TUGAS TATA RUANG DAN PERENCANAAN LINGKUNGAN
ANALISA RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA
PANGKALAN KERINCI
Disusun Oleh :
AMARULLAH (1307114659)
ANDHINI GETHA K. (1307113105)
DIANA APRILA (1307113077)
NESA ZAFIRA (1307113061)
NURI ANZA (1307114648)
SANDY JULIANA S. (1307112989)
Dosen
WAHYU HIDAYAT ST.,MURP
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN S-1
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
i KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun tugas
Tata Ruang dan Perencanaan Lingkungan ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Dalam tugas ini kami membahas mengenai “Analisa Tata Ruang
Wilayah Kota Pangkalan Kerinci ”
Tugas ini kami buat berdasarkan informasi-informasi yang di dapat dari
berbagai sumber terkait baik itu dari media internet ataupun media buku dan
tinjuan ke lapangan yang berhubungan dengan judul tugas ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
tugas ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang membangu. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Pekanbaru, 15 Oktober 2014
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Maksud dan Tujuan ... 5
1.3 Ruang Lingkup ... 5
1.4 Metode Studi ... 5
BAB 2 LAPORAN DAN ANALISA STUDI LAPANGAN 2.1Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Pelalawan ... 6
2.2Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pelalawan ... 7
2.2.1 Rencana Struktur Tata Ruang ... 7
2.2.2 Rencana Sistem Tranportasi ... 9
2.2.3 Rencana Kependudukan ... 11
2.2.4 Rencana Sarana ... 12
2.2.5 Rencana Penggunaan Lahan ... 12
2.2.6 Rencana Prasarana ... 13
2.3.Analisa Hasil Studi Lapangan ... 16
2.3.1. Permasalahan di Kota Pangkalan Kerinci ... 16
2.3.2. Solusi Permasalahan di Kota Pangkalan Kerinci ... 19
BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan ... 23
3.2 Saran ... 23
DAFTAR PUSTAKA
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Pelalawan adalah kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan
Undang-Undang RI Nomor 53 Tahun 1999, tentang pembentukan kabupaten
baru di Propinsi Riau yang ditindaklanjuti Surat Keputusan Bupati KDH TK.
II Kabupaten Pelalawan Nomor 263 a Tanggal 6 Juni l999, tentang
Pembentukan Kecamatan Pembantu dan Surat Dirjen PUOD Nomor
138/1775/PUOD Tanggal 2l Juni 1999, tentang Pembentukan 9
(Sembilan)Kecamatan Pembantu di Propinsi Riau.
Salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Pelalawan ialah Kota
Pangkalan Kerinci. Pangkalan Kerinci adalah sebuah kecamatan yang juga
merupakan ibu kota Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Pada tahun 2000
memiliki jumlah penududuk sebanyak 66.300 jiwa dan pada tahun 2010
mengalami peningkatan penduduk sehingga menimbulkan kepadatan
penduduk di bagian kota Pangkalan Kerinci sebanyak 166.000 jiwa .
Kecamatan ini memiliki potensi pengembangan karena terletak di Jalan
Raya Lintas Sumatera. Kawasan perkantoran baru di Pangkalan Kerinci ini
telah dikembangkan dan dibangun di kawasan Bukit Seminai yang terletak di
arah timur dari kota lama Pangkalan Kerinci tersebut.
Kota lama Pangkalan Kerinci semenjak awal perkembangannya telah
terpola untuk berkembang secara linier sepanjang tepi kiri kanan jalan yang
mengarah ke utara-selatan. Di sebelah barat dari kota lama Pangkalan Kerinci
terdapat kawasan perumahan dan industri PT. Riau Andalan Pulp and Paper
(RAPP) yang merupakan industri penghasil bubur kertas dan
produk kertas yang bahan bakunya diantaranya dipasok dari HutanTanaman
Industri (HTI) dengan jenis kayu Akasia.
Kecamatan Pangkalan Kerinci merupakan wilayah kecamatan yang
memiliki sarana pemukiman lebih lengkap dibandingkan
2 pelayanan regional. Untuk Kecamatan Pelalawan dan Kecamatan Pangkalan
Kuras terutama Desa Kemang memiliki kecendrungan orientasi pelayanan
terdekat ke pusat wilayah Kecamatan Pangkalan Kerinci (lbukota Kabupaten)
dan mencerminkan pola penggunaan lahan yang sama. Berdasarkan dari
aspek kebijaksanaan pemerintah daerah, pola penggunaan lahan dan
kemudahan pelayanan maka Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kecamatan
Pelalawan dan Desa Kemang Kecamatan pangkalan Kuras ditetapkan sebagai
swP I dengan luas + 188.806 Ha yang berfungsi sebagai wilayah
pengembangan utama Kabupaten pelalawan.
SWP I merupakan pusat pengembangan utama yang berpusat di
Kecamatan Pangkalan Kerinci dengan wilayah pengaruh Kecamatan
Pangkalan Kerinci, Kecamatan Pelalawan dan Kecamatan Pangkalan Kuras
yang hanya mencakup Desa Kemang.
Dan menurut RTRW Kabupaten Pelalawan SWP I dijadikan kawasan
pusat kabupaten, industry pulp dan industry, pengelolaan kelapa sawit, wisata
budaya, hutan produksi/ HTI, pertaniaan dan peternakan , potensi minyak /
gas alam, lindung gambut(konservasi), lindung setempat, jalur hijau industry,
alternative kawasan lapangan terbang dan kawasan pemukiman.
Namun dalam RTRW ini masih ditinjau permasalahan yang mencakup
Kabupaten Pelalawan nya yakni : masih kurang merata dan terbatasnya
sarana-prasarana yang dapat menghubungkan seluruh wilayah kabupaten
telah timbul berbagai permasalahan perkembangan wilayah di antaranya
adalah :
1. Dalam Undang-undang dan surat Keputusan tersebut diatas telah
ditetapkan batas dan luasan dari wilayah Kabupaten Pelalawan, namun
setelah diadakan penilikan di lapangan terdapat perbedaan atas
administrasi yang tertera di peta dengan kondisi lapangan. Di lihat dari
peta administras Kabupaten Pelalawan, posisi Desa Simpang Perak Jaya
(SP.V[), SP VIII dan SP IX terletak di dalam wilayah Kecamatan
3 termasuk wilayah administrasi Pemerintahan Kecamatan Siak,Kabupaten
Siak.
