• Tidak ada hasil yang ditemukan

10 pyndick monopoli monopsoni .doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "10 pyndick monopoli monopsoni .doc"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

MONOPOLI DAN MONOPSONI By: Pyndick

Monopoli dan monopsoni, adalah subyek dari pembahasan bagian ini, keduanya dikenal sebagai sesuatu yang berbalikan (berlawanan) dengan pasar persaingan sempurna. Monopoli adalah pasar dimana terdapat hanya satu penjual akan tetapi dengan banyak pembeli1. Monopsoni adalah kebalikannya, yaitu pasar dimana terhadap banyak penjual akan tetapi hanya satu pembeli. Monopoli dan monopsoni keduanya adalah terkait erat, sehingga hal inilah yang menjadi alasan keduanya dibahas dalam bagian ini.

Bagian pertama akan didiskusikan perilaku monopoli (perusahaan yang melakukan monopoli)2. Hal ini perlu diperhatikan karena monopolis adalah titik asal dari produk, di sisi lain hal ini akan menentukan kurva permintaan yang terjadi pasar. Kurva permintaan pasar ini berhubungan dengan tingkat harga, dimana tingkat harga tersebut ditentukan oleh monopolis dgn mengatur jumlah produk yang dijual. Ulasan selanjutnya akan dapat dicermati bagaimana monopolis dapat memiliki keuntungan untuk mengontrol harga pada tingkat harga yang lebih tinggi, bagaimana tingkat keuntungan maksimum yang akan diperoleh dan jumlah yang akan dijual, dimana hal ini berbeda dengan yang berlaku (terjadi) di pasar persaingan sempurna.

Umumnya, jumlah yang ditawarkan pelaku monopoli akan lebih sedikit dan harga harganya lebih tinggi daripada jumlah dan harga dalam pasar persaingan. Dalam hal ini masyarakat akan terbebani biaya karena lebih sedikit konsumen membeli produk tersebut dan bagi konsumen yang membeli harus membayar lebih tinggi. Hal inilah yang menjadi alasan hukum (undang-undang anti monopoli) menentang (melarang) perusahaan-perusahaan melakukan pratik-praktik monolopi di pasar3.

1Pasar monopoli (monopoly) adalah pasar dengan pengusaha tunggal, sehingga tidak dimungkinkan terjadinya substitusi yang sempurna terhadap komoditas yang ditawarkan oleh si pengusaha monopoli (monopolis).

2Di dalam hal ini yang perlu menjadi catatan penting adalah, perlu dibedakan akan antara pengusaha (monopolist) dengan penjual (seller). Bahwasanya pada pasar monopoli pengusahasanya adalah tunggal, akan tetapi penjualnya bisa banyak. Oleh karena itu monopolis tersebut tidak memiliki pesaing, dimana ia akan menetapkan kebijakan harga jual (price maker) komoditas yang dihasilkan, kuantitas produksi komoditas yang dihasilkan, serta kebijakan-kebijakan lainnya terkait dengan pasar.

3Secara umum perusahaa monopoli dikonotasikan menyandang predikat jelek, karena dikonotasikan dengan perolehan keuntungan yang melebihi normal, serta penawaran (supply) komoditas yang dihasilkan lebih sedikit dibandingkan dengan permintaan (demand) yang sebenarnya ada, walaupun di dalam praktiknya tidak selalu demikian.

(2)

Monopoli murni4 (pure monopoly) jarang terjadi, tetapi dalam banyak pasar hanya sedikit perusahaan bersaing satu sama lain. Interaksi perusahaan-perusahaan dalam pasar seperti itu dapat menjadi rumit dan sering melibatkan segi-segi permintaan strategi. Bagaimanapun perusahaan-perusahaan tersebut mungkin akan dapat memengaruhi harga dan mungkin yang menguntungkan adalah dengan menetapkan harga yang lebih tinggi daripada harga marjinal. Perusahaan-perusahaan ini memiliki kekuatan monopoli.

Monopsoni berbeda pembeli yang bersaing harga yang dibayar oleh pelaku monopsoni bergantung pada jumlah yang dibelinya. Masalah yang dihadapi para pelaku monopsoni adalah bagaimana menentukan jumlah yang tepat untuk memaksimalkan keuntungan bersih dari pembelian tersebut yaitu nilai yang diperolah dari barang dikurangi dengan uang yang dikeluarkan untuk membayar barang tersebut.

Monopsoni murni (pure monopsoni) juga hampir tidak biasa terjadi (ditemui), akan tetapi pada kenyataannya di sejumlah pasar dapat dijumpai sedikit (sejumlah) pembeli dimana mereka dapat membeli barang yang lebih rendah dari pada yang seharusnya dibayar di dalam pasar yang kompetitif. Sejumlah pembeli yang demikian ini disebut memiliki kekuatan monopsoni (monopsony power). Tipologinya, kondisi ini sering terjadi di pasar-pasar input produksi. Contohnya, General Motors, sebuah perusahaan mobil raksasa di USA, memiliki kekuatan monopoli pada pasar ban mobil, accu mobil, dan komponen perakitan lainnya. Pada ulasan selanjutnya akan mendiskusikan terminologi dari kekuatan monopsoni ini, ukuran-ukurannya, dan iplikasinya terhadap penetapan harga.

Kekuatan monopoli dan monopsoni adalah dua bentuk kekuatan pasar kemampuan dari penjual atau pembeli guna mempengaruhi harga barang di pasar. Oleh karena para penjual dan para pembeli setidaknya memiliki beberapa kekuatan pasar (sebagaimana kenyataan yang ada/terjadi di pasar dunia), maka diperlukan pemahaman bagaimana kekuatan pasar demikian bekerja dan bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi para produsen dan para konsumen.

(3)

10.1 Monopoli

Sebagai produsen tunggal suatu produk, pelaku monopoli berada dalam posisi unik. Apabila pelaku monopoli memutuskan untuk menaikkan harga produknya, ia tidak perlu kuatir mengenai pesaing yang mengenakan harga lebih rendah, akan merebut pangsa pasar yang lebih besar dengan biaya yang dibebankan pada pelaku monopoli tersebut. Pelaku monopoli adalah pasar dan secara keseluruhan mengendalikan jumlah output yang ditawarkan untuk dijual.

Akan tetapi hal ini bukan berarti perusahaan monopoli (monopolis) dapat membebankan (menetapkan) beberapa tingkat harga yang diinginkan atau paling tidak jika hal itu obyektif guna memaksimumkan keuntungan. Produk buku ini sebagai sebuah contoh kasus. Prentice Hall Inc, adalah pemagang hak cetak buku ini, dan selanjutnya memonopoli produk buku ini. Kemudian mengapa Prentice Hall Inc menetapkan harga jual buku ini sebesar US$ 500 per eksemplar (cat.: maksudnya adalah harganya tunggal dan mahal) ? Hal ini disengaja karena hanya sedikit orang yang akan membelinya, dan Prentice Hall Inc bermaksud dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar (berlebih).

Guna memaksimumkan keuntungan, monopolis harus terlebih dahulu menentukan biaya yang ditanggungnya dan karakteristik dari permintaan pasarnya. Pengetahuan (pencermatan) terkait dengan permintaan pasar dan biaya adalah krusial (penting) bagi keputusan secara ekonomi sebuah perusahaan (monopolis). Melalui pengetahuan tersebut, monopolis selanjutnya memutuskan berapa besar harus memproduksi dan menjualnya. Harga yang per unit dimana monopolis memiliki daftarnya selanjutnya mengikuti secara langsung membentuk kurva permintaan pasar. Setara dengan pengertian, bahwa monopolis dapat menentukan harga, dan jumlah yang akan dijual pada harga tersebut mengikuti bentuk kurva permintaan pasar.

Penerimaan Rata-Rata dan Penerimaan Marginal

Penerimaan rata-rata (avarege renenue) perusahaan monopoli (monopolis)----adalah harga yang diterima dari per unit penjualan----adalah dengan tepat terletak pada kurva permintaan pasar. Guna memilih keuntungan maksimum dari tingkat output yang dihasilkan, monopolis perlu selalu mengetahui penerimaan marginal-nya: tambahan penerimaan yang dihasilkan dari penembahan 1 (satu) unit output. Guna melihat keterkaitan hubungan antara penerimaan total, penerimaan rata-rata, dan penerimaan marginal, dapat diikuti keberadaan performen kurva permintaan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.

(4)

Tabel 10.1 penerimaan akan nol ketika harga $6: pada harga ini tidak ada yang terjual. Pada tingkat harga $5, satu unit terjual, sehingga penerimaan total dan juga penerimaan marginal adalah sebesar $5. Pada saat ada peningkatan jumlah yang terjual dari 1 unit ke 2 unit, penerimaan total meningkat dari $5 ke $8, penerimaan marginal pada saat ini adalah $5. Pada saat jumlah yang terjual meningkat dari 2 unit ke 3 unit, penerimaan marginal turun menjadi $1. Ketika jumlah yang terjual meningkat dari 3 unit ke 4 unit, penerimaan marginial menjadi negatif. Ketika penerimaan marginal bernilai positif, penerimaan (penerimaan total) meningkat seiring dengan peningkatan jumlah output yang terjual. Akan tetapi ketika penerimaan marginal bernilai negatif, penerimaan (penerimaan total) mengalami penurunan dengan semakin ditambahnya output yang terjual.

Apabila slop kurva permintaan mengarah ke bawah, harga (=penerimaan rata-rata) adalah ’lebih besar’ dari pada penerimaan marginal, karena seluruh unit output terjual pada tingkat harga yang sama. Jika penjualan ditingkatkan 1 unit, harga boleh jadi akan turun. Pada kasus ini, apabila seluruh unit terjual, tidak masuk akal apabila menambah unit output untuk dijual, dimana hal ini justru akan menurunkan penerimaan. Dapat dicatat sebagai contoh, apa yang terjadi pada Tabel 10.1 pada saat output yang terjual meningkat dari 1 unit ke 2 unit dan harga turun menjadi $4. Penerimaan marginal yang sebesar $3:$4 ((penerimaan dari penjualan ($8) dari penambahan unit output (2) = penerimaan rata-rata) adalah lebih rendah $1 (merupakan kerugian penerimaan dari penjualan dengan harga $5 per unit yang digantikan menjadi harga $4 per unit). Dengan demikian, penerimaan marginal ($3) adalah lebih rendah dari pada harga ($4).

(5)

Gambar 10.1 mengetengahkan plot penerimaan rata-rata dan penerimaan marginal dari data pada Tabel 10.1. Kurva permintaan membentuk garis lurus, dan di dalam kasus ini, kurva penerimaan marginal memiliki slop dua kali dari kurva permintaan (dengan intersep yang sama)5.

Keputusan Output Monopolis

Berapa jumlah output yang akan diproduksikan oleh perusahaan monopoli (monopolis). Pada bagian 8 sebelumnya telah diulas guna memaksimumkan kuntungan, sebuah perusahaan harus memformulasikan output pada tingkat dimana penerimaan marginal adalah sama dengan biaya marginal. Inilah yang menjadi masalah bagi monopolis. Pada Gambar 10.2, kurva permintaan pasar (D)

monopolis adalah kurva penerimaan rata-rata monopolis tersebut (AR). Hal ini

5Jika kurva permintaan ditulis dalam bentuk fungsi harga, dimana persamaannya adalah P = a –bQ. Total penerimaan adalah PQ = (a – bQ)Q, atau PQ = aQ – bQ2. Penerimaan marginal (menggunakan kalkulus) adalah d(pQ)/d(Q) = a – 2bQ. Pada contoh yang telah diulas sebelumnya P = 6 – Q dan penerimaan marginal adalah MR = 6 - 2Q. (Ini hanya sebagai gambaran untuk perubahan kecil di dalam Q dan oleh karena itu bukanlah bukan exacly matematika dari data Tabel 10.1).

5

Perimaan rata-rata dan penerimaan marginal yang keduannya dapat ditunjukkan oleh kurva perminaaan P = 6 – Q.

(6)

menunjukkan bahwa harga per unit yang diterima oleh monopolis sebagai (merupakan) fungsi dari tingkat output monopolis tersebut. Demikian juga tampak kurva penerimaan marginal dengan kurva biaya rata-rata dan kurva biaya marginal, AC dan MR, adalah berpaduan. Penerimaan marginal (AR) dan biaya marginal (MC) keduanya berpotongan (memiliki nilai sama) ketika jumlah output = Q*. Selanjutnya dengan mengikuti kurva permintaan, akan didapatkan tingkat harga P* yang bersesuaian dengan jumlah output Q* tersebut.

Dapat dipastikan bahwa pada saat Q* adalah jumlah output dimana dicapai keuntungan maksimum ? Diumpamakan monopolis berproduksi dalam jumlah Pada titik Q* adalah tingkat output dimana penerimaan marginal (MR) = biaya marginal (MC). Jika perusahaan memproduksi lebih kecil output, katakanlah pada tingkat Q1, hal ini akan mengorbankan sejumlah keuntungan. Oleh karena pada kenyatannya masih ada penerimaan ektra (extra revenue) yang bisa didapatkan dari tambahan setiap unit yang diproduksikan dan dijual, yaitu antara Q1 sampai dengan

Q*, walaupun biaya produksi per unitnya dari tambahan output tersebut lebih tinggi dari tambahan penerimaan yang didapatkan dari tiap unit output tersebut. Penambahan tingkat output dari Q* ke Q2 akan menurunkan keuntungan, karena tambahan biaya produksi lebih tinggi dari tambahan keuntungan yang didapatkan.

Gambar 10.2.

Keuntungan Akan Maksimum

(7)

yang lebih kecil dari Q1 dan pada saat ini tentunya akan mendapatkan harga yang tinggi P1. Pada Gambar 10.2 tampak penerimaan marginal (MR) melebihi biaya marginal (MC). Apabila monopolis memproduksi lebih kecil dari Q1, maka akan mendapatkan extra profit/keuntungan ektra (MR - MC) dan kemudian akan meningkatkan total keuntungannya. Di dalam fakta, monopolis dapat meningkatkan output-nya, terus-menerus menambahnya lebih banyak guna memperoleh keuntungan sampai dengan tingkat ouput-nya di titik Q*, dimana pada titik ini apabila terjadi tambahan 1 (satu) unit output maka tambahan keuntungan yang didapatkan sama dengan 0 (nol). Jika output lebih kecil dari Q1

keuntungan yang diperoleh tidak maksimum, oleh karenanya monopolis akan mengatasinya dengan mengenakan harga sangat tinggi. Apabila monopolis memproduksi pada titik Q1 untuk menggantikan produksi pada titik Q* (semula), pada kondisi demikian akan didapatkan total keuntungan lebih kecil, dimana jumlah penurunannya equivalen dengan bidang (kerucut) yang dibentuk oleh kurva penerimaan marginal (MR) yang bergerak ke bawah dan kurva biaya marginal (MC) yang bergerak ke atas.

Gambar 10.2 menunjukkan bahwa ketika monopolis berproduksi lebih besar dari titik Q2 juga tidak akan mendapatkan profit maksimum. Pada saat ini biaya marginal (MC) melebihi penerimaan marginal (MR). Jika monopolis memproduksi lebih kecil dari titik Q2, hal ini akan dapat meningkatkan total keuntungan (oleh MC - MR). Keadaan ini disebut upaya meningkatkan keuntungan dengan cara mengurangi (menurunkan) output, sampai dengan ouput sebesar Q*. Meningkatnya keuntungan dengan cara menggantikan tingkat produksi sebesar Q* dari sebelumnya sebesar Q2 adalah sebesar bidang (kerucut) yang dibentuk oleh kurva MR yang bergerak turun ke bawah dan kurva MC yang bergerak naik ke atas.

Secara aljabarnya, bahwa ketika Q* mencapai adalah keuntungan maksimum didapatkan. Keuntungan π adalah berbeda dengan penerimaan dan biaya, dimana keduanya (penerimaan dan biaya) tergantung pada Q:

π(Q) = R(Q) – C(Q)

Apabila Q meningkat mulai dari titik nol, keuntungan akan meningkat sampai keuntungan tersebut mencapai maksimum dan selanjutnya keuntungan mulai menurun. Kemudian upaya memaksimumkan keuntungan adalah dengan menambah/meningkatkan Q sedikit demi sedikit sampai dengan ratio perbadingan pertambahan keuntungan terhadap pertambahan Q mendekati nol (i.e., ∆π/∆Q = 0). Selanjutnya;

(8)

∆π/∆Q = ∆R/∆Q - ∆C/∆Q = 0

Dengan demikian ∆R/∆Q adalah penerimaan marginal dan ∆C/∆Q

adalah biaya marginal. Selanjutnya kondisi keuntungan maksimum dapat diraih atau dapat dicapai pada saat MR – MC = O, atau MR = MC.

Contoh:

Dimisalkan biaya produksi adalah:

C(Q) = 50 + Q2

Persamaan tersebut menunjukkan pengertian besarnya biaya tetap adalah $50 dan besarnya biaya variabel adalah Q2. Diumpamakan persamaan permintaan yang dimiliki adalah:

P(Q) = 40 – Q

(9)

Gambar 10.3(a) menunjukkan plot biaya, penerimaan, dan keuntungan. Ketika suatu perusahaan memproduksi sedikit output atau tidak memproduksi output, keuntungan adalah negatif, karena adanya biaya tetap yang dikeluarkan. Keuntungan akan meningkat dengan meningkatnya Q, terus menerus sampai dengan keuntungan maksimum tercapai yaitu $ 150, dimana pada saat keuntungan maksimum tercapai ini jumlah Q* = 10 unit. Apabila ada penambahan Q setelah tercapainya keuntungan maksimum tersebut, justru akan menurunkan keuntungan yang dicapai. Pada titik dimana keuntungan maksimum tercapai, slop dari kurva penerimaan dengan kurva biaya adalah ’sama’ (cat.: tangen pada garis rr’ dan cc’ keduanya pararel). Slop dari kurva penerimaan adalah ∆R/∆Q atau sebesar penerimaan marginal,dan slop dari kurva biaya adalah ∆C/∆Q atau sebesar biaya marginal. Oleh karena pada saat tercapai keuntungan maksimum penerimaan marginal ’sama dengan’ biaya marginal, maka kedua slop adalah ’sama’.

Gambar 10.3(b) menunjukan hubungan antara kurva penerimaan rata-rata dengan kurva penerimaan marginal serta kurva biaya rata-rata dan kurva biaya marginal. Penerimaan marginal dengan biaya marginal berpotongan pada Q* = 10. Pada saat ini biaya rata-rata adalah $15 per unit dan harga adalah $ 30 per unit. Dengan demikian keuntungan rata-rata adalah $ 30 - $ 15 = $ 15 per unit. Oleh karena terjual 10 unit, maka keuntungan yang didapatkan sebesar (10)($ 15) = $ 150, ditunjukkan oleh area segi empat.

9 Gambar 10.3

Contoh Kasus Kondisi Tercapainya Keuntungan Maksimum

(10)
(11)

Telah diketahui (dari uraian sebelumnya) bahwa harga (P) dan output (Q) akan mengalami perubahan apabila penerimaan marginal (MR) ’sama dengan’ biaya marginal (MC), akan tetapi bagaimanakah menejer perusahaan dapat memperkirakan harga (P) dan tingkat output (Q) di dalam praktiknya? Kebanyakan menejer memiliki pengetahuan yang terbatas tetang kurva penerimaan rata-rata (kurva-AR) dan kurva penerimaan marginal (kurva-MR) yang ada di perusahaannya. Berkaitan dengan hal ini, mereka dapat (boleh) menggunakan pengetahuannya tentang biaya marginal (MC) yang dimiliki oleh perusahaan guna menghitung batas tingkat ouput tersebut (tingkat output pada saat keuntungan maksimum). Selanjutnya terminologi tersebut dipergunakan memperkirakan suatu kondisi dimana penerimaan marginal (MR) ’sama dengan’ biaya marginal (MC) sebagai dasar aturan (ketetapan) yang dapat dipergunakan secara mudah di dalam praktiknya.

Penerimaan ekstra (extra revenue) berasal dari peningkatan setiap unit dari kuantitas output, ∆(PQ)/∆Q, memiliki 2 (dua) komponen (muatan):

(1) Memproduksi 1 (satu) ekstra unit dan menjualnya pada harga P memberikan di dalam penerimaan sebesar (1)(P) = P.

(2) Akan tetapi oleh karena perusahaan memiliki slop kurva permintaan yang mengarah ke bawah, produksi dan penjualan ekstra unit juga menghasilkan harga yang menurun sedikit demi sedikit, ∆P/∆Q, dimana hal ini akan menurunkan penerimaan dari semua unit yang terjual (i.e, terjadi perubahan dalam penerimaan Q(∆P/∆Q)).

Selanjutnya;

∆P Q ∆P

MR = P + Q = P + P

∆Q P ∆Q

Diperoleh suatu kebenaran di sisi kanan persamaan dengan meletakkan terminologi Q(∆P/∆Q) dimana pembilang dan penyebutnya sama-sama dikalikan dengan P. Apabila diingat-ingat tentang definsi elastisitas permintaan (Ed) adalah

Ed = (P/Q) (∆Q/∆P). Selanjutnya (terkait dengan hal ini) pada dasarnya

(12)

(Q/P) (∆Q/∆P) tersebut ’merupakan kebalikan’ dari terminologi elastisitas permintaan, yaitu 1/Ed, dimana terminologi ini dipergunakan pada perhitungan tingkat output pada keuntungan maksimum:

MR = P + P(1/Ed)

Dengan demikian perusahaan secara obyektif akan memaksimumkan keuntungan, dapat ditetapkan terminologi penerimaan marginal (MR) ’sama dengan’ biaya marginal (MC);

P + P (1/Ed) = MC

Berdasarkan rumusan ini, akan dapat disusun rumusan sebagai berikut;

Hubungan yang didapatkan ini sebagai dasar aturan penatapan harga (cat.: penetapan harga oleh perusahaan monopolis yang dapat dipandang dalam batas-batas yang wajar atau seharusnya). Di sebelah kiri tanda sama dengan,

(P – MC)/P, adalah besarnya nilai ’markup’ harga (kenaikan harga) yang diberlakukan diatas biaya marginal (MC). Hubungan tersebut menyatakan bahwa besarnya ’markup’ tersebut nilainya sama dan berbanding terbalik dengan nilai elastisitas permintaan.. (di sini besarnya ’markup’ harga adalah bernilai positif dan nilai elatisitas permintaan adalah negatif). Ekuivalen dengan hal tersebut, dapat dirumuskan persamaan yang mengekspresikan kenaikan harga (P) yang di-markup melebihi biaya marginal (MC):

Sebagai contoh, jika elastisitas permintaan (Ed) diketahui = -4 dan biaya marginal (MC) sebesar $9 per unit, harga (P) yang seharusnya dikenakan (dalam batas-batas wajar atau seharusnya) adalah sebesar $9/(1 – ¼) = $9/0.75 = $12 per

P - MC 1

= - ... (10.1) P Ed

MC

(13)

unit---(cat.: atau dapat dikatakan harga yang dikenakan lebih tinggi 25% dari nilai biaya marginalnya)

Pergeseran Permintaan

Pada pasar yang kompetitif, terjadi hubungan yang clear antara harga dan jumlah penawaran. Hubungan tersebut dapat dilicermati pada Chapter 8 sebelumnya, merepresentasikan biaya marginal produksi untuk industri sebagai sesuatu yang utuh (kompak). Kurva penawaran menyatakan berapa akan diproduksi pada setiap tingkatan harga.

Pasar monopoli tidak memiliki kurva penawaran yang demikian. Dengan kalimat lain dapat dikatakan, hubungan yang terjadi antara harga dan jumlah yang diproduksi tidaklah ’one by one’ (tidak utuh/tidak kompak). Alasannya keputusan jumlah output perusahaan monopoli (monopolis) tergantung tidak hanya pada biaya marginal (MC) akan tetapi juga pada bentuk dari kurva permintaannya. Sebagai hasilnya, pergeseran (shift) di dalam kurva permintaan terjadi dengan tidak mengkuti jejak serial harga dan jumlah output dimana sebagaimana sesuai dengan yang terjadi pada kurva penawaran yang kompetitif. Sebagai gantinya, shift di dalam kurva permintaan dapat mempengaruhi perubahan harga dengan tanpa ada perubahan dalam output, atau mempengaruhi perubahan output yang terjadi dengan tanpa ada perubahan harga, atau perubahan terjadi pada kedua-duanya.

Prinsip yang demikian ini sebagaimana dapat dicermati pada Gambar 10.4(a) dan 10.4(b). Di dalam kedua bagian dari gambar, kurva permintaan diinisialkan D1, bersesuaian dengan kurva penerimaan marginal yaitu MR1, serta initial harga dan kuantitas monopolis adalah P1 dan Q1. Di dalam Gambar 10.4(a), kurva permintaan bergeser ke bawah dan berotasi (berputar). Kurva permintaan dan kurva penerimaan baru yang terbentuk adalah D2 dan MR2.

13 Gambar 10.4 Pergeseran dalam Permintaan

Pergeseran kurva permintaan menampakkan bahwa suatu pasar monopoli tidak memiliki kurva penawaran---i.e, dimana di sini tidak ada hubungan ’one by one’ antara harga (P) dengan kuantitas (Q) yang diproduksi. Pada bagian (a), kurva permintaan D1 bergeser menjadi kurva permintaan baru D2. Akan tetapi kurva penerimaan marginal yang baru MR2 memotong kurva biaya marginal (MC) ’pada titik yang sama’ saat marginal penerimaan yang sebelumnya MR1 memotong kurva biaya marginal (MC). Output pada saat keuntungan maksimum adalah tidak berubah (tetap seperti semula), walaupun harga turun dari P1 ke P2. Pada bagian (b), kurva penerimaan marginal yang baru MR2 memotong kurva biaya marginal (MC) pada tingkat output yang lebih tinggi, yaitu Q

2. Akan tetapi permintaan yang terjadi lebih elastis, harga

(14)

Dapat dicatat bahwa MR2 memotong kurva biaya marginal (MC) pada ’titik yang sama’ dengan kurva MR1 saat memotong kurva biaya marginal (MC) tersebut. Sebagai hasilnya, jumlah yang diproduksikan tetap sama. Akan tetapi harga (P), turun menjadi P2.

(15)

Shift kurva permintaan biasanya (pada umumnya) menyebabkan adanya perubahan harga dan quantitas. Akan tetapi pada kasus spesial sebagai tampak dalam Gambar 10.4 diilustrasikan sebagai perbedaan penting antara penawaran pada monopoli dengan penawaran pada persaingan (persaingan sempurna). Suatu industri (perusahaan) yang kompetitif akan menawarkan kuantitas yang spesifik (tertentu pasti) pada setiap tingkatan harga. Tidak seperti hubungan untuk monopoli, dimana tergantung pada bagaimana permintaan bergeser, boleh jadi menyebabkan sejumlah perbedaan kuantitas pada tingkat harga yang sama, atau kuantitas yang sama dengan harga yang berbeda.

Pengaruh Pajak

Pengenaan pajak pada output dapat juga memiliki dampak yang berbeda pada perusahaan monopoli (monopolis) apabila dibandingkan dengan industri yang kompetitif. Pada Chapter 9, dapat dilihat ketika suatu pajak spesifik (i.e., per unit) dikenakan pada industri yang kompetitif, harga pasar akan naik, dimana penambahan tingkat kenaikan harga tersebut ’lebih kecil’ dibandingkan dengan besarnya tingkat pajak yang dibebankan tersebut, dan pembebanan pajak tersebut dibagi (di-share) kepada produsen dan koneumen. Dibawah kendali monopoli, bagaimanapun, harga dapat sewaktu-waktu meningkat dengan penambahan tingkat kenaikan harga ’lebih besar’ dari tingkat nilai beban pajak yang dikenakan. Menganalisis dampak pengenaan pajak pada perusahaan monopoli (monopolis) adalah secara langsung. Misalnya pengenaan suatu pajak spesifik yaitu t dollar per unit diberlakukan, maka monopilis akan memberikan t dollar per unit tersebut kepada pemerintah dari setiap unit yang terjual. Selanjutnya, biaya marginal (dan biaya rata-rata) akan ditingkatkan sebesar jumlah pajak yang dikenakan tersebut.

Jika biaya marginal (MC) monopolis adalah biaya marginal yang sebenarnya, hal tersebut akan menjadikan keputusan produksi optimal sekarang menjadi:

MR = MC + t

Secara grafik, kurva biaya marginal (MC) bergeser (shift) ke atas sebesar jumlah t yang dikenakan, dan mendapatkan titik perpotongan baru dengan kurva penerimaan marginal (MR). Gambar 10.5 mengilustrasikan hal ini. Di sini P0 dan

Q0 adalah kuantitas dan harga sebelum pajak dikenakan, dan Q1 dan P1 adalah kuantitas dan harga setelah pajak dikenakan.

(16)

Pergeseran kurva biaya marginal (MC) ke atas menghasilkan kuantitas yang berkurang (lebih sedikit) dan harga yang lebih tinggi. Suatu saat harga tingkat tambahan peningkatan harga lebih rendah dari tingkat nilai pajak yang dikenakan, akan tetapi tidak selalu demikian ---- pada Gambar 10.5, tambahan peningkatan harga lebih besar dari tingkat nilai pajak yang dikenakan. Kondisi yang demikian ini tidak mungkin ada (berlangsung) di dalam pasar yang kompetitif, akan tetapi hal ini dapat terjadi pada monopoli karena hubungan harga (P) dan biaya marginal (MC) tergantung pada elastisitas kurva permintaan (Ed). Diumpamakan sebagai contoh, suatu monopolis memiliki bentuk kurva permintaan yang konstan, yaitu nilai elastisitasnya -2, dan memiliki biaya marginal (MC) yang konstan. Persamaan (10.2) sebelumnya menyatakan bahwa harga (P) akan sama dengan 2 (dua) kali biaya marginalnya (MC). Dengan pajak sebesar t, biaya marginal akan meningkat menjadi MC + t, demikian pula harga meningkat menjadi 2(MC + t) = 2MC + 2t; dimana hal ini meningkatkan 2 (dua)

Gambar 10.5 Dampak dari Peningakatan Pajak pada Monopolis

(17)

kali nilai pajak yang dikenakan (namun bagaimanapun, keuntungan monopolis akan turun dengan adanya pengenaan pajak).

Perusahaan dengan Banyak Pabrik

Perusahaan monopoli (monopolis) akan memaksimumkan keuntungan melalui penentuan output pada tingkat dimana penerimaan marginal (MR) ’sama dengan’ biaya marginal (MC). Pada beberapa perusahaan, tataran produksi diletakkan di dalam 2 (dua) atau lebih pabrik (kegiatan produksi) yang berbeda, dimana biaya operasionalnya juga akan dapat berbeda. Bagaimanapun, logika akan dipergunakan untuk memilih tingkat output yang serupa (yang dapat memberikan keuntungan maksimum) apabila diperbandingkan dengan jika perusahaan hanya mengoperasikan satu pabrik.

Umpamanya suatu perusahaan memiliki 2 (dua) pabrik. Apa yang sebaiknya dilakukan terhadap total output, dan berapa banyak output akan diproduksikan pada tiap pabrik tersebut? Akan bisa didapatkan jawabannya secara intutif dalam 2 (dua) tahap.

Tahap-1. Apapun total output, akan dibagi diantara 2 (dua) pabrik sehingga biaya marginal (MC) adalah sama pada setiap pabrik. Apabila tidak, perusahaan dapat menurunkan biaya dan meningkatkan keuntungan dengan cara merelokasi produksinya. Sebagi contoh, apabila biaya marginal (MC) pada pabrik-1 adalah lebih besar dari pada biaya marginal pada pabrik-2, perusahaan dapat memproduksi output yang sama dengan total biaya yang lebih rendah dengan cara memproduksi lebih sedikit pada pabrik-1 dan lebih banyak pada pabrik-2.

Tahap-2. Dapat diketahui bahwa total output (dimana tercapai keuntungan maksimum) harus pada kondisi dimana penerimaan marginal (MR) ’sama dengan’ biaya marginal (MC). Akan tetapi, perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya dengan cara meningkatkan atau menurunkan total output. Sebagai suatu contoh, dimisalkan biaya marginal (MC) adalah sama besarnya pada pabrik-1 dan pabrik-2, akan tetapi pada kedua pabrik tersebut penerimaan marginal (MR) ’lebih besar’ dari biaya marginalnya. Pada kasus demikian ini, perusahaan akan memproduksi lebih banyak baik pada pabrik-1 maupun pabrik-2, karena penerimaan akan didapatkan dari panambahan tiap unit output. Ketika biaya marginal sama pada masing-masing pabrik, dan penerimaan marginal sama denga marginal biaya marginal, dimana akan didapatkan keuntungan maksimum, ketika penerimaan marginal ’sama dengan’ biaya marginal pada tiap pabrik.

(18)

Kondisi tersebut juga dapat diturunkan dalam bentuk aljabar. Diketahui Q1 dan C1 adalah output dan biaya produksi dari pabrik-1 (kegiatan produksi-1), Q2 dan C2 adalah output dan biaya produksi untuk pabrik-2, dan Qr = Q1 + Q2 menjukkan total output perusahaan. Sehingga keuntungan adalah:

π = PQr - C1(Q1) -C2(Q2)

Perusahaan akan meningkatkan output dari tiap pabrik sampai tambahan keuntungan dari penambahan setiap unit produksi adalah sama dengan 0 (nol). Dimulai dengan penentuan tambahan keuntungan dari penambahan output pada pabrik-1 sampai tambahan unit terakhir output tersebut menghasilkan keuntungan sama dengan 0 (nol).

∆π ∆(PQr) ∆C1

= - = 0 ∆Q1 ∆Q1 ∆Q1

Di sini ∆(PQr)/∆Q1 adalah penerimaan dari produksi dan penjualan lebih dari satu unit, i.e. penerimaan marginal, MR, untuk semua output perusahaan. Terminologi selanjutnya, ∆C1/∆Q1, biaya marginal pada pabrik-1, MC1. Selanjutnya;

MR – MC1 = 0,

atau;

MR = MC1

Dengan cara yang sama, penentuan tambahan keuntungan dari penambahan output pada pabrik-2 sampai tambahan unit terakhir output tersebut menghasilkan keuntungan sama dengan 0 (nol);

MR = MC2

Dengan cara menghubungkan keduanya, dapat dicermati perusahaan akan berproduksi pada;

Gambar 10.6 mengilustrasikan suatu prinsip perusahaan dengan 2 pabrik (atau 2 kegiatan produksi). MC1 dan MC2 adalah kurva biaya marginal dari kedua

(19)

pabrik tersebut. (Perlu dicatat bahwa pabrik-1 memiliki biaya marginal lebih tinggi dari pada pabrik-2). Juga dapat dilihat ada sebuah kurva dengan label MCT. Ini adalah total biaya marginal perusahaan dan hal ini diperoleh dengan penjumlah secara horizontal MC1 dan MC2. Sekarang kita dapat menemukan cara memaksimumkan keuntungan dari tingkat output Q1, Q2, dan Q2. Pertama, ditemukan titik perpotongan dari MCT dengan MR; titik ini menunjuk pada output total, Qr. Selanjutnya, garis horizontal dari titik yang ada pada kurva penerimaan marginal ke arah vertikal aksis, adalah titik MR* yang merupakan penerimaan marginal perusahaan. Perpotongan antara garis penerimaan marginal perusahaan dengan MC1 dan MC2 akan memberikan output Q1 dan Q2, untuk 2 pabrik, sebagaimana diterminologikan pada persamaan (10.3).

Total output Qr ditentukan oleh penerimaan marginal perusahaan (dan harga adalah P*). Q1 dan Q2, bagaimanapun, menentukan biaya marginal pasa setiap pabrik. Oleh karenanya MCT ditentukan oleh penjumlahan secara horizontal MC1 dan MC2, dimana dapat diketahui bahwa Q1 + Q2 = Qr. Kemudian tingkat output akan dapat mencukupi kondisi dimana

MR = MC1 = MC2.

10.2 Kekuatan Monopoli

19 Gambar 10.6 Produksi dengan Dua Pabrik

Sebuah perusahaan dengan dua pabrik (kegiatan produksi) memaksimumkan keuntungan dengan memilih tingkat output Q1 dan Q2 so dimana penerimaan marginal MR (yang tergantung pada total output) ’sama dengan’ biaya marginal setiap pabrik, MC

(20)

Monopoli murni jarang dijumpai. Pada umumnya di pasar tetap ada beberapa perusahaan yang bersaing dengan lainnya. Terkait tentang bentuk-bentuk kompetisi yang terjadi di pasar sebagaimana hal tersebut, akan diulas pada Chapter 12 dan Chapter 13. Akan tetapi pada bagian ini (Cahpter 10), akan dijelaskan pada Chapter 10 ini mengapa setiap perusahaan yang ada di pasar dengan sejumlah perusahaan sepertinya memiliki bentuk slop kurva permintaan yang miring ke bawah, dan, sebagai hasilnya, harga produk melebihi biaya marginal.

Sebagai contoh, terdapat 4 (empat) buah perusahaan yang memproduksi sikat gigi, dimana memiliki kurva permintaan pasar sebagaimana tampak pada Gambar 10.7(a). Diasumsikan ke-empat perusahaan tersebut memproduksi sejumlah 20.000 sikat gigi per hari (5000 sikat gigi per perusahaan) dan menjualnya pada harga $ 1.50 per unit. Sebagai catatan, permintaan pasar relatif elastis, selanjutnya dapat diverifikasi bahwa pada harga sikat gigi tersebut sebesar $ 1.50 per unit, maka nilai elastisitas permintaan akan sebesar -1,5.

Dimisalkan perusahaan-A memutuskan menurunkan harga guna meningkatkan penjualannya, apa yang akan terjadi? Guna menjawab hal ini

Gambar 10.7 Permintaan Sikat Gigi

(21)

diperlukan perncermatan bagaimana penjualan (jumlah yang dijual) akan mempengaruhi perubahan pada harga. Dengan kata lain dapat dikatakan, perlu diperhatikan bentuk kurva permintaannya (kurva permintaan individual perusahaan-A), dibandingkan dengan kurva permintaan pasar sikat gigi. Suatu ganbaran tentang kemungkinan ini dapat diicermati pada Gambar 10.7(b), dimana kurva permintaan (indivual) DA lebih elastis dari pada kurva permintaan pasarnya. (Pada tingkat harga $ 1.50 nilai elastisitasnya adalah -6). Perusahaan (perusahaan-A) memprediksikan apabila harga ditingkatkan dari $ 1.50 menjadi $ 1.60, maka penjualan akan turun ---- dari 5.000 menjadi 3.000 unit sikat gigi ---- karena konsumen akan lebih banyak membeli sikat gigi dari perusahaan lain. (Apabila semua perusahaan meningkatkan harga dari $ 1.50 menjadi $ 1.60, penjualan dari perusahaan-A akan turun menjadi 4.500). Sebagai pertimbangannya (apabila

Pertama, oleh karena sikat gigi yang diproduksikan oleh perusahaan-A berbeda (lebih memiliki kekhas-an) dari pada yang diproduksikan oleh kompetitornya, tetap banyak konsumen lebih tertarik untuk membelinya. Kedua, apabila perusahaan lain meningkatkan harga produknya, maka perusahaan-A akan mengantisipasi dengan cara menurunkan harga produknya dari $1.50 menjadi $ 1.40, dimana perusahaan-A tersebut akan dapat lebih banyak menjual sikat gigit, mencapai 7.000 sikat gigi, meningkat dari 5.000 sebelumnya. Akan tetapi bagaimanapun hal ini juga tidak akan dapat menangkap keseluruhan pangsa pasar. Sejumlah konsumen tetap akan memilih sikat gigi yang diproduksikan oleh perusahaan kompetitor, dan terutama kompetitor tersebut akan menjual produknya dengan harga yang lebih rendah.

Kurva permintaan perusahaan-A tergantung tergantung pada 2 (dua) hal, yaitu: pada sejauh mana perbedaa produk sikat giginya dengan produk sikat gigi kompetitornya dan pada sejauh mana keempat perusahaan sikat gigi tersebut saling berkompetisi. Diskusi terkait dengan perbedaan produk (product defferentiation) dan persaingan antar perusahaan ini akan dibahas pada Chapter 12 dan Chapter 19 selanjutnya. Akan tetapi sebagai poin penting di sini adalah: Perusahaan-A memiliki bentuk kurva permintaan (kurva permintaan individual) yang lebih elastis dari pada kurva permintaan pasarnya, akan tetapi tidak seelastis bentuk kurva permintaan perusahaan yang berada di dalam pasar pesaingan sempurna.

(22)

Dengan mengetahui kurva permintaan, berapa banyak perusahaan-A akan memproduksi sikat gigi tersebut ? Dengan melalui prinsip yang sama: jumlah produksi pada saat keuntungan maksimun tercapai apabila penerimaan marginal (MR) sama dengan biaya marginal (MC). Pada Gambar 10.7(b), jumlah produksi pada saat keuntungan maksimum tersebut tercapai adalah 5.000 unit sikat gigi. Harga (P) yang berlaku adalah $ 1.50, dimana hal ini lebih besar dari biaya marginalnya (MC). Di sini dapat dilihat bahwa perusahaan-A bukanlah perusahaan monopoli murni, akan dia hanya memiliki kekuatan monopoli----hal ini sangat menguntungkan mengingat harga yang berlaku lebih tinggi dari pada biaya marginal yang harus dikeluarkan. Oleh sebab itu, kekuatan monopoli lebih rendah dibandingkan jika perusahaan digerakkan oleh kompetisi dan monopoli yang substansial.

Di sini dapat diajukan 2 (dua) pertanyaan:

(1) Bagaimana kita dapat mengukur kekuatan monopoli suatu perusahaan yang keberadaannya berkompetisi dengan perusahaan lain? (Sejauh ini kita telah membicarakan terkait kekuatan monopoli hanya pada batas terminologi kualitatif).

(2) Apa saja yang menjadi sumber kekuatan monopoli, dan mengapa hal ini membuat semua perusahaan ingin memiliki kekuatan monopoli tersebut dihadapan perusahaan lainnya ?

Kedua pertanyaaan ini akan dijawab pada penjelasan selanjutnya, kemudian untuk jawaban pertanyaan kedua akan lebih dapat dijawab dengan lengkap pada Chapter 12 dan Chapter 13 selanjutnya.

Mengukur Kekuatan Monopoli

(23)

1934, selanjutnya disebut dengan index Lenner. Secara matematik dapat dirumuskan sebagai berikut:

L = (P – MC)/P

Indeks Lenner selalu memiliki nilai antara 0 (nol) sampai dengan 1 (satu). Untuk perusahaan persaingan sempurna, P = MC, sehingga nilai L = 0. Oleh permintaan perusahaan (elastisitas dari kurva permintaan perusahaan secara individual) dan bukanlah elastisitas kurva permintaan pasar. Pada contoh kasus perusahaan sikat gigi sebagaimana telah dibahas sebelumnya, elastisitas permintaan perusahaan (perusahaan-A) adalah -6,0, dan derajad kekuatan monopoli adalah 1/6 = 0,167.

Sebagai catatan, bahwa kekuatan monopoli tidak berimplikasi kepada besarnya keuntungan (besarnya perolehan keuntungan). Keuntungan tergantung pada biaya rata-rata relatif terhadap harga. Perusahaan-A memiliki lebih besar kekuatan monopoli dibanding dengan perusahaan-B akan tetapi bisa jadi memiliki keuntungan lebih rendah oleh karena memiliki biaya rata-rata lebih tinggi.

Suatu Aturan Penetapan Harga

Pada sesi sebelumnya, kita menggunakan persamaan (10.2) untuk menghitung harga sebagai bentuk sederhana markup diatas biaya marginal:

MC

P = 1 + (1/Ed)

Bentuk hubungan yang didapatkan ini adalah suatu aturan penetapan harga bagi perusahaan-perusahaan yang memiliki kekuatan monopoli. Akan tetapi yang perlu diingat adalah, bahwa Ed adalah elastisitas permintaan dari perusahaan dan bukanlah elastisitas permintaan pasar.

(24)

Kekuatan ini untuk memantapkan elastisitas permintaan perusahaan dibandingkan dengan elastisitas pasar karena perusahaan akan mempertimbangkan bagaimana kompetitor akan bereaksi terhadap perubahan harga. Utamanya, manager harus mengestimasi persentase perubahan unit penjualan perusahaan akan berubah berapa persen apabila harga berubah 1(satu) persen. Estimasi ini dapat menjadi dasar pada model formal atau pengetahuan dan pengalaman menejer.

Dengan menggunakan estimasi elastisitas permintaan perusahaan, menejer dapat menghitung markup yang tepat. Apabila elastisitas permintaan nilainya relatif besar, maka markup akan relatif kecil, dan kita dapat mengatakan bahwa perusahaan memiliki kekuatan monopoli yang relatif kecil. Sebaliknya, apabila elastistas permintaan relatif kecil, maka markup akan relatif besar, dan perusahaan memiliki kekuatan monopoli relatif besar. Gambar 10.8(a) dan 10.8(b) mengilustrasikan kedua hal ini.

10.3 Sumber Kekuatan Monopoli

Gambar 10. 8 Elastsitas Permintaan dan Harga Markup

(25)

Mengapa beberapa perusahaan memiliki kekuatan monopoli yang besar sedangkan yang lainnya memiliki kekuatan monopoli yang kecil atau bahkan tidak memiliki? Apabila diingat ulasan sebelumnya, kekuatan monopoli adalah kemampuan menetapkan harga diatas biaya marginal dan besarnya selisih antara harga dengan biaya marginalnya tergantung pada elastistas permintaan perusahaan. Pada persamaan (10.3) dapat dilihat bahwa, apabila kurva permintaan memiliki elastisitas yang kecil, maka akan memiliki kekuatan monopoli yang besar. Sebagai kesimpulan, sesuatu yang dapat menjadi faktor penentu kekuatan monopoli perusahaan adalah elastisitas permintaan.

Ada 3 (tiga) faktor penentu elastisitas permintaan perusahaan: (1) Elastitas permintaan pasar.

Karena elastisitas permintaan perusahaan akan cenderung sama dengan elastisitas permintaan pasarnya, sehingga elastisitas permintaan pasar dapat menjadi pembatas potensi kekuatan monopoli.

(2) Jumlah perusahaan di dalam pasar.

Jika terdapat sejumlah perusahaan, dimana beberapa atau satu diantaranya dapat mempengaruhi harga secara signifikan.

(3) Interaksi antar perusahaan.

Jika hanya 2 (dua) atau 3 (tiga) perusahaan ada di pasar, setiap perusahaan tidak mampu memiliki peluang untuk menaikkan harga cukup besar mereka bersaing cukup agresif dan menguasai pasar sama besarnya, serta masing-masing berusaha menangkap peluang pasar sama besarnya. Maka setiap perusahaan menjadi faktor penentu kekuatan monopoli bagi perusahaan lainnya.

10.4 Biaya Sosial Monopoli

Pada pasar yang kompetitif, harga sama dengan biaya marginal. Sementara itu kekuatan monopoli menetapkan harga lebih tinggi dari biaya marginal. Karena kekuatan monopoli menghasilkan harga tinggi dan jumlah produksi kecil, hal ini akan berdampak menurunkan konsumen surplus dan meningkatkan produsen surplus. Kekuatan monopoli akan menyebabkan dead weigh loss (DWL) atau menghilangkan kemakmuran yang seharusnya dapat dinikmati (terjadi karena harga yang tinggi dan jumlah output yang kecil). Terkait dengan hal ini dapat disimak Gambar 10.10. Besaran nilai DWL inilah yang disebut dengan biaya sosial monopoli.

(26)

Rent Seeking

Secara praktis, biaya sosial akibat kekuatan monopoli adalah sebesar dead weigh loss (DWL). Adanya biaya sosial yang harus ditanggung inilah, kemudian menjadi sebuah alasan bagi perusahaan monopoli melibatkan upaya rent seeking: yaitu membelanjakan uang dalam jumlah besar dengan tujuan untuk memelihara atau meningkatkan kekuatan monopolinya. Rent seeking dapat dilakukan dengan cara aktif melobi (dan melakukan kampanye) guna mendapatkan regulasi pemerintah, dengan tujuan untuk membuat kompetitor yang potensial mengalami kesulitan bersaing. Reen seeking yang aktif dapat dilakukan melibatkan periklanan dan usaha legal guna menghindari kecurigaan pihak-pihak yang anti praktik-praktik monopoli.

Regulasi Harga

(27)

Adanya beban biaya sosial, bertentangan dengan undang-undang persaingan, banyak merugikan masyarakat, maka pemerintah berkepantingan untuk membuat pembatasan-pembatasan terhadap praktik-pratik monopoli. Bentuk campur tangan pemerintah tersebut adalah berupa pengendalian dan penetapan harga output perusahaan monopoli. Akan tetapi dalam menetapkan tingkat harga tersebut, pemerintah juga tetap menjaga agar agar monopolis juga tidak mengalami kerugian.

Monopoli Alamiah

27

Sebelum ada regulasi harga monopolis berproduksi pada Qm dengan tingkat harga Pm. Ketika pemerintah memberlakukan regulasi dengan kebijakan ceiling price yaitu memaksakan tingkat harga pada P1 penerimaan rata-rata dan penerimaan marginal perusahaan adalah konstan dan sama dengan P1

sebagai akibatnya output naik dari Qm ke Q1. Ketika harga turun menjadi lebih rendah dari Pc, pada titik dimana biaya marginal berpotongan dengan penerimaan rata-rata, maka output meningkat menjadi Qc. Pada saat Qc inilah layaknya perudahaan berproduksi pada industri yang kompetitif.

(28)

Regulasi harga yang sering dilakukan oleh pemerintah adalah sampai batas monopoli alamiah. Monopoli alamiah: perusahaan dapat memproduksi keseluruhan output yang ada di pasar dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan jika harus diproduksi oleh beberapa perusahaan kecil-kecil (beban biaya tinggi).

10.5 Monopsoni

Sejauh ini telah didiskusikan kekuatan pasar yang terfokus pada sisi penjual. Pada bahasan ini akan diulas kekuatan pasar dari sisi pembeli. Dimana pada dasarnya jika tidak ada banyak pembeli di dalam pasar, maka akan bisa didapatkan kekuatan pasar yang dapat dipergunakan untuk mendapatkan keuntungan dari harga pembelian produk tersebut.

 Monopsoni adalah pasar dengan hanya satu pembeli.

Sebuah perusahaan memiliki monopoli alamiah disebabkan oleh karena memiliki sekala ekonomi (biaya rata-rata dan biaya marginal menurun) untuk semua tingkatan output. Jika harga diregulasi menjadi Pc, perusahaan akan merugi dan menutup bisnis. Penetapan harga pada Pr, dapat menghasilkan keuntungan yang layak.

(29)

 Oligopsoni adalah pasar dengan beberapa pembeli.

 Kekuatan monopoli adalah kekuatan dari pembeli untuk mempengaruhi harga barang.

Diumpamakan kita akan memutuskan berapa banyak barang untuk dibeli. Kita dapat mengaplikasikan (menggunakan) prinsip dasar marginal ---- yaitu membeli sejumlah unit barang sampai dengan unit terakhir barang yang dibeli tersebut memberikan tambahan nilai, atau kegunaan, ’tepat sama dengan’ biaya yang dikeluarkan untuk unit barang yang terakhir tersebut. Dengan kata lain, penambahan manfaat akan ’tepat sama dengan’ dengan tambahan biaya untuk menutupinya.

Akan kita cermati tambahan manfaat dan tambahan biaya secara detail. Kita dapat menggunakan terminologi nilai marginal untuk menunjukkan tambahan manfaat dari pembelian satu unit barang dan unit-unit seterusnya. Bagaimana caranya kita mengetahui nilai marginal (MV)? Kembali mencermati Chapter 4, bahwa kurva permintaan individual tergantung pada nilai marginal, atau kegunaan marginal, sebagai fungsi dari jumlah barang yang dibeli. Selanjutnya, pada dasarnya skedul nilai marginal adalah kurva permintaan. Pada permintaan individual slop-nya mengarah ke bawah, karena nilai marginal (MV) yang didapatkan dari pembelian satu unit barang dan unit-unit seterusnya akan menurun seiring dengan bertambahnya jumlah barang yang dibeli.

Penambahan biaya pembelian untuk membeli satu unit barang dan unit-unit seterusnya disebut sebagai pengeluaran marginal (ME). Apakah pengeluaran marginal tersebut tergantung kepada kondisi pembeli yang kompetitif atau pembeli dengan kekuatan monopsoni. Sebagai contoh anda adalah pembeli yang kompetitif--- dengan kata lain, anda tidak mempengaruhi harga barang. Di dalam kasus ini, biaya setiap unit yang anda beli sama dengan berapa banyak unit yang anda beli; itu adalah harga pasar dari barang tersebut. Gambar 10.13(a) mengilustrasikan prinsip tersebut. Harga pembelian per unit adalah sama dengan rata-rata pengeluaran per unit (AE), dan besarnya untuk semua unit. Akan tetapi bagaimana pengeluaran marginal (ME) per unit? Apabila pembeli kompetitif, pengeluaran marginal (ME) adalah ’sama dengan’ pengeluaran rata-rata, yang mana juga sama dengan harga pasar (P) dari barang tersebut.

Gambar 10.13(a) juga menunjukkan skedul nilai marginal (i.e. kurva permintaan). Berapa banyak barang yang akan dibeli? Kita dapat membeli sampai nilai marginal (MV) dari unit terakhir barang yang dibeli ’tepat sama dengan’ pengeluaran marginal (ME) untuk membeli unit barang yang terakhir tersebut. Kita dapat membeli sejumlah Q*, pada perpotongan antara kurva pengeluaran marginal (MC) dengan kurva permintaan (D).

(30)

Gambar 10.13(b) memperlihatkan bagaimana penjual yang kompetitif memutuskan berapa banyak akan memproduksi dan menjual. Karena penjual menyatakan harga pasar given, maka penerimaan marginal (MR) ’sama dengan harga’. Jumlah keuntungan maksimum adalah pada saat perpotongan antara kurva penerimaan marginal dengan kurva biaya marginal.

Pada (a) pembeli yang kompetitif menetapkan harga P*. Kemudian, pengeluaran marginal (ME) dan pengeluaran rata-rata (AE) adalah konstan dan sama: jumlah yang dibeli bisa didapatkan dengan menyamakan harga terhadap nilai marginal (MV) = permintaan (D). Pada (b), penjual yang kompetitif selalu mematok harga yang tetap. Penerimaan marginal (MR) dan penerimaan rata-rata (AR) adalah konstan dan sama: jumlah yang dijual adalah kesamaan harga (P) dengan biaya marginal (MC).

Gambar 10.13

Pembeli yang Kompetitif Dibandingkan dengan Penjual yang Kompetitif

Kurva penawaran pasar adalah kurva rata-rata pengeluaran monopsonis (AE). Kurva rata-rata pengeluaran (AE) adalah naik dan berada dibawah bayang-bayang kurva pegeluaran marginal (MC). Pembelian monopolis sejumlah

Qm*, dimana marginal pengeluaran marginal (ME) dan nilai marginal (MV) berpotongan. Harga didapatkan pada Pm*, dimana didapatkan dari kurva pada kurva pengeluaran rata-rata (AE). Pada pasar kompetitif, harga dan kuantitas,

Pc dan Qc, keduanya lebih tinggi. Harga pada pasar kompetitif ini ditentukan

(31)

31

Kurva penawaran pasar adalah kurva rata-rata pengeluaran monopsonis (AE). Kurva rata-rata pengeluaran (AE) adalah naik dan berada dibawah bayang-bayang kurva pegeluaran marginal (MC). Pembelian monopolis sejumlah

Qm*, dimana marginal pengeluaran marginal (ME) dan nilai marginal (MV) berpotongan. Harga didapatkan pada Pm*, dimana didapatkan dari kurva pada kurva pengeluaran rata-rata (AE). Pada pasar kompetitif, harga dan kuantitas,

Pc dan Qc, keduanya lebih tinggi. Harga pada pasar kompetitif ini ditentukan pada titik dimana kurva pengeluaran rata-rata (AE) berpotongan dengan kurva nilai marginal (MV).

Gambar 10.14 Pembeli Monopsoni

Gambar tersebut memperlihatkan kebalikan analagi antara monopoli dengan monopsoni. Pada (a), monopolis berproduksi dimana kurva penerimaan marginal (MR) berpotongan dengan kurva biaya marginal (MC). Penerimaan rata-rata (AR) lebih besar dari penerimaan marginal (MR), juga harga lebih besar dari biaya marginal. Bagian (b), monopsonis membeli pada titik dimana kurva pengeluaran marginal (ME) berpotongan dengan kurva nilai marginal (MV). Pengeluaran marginal (ME) lebih besar dari pengeluaran rata-rata (AE), juga pengluaran marginal lebih besar dari pada harga.

(32)
(33)

33

Kekuatan monopsoni tergantung pada elastisitas penawaran. Jika penawaran elastis, seperti tampak pada (a), pengeluaran marginal (ME) dan pengeluaran rata-rata (AE) tidak berselisih jauh (banyak), juga harga berselisih dekat. Kebalikannnya ketika elastisitas penawaran elastis, sebagaimana tampak pada (b).

(34)
(35)

Questions for Review:

(1) Suatu perusahaan monopoli (monopolis) berproduksi pada suatu titik dimana biaya marginal (MC) lebih besar dari penerimaan marginal (MR). Bagaimana cara perusahaan tersebut melakukan penyesuaian output guna meningkatkan keuntungannya?

Jawab:

Jika MC > MR pada kondisi ini perusahaan masih perlu meningkatkan unit output yang diproduksi dan dijual, sampai pada batas ratio tambahan keuntungan terhadap tambahan uotput yang terakhir sama dengan 0 (nol) atau sampai ada saat /Q = 0.

Oleh karena R/Q = R/Q - C/Q, maka dapat dinyatakan juga

monopolis harus meningkatkan unit output yang diproduksi dan jual sampai pada saat R/Q - C/Q = 0

Oleh karena R/Q adalah penerimaan marginal (MR) dan C/Q

adalah biaya marginal (MR), maka dapat dinyatakan juga monopoli harus meningkatkan unit output yang diproduksi dan dijual sampai pada saat MR – MC = 0, atau MR = MC.

(2) Kita menyatakan persentase markup harga melebihi baiya marginal sebagai

(P – MC)/P. Guna memaksimumkan keuntungan monopolis, bagaimana markup tersebut berkaitan dengan elastisitas permintaan? Mangapa markup ini dapat dipandang sebagai ukuran tingkat kekuatan monopoli ?

Jawab:

Guna memaksimumkan keuntungan, besarnya markup harga haruslah ’sama dan berbanding terbalik’ dengan elatistas permintaan.

35 P - MC 1

(36)

Karena markup berbanding lurus dengan derajat ukuran tingkat monopoly power (kekuatan monopoli). Sebagaimana dinyatakan oleh Indeks Lenner, sebagai berikut:

L = (P – MC)/P

Indeks Lenner ini selalu memiliki nilai antara 0 (nol) sampai dengan 1 (satu). Untuk perusahaan persaingan sempurna, P = MC, sehingga nilai

L = 0. Oleh karenanya semakin besar nilai L, adalah menunjukkan derajad dari kekuatan monopoli tersebut yang semakin besar. Apabila derajat monopoli besar, maka markup harga juga besar.

Dengan demikian, apabila kekuatan monopoli suatu perusahaan monopoli (monopolis) besar, maka akan memiliki peluang kuat untuk melakukan markup dengan menatapkan harga yang tinggi jauh di atas biaya marginalnya (MC). Sebaliknya, monopolis yang memiliki kekuatan monopoli kecil (lemah) mengalami kesulitan untuk melakukan markup.

(3) Mengapa tidak ada kurva penawaran pasar dibawah kondisi monopoli? Sebab pada monopoli tidak ada hubungan yang clear (one by one) antara harga dengan jumlah yang ditawarkan. Dimana kurva penawaran (sebagaimana yang terjadi di pasar kompetitif) adalah menyatakan berapa output akan diproduksi (dan/atau dijual) pada setiap tingkatan harga, atau ada hubungan pengaruh antara harga dan jumlah output yang diproduksi (dan/atau dijual). Oleh karena itu di pasar kompetitif ada hubungan yang clear (one by one) antara hrga dengan jumlah yang ditawarkan. Pada monopoli, keputusan untuk menentukan jumlah output yang akan diproduksi dan dijual tidak tergantung pada harga, akan tetapi tergantung pada besarnya biaya marginal (MC) dan bentuk kurva permintaannya (selanjutnya direpresentasikan dengan elastisitas permintaan).

(37)

 Kekuatan monopsoni adalah kemampuan pembeli untuk mempengaruhi harga barang di pasar, dimana pembeli tersebut dapat membeli harga barang yang lebih rendah dari pada yang seharusnya dibayar (harga di dalam pasar yang kompetitif).

 Memunginkan, apabila perusahaan tersebut memiliki kurva penawaran yang tidak elastis, atau memiliki nilai elastisitas penawaran yang besar.

(12) Mengapa ada biaya sosial (sosial cost) yang ditimbulkan oleh kekuatan monopsoni? Apabila keuntungan yang diperoleh oleh pembeli dari kekuatan monopsoni yang dimilikinya didistribusikan kembali kepada para penjual, apakah kekuatan monopoli tersebut dapat dihilangkan? Jelaskan dengan singkat.

Jawab:

 Karena kekuatan monopsoni di dalam pasar akan menyebabkan sebagia kemakmuran hilang (mengalami dead weight loss=DWL). DWL tersebut tejadi karena berkurangnya konsumen surplus berkurangnya produsen surplus. Berkurangnya produsen surplus terjadi karena tingkat harga yang dijual oleh pembeli lebih rendah dari tingkat harga yang seharusnya terjadi (tingkat harga di pasar persaingan sempur). Selanjutnya oleh karena tingkat harga yang rendah, maka terjadi pengurangan output oleh penjual, dan hal ini akan mengurangi konsumen surplus.

 Tidak dapat dihilangkan, karena kekuatan monopoli ditentukan oleh tingkat harga, dimana tingkat harga tersebut lebih rendah dari pada tingkat harga yang seharusnya atau tingkat harga di pasar kompetitif. Mendistribusikan kembali keuntungan monopsonis kepada para penjual, adalah hanyalah suatu tindakan rent seeking, yang justru dapat dipergunakan upaya mempertahankan keberadaan pasar monopsoni tersebut.

(38)

Exercises

:

(1) Akankah sutau peningkatan permintaan terhadap produk perusahaan monopolis selalu menghasilkan (mendorong) harga yang tinggi ? Akankah suatu peningkatan pada penawaran pada monopsoni selalu akan menyebabkan harga yang lebih rendah.

Jawab:

 Peningkatan permintaan terhadap produk perusahaan monopolis, ”akan selalu” menghasilkan (mendorong) harga lebih tinggi, akan tetapi besaran peningkatannya bervariasi. Apabila kurva permintaan perusahaan elastis, maka peningkatan harga yang terjadi hanya kecil. Sebaliknya apabila kurva permintaan perusahaan tidak elastis, maka peningkatan harga yang terjadi cukup besar (tinggi).

 Peningkatan permintaan penawaran terhadap produk perusahaan monopsoni, ”akan selalu” menghasilkan (mendorong) harga lebih rendah, akan tetapi besaran peningkatannya bervariasi. Apabila kurva penawaran perusahaan elastis, maka penurunan harga yang terjadi hanya kecil. Sebaliknya apabila kurva penawaran perusahaan tidak elastis, maka penurunan harga yang terjadi cukup besar (tinggi)..

(3) Caterpilar Trakator adalah sebuah perusahaan besar yang memproduksi mesin-mesin pertanian di dunia, menginginkan ada untuk menasehatinya terkait dengan kebijakan penetapan harga. Salah satu hal yang perusahaan ingin ketahui adalah seberapa besar kecenderungan penurunan penjualan apabila ada peningkatan harga 5%. Apa yang anda ketahui guna membantu memecahkan problem perusahaan tersebut? Jelaskan mengapa fakta ini penting.

Jawab:

(39)

Berdasarkan rumus tersebut (dengan asumsi MC konstan) maka dapat dihitung besarnya nilai elastisitas permintannya (Ed), yaitu:

5 = 1/-Ed; -5 Ed = 1; Ed = -1/5; Ed = - 0,2

Diketahui nilai Ed = - 0,2, dan hal ini mengandung pengertian bahwa apabila terjadi kenaikan harga sebesar 1% maka akan berpengaruh menurunkan penjualan perusahaan (Caterpilar Trakator) sebesar 0,2%, atau apabila terjadi peningakatan harga sebesar 5% sebagaimana yang direncanakan tersebut, maka penjualan perusahaan (Caterpilar Trakator) hanya sekitar 1% saja.

(4) Mengikuti bentuk kurva penerimaan rata-rata (demand) sebuah perusahaan adalah sebagai berikut:

P = 100 - 0,01Q

dimana Q adalah produksi mingguan dan P adalah harga, diukur dalam satuan sen per unit. Fungsi biaya perusahaan adalah C = 50Q + 30.000. Diasumsikan perusahaan mangalami keuntungan maksimum.

a) Berapa tingkat produksi, harga, dan total keuntungan per minggu? P = 100 – 0,01 Q --- TR = PQ = 100Q – 0,01Q2

MR = 100 – 0,02Q C = 50Q + 30.000 --- MC = 50

Keuntungan maksimum tercapai pada saat MR = MC 100 – 0,02Q = 50 --- Q = 2.500

P = 100 – 0,01 (2.500) = 75

39 P - MC 1

(40)

 = TR – TC

= (P.Q) – (50 Q + 30.000)

= (75X.2.500) – (50X.2.500 + 30.0000) = 187.500 – 155.000

= 22.500

b). Jika pemerintah memutuskan untuk menaikkan pajak 10 cent per unit produk ini.

14. Ada 10 rumahtangga (RT) di dalam Lake Wobegon (LW), Minesota dengan permintaan listrik tiap RT adalah Q = 50 – P. Biaya produksi Lake Wobegon Electric’s (LWE) adalah TC = 500 + Q.

a). Jika regulator dari LWE memastikan tidak ada Deadweight loss (DWL) dalam pasar, berapa tingkat harga yang ditentukan LWE?. Berepa outputnya?. Hitung surplus konsumen dan berapa keuntungan LWE pada harga tersebut.

(41)

Gambar

Tabel 10.1Penerimaan Total, Penerimaan Marginal, dan Penerimaan Rata-Rata
Gambar 10.1 Penerimaan Rata-Rata dan Penerimaan Marginal
Gambar 10.2.
Grafik bagian (a) memperlihatkan total penerimaan, biaya total, dan keuntungan. Grafik bagian (b) menunjukkan penerimaan rata-rata dan penerimaan marginal serta biaya rata-rata dan biaya marginal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berlakunya Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, secara efektif Kantor Pendaftaran Fidusia yang telah terbentuk pada Tanggal 30 September 2000

Although the results obtained are in agreement with the results of a study of similar jack up model using time independent method at higher values of failure criteria, it is

Untuk mengatasi masalah tersebut perusahaan yang bergerak di bidang percetakan stiker kendaraan ini sudah membuat katalog yang berbentuk sebuah gambar akan tetapi tidak

Uji lanjut yang digunakan untuk mengetahui taraf optimal dari pengaruh setiap taraf perlakuan pemberian ekstrak daun panamar gantung terhadap penghambatan

Optimasi Vehicle Routing Problem With Time Windows (VRPTW) Pada Rute Mobile Grapari (MOGI) Telkomsel Cabang Malang Menggunakan..

Hal ini terlihat dengan jelas jika diambil contoh pada lokasi perumahan di Keudah, dimana untuk perjalanan tanpa trafik yang berarti hanya memakan waktu 8.50 (mm:ss) jika

Salah satu amanat yang tercantum dalam Mukadimah Undang-Undang Dasar 1945 setelah Pemerintah Republik Indonesia terbentuk pada 17 Agustus 1945, adalah

image yang selama ini menyatakan mereka tidak mempunyai kemampuan bekerja optimal. Hal ini semakin didukung dengan perkembangan zaman yang mengakibatkan semakin