasar Pelaksanaan :

Pelaksanaan PBM yang optimal juga membutuhkan suasana internal yang kondusif. Untuk itu, perlu diciptakan suatu hubungan yang harmonis dan sinergis di antara semua orang yang terlibat dalam proses pembelajaran di sekolah, yaitu Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru, dan Karyawan. Disamping itu, perlu juga dijalin hubungan yang harmonis antara sekolah dengan Yayasan Pendidikan Kesatrian 67 yang menaungi keberadaan sekolah tersebut.

o Strategi Pelaksanaan :

(13)

 Menciptakan situasi dan kondisi sekolah yang tertib, saling menghormati, dan menghargai.

 Memfasilitasi pertemuan antara sekolah dan yayasan.

3. Proses Pengelolaan Tenaga Kependidikan

a. Peningkatan Kemampuan dan Komitmen Tenaga Kependidikan

o Target : Terwujudnya Tenaga Kependidikan yang Berkompeten dan Komit terhadap Pendidikan. o Sasaran : Tenaga Kependidikan (Guru dan Karyawan) o Dasar Pelaksanaan :

Tenaga kependidikan, khususnya guru, merupakan kunci utama proses pendidikan. Apa pun kurikulum dan sarana yang dimiliki sekolah, pada akhirnya gurulah yang menggunakan dalam proses pendidikan. Oleh karena itu, guru dan tenaga kependidikan lainnya harus dikelola dengan baik. Proses pengelolaan itu mencakup dua hal, yaitu kemampuan dan komitmen kerja. Peningkatan kemampuan dapat dilaksanakan melalui berbagai macam pendidikan dan pelatihan. Sering terjadi peningkatan kemampuan guru itu tidak diimbangi dengan peningkatan komitmen kerja. Oleh karena itu, pengembangan komitmen kerja bagi guru dan tenaga kependidikan perlu diupayakan.

o Strategi Pelaksanaan :

 Memberikan kesempatan kepada para guru, tenaga TU, laboran/teknisi, perpustakaan untuk meningkatkan kualifikasi pendidikannya seperti yang diharapkan.

 Memberikan kesempatan dan dorongan kepada setiap guru, tenaga TU, laboran/teknisi, perpustakaan untuk mengikuti program pelatihan dan kursus yang sesuai untuk meningkatkan keterampilan melaksanakan tugasnya.

 Mengadakan pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru, tenaga TU, laboran/teknisi, perpustakaan dalam melaksanakan tugasnya.

 Mendorong dan memfasilitasi setiap guru agar mau membuat buku.  Mendorong dan memfasilitasi setiap guru agar mau mengikuti lomba

yang melibatkan guru.

 Meningkatkan ketertiban kehadiran guru, tenaga TU, laboran/teknisi, perpustakaan, ketertiban mengajar guru, dan ketertiban adminstrasi guru.

 Meningkatkan rasa memiliki (sense of belonging) pada setiap guru, tenaga TU, laboran/teknisi, perpustakaan, keamanan, maupun tenaga kebersihan terhadap semua fasilitas, sarana, dan prasarana sekolah.  Memberikan apresiasi dan penghargaan terhadap jasa dan kerja para

guru, tenaga TU, laboran/teknisi, perpustakaan, keamanan, dan tenaga kebersihan agar dapat meningkatkan loyalitas mereka.

5. Proses Pengelolaan Sarana Prasarana

a. Peningkatan Efisiensi dan Efektivitas Sarana Prasarana

o Target : Terwujudnya Penggunaan Sarana dan Prasarana secara Efektif dan Efisien.

o Sasaran : Sarana dan Prasarana Sekolah o Dasar Pelaksanaan :

(14)

penggunaan, dan perawatan. Ketiga hal tersebut, harus betul-betul dijadikan sebagai dasar pengelolaan sarana dan prasarana sekolah.

o Strategi Pelaksanaan :

 Mengadakan pemilihan dan seleksi kebutuhan sarana dan parsarana dengan hati-hati dan cermat agar penggunaannya dapat optimal.

