• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalh Gangguan Waham Menetap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalh Gangguan Waham Menetap"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

GANGGUAN

GANGGUAN

WAHAM MENETAP

WAHAM MENETAP

DISUSUN OLEH : DISUSUN OLEH :  NOVI RINDI PUJI ASTUTI  NOVI RINDI PUJI ASTUTI

060100013 060100013 PEMBIMBING : PEMBIMBING : Dr. Hj. ELMEIDA EFFENDY, Sp.KJ Dr. Hj. ELMEIDA EFFENDY, Sp.KJ

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN JIWA DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN MEDAN

2010 2010

(2)

KATA PENGANTAR 

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulisan makalah “Gangguan Waham Menetap” ini dapat diselesaikan. Makalah ini diajukan untuk melengkapi tugas kepanitraan klinik  senior Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa FK USU.

Di dalam makalah ini dipaparkan informasi mengenai pengertian gangguan waham menertap sampai bagaimana menangani seseorang yang menderita gangguan waham menetap tersebuts ebagai materi khusus di bagian Ilmu Kesehatan Jiwa FK USU.

Meskipun dalam pembuatan makalah ini banyak mengalami kesulitan, namun karena adanya petunjuk, maka makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Jajaran dosen staf pengajar FK USU, khususnya Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa yang telah memberikan banyak pengetahuan mengenai tulisan ini serta memberikan dorongan dan motivasi.

2. Rekan-rekan yang turut memberikan masukan, saran dan bantuan dalam menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata, apabila penulisan makalah ini banyak terdapat kesalahan,   penulis memohon maaf. Untuk itu, kritik dan saran dari berbagai pihak untuk 

menyempurnakan makalah ini.

Medan, November 2010

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

BAB II. PEMBAHASAN... 2

2.1 Definisi Gangguan Waham Menetap... 2

2.2 Epidemiologi Gangguan Waham Menetap... 2

2.3 Etiologi Gangguan Waham Menetap... 3

2.4 Gambaran Klinis Gangguan Waham Menetap... 3

2.5 Tipe-Tipe Gangguan Waham Menetap ... 4

2.6 Diagnosis Gangguan Waham Menetap... 7

2.7 Diagnosis Banding Gangguan Waham Menetap ... 7

2.8 Penatalaksanaan Gangguan Waham Menetap... 8

2.9 Prognosis Gangguan Waham Menetap... 9

BAB III. KESIMPULAN ... 10

3.1 Kesimpulan ... 10

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan waham menetap didefinisikan sebagai suatu gangguan psikiatrik  dimana gejala untama adalah waham. Gangguan waham menetap mungkin timbul sebagai respon normal terhadap pengalaman abnormal didalam lingkungan atau sistem saraf pusat.4

Mekanisme pasti dari gangguan waham menetap belum diketahui, namun ada beberapa teori mengenai hal tersebut, yaitu adanya hubungan dengan faktor  genetik dan biologikal yang disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan neurotransmitter diotak. Angka kejadian gangguan waham menetap hanya  berkisar 0,03% dari seluruh gangguan psikiatrik lainnya. Dimana gangguan ini

lebih sering mengenai perempuan daripada laki-laki, dengan ratio perbandingan 3:1.4 Selain faktor usia dan jenis kelamin, faktor budaya disangkakan   berhubungan dengan terjadinya gangguan ini. Dimana beberapa kebudayaan   beranggapan bahwa adanya waham merupakan bagian dari adat istiadat dan  budaya di suatu daerah. Angka kematian pada penyakit ini adalah sekitar 0,05%

sampai 0,1%.2

Pasien dengan gangguan waham menetap biasanya memiliki fungsi yang   baik didalam keluarganya dan pekerjaannya. Dimana gangguan ini berbeda

dengan skizofrenia yang mungkin memiliki ketidakmampuan dalam menjalankan fungsinya. Waham yang dimiliki pun berbeda, dimana pada pasien gangguan waham menetap, wahamnya mungkin tidak dapat dipercaya, namun dapat terjadi dikehidupan ini.5

1.2 Tujuan Pembuatan Makalah

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kepanitraan di Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa dan agar mahasiswa lebih memahami mengenai gangguan waham menetap.

