• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Manajemen Kurikulum ( 1 )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Manajemen Kurikulum ( 1 )"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen sekolah merupakan faktor yang terpenting dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di sekolah yang keberhasilannya diukur oleh prestasi tamatan (out put), oleh karena itu dalam menjalankan kepemimpinan, harus berpikir “sistem” artinya dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah komponen-komponen terkait seperti: guru-guru, staff TU, Orang tua siswa/Masyarakat, Pemerintah, anak didik, dan lain-lain harus berfungsi optimal yang dipengaruhi oleh kebijakan dan kinerja pimpinan.

Tantangan lembaga pendidikan (sekolah) adalah mengejar ketinggalan artinya kompetisi dalam meraih prestasi terlebih dalam menghadapi persaingan global, terutama dari Sekolah Menengah Kejuruan dimana tamatan telah memperoleh bekal pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai tenaga professional tingkat menengah hal ini sesuai dengan tuntunan Kurikulum SMK 2004. Tantangan ini akan dapat teratasi bila pengaruh kepemimpinen sekolah terkonsentrasi pada pencapaian sasaran dimaksud. Pengaruh kepemimpinan Kepala Sekolah disamping mengejar ketinggalan untuk mengatasi tantangan tersebut di atas, hal-hal lain perlu diperhatikan:

Dalam melaksanakan kegiatannya, sekolah memiliki berbagai garapan. Oleh karena itu, diperlukan keteraturan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut sehingga kegiatan termasuk ke dalam bidang garapan yang sesuai. Salah satu manajemen memiliki garapan yaitu Manajemen Kurikulum.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Definisi Manajemen Kurikulum ? 2. Bagaimana Organisasi Kurikulum ? 3. Bagaimana Struktur Program Kurikulum ?

4. Apa Saja Kegiatan-Kegiatan Manajemen Kurikulum ?

1.3 Tujuan Penulisan

(2)

3. Mengetahui Struktur Program Kurikulum.

(3)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Manajemen Kurikulum 1. Pengertian Manajemen

Pengertian Manajemen dalam bahasa Inggris “management” dengan kata kerja to manage yang secara umum berarti mengurusi atau mengelola. Dalam arti khusus manajemen dipakai bagi pimpinan dan kepemimpinan, yaitu orang-orang yang melakukan kegiatan memimpin, disebut “manajer”. Pengertian Manajemen adalah suatu rangkaian proses yg meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi dan pengendalian dalam rangka memberdayakan seluruh sumber daya organisasi/ perusahaan, baik sumberdaya manusia (human resource capital), modal (financial capital), material (land, natural resources or raw materials), maupun teknologi secara optimal untuk mencapai tujuan organisasi/ perusahaan.

Menurut James A.F. Stonner, pengertian manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi sera penggunaan semua sumber daya yang ada pada organisasi untuk menapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Robbins dan Coulter (2007) manajemen adalah proses pengoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Efisiensi mengacu pada memperoleh output terbesar dengan input terkecil; digambarkan sebagai “melakukan segala sesuatu secara benar.” Sedangkan efektivitas mengacu pada menyelesaikan kegiatan-kegiatan sehingga sasaran organisasi dapat tercapai; digambarkan sebagai “melakukan segala sesuatu yang benar.”

(4)

Menurut Assauri (2004), “ pengertian manajemen adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan atau mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain.”

Menurut Hersey dan Blanchard (2005), “Pengertian Manajemen adalah seni dan ilmu dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemotivasian, dan pengendalian terhadap orang dan mekanisme kerja untuk mencapai tujuan.”

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, manajemen adalah “penggunaan sumber daya secara efektif mungkin untuk mencapai sasaran”.

2. Makna Manajemen Kurikulum

Dalam manajemen kurikulum kegiatan dititikberatkan kepada kelancaran pembinaan situasi belajar mengajar. Tetapi disini sebelum kita bahas tentang bentuk-bentuk atau cara-cara pengadministrasiannya, kita perlu kemukakan pengertian dasar mengenai beberapa aspek dari kurikulum itu sendiri.

Paham terakhir menyebutkan bahwa kurikulum adalah segala pengalaman pendidikan yang diberikan oleh sekolah kepada seluruh anak didiknya, baik dilakukan didalam sekolah maupun diluar sekolah. pengalaman anak didik disekolah dapat diperoleh melalui berbagai kegiatan pendidikan antara lain: mengikuti pelajaran dikelas, praktik keterampilan, latihan-latihan olahraga dan kesenian, dan kegiatan karya wisata atau praktik dalam laboratorium sekolah.

