• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertanyaan novatif pada peningkatan pemahaman (3)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pertanyaan novatif pada peningkatan pemahaman (3)"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

Pertanyaan

proses dan persyaratan serta persiapan yang harus dilakukan dalam pembentukan BLUD

Jawab

Menanggapi pertanyaan Saudara mengenai proses dan persyaratan serta persiapan yang harus dilakukan dalam pembentukan BLUD dapat kami sampaikan masukan sebagai berikut :

a. Berdasarkan Permendagri 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan BLUD, antara lain diatur bahwa :

1) Yang dapat ditetapkan sebagai BLUD adalah : a) SKPD;

b) Unit Kerja SKPD; dan

c) gabungan beberapa SKPD/beberapa Unit Kerja yang memiliki kesamaan sifat dan jenis layanan.

2) SKPD/Unit Kerja/Gabungan SKPD/Unit Kerja di lingkungan Pemda tersebut dapat menerapkan PPK BLUD apabila tusinya bersifat operasional dalam menyelenggarakan pelayanan umum.

3) Pembinaan teknis BLUD dilakukan oleh : a) Sekretaris Daerah untuk BLUD SKPD;

b) Kepala SKPD, untuk BLUD Unit Kerja SKPD;

b. Berdasarkan pengaturan tersebut, Saudara perlu melakukan reviu apakah unit kerja Saudara telah memenuhi persyaratan yaitu memiliki tusi bersifat operasional dalam menyelenggarakan pelayanan umum, sehingga bisa menerapkan PPK BLUD.

c. Dalam rangka mendapatkan bimbingan teknis dan manajemen pembentukan BLUD, Saudara dapat berkonsultasi lebih lanjut kepada :

1) Sekretaris Daerah, apabila unit kerja Saudara merupakan SKPD, atau

2) Kepala SKPD, apabila unit kerja Saudara merupakan Unit Kerja di bawah SKPD. d. Untuk mengetahui lebih lanjut dasar hukum pembentukan BLUD, Saudara dapat mempedomani :

1) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, sebagaimana yang telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012. 2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.

Pertanyaan

sumber dana operasional satker BLU

Jawab

(2)

pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Dana operasional BLU, sesuai pasal 14 Peraturan Pemerintah nomor 23 tahun 2005, terdiri atas:

a. Penerimaan anggaran yang berasal dari APBN/APBD

b. Pendapatan yang berasal dari jasa layanan kepada masyarakat c. Hibah tidak terikat

d. Hibah terikat

e. Hasil kerjasama satker BLU dengan pihak lain dan hasil usaha lainnya

Penerimaan pada poin (a) merupakan penerimaan yang berasal dari otorisasi kredit anggaran kementerian/lembaga/pemerintah daerah, yang berarti terjamin ketersediaan dananya pada dokumen pelaksanaan anggaran. Penerimaan APBN/APBD digunakan untuk belanja

operasional (belanja pegawai, barang, dan jasa) dan belanja investasi (belanja modal). Belanja dilakukan dengan mekanisme pengajuan surat perintah membayar ke Kantor Pelayanan

Perbendaharaan Negara (KPPN).

Pendapatan pada poin (b), (c), dan (e) di atas merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) bagi satker BLU dan dapat digunakan/dibelanjakan langsung untuk kegiatan operasional BLU tanpa terlebih dahulu disetorkan ke rekening kas negara. Pendapatan dan belanja ini kemudian dilakukan pengesahan ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) melalui mekanisme Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja (SP3B) BLU sehingga tercatat dalam pembukuan Bendahara Umum Negara.

2. Dalam pelaksanaan APBN, sebelum dilakukan belanja terlebih dahulu harus ada anggaran yang tertuang ke dalam dokumen pelaksanaan anggaran. Anggaran dapat dikatakan suatu "jaminan" bahwa pelaksanaan belanja yang akan dilakukan oleh satker BLU tersedia dananya. Dokumen pelaksanaan anggaran dalam konteks APBN disebut dengan DIPA. Di dalam DIPA ini, tereatat semua program dan kegiatan yang akan dilaksanakan serta output yang akan dicapai oleh satker BLU selama satu tahun mendatang.

Untuk mencairkan dana DIPA dalam rangka membiayai kegiatan operasional BLU, dilakukan dengan mekanisme pengajuan Surat Perintah Membayar (SPM) ke KPPN. Atas dasar SPM ini KPPN melakukan pengujian. Hasil pengujian ada 2 (dua), pertama apabila SPM tidak

memenuhi syarat maka akan ditolak/dikembalikan kepada satker, kedua apabila memenuhi syarat maka akan diterbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) yang akan mendebet rekening kas negara untuk membayar tagihan yang tercantum pada SPM tersebut.

Uang yang sudah keluar dari rekening kas negara atas penerbitan SP2D sebagaimana dimaksud di atas diakui sebagai belanja negara dan tidak dikembalikan lagi ke negara.

Pertanyaan

penilaian kinerja satker BLU hanya dari aspek kinerja keuangan

Jawab

(3)

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas serta penerapan praktek bisnis yang sehat (dengan kata lain, tidak berorientasi mencari keuntungan/profit).

Untuk menilai kinerja BLU, dilakukan dengan mempertimbangkan 2 (dua) aspek yaitu aspek keuangan dan aspek kepatuhan pengelolaan keuangan BLU. Aspek keuangan meliputi penilaian terhadap rasio keuangan dan rasio pendapatan PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak) terhadap biaya operasional. Sedangkan aspek kepatuhan pengelolaan keuangan BLU meliputi antara lain penilaian terhadap Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA), penyampaian laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, tarif Iayanan dan lain sebagainya (terdapat 11 kriteria penilaian sebagaimana disebutkan di dalam Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER36/PB/2012).

Terdapat banyak faktor yang dijadikan dasar dalam penilaian BLU. Mengingat tujuan pembentukan BLU adalah pelayanan kepada masyarakat dan tidak berorientasi mencari keuntungan, maka penilaian atas aspek keuangan saja tidak akan mampu menggambarkan kinerja pelayanan yang dilakukan oleh BLU . Demikian juga apabila penilaian didasarkan atas aspek kepatuhan pengelolaan keuangan BLU saja, maka penilaian tersebut tidak akan mampu menggambarkan kinerja keuangan yang telah dilaksanakan.

Dalam hal penilaian, tujuan dilakukan penilaian terhadap aspek keuangan adalah untuk mengetahui seberapa jauh pengelolaan keuangan BLU telah diselenggarakan berdasarkan praktek-praktek bisnis yang sehat (best practice) yang tercermin dari laporan keuangannya.

Pertanyaan

Kriteria penilaian RBA BLU rumpun layanan pendidikan

Jawab

1. Ketepatan waktu penyampaian :

Disampaikan kepada Menteri Keuangan (DJA dan DJPB) paling lambat 7 hari kerja setelah tahun sebelumnya berakhir.

2. Kelengkapan :

a. Ditandatangani oleh Pimpinan BLU;

b. Diketahui oleh Dewan Pengawas atau pejabat yang ditunjuk menteri/pimpinan lembaga jika BLU tidak mempunyai Dewan Pengawas;

c. Disetujui oleh menteri/pimpinan lembaga;

d. Format mengikuti Perdirjen Perbendaharaan nomor : 20/PB/2012 yang mencakup antara lain ringkasan eksekutif, masing-masing bab dan subbabnya, serta penyajian tabel-tabel. 3. Akurasi, antara lain :

- Kesesuaian RBA dengan Rencana Strategis Bisnis BLU dan pagu anggaran K/L;

(4)

- Pencapaian kinerja tahun berjalan baik dari sisi keuangan maupun layanan;

- Kemandirian pembiayaan baik pada tingkat satker BLU maupun pada masing-masing unit kerja.

Pertanyaan

Pengenaan bunga/nilai tambah atas dana BLU jalan tol sebagaimana pasal 3 PMK nomor 218/PMK.05/2009

Jawab

1. Menteri Keuangan telah menerbitkan PMK Nomor : 152/PMK.05/2007 tanggal 27 November 2007 tentang Tarif Layanan BP Set. BPJT.

2. PMK Nomor : 218/PMK.05/2009 tanggal 17 Desember 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 99/PMK.05/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Bergulir Pada Kementerian Negara/Lembaga. PMK tersebut mengatur tentang dana bergulir yang dialokasikan oleh Kementerian Negara/Lembaga/Satuan Kerja Badan Layanan Umum untuk kegiatan perkuatan modal usaha bagi koperasi, usaha mikro, kecil, menengah, dan usaha lainnya yang berada dibawah pembinaan Kementerian Negara/Lembaga.

3. Berdasarkan poin 2 tersebut Saudari Citra Rebecca tidak tepat dalam mengambil dasar hukum tentang nilai tambah/tingkat suku bunga pinjaman, mengingat PMK Nomor :

218/PMK.05/2009 tidak mengatur tingkat suku bunga/nilai tambah atas pinjaman BP Set BPJT kepada Badan Usaha Jalan Tol (BUJT).

4. Berkenaan dengan pertanyaan tersebut dapat kami sampaikan :

a. Tarif layanan pinjaman BP Set. BPJT kepada BUJT diatur dengan PMK Nomor : 152/PMK.05/2007.

b. Pinjaman disalurkan/dipinjamkan kepada Badan Usaha Jalan Tol (perseroan) bukan kepada kelompok masyarakat.

c. Periode nilai tambah belum diatur secara tegas dalam PMK tersebut. Dalam praktiknya (berdasarkan informasi dari BP Set. BPJT) BP. Set BPJT menerapkan kebijakan yang beragam, pada beberapa perjanjian mengenakan tarif layanan per tahun selama masa pinjaman, namun ada juga yang hanya selama dua tahun.

d. Pemberlakuan persyaratan dan kondisi atas tarif layanan diatur dalam perjanjian antara Badan Pengatur Jalan Tol dengan Badan Usaha Jalan Tol.

Pertanyaan

(5)

apakah dilakukan pada seksi bendum dan seksi vera ? (4) dasarnya apa ? Mohon petunjuk penyelesaian pada Neraca SAU KPPN dalam waktu yang tidak terlalu lama. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Jawab

1. Apabila setelah ditelusuri penyebab terjadinya selisih adalah adanya akumulasi digit di belakang koma, sehingga menyebabkan saldo kas BLU pada neraca KPPN (SAU) lebih kecil/kurang dari saldo menurut rekening satker BLU (SAI) maka:

a. Angka yang dilaporkan sebagai saldo kas BLU di laporan keuangan adalah angka sampai dengan rupiah terkecil, tidak termasuk angka dibelakang koma.

Untuk itu perlu dilakukan penyesuaian terhadap saldo kas BLU pada neraca KPPN (SAU) dengan mekanisme Memo Penyesuaian (MP).

b. Prosedur pengajuan MP adalah petugas akuntansi satker BLU membuat MP dengan format sesuai Perdirjen nomor: PER-67/PB/2007 yang ditandatangani oleh pemimpin BLU dan diajukan ke KPPN dengan dilampiri:

1) Surat Pernyataan Tanggung Jawab (SPTJ) saldo awal. 2) Berita Acara Rekonsiliasi Kas

3) Rekening Koran per 31 Desember tahun anggaran yang lalu. 4) Neraca per 31 Desember tahun anggaran yang lalu berdasar SAP.

c. Setelah MP disetujui oleh Kepala KPPN dan telah membubuhkan tanda tangan, maka MP berkenaan menjadi dokumen sumber bagi operator di Seksi Pencairan Dana, Seksi Verifikasi dan Akuntansi serta Seksi Bendum untuk melakukan koreksi terhadap saldo awal BLU.

Pertanyaan

Saldo kas BLU pada KPPN

Mohon izin, kami dari KPPN Yogyakarta telah menyurat S-4825/WPB.15/KP.01/2012 perihal pengesahan saldo awal BLU atas PNBP PTN ex BHMN ke Dit APK, PPK BLU, Dit PKN, dan Dit SP, intinya sesuai S-10573/PB/2011 tanggal 10 Nov 2011 hal Rekonsiliasi dan Analisis Kas pada BLU, salah satu point menyatakan ”Kas yang telah menjadi hak satker BLU dicatat sebagai perkiraan Kas BLU dan Investasi Jangka Pendek BLU. Apakah surat Nomor S-10573/PB/2011 berlaku juga terhadap satker BLU PTN ex BHMN?? Mohon penjelasannya....terima kasih

Jawab

1. Sesuai dengan pasal 37A PP 74 Tahun 2012 tentang Perubahan atas PP 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU, dinyatakan bahwa 7 (tujuh) PTN Eks BHMN ditetapkan untuk menerapkan pola pengelolaan keuangan BLU dengan status BLU penuh, sehingga surat Nomor S-10573/PB/2011 tersebut juga berlaku untuk satker BLU PTN Eks BHMN.

(6)

Pertanyaan

cara mengetahui bahwa suatu satker BLU telah mengalami peningkatan kinerja

Jawab

1. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum pasal 4 ayat 1 diatur bahwa aspek substantif, teknis, dan administratif merupakan persyaratan suatu instansi/satker pemerintah dapat diizinkan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan BLU (menjadi Satker BLU).

2. Terkait dengan penilaian/pengukuran kinerja suatu instansi/satker pemerintah setelah ditetapkan sebagai instansi/satker BLU telah diterbitkan Peraturan Dirjen Perbendaharaan nomor PER-36/PB/2012 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Keuangan Satker BLU yang mencakup penilaian aspek keuangan dengan indikator antara lain rasio lancar, rasio kas, perputaran aset tetap, dan rasio belanja operasional terhadap pendapatan operasional serta aspek kepatuhan dengan indikator antara lain ketepatan penyampaian pertanggungjawaban, pola tata kelola, dan memiliki tarif layanan yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan. 3. Oleh karena itu, dapat kami tegaskan bahwa pengukuran kinerja suatu instansi/satker pemerintah setelah ditetapkan menjadi Satker BLU bukan didasarkan pada persyaratan pembentukannya melainkan diukur dari indikator-indikator kinerja yang telah ditetapkan sebagaimana peraturan tersebut diatas.

Pertanyaan

penilaian kinerja satker BLU hanya dari aspek kinerja keuangan

Jawab

Badan Layanan Umum (BLU) adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa, penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Sedangkan tujuan dibentuknya BLU adalah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas serta penerapan praktek bisnis yang sehat (dengan kata lain, tidak berorientasi mencari keuntungan/profit).

(7)

antara lain penilaian terhadap Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA), penyampaian laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, tarif Iayanan dan lain sebagainya (terdapat 11 kriteria penilaian sebagaimana disebutkan di dalam Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER36/PB/2012).

Terdapat banyak faktor yang dijadikan dasar dalam penilaian BLU. Mengingat tujuan pembentukan BLU adalah pelayanan kepada masyarakat dan tidak berorientasi mencari keuntungan, maka penilaian atas aspek keuangan saja tidak akan mampu menggambarkan kinerja pelayanan yang dilakukan oleh BLU . Demikian juga apabila penilaian didasarkan atas aspek kepatuhan pengelolaan keuangan BLU saja, maka penilaian tersebut tidak akan mampu menggambarkan kinerja keuangan yang telah dilaksanakan.

Dalam hal penilaian, tujuan dilakukan penilaian terhadap aspek keuangan adalah untuk mengetahui seberapa jauh pengelolaan keuangan BLU telah diselenggarakan berdasarkan praktek-praktek bisnis yang sehat (best practice) yang tercermin dari laporan keuangannya.

Pertanyaan

sumber dana operasional satker BLU

Jawab

1. Badan Layanan Umum (BLU) adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Dana operasional BLU, sesuai pasal 14 Peraturan Pemerintah nomor 23 tahun 2005, terdiri atas:

a. Penerimaan anggaran yang berasal dari APBN/APBD

b. Pendapatan yang berasal dari jasa layanan kepada masyarakat c. Hibah tidak terikat

d. Hibah terikat

e. Hasil kerjasama satker BLU dengan pihak lain dan hasil usaha lainnya

Penerimaan pada poin (a) merupakan penerimaan yang berasal dari otorisasi kredit anggaran kementerian/lembaga/pemerintah daerah, yang berarti terjamin ketersediaan dananya pada dokumen pelaksanaan anggaran. Penerimaan APBN/APBD digunakan untuk belanja

operasional (belanja pegawai, barang, dan jasa) dan belanja investasi (belanja modal). Belanja dilakukan dengan mekanisme pengajuan surat perintah membayar ke Kantor Pelayanan

Perbendaharaan Negara (KPPN).

Pendapatan pada poin (b), (c), dan (e) di atas merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) bagi satker BLU dan dapat digunakan/dibelanjakan langsung untuk kegiatan operasional BLU tanpa terlebih dahulu disetorkan ke rekening kas negara. Pendapatan dan belanja ini kemudian dilakukan pengesahan ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) melalui mekanisme Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja (SP3B) BLU sehingga tercatat dalam pembukuan Bendahara Umum Negara.

(8)

yang tertuang ke dalam dokumen pelaksanaan anggaran. Anggaran dapat dikatakan suatu "jaminan" bahwa pelaksanaan belanja yang akan dilakukan oleh satker BLU tersedia dananya. Dokumen pelaksanaan anggaran dalam konteks APBN disebut dengan DIPA. Di dalam DIPA ini, tereatat semua program dan kegiatan yang akan dilaksanakan serta output yang akan dicapai oleh satker BLU selama satu tahun mendatang.

Untuk mencairkan dana DIPA dalam rangka membiayai kegiatan operasional BLU, dilakukan dengan mekanisme pengajuan Surat Perintah Membayar (SPM) ke KPPN. Atas dasar SPM ini KPPN melakukan pengujian. Hasil pengujian ada 2 (dua), pertama apabila SPM tidak

memenuhi syarat maka akan ditolak/dikembalikan kepada satker, kedua apabila memenuhi syarat maka akan diterbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) yang akan mendebet rekening kas negara untuk membayar tagihan yang tercantum pada SPM tersebut.

Uang yang sudah keluar dari rekening kas negara atas penerbitan SP2D sebagaimana dimaksud di atas diakui sebagai belanja negara dan tidak dikembalikan lagi ke negara.

Pertanyaan

proses dan persyaratan serta persiapan yang harus dilakukan dalam pembentukan BLUD

Jawab

a. Berdasarkan Permendagri 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan BLUD, antara lain diatur bahwa :

1) Yang dapat ditetapkan sebagai BLUD adalah : a) SKPD;

b) Unit Kerja SKPD; dan

c) gabungan beberapa SKPD/beberapa Unit Kerja yang memiliki kesamaan sifat dan jenis layanan.

2) SKPD/Unit Kerja/Gabungan SKPD/Unit Kerja di lingkungan Pemda tersebut dapat menerapkan PPK BLUD apabila tusinya bersifat operasional dalam menyelenggarakan pelayanan umum.

3) Pembinaan teknis BLUD dilakukan oleh : a) Sekretaris Daerah untuk BLUD SKPD;

b) Kepala SKPD, untuk BLUD Unit Kerja SKPD;

b. Berdasarkan pengaturan tersebut, Saudara perlu melakukan reviu apakah unit kerja Saudara telah memenuhi persyaratan yaitu memiliki tusi bersifat operasional dalam menyelenggarakan pelayanan umum, sehingga bisa menerapkan PPK BLUD.

c. Dalam rangka mendapatkan bimbingan teknis dan manajemen pembentukan BLUD, Saudara dapat berkonsultasi lebih lanjut kepada :

1) Sekretaris Daerah, apabila unit kerja Saudara merupakan SKPD, atau

2) Kepala SKPD, apabila unit kerja Saudara merupakan Unit Kerja di bawah SKPD. d. Untuk mengetahui lebih lanjut dasar hukum pembentukan BLUD, Saudara dapat mempedomani :

(9)

2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.

Pertanyaan

tata cara perubahan satker biasa menjadi satker yang menerapkan PK-BLU

Jawab

1. Pasal 1 PP 23/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PK BLU) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan BLU adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

2. Dapat kami sampaikan bahwa untuk menjadi satker PK BLU, Menteri/pimpinan

lembaga/kepala SKPD mengusulkan instansi pemerintah yang memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan administratif untuk menerapkan PPK BLU kepada Menteri

Keuangan/gubernur/bupati/walikota, sesuai dengan kewenangannya (Pasal 5 PP 23/2005). 3. Sesuai dengan penjelasan diatas, dapat kami simpulkan bahwa jika instansi tersebut (Rumah Sakit Bhayangkara Polda Lampung) ingin menjadi satker PK BLU, Pimpinan Lembaga/Non Kementerian (dalam hal ini Kapolri) supaya berkoordinasi dengan Menteri Keuangan untuk menentukan apakah Rumah Sakit Bhayangkara (RSB) memenuhi persyaratan substantif dan teknis. Jika RSB memenuhi persyaratan substantif dan teknis, maka RSB harus membuat persyaratan administratif dan mengirimkannya ke Menteri Keuangan untuk dinilai.

Pertanyaan

pencatatan dana bergulir dalam akuntansi

Jawab

1. BLU merupakan satuan kerja dari kementerian negara/lembaga (K/L) induknya. Dalam menyusun laporan keuangan, satker BLU menggunakan dua standar akuntansi yaitu Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Laporan keuangan BLU berdasar SAP dikonsolidasikan dengan laporan keuangan kementerian negara/lembaga (K/L) induknya. Sedangkan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) merupakan kompilasi dari laporan keuangan seluruh kementerian negara/lembaga (K/L). Dari sini terlihat bahwa laporan keuangan BLU berada pada sisi yang sama dengan laporan keuangan pemerintah. 2. Berkenaan dengan pertanyaan Saudari Wasilah, untuk dana bergulir, baik satker BLU

(10)

Wasilah membaca Peraturan Menteri Keuangan No. 99/PMK.05/2008 jo. PMK No. 218/PMK.05/2009 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Bergulir pada Kementerian

Negara/Lembaga dan Buletin Teknis (Bultek) Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) no. 07 tentang Akuntansi Dana Bergulir yang disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP).

Pertanyaan

perbedaan satker BLU dan satker biasa

Jawab

a. Perbedaan utama antara satker PK BLU penuh dengan satker biasa adalah diberikannya kepada satker BLU penuh fleksibilitas pengelolaan keuangan berupa pengecualian atas asas universalitas dan fleksibilitas lainnya, yaitu:

1. Pendapatan dapat digunakan langsung, tanpa terlebih dahulu disetorkan ke Kas Negara. 2. Belanja menggunakan pola anggaran fleksibel dengan ambang batas tertentu.

3. Dapat mengelola kas BLU untuk memanfaatkan idle cash BLU yang hasilnya menjadi pendapatan BLU.

4. Dapat memberikan piutang usaha maupun menghapus piutang sampai batas tertentu. 5. Dapat melakukan utang sesuai jenjang dengan tanggung jawab pelunasan berada pada BLU.

6. Dapat melakukan investasi jangka panjang dengan seijin Menteri Keuangan.

7. Dapat dikecualikan dari aturan umum pengadaan barang/jasa dan dapat mengalihkan barang inventaris.

8. Dapat diberikan remunerasi sesuai tingkat tanggung jawab dan profesionalisme.

9. Surplus dapat digunakan untuk tahun berikutnya dan defisit dapat dimintakan dari APBN untuk Public Service Obligation (PSO).

10. Pegawai dapat terdiri dari PNS dan profesional non PNS.

11. Pengaturan organisasi dan nomenklatur diserahkan kepada Kementerian/Lembaga dan BLU yang bersangkutan dengan seijin Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara.

b. Pemberian fleksibilitas tersebut dimaksudkan untuk mendorong satker BLU penuh agar dapat menerapkan prinsip bisnis yang sehat. Penerapan bisnis yang sehat merupakan suatu upaya untuk mengadopsi prinsip dan kaedah manajemen yang baik dalam pengelolaan keuangan negara. Fungsi-fungsi manajemen diadaptasi dengan tujuan agar tercipta tata kelola organisasi yang baik, akuntabel dan transparan dalam pengelolaan keuangan negara.

Pertanyaan

pola penganggaran pada satker BLU

(11)

1. Pola penganggaran satker BLU tunduk pada ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum yaitu :

a. BLU menyusun rencana strategis bisnis lima tahunan dengan mengacu kepada Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga (Renstra-KL);

b. BLU menyusun RBA tahunan dengan mengacu kepada rencana strategis bisnis satker BLU; c. RBA sebagaimana dimaksud pada huruf (b) disusun berdasarkan basis kinerja dan

perhitungan akuntansi biaya menurut jenis layanannya;

d. RBA BLU disusun berdasarkan kebutuhan dan kemampuan pendapatan yang diperkirakan akan diterima dari masyarakat, badan lain, dan APBN;

e. BLU mengajukan RBA kepada Menteri/Pimpinan Lembaga untuk dibahas sebagai bagian dari RKA-KL satker BLU;

f. RBA dimaksud disertai dengan usulan standar pelayanan minimum dan biaya dari keluaran yang akan dihasilkan;

g. RBA BLU yang telah disetujui oleh Menteri/Pimpinan Lembaga diajukan kepada Menteri Keuangan cq Direktorat Jenderal Anggaran sebagai bagian RKA-KL satker BLU; h. Menteri Keuangan, sesuai dengan kewenangannya, mengkaji kembali standar biaya dan anggaran BLU dalam rangka pemrosesan RKA-KL sebagai bagian dari mekanisme

pengajuan dan penetapan APBN;

i. RBA BLU digunakan sebagai acuan dalam menyusun dokumen pelaksanaan anggaran BLU (DIPA BLU) untuk diajukan kepada Menteri Keuangan sesuai dengan kewenangannya;

j. Menteri Keuangan, sesuai dengan kewenangannya, mengesahkan dokumen

pelaksanaan anggaran BLU (DIPA BLU) paling lambat tanggal 31 Desember menjelang awal tahun anggaran;

k. DIPA BLU yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan, sesuai dengan kewenangannya, menjadi dasar bagi penarikan dana yang bersumber dari APBN oleh BLU.

2. Proses penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) satker BLU mempedomani

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 44/PMK.05/2009 tentang Rencana Bisnis dan Anggaran serta Penyusunan Anggaran Badan Layanan Umum.

3. Pada satker pengguna dana PNBP pendapatan yang diperoleh harus terlebih dahulu disetorkan ke kas negara. Besaran prosentase dana yang dapat dipergunakan kembali ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Untuk satker BLU berstatus penuh, seluruh pendapatan yang peroleh dapat dipergunakan langsung tanpa disetorkan terlebih dahulu ke Kas Negara dan dipertanggungjawabkan ke KPPN dengan mengajukan SPM Pengesahan. Satker BLU bertahap, masih dilaksanakan setoran pendapatan ke kas negara sebesar prosentase yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Pertanyaan

penyusunan Laporan Keuangan satker BLU

Jawab

(12)

satu dokumen dalam persyaratan administratif adalah laporan keuangan pokok yang berlaku bagi instansi tersebut, termasuk laporan relisasi anggaran/laporan operasional keuangan, laporan posisi keuangan, laporan arus kas (dalam hal berlaku), dan catatan atas laporan keuangan, serta neraca/prognosa neraca. Jadi kalau satker RSUD tersebut semula berbentuk satker swadana atau satker PNBP, maka laporan keuangan yang disajikan sebagai persyaratan administratif terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, dan Catatan atas

Laporan Keuangan (CaLK) terakhir. Laporan Keuangan yang telah disusun tersebut selanjutnya dianalisa menggunakan metode analisa horisontal dan vertikal, serta memakai berbagai teknik analisa, antara lain: analisa perubahan laporan keuangan, analisa persentase per komponen, analisa trend, analisa rasio, dan analisa kesesuaiannya dengan rencana strategis bisnis.

2. BLU diberi jangka waktu 2 tahun untuk mengembangkan dan menerapkan sistem akuntansi keuangan sesuai dengan jenis layanan BLU dengan mengacu kepada Standar Akuntansi Keuangan yang berbasis akrual (pendapatan dan belanja dicatat saat diakui). Sistem ini

setidaknya meliputi tiga sistem besar, yaitu : Sistem Akuntansi Keuangan, Sistem Akuntansi Aset Tetap dan Sistem Akuntansi Biaya. Disamping itu, BLU juga mengembangkan sub sistem

akuntansi keuangan yang mengacu kepada Standar Akuntansi Pemerintahan yang berbasis kas (pendapatan dan belanja dicatat saat kas diterima /dikeluarkan) dalam rangka pengintegrasian Laporan Keuangan BLU dengan Laporan Keuangan kementerian negara/lembaga.

3. Apabila suatu RS telah menerapkan sistem akuntansi yang umum berlaku di dunia bisnis berdasarkan kaidah-kaidah akuntansi yang secara umum berlaku, maka pada dasarnya tidak terdapat perbedaan berarti dalam penerapan sistem akuntansi ketika nantinya manjadi satker BLU. Sepengetahuan kami Kementerian Kesehatan mempunyai Pedoman Akuntansi Rumah Sakit (PARS) yang berbasis akrual sebagai rujukan pelaksanaan akuntansi keuangan di lingkungan rumah sakit.

Pertanyaan

pedoman penyusunan tarif layanan Badan Layanan Umum (BLU)

Jawab

1. Sampai saat ini pedoman pelaksanaan penyusunan tarif yang berbentuk aturan di bawah Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum masih dalam proses pembahasan di Direktorat Pembinaan PK-BLU, sehingga penyusunan tarif layanan BLU hendaknya mengacu pada PP Nomor 23 Tahun 2005. IAIN Raden Intan Lampung dapat mengajukan usulan tarif layanan kepada Menteri Keuangan untuk ditetapkan.

(13)

(empat) aspek, yaitu:

a. Kontinuitas dan pengembangan layanan; b. Daya beli masyarakat;

c. Asas keadilan dan kepatutan; dan d. Kompetisi yang sehat.

3. Justifikasi tersebut akan digunakan oleh Tim Penilai Usulan Tarif dan Remunerasi BLU di lingkungan Kementerian Keuangan untuk menyetujui atau menolak usulan dimaksud.

Pertanyaan

saldo awal kas satker BLU

Jawab

1. Satker pengguna PNBP yang berubah status menjadi satker BLU harus melakukan langkah-langkah awal sebagai berikut:

a. Menyetorkan seluruh PNBP yang diterimanya sebelum ditetapkan sebagai satker yang menerapkan pola pengelolaan keuangan BLU ke kas negara untuk kemudian ditarik kembali menggunakan mekanisme penggunaan PNBP.

b. Menyusun RBA, karena RBA merupakan pedoman kegiatan satker BLU.

c. Merevisi DIPA, ketika masih sebagai satker pengguna PNBP maka DIPA yang dimilki satker adalah DIPA sebagaimana satker lainnya. Namun ketika sudah berubah menjadi satker BLU maka DIPA yang ada harus direvisi menjadi DIPA BLU. Perbedaan mencolok antara DIPA biasa dan DIPA BLU selain munculnya akun BLU juga pada halaman pengesahan terdapat saldo awal dan saldo akhir.

Dalam masa awal (transisi) tentunya belum ada saldo kas karena seluruh PNBP telah disetor ke kas negara. Pada periode berikutnya kalau memang pendapatan BLU tidak seluruhnya

dibelanjakan, maka akan ada saldo awal yang dapat digunakan pada tahun anggaran berikutnya.

2. Satker BLU tetap merupakan bagian dari Kementerian Negara/Lembaga sehingga RBA satker BLU adalah bagian yang tak terpisahkan dari RKA K/L. Oleh karena itu, satker BLU pada dasarnya tetap terikat dengan aturan SBU dalam melakukan pembayaran baik yang bersumber dari rupiah murni maupun penerimaan BLU.

Namun demikian, satker BLU dapat mempergunakan standar biaya lain melalui: a. Penetapan Standar Biaya Khusus oleh Menteri Keuangan.

b. Penggunaan standar biaya berdasarkan perhitungan akuntansi biaya sebagai bagian dari biaya satuan (unit cost) pada saat penetapan tarif oleh Menteri Keuangan.

c. Mulai tahun 2011 apablia satker BLU telah mempunyai perhitungan akuntansi biaya sebagaimana disebutkan dalam Lampiran I1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencanan Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA K/L) Tahun Anggaran 2011, rnaka

(14)

Menteri Keuangan maka satker BLU dalam memberikan jasa layanannya tetap menggunakan PP yang ada sebagai dasar pengenaan tarif.

Pertanyaan

cara penilaian kinerja satker BLU yang telah ditetapkan

Jawab

1. PP No.23/2005 tentang PK BLU pasal 34 mengatur sebagai berikut: a. Pembinaan teknis BLU dilakukan oleh menteri/pimpinan lembaga; b. Pembinaan keuangan BLU dilakukan oleh menteri keuangan.

2. Sesuai dengan butir 1 di atas, Kementerian Keuangan hanya melakukan penilaian kinerja satker BLU dari aspek keuangan, yaitu mengevaluasi capaian atas:

a. Indikator Rasio Keuangan:

- Rasio Vertikal, meliputi antara lain Rasio Kas (cash ratio), Rasio Lancar (current ratio), Periode Penagihan Piutang (collection period), Perputaran Aset Tetap (fixed asset turnover), Imbalan atas Aktiva Tetap (return on asset), dan Imbalan Ekuitas (return on equity);

- Rasio Horisontal, meliputi antara lain Peningkatan Pendapatan (PNBP), Peningkatan

Pendapatan Usaha Jasa Layanan, Peningkatan Pendapatan Usaha Lainnya, Peningkatan Nilai Aset, dan Peningkatan Nilai Aset Tetap.

b. Indikator Kepatuhan, meliputi antara lain pelaporan keuangan, pentarifan, dan Standard Operating Procedure (SOP) pengelolaan keuangan.

Atas capaian indikator-indikator di atas kemudian dilakukan scoring/penilaian dan pembobotan dengan nilai tertentu. Skor/nilai total kemudian diberi kriteria kurang baik, cukup, atau baik, yang menunjukkan nilai kinerja satker BLU dari aspek keuangan.

3. Mengenai penilaian kinerja teknis/operasional, kami sarankan untuk mengacu pada pedoman penilaian kinerja rumah sakit di lingkungan Kementerian Kesehatan.

Pertanyaan

cut off pendapatan dan belanja satker BLU

Jawab

1. Pasal 14 Perdirjen Perbendaharaan No. PER-30/PB/2011 tentang Mekanisme Pengesahan Pendapatan dan Belanja Satker BLU mengatur sebagai berikut:

a. BLU tidak melakukan cut off realisasi pendapatan dan/atau belanja BLU terhadap SP3B BLU akhir triwulan IV.

b. Penyampaian SP3B BLU pada akhir triwulan IV tahun anggaran berkenaan, mengikuti ketentuan mengenai langkah-langkah akhir tahun anggaran.

(15)

Menghadapi Akhir Tahun Anggaran 2011, mengatur bahwa SP3B BLU triwulan IV atas realisasi sampai dengan tanggal 31 Desember 2011 harus diterima KPPN paling lambat tanggal 9 Januari 2012.

3. Terhadap pertanyaan tersebut dapat kami sampaikan:

a. SP3B triwulan IV atas realisasi pendapatan dan belanja s.d. tanggal cut off (31 Oktober) dapat disahkan sebagaimana butir 1 dan 2.

b. Realisasi pendapatan dan belanja setelah cut off (November dan Desember 2011) juga dapat dilakukan pengesahan sebagaimana huruf a.

c. Pengesahan atas pendapatan dan belanja di atas harus memperhatikan ketentuan Perdirjen Perbendaharaan No.PER-55/PB/2011 tentang Tata Cara Revisi RBA Definitif dan Revisi DIPA BLU.

Pertanyaan

kebijakan/proses akuntansi serta konversi data BLU kedalam SAKPA

Jawab

Perlu kami sampaikan bahwa surat Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor S-11279/PB/2011 tanggal 7 Desember 2011 hal Konsolidasi Pendapatan dan Belanja PT BHMN TA 2011 ke dalam Laporan Keuangan Kemendikbud TA 2011 pada dasarnya diperuntukkan agar laporan

keuangan BHMN dapat disahkan ke dalam laporan keuangan Kemendikbud. Tata cara yang dipergunakan adalah tata cara konsolidasi sebagaimana digunakan oleh satker BLU. Namun demikian, Universitas Sumatera Utara (USU) pada saat ini belum berstatus PTN-BLU. Terhadap pertanyaan-pertanyaan Saudara dapat kami sampaikan sebagai berikut : 1. Dana PNBP yang ada harus masuk ke dalam mekanisme APBN melalui pengesahan

pendapatan dan belanja PNBP. Untuk itu, satker perlu merevisi DIPA terlebih dahulu menjadi DIPA BLU untuk menampung belanja yang sumber dananya berasal dari PNBP. Selanjutnya, proses pengesahan pendapatan dan belanja PNBP dapat dilakukan pada KPPN setempat; 2. Data pengesahan pendapatan dan belanja BLU tahun 2011 merupakan dokumen sumber bagi transaksi pada SAKPA. Petunjuk lebih lanjut mengenai proses konsolidasinya agar mengikuti surat Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor S-11924/PB/2011 tanggal 28 Desember 2011 hal Konsolidasi Pelaporan Keuangan PTN eks BHMN;

3. Bagan akun standar yang terkait dengan BLU agar berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan nomor 91/PMK.05/2009 tentang Bagan Akun Standar. Saudara dapat mengunduh PMK dimaksud melalui http://www.perbendaharaan.go.id.

Pertanyaan

remunerasi BLU dan hubungannya dengan kinerja pegawai

(16)

1. Dalam pengelolaan BLU, kepada pejabat pengelola, dewan pengawas, dan pegawai BLU dapat diberikan remunerasi berdasarkan tingkat tanggung jawab dan tuntutan profesionalisme yang diperlukan. Remunerasi BLU tersebut ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan atas usulan menteri/pimpinan lembaga (Pasal 36 PP 23/2005). Peraturan lebih lanjut tentang remunerasi diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.02/2006 jo PMK Nomor 73/PMK.05/2007 tentang Pedoman Penetapan Remunerasi bagi Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas dan Pegawai BLU.

2. Komponen remunerasi terdiri dari:

a. Gaji, adalah imbalan finansial bersih yang diterima setiap bulan oleh pejabat pengelola dan pegawai BLU.

b. Honorarium, adalah imbalan finansial bersih yang diterima setiap bulan oleh Dewan Pengawas dan Sekretaris Dewan Pengawas.

c. Tunjangan (Tetap) adalah, tambahan pendapatan di luar gaji yang diterima oleh pejabat pengelola dan pegawai BLU, yang diberikan berdasarkan prestasi kerja, lokasi kerja, tingkat kesulitan pekerjaan, kelangkaan profesi, dan unsur pertimbangan rasional lainnya.

d. Bonus atas prestasi, adalah pemberian pendapatan tambahan bagi pejabat pengelola,

pegawai, Dewan pengawas dan sekretaris dewan pengawas BLU yang hanya diberikan setahun sekali bila syarat-syarat tertentu dipenuhi.

3. Besaran remunerasi ditetapkan dengan mempertimbangkan faktor-faktor: a. Proporsionalitas

Yaitu pertimbangan atas ukuran (size) dan jumlah aset yang dikelola oleh BLU serta tingkat pelayanan. Pertimbangan ini sejalan dengan compensable factor, meliputi segala jenis faktor yang dipilih untuk menentukan seberapa besarnya nilai suatu jabatan. Pertimbangan yang bisa digunakan untuk mengukur proporsionalitas atas besaran remunerasi adalah:

1) Posisi Jabatan. Posisi jabatan yang sama, untuk jenis layanan yang berbeda ataupun berdasarkan besar kecilnya unit yang dikelola tentunya tidak bisa disamakan besaran remunerasinya. Misal: Rektor Universitas Indonesia tidak bisa disamakan besaran remunerasinya dengan Direktur Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran pada Kementerian Perhubungan.

2) Individu yang bersangkutan. Pegawai dengan reputasi atau pengalaman tertentu tentunya tidak bisa disamakan dengan orang yang belum punya reputasi atau pengalaman. Misal: Meskipun menangani pekerjaan yang sama, orang yang punya pengalaman biasanya akan menghasilkan hasil kerja yang lebih baik.

3) Kinerja. Pegawai yang mempunyai kinerja lebih baik tentunya tidak bisa disamakan remunerasinya dengan pegawai dengan kinerja yang biasa-biasa saja.

b. Kesetaraan

Yaitu dengan memperhatikan industri sejenis. Industri sejenis tersebut bisa berupa yang bidang usahanya sama ataupun pada wilayah yang sama. Untuk posisi tertentu, misal: akuntan, tidak bergantung pada bidang usaha karena akuntan bisa bekerja pada berbagai perusahaan yang berbeda-beda bidang usahanya. Selanjutnya juga yang perlu dibandingkan adalah gaji dasar (base salary) dan total penghasilan (total cash). Masing-masing satker BLU kemungkinan menerapkan remunerasi yang bervariasi sesuai dengan desain remunerasi yang mereka susun. c. Kepatutan

(17)

d. Kinerja Operasional

Yaitu kinerja operasional BLU yang ditetapkan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga, yang

sekurang-kurangnya mempertimbangkan indikator keuangan, pelayanan, mutu dan manfaat dari masyarakat. Kinerja operasional ini bisa dijadikan pertimbangan dalam penentuan remunerasi ataupun dasar pemberian bonus atas prestasi kerja.

4. Agar diperoleh remunerasi yang dapat dikaitkan dengan kinerja pegawai, tahapan dalam pengelolaan remunerasi dapat dilaksanakan sebagai berikut:

a. Analisa dan Uraian Jabatan (Job Description and Analysis)

Analisa jabatan adalah proses secara sistematis untuk mendapatkan informasi-informasi yang penting dan relevan mengenai suatu Jabatan. Sedangkan uraian jabatan adalah menjelaskan mengenai apa yang harus dikerjakan, mengapa dikerjakan, dimana dikerjakan, dan secara ringkas bagaimana mengerjakannya.

b. Penilaian Jabatan (Job Evaluation)

Adalah proses secara sistematis untuk menilai besar-kecilnya atau bobot (secara relatif) jabatan-jabatan yang terdapat dalam suatu organisasi. Berdasarkan penilaian jabatan akan diperoleh pemeringkatan jabatan (Job Grading). Yang dibutuhkan untuk menilai suatu jabatan adalah:

1) “Compensable Factor” adalah segala jenis faktor yang dipilih untuk menentukan besarnya nilai jabatan; dan

2) Faktor tersebut memiliki beberapa derajat/tingkatan pengukuran. Compensable factor yang umum terdiri dari:

1) Kemampuan (Skill) yang meliputi: pengetahuan (formal maupun non-formal), kemampuan analitik, kemampuan fisik/visual, kreativitas, dan kemampuan berkomunikasi.

2) Aktivitas (effort) yang meliputi aktivitas fisik dan aktivitas mental.

3) Tanggung jawab (responsibility) yang meliputi: akibat terhadap organisasi, pengambilan keputusan, hubungan internal atau eksternal organisasi, dan akuntabilitas.

4) Kondisi kerja (working condition) yang meliputi: tingkat resiko lingkungan kerja dan tingkat kenyamanan tingkat kerja.

c. Struktur Remunerasi

Struktur remunerasi adalah untuk mendapatkan perimbangan/interaksi dari keadilan internal, kesetaraan eksternal, dan kemampuan BLU. Struktur remunerasi ditentukan dengan menentukan skala remunerasi tertinggi dan skala remunerasi terendah berdasarkan pemeringkatan jabatan. d. Penilaian Kinerja

Untuk kepentingan penghargaan atas pekerjaan, maka setiap peringkat pekerjaan dapat

ditetapkan indeks berupa nilai atau angka. Indeks kinerja ini ditetapkan indeks kinerja individu dan indeks kineraj unit. Indeks kinerja individu berupa perbandingan antara pencapaian total target individu dengan Satuan Kerja Individu pada faktor-faktor yang ditentukan targetnya. Total target wajib dideskripsikan secara spesifik, terukur, realistis, dapat dicapai, menantang dan jelas waktu pencapaiannya.

Sedangkan indeks kinerja unit, pencapaian total target unit kerja sesuai struktur organisasi. Tujuannya adalah agar setiap individu memberikan perhatian tinggi pada pencapaian kinerja unit kerjanya. Penilaian kinerja ini dapat dijadikan acuan untuk memberikan reward

(18)

Pertanyaan

perubahan anggaran (APBD) yang berakibat pada perubahan pendapatan maupun belanja yang telah ditetapkan di dalam RBA

Jawab

Direktorat PK BLU Ditjen Perbendaharaan Kemenkeu berdasarkan PP 23 Tahun 2005 yang ditindaklanjuti dengan PMK dan Perdirjen Perbendaharaan, BLU dapat melaksanakan revisi RBA dan DIPA sesudah adanya APBN P (perubahan). Hal tersebut diatur pada PMK 91 tahun 2013 dan Perdirjen 55 tahun 2012.

Sedangkan bagi BLUD dalam rangka pengelolaannya didasarkan kepada PP 23 tahun 2005 dan Peraturan Pengelolaan Keuangan Daerah oleh karena itu permasalahan perubahan RBA BLUD setelah perubahan APBD dilaksanakan dalam kerangka fleksibilitas sebagai BLU dan juga dalam kerangka Pengelolaan Keuangan Daerah, mengingat BLUD merupakan satker daerah, lebih lanjut mengenai hal ini dapat ditanyakan kepada Kemendagri sesuai dengan

kewenangannya.

Pertanyaan

pemberian tunjangan asuransi untuk pegawai BLU berupa tunjangan hari tua

Jawab

Pemberian tunjangan hari tua kepada pegawai BLU RS Dr. H.A Rotinsulu Bandung hendaknya memperhatikan ketentuan yang ada yaitu Peraturan Menteri Keuangan No.10/PMK.02/2006 tentang Pedoman Penetapan Remunerasi bagi Pejabat Pengelola Pengawas dan Pegawai Badan Layanan Umum.

Pasal 7 : “BLU dapat memberikan tunjangan tetap,bonus atas prestasi, pesangon dan atau pensiun kepada Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas, Sekretaris Dewan Pengawas dan Pegwai BLU, dengan memperhatikan kemampuan pendapatn BLU yang bersangkutan”.

Dari pasal tersebut telah dijelaskan bahwa kepada pegawai BLU (Khususnya PNS) hanya dapat diberikan berupa tunjangan tetap,bonus atas prestasi dan atau pesangon. Sedangkan untuk pegawai BLU (Non PNS) dapat diberikan berupa tunjangan tetap, insentif, bonus atas prestasi, pesangon dan atau pensiun. Pemberian tunjangan pensiun bagi pegawai BLU (Non PNS) dapat melalui jasa asuransi pensiun (Jamsostek) dengan mengacu pada ketentuan UU

Ketenagakerjaan No.3 Tahun 1992. Namun pemberian tunjangan asuransi pensiun pegawai BLU Non PNS hendaknya memperhatikan azas keadilan dan kepatutan kepada pegawai BLU lainnya.

(19)

premi/iuran tahunannya ditanggung BLU”.

Ayat 2 : “Premi atau iuran tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan paling banyak sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari gaji/honorarium dalam satu tahun”.

Dari pasal 7 dan 8 tersebut dapat ditafsirkan bahwa khusus bagi Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas dan Sekretaris Dewan Pengawas selain mendapatkan tunjangan tetap, insentif, bonus atas prestasi, dapatpula diberikan pesangon berupa santunan purna jabatan atau tabungan pensiun yang beban premi/iuran tahunannya ditanggung BLU.

Pasal 9 ayat 1 : “Besaran remunerasi untuk Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas, Sekretaris Dewan Pengawas dan Pegawai BLU pada masing-masing BLU diusulkan oleh

Menteri/Pimpinan lembaga kepada Menteri Keuangan”.

Ayat 2 : “Berdasarkan usulan sebagaiman dimaksud pada ayat (1) Menteri Keuangan

menetapkan besaran remunerasi untuk Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas, Sekretaris Dewan Pengawas dan Pegawai BLU untuk masing-masing BLU”.

Berdasarkan pasal 9 tersebut RS Paru Dr. H.A Rotinsulu bila berencana memberikan remunerasi berupa tunjangan asuransi hendaknya mengusulkan kepada Menteri Kesehatan untuk diteruskan kepada Menteri Keuangan untuk mendapatkan persetujuan.

Terkait dengan permasalahan kontrak atau perikatan dengan perusahaan asuransi hendaknya mengacu kepada Perpres 54 tahun 2010 jo Perpres 70 tahun 2012 tentang Pengadaan Barang dan Jasa dilingkungan Pemerintah.

Pertanyaan

Apakah bisa pegawai kami yang menjadi moderator di suatu seminar yang kami adakan, mendapatkan honorarium sesuai dengan yang ada di SBU?

Jawab

Sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor PMK-84/PMK.02/2011 tentang Standar Biaya Umum tahun 2012 ditegaskan bahwa ”Honorarium narasumber diberikan kepada pegawai negeri/non pegawai negeri yang memberikan informasi/pengetahuan kepada pegawai negeri lainnya/masyarakat.

Honorarium narasumber pegawai negeri dapat diberikan dengan ketentuan : Berasal dari luar lingkup unit eselon I penyelenggara;

Berasal dari lingkup unit eselon I penyelenggara sepanjang peserta yang menjadi sasaran utama kegiatan berasal dari luar lingkup unit eselon I berkenaan/masyarakat.

Dalam hal narasumber melakukan perjalanan dinas, narasumber dapat diberikan uang harian perjalanan dinas dan honorarium selaku narasumber.”

(20)

Pertanyaan

Salam, kami satker BLU, bisakah belanja kegiatan tahun kemarin dibayar pada tahun berikutnya dengan memasukkan kegiatan tersebut dalam POK tahun berikutnya, dasar hukumnya apa mohon penjelasannya

Jawab

Pada prinsipnya, belanja untuk kegiatan tahun yang lalu harus dibayar pada tahun yang lalu melalui DIPA tahun berkenaan.

Pertanyaan tidak menyebutkan jenis kegiatan yang akan dibayar pada tahun berikutnya tersebut. Oleh karena itu, penyelesaiannya harus dilihat dulu jenis kegiatannya dan akan diselesaikan kasus per kasus.

Apabila belanja tersebut merupakan tunggakan yang sifatnya untuk belanja operasional (misalnya untuk membayar listrik, membeli obat, dll), dapat dibayar langsung tanpa melalui revisi DIPA sepanjang kegiatan tersebut juga dialokasikan dalam DIPA tahun berikutnya. Sedangkan apabila belanja tersebut merupakan tunggakan yang sifatnya untuk belanja modal (misalnya untuk membangun gedung), saran penyelesaiannya akan dilihat kasus per kasus setelah satker BLU menyampaikannya melalui surat ke Dit. PPK BLU.

Pertanyaan

Apakah dimungkinkan bagi satker BLU untuk menambah opportunity cost selain uang harian dosen yang ditugaskan untuk mengikuti kegiatan di luar kota?

Misalnya dosen yang juga dokter (yang praktek di sore hari) untuk mengganti fee yang hilang, satker membuat kebijakan menambah fee per hari dari PNBP/DIPA.

Jawab

Satker BLU tidak diperkenankan untuk melakukan pengeluaran/belanja atas beban tagihan negara selain yang sudah tertuang dalam RBA dan DIPA BLU. Pengeluaran biaya untuk kegiatan yang dilaksanakannya juga harus mengacu pada standar biaya yang telah ditetapkan. Sesuai Peraturan Menteri Keuangan nomor 92/PMK.05/2011, satker BLU dapat menggunakan standar biaya yang disusunnya dalam hal telah menyusun RBA berdasarkan basis kinerja dan perhitungan akuntansi biaya menurut jenis layanannya, serta telah menyusun standar biaya sendiri.

Dalam hal satker belum menyusun RBA berdasarkan basis kinerja dan perhitungan akuntansi biaya menurut jenis layanannya, serta belum mampu menyusun standar biaya, BLU

menggunakan standar biaya umum.

(21)

Ada kegiatan tahun yang lalu masih belum terbayarkan, bisakah kegiatan ini dibayarkan tahun berjalan untuk satker BLU?

Jawab

Pada prinsipnya pembayaran tunggakan tahun yang lalu dapat dilakukan pada tahun anggaran berjalan dengan melakukan perubahan atau pergeseran rincian belanja/anggaran. Apabila sumber dana kegiatan dimaksud berasal dari RM APBN, maka perubahan atau pergeseran rincian belanja agar mengacu pada Perdirjen Perbendaharaan nomor PER-15/PB/2012 tentang Tata Cara Revisi DIPA Tahun Anggaran 2012.

Sedangkan apabila sumber dana untuk membiayai tunggakan dimaksud berasal dari PNBP/Pendapatan BLU, maka agar merujuk pada Perdirjen Perbendaharaan nomor PER-55/PB/2011 tentang Tata Cara Revisi RBA Definitif dan Revisi DIPA BLU.

Untuk lebih jelasnya, kami sarankan Saudara dapat berkonsultasi langsung dengan Kanwil DJPBN setempat.

Pertanyaan

Koreksi saldo BLU TA 2011

Berdasarkan audit BPK atas LK BA 023 satker Universitas Airlangga tahun 2011 terdapat selisih yang tidak dapat diakui sebagai Realisasi Belanja dalam pengesahan SP3B tahun 2011 maka satker Unair tersebut mengajukan permintaan koreksi saldo akhir kas BLU TA 2011. Koreksi tersebut apabila dilakukan akan mengubah saldo awal kas BLU TA 2012 dan mengakibatkan perubahan pada saldo harian LAK dan LKP sedangkan sesuai dengan SE-07/PB/2012 batas waktu cut off koreksi tahunan ditetapkan 30 Juni tahun berikutnya. Berkenaan dengan hal tersebut kami mohon petunjuk lebih lanjut terkait dengan permintaan satker Unair tersebut.

Jawab

Sehubungan dengan pertanyaan Saudara melalui helpdesk Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan tanggal 28 Nopember 2012, dengan ini dapat kami sampaikan bahwa permasalahan terkait dengan permohonan koreksi saldo kas BLU tahun 2011 Universitas Airlangga, Sesuai dengan Perdirjen Perbendaharaan nomor PER-55/PB/2011 tentang Tata Cara Revisi RBA dan Revisi DIPA BLU dinyatakan bahwa dalam hal terdapat perubahan saldo awal kas didasarkan pada Memo Penyesuaian yang disampaikan oleh Satker BLU.

Memo penyesuaian dimaksud agar disampaikan kepada KPPN terlebih dahulu untuk memperoleh pengesahan terlebih dahulu dengan melampirkan:

a. Surat Pernyataaan Tanggung Jawab Saldo Awal

b. Berita Acara Pemeriksaan Kas dan Register Penutupan Kas per tanggal 31 Desember 2011; c. Rekening Koran per tanggal 31 Desember 2011;

d. Neraca LK SAP per tanggal 31 Desember 2011.

(22)

saldo awal kas BLU kepada Kanwil Ditjen Perbendaharaan dengan melampirkan dokumen Memo Penyesuaian yang telah disahkan oleh KPPN dan ADK usulan revisi DIPA BLU.

Terkait dengan referensi Surat Edaran Dirjen Perbendaharaan nomor SE-07/PB/2012 tentang Petunjuk Lebih Lanjut Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-89/PB/2011 tentang Mekanisme Pengiriman dan Koreksi Data pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara pada point E.1.c ditegaskan bahwa pelaksanaan revisi DIPA tidak termasuk ruang lingkup koreksi data.

Aturan ini difokuskan untuk mengatur koreksi data pada KPPN terhadap : 1. Data setoran penerimaan negara melalui Bank/Pos Persepsi dan/atau 2. Data pengeluaran dan/atau potongan melalui penerbitan SPM/SP2D.

Sedangkan terkait dengan pelaksanaan koreksi data terkait dengan aktivitas keuangan BLU, mengikuti aturan yang ditetapkan untuk BLU sebagaimana ditegaskan SE-07/PB/2012 dimaksud pada point E.1.d.

Pertanyaan

Ass wr wb, Saya ingin menanyakan bagaimana cara menjurnal investasi jangka pendek pada Aplikasi SAI karena di kantor kami terdapat satker BLU yang mempunyai deposito jangka pendek yaitu setahun.

Jawab

Untuk deposito berjangka waktu 1-3 bulan, masih diklasifikasikan sebagai akun ”Kas pada BLU”, sedangkan deposito berjangka waktu lebih dari 3-12 bulan diklasifikasikan sebagai akun ”Investasi Jangka Pendek BLU”.

Untuk melakukan reklasifikasi akun ”Kas pada BLU” ke dalam akun ”Investasi Jangka Pendek BLU”, dilakukan Memo Penyesuaian (MP) yang ditandatangani oleh Pimpinan Satker BLU (tidak perlu disahkan di KPPN) dengan jurnal sebagai berikut :

Jurnal Pertama :

Mengurangi nilai akun ”Kas pada BLU” sebesar jumlah yang didepositokan : Debit : Dana Lancar BLU

Kredit : Kas dan Bank BLU

(dalam aplikasi SAKPA, dilakukan dengan memilih akun ”Kas pada BLU” dan memberi nilai minus sebesar nilai yang didepositokan)

Jurnal Kedua :

Memunculkan deposito jangka pendek : Debit : Deposito-BLU

Kredit : Dana Lancar BLU

(23)

peraturan tentang sistem/tarif pembiayaan kegiatan seminar

Jawab

Sehubungan dengan surat elektronik Saudari tertanggal 24 September 2012, dengan ini perlu kami sampaikan bahwa penetapan Universitas Gajah Mada sebagai Satker yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan BLU berstatus penuh terdapat pada Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

Sesuai dengan pasal 40A Peraturan pemerintah dimaksud, maka penyesuaian penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU) pada 7 (tujuh) eks BHMN

diselesaikan paling lambat tanggal 31 Desember 2012. Sehingga penggunaan standar biaya (atau dalam bahasa Saudari tarif pembiayaan) yang digunakan saat ini (existing) masih tetap berlaku sampai dengan 31 Desember 2012 dan dapat dipergunakan dalam penyusunan RKA-K/L tahun 2012 dan 2013.

Oleh karena itu, standar biaya atas kegiatan seminar/kursus masih mengikuti kondisi yang berlaku saat ini sepanjang telah termuat dalam Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) UGM tahun 2012.

Pertanyaan

moratorium penetapan BLU

Jawab

1. Untuk sementara waktu diberlakukan moratorium terhadap penetapan satker BLU

2. Pemberlakuan moratorium tersebut akan berakhir setelah selesainya beberapa hal sebagai berikut :

a. Penataan regulasi pengelolaan keuangan BLU; b. Monitoring dan Evaluasi terhadap satker BLU; c. Road map yang jelas terhadap satker BLU;

3. Moratorium sebagaimana tersebut pada nomor (1) bersifat selektif, sehingga terhadap satker yang bidang layanannya pendidikan dan kesehatan dapat mengajukan usulan untuk menjadi satker BLU sepanjang memenuhi persyaratan treshold yang ditentukan oleh Dirjen

Perbendaharaan.

Pertanyaan

penarikan kembali PNBP yang telah di setorkan oleh satker BLU

(24)

1. Menunjuk UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam satu tahun anggaran harus tercatat dalam APBN dan mempunyai masa berlaku satu tahun anggaran.

2. Ketentuan mengenai penggunaan surplus dikecualikan hanya untuk satker BLU, sebagaimana dinyatakan dalam UU mengenai APBN bahwa penggunaan saldo kas satker BLU ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

3. Menunjuk ketentuan butir 1 dan 2 di atas dan mengingat Universitas Mataram ditetapkan sebagai satker yang menerapkan pola pengelolaan keuangan BLU pada tahun 2012, maka permohonan pengembalian sisa PNBP yang dapat ditarik kembali adalah hanya PNBP yang disetor pada tahun Universitas Mataram ditetapkan menjadi satker yang menerapkan pola pengelolaan keuangan BLU, yaitu hanya untuk tahun 2012 saja, dengan syarat dana PNBP yang telah disetor tersebut belum dipergunakan atau belum diterbitkan SP2D-nya.

4. Mekanisme penarikan PNBP dimaksud agar mengikuti ketentuan mekanisme pengembalian sisa PNBP sesuai Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-58/PB/2008 tanggal 22 Desember 2008 tentang Mekanisme Pengembalian Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Yang Diterima Sebelum Ditetapkan Sebagai Satuan Kerja Yang Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PK BLU).

Pertanyaan

mengenai kewajiban penyusunan Pola Tata Kelola dalam pengajuan satker menjadi satker BLU/BLUD

Jawab

a. Sesuai penjelasan Pasal 4 ayat (4) huruf b PP 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU, bahwa Pola Tata Kelola (corporate governance) adalah peraturan internal yang antara lain menetapkan organisasi dan tata laksana, akuntabilitas, dan transparansi.

b. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan BLUD dalam Pasal 13 disebutkan bahwa pola tata kelola merupakan peraturan internal SKPD atau Unit Kerja yang akan menerapkan PPK-BLUD.

c. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, tidak ada ketentuan yang mengharuskan Pola Tata Kelola ditetapkan dalam Peraturan Bupati.

d. Ketentuan yang harus ditetapkan oleh peraturan Bupati terkait Pengelolaan Keuangan BLUD sesuai amanat PP23/2005, antara lain sebagai berikut:

1) Pengaturan mengenai persyaratan administratif (Pasal 4 ayat (6)); 2) Menetapkan Standar Pelayanan Minimum bagi BLUD (Pasal 8 ayat (1)); 3) Menetapkan Tarif Layanan BLUD (Pasal 9 ayat (4));

4) Pengaturan mengenai penyusunan, pengajuan, penetapan, perubahan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) dan dokumen pelaksanaan anggaran BLUD (Pasal 13);

5) Menetapkan kewenangan menghapuskan Piutang BLUD secara berjenjang (Pasal 17 ayat (4));

(25)

7) Menetapkan sistem akuntansi BLUD dengan mengacu pada standar akuntansi yang berlaku sesuai dengan jenis layanannya (Pasal 26 ayat (4)); dan

8) Menetapkan remunerasi bagi pejabat pengelola, dewan pengawas, dan pegawai BLUD (Pasal 36 ayat (2)).

Pertanyaan

ralat atas transaksi yang telah disahkan/diterbitkan SP2B satker PK BLU

Jawab

Berdasarkan Perdirjen Perbendaharaan No. PER-30/PB/2011 tentang Mekanisme Pengesahan Pendapatan dan Belanja Satuan Kerja Badan Layanan Umum dalam hal terjadi kesalahan sebuah transaksi yang sudah disahkan (SP3B kan) baik kesalahan administrasi dan/atau kesalahan pencantuman jumlah nominal dapat diajukan ralat SP3B ke KPPN.

Apabila terdapat kesalahan dalam sebuah transaksi yang sudah disahkan, sehingga pihak rekanan harus mengembalikan sejumlah uang. Maka pihak rekanan harus menyetorkan uang tersebut ke Kas Operasional BLU, dan BLU mengajukan ralat terhadap SP3B yang

bersangkutan kepada KPPN dengan melampirkan: a. Fotokopi SP3B BLU yang akan diralat;

b. Surat Pernyataan Tanggung Jawab (SPTJ) yang ditandatangani oleh Kuasa PA/Pemimpin BLU dengan format sebagaimana diatur dalam Lampiran II Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan No. PER-30/PB/2011;

c. ADK dan hard copy ralat SP3B BLU yang dihasilkan dari aplikasi yang telah disediakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan;

d. Penjelasan penyebab terjadinya kesalahan yang ditandatangani Kuasa PA/Pemimpin BLU (format sebagaimana diatur dalam lampiran V Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan No. PER-30/PB/2011).

Pertanyaan

honorarium yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi satker BLU

Jawab

1. Berdasarkan PMK Nomor : 93/PMK.02/2011 tentang Petunjuk, Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Lembaga (RKAKL), PMK Nomor : 91/PMK.05/2007 tentang Bagan Akun Standar dan Perdirjen Perbendaharaan Nomor : PER-33/PB/2008 tentang Pedoman Penggunaan Akun Pendapatan, Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Belanja Modal bahwa honor yang dapat dibayarkan adalah honor yang termasuk dalam belanja barang

operasional dan belanja barang non-operasional.

(26)

operasional satker, yaitu honorarium pejabat pembuat komitmen.

3. Honor yang termasuk dalam belanja barang non-operasional adalah honor yang terkaitdengan output kegiatan, dimana penggunaan akun ini harus selektif dan dapat dialokasikan sepanjang :

a. Pelaksanaannya memerlukan pembentukan panitia/tim/kelompok kerja; b. Mempunyai output jelas dan terukur;

c. Sifatnya koordinatif dengan mengikutsertakan satker/organisasi lain;

d. Sifatnya temporer sehingga pelaksanaannya perlu diprioritaskan atau di luar jam kerja; e. Merupakan perangkapan fungsi atau tugas tertentu kepada PNS disamping tugas pokoknya sehari-hari;

f. Bukan operasional yang dapat diselesaikan secara internal satker.

Contoh honor yang termasuk dalam belanja barang non-operasional adalah honor untuk semua tim pelaksana kegiatan yang terdiri dari Pengarah, Penanggung Jawab, Koordinator, Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, dan Anggota termasuk Sekretariat.

Pertanyaan

honorarium yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi satker BLU

Jawab

1. Berdasarkan PMK Nomor : 93/PMK.02/2011 tentang Petunjuk, Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Lembaga (RKAKL), PMK Nomor : 91/PMK.05/2007 tentang Bagan Akun Standar dan Perdirjen Perbendaharaan Nomor : PER-33/PB/2008 tentang Pedoman Penggunaan Akun Pendapatan, Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Belanja Modal bahwa honor yang dapat dibayarkan adalah honor yang termasuk dalam belanja barang

operasional dan belanja barang non-operasional.

2. Honor yang termasuk dalam belanja barang operasional adalah honor yang terkait dengan operasional satker, yaitu honorarium pejabat pembuat komitmen.

3. Honor yang termasuk dalam belanja barang non-operasional adalah honor yang terkaitdengan output kegiatan, dimana penggunaan akun ini harus selektif dan dapat dialokasikan sepanjang :

a. Pelaksanaannya memerlukan pembentukan panitia/tim/kelompok kerja; b. Mempunyai output jelas dan terukur;

c. Sifatnya koordinatif dengan mengikutsertakan satker/organisasi lain;

d. Sifatnya temporer sehingga pelaksanaannya perlu diprioritaskan atau di luar jam kerja; e. Merupakan perangkapan fungsi atau tugas tertentu kepada PNS disamping tugas pokoknya sehari-hari;

f. Bukan operasional yang dapat diselesaikan secara internal satker.

(27)

Pertanyaan

kewenangan Direktorat Pembinaan PK-BLU dalam menertibkan pemberian honorarium yang melanggar ketentuan

Jawab

Remunerasi pada satker BLU diberikan atas dasar tingkat tanggung jawab dan tuntutan profesionalisme yang diperlukan. Sedangkan besaran remunerasi dihitung berdasarkan kemampuan keuangan (jumlah omset dan aset BLU), prestasi kerja, lokasi kerja, tingkat

kesulitan pekerjaan, kelangkaan profesi, dan unsur pertimbangan rasional lainnya. Satker BLU terlebih dahulu harus mengajukan pola remunerasi kepada Menteri Keuangan melalui

kementeriannya untuk mendapat penetapan. Karena pengajuan remunerasi ini bukanlah menjadi suatu kewajiban bagi satker BLU, maka Direktorat PPK BLU tidak dapat

memberlakukan sanksi terhadap satker BLU yang belum/tidak mengajukan usulan remunerasi. Berkenaan dengan SK pembagian honorarium yang dikeluarkan oleh Pimpinan BLU PIP Semarang, kami beranggapan bahwa Pimpinan BLU sudah mengetahui dan memahami aturan-aturan yang berkaitan dengan implementasi BLU termasuk dalam hal ini aturan-aturan mengenai pemberian remunerasi yaitu PP No.23 tahun 2005 pasal 36 dan Peraturan Menteri Keuangan No. 10/PMK.02/2006 dan No. 73/PMK.05/2007. Apabila di kemudian hari ditemukan kebijakan yang tidak sesuai dengan peraturan oleh pemeriksa (BPK) atau aparat penegak hukum,

kebijakan tersebut menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari Pemimpin BLU. Namun jika Saudara menemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan, Saudara dapat memberikan masukan melalui satuan pemeriksaan intern atau dewan pengawas, dan instansi vertikal Kemenhub lainnya yang terkait.

Pertanyaan

Konsep BLU diluar negeri

Jawab

Konsep BLU sebenarnya lahir dan muncul dari reformasi sektor publik di Inggris pada tahun 1980-an semasa Perdana Menteri Margareth Thatcher dengan membuat Institusi publik yang lebih otonom dengan tata kelola seperti swasta (private-like manner). Institusi publik yang semi otonom dan dikelola secara entitas bisnis tersebut disebut dengan “ the next step agencies”. Negara-negara lain juga melakukan hal yang sama seperti Agentschappen di Belanda, Special Operating Units (SOAs) di Kanada, Independent Administrative Institution (IAIs) di Jepang dan negara-negara lainnya.

(28)

Kerja Sama Operasional (KSO) satker PK BLU

Jawab

1. Pada dasarnya, Joint Bisnis dalam bentuk Kerja Sama Operasional/KSO di Universitas yang telah ditetapkan sebagai satker PK BLU diperbolehkan sepanjang sesuai dengan tugas fungsi dari satker yang bersangkutan.

2. Peraturan mengenai bentuk, jenis, dan tata cara Kerja Sama Operasional (KSO) dimaksud masih dalam tahap proses penyelesaian.

3. Hasil Kerja Sama Operasional (KSO) harus dimasukkan sebagai target pendapatan BLU dalam dokumen penganggaran satker BLU (RBA/RKAKL/DIPA BLU). Pendapatan yang diperoleh dari hasil Kerja Sama Operasional (KSO) dicatat sebagai realisasi pendapatan BLU yang tercantum dalam target pendapatan BLU pada dokumen penganggaran satker BLU (RBA/RKAKL/DIPA BLU).

4. Belanja dari PNBP BLU akan dijadikan pembagi dalam perhitungan untuk daya serap.

Pertanyaan

informasi lebih lengkap lembaga serupa satker PK BLU di luar negeri

Jawab

1. Literatur yang bisa dijadikan bahan bacaan terkait konsep dan landasan teori yang mendasari BLU sebagai institusi publik yang diberikan diskresi dan otonomi, dan dijalankan seperti organisasi bisnis diantaranya:

a. “Autonomy and Control of State Agencies: Comparing States and Agencies” by Koen Verhoest et.al. (2010); Palgrave MacMillan.

b. “Governance of Public Sector Organizations: Proliferations, Autonomy and Performance” Edited by: Per Laegreid and Koen Verhoest; Palgrave MacMillan;

c. Special Operating Agencies Kanada: http://www.tbs-sct.gc.ca

2. Bilamana masih diperlukan data dan pertanyaan lanjutan terkait BLU dan konsep yang mendasarinya, dipersilahkan untuk datang ke Kantor Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU Ditjen Perbendaharaan untuk melakukan diskusi lebih lanjut.

Pertanyaan

pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum khususnya dalam hal penggunaan pendapatan terkait

Referensi

Dokumen terkait

aturan lebih ditujukan untuk mengontrol masyarakat daripada aparat pemerintah  birokrasi dan militer merupakan aktor aktif dalam kehidupan politik. •Pemerintah kolonial dalam

diharapkan para siswa tidak asing dengan fisika dan siapa tahu hal itu juga Pintar Yogya telah berusaha memasukkan sains yang semakin dirasakan relevan bagi d. Latihan akhir

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian extraversion merupakan perilaku individu yang memiliki karakteristik sebagai individu yang cenderung mudah

Program REDD+ berusaha untuk mencapai berkelanjutan melalui berbagai cara, seperti pengentasan kemiskinan, pemberdayaan perempuan, dan mengantisipasi proses integrasi gender dalam

Berteologi di Indonesia : Buku Penghormatan untuk HUT ke-70 Prof.Dr.P.D.. Setelah berusaha untuk memahami pemahaman misi yang ada dalam jemaat GKI Ciledug Raya penulis berusaha

Disamping itu ketersediaan beragam informasi terkadang menyesatkan, bahkan dampak dari overload informasi tiap hari juga perlu diwaspadai karena mempersulit memilah

Dari hasil uji mekanik yang dilakukan diperoleh bahwa plastik berbahan dasar ubi jelarut hampir mnyerupai PBAT eastman (easter bio 14766) pada komposisi pati jelarut

Berdasarkan hasil pengamatan, pertumbuhan ikan gabus yang dipelihara dalam kolam beton termasuk lambat, bila dibandingkan dengan jenis ikan budidaya seperti ikan nila, lele