• Tidak ada hasil yang ditemukan

Filsafat Ilmu Defisini Dan Penalaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Filsafat Ilmu Defisini Dan Penalaran"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan bahasa sehari-hari yang buruk atau menyesatkan dapat secara serius membatasi kemampuan kita untuk menciptakan dan mengkomunikasikan penalaran yang benar. Seperti yang dikemukakan oleh filsuf John Locke (1632-1704), pencapaian pengetahuan manusia seringkali terhambat oleh penggunaan kata-kata tanpa arti yang pasti. Kontroversi yang tidak berguna kadang-kadang disebabkan dan diperkuat oleh penggunaan term-term kunci dengan arti yang ambigu. Kita dapat membedakan perselisihan dalam tiga macam.

Pertama, perselisihan sejati terjadi ketika orang-orang yang terlibat tidak sepakat tentang apakah suatu proposisi itu benar atau tidak benar. Karena orang-orang yang terlibat dalam perselisihan sejati menyetujui tentang arti kata-kata yang mereka gunakan untuk menyampaikan posisi masing-masing. Sesudah itu, masing-masing dapat mengusulkan dan menilai argumen-argumen logis. Akhirnya, bisa membuat mereka dapat mengatasi perselisihan pendapat tentang arti kata atau term yang mereka gunakan.

Kedua, di lain pihak, perselisihan verbal belaka terjadi karena mereka menggunakan term-term yang ambigu untuk mengekspresikan posisi mereka masing-masing. Suatu perselisihan verbal lenyap bila mereka mencapai suatu kesepakatan tentang arti term-term yang mereka gunakan.

Ketiga, dapat terjadi juga perselisihan yang kelihatan verbal tetapi sebenarnya perselisihan sejati. Hal ini tampak pada kemampuan pihak-pihak yang terlibat dalam perselisihan itu memecahkan setiap problem ambiguitas.

Kita dapat menghemat banyak waktu, mempertajam kemampuan bernalar kita, dan saling berkomunikasi secara efektif jika kita melacak ketidaksepakatan tentang arti term-term dan berusaha menyelesaikannya. Dengan menyepakati penalaran dan definisi untuk term-term yang kita gunakan dalam konteks tertentu, kita dapat mencegah dan mengatasi perselisihan yang tidak diperlukan.

(2)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diuraikan rumusan masalah sebagai berikut.

1. Apa yang dimaksud dengan definisi dan penalaran? 2. Apa saja macam-macam definisi dan penalaran? 3. Bagaimana cara menyusun definisi dan penalaran? 1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan ruang lingkup pembahasan masalah dalam tulisan di atas, maka difokuskan tujuan makalah pada uraian berikut.

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan definisi dan penalaran. 2. Untuk mengetahui macam-macam definisi dan penalaran.

(3)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Definisi

Kata definisi berasal dari bahasa Latin definition, yang berarti pembatasan. Definisi mempunyai tugas khusus, yaitu menjelaskan arti kata-kata atau term-term. Jika demikian, definisi dapat dijelaskan sebagai susunan kata yang digunkan untuk menetapkan arti bagi suatu kata atau bagi suatu grup kata. Penjelasan tersebut diberikan secara tepat, jelas, dan singkat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi adalah rumusan tentang ruang lingkup dan ciri-ciri suatu konsep yang menjadi pokok pembicaraan studi. Definisi ialah suatu batasan atau arti, bisa juga dimaknai kata, frasa, atau kalimat yang mengungkapkan makna, keterangan atau ciri utama dari orang, benda, proses atau aktivitas.

Pengertian kata definisi bisa kita kemukakan sesuai dengan keinginan kira, tetapi tentu saja akan lebih baik apabila kita mengetahui apa itu pengertian definisi dari para ahlinya. Berikut ini adalah pengertian definisi menurut para ahli

1) Richard Nordquist menyatakan bahwa definisi adalah sebuah pernyataan tentang arti sebuah kata atau frasa.

2) Samuel Butler dalam bukunya The Note-Books of Samuel Butler (1912) menyatakan bahwa definisi adalah memasukkan atau keliaran ide ke dalam rangkaian kata-kata.

3) Pengertian definisi menurut Wikipedia adalah pernyataan yang menjelaskan tentang arti sebuah istilah (kata, frasa atau simbol).