Kadang-kadang orang menyebutkan kurikulum adalah “rencana pendidikan dan pengajaran” atau lebih singkat lagi “program pendidikan”. Memang masih banyak diantara kita kaum pendidik (guru) yang berpandangan tradisional mengenai kurikulum ini. Kurikulum terdiri atas pelajaran tertentu yang bertujuan menyampaikan kebudayaan lampau sejumlah pengetahuan yang harus diajarkan kepada anak-anak, karena seringnya pengetahuan ini diambil dari buku-buku pelajaran tertentu yang dipandang baik maka kurikulum ditentukan oleh buku pelajaran.

Jadi jelaslah pengertian kurikulum serupa membatasi pengalaman anak kepada situasi belajar didalam kelas dan tidak ,enghiraukan pengalaman-pengalaman edukatif diluar kelas.

(5)

lonceng pulang. Demikian juga dengan siswa yang mulai masuk sekolah, mereka melakukan kegiatan belajar berdasarkan kurikulum yang berlaku dan selalu disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang. Kurikulum yang dirumuskan harus sesuai dengan filsafat dan cita-cita bangsa, perkembangan siswa, tuntutan, dan kemajuan masyarakat.

Pemahaman tentang konsep dasar manajemen kurikulum merupakan hal yang penting bagi para kepala sekolah yang kemudian merupakan modal untuk membuat keputusan dalam implementasi kurikulum yang akan dilakukan oleh guru. Manajemen kurikulum membicarakan pengorganisasian sumber-sumber yang ada disekolah sehingga kegiatan manajemen kurikulum ini dapat dilakukan dengan efektif dan efisien.

Sucipto dan Raflis (1994:142) mengemukakan, kurikulum dapat diartikan secara sempit dan luas. Dalam pengertian sempit, kurikulum diartikan sebagai sejumlah mata pejaran yang diberikan di sekolah, sedangkan dalam pengertian luas kurikulum adalah pengalaman belajar yang diberikan sekolah kepada siswa selama mereka mengikuti pendidikan di sekolah. Dengan pengertian luas ini berarti segala usaha sekolah untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa dalam upaya menghasilkan lulusan yang baik secara kuantitatif maupun kualitatif tercakup dalam pengertian kurikulum.

Perkembangan kurikulum di Republik Indonesia sampai saat ini telah melahirkan Undang-undang nomor 20 tentan Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Badan Standar Pendidikan Nasional, disusul dengan Permendiknas 22 Tahun 2006 tentang standar isi, kemudian disusul dengan Permendiknas 23 tentang Standar Kompetensi kelulusan dan UU Nomor 24 tentang pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 dan 23.

Pembakuan UU dan Permendiknas itu menjadi kekuatan hukum bagi penyelenggaraan pendidikan untuk menata kurikulum dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sehingga dengan demikian sehingga undang-undang dan peraturan menteri pendidikan nasional itu perlu dibaca dan dipahami. Untuk memahami kurikulum pendidikan, perlu diketahui fungsi dasar pendidikan untuk menambah wawasan berpikir yang dikemukakan Sutisna (1998), sebagai berikut :

(6)

mendalam. Memiliki pengetahuan tentang fungsi pendidikan secara mendalam dan memahaminya dengan baik akan memberi nuansa yang berbeda dengan tanpa pengetahuan tersebut. Tanpa mengindahkan tekanan yang berubah-ubah yang diberikan kepada fungsi pendidikan berasal dari empat fungsi dasar pendidikan yaitu :

1. Pengembangan individu yang meliputi aspek-aspek hidup pribadi; atis, estetis, emosional, fisis.

2. Pengembangan cara berpikir dan teknik penyelidikan yang berkenaan dengan kecerdasan yang terlatih

3. Pemindahan watisan budaya, menyangkut nilai-nilai sivik dan moral bangsa 4. Pemenuhan kebutuhan sosial yang vital yang menyumbang kepada

kesejahteraan ekonomi, sosial, politik dan lapangan kerja

Sekolah harus menyediakan pendidikan yang membawakan sekurang-kurangnya sejumlah kecil unsur-unsur yang diuraikan tersebut. Keempat aspek itu berkenaan dengan pribadi, kecerdasan, sivik moral, dan teknik. Aspek-aspek tersebut tetap ada pada setiap zaman dalam kehidupan manusia. Walaupun demikian, setiap generasi dalam periodenya menyusun keempat unsur fungsi pendidikan tersebut menurut kebutuhan atau tekanan yang muncul pada zamannya.

