• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAYA TARIK seksual pada LOVE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DAYA TARIK seksual pada LOVE"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan manusia di dunia tentunya setiap individu tidak akan pernah terlepas dengan orang lain atau berinteraksi dalam memenuhi

kebutuhannya. Sejalan dengan interaksi manusia dalam kehidupannya kerap kali muncul suatu hubungan di antara individu, hubungan itu berawal dari sebuah interaksi antar individu yang semakin lama sehingga menimbulkan sebuah perasaan ketertarikan antar individu, berawal dari ketertarikan itu manusia akan menjalani hubungan yang jauh yang berupa persahabatan, setelah masa

persahabatan berjalan baik dalam waktu yang lama atau pendek terkadang akan menimbulkan perasaan yang lebih mendalam di antara individu, perasaan berlebihan kepada seseorang itulah yang disebut cinta.

Tapi terkadang kita sebagai individu tak menyadari tentang segala fenomena yang terjadi dalam kehidupan ini, termasuk rasa tertarik terhadap seseorang yang dianggap memiliki sisi menarik dibandingkan dengan individu lainnya, sebagai makhluk sosial hendaknya kita bisa memahami dan menyadari (peka) terhadap berbagai hal tersebut apabila terjadi pada kehidupan nyata kita. Disamping itu, realita dalam kehidupan kita saat ini pun tidak bisa dipisahkan dari berbagai lika-liku pergaulan dan interaksi kita dengan orang lain, sehingga tidak menutup kemungkinan kita memiliki rasa nyaman kepada orang tersebut, hingga pada akhirnya menumbuhkan rasa cinta atau persahabatan diantara kita dengan orang yang kita anggap memiliki pengaruh dengan kita.

(2)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan ketertarikan melalui persamaan? 2. Apa saja teori-teori ketertarikan?

3. Apa yang dimaksud dengan persahabatan? 4. Bagaimana ciri-ciri persahabatan?

5. Apa yang dimaksud dengan tertarik dan cinta?

C. Tujuan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka makalah ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ketertarikan melalui

persamaan.

2. Untuk memahami teori-teori ketertarikan.

3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan persahabatan. 4. Untuk mengetahui ciri-ciri persahabatan.

5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tertarik dan cinta.

BAB II PEMBAHASAN

(3)

Menurut Brigham (1991) ketertarikan merupakan suatu proses yang dengan mudah dialami oleh setiap individu tetapi sukar untuk diterapkan. Kecenderungan untuk menilai seseorang atau suatu kelompok secara positif, untuk mendekatinya, dan untuk berperilaku secara positif padanya.

Franzoi (2009: 338) menyatakan bahwa ketertarikan antar pribadi adalah kebutuhan untuk mendekat kepada orang lain (The desire to aproach other people). Menurut Baron, Branscombe dan Byrne (2008: 230) ketertarikan antar pribadi adalah penilaian yang kita buat untuk orang lain-sikap positif atau negatif yang kita bentuk tentang mereka.

Ketertarikan adalah sebuah fenomena yang pasti dialami oleh setiap individu di dalam kehidupannya, terkadang ketertarikan itu berawal dari sebuah proses interaksi antara satu individu dengan individu lainnya, di dalam proses itu individu menemukan sesuatu yang menjadi faktor ketertarikan dalam menjalani hubungan itu, berikut adalah beberapa asumsi mengenai faktor ketertarikan menurut Ahmadi (1999):

1. Ketertarikan itu adalah berawal dari sesuatu yang nampak (appearance) yang berupa fisik dari lawan kita.

2. Kesamaan di dalam sikap menjadi dasar untuk saling tertarik.

3. Kedekatan (Proximity), kedekatan antar personal dalam menjalani sebuah hubungan tentunya akan membuat seseorang merasa tertarik dengan lawan kita, karena dalam menjalin sebuah hubungan itu tentunya kita akan

mengtahui apa yang ada dalam diri lawan kita, sesuatu yang ada dalam diri orang lain terkadang membuat kita merasa cocok dengannya sehingga terjalinlah ketertarikan itu.

4. Hubungan yang menghasilkan keuntungan bagi kita tentunya akan membuat kita betah berlama-lama menjalin hubungan itu, tentunya hubungan itu timbul karena ketertarikan kita akan keuntungan yang kita dapatkan dari hubungan itu.

(4)

persamaaan baik itu agama, ataupun tujuan hidup adalah menjadi dua bagian yang tak terpisahkan dari pelengkap itu sebagai salah satu faktor ketertarikan.

Dari uraian di atas telah sedikit dibahas bahwa manusia mengalami rasa ketertarikan terhadap manusia lainya karena adanya sebuah tujuan atau sebuah usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya.

B. Teori-Teori Ketertarikan

Berbeda dengan pendapat yang terdahulu, disini beberapa ahli yaitu Donald E. Allen, Rebecca, F. Guy dan Charles K. Edgley dalam bukunya social

psychology as social process (dalam Ahmadi, 2009: 212) mencoba

mengembangkan beberapa teori yang akan menerangkan tentang terjadinya ketertarikan. Ketertarikan adalah suatu proses yang dengan mudah dialami oleh setiap individu tetapi sukar untuk diterangkan. Disini dikemukakan adanya tiga orientasi teori utama yang saling berbeda dan masing-masing memandang tingkah laku dengan cara yang berbeda. Tiga pendekatan ini yaitu (Ahmadi, 2009: 212-214):

1. Teori Cognitive

Teori cognitive menekankan proses berfikir sebagai dasar yang menentukan tingkah laku. Tingkah laku sosial dipandang sebagai suatu hasil atau akibat dari proses akal. Pendekatan cognitive di kemukakan oleh ahli psikologi sosial yang bernama Theodore Newcomb disebutnya sebagai teori balanced, yaitu suatu kecenderungan untuk mengorganisasi konsepsi tentang orang lain, dirinya sendiri, dan barang-barang lain di sekitarnya dengan cara yang harmonis, balanced atau symetris. Hubungan yang pasti adalah lebih memuaskan daripada yang lain. Jika seseorang menyukai lainnya dan jika keduanya saling menyukai dapatlah dikatakan bahwa hubungan itu mencerminkan adanya hubungan yang balanced atau seimbang. Hubungan antar pribadi yang baik ditandai oleh adanya

(5)

Sebalikanya, hubungan yang paling tidak memuaskan menurut Newcomb (dalam Ahmadi, 2009: 212) adalah kurangnya keseimbangan antara persetujuan dan tidak. Bila ketidakseimbangan terjadi, seseorang akan berusaha berhubungan menuju kondisi yang seimbang dengan mencoba meyakinkan orang lain untuk berubah atau keseimbangan dapat diperoleh dengan berubahnya akal pikiran seseoarang. Akhirnya situasi tidak seimbang itu dapat terpecahkan secara sederhana, dan

ketidakseimbangan itu tidak terjadi lagi. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kapasitas untuk setuju dan tidak setuju, namun hubungan yang bersifat erat atau intim tentu melibatkan adanya persetujuan.

2. Teori Reinforcement (Penguatan)

Peguatan atau stimulus/respon adalah teori yang berakar pada teori belajar yang menginterpretasikan ketertarikan sebagai satu respons yang di pelajari. Teori reinforcement berusaha menemukan bagaimana ketertarikan datang untuk pertama kalinya. Dasar teori ini cukup sederhana, orang ditarik oleh hadiah dan ditolak oleh hukuman. Kita semua lebih suka menjadi tertarik kepada orang-orang yang menghadiahi atau menghargai kita daripada orang yang menghukum dengan kritikan atau hinaan. Percobaan teori ini telah dilakukan oleh Lott dan Lott (dalam Ahmadi, 2009: 213). Namun muncul pertanyaan tentang teori ini bahwa bagaimana kita mengukur kenyataan bahwa kita tetap memiliki ketertarikan yang kuat terhadap seseorang, sementara orang tersebut menghukum kita?. Misalnya hubungan antara orang tua dan anak, meskipun orang tua menghukum anaknya tapi biasanya tetap saja hubungan diantara keduanya sangat kuat. 3. Teori Interactionist

Teori ini beranggapan bahwa setiap orang dirangsang untuk menyukai orang lain. Ide tentang teori ini bukan dikembangkan dari penelitian

(6)

waktu ke waktu, diketahui bahwa seorang suami tertarik kepada istrinya mula-mula karena sifat penurutnya, akhirnya diketahui bahwa sifat ini tidak cukup menopang perkawinanya, suami ini mungkin menemukan ciri-ciri lainnya yang ada pada istrinya yang menjadikan ia terus-menerus tertarik. Teori interactionist lebih menitik beratkan pada ketertarikan antar pribadi sebagai suatu konsep.