Maka dapat disimpulkan bahwa definisi adalah memberikan pengertian pada sebuah kata atau istilah. Definisi merupakan rumusan yang lengkap tentang suatu konsep yang mencakup ruang lingkup dan ciri-ciri untamanya. Kesepakatan mengenai arti suatu hal sangat diperlukan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman. Untuk itu perlu diberikan pengertian yang jelas dan tepat untuk setiap istilah.

Pada dasarnya, setiap definisi terdiri dari dua bagian, yaitu definiedum dan definiens. Definiedum adalah kata atau grup kata yang didefinisikan. Defieniens adalah kata atau susunan kata yang mendefinisikan.

(4)

2.2.1 Macam-Macam Definisi

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh para pakar logika atas penggunaan dan fungsi-fungsi actual definisi, berikut ini kita akan melihat beberapa macam definisi. a. Definisi Stipulatif

Suatu definisi stipulatif menetapkan arti untuk suatu kat baru. Ini mencakup penciptaan suatu kata baru atau pemberian arti baru untuk suatu kata lama. Biasanya, tujuan suatu definisi stipulatif adalah menggantikan suatu ungkapan yang lebih sederhana.

Definisi stipulatif diperlukan, seringkali karena adanya fenomena dan perkembangan baru. Misalnya, pernah dilakukan upaya disuatu kebun binatang di Amerika Serikat untuk mengawinsilangkan harimau dengan singa. Karena kedua spesies itu memiliki kemiripan genetik, maka upaya itu berhasil. Anak, hasil perkawinan antara seekor harimau jantan dengan seekor singa betina disebut tigon. Sementara anak hasil perkawinan antara seekor singa jantan dengan seekor harimau betina disebut liger. Tigon adalah turunan dari seekot tiger atau harimau jantan dengan seekor lion atau singa betina. Liger adalah turunan dari seekor lion jantan dengan tiger betina. Penetapan arti kedua kata tersebut dibuat melalui definisi stipulatif.

Definisi stipultif pun dipakai untuk menetapkan kode-kode atau sandi rahasia. Misalnya, selama Perang Dunia II, Tora, Tora, Tora adalah nama kode yang dikirim oleh Admiral Yamamoto ke kantor pusat pengendalian perang di Tokyo. Kode itu dipakai untuk menandakan bahwa laju tentara Jepang tidak untuk operasi pemberantasan premanisme, yang mulai digelar beberapa waktu yang lalu di Indonesia.

(5)

Karena suatu definisi stipulatif menetapkan suatu arti bagi suatu kata baru secara arbitrer, kita pun tidak dapat mengatakan ada definisi stipulatif yang benar dan ada definisi stipulatif yang salah. Dengan kata lain, kriteria benar-salah tidak dapat diterapkan pada definisi stipulatif. Berdasarkan alasan yang sama, suatu definisi stipulatif tidak dapat memberikan informasi baru tentang ciri pokok dari definiedum. Fakta bahwa kata tigon dipilih untuk menggantikan turunan dari seekor harimau jantan dan seekor singa betina tidak menuturkan apa pun yang baru kepada kita tentang hakikat binatang itu. Namun, suatu definisi stipulatif bisa lebih atau kurang menyenangkan atau lebih atau kurang tepat ketimbang definisi stipulatif lainnya.

Definisi stipulatif disalahgunakan dalam perselisihan verbal ketika seseorang menggunakan suatu kata khusus tanpa menjelaskan apa arti kata itu, kemudian dia meneruskan pembicaraan, dengan pengandaian bahwa setiap orang lain pun menggunakan kata itu dengan arti yang sama. Dalam situasi semacam ini orang itu menggunakan kata secara stipulatif. Dalam kasus tersebut, pengandaian bahwa orang lain menggunakan kata yang digunakan dengan arti yang sama sulit dibenarkan.

b. Definisi Leksikal

Suatu definisi leksikal dipakai untuk melaporkan arti yang sudah dimiliki oleh suatu kata dalam suatu bahasa. Definisi-definisi diksioner atau yang terdapat dalam kamus merupakan contoh-contoh definisi leksikal. Berbeda dengan suatu definisi stipulatif, yang menetapkan arti bagi suatu kata baru, suatu definisi leksikal bisa benar, bisa salah bergantung dari apakah ia melaporkan atau tidak melaporkan atau tidak melaporkan cara suatu kata, secara aktual, dipakai. Karena kata-kata yang dipakai berarti lebih dari satu, definisi-definisi leksikal mempunyai tujuan lebih jauh, yaitu mengeliminasi ambiguitas yang bisa muncul jika satu dari arti yang dimaksudkan dicampuradukkan dengan arti lainnya.

Oleh karena itu, kita perlu membuat perbedaan antara kata-kata yang aambigu dan kata-kata yang tidak jelas. Suatu kata disebut tidak jelas jika kata itu tidak memiliki arti tertentu yang berlaku bagi semua orang yang menggunakannya dalam konteks tertentu. Contoh kata-kata yang tidak jelas, antara lain cinta, kebahagiaan, perdamaian, segar, kaya, miskin, normal, dan konsevatif. Jarang kita dapat menggunakan kata-kata tersebut dengan arti yang persis sama dengan arti yang dimaksud orang-orang lain dalam konteks tertentu.

(6)

Karena suatu definisi leksikal mendaftar bermacam-macam arti yang dimiliki suatu kata, seseorang yang berusaha menurunkan suatu definisi lebih baik siap untuk menghindari kata-kata ambigu yang digunakannya dan mendeteksi arti-arti lainnya. Banyak problem timbul kalau ambiguitas tidak dideteksi. Dalam banyak kasus, problem terjadi bukan karena perbedaan-perbedaan yang jelas arti kata-kata seperti tahu, kali, dan bisa, tetapi karena ketidakjelasan arti akibat pencampuradukkan arti yang satu dengan arti yang lain. c. Definisi yang Tepat

Tujuan dari suatu definisi yang tepat ialah mengurangi ketidakjelasan arti suatu kata. Jika demikian, seseorang dapat mencapai suatu keputusan tentang berlakunya suatu kata dalam situasi tertentu. Telah dikatakan bahwa kata miskin itu tidak jelas. Untuk menentukan siapa yang miskin dan siapa yang tidak miskin secara tepat, suatu definisi yang tepat diperlukan. Di Amerika Serikat, misalnya miskin berarti memiliki pendapatan kurang dari $4.000 dan memiliki kekayaan bernilai kurang dari $20.000. Ini salah satu contoh definisi yang tepat. Penggunaan kata-kata sehari-hari dalam konteks sains, matematika, kedokteran, atau hukum haruslah diklarifikasi dengan suatu definisi yang tepat. Kata-kata seperti kekuatan, energi, asam, elemen, angka, persamaan, kontrak, dan agen harus didefinisikan secara tepat oleh disiplin-disiplin khusus. Dalam bidang kedokteran, kata momen kematian atau moment of death didefinisikan sebagai saat otak berhenti berfungsi yang diukur dengan suatu alat bernama electroencephalograph.

Suatu definisi yang tepat berbeda dengan suatu definisi stipulatif dalam hal bahwa definisi stipulatif mencakup suatu penetapan arti secara murni arbiter, sedangkan penetapan arti dalam suatu definisi yang tepat tidak arbiter. Dalam hal ini orang harus hati-hati agar terjamin bahwa penetapan arti dalam suatu definisi yang tepat adalah tepat dan sah dalam konteks bagi kata atau term itu dipakai. d. Definisi Teoretis

(7)

Contoh lain untuk definisi teoretis adalah definisi cahaya sebagai suatu bentuk radiasi elektromagnetik dan definisi energi, massa, dan akselerasi dalam Hukum II Newton dalam persamaan F=ma. Yang terakhir disebut adalah sejenis definisi kontekstual yang setiap kata dihasilkan sejumlah konsekuensi deduktif tentang fenomena yang terkait dan memberikan sejumlah jalan bagi penelitian eksperimental.

Tidak semua definisi teoretis berkaitan dengan sains. Banyak istilah dalam filsafat seperti subtansi, bentuk, sebab, perubahan, idea, baik, pikiran, dan Allah dijelaskan artinya berdasarkan definisi teoretis. Di dalam kenyataan, banyak filsuf besar dalam sejarah telah memberikan definisi-definisi teoretisnya sendiri-sendiri atas kata-kata tersebut.

e. Definisi Persuasif

Tujuan dari definisi persuasif adalah menggerakkan sikap mendukung atau tidak mendukung apa yang ditunjukkan oleh definiendum. Tujuan itu dicapai dengan menetapkan secara emosional suatu harga atau arti nilai yang tersembunyi pada suatu kata seraya memperjelasnya sehingga kata itu benar-benar memiliki arti sesuai dengan bahasa dalam konteks kata itu digunakan. Jadi, definisi-definisi persuasif merupakan suatu sintesis dari definisi stipulatif dan definisi leksikal, dan mungkin juga definisi teoretis, yang didukung dengan motif retorikal untuk menggerakkan suatu sikap tertentu. Oleh karena itu, suatu definisi persuasif menyamar sebagai suatu penetapan yang baik atas arti suatu kata seraya mengutuk atau memuji apa yang didefinisikan. Di bawah ini beberapa contoh pasangan yang bertentangan dari definisi-definisi persuasif.

Contoh:

Aborsi adalah pembunuhan kejam atas makhluk manusia yang tidak bersalah. Aborsi adalah suatu prosedur operasi yang aman dan mantap sehingga seorang wanita dibebaskan dari suatu beban yang tidak diinginkan.

Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang memperlakukan individu-individu memiliki kebebasan sebagai anugerah Tuhan untuk memiliki kekayaan dan melakukan bisnis sesuai dengan pilihan mereka masing-masing.

(8)

2.2 Pengertian Penalaran

Penalaran adalah proses berfikir yang bertolak belakang dari pengamatan indera (pengamatan empiric) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi. Proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang yang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.

Definisi Penalaran menurut para ahli, antara lain:

1) Keraf (1985: 5) berpendapat bahwa penalaran adalah suatu proses berfikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, menuju kepada suatu kesimpulan.

2) Bakry (1986: 1) menyatakan bahwa penalaran atau reasoning merupakan suatu konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran unutk sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui.

Dalam penalaran juga terdapat syarat-syarat kebenaran dalam penalara, yaitu sebagai berikut.

1. Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah. 2. Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar koklusi adalah

premis. Jadi semua premis harus benar. Benar disini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material.

Menurut Pors (Opik, 2011) indikator dari penalaran adalah sebagai berikut. 1. Memberikan alasan mengapa sebuah jawaban atau pendekatan terhadap

suatu masalah adalah masuk akal.

2. Membuat dan mengevaluasi kesimpulan umum berdasarkan penyelidikan dan penelitian.

3. Meramalkan dan menggambarkan kesimpulan atau putusan dari informasi yang sesuai.

4. Menganalisis pernyataan-pernyataan dan memberikan contoh yang dapat mendukung atau bertolak belakang.

(9)

Adapun ciri-ciri dalam penalaran, yaitu sebagai berikut. 1. Dilakukan dengan sadar.

2. Didasarkan atas sesuatu yang sudah diketahui. 3. Sistematis.

4. Terarah atau bertujuan.

5. Menghasilkan kesimpulan berupa pengetahuan 6. Sadar tujuan.

7. Premis berupa pengalaman atau pengetahuan, bahkan teori yang telah diperoleh.

8. Pola pemikiran tertentu. 9. Bersifat empiris rasional. 2.2.2 Metode dalam Bernalar

Ada dua jenis metode dalam menalar, yaitu induktif dan deduktif. 1. Penalaran Induktif

Penalaran induktif menurut Kusumah (Sobariah, 2011: 10) adalah proses berfikir berupa penarikan kesimpulan yang umum atas dasar pengetahuan tentang hal khusus yang dimulai dari sekumpulan fakta yang ada. Penalaran induktif terbagi atas tiga, yaitu sebagai berikut.

a. Generalisasi

Generalisasi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu untuk menarik kesimpulan umum.

Contoh:

Orang Jawa tidak suka berterus terang. Semua mahasiswi UIN Alauddin cantik.

(10)

Analogi adalah kesimpulan tentang kebenaran sesuatu ditarik berdasarkan pengamatan terhadap gejala yang memiliki kemiripan. Contoh:

Hawa nafsu adalah kuda tunggangan yang akan membawamu meraih ambisi, sedangkan agama adalh kendali untuk mengendalikan tungganganmu agar tidak liar, mementalkan, menyeret dan menginjak-injak dirimu.

c. Sebab-Akibat

Sebab-akibat adalah semua peristiwa harus ada penyebabnya, namun seringkali orang sampai pada kesimpulan yang salah karena proses penarikan kesimpulan tidak sah (karena sikap pribadi, takhayul, prasangka, pandangan politik).

Contoh:

Sebagian besar siswa mendapat nilai buruk karena pada waktu ulangan ada kucing hitam yang melintas di halaman.

Para masyarakat yakin tidak akan hujan saat acara karena sesepuh sudah melemparkan pakaian dalam ke atas atap.

2. Penalaran Deduktif

Penalaran deduktif adalah penalaran yang didasarkan atas prinsip, hukum, teori, atau putusan yang berlaku umum. Menurut Jacobs (Suhanri, 2011) suatu cara penarikan kesimpulan dari pernyataan atau fakta-fakta yang dianggap benar dengan menggunakan logika.

Contoh:

1. Semua makhluk akan mati. Manusia adalah makhluk.

Karena itu, semua manusia akan mati. 2. Semua makhluk butuh oksigen. Manusia adalah makhluk hidup.

(11)

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kata definisi berasal dari bahasa Latin definition, yang berarti pembatasan. Definisi adalah rumusan tentang ruang lingkup dan ciri-ciri suatu konsep yang menjadi pokok pembicaraan studi. Definisi ialah suatu batasan atau arti, bisa juga dimaknai kata, frasa, atau kalimat yang mengungkapkan makna, keterangan atau ciri utama dari orang, benda, proses atau aktivitas.

Ada lima macam definisi, yaitu definisi stipulatif, definisi leksikal, definisi yang tepat, definisi teoritis, dan definisi persuasif..

Penalaran adalah proses berfikir yang bertolak belakang dari pengamatan indera (pengamatan empiric) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi.

Adapun ciri-ciri dalam penalaran, yaitu dilakukan dengan sadar, didasarkan atas sesuatu yang sudah diketahui, sistematis, terarah atau bertujuan, menghasilkan kesimpulan berupa pengetahuan, keputusan atau sikap yang baru, sadar tujuan, premis berupa pengalaman atau pengetahuan, bahkan teori yang telah diperoleh, pola pemikiran tertentu dan bersifat empiris rasional.

Terdapa dua metode penalaran yang harus diketahui, yakni penalaran induktif dan penalaran deduktif.

3.1 Saran

Agar tidak terjadi persilisihan verbal tentang masalah arti kata, maka perlu diperhatikan apa saja yang menjadi faktor munculnya masalah kemudian diselesaikan dengan pemahaman definisi dan penalaran yang tepat sehingga dapat mempertajam kemampuan kita dalam bernalar dan dapat berkomunikasi secara efektif serta berusaha menyelesaikan masalah arti kata tersebut.

(12)

Maran, Rafael Raga. 2007. Pengantar Filsafat . Jakarta: Grasindo. http://www.slideshare.net/zulvamunayati/makalah-definisi-zulva

http://www.slideshare.net/gueste97040/kata-definisi-dan-klasifikasi?related=1 http://id.wikipedia.org/wiki/Definisi

Referensi

Dokumen terkait

Pengabdian masyarakat yang dilakukan di desa Batuyang dengan program “meningkatkan Kesejahteraan Perekonomian Masyarakata Melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE)”

baru yang diperoleh dari Yordania di samping Ekonomi Syariah adalah adanya Lembaga Pengelolaan Harta Anak Yatim yang dikelola oleh Negara. Pengadilan Agama dalam

Penelitian ini dimotivasi oleh penelitian terdahulu diantaranya yaitu penelitian (Susilowati, 2016), hasil penelitian menunjukan bahwa motivasi berpengaruh positif

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pola diversifikasi konsumsi pangan pokok berbasis potensi lokal di

Mengenai hal ini observer dari KB UKDI memberikan masukan bahwa akan lebih baik pada saat try out CBT soal diberikan sesuai dengan jumlah soal yang seharusnya,

Apabila timbul kasus AI di daerah bebas/terancam dan telah didiagnosa secara klinis, patologi anatomis, dan epidemiologi serta dikonfirmasi secara laboratoris, maka

Karena itulah sistem pewarisan masyarakat Karo ada benarnya menurut hukum Islam akan tetapi karena anak laki-laki masyarakat batak Karo mewarisi keseluruhan harta

1) Memiliki pola piker global, yaitu dimaksudkan kecendrungan untuk melihat dunia dengan cara tertentu, sebuah jaringan yang apabila melaluinya kita dapat melihat