Berdasarkan hal tersebut, maka dalam perencanaan Kabupaten Pelalawan,
wilayah desa Simpang Perak Jaya (SP.VII), SP VIII dan SP IX, dianggap
menjadi. wilayah Kabupaten Pelalawan. Hal ini didasarkan pada
pertimbangan adanya kedekatan dan kemudahan hubungan dengan Pusat
Pemerintahan Kabupaten Petalawan dibandingkan dengan Pusat
Pemerintahan Kabupaten Siak serta sesuai dengan peta administrasi juga
berada di wilayah Kabupaten Pelalawan.
2. Perkembangan wilayah terjadi pada daerah-daerah yung dilalui oleh jalan
Lintas Timur Sumatera dan terkonsentrasi di sekitar Kota Pangkalan
Kerinci, lokasi industri kehutanan.Wilayah lainnya kurang berkembang,
bahkan wilayah-wilayah tertentu relatif masih"terisolir".
3. Terdapat kesenjangan perkembangan wilayah yang cukup mencolok antara
wilayah barat dan timur, terutama wilayah yang berbatasan dengan
Kabupaten Karimun dan atau jauh dari pusat kabupaten.
4. Belum optimalnya pemanfaatan lahan, terutama pada wilayah-wilayah
kecamatan yang sebagian besar wilayahnya merupakan lahan gambut.
Untuk mengantisipasi hal-hal tersebut di atas, di perlukan upaya penataan
ruang wilayah melalui Pendekatan pembagian wilayah dalam beberapa
Satuan Wilayah Pembangunan sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pelalawan
terutama pada kota Pangkalan Kerinci di samping sebagai upaya dalam
menjawab permasalahan perkembangan wilayah yang timbul, juga untuk
menghindarkan melebarnya tingkat perbedaan antar wilayah di Kabupaten
Pelalawan terutama Kota Pangkalan Kerinci. Oleh karena itu penyusunan
RTRW Kabupaten Pelalawan merupakan tahap yang penting dalam proses
pengaturan dan pengendalian ruang secara keseluruhan karena pada tahap ini
4 terkoordinasi antara berbagai instansi yang terkait dalam proses penataan
ruang tersebut.
Penyusunan RTRW Kabupaten Pelalawan tidak lepas dari usaha
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat serta meletakan
landasan pembangunan yang kuat, melalui pemecahan permasalahan pokok
mendesak meningkatkan pemberdayagunaan potensi, sumber daya alam dan
manusia dengan mempertimbangkan kesimbangan lingkungan dan kelestarian
alam.
Penataan dan pengendalian tata ruang pada dasarnya merupakan salah satu
kewenangan,dan tugas pemerintah seperti yang tertuang dalam beberapa
peraturan yang diantara nya adalah Menteri Dalam Negeri No. 8 Tahun 1998,
tentang Penyelenggaraan penataan Ruang di Daerah.
Petunjuk Pengelolaan Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten Dati II No.
650/2364/Bangda tanggal I Oktober 1991.Di samping tu penyusunan RTRW
mengacu kepada Undang_undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1992
tentang Penataan Ruang seperti pada pasal 22 yang berisi sebagai berikut :
1. RTRW Kabupaten menetapkan penjabaran dari RTRW Propinsi yang
mencakup; Tujuan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat danpertahanan keamanan,
Rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah kabupaten; serta
Pedoman pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.
2. RTRW Kabupaten menjadi pedoman untuk; Perumusan kebijaksanaan
pokok pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten, mewujudkan
keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan antar wilayah
kabupaten dan keserasian antar sektor; Penetapan lokasi investasi bagi
Pemerintah dan atau masyarakat di kabupaten; penyusunan secara rinci
tata ruang di kabupaten; serta pelaksanaan pembangunan dalam
memanfaatkan ruang bagi kegiatan pembangunan.
3. RTRW Kabupaten menjadi dasar untuk penerbitan perijinan lokasi
5 1.2 Tujuan
Sesuai dengan Peraturan Menteri PU No. 16 Th 2009 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, tujuan penataan ruang
wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten
yang ingin dicapai pada masa yang akan datang selama 20 tahun kedepan.
Adapun tujuan evaluasi RTRW Kabupaten Pelalawan adalah :
1. Untuk mengetahui gambaran umum Kabupaten Pelalawan
2. Untuk mengetahui Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Kuantan Singingi
3. Untuk analisa hasil studi lapangan Kota Pangkalan Kerinci dan
mengetahui solusi terhadap masalah-masalah yang ada
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup permasalahan dalam mengevaluasi RTRW Kota Pangkalan
Kerinci yang dibahas dalam makalah ini yaitu mengenai keadaan fisik
wilayah dan prasarana lingkungan Kota Pangkalan Kerinci. Keadaan fisik
wilayah meliputi kondisis hidrologi dan sumber daya alam. Serta prasarana
lingkungan meliputi air bersih, air buangan atau limbah dan drainase.
1.4 Metode Studi
Metode studi yang dilakukan adalah studi kepustakaan dan studi survey
6 BAB 2
LAPORAN DAN ANALISA STUDI LAPANGAN
2.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Pelalawan Peta Geografis
Luas kabupaten Pelalawan adalah 12.490,42 Km2. Secara geografis, Pelalawan berada di 00° 46,24' LU sampai 00° 24,34 LS dan 101° 30,37' BT sampai dengan 103° 21,36'.
Sebagian besar wilayahnya adalah daratan dan hanya sebagian kecil yang berupa perairan. Pelalawan memeiliki beberapa pulau yang relatif besar, diantaranya Pulau Mendul, Pulau Serapung, Pulau Lebuh, Pulau Muda dan beberapa pulau kecil seperti Pulau Ketam, Pulau Tugau dan Pulau Labu.
Sebagian besar daratan wilayah Kabupaten Pelalawan merupakan dataran rendah dan sebagian merupakan daerah perbukitan yang bergelombang. Secara umum ketinggian beberapa daerah/kota berkisar antara 3 ~ 6 meter, dengan kemiringan lahan rata-rata ± 0 ~ 15% dan 15 ~ 40%. Daerah/kota yang tinggi adalah Sorek I dengan ketinggian ± 6 meter dan yang terendah adalah Teluk Dalam (Kecamatan Kuala Kampar) dengan ketinggian ± 3.5 meter.
7 2.2 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pelalawan
Rencana tata ruang wilayah Kabupaten Pelalawan akan mencakup: rencana struktur tata ruang, rencana sistem transportasi, rencana kependudukan, rencana sarana, rencana penggunan lahan, rencana prasarana dan rencana pengembangan wilayah prioritas.
1. Rencana Struktur Tata Ruang
Rencana struktur tata ruang, meliputi; sistem pembagian Satuan Wilayah Pembangunan disingkat (SWP) dan sistem kota-kota. Pembahasan mengenai sistem pembagian SWP di Kabupaten Pelalawan akan meliputi; batas SWP dan penetapan fungsi SWP.
Penetapan sistem pembagian pusat-pusat pelayanan ditentukan dalam bentuk satuan wilayah pembangunan (SWP) perlu mempertimbangkan kriteria-kriteria sebagai berikut:
1. Setiap satuan wilayah pembangunan mencerminkan kesatuan kegiatan fungsional, dan Mempunyai batas administrasi dan batas fisik yang mudah dikenal baik berupa jalan utama, sungai maupun bentuk fisik alamiah lainnya. 2. Setiap satuan wilayah pembangunan mencerminkan kesatuan penggunaan lahan yang kompak berdasarkan jumlah penduduk yang dilayaninya dan sistem pelayanan sarana.
3. Pusat satuan wilayah pembangunan ditetapkan berdasarkan status kecamatan sebelumnya sebagai kecamatan induk dan kecamatan yang mempunyai prospek perkembangan.
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut di atas, maka sistem pembagian satuan wilayah pembangunan (SWP) di Kabupaten Pelalawan dibagi menjadi (enam) SWP, meliputi:
1. SWP I
Kecamatan Pangkalan Kerinci merupakan wilayah kecamatan yang memiliki sarana pemukiman lebih lengkap dibandingkan kecamatan-kecamatan lainnya dan sebagian besar sarana pemukiman yang ada berskala pelayanan regional. Untuk Kecamatan pelalawan dan Kecamatan Pangkalan Kuras terutama Desa Kemang memiliki kecenderungan orientasi Pelayanan terdekat ke pusat wilayah Kecamatan Pangkalan Kerinci (lbukota Kabupaten) dan mencerminkan pola penggunaan lahan yang sama. Berdasarkan dari aspek kebijaksanaan pemerintah daerah, pola penggunaan lahan dan kemudahan pelayanan, maka Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kecamatan Pelalawan dan Desa Kemang Kecamatan pangkalan Kuras ditetapkan sebagai SWP I dengan luas ± 188.806 Ha yang berfungsi sebagai wilayah pengembangan utama Kabupaten pelalawan.
8 Berdasarkan pertimbangan bahwa Kecamatan Langgam merupakan kecamatan induk dan berprospek untuk berkembang yaitu dengan adanya potensi minyak/gas bumi, maka seluruh wilayah Kecamatan Langgam ditetapkan sebagai SWP II dengan luas ±132.413 Ha. SWP ini merupakan salah satu bagian dari SWP I yang berfungsi sebagai sub wilayah pengembangan 2 (dua).
3. SWP III
Berdasarkan pertimbangan batas administratif, memiliki pola keseragaman karekteristik kegiatan yang sama dan kemudahan pencapaian, maka Kecamatan pangkalan Kuras. Pangkalan Lesung dan ukui ditetapkan sebagai SWP III bahwa wilayah Kecamatan Pangkalan Kuras, Pangkalan Lesung dan ukui ditetapkan sebagai SWP III dengan luas = 292.512 Ha. SWP ini merupakan salah satu bagian dari SWP I yang berfungsi sebagai sub wilayah pengembangan 3 (tiga).
4. SWP IV
Berdasarkan pertimbangan pola keseragaman karakteristik kegiatan yang sama dan kemudahan pencapaian, maka kecamatan Bunut dan Kecamatan Kerumutan ditetapkan sebagai SWP IV dengan luas ± 187.984 Ha. SWP ini rnerupakan salah saru bagian dari SWP I yang berfungsi sebagai sub wilayah pengembangan 4 (empat).
5. SWP V
Berdasarkan pertimbangan batas administrasi, luas wilayah serta mempunyai potensi lahan pengembangan perkebunan, maka Kecamatan Teluk Meranti ditetapkan sebagai SWP V yang merupakan salah satu bagian wilayah pengembangan yang mempunyai prospek pengembangan wilayah kabupaten bagian timur dengan luas wilayah yaitu ± 346.594 Ha. SWP ini merupakan salah satu bagian dari SWP I yang berfungsi sebagai sub wilayah pengembangan 5 (lima).
6. SWP VI
Berdasarkan pertimbangan batas administratif dan mempunyai prospek pengembangan sebagai pintu gerbang Kabupaten Pelalawan bagian timur, maka Kecamatan Kuala Kampar ditetapkan sebagai SWP VI yang merupakan salah satu bagian pengembangan wilayah kabupaten dengan luas ± 100.734 Ha. SWP ini merupakan salah satu bagian dari SWP I yang berfungsi sebagai sub wilayah pengembangan 6 (enam).
9 Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, maka pusat-pusat pengembangan Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) Kabupaten Pelalawan adalah sebagai berikut:
1. SWP I merupakan pusat pengembangan utama yang berpusat di Kecamatan Pangkalan Kerinci dengan wilayah pengaruh Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kecamatan Pelalawan dan Kecamatan Pangkalan Kuras yang hanya mencakup Desa Kemang.
2. SWP II merupakan bagian pengembangan SWP I yang berpusat di Kota Langgam dengan wilayah pengaruh Kecamatan Langgam.
3. SWP III merupakan bagian pengembangan SWP I yang berpusat di Kota Sorek Satu Kecamatan Pangkalan Kuras dengan wilayah pengaruh Kecamatan Pangkalan Kuras, Kecamatan Pangkalan Lesung dan Kecamatan Ukui.
4. SWP lV merupakan bagian pengembangan SWP I yang berpusat di Kota Pangkalan Bunut Kecamatan Bunut dengan wilayah pengaruh Kecamatan Bunut, dan Kecamatan Kerumutan.
5. SWP V merupakan bagian pengembangan SWP I yang berpusat di Kota Teluk Meranti, dengan wilayah pengaruh Kecamatan Teluk Maranti. 6. SWP VI merupakan bagian wilayah pengembangan yang berpusat di
Kota Teluk Dalam dengan wilayah pengaruh Kecamatan Kuala Kampar.
Pusat-pusat pelayanan ini berkaitan langsung dengan penentuan sistem kota-kota di Kabupaten Pelalawan. Penentuan sistem kota-kota-kota-kota di Kabupaten Pelalawan didasarkan pada pertimbangan status administratif wilayah, fungsi dan peran kota-kota, tingkat perkembangan eksisiting, kelengkapan sarana prasarana, dukungan potensi hinterland, aksesibilitas.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka pengembangan sistem kota-kota di Kabupaten Pelalawan meliputi Kota Orde I kabupaten, Kota Orde II kabupaten, Kota Orde III kabupaten.
2. Rencana Sistem Tranportasi
Rencana sistem tranportasi di Kabupaten Pelalawan terbagi atas transportasi darat, transportasi laut dan transportasi udara.
A. Transportasi Darat
Transportasi darat direncanakan direncanakan dibagi menjadi dua bagian yang itu transportasi jalan dan transportasi sungai.
Rencana tranpostrasi jalan direncanakan terkait dengan sistem hirarki jalan serta sistem pelayanan transportasi umum yang dikembangkan guna mendukung kegiatan mobilitas penduduk maupun barang.
10 lokal/lingkungan). Kondisi fisik jaringan jalan tersebut di atas yang tergolong baik saat ini hanya sebatas jalan nasional dan jalan propinsi, sedangkan jalan kabupaten dan jalan desa sebagian besar masih berupa perkerasan tanah.
Sistem kota-kota dalam satuan wilayah pengembangan terdiri dari: Kota Orde l Kabupaten Pangkalan Kerinci yang berfungsi sebagai ibukota kabupaten, Kota Orde II kabupaten; Langgam, Pelalawan, Sorek Satu, Pangkalan Bunut, Teluk Meranti dan Teluk Dalam, sedangkan kota OrdeI II kabupaten; Pangkalan Lesung, Ukui Satu dan Kerumutan Untuk menunjang sistem kota-kota tersebut diperlukan penegasan fungsi jaringan jalan baik yang ada maupun jaringan jalan yang baru, sehingga sistem jaringan jalan mencerminkan peran sistem perkotaan yang diinginkan.
Jaringan jalan yang direncanakan mencakup jaringan jalan primer dan jaringan jalan sekunder. Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan yang mengikuti struktur pengembangan wilayah yang menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi, sedangkan sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan yang mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang kota yang menghubungkan kawasan-kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder hingga ke perumahan.
Sistem pelayanan transportasi jalan yang dikembangkan terpadu dengan sistem pelayanan transportasi sungai. Pengembangan pelayanan terdiri dari pelayanan angkutan umum antarkota, pelayanan angkutan umum dalam kota dan pelayanan angkutan umum antarkecamatan.
Untuk perpindahan penumpang antarmoda dibangun terminal yang meliputi beberapa tipe pelayanan sesuai dengan tingkat kebutuhan. Terminal yang dibangun terdiri dari terminal Tipe A, Tipe B dan Tipe C.
Terminal Tipe A adalah terminal yang melayani angkutan umum antarkota antarpropinsi, angkutan antarkota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan perdesaan.
Terminal Tipe B adalah terminal yang melayani angkutan umum antarkota dalam propinsi, angkutan dalam kota dan angkutan perdesaan.
Terminal Tipe C adalah terminal yang melayani angkutan umum perdesaan. Jenis moda yang digunakan untuk pelayanan mobilitas penduduk terdiri dari: bus antarkota, bus dalam kota, dan angkutan kota yang berkapasitasi ± 12 penumpang.
Bus antarkota direncanakan melayani mobilitas penduduk regional, sedangkan bus dalam kota direncanakan melayani mobilitas penduduk dalam kota yang orientasi pelayanannya jalan utama kota.
Untuk pelayanan hingga ke jalan-jalan kolektor dilayani angkutan kota dan untuk mobilitas penduduk hingga ke jalan lingkungan pemukiman dilayani jenis becak bermotor.
11 Pelayanan angkutan sungai yang memanfaatkan Sungai Kampar akan tetap dikembangkan dengan membangun dermaga di sekitar Jembatan Pangkalan Kerinci. Jenis moda yang ada sekarang berupa speed boat, kapal motor, klotok tetap menjadi salah satu alternatif pelayanan mobilitas penduduk yang bermukim di sepanjang Sungai Kampar.
Sungai merupakan bagian kehidupan masyarakat di Kabupaten Pelalawan yang berpotensi sebagai prasarana transportasi di samping perikanan merupakan lahan mata pencaharian penduduk.
Moda transportasi jenis speed boat maupun jenis moda lainnya yang jangkauan pelayanannya hingga ke luar wilayah Kabupaten Pelalawan diperlukan sarana transit yang dapat berfungsi sebagai tempat istirahat maupun tempat penyediaan bahan bakar. Lokasi yang memungkinkan untuk itu adalah di Teluk Dalam Kecamatan Kuala Kampar dengan pertimbangan fasilitas tersebut telah ada hanya meningkatkan kualitas pelayanan dan fasilitasnya.
Untuk pelayanan dalam wilayah Kabupaten Kampar pada lokasi-lokasi tertentu perlu disediakan fasilitas penyediaan bahan bakar dan juga berfungsi sebagai terminal air yang sifatnya terapung di pinggir sungai selain itu juga dapat berfungsi sebagai tempat istirahat sebelum melanjutkan perjalanan. Lokasi penempatan ini disesuaikan dengan tempat kegiatan penduduk serta jumlah moda pelayanan dalam satu rute pelayanan.
Pengembangan transportasi laut di Kabupaten Pelalawan diarahkan untuk pembangunan sarana pelabuhan khusus. Sarana pelabuhan khusus ini merupakan salah satu upaya menciptakan struktur ruang wilayah yang terintegrasi dengan membangun pelabuhan sebagai pengisi komponen ruang lahan. Dengan demikian pertumbuhan wilayah kabupaten yang dekat wilayah pantai timur sumatera tidak terisolir dengan adanya kegiatan pelabuhan.
Pengembangan transportasi udara di Kabupaten Pelalawan diarahkan untuk pembangunan lapangan terbang khusus (airstrip). Gagasan untuk membangun airstrip tersebut dikarenakan adanya permintaan dari pihak swasta yang menjalankan usahanya di wilayah Kabupaten Pelalawan. Kegiatan airstrip ini difungsikan untuk mendukung kegiatan dadakan dan mendesak (emergency)
3. Rencana Kependudukan
Rencana kependudukan membahas masalah penduduk dalam kaitan dengan distribusi penduduk dan pengaturan kepadatan penduduk di dalam satuan wilayah pembangunan (SWP).
12 penduduk pada kegiatan industri sejumlah ± 41.300 jiwa, penduduk pegawai negeri sejumlah ± 7.500 jiwa dan penduduk pada sektor lainnya ± 64.600 jiwa.
Kepadatan penduduk adalah kepadatan bersih yaitu kepadatan penduduk di dalam kawasan permukiman, bukan dihitung terhadap seluruh luas wilayah atau biasa disebut kepadatan kotor.
Pengaturan kepadatan penduduk di SWP adalah menentukan kebutuhan lahan berdasarkan kepadatan penduduk untuk melihat kemampuan SWP dalam menampung kehidupan manusia dan segala kegiatannya yang berkaitan dengan usaha pemenuhan kebutuhan hidup hingga mencapai tingkat kehidupan yang layak dengan tetap memperhatikan keserasian dan kelestarian lingkungan.
4. Rencana Sarana
Rencana sarana meliputi: kebutuhan sarana dan distribusi sarana.
5. Rencana Penggunaan Lahan
Dalam pembahasan mengenai rencana penggunaan lahan di Kabupaten Pelalawan meliputi hubungan fungsional antara penggunaan lahan, kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Dasar pertimbangan penetapan hubungan fungsional penggunaan lahan di Kabupaten Pelalawan meliputi: keserasian penggunaan lahan yang ada, hasil studi penggunaan lahan gambut dan hasil analisis keterkaitan antara masing-masing penggunaan lahan. Dari ketiga komponen tersebut dapat diketahui ada tiga korelasi dalam pemanfaatan lahan yang meliputi:
1. Hubungan Kuat, yang menyatakan bahwa antar komponen ruang lahan rnemiliki keterkaitan secara langsung, serta apabila lokasinya ditempatkan berdekatan dapat menimbulkan keuntungan bagi komponen-komponen tersebut.
2. Hubungan Sedang, yang menyatakan bahwa antarkomponen ruang lahan tersebut memiliki keterkaitan secara tidak langsung, serta apabila lokasi saling bendekatan menimbulkan keuntungan secara tidak langsung bagi komponen-komponen.
3. Hubungan Rendah, yang menyatakan bahwa antarkomponen ruang lahan tersebut tidak memiliki keterkaitan secara langsung, serta apabila lokasinya saling berdekatan dapat menimbulkan gangguan bagi komponen-komponen tersebut.
Arahan penetapaan kawasan lindung yang membutuhkan adanya keputusan bersama dari Pemerintah Daerah, masyarakat dan pihak swasta, yaitu dalam hal penetapan kawasan lindung.
Penetapan kawasan lindung ini didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut:
13 2. Sebagai upaya untuk melindungi mengeliminasi kemungkinan bahaya yang akan menimpa kawasan permukiman penduduk, baik yang diakibatkan oleh bencana alam banjir ataupun pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh adanya polusi.
3. Sebagai upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup pada lahan gambut yang terdapat unsur hara di dalamnya.
Kawasan budidaya merupakan kawasan yang dimanfaatkan secara terencana dan terarah sehingga dapat berdayaguna dan berhasil guna bagi hidup dan kehidupan manusia. Kawasan budidaya terdiri dari kawasan budidaya non pertanian dan kawasan budidaya pertanian.
6. Rencana Prasarana
Rencana prasarana dalam satuan wilayah pembangunan di Kabupaten Pelalawan lebih terfokus pada utilitas yang terbagi atas prasarana: air bersih, air buangan, drainase, jaringan listrik dan telepon.
a. Sistem Pelayanan Air Bersih
Kebutuhan air bersih sebagian wilayah Kabupaten Pelalawan dilayani dengan sistem perpipaan dengan sumber air bakunya berasal dari sungai. Untuk wilayah lainnya akan dilayani dengan sistem non perpipaan yang bersumber dari air tanah, air hujan, dan air sungai.
Wilayah yang dilayani dengan sistem perpipaan dan non perpipaan adalah SWP I, SWP II dan sebagian SWP III khususnya Kecamatan Pangkalan Kuras. Pelayanan air bersih dengan menggunakan sistem perpipaan adalah di sekitar lbukota Kabupaten Pelalawan, Kota Sorek dan Kota Langgam. Untuk 2 (dua) kota pertama instalasi pengolahan air bersih telah tersedia, sedangkan Kota Langgam direncanakan membangun instalasi pengolahan air bersih. Untuk mengantisipasi kebutuhan air bersih yang terus meningkat, maka kapasitas instalasi pengolahan air bersih yang telah ada di Kota Pangkalan Kerinci dan Kora Sorek perlu ditingkatkan.
Kebutuhan air bersih di Kabupaten Pelalawan hingga akhir tahun perencanaan (tahun 2010) mencakup kebutuhan minimum dan maksimum berada di kisaran 650 l/det s mpai 950 l/det yang terdiri dari: kebutuhan air domestik berada di kisaran 300 l/det sampai 500 l/det, kebutuhan air non domestik berada di kisaran 60 l/det sampai 950 l/det, kebutuhan untuk cadangan berada di kisaran 100 l/det sarnpai 200 l/det dan kehilangan air berada di kisaran 150 l/det sampai 250 l/det.
Alat pengolahan air terdiri dari tong, pengaduk, pompa aerasi, dan saringan pasir.
1. Tong/Tangki Penampung
14 dilengkapi dengan 2 (dua) buah kran yaitu untuk mengalirkan air ke bak penyaring dan untuk ke saluran penguras.
Untuk memudahkan pengurasan apabila menggunakan drum, bagian sebelah dalam drum perlu diplester dengan semen sehingga berbentuk seperti kerucut. Tangki ini berfungsi sebagai tempat menampung air baku, tempat proses aerasi atau penghembusan dengan udara, tempat proses koagulasi dan flokulasi serta proses pengendapan.
2. Pompa Aerasi
Pompa aerasi terdiri dari pompa tekan (pompa sepeda) dengan penarnpang 5 cm dan tinggi tabung 50 cm. Fungsi pompa adalah untuk menghembuskan udara ke dalam air baku agar zat besi atau mangan yang terlarut dalam air baku bereaksi dengan oksigen yang ada di dalam udara membentuk oksida besi atau oksida mangan yang dapat diendapkan. Pompa tersebut dihubungkan dengan pipa aerator untuk menyebarkan udara yang dihembuskan oleh pompa ke dalam air baku. Pipa aerator terbuat dari selang plastik dengan penampang 0,8 cm, yang dibentuk seperti spiral dan permukaannya dibuat berlubang-lubang dengan jarak tiap lubang ± 2 cm.
3. Bak Penyaring
Bak penyaring terdiri dari bak plasik berbentuk kotak dengan tinggi 40 cm dan luas penampang 25x25 cm serta dilengkapi dengan keran di sebelah bawah. Untuk media penyaring digunakan pasir, kerikil, arang, dan ijuk.
b. Sistem Pelayanan Air Buangan
Timbulan air buangan di wilayah Kabupaten Pelalawan akan dikelola dengan menggunakan sistem sanitasi setempat berbentuk tangki septik. Tangki septik dapat berbentuk individual atau komunal tergantung dari kemudahan konstruksi dan operasi. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pengolahan lanjutan efluen tangki septik adalah lokasi yang bersangkutan. Untuk lokasi yang terletak di daerah banjir maka pengolahan lanjutan efluen tangki septik tersebut adalah dengan evapotranspirasi atau up-fow filter, sedangkan untuk daerah yang tidak terletak di daerah banjir dapat menggunakan bidang resapan sebagai pengolahan lanjutan efluen tangki septik.
c. Sistem Pelayanan Drainase
15 yang diterapkan adalah tipe saluran terbuka dengan maksud agar memudahkan dalam pemeliharaan dan pengawasan.
Untuk pengembangan dan pemeliharaan jaringan drainase di masa yang akan datang dilakukan tindakan sebagai berikut:
1. Pengamanan tepi daerah aliran sungai dan kegiatan yang diperkirakan akan mempercepat pendangkalan sungai atau yang akan menghambat aliran sungai.
2. Pemeliharaan struktur tanah, dalam arti bagian yang menyerap air harus tetap dipertahankan.
d. Sistem Pelayanan Listrik
Adapun pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam rencana antara lain adalah sebagai berikut:
1. Penyediaan prasarana sesuai jumlah atau kebutuhan penduduk yang akan dilayani.
2. Radius pelayanan listrik dapat menjangkau penduduk sesuai dengan kebutuhan.
3. Biaya yang digunakan untuk pengembangan dan pemeliharaan prasarana listrik relatif murah.
4. Pengembangan prasarana disesuaikan dengan perkembangan teknologi kelistrikkan.
e. Sistem Pelayanan Telepon
Adapun pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam rencana pengembangan prasana telepon antara lain:
1. Penyediaan prasarana sesuai jumlah atau kebutuhan penduduk yang akan dilayani.
2. Radius pelayanan telepon dapat menjangkau penduduk sesuai dengan kebutuhan.
3. Biaya yang digunakan untuk pengembangan dan pemeliharaan prasarana telepon relatif murah.
4. Pengembangan prasarana disesuaikan dengan perkembangan teknologi komunikasi.
16
Gambar : Mesin pompa sumur bor disalah satu rumah masyarakat.
Gambar : Saluran drainase sekaligus tempat pembuangan limbah masyarakat
2.3 Analisa Hasil Studi Lapangan
2.3.1 Permasalahan di Kota Pangkalan Kerinci
1. Masalah Air Bersih
Meski terletak didaerah yang dikelilingi oleh aliran sungai, hal ini tidak
menjamin ketersediaan air bersih yang memadai di kota Pangkalan Kerinci.
Masih rendahnya teknologi dan kecilnya anggaran menjadi salah satu
penghalang bagi pemerintah di kota Pangkalan Kerinci untuk meningkatkan
pelayanan di bidang air bersih kepada masyarakat, baik dari segi kualitas,
kuantitas maupun kontinuitas.
Hal ini dapat dibuktikan dengan
masih banyaknya kasus kelangkaan air
bersih, terutama ketika memasuki
musim kemarau. Masyarakat bahkan tak
jarang harus membeli air cukup mahal
hanya demi keperluan sehari-hari. Dari
kondisi lapangan juga menunjukan
bahwa kebanyakan masyarakat lebih
banyak memilih untuk menggunakan
fasilitas sumur bor yang mereka berdayakan sendiri. Selain disebabkan kualitas
air sumur bor yang cukup baik dan kontinuitas yang terjaga, pendistribusian air
bersih melalui PDAM juga masih belum bisa menjangkau rumah penduduk
secara maksimal. Masih banyak daerah yang tidak jauh dari pusat kota akan
tetapi tidak mendapat suplai air bersih yang cukup.
2. Masalah Limbah Kota
Seperti kebanyakan kota-kota di
Indonesia dan Riau khususnya, kota
Pangkalan Kerinci juga belum memiliki
sistem pengolahan limbah rumah tangga
yang terpadu. Limbah rumah tangga
seperti air kamar mandi dan dapur masih
dialirkan menuju saluran drainase
17
Gambar : Salah satu perkebunan kelapa sawit di dalam kota
ini tentu saja akan menimbulkan dampak yang buruk bagi lingkungan.
Pembuangan limbah rumah tangga tanpa pengolahan akan mengakibatkan
penumpukan zat-zat kimia berbahaya. Zat ini selanjutnya akan diserap oleh
tanah dan memasuki badan air. Kemudian dikonsumsi oleh masyarakat dan akan
membahayakan bagi kesehatan manusia. Kebanyakan saluran drainase yang ada
di kota Pangkalan Kerinci hanya dirancang untuk penyaluran air disaat volume
air mulai tinggi disebabkan hujan. Pihak kota Pangkalan Kerinci belum memiliki
akses yang memadai untuk penanganan limbah. Pemerintah disini juga belum
memiliki konsep untuk mengumpulkan limbah tersebut untuk selanjutnya diolah
sebelum dilepaskan kembali ke lingkungan.
3. Masalah Penempatan Kebun Sawit di dalam Kota
Secara umum masyarakat Kabupaten Pelalawan bergantung banyak
terhadap perkebunan kelapa sawit. Bahkan didalam kota Pangkalan Kerinci
sendiri masih banyak kita temukan perkebunan kelapa sawit, baik yang masih
baru atau pun sudah cukup lama. Akan tetapi kelapa sawit selain mendatangkan
keuntungan secara ekonomi, juga menghasilkan dampak lingkungan yang tidak
kecil. Penelitian dari T. Ariful Amri MSc, dari Universitas Riau, menyatakan
bahwa tiap batang kelapa sawit mampu menghabiskan sebayak 12 liter air per
harinya.
Bila suatu daerah telah banyak
ditanami oleh tanaman sawit maka unsur
hara akan semakin berkurang. Selain itu
daerah itu lambat laun akan semakin
kering dan gersang dikarenkan air yang
ada banyak dikonsumsi oleh kelapa sawit.
Bila hal ini terus berlanjut maka tentu saja
dapat menghabiskan sumber air dan
menyebabkan kelangkaan. Begitu juga dengan yang terjadi di kota Pangkalan
Kerinci. Seharusnya tanaman sawit tidak ditanam didaerah perkotaan. Hal ini
untuk melindungi sumber air baku yang cukup bagi masyarakat. Jika hal ini
terus dibiarkan dan berkembang, bukan tidak mungkin kota Pangkalan Kerinci
18
Gambar : Jalan yang ditinggikan akibat banjir setiap tahun
Gambar : Saluran drainase dekat pintu air yang jadi langganan banjir
4. Banjir dan Drainase
Sudah menjadi langganan setiap
tahun kota Pangkalan Kerinci mengalami
banjir ketika musim hujan. Daerah terparah
adalah ditepian anak sungai kampar, yang
bisa mencapai kedalam 2 meter. Hal ini
dikarenakan topografi daerahnya yang
memang sebagian besar adalah rawa. Di
kota Pangkalan Kerinci sendiri tidak luput dari masalah banjir. Yang paling
parah adalah disekitar jalan protokol di dekat kompleks perkantoran Bupati
Pelalawan. Daerah ini senantiasa tergenang air saat musim hujan dan air pasang
mulai naik. Wajar saja karena daerah ini sebenarnya memang daerah rawa yang
kemudian disulap menjadi kompleks perkantoran. Setidaknya hampir setiap
tahun pemerintah kabupaten Pelalawan mengeluarkan dana yang tidak sedikit
untuk memperbaiki atau meninggikan jalan protokol di depan kompleks bupati
akibat banjir tiap tahunnya. Air banjir yang bercampur dengan air rawa
menimbulkan karakter air yang relatif asam sehingga membuat aspal menjadi
rentan dan mudah rusak.
Saluran drainase yang ada belum cukup untuk mengatasi masalah banjir
yang telah menjadi langganan ini. Dikarenakan tidak adanya aliran yang jelas
yang mengeluarkan debit air banjir tersebut. Saluran drainase hanya berfungsi
sebagai bak penampung, bukan penyalur
debit air. Inilah yang kemudian menjadi
penyebab banjir. Saluran drainase yang
ada juga kurang terawat dan banyak yang
tersumbat. Ini disebabkan perilaku
masyarakat yang belum mencerminkan
perilaku hidup yang sehat dan teratur. Masyarakat masih sering membuat
sampah sembarangan yang membuat
saluran drainase menjadi tersumbat.
Sehingga tak heran ketika musim banjir datang air sulit dialirkan dan menguap
19 karena itu, melalui proyek multi years tahun 2014, pemerintah kabupaten
Pelalawan tengah merencanakan pembuatan kanal secara profesional untuk
mengatasi banjir di Pangkalan Kerinci. Melalui kanal tersebut diharapkan ketika
musim banjir, air langsung dapar dialirkan menuju aliran anak sungai Kampar.
2.3.2 Solusi Permasalahan Rancangan Tata Ruang dan Wilayah (RTRW)
pada Sektor Prasarana Kota Pangkalan Kerinci
A.Solusi Permasalahan Air bersih
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, bahwa ketersediaan air bersih merupakan
salah satu permasalahan dibidang prasarana Kota Pangkalan Kerinci. Untuk
menanggulangi masalah ini, ada beberapa solusi yang bisa diterapkan demi tercapainya
ketersediaan air bersih bagi masyarakat.
1. Pemerintah harus menyiapkan anggaran yang lebih besar untuk memberikan
pelayanan air bersih terhadap masyarakat.
2. Pemerintah Kota Pangkalan Kerinci mendata daerah-daerah yang belum
terlayani air bersih, atau daerah yang masih kekurangan air bersih.
3. Pemerintah mendata jarak serta mempertimbangkan kondisi geografis untuk
daerah yang akan diberi pelayanan air bersih.
4. Pemerintah menyiapkan sistem pelayanan air bersih dengan mempertimbangkan
hal-hal sebelumnya. Kemudian pemerintah dapat menentukan sistem perpipaan
atau non-perpipaan yang akan digunakan untuk melayani masing-masing daerah.
Untuk sistem non-perpipaan, pemerintah dapat membangun instalasi pengolahan
air bersih di setiap daerah, khususnya daerah yang cukup jauh dari pusat kota.
5. Manfaatkan sumberdaya air secara maksimal. Seperti yang kita ketahui, Kota
Pangkalan Kerinci merupakan salah satu daerah yang dikelilingi oleh aliran
sungai, dengan memanfaatkan teknologi berupa instalasi pengolahan air, maka
semua potensi sumberdaya air yang ada baik air hujan, air permukaan, dan air
tanah dapat diolah.
6. Masyarakat dan pemerintah dapat melakukan teknologi daur ulang air dengan
20 7. Lakukan pengawasan terhadap kinerja penyediaan air bersih seperti PDAM, agar
semua daerah dapat terlayani air bersih.
8. Seluruh masyarakat harus mengembangkan budaya penggunaan air yang baik
serta budaya penghematan air. Jangan mengonsumsi air secara berlebihan,
karena itu sama saja akan memperparah kondisi permasalahan ketersediaan air
bersih.
B. Solusi Permasalahan Limbah Kota
Limbah yang terdapat di Kota Pangkalan Kerinci masih belum terkelola dengan
baik, khususnya limbah rumah tangga. Masih banyak ditemukan aktifitas penduduk
yang membuang limbah rumah tangga ke saluran drainase. Untuk menanggulangi
masalah tersebut, ada beberapa solusi yang dapat dilakukan.
1. Pemerintah harus menyiapkan anggaran untuk menangani masalah pengolahan
limbah kota.
2. Pemerintah harus melakukan penanggulangan secara administratif, yaitu dengan
mengeluarkan berbagai peraturan dan undang-undang, baik undang-undang
mengenai lingkungan hidup, AMDAL, serta pembangunan berkelanjutan.
3. Pemerintah harus melakukan tindakan secara teknologis, yaitu dengan cara
membangun unit pengolahan limbah. Mulai dari penyediaan TPA di
masing-masing daerah, hingga unit pengolah limbah yang mengolah limbah cair
sebelum dibuang ke lingkungan.
4. Pemerintah harus melakukan tindakan penanggulangan secara edukatif, yaitu
melalui proses penyuluhan mengenai pengolahan sampah atau limbah rumah
tangga kepada masyarakat. Salah satu contohnya adalah dengan pembuatan
“Takakura”.
5. Masyarakat juga harus memiliki kesadaran untuk mengolah limbah rumah
tangganya terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan.
C. Solusi Permasalahan Penempatan Kebun Sawit di dalam Kota
1. Pemerintah sebaiknya membuat peraturan pelarangan untuk membuka lahan
sawit di tengah kota, karena hal ini dapat menghabiskan sumber air, dan
21 2. Bagi masyarakat ataupun perusahaan yang ingin membuka lahan kebun sawit,
sebaiknya memikirkan masalah konservasi penggunaan lahannya beserta
dampak lingkungan yang ditimbulkan.
3. Pemerintah harus mengupayakan pengendalian laju perluasan lahan sawit,
setidaknya hingga bisa menyediakan pengawasan yang memadai. Jangan sampai
ada kongkalikong antara pengusaha dan pemerintah pusat serta daerah untuk
memberikan izin pembukaan lahan sawit.
D. Solusi Permasalahan Banjir dan Drainase
1. Pemerintah menyiapkan anggaran untuk membangun dan memperbaiki drainase
di Kota Pangkalan Kerinci.
2. Pemerintah harus memberikan kemudahan dalam perizinan membangun
drainase. Pemerintah juga dapat mendukung dengan membantu membebaskan
lahan yang akan dipakai dalam proses pembangunan drainase dan aliran air
sehingga tidak ada kendala berarti pada proses pembangunan drainase dan aliran
air
3. Pemerintah dapat membantu pengadaan daerah drainase dan aliran air dengan
mempertahankan dan merawat situ dan daerah aliran sungai (DAS) yang sudah
ada.
4. Pemerintah dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dan kesadaran para
pengusaha tentang pentingnya pencegahan banjir dengan memberikan
penyuluhan dan sosialisasi peraturan mengenai solusi penanganan banjir dengan
baik.
5. Pemerintah dapat mendukung dengan menggalakkan penghijauan di setiap lahan
hijau terbuka milik pemerintah maupun bukan.
6. Pemerintah juga dapat mendukung solusi penanganan banjir dengan menambah
sarana dan prasarana pembuangan sampah serta memperbanyak tempat sampah
di tempat umum, armada pengolahan sampah di tempat pembuangan sampah
akhir dan tentunya dengan armada pengangkutan sampah dari tempat rawan
banjir menuju tempat pembuangan sampah akhir.
7. Pemerintah dapat juga mendukung dengan penanaman pohon di setiap lahan
22 pengisian bahan bakar umum, dan taman kota, bukan menjadikan lahan-lahan
tersebut sebagai bangunan ataupun jalan.
8. Pemerintah juga harus dengan tegas menindak lanjuti orang-orang yang tidak
bertanggung jawab seperti pembuangan sampah sembarangan, membangun
rumah atau perumahan tanpa drainase memadai, penebangan liar, dan
sebagainya.
Jika pemerintah mampu melakukan hal-hal tersebut, otomatis permasalahan banjir
bukan hal yang susah untuk ditangani. Solusi penanganan banjir dapat terlaksana
dengan baik dengan adanya kesadaran masyarakat tentang masalah banjir. Dengan
membuang sampah pada tempatnya, membuat tempat drainase di pekarangan rumah,
menanam pohon di pekarangan rumah, secara rutin mengangkat lumpur dari aliran air di
sekeliling rumah dan tidak selalu menyalahkan pemerintah merupakan beberapa aspek
23
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Dengan dilaksanakannya studi lapangan ke Kota Pangkalan Kerinci, didapat kesimpulan bahwa:
1. Penerapan dari Rancangan Tata Ruang Wilayah Kota Pangkalan Kerinci harus dilakukan pembenahan lagi karena dapat kita lihat masih kurangnya ketersediaan air bersih bagi masyarakat, limbah rumah tangga yang belum diolah secara tepat, penempatan kebun kelapa sawit di wilayah perkotaan dan juga sistem drainase yang tidak sehat.
2. Kurangnya ketersediaan air bersih di Kota Pangkalan Kerinci disebabkan oleh rendahnya teknologi dan kecilnya anggaran pemerintah untuk meningkatkan pelayanan di bidang air bersih kepada masyarakat, baik dari segi kualitas, kuantitas maupun kontinuitas.
3. Sistem pengolahan limbah rumah tangga di Kota Pangkalan Kerinci juga belum menerapkan sistem pengolahan yang terpadu. Diperlukan peran serta pemerintah untuk melakukan pembenahan sistem pengolahan limbah di lingkungan kota Pangkalan Kerinci untuk mewujudkan pertumbuhan kota yang sehat dan indah.
4. Masih banyak ditemukan penempatan kebun kelapa sawit di daerah perkotaan. Jika hal ini dibiarkan berlanjut terus menerus, tidak tertutup kemungkinan daerah ini akan menjadi kering dan tandus serta ketersediaan air akan semakin berkurang
5. Saluran drainase di Kota Pangkalan Kerinci belum cukup untuk mengatasi masalah banjir yang menjadi langganan setiap tahunnya. Saluran drainase hanya berfungsi sebagai bak penampung, bukan penyalur debit air. Selain itu, saluran drainase yang ada juga kurang terawat dan banyak yang tersumbat. Ini disebabkan perilaku masyarakat yang belum mencerminkan perilaku hidup yang sehat dan teratur
6. Pemerintah Kabupaten Pelalawan melalui proyek multi years tahun 2014 tengah merencanakan pembuatan kanal secara profesional untuk mengatasi banjir di Pangkalan Kerinci.
3.2Saran
Berikut beberapa saran dalam pembuatan makalah dan studi lapangan:
1. Perlu keseriusan dalam pembuatan makalah ini agar tercapai tujuan yang
telah di tetapkan.
2. Pengaturan jadwal pelaksanaan studi lapangan harap diperhatikan supaya
waktu lebih banyak digunakan untuk pemantauan sehingga didapatkan
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, Prisca. 2010. Solusi Penanganan Pencemaran Lingkungan.
http://priscaameliapica.blogspot.com/2010/06/solusi-penanganan-pencemaran-lingkungan.html
BAPPENAS. 2000. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pelalawan.
Pemerintah Daerah Kabupaten Pelalawan.
SolusibanjirIndonesia. 2011. Data-data dan Fakta-fakta Permasalahan Banjir di
LAMPIRAN
Gambar : Warga sedang melakukan aktifitas sehari-hari
Gambar : Anak sungai Kampar yang membelah kota Pangkalan Kerinci
Gambar : Waduk yang menampung debit air ketika musim hujan
Gambar : Saluran drainase rumah milik salah seorang warga
Gambar : Jejeran ruko di kota Pangkalan Kerinci