(5)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Gangguan waham menetap adalah suatu gangguan psikiatrik dimana gejala yang utama adalah waham.4

2.2 Epidemiologi

Pemeriksaan akurat tentang epidemiologi gangguan waham menetap dihalangi oleh relatif jarangnya gangguan ini. Selain itu juga karena pasien dengan gangguan waham menetap jarang mencari gangguan psikiater kecuali bila dipaksa oleh keluarganya. Walaupun adanya keterbatasan tersebut, literatur mendukung  pendapat bahwa gangguan waham menetap, walaupun merupakan suatu gangguan yang jarangm namun memang ada dalam populasi dengan angka yang tidak tetap.4 Prevalensi terjadinya gangguan waham menetap di Amerika Serikat  berdasarkan DSM-IV-TR adalah sekitar 0,03%, dimana angka ini jauh dibawah angka kejadian skizofrenia (1%) dan gangguan mood (5%).1,4 Insidensi tahunan gangguan waham menetap adalah 1 sampai 3 kasus baru per 100.000 populasi, yaitu kira-kira 4% dari semua perawatan pertama pasien psikiatrik. Usia rata-rata adalah kira-kira 40 tahun, tetapi rentang usia untuk onsetnya adalah berkisar  antara 18 tahun sampai 90 tahun.4 Namun, studi lain yang dilakukan di Spanyol  pada tahun 2008 berdasarkan rekam medis di suatu rumah sakit, mendapati 370   pasien yang dirawat, didiagnosa dengan gangguan waham menetap, dimana

ditemukan rata-rata usia pesien-pasien adalah 55 tahun. Wanita lebih sering menderita gangguan waham menetap dengan rasio 3:1.1

(6)

Etiologi dari gangguan waham menetap masih belum dikathui secara pasti.4 Terdapat beberapa sangkaan mengenai terjadinya gangguan waham menetap. Data yang paling mendukung berasal dari keluarga yang melaporkan suatu peningkatan  prevalensi terjadinya gangguan waham menetap (4,8%), dimana gangguan waham menetap lebih sering terjadi pada seseorang dengan riwayat keluarga menderita  penyakit yang sama atau menderita skizofrenia. Selain itu juga terdapat teori   biologikal yang menghubungkan kejadian gangguan wahan menetap akibat

adanya ketidakseimbangan neurotransmitter di otak.7,2

2.4 Gambaran Klinis 1. Status Mental

a. Deskripsi Umum

Pasien biasanya berdandan dengan baik dan berpakian baik, tanpa bukti adanya disintegritas nyata pada kepribadian atau aktifitas harian. Tetapi pasien mungkin terlihat aneh, pencuriga atau bermusuhan.4

 b. Mood, Perasaan dan Afek 

Mood pasien biasanya konsisten atau sejalan dengan isi waham. Misalnya  pasien dengan waham kejar akan curiga.4

c. Gangguan Persepsi

Menurut DSM-IV-TR, waham raba atau cium mungkin ditemukan jika hal tersebut konsisten dengan waham.4

d. Pikiran

Gangguan isi pikiran berupa waham merupakan gejala utama dari gangguan ini. Waham biasanya bersifat sistematis dan karakteristiknya adalah dimungkinkan.4

2. Sensorium dan Kognisi a. Orientasi dan Daya Ingat

Pasien dengan gangguan waham menetap biasanya tidak memiliki kelainan dalam orientasi, serta daya ingat dan proses kognitif lainnya tidak terganggu.4  b. Pengendalian Impuls

(7)

Klinis harus memeriksa pasien dengan gangguan waham menetap untuk  menentukan ada atau tidak gagasan atau rencana melakukan material wahamnya dengan bunuh diri, membunuh atau melakukan tindakan kekerasan. Insidensinya tidak diketahui pada penyakit ini.4

c. Pertimbangan dan Tilikan

Pasien dengan gangguan waham menetap hampir seluruhnya tudak memiliki tilikan terhadap konsisi mereka dan hampir seluruhnya dibawa ke rumah sakit oleh keluarga, perusahaan atau polisi.4

d. Kejujuran

Pasien dengan gangguan waham menetap biasanya dapat dipercaya dalam informasinya.4

2.5 Tipe-Tipe

Terdapat beberapa tipe pada gangguan waham menetap, yaitu :

a. Tipe Kejar (Persecutory Type)

Tipe ini adalah tipe gangguan waham menetap yang paling sering dijumpai.1

Waham kejar mungkin sederhana atau terperinci dan biasanya berupa tema tunggal atau sejumlah tema yang berhubungan, seperti disekongkoli, dicurangi, dimata-matai, diikuti, diracuni, difitnah secara kejam, diusik atau dihalang-halangi dalam menggapai tujuan jangka panjang. Hinaan kecil dapat menjadi besar dan menjadi pusat sistem waham. Orang dengan waham kejar seringkali membenci, marah, dan mungkin mereka melakukan kekerasan terhadap orang ain yang diyakininya akan menyerang dirinya. Yang membedakannya dengan tipe kejar    pada skizofrenia adalah waham pada gangguan waham menetap umumnya tersistematisasi, koheren dan dapat dibenarkan secara logika. Seringkali orang

dengan waham kejar menolak untuk mencari bantuan.4 Seseorang dengan

gangguan waham tipe ini akan mudah marah, mudah tersinggung dan terkadang dapat bersikap agresif bahkan sampai melakukan tindakan pembunuhan.8

(8)

Gangguan waham menetap tipe ini memiliki beberapa nama lain seperti sindroma De Cleambault atau psychose passionelle.8 Pada tipe erotomanik, waham inti adalah bahwa pasien dicintai mati-matian oleh seseorang, dimana orang yang dibanyangkannya biasanya berasal dari strata status yang lebih tinggi darinya, seperti bintang film atau atasan kerja, atau dapat pula seseorang yang sudah menikah atau seseorang yang tidak mungkin digapai.1 Pasien dengan waham erotomanik adalah sumber gangguan bermakna terhadap masyarakat.4

Onset gejala dapat mendadak dan kemudian menjadi kronis sehingga seringkali menjadi pusat perhatian utama pada kehidupan seseorang yang terkena. Usaha untuk berhubungan dengan objek waham, baik melalui telepon, surat, hadiah, kunujngan bahkan mengawasi sampai mengikuti adalah sering. Pasien yang terkena biasanya adalah wanita, meskipun didalam sampel forensik sebagian   besar adalah laki-laki. Orang yang terkena seringkali ditemukan hidup

menyendiri, menarik diri dari masyarakat, memiliki kontak seksual terbatas dan memiliki level sosial rendah atau pekerjaan yang sederhana. Angka kejadian gangguan waham tipe ini adalah 1-2%.3

c. Tipe Kebesaran (Grandiose Type)

Gangguan waham menetap tipe ini juga disebut megalomania. Bentuk paling umum dari waham kebesaran adalah keyakinan bahwa dirinya memiliki wawasan atau bakat yang luar biasa tetapi tidak diketahui, atau membuat penemuan  penting, dimana pasien telah dibawa ke berbagai badan pemerintahan seperti FBI.

Waham yang lebih jarang adalah bahwa penderita memiliki hubungan khusus dengan seseorang yang terkemuka atau isi waham religius, dimana penderita menjadi pemimpin sekte religius.4

d. Tipe Cemburu (Jealous Type)

Gangguan waham menetap tipe ini juga dikenal dengan conjugal paranoia dan sindroma Othello. Waham tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki daripada wanita. Waham ini jarang dijumpai, hanya sekitar kurang dari 0,2% dari semua  pasien psikiatrik. Onsetnya seringkali mendadak dan gejalanya akan menghilang

(9)

hanya setelah perpisahan atau kematian pasangannya.4 Waham cemburu dapat menyebabkan penyiksaan verbal dan fisik yang bermakna terhadap pasangannya dan bahkan dapat menyebabkan pembunuhan.8

e. Tipe Somatik (Somatic Type)

Waham tipe ini juga dikenal sebagai psikosis hipokondriakal monosimptomatik. Perbedaan antara hipokondriasis dengan gangguan waham menetap tipe somatik  terletak pada derajat keyakinan yang dimiliki pasien tentang anggapan adanya   penyakit dalam dirinya.4 Kesadaran pasien biasanya baik dan gejala yang

ditimbulkannya tidak berhubungan dengan penyakit umum yang mendasarinya atau penyakit psikiatri lainnya. Waham tipe ini dapat terjadi secara perlahan-lahan atau tiba-tiba. Pada sebagian pasien, penyakitnya tidak berulang meskipun derajat keparahan waham ini berfluktuasi. Kecemasan dan kewaspadaan yang berlebihan adalah karakteristik dari waham ini.8 Waham yang paling sering diderita adalah infeksi (misalnya bakteri, virus, parasit), dismorfofobia (misalnya bentuk yang tidak sesuai pada hidung, payudara), waham tentang bau badan yang berasal dari kulit, mulut atau vagina, atau waham bahwa bagian tubuh tertentu seperti usus  besar, tidak berfungsi. Dapat terjadi halusinasi taktil yang behubungan dengan

tema waham, misalnya pasien merasa ada merayap dibawah kulitnya.4

f. Tipe Campuran (Mixed Type)

Pasien menunjukkan lebih dari satu tipe waham diatas dan tidak ada satu tema waham yang menonjol.1

g. Unspecified Type)

Pasien menunjukkan tema waham yang tidak memenuhi salah satu waham diatas. Sebagai contoh misidentifikasi sindroma, seperti sindroma Capgras, yaitu keadaan yang dikarakteristikan dimana pasien percaya bahwa anggota keluarganya telah di gantikan dengan seorang penipu ulung.1,8

(10)

Untuk mendiagnosa suatu gangguan waham menetap, dapat digunakan kriteria  berdasarkan DSM-IV-TR, yaitu4:

A : Waham yang tidak aneh (yaitu melibatkan situasi yang terjadi didalam kehidupan nyata, seperti sedang diikuti, diracuni, ditulari virus, dicintai dari jarak   jauh atau dikhianati oleh pasangan atau kekasih atau menderita suatu penyakit)

selama sekurangnya 1 bulan.

B : Kriteria A untuk skizofrenia tidak terpenuhi (pasein tidak menunjukkan gejala halusinasi yang dominan, bicara terdisorganisasi, gejala negatif seperti afek datar). Catatan : halusinasi taktil dan cium mungkin ditemukan pada gangguan delusional  jika berhubungan dengan waham.

C : Terleps dari gangguan waham (-waham) atau percabangannya, fungsi adalah tidak terganggu dengan jelas dan perilaku tidak jelas aneh atau kacau.

D : Jika episode mood telah terjadi secara bersama-sama dengan waham, lama totalnya adalah relatif singkat dibandingkan lama periode waham.

E : Gangguan adalah bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.

From American Psychiatric Association : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disodred, 4th Ed. Washington, DC : American Psychiatric Association; 1994, with permission.

2.7 Diagnosis Banding

Diagnosis banding yang paling mendekati gangguan waham menetap adalah skizofrenia tipe paranoid.4 Dimana yang memebedakannya dengan gangguan waham menetap adalah kualitas waham. Skizofrenia tipe paranoid memiliki  pedoman diagnostik sebagai berikut6:

1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia. 2. Sebagai tambahan :

a. Halusinasi dan/atau waham harus menonjol :

• Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi  perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit

(11)

• Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada, tetapi jarang menonjol.

• Waham dapat berupa hampir semua jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence) atau “passivity” (delusion of passivity) dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam adalah yang paling khas.

  b. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.

2.8 Penatalaksanaan

Terdapat beberapa penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita gangguan waham menetap, yaitu :

a. Perawatan di Rumah Sakit

Pada umumnya pasien dengan gangguan waham menetap dapat diobati atas dasar rawat jalan. Tetapi klinis harus mempertimbangkan beberapa hal. Pertama, diperlukan pemeriksaan medis dan neurologis pada diri pasien untuk  menentukan apakah terdapat kondisi medis nonpsikiatrik yang menyebabkan   penyakit ini. Kedua, pasien perlu diperiksa tentang kemampuannya

mengendalikan impuls kekerasan yang mungkin berhubungan dengan waham. Ketiga, perilaku tentang waham mungkin secara bermakna telah memperngaruhi kemampuannya untuk berfungsi didalam keluarga atau  pekerjaannya.4

b. Farmakoterapi

Antipsikotik telah digunakan sejak tahun 1970 sebagai pengobatan gangguan waham menetap. Beberapa peneliti telah menyatakan bahwa Pimozide(Orap)

(12)

mungkin efektif pada gangguan waham menetap tipe somatik.4 Terapi

kombinasi sering dilakukan, termasuk mengkombinasi obat antipsikotik  dengan antidepresan. Secara keseluruhan, penderita gangguan waham menetap sangat berespon terhadap pengobatan (antipsikosit) yang diberikan, dimana 50% dilaporkan sembuh dari gejalanya, 90% menunjukkan adanya  perubahan dari klinisnya.1

c. Psikoterapi

Memberikan informasi dan edukasi yang benar mengenai penyakit pasien, sehingga diharapkan keluarga dapat menerima pasien dan mendukungnya ke arah penyembuhan. Memberitahukan kepada keluarga untuk tidak  memberikan tekanan emosional kepada pasien, Keluarga juga diharapkan mampu mengawasi kepatuhan pasien untuk kontrol minum obat, dan meminta keluarga untuk lebih mendengarkan dan berkomunikasi dengan  pasien.1 Tanda terapi yang berhasil mungkin adalah suatu kepuasan

 penyesuaian sosial.4

2.9 Prognosis

Gangguan waham menetap diperkirakan merupakan diagnosis yang cukup stabil. Kurang dari 25% dari semua pasien gangguan waham menetap menjadi skizofrenia. Kira-kira 50% psien pulih pada follow up jangka panjang, 20% lainnya mengalami penurunan gejalanya dan 30% lainnya tidak mengalami  perubahan pada gejalanya.4

BAB III KESIMPULAN

(13)

Gangguan waham menetap adalah suatu gangguan psikiatrik dimana gejala yang utama adalah waham. Prevalensi terjadinya gangguan waham menetap dianggap sama dengan prevalensi di Amerika Serikat, yaitu 0,03%, dimana angka ini jauh   berbeda dengan prevalensi terjadinya skizofrenia dan gangguan mood. Angka munculnya kasus baru adalah 1 sampai 3 kasus baru per 100.000 per tahunnya. Gangguan waham menetap ini terjadi lebih banyak pada wanita dari pada laki-laki dengan ratio perbandingannya adalah 3:1.

Penyebab terjadinya gangguan waham menetap masih belum diketahui.   Namun, terdapat beberapa pendapat, yaitu faktor genetik dan faktor biologi.

Penderita gangguan waham menetap umumnya memiliki status mental, sensorium dan kognisi yang baik.

Terdapat tujuh tipe gangguan waham menetap, diantaranya adalah tipe kejar, tipe erotomanik, tipe kebesaran, tipe cemburu, tipe somatik, tipe campuran dan tipe tidak tidak ditentukan. Tipe kejar dan tipe cemburu merupakan tipe gangguan waham menetap yang paling sering dijumpai, tipe kebesaran tidak   begitu sering, tipe erotomanik dan tipe somatik merupakan tipe yang paling jarang

terjadi.

Untuk menentukan diagnosa gangguan waham menetap, dapat dipakai kriteria yang diadaptasi dari DSM-IV-TR. Diagnosa banding yang paling mendekati gangguan waham menetap adalah skizofrenia tipe paranoid, dimana yang membedakannya adalah kualitas dari wahamnya.

Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada panderita gangguan waham menetap adalah perawatan rumah sakit, farmakoterapi, psikoterapi, faktor   psikodinamik dan terapi keluarga. Gangguan waham menetap memiliki prognosa

yang bisa dikatakan baik, karena jurang dari 50% penderitanya dapat sembuh dengan follow up jangka panjang.

(14)

1. Chopra, Shivani dan Raheel A. Khan. 2009. Delusional Disorder. Diunduh

dari : www.emedicine.com. Dibuka pada tanggal 12 November 2010.

2. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder Fourth Edition Text Revision. 2009. Philadelphia : Lippincot Williams & Wilkins.

3. Grover, Sandeep, Nitin Gupta dan Suhendra Kumar Matto. 2005. Delusional

Disorder : An Overview. Diunduh dari : www.gjpsy.uni-goettingen.de. Dibuka pada tanggal 12 November 2010.

4. Kaplan, Harorld I, Benjamin J. Sadock dan Jack A. Grebb. 1997. Gangguan Delusional. Jakarta : Binapura Aksara.

5. Kesley, Jeffrey E, D Jeffrey Newport dan Charles B. Nemeroff. 2006. Prinsiples of Psychopharmacology for Mental Health Professionals. Canada : Wiley-Liss Inc.

6. Maslim, Rusli. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. Jakarta : PT.Nuh Raya

7. Lowenstein ,Daniel H dan Brian K. Alldredge . 2005. Mental Health and

Delusional Disorder. Diunduh dari :

www.webmed.com/schizophrenia/delusional-disorder . Dibuka pada tanggal

12 November 2010.

8. Sadock, Benjamin J, Virginia A. Sadock dan Pedro Ruiz. 2009. Kaplan &

Sadock’s : Comprehensive Textbook of Psychiatry Volume 1 Ninth Edition. Philadelphia : Lippincot Williams & Wilkins

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai strategi atau usaha-usaha yang dilakukan oleh PT Pegadaian

RINCIAN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN BELANJA LANGSUNG PROGRAM DAN PER KEGIATAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. KODE REKENING URAIAN JUMLAH (Rp) RINCIAN PERHITUNGAN Volume Harga

Tujuan diperkenalkannya pola makan empat sehat lima sempuma sejak dini adalah supaya mulai sejak dini anak dapat mengetahui berbagai jenis makanan yang dibutuhkan

Akan melaksanakan semua tugas dan tanggung jawab pekerjaan yang diberikan oleh Kepala Desa sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) masing – masing bidang

Berdasarkan fenomena di atas Komisi Pemilihan Umum termasuk Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Muna yang memiliki wilayah kerja di Kabupaten Muna yang merupakan salah satu

Kabupaten Merauke sebagai salah satu lokasi kegiatan proyek pembangunan masyarakat pesisir (coastal community development), potensi sumberdaya kelautan yang besar namun