Itulah beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli mengenai ketertarikan yang melatarbelakangi interaksi antar manusia.

C. Persahabatan dan Ciri-Cirinya

Menurut Ahmadi (1999) persahabatan merupakan konsep sosial yang murni. Persahabatan menuntut adanya pemeliharaan interaksi, kecenderungan adanya persahabatan adalah karena adanya persamaan, persamaan ini dapat berupa persamaan kesenangan atau hobby, berfikir, keinginan atau cita-cita, nasib dan sebagainya.

Menurut Shaffer (2005), persahabatan diartikan sebagai sebuah hubungan yang kuat dan bertahan lama antara dua individu yang dikarakteristikkan dengan kesetiaan, kekariban, dan saling menyayangi. Persahabatan adalah suatu bentuk hubungan yang dekat yang melibatkan kesenangan, penerimaan, percaya, respek, saling membantu, menceritakan rahasia, pengertian, dan spontanitas (Santrock, 2002).

1. Persahabatan dan Hubungan Ketemanan

Seorang ahli psikologi sosial Zuzanne Kurth membedakan sebagai berikut (Ahmadi 2009: 215): persahabatan adalah suatu hubungan antar pribadi yang akrab atau intim yang melibatkan setiap individu menjadi suatu kesatuan, sedangkan hubungan ketemanan adalah merupakan hasil dari suatu hubungan formal dan suatu tingkat permulaan di dalam perkembangan suatu persahabatan. Hubungan ketemanan dapat berkembang ke

(7)

Persahabatan dan hubungan ketemanan ini memiliki ciri umum, walaupun setiap ciri umum memperlihatkan perbedaan kuliataif yang penting misalnya (Ahmadi 2009: 215):

a. Keduanya, persahabatan dan pertemanan memerlukan beberapa ukuran dimana interaksi disini bersifat sukarela, tetapi hal ini lebih penting pada persahabatan dari pada dalam hubungan pertemanan. b. Dalam berteman, hubungan ketemanan tidak memiliki cita rasa

keunikan dan individualitas yang merupakan ciri persahabatan. c. Persahabatan dan hubungan ketemanan berbeda dalam hal keakraban

atau keintiman di antara anggotanya. Sebuah hubungan persahabatan membutuhkan tingkat keintiman, tidak seperti hubungan pertemanan yang tidak membutuhkan keintiman.

d. Persahabatan harus di pelihara agar tetap hidup, persahabatan halnya seperti pertemanan, lahir, sementara hidup dan mungkin mati. Hubungan ketemanan merupakan pendahuluan atau titik permulaan dari pada persahabatan. Dengan berbagai alasan,seperti apabila mereka suka satu sama lain atau memiliki perasaan senasib, mereka kemudian akan cenderung memutuskan untuk membentuk

persahabatan.

2. Ciri-Ciri Persahabatan

Ada beberapa macam ciri-ciri persahabatan atau adanya beberapa elemen pokok yang terdapat dalam persahabatan, yaitu (Ahmadi, 1999): a. Mereka mengangap persahabatan merupakan suatu tempat yang

nyaman untuk mereka saling bertukar pikiran dan berkeluh kesah satu sama lain.

b. Persahabatan sebagai suatu hubungan antar pribadi lebih menekankan pada kualitas yang objektif satu sama lain.

(8)

d. Mereka saling bersahabat karena memiliki suatu ciri khas

(kesepahaman perasaan), dan hal ini sulit digantikan oleh orang lain karena belum tentu memiliki kesepahaman perasaan tersebut.

D. Tertarik dan Cinta 1. Tertarik

Menurut Ahmadi (2009: 218) orang yang saling sering bertemu lebih memiliki kecenderungan untuk tertarik daripada mereka yang jarang atau bahkan tidak pernah bertemu. Perkawinan misalnya lebih banyak terjadi diantara orang-orang yang tinggal saling berdekatan atau saling bertemu, misalnya tetangga, teman kerja, teman sekolah, dan lain-lain. Dalam situasi demikian mereka lebih memungkinkan berhubungan secara langsung, berhadap-hadapan. Hubungan dekat dengan teman merupakan suatu kondisi untuk tertarik atau menyukai karena disitu orang sering berhubungan secara langsung bertatap muka. Dengan kata lain dapat berhubungan secara

langsung satu sama lain merupakan kemudahan untuk saling tertarik. Dalam bahasa jawa dikatakan witing tresno jalaran soko kulino, artinya timbul cinta karena seringnya berhubungan atau bertemu. Hubungan langsung dapat berupa (Ahmadi, 2009: 218):

a. Berhadapan langsung secara fisik, misalanya teman kerja, sekolah dan sebagainya.

b. Tidak berhadap-hadapan secara fisik, tetapi hubungan langsung itu tetap terjadi, misalnya melalui telepon, SMS (Short Message Service) dan lain-lain.

2. Cinta

Menurut Ahmadi (1999) cinta bersumber pada ungkapan perasaan yang didukung oleh unsur karsa, yang dapat berupa tingkah laku dan pertimbangan dengan akal yang menimbulkan tanggung jawab. Dalam cinta tersimpul pula rasa kasih sayang dan kemesraan. Belas kasihan dan

pengabdian. Cinta yang disertai rasa tanggung jawab menciptakan keserasian, keseimbangan, dan kedamaian antara sesama manusia, antara manusia dengan lingkungan, dan antara manusia dengan Tuhan.

(9)

dengan tingkah laku yang bertanggung jawab. Tanggung jawab artinya akibat yang baik, positif, berguna, saling menguntungkan, menciptakan keserasian, keseimbangan, dan kebahagiaan.

Erich Fromm (dalam Ahmadi, 1999) menuliskan bahwa cinta itu terutama memberi bukan menerima, dan memberi merupakan ungkapan yang paling tinggi dari kemampuan. Yang terpenting dalam memberi adalah hal-hal yang bersifat manusiawi bukan materi. Cinta selalu menyatakan unsur-unsur dasar tertentu, yaitu pengasuhan, tanggung jawab, perhatian dan pengenalan. Dalam dunia ini, ada beragam bentuk dalam cinta itu atau lebih spesifik dikatakan tingkatan cinta, cinta itu sendiri adalah perasaan antara dua manusia yang berlainan jenis kelamin pada umumnya, dimana setiap individu dapat memberikan kasih sayangnya kepada lawannya, kasih sayang itu dapat berupa perhatian atau bahkan dengan sentuhan fisik. Cinta itu memililiki 4 ciri umum yaitu: pengertian, kepercayaan, kerjasama, dan pernyataan kasih sayang. Keempat elemen ini harus di miliki oleh kedua pihak, bukan satu pihak saja, yaitu (Ahmadi, 2009: 219):

a. Pengertian: saling pengertian mempunyai arti yang cukup luas yaitu mengerti kepada hal-hal yang disenangi maupun yang tidak disenangi pasanganya. Pengertian disini kadang-kadang menuntut pengorbanan. Orang menekankan keinginannya sendiri demi pengertiannya atas pasangannya.

b. Kepercayaan: saling percaya merupakan salah satu elemen perwujudan cinta. Kedua belah pihak harus selalu menjaga agar apa-apa dilakukan maupun dikatakan menimbulkan kepercayaan pada pasangannya. Untuk dapat dipercaya orang harus menunjukan dalam bentuk kata-kata dan perbuatan. Jadi kepercayaan ini tidak berarti bahwa karena mereka saling cinta, mereka harus saling percaya, tanpa mau berusaha agar apa-apa yang dilakukan menimbulkan kepercayaan, dengan kata lain cinta menuntut masing-masing pihak dalam hal kata dan perbuatan dapat di percaya.

(10)

sendiri-sendiri. Mereka dikatakan saling mencintai bila keduanya memiliki kesediaan untuk saling kerjasama.

d. Pernyataan kasih sayang: ini menyempurnakan ketiga elemen di atas. Pernyataan kasih sayang ini dapat berupa :

1) Kata-kata misalnya : sayangku, cintaku, manisku dan sebagainya. 2) Perbutan misalnya : menepuk bahu, menggandeng, mencium,

memeluk dan sebagainya.

Ada berbagai macam bentuk cinta diantaranya adalah (Ahmadi: 1999):

a. Passionate love yaitu perasaan kasih sayang yang diiringi keinginan untuk senantiasa bersama dan bersatu dengan orang yang dikasihi. Passionate lovers biasanya memiliki perasaan cinta yang begitu kuat, merasa bahagia karena mendapatkan perhatian pasangannya dan merasa putus asa atau kehilangan ketika ditinggalkan.

b. Companionate love yaitu kasih sayang yang kita rasakan terhadap pasangan yang tinggal bersama karena adanya rasa saling menyayangi yang begitu mendalam. Meskipun api cinta dalam jenis passionate love begitu membara, tapi lama kelamaan bisa meredup. Memang biasanya keromantisan dapat bertahan beberapa bulan bahkan hingga satu atau dua tahun, namun cinta passionate love tidak dapat bertahan lama bahkan semakin lama memudar. Sebaliknya, companionate love, jenis cinta ini dapat bertahan lama, dalam keadaan apapun pasangan tetap hangat meskipun badai menerpa karena memang sejak awal pasangan telah bersepakat mencintai apapun yang terjadi.

E. Teori Segitiga Cinta (The Triangular Theory of Love) Sternberg

Teori ini menyatakan bahwa cinta memiliki tiga bentuk utama: keintiman (intimacy), hasrat (passion), dan komitmen (commitment), yang dijelaskan sebagai berikut (Dariyo, 2003):

a. Intimacy

Merupakan elemen afeksi yang mendorong individu untuk selalu melakukan kedekatan emosional dengan orang yang dicintainya. Dorongan ini

(11)

menghormati dan mempercayai pasangan yang dicintai. Seseorang merasa intim dengan orang yang dicintai karena masing-masing individu merasa saling membutuhkan dan melengkapi antara satu dan yang lain dalam segala hal. Masing-masing merasa tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dan kehadiran pasangan hidup di sisinya.

b. Passion

Merupakan elemen fisiologis yang menyebabkan seseorang merasa ingin dekat secara fisik, menikmati/merasakan sentuhan fisik, ataupun melakukan hubungan seksual dengan pasangan hidupnya. Adanya passion ini

menyebabkan dinamika kehidupan cinta antara dua individu yang berbeda jenis kelamin karena merasa bergairah secara seksual terhadap pasangan hidupnya. Kebutuhan seksual merupakan salah satu unsur terpenting untuk mempertahankan kelangsungan keutuhan cinta. Namun, bila dicermati secara mendalam, passion meliputi sentuhan fisik, membelai rambut, berpegangan tangan, merangkul, memeluk, mencium, atau hubungan seksual.

c. Commitment

Merupakan dorongan kognitif yang mendorong individu tetap

mempertahankan hubungan cinta dengan pasangan hidup yang dicintainya. Komitmen yang sejati ialah komitmen yang berasal dari dalam diri yang tidak akan pernah pudar/luntur walaupun menghadapi berbagai rintangan, godaan, ataupun ujian berat dalam perjalanan kehidupan cintanya. Adanya rintangan, godaan, atau hambatan justru akan menjadi pemicu bagi masing-masing individu untuk membuktikan ketulusan cinta terhadap pasangan hidupnya. Komitmen akan terlihat dengan adanya upaya-upaya tindakan cinta (love behavior) yang cenderung meningkatkan rasa percaya, rasa diterima, merasa berharga, dan merasa dicintai pasangan hidupnya. Dengan demikian, komitmen akan mempererat dan melanggengkan kehidupan cinta sampai akhir hayat. Kematianlah yang memisahkan hubungan cinta

(12)

Berdasarkan pada teori segitiga cinta (triangular theory of love), terdapat delapan jenis hubungan percintaan yang masing-masing jenisnya memiliki ciri-ciri yang berbeda (Dariyo, 2003). Jenis-jenis cinta tersebut yaitu:

a. Nonlove (tidak ada cinta)

Merupakan hubungan antarindividu yang berbeda jenis kelamin, tanpa disertai unsur intimasi, hawa nafsu biologis (passion) ataupun komitmen. Hubungan tersebut sangat dangkal, bahkan cenderung antarindividu tidak memiliki kepedulian ataupun perhatian yang mendalam. Hubungan jenis ini hampir sama dengan individu-individu yang tidak saling kenal sehingga tidak ada unsur yang mendorong keduanya untuk mempertahankan hubungan tersebut.

b. Liking (menyukai)

Dua individu yang berbeda jenis kelamin sama-sama merasa terdorong untuk saling memperhatikan satu sama lain. Hubungan mereka sangat akrab, yaitu ditandai keinginan mengungkapkan pengalaman, perasaan ataupun pemikirannya. Namun, keduanya tidak memiliki hasrat untuk melakukan hubungan seksual dan tidak ada ikatan untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan. Hal ini lebih tepat diterapkan pada hubungan persahabatan. c. Infatuation (infatuasi)

Terjadinya hubungan dua individu yang berbeda jenis kelamin yang hanya didasari unsur nafsu biologis (passion) semata. Dalam hubungan tersebut, tidak ada unsur keakraban (intimasi) ataupun komitmen untuk

mempertahakan hubungannya. Setelah kebutuhan biologisnya terpenuhi, mereka tidak ada lagi hubungan pribadi. Hubungan ini ditemukan pada individu yang menyalurkan kebutuhan seksualnya di tempat pelacuran, diskotek, atau mereka yang melakukan pemerkosaan.

d. Empty love (cinta yang kosong)

Jenis cinta ini hanya didasarkan pada unsur komitmen, tetapi tidak ada unsur nafsu biologis (passion) ataupun intimasi. Masing-masing individu bertekad untuk mempertahankan hubungan tersebut, tetapi keduanya tidak ada kemauan untuk melakukan hubungan seksual ataupun menjalin

(13)

pada mereka yang melakukan hubungan cinta, tetapi dibatasi jarak yang sangat jauh.

e. Romantic love (cinta romantis)

Merupakan dua individu yang berbeda jenis kelamin yang menjalin hubungan cinta didasarkan atas unsur keakraban (intimasi) dan nafsu seksual, tetapi tidak ada niat untuk meneruskan ke jenjang pernikahan. Keduanya tampak akrab dan kadang dalam keakraban tersebut disertai dengan perilaku seksual (pegangan tangan, pelukan, ciuman, bahkan hubungan seksual).

f. Companionate love (cinta persahabatan)

Hubungan antara dua individu berbeda jenis kelamin yang hanya didasarkan atas unsur intimasi saja, tetapi tidak disertai dengan keinginan menyalurkan hubungan seksual ataupun untuk meningkatkan ke jenjang pernikahan. Hubungan ini terjadi pada mereka yang telah menikah, kemudian salah seorang di antaranya menjalin relasi dengan individu lain.

g. Fateous love (cinta fateus)

Hubungan percintaan dari dua individu yang berbeda jenis kelamin, yang didasari unsur passion dan komitmen, tetapi tidak ada unsur intimasi. Dalam melakukan relasi tersebut, individu dapat melakukan perilaku seksual dan keduanya terdorong mempertahankan ikatan itu. Hal ini kemungkinan agar keduanya leluasa dapat menyalurkan kebutuhan seksual mereka. Namun, diantara kedua individu itu tidak menampakkan hubungan yang hangat, akrab, dan cenderung tidak mau memberi perhatian serius. Hubungan antarindividu tersebut dapat terjadi pada individu-individu yang belum menikah ataupun yang sudah menikah. Mereka yang menikah, karena dijodohkan kedua orangtua, bisa jadi memiliki cinta jenis ini.

h. Consummate love (cinta sejati)

(14)

menunjukkan perilaku cinta (love behavior), artinya masing-masing individu berupaya untuk berbuat sesuatu guna menyenangkan,

menggembirakan, ataupun membahagiakan pasangan hidupnya. Ketika salah seorang dalam keadaan sakit, menderita, atau mengalami kemalangan, yang satunya berusaha menghibur dan menguatkan hatinya agar tabah dalam menjalani kehidupan. Cinta jenis ini didasari nilai-nilai kejujuran, ketulusan, kesetiaan, kebersamaan, keharmonisan, tanggung jawab, kepercayaan, dan saling pengertian.

BAB III KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan di atas, kesimpulan dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:

1. Ketertarikan adalah sebuah fenomena yang pasti dialami oleh setiap individu di dalam kehidupannya, rasa ketertarikan akan tumbuh lebih kuat antara individu yang memiliki kesamaan sikap dan kepercayaan.

2. Adanya 3 orientasi teori ketertarikan yang utama dan masing-masing memandang tingkah laku dengan cara yang berbeda. Tiga pendekatan ini adalah cognitive, reinforcement, dan interactionist.

3. Persahabatan timbul karena adanya persamaan, yang awalnya berhubungan sebagi teman akan berkembang menjadi persahabatan karena adanya persamaan berfikir, hoby, keinginan atau cita-cita, nasib dan sebagianya. 4. Persahabatan adalah suatu hubungan antar pribadi yang akrab atau intim

yang melibatkan setiap individu sebagai suatu kesatuan. Sedangkan hubungan ketemanan adalah merupakan hasil dari suatu hubungan formal dan suatu tingkat permulaan di dalam perkembangan suatu persahabatan. 5. Orang yang sering bertemu lebih cenderung memiliki ketertarikan daripada

yang jarang atau tidak pernah bertemu.

(15)

7. Menurut tipologi segitiga cinta dari Robert Sternberg, cinta memiliki tiga dimensi, yakni hasrat (passion), keintiman/kedekatan (intimacy), dan komitmen (commitment)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, H. Abu. 1999. Psikologi Sosial. Jakarta : Rineka Cipta. _____________ . 2009. Psikologi Sosial. Jakarta : Rineka Cipta.

Baron, R.A., Byrne, D., Branscombe, R.N. 2008. Social Psychology. 11th Ed. USA: Allyn & Bacon.

Brigham, J.C. 1991. Social Psychology. New York: Harpercollins Publisher. Dariyo, Agoes. 2003. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: PT

Gramedia

Franzoi L. Stephen. 2009. Social Psychology Fifth Edition. McGraw-Hill Companies, Inc Avenue of the Americas, New York, NY 10020.

Santrock. J. W. 2002. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup. (edisi kelima) Jakarta: Erlangga

Referensi

Dokumen terkait

Apabila calon mahasiswa mengundurkan diri setelah melakukan pembayaran daftar ulang, maka kewajiban keuangan yang sudah dibayarkan tidak akan dan tidak dapat ditarik kembali

Jika dari hasil perhitungan ternyata dimensi pondasi yang didapat dari perhitungan berbeda dengan dimensi yang digunakan untuk menentukan daya dukung, maka untuk hasil yang

transaksinya besar, biasanya dilengkapi dengan surat tagihan atau kwitansi. Perusahaan Jasa juga memerlukan invoice namun kalau cliennya tidak memerlukan detail jasa

8 Pada tipe erotomanik, waham inti adalah bahwa pasien dicintai mati-matian oleh seseorang, dimana orang yang dibanyangkannya biasanya berasal dari strata status

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (rafikayati, badiah, & soedarmadji, 2018), diketahui bahwa beberapa siswa berkebutuhan khusus mengalami kesulitan dalam

Kemampuan olah garak setiap orang berbeda-beda tidak bisa disamakan tetapi menurut saya olah gerak yang baik ketika memasuki perairan sempit adalah menggunakan

SetiapkonektorUSBdapatmemberikanduakonektor USB melalui braket USB opsional. Untuk membeli braket USB opsional, silahkan untuk menghubungi penyalur lokal. · Sebelum memasang braket