Para ahli antropologi budaya memandang tuntutan-tuntutan masyarakat terhadap sekolah dengan kata proses perubahan kultural secara siklus. Mereka membuat hipotesa bahwa tahap-tahap pokoknya adalah revolusi., konservatisme, reaksi dan transaksi. Menurut teori ini, prioritas yang diberikan kepada keempat fungsi dasar pendidikan itu berbeda, tergantung pada tahap perubahan kultural. Dengan menyesuaikan perumusan antropologi dari keempat fungsi dasar pendidikan tersebut, urutan prioritas pendidikan pada tahap-tahap pokok perubahan kultural itu adalah seperti pada tabel berikut :

Tabel 2.1

Prioritas pendidikan pada tahap-tahapan pokok perubahan kultural

Tahap Tahap Tahap Tahap

Revolusioner Konservatif Reaksioner Transaksional

Moral Teknik Moral Kecerdasan

Kecerdasan Pribadi Teknik Teknik

Teknik Moral Pribadi Moral

(7)

Tahap perubahan kebudayaan yang sedang berjalan sekarang, khususnya pada masyarakat yang sudah maju, diklasifikasikan sebagai transaksional. Daya pendorong perubahan kultural yang pertama adalah revolusi ilmu dan teknologi dan yang kedua adalah perubahan sosial. Industrialisasi dan modernisasi yang mendasari pembangunan ekonomi serta meningkatnya mobilitas sosial dan urbanisasi yang menyertainya juga pergeseran dalam pola serta nilai masyarakat tradisional ke arah masyarakat modern adalah akibat memberikan alasan bagi penyusunan kembali prioritas-prioritas di antara fungsi-fungsi dasar pendidikan. Hal tersebut menyarankan bahwa fungsi-fungsi dasar dapat digunakan sebagai suatu perspektif yang luas dengan maksud pendidikan dapat dikembangkan dan dinilai untuk membimbing perencanaan program-program pendidikan.

Berdasarkan fungsi dasar pendidikan tersebut, dapat digolongkan tujuan-tujuan pendidikan ke dalam suatu kerangka konseptual seperti berikut :

Dimensi-Dimensi Tugas Pendidikan Sekolah Suatu Kerangka Kerja Konseptual A. Dimensi Pribadi

1. Religi : Kesadaran Beragama

2. Fisik : Kesehatan Jasmani dan Pertumbuhan 3. Emosi : Kesehatan Mental dan Stabilitas Emosi 4. Etika : Integritas Moral

5. Estetika : Pengajaran Kultural dan Rekreasi B. Dimensi Kecerdasan

1. Memiliki Pengetahuan : Konsep-konsep dan informasi

2. Komunikasi Pengetahuan : Keterampilan Memperoleh dan Menyampaikan Informasi \

3. Penciptaan Pengetahuan : Cara Pemeriksaan, Diskriminasi, dan Imajinasi 4. Hasrat akan Pengetahuan : Kesukaan akan Belajar

C. Dimensi Sosial

1. Hubungan antar Manusia : Kerjasama, dan Toleransi

2. Hubungan Individu Negara : Hak dan Kewajiban sivik, kesetiaan, patriotisme, dan solidaritas nasional

3. Hubungan Individu Dunia : Antar hubungan bangsa-bangsa dan pemahaman dunia

4. Hubungan Individu dan lingkungan hidupnya : Ekologi D. Dimensi Produktif

1. Pilihan Pekerjaan : Informasi Bimbingan 2. Persiapan untuk Bekerja : Latihan dan Penempatan

3. Rumah dan Keluarga : Mengatur rumah tangga, keterampilan mengerjakan sesuatu sendiri, dan perkawinan

(8)

Kategori-kategori tujuan tersebut dapat digunakan sebagia suatu kerangka pekerjaan untuk mengembangkan program pendidikan sekolah sesuai dengan prioritas pendidikan yang ditetapkan. Prioritas ini tentu akan bergantung pada tekanan yang diberikan kepada dimensi tugas pendidikan berkaitan dengan tahap perkembangan sosial, ekonomi dan politik pada suatu masyarakat. Pernyataan tersebut juga dapat digunakan untuk menganalisis fungsi dan tujuan pendidikan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) nomor 20 tahun 2003 pada Bab II Pasal 3 yang menyatakan:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.”

