• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Hukum dan Perubahan Sosial (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan Hukum dan Perubahan Sosial (1)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Hukum dan Perubahan Sosial

Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas dalam Menempuh Mata Kuliah Hukum dan Masyarakat kelas H

Oleh:

Moh. Aridh Rizky E0014263 Nanda Dwi Haryanto E0014288

FAKULTAS HUKUM

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perubahan sosial adalah sebuah perubahan dari struktur sosial yang ada menuju suatu struktur sosial lainnya yang lebih baik. Perubahan-perubahan sosial yang terjadi di dalam suatu masyarakat dapat disebabkan berasal dari dalam masyarakat itu sendiri maupun dari luar masyarakat itu sendiri. Hal ini pula yang menyebabkan bahwa perubahan dalam masyarakat itu akan sejalan dengan perkembangan zaman yang terjadi.

Hukum merupakan salah satu unsur untuk menegakkan ketertiban dalam masyarakat. Pada saat ini, perkembangan masyarakat yang begitu cepat sedangkan pekembangan hukum selalu tertinggal oleh perkembangan masyarakat, sehingga menyebabkan hukum tidak mampu memberi perlindungan terhadap masyarakat itu sendiri. Hukum mempunyai pengaruh langsung atau pengaruh yang tidak langsung di dalam mendorong terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat.

Perubahan sosial jelas memengaruhi dan membawa perubahan pada hukum, sebab jika terjadi perubahan sosial, maka kebutuhan masyarakat juga akan berubah baik dalam kualitatif maupun kuantitatif, termasuk kebutuhan hukum juga akan berubah, baik dalam kaidah hukum positif maupun lembaga hukum. Akan tetapi,proses penyesuaian hukum pada perubahan sosial itu berjalan lambat. Bahkan seringkali hukum harus menunggu proses perubahan sosial mecapai tahap kemapanan tertentu agar dapat memunculkan kaidah,pranata dan lembaga hukum baru. Kenyataan inilah yang memunculkan ungkapan “hukum tertatih-tatih mengikuti kejadian” (het recht hinkt achter de feiten aan). Tetapi jika perubahan sosial itu berlangsung cepat dan menimbulkan gejolak sosial makan yang akan terguncang adalah hukum itu sendiri. Oleh karena itu, kami tertarik untuk membahas lebih lanjut tentang hukum dan perubahan sosial.

B. Rumusan Masalah

(3)

BAB II PEMBAHASAN

A. Hubungan Hukum dengan Perubahan Sosial

Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam suatu masyarakat dapat terjadi oleh karena bermacam-macam sebab. Sebab-sebab tersebut dapat berasal dari masyarakat itu sendiri (sebab intern) maupun luar masyarakat (sebab ekstern). Sebab intern meliputi, pertambahan penduduk atau berkurangnya penduduk, penemuan-penemuan baru, pertentangan atau karena terjadinya revolusi. Sedangkan sebab-sebab ekstern mencakup sebab-sebab yang terjadi di lingkungan alam fisik, pengaruh kebudayaan masyarakat lain, peperangan dan lain-lain. Suatu perubahan sosial lebih mudah terjadi apabila suatu masyarakat sering mengadakan kontrak dengan masyarakat-mayarakat lain, atau telah mempunyai sistem pendidikan yang maju. Sistem lapisan sosial yang terbuka, penduduk yang heterogen serta ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang tertentu dapat pula memperlancar terjadinya perubahan-perubahan sosial.

Di dalam proses perubahan-perubahan hukum (hukum yang tertulis) pada umumnya dikenal adanya tiga badan yang dapat mengubah hukum, yaitu badan-badan pembentuk hukum, badan penegak hukum dan badan pelaksana hukum. Adanya badan-badan pembentuk hukum yang khusus, adanya badan-badan peradilan yang menegakkan hukum serta badan-badan pelaksana yang menjalankan hukum, merupakan ciri-ciri yang terdapat pada Negara-negara modern. Pada masyarakat sederhana, ketiga fungsi tersebut mungkin berada ditangan satu badan teretentu atau diserahkan pada unit-unit terpenting dalam masyarakat seperti misalnya keluarga luas.

(4)

pola-pola perikelakuan yang diharapkan oleh kaidah-kaidah hukum dengan pola-pola perikelakuan yang diharapkan oleh kaidah-kaidah sosial lainnya.

1. Perubahan Sosial Sebagai Sebab Perubahan Hukum

Secara historis, perubahan sosial terlalu sangat lambat untuk menjadi kebiasaan sebagai sumber utama dari hukum. Perubahan-perubahan dalam kondisi sosial, teknologi dan pengetahuan, nilai-nilai dan sikap dapat mengarah kepada perubahan hukum. Dalan hal ini, hukum bersifat reaktif dan mengikuti perubahan sosial. Namun perlu dicatat bahwa perubahan hukum adalah salah satu dari banyak respon perubahan sosial. Namun perubahan hukum sangatlah penting, karena hukum mempresentasikan kewenangan negara dan kekuasaan negara dan kekuasaan pemberian sanksinya.

Sebagai contoh berkat perkembangan teknologi setiap orang dengan begitu gampangnya mengakses jejaring dunia maya, maka perbuatan pidana pun bergeser bukan hanya seperti yang termaktub dalam KUHP semata, tetapi jelas memunculkan juga perbuatan pidana yang melalui ITE.

2. Hukum Sebagai Instrumen Perubahan Sosial

Aliran positivisme hukum menyatakan bahwa hukum itu diciptakan dan dapat digunakan sebagai sarana/ alat/ instrumen rekayasa sosial (law as a tool of social enginering) untuk mendorong dan menciptakan perubahan dalam masyarakat. Hukum sebagai pengaruh tidak langsung terhadap perubahan sosial pada umumnya mempengaruhi kemungkinan-kemungkinan perubahan dalam berbagai institusi sosial. Hukum sebagai instrumen perubahan sosial dapat terjadi pada situasi tertentu, terutama pada peran negara dalam penertiban Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Hukum dalam konteks tersebut memaksa setiap pengendara sepeda bermotor untuk menggunakan helm, sehingga perubahan sosial yang terjadi adalah perilaku para pengendara berlaku imperatif untuk taat pada Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

B. Peranan Hukum dalam Perubahan Sosial 1. Hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat

(5)

atau social planning. Hukum mempunyai pengaruh langsung atau pengaruh tidak langsung di dalam mendorong terjadinya perubahan sosial. Misalnya, suatu peraturan yang menentukan sistem pendidikan tertentu bagi warga Negara mempunyai pengaruh secara tidak langsung yang sangat penting bagi terjadinya perubahan-perubahan sosial.

Didalam berbagai hal, hukum mempunyai pengaruh yang langsung terhadap lembaga-lembaga kemasyarakatan yang artinya bahwa terdapat hubungan yanglangsung antara hukum dengan perubahan-perubahan sosial. Suatu kaidah hukum yang menetapkan bahwa janda dan anak-anak tanpa memperhatikan jenisnya dapat menjadi ahliwaris mempunyai pengaruh langsung terhadap terjadinya perubahan-perubahan sosial, sebab utamanya adalah untuk mengubah pola-pola perikelakuan dan hubungan-hubungan antara warga masyarakat. Pengalaman-pengalaman di Negara-negara lain dapat membuktikan bahwa hukum, sebagaimana halnya dengan bidang-bidang kehidupan lainnya dipergunakan sebagai alat untuk mengadakan perubahan sosial. Misalnya di Tunisia, maka sejak diperlakukannya Code of Personal Status pada tahun 1957, seorang wanita yang telah dewasa, mempunyai kemampuan hukum untuk menikah tanpa harus didampingi oleh seorang wali.

Dapat dikatakan bahwa kaidah-kaidah hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat mempunyai perananan penting dalam perubahan-perubahan yang dikehendaki atau perubahan-perubahan yang direncanakan. Dengan perubahan-perubahan yang dikehendaki dan direncanakan dimaksudkan sebagai suatu perubahan yang dikehendaki dan direncenakan oleh warga masyarakat yang berperan sebagai pelopor masyarakat. Dan dalam masyrakat yang sudah kompleks dimana birokrasi memegang peranan penting dalam tindakan-tindakan sosial, maka harus mempunyai dasar hukum untuk sahnya. Oleh sebab itu, apabila pemerintah ingin membentuk badan-badan yang berfungsi untuk mengubah masyarakat (secara terencana), maka hukum diperlakukan untuk membentuk badan atau lembaga untuk menentukan dan membatasi kekuasaannya. Dalam hal ini kaidah hukum mendorong terjadinya perubahan-perubahan sosial dengan membentuk badan-badan yang secara langsung berpengaruh terhadap perkembangan-perkembangan dalam bidang-bidang sosial,ekonomi, dan politik.

2. Hukum sebagai sarana pengatur perilaku (alat kontrol sosial)

(6)

ditetapkan sebelumnya. Salah satu masalah yang dihadapi dalam bidang ini adalah hukum-hukum tertentu yang dibentuk dan diterapkan, ternyata tidak efektif.

Gejala-gejala tersebut akan timbul, apabila ada faktor-faktor tertentu yang menjadi halangan. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari penegak hukum, para pencari keadilan (justitiabelen) maupun golongan-golongan lain di dalam masyarakat. Faktor-faktor itulah yang harus diidentifikasi karenamerupakan suatu kelemahan yang terjadi kalau hanya tujuan yang dirumuskan, tanpa mempertimbangkan sarana-sarana untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Jika hukum merupakan sarana yang dipilih untuk tujuan-tujuan tersebut, maka prosesnya tidak berhenti pada pemilihan hukum sebagai sarana saja. Perlu diketahui batas-batas di dalam penggunaan hukum sebagai sarana (untuk mengubah atau mengatur perikelakuan warga masyarakat). Sebab, sarana yang ada membatasi pencapaian tujuan, sedangkan tujuan menentukan sarana-sarana yang tepat untuk digunakan. Adanya alat-alat komunikasi tertentu, merupakan salah satu syarat bagi penyebaran serta pelembagaan hukum. Komunikasi tersebut dilakukan secara formal, yaitu melalui suatu tata cara yang terorganisasikan dengan resmi. Ada pula tata cara informal yang tidak sresmi sifatnya. Inilah yang dinamakan difusi, yaitu penyebaran dari unsur-unsur kebudayaan tertentu didalam masyarakat yang bersangkutan. Proses difusi dapat dipengaruhi oleh pengakuan, bahwa unsur kebudayaan yang bersangkutan (dalam hal ini hukum) mempunyai kegunaan.

Ada tidaknya pengaruh dari unsur-unsur kebudayaan lainnya, yang mungkin merupakan pengaruh negatif ataupun positif. Sebagai suatu unsur yang baru,maka hukum tadi mungkin akan ditolak oleh masyarakat karena berlawanan dengan fungsi unsur lama. Kedudukan dan peranan dari mereka yang menyebarluaskan hukum, mempengaruhi efek-tivitas hukum didalam mengubah serta mengatur perikelakuan warga-warga masyarakat.

(7)

melakukan tindakan-tindakan positif atau negatif, sesuai dengan kepatuhan atau pelanggaran terhadap kaidah-kaidah hukum.

Hans Kelsen hanya menguraikan pada hubungan antara kaidah-kaidah hukum tersebut. Maka diperlukan kerangka yang lebih luas yang mungkin lebih banyak mempertimbangkan masalah-masalah disekitar penegak hukum subyek–subyek hukum lainnya. Untuk diperlukan itu, dapat dikemukakan melalui langkah-langkah atau tahap-tahap yang didasarkan pada hipotesis-hipotesis sebagai berikut:

a. Para pemegang peranan akan menentukan pilihannya, sesuai dengan anggapan-anggapan ataupun niali-nilai mereka terhadap realitas yang menyediakan kemungkinan-kemungkinan untuk memilih dengan segala konsekuensinya.

b. Salah satu diantara faktor-faktor yang menentukan kemungkinan untuk menjatuhkan pilihan adalah perikelakuan yang diharapkan dari pihak lain.

c. Harapan terhadap peranan-peranan teretentu dirumuskan oleh kaidah-kaidah.

d. Kaidah-kaidah hukum adalah kaidah-kaidah yang dinyatakan oleh para pelopor perubahan atau mungkin juga oleh pattern-setting group.

e. Kaidah-kaidah hukum yang bertujuan untuk mengubah dan mengatur perikelakuan dapat dilakukan dengan cara-cara meliputi,

1) Melakukan imbalan-imbalan secara psikologis bagi pemegang peranan yang patuh maupun melanggar kaidah hukum

2) Merumuskan tugas-tugas penegak hukum untuk bertindak sedemikian rupa

3) Mengubah perikelakuan pihak ketiga yang dapat mempengaruhi perikelakuan pemegang peranan yang mengadakan interaksi

(8)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam suatu masyarakat dapat terjadi oleh karena bermacam-macam sebab. Sebab-sebab tersebut dapat berasal dari masyarakat itu sendiri (sebab intern) maupun luar masyarakat (sebab ekstern). Perubahan-perubahan sosial dan perubahan-perubahan hukum atau sebaliknya, tidak selalu berlangsung bersama-sama. Artinya pada keadaan-keadaan teretentu perkembangan hukum mungkin tertinggal oleh perkembangan unsur-unsur lainnya dari masyarakat serta kebudayaannya, atau mungkin hal yang sebaliknya terjadi. Apabila terjadi hal demikian, maka terjadilah suatu social lag yaitu suatu keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan dalam perkembangan lembaga-lembaga kemasyrakatan yang mengakibatkan terjadinya kepincangan-kepincangan. Tertinggalnya perkembangan hukum oleh unsur-unsur sosial lainnya, atau sebaliknya, terjadi oleh karena pada hakikatnya merupakan suatu gejala wajar di dalam suatu masyarakat bahwa terdapat perbedaan antara pola-pola perikelakuan yang diharapkan oleh kaidah-kaidah hukum dengan pola-pola perikelakuan yang diharapkan oleh kaidah-kaidah sosial lainnya.

Peranan hukum dalam perubahan sosial yaitu, Pertama, hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat, hukum memungkinkan dipergunakan sebagai suatu alat oleh agent of change atau pelopor perubahan yaitu seseorang atau kelompok orang yang mendapatkan kepercayaan dari masyrakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan. Suatu perubahan sosial yang dikehendaki atau direncanakan, selalu berada dibawah pengendalian serta pengawasan pelopor perubahan tersebut. Kedua, hukum sebagai sarana pengatur perilaku, sebagai sarana social engineering, hukum merupakan suatu sarana yang ditujukan untuk mengubah peri kelakuan warga masyarakat, sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

B. Saran

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Soekanto, Soerjono. 1988. Pokok-Pokok Sosiologi Hukum. Jakarta: Rajawali Pers.

Maulana, Junaidi. 2013. Perubahan-Perubahan Sosial dan Hukum.

http://junaidimaulana.blogspot.co.id/2013/02/perubahan-perubahan-sosial-dan-hukum.html. Diakses pada 29 April 2016 Pukul 20.42.

Wahyudianto, Maringan. 2010. Hukum dalam Perubahan Sosial. http://ikhwan-kiri.blogspot.co.id/2010/12/hukum-dalam-perubahan-sosial.html. Diakses pada 29 April 2016 pukul 20.40

Choiruddin . 1991. Sosiologi Hukum. Jakarta: Sinar Grafika

Anonim. 2007. Hukum dan Perubahan Sosial. https://mjrsusi.word-press.com/2007/12/14/hukum-dan-perubahan-sosial/. Diakses pada 2 Mei 2016 Pukul 22.02.

Selvie M. Tumengkol. 2012. Masalah Sosial Sebagai Dampak Perubahan Sosial dan Upaya Pemecahannya (Studi Kasus Masalah Kemiskinan). Karya Ilmiah. Manado: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sam Ratulangi.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan keterangan tersebut di atas, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat berkesimpulan bahwa Lampiran Angka I huruf DD angka 5 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

The decision may consist of approval (with or without conditions), request for more information, or rejection. 14.3 When the FSC Pesticides Committee has taken its

Dengan bernyanyi, siswa dapat menyanyikan lagu dengan memerhatikan ketepatan nada dan tempo dengan penuh percaya diri.. Mengidentifikasi usaha-usaha pelestarian

Nah, bagi kamu yang berada di kawasan Jakarta, Bogor, Bandung, Purwakarta dan sekitarnya memilih Taman Wisata Matahari sebagai tempat membuat event atau acara besar khusus kelompok

The purpose of this study was to evaluate the mi- croleakage between the cavity wall and resin com- posite restorations made with the use of two differ- ent self-etch adhesive

Jadi kesimpulannya hadis tersebut tidak shahih karena ia merupakan bikinan ibn Shihab al-Zuhri dan bukan sabda Nabi Saw, meskipun hadits tersebut tercantum dalam

Misalnya promosi pada bulan April dengan menurunkan harga jual menjadi $39, mengakibatkan peningkatan penjualan 10% pada bulan April, dan forward buying sebesar 20% dari permintaan

 Guru lalu bertanya pendapat siswa, apakah kalimat minta tolong dan terima kasih yang sesuai dengan gambar atau teks bacaan.  Guru lalu minta siswa tersebut mengamati kegiatan