 Mengupayakan agar semua sarana dan prasarana yang telah dimiliki oleh sekolah dapat digunakan secara optimal.

 Melakukan perawatan preventif terhadap semua sarana dan prasarana sekolah.

 Mengadakan perbaikan terhadap semua sarana dan prasarana yang masih layak digunakan.

C. Program yang Berkaitan dengan Aspek Output

Output sekolah pada umumnya dikaitkan dengan prestasi siswa karena memang tujuan pokok sekolah adalah mengembangkan potensi siswa sehingga terwujud dalam bentuk prestasi siswa. Prestasi tersebut dapat dipilah menjadi dua yaitu, prestasi akademik dan non-akademik.

1. Output Akademik

Output akademik bisanya dikaitkan dengan hal-hal yang berhubungan dengan penalaran, misalnya nilai ujian, lomba karya ilmiah, dan lomba-lomba sejenis, yang semua itu menunjukkan kemampuan berpikir seseorang. Namun, perlu disadari bahwa pada akhirnya kemampuan berpikir digunakan untuk memahami dan memecahkan problem kehidupan yang akan dihadapi. Oleh karena itu, pendidikan perlu mengembangkan kemampuan berpikir siswa yang tidak hanya sekedar untuk keperluan ujian, tetapi sampai pada pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.

Dalam makalah ini akan disampaikan beberapa program yang berkaitan dengan output akademik.

a. Peningkatan Prestasi Akademis

o Target : Meningkatnya Rata-rata Nilai UN Sebesar 0,1 dari Tahun Sebelumnya.

o Sasaran : Siswa

o Dasar Pelaksanaan :

Keberhasilan siswa dalam belajar sering diukur dari tinggi rendahnya prestasi akademis yang dicapai siswa tersebut. Untuk itu siswa perlu diberikan motivasi dan dikondisikan agar mereka dapat memaksimalkan potensi dan kemampuan yang ada pada dirinya. Program ini harus dapat mengakomodasi kebutuhan siswa yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata maupun yang mempunyai kemampuan di bawah rata-rata.

o Strategi Pelaksanaan :

 Menjaring siswa yang mempunyai prestasi akademis tinggi dari sekolah-sekolah pendaftar. Input siswa sangat berpengaruh terhadap kualitas lulusan yang dihasilkan oleh suatu sekolah. Untuk itu, sangat penting menjaring siswa-siswa yang bermutu untuk menghasilkan lulusan yang bermutu pula. Untuk menarik minat orang tua siswa yang berprestasi tersebut, sekolah perlu memberikan kompensasi tertentu, misalnya dengan membebaskan dari semua biaya sekolah atau memberikan keringanan biaya pendidikan kepada siswa yang mempunyai prestasi akademis tinggi (sesuai dengan kualifiksi yang ditetapkan Yayasan Pendidikan Kesatrian 67).

(15)

 Mengadakan program pelajaran tambahan tidak wajib bagi siswa kelas VII dan VIII dengan dukungan dari orang tua siswa. Program ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang mempunyai prestasi di atas rata-rata untuk memperoleh pengayaan, wawasan, serta pengetahuan secara maksimal. Disamping itu, program ini juga dapat dimanfaatkan oleh siswa yang kurang prestasinya untuk mengejar ketertinggalannya.

 Mengadakan program pelajaran tambahan wajib bagi siswa kelas IX dengan dukungan orang tua siswa agar mereka dapat belajar secara teratur, terarah, terbimbing, dan terprogram dengan baik sebagai antisipasi terhadap pelaksanaan UN.

 Memberikan program pelajaran tambahan khusus untuk siswa kelas IX yang mempunyai prestasi bagus dengan harapan mereka dapat memperoleh nilai maksimal (10) pada mata pelajaran yang diujikan secara nasional.

 Memberikan program pelajaran tambahan khusus untuk siswa kelas IX yang mempunyai prestasi sangat kurang dengan harapan mereka dapat mencapai standar kelulusan yang ditetapkan pemerintah.

2. Output Non-Akademik

Output non-akademik biasanya dikaitkan dengan prestasi atau hasil belajar berupa olah raga, kesenian, keagamaan, dan hal-hal lain yang terkait dengan keterampilan dan sikap. Dalam kehidupan sehari-hari, sering dijumpai adanya keluhan bahwa “orang pandai itu banyak, tetapi mencari orang jujur itu sulit”. Hal itu menunjukkan betapa pentingnya kemampuan non-akademik bagi anak untuk hidup di masyarakat. Perlu juga dipahami bahwa, sebetulnya kemampuan akademik dan non-akademik itu berkaitan erat satu sama lain.

Dalam makalah ini akan disampaikan beberapa program yang berkaitan dengan output non-akademik.

a. Peningkatan Prestasi Non-akademis

o Target : Meningkatnya Pprestasi Non-Akademis Minimal Satu Tingkat dari Tahun Lalu.

o Sasaran : Siswa

o Dasar Pelaksanaan :

Prestasi non-akademis menempati posisi yang strategis dalam rangka meningkatkan kredibilitas sekolah di mata masyarakat. Perlu disadari bahwa prestasi akademis sekolah-sekolah di lingkungan Yayasan Pendidikan Kesatrian 67 relatif masih perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, agar sekolah tersebut dikenal oleh masyarakat luas, prestasi non-akademis perlu ditingkatkan prestasinya. Prestasi yang dimaksud adalah prestasi yang diraih melalui kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler.

o Strategi Pelaksanaan :

 Mengadakan kegiatan ekstrakurikuler yang populer dan diminati masyarakat.

 Menyusun program kerja kegiatan ekstrakurikuler yang terautr, terencana, dan terprogram dengan baik.

 Melaksanakan latihan secara intensif dan teratur.

 Mengikuti kegiatan lomba yang diadakan oleh sekolah lain atau lembaga lain.

 Menjaring siswa yang berbakat di bidang olah raga dan seni dengan pemberian kompensasi-kompensasi tertentu dari sekolah dan Yayasan. b. Peningkatan Kedisplinan dan Kepribadian Siswa

(16)

o Sasaran : Siswa o Dasar Pelaksanaan :

Kedisiplinan dan kepribadian luhur sudah menjadi ciri khas bagi sekolah-sekolah di lingkungan Yayasan Pendidikan Kesatrian 67. Banyak orang tua siswa yang menyekolahkan anaknya karena mereka percaya bahwa sekolah tersebut dapat membentuk anak yang berdisiplin tinggi dan berkepribadian luhur. Untuk perlu, ciri khas tersebut perlu sekali senantiasa dijaga dan dingkatkan.

o Strategi Pelaksanaan :

 Memantau kedisiplinan siswa dari awal sampai akhir (mulai masuk halaman sekolah sampai keluar halaman sekolah).

 Memantau kedisiplinan siswa di lingkungan sekolah dengan radius 2 km dari sekolah.

 Menerapkan kedisiplinan secara ketat tanpa kekerasan.

 Membiasakan mengucapkan salam dan berjabat tangan kepada guru, karyawan, maupun tamu sekolah.

 Membiasakan penggunaan Bahasa Jawa halus untuk berkomunikasi dengan guru dan orang tua.

 Membiasakan siswa untuk menjaga kebersihan kelas dan lingkungan sekolah.

c. Peningkatan Kebugaran dan Cita Rasa Seni Siswa

o Target : Terwujudnya Siswa Yang Sehat dan Mempunyai Cita Rasa Seni Yang Tinggi

o Sasaran : Siswa

o Dasar Pelaksanaan :

Siswa yang sehat dan bugar akan membuat proses belajar mengajar dan semua kegiatan sekolah dapat berlangsung dengan menyenangkan. Emosi dan perasaan siswa perlu juga diasah agar mereka mempunyai kepekaan sosial dan apresiasi seni yang tinggi.

o Strategi Pelaksanaan :

 Mengadakan senam massal yang diikuti oleh guru, karyawan, dan semua siswa.

 Menyediakan fasilitas olahraga dan kesenian yang memadai bagi seluruh aktivitas keolahragaan dan kesenian.

d. Peningkatan Kecakapan Hidup dan Budaya Kompetisi Siswa

o Target : Terwujudnya Siswa Yang Cakap dan Kompetitif

o Sasaran : Siswa

o Dasar Pelaksanaan :

Tujuan umum dasar dan menengah adalah membekali siswa dengan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi merupakan prioritas utama bagi lulusan SMP maupun SMA. Namun, mengingat angka putus sekolah, terutama di tingkat SMP, masih cukup tinggi, maka perlu dipikirkan agar anak mempunyai kecakapan hidup yang dapat digunakan sebagai bekal untuk hidup di dalam masyarakat.

(17)

sangat pesat (Didi Teguh Chandra dalam Pelangi Pendidikan, 2006). Oleh karena itu, kecakapan hidup yang perlu dikuasai anak adalah kecakapan hidup yang berorientasi pada teknologi. Disamping itu, perlu juga diperhatikan aspek kemudahan aplikasi dan kebutuhan masyarakat sehingga kecakapan itu betul-betul dapat dirasakan manfaatnya oleh siswa.

o Strategi Pelaksanaan :

 Memberikan pelatihan teknik komputer kepada siswa.  Memberikan pelatihan teknik elektronika kepada siswa.

 Memberikan pelatihan teknik pertanian dan perkebunan, misalnya teknologi hidroponik, kepada siswa.

 Memberikan pelatihan keterampilan tata boga.

 Membekali siswa dengan teknologi sederhana yang dapat digunakan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya.

e. Peningkatan Keimanan dan Ketakwaan Siswa

o Target : Terwujudnya Siswa yang Beriman dan Takwa kepada Tuhannya

o Sasaran : Siswa

o Dasar Pelaksanaan :

Keimanan dan ketakwaan siswa kepada Tuhannya merupakan hal yang tidak bisa ditawar di era global ini. Di saat komunikasi dan pergaulan yang semakin bebas dan trasnparan ini, siswa perlu dibekali dengan iman dan takwa agar mereka senantiasa taat kepada Tuhannya, tidak tercerabut dari “akar” hakikat sebagai makhluk Tuhan. Disamping itu, dengan bekal iman dan takwa dapat dibentuk siswa yang santun, berkepribadian luhur, bertanggung jawab, dan taat kepada aturan yang berlaku. Dengan sikap yang demikian, diharapkan siswa dapat meraih prestasi akademis secara maksimal.

Ada pula sisi positif lain dari kondisi semacam itu. Melihat anak-anak yang santun, orang tua akan semakin percaya kepada sekolah di lingkungan Yayasan Pendidikan Kesatrian 67 karena orang tua menganggap bahwa sekolah tersebut dapat membentuk watak dan kepribadian yang baik sesuai dengan harapan orang tua dan masyarakat.

o Strategi Pelaksanaan :

 Membiasakan siswa untuk salat sunat dan wajib secara berjamaah di sekolah bagi siswa yang beragama Islam.

 Membiasakan mengucapkan salam sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing.

 Membiasakan untuk berdoa bersama sebelum memulai pelajaran dan sebelum pulang.

 Memberikan jam pelajaran tambahan agama untuk membekali siswa secara khusus tentang BTA dan doa-doa harian.

 Membiasakan siswa non-muslim untuk menerapkan ajaran agama masing-masing dalam kehidupan sehari-hari.

III. Penutup

Sekolah standar nasional (SSN) adalah sekolah yang telah memenuhi standar layanan pendidikan yang ditetapkan SMP atau paling tidak telah memenuhi sebagian besar standar layanan pada SPM dan diyakini dalam waktu dekat akan mencapai standar tersebut. Untuk SSN dapat dijadikan sebagai model atau tolok ukur untuk menyelenggarakan sekolah yang berkualitas atau sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan secara nasional.

(18)

harmonis antara semua pihak yang terlibat di dalam proses pendidikan di sekolah. Prestasi ini perlu dipublikasikan kepada masyarakat luas secara konsisten dan berkesinambungan sehingga masyarakat akan tahu dan percaya akan kualitas sekolah di lingkungan Yayasan Pendidikan Kesatrian 67.

Dengan demikian, masyarakat yang mengutamakan kualitas pendidikan bagi putera-puterinya akan dengan senang hati menyekolahkan anaknya di sekolah yang bernaung di bawah Yayasan Pendidikan kesatrian 67. Apabila sekolah tersebut sudah bisa menjadi pilihan pertama, maka bisa diharapkan sekolah-sekolah di bawah naungan Yayasan Pendidikan Kesatrian 67 akan menjadi sekolah yang berkualitas dan mandiri sehingga tetap lestari, sustainable, dan dapat dipercaya oleh masyarakat luas (credible).

DAFTAR PUSTAKA

Chandra, Didi Teguh. 2006.“Mungkinkah Melek Teknologi (Technology Literacy) Diperkenalkan sejak Dini?”. Pelangi Pendidikan IV. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.

Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Pedoman Pengembangan Sekolah Standar Nasional (SSN). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kerangka Dasar Kurikulum 2004. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Panduan Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Direktorat jenderal Manajemen pendidikan Dasar dan Menengah.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Petunjuk Pelaksanaan Pembuatan RPS. Jakarta: Kegiatan Pengembangan Sistem dan Pengendalian Program SMP.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Materi Sosialisasi dan Pelatihan Penyusunan KTSP. Jakarta: Pusat Informasi dan Humas Sekjen Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: kegiatan pengembangan Sistem dan Pengendalian Program SMP.

Pemerintah Propinsi Jawa Tengah. 2005. Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 3 Tahun 2005. Semarang.

Prajitno, Drs. Nurhamid H, M.Si. 2006. Bangtap KTSP SMP/MTs. Semarang: © eNHape.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian tersebut, kinerja dosen IAIN SAS Bangka Belitung dilihat dari indicator kompetensi dosen yang terdiri dari kompetensi professional, pedagogik,

kepada siswa tentang materi yang telah lalu. Cara guru menutup pelajaran dengan mengutarakan apa yang akan dipelajari pada minggu depan dan mengingatkan peralatan apa

Hal ini dapat juga kita lihat pada selisih perbedaan rerata dari keempat merk tersebut dimana selisih rerata induksi elektromagnetik antara merk Samsung dengan

Olahraga merupakan hal yang sangat dekat dengan manusia dengan manusia kapan dan dimana saja berada olahraga tidak dapat dipisahkan dari kegiatan rutin yang

Sistem sosial itu terdiri dari aktivitas manusia yang berinteraksi yang senantiasa merujuk pada pola-pola tertentu yang di dasarkan pada adat

ketorolac high risk (RR > 4). pylori infection as a risk factor of gastrointestinal bleeding in patients with NSAID therapy remains controversial. Most of the studies showed

Meskipun perjanjian pembebanan jaminan bisa dilakukan melalui beberapa bentuk, namun perlu diperhatikan terhadap jaminan-jaminan tertentu yang oleh undang-undang wajib

Tesis yang berjudul Determinan Kejadian Berat Badan Lebih Pada Remaja Di Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Kabupaten Sukoharjo ini adalah karya penelitian saya