2.2 Organisasi Kurikulum

Organisasi kurikulum adalah pola atau bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada murid-murid. Organisasi kurikulum sangat erat berhubungan dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai karena pola-pola yang berbeda akan mengakibatkan ini dan cara penyampaian pelajaran-pelajaran berbeda pula (Prof. Dr. Nasution, 80).

Pola-pola pengorganisasian kurikulum ada banyak macamnya, tetapi yang kami pandang perlu untuk dikemukakan pada kesempatan ini ada tiga macam, yaitu:

a.Separated Subject Curikulum b.Correlated Curriculum c.Integrated Curriculum

a. Separated Subject Curriculum

Kurikulum ini menyajikan segala bahan pelajaran dalam berbagai macam mata pelajaran (subject) yang terpisah-pisah satu sama yang lain, seakan-akan ada batas pemisah antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain, juga antara suatu kelas dengan kelas yang lain.

(9)

Pengetahuan Alam disingkat IPA. Tentu saja konsep dasar tinjauannya sangat berbeda dengan lima mata pelajaran terdahulu. Separated subject curriculum mengandung beberapa hal yang positif didalam praktik pendidikan disekolah, yakni:

1) bahan pelajaran disajikan secara sistematis dan logis.

2) organisasi kurikulum ini sederhana: mudah disusun, mudah ditambah atau dikurangi, jumlah pelajaran yang diperlukan (mudah diorganisasi). 3) penilaian lebih mudah karena biasanya bahan pelajaran ditentukan berdasarkan buku-buku pelajaran tertentu sehingga dapat diadakan ujian umum atau tes hasil-hasil belajar yang seragam (uniform) diseluruh Negara.

4) kurikulum ini memudahkan guru dalam melaksanakan pengajaran karena bersifat subject contered, guru-guru yang sudah berpengalaman dan menguasai seluruh bahan pelajaran dari buku, maka pekerjaannya menjadi rutin, setiap tahunnya hanya mengulang yang sudah pernah dilakukan sebelumnya.

5) kebanyakan orang beranggapan bahwa sekolah merupakan persiapan masuk perguruan tinggi, di perguruan tinggi biasanya organisasi kurikulum sesuai dengan prinsip terpisah-pisah itu. Jadi organisasi kurikulum disekolah dasar dan menengah dengan begitu sesuai dengan organisasi diperguruan tinggi.

Disamping hal-hal positif, Separated subject curriculum mendapat kritik-kritik sebagai berikut:

1) mata pelajaran terlepas-lepas satu sama yang lain, hal ini tidak sesuai dengan kenyataan kehidupan yang sebenarnya.

2) tidak atau kurang memprihatinkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

3) dari sudut psikologis kurikulum demikian mengandung kelemahan, banyak terjadi verbalistis dan menghapal, serta makna tujaun pelajaran kurang dihayati oleh peserta didik.

4) kurikulum ini cenderung statis dan ketinggalam dari perkembangan zaman.

(10)

Pada dasarnya organisasi kurikulum ini menghendaki agar mata pelajaran satu sama yang lain ada hubungan, bersangkut paut (collated) walaupun mungkin batas-batas yang satu dengan yang lain masih dipertahankan.

Prinsip berhubungan satu sama yang lain (kolerasi) ini dapat dilaksanakan dengan berbagai cara:

1) antara dua mata pelajaran diadakan hubungan secara incidental.

2) memperbincangkan masalah-masalah tertentu dalam berbagai macam pelajaran.

3) mempersatukan beberapa mata pelajaran dengan menghilangkan batas masing-masing.

Panduan atau fungsi antara beberapa mata pelajaran ini disebut broad-fields, broad fields merupakan kesatuan yang ditak terbagi-bagi atas bagian-bagian.

Tetapi broad fields pada dasarnya masih bersifat subject curriculum, hanya saja jumlah mata pelajaran menjadi berkurang, sehingga broad fields dapat dianggap sebagai modifikasi dari subject curriculum yang tradisional. (Prof, Dr. Nasution, 90)

Beberapa kebaikan correlated curriