Kongres Internasional Masyarakat Linguistik Indonesia 2016 Denpasar, 24-27 Agustus 2016
KEKUATAN HIPERTEKS MEDIA VISUAL DALAM CIVIL WAR ANTARA IBU PEKERJA DAN IBU RUMAH TANGGA
PADA MEDIA SOSIAL DI INDONESIA
Tri Sulistyaningtyas, Dicky R. Munaf, Yani Suryani, Linda Handayani Sukaemi Kelompok Keahlian Ilmu Kemanusiaan, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung Jln. Ganesha No. 10, Bandung Telepon 085794452944
Surel: langitshabrina@gmail.com
ABSTRAK
Saat ini media sosial seperti twitter, facebook, dan path menjadi ajang curhat semua kalangan termasuk para ibu pekerja dan ibu rumah tangga. Bahkan, akhir-akhir ini kerap terjadi civil war antara ibu pekerja dan ibu rumah tangga di media sosial. Dalam civil war tersebut, identitas dipertentangkan melalui media visual yang memuat hiperteks. Tulisan ini memaparkan kekuatan bahasa sebagai hiperteks, media visual, dan teknologi informasi dalam membangun rivalitas antara ibu pekerja dan ibu rumah tangga. Status yang ditulis para ibu pekerja dan ibu rumah tangga dalam penelitian ini dianalisis menggunakan teori bahasa Norman Fairclough, konstruksi identitas Peter Berger dan Luckmann, dan cyberculture yang diungkapkan oleh David Bell dan Manuel Castells. Hasil penelitian menunjukkan ibu pekerja mengakui ketidakmampuannya menemani anak secara maksimal. Hiperteks pada media visual mengandung argumen yang menjadi alasan mereka bekerja. Ibu pekerja tidak melakukan penyerangan atau perlawanan terhadap ibu rumah tangga. Bahkan, mereka mengajak semua yang ikut terlibat dalam civil war, baik ibu rumah tangga ataupun ibu pekerja, untuk saling berempati dan menghargai pilihan masing-masing. Sebaliknya, ibu rumah tangga melakukan serangan melalui hiperteks yang meninggikan fungsi identitasnya. Mereka juga melakukan sindiran terhadap ketidakmampuan ibu pekerja dalam mendidik anak dan memasak. Namun, serangan ini dilemahkan sendiri melalui hiperteks yang memuat keluhan ibu rumah tangga akibat beban rutinitas tugas rumah tangga. Pekerjaan rumah yang tidak ada hentinya serta tuntunan menjadi ibu rumah tangga yang serba bisa membuat para ibu rumah tangga tersebut merasa jenuh. Hal itu mereka tuangkan melalui hiperteks di media sosial. Secara tidak langsung, hiperteks media visual pada civil war antara ibu pekerja dan ibu rumah tangga merupakan dialektika yang menguatkan identitas dan merupakan perlawanan terhadap budaya patriarki di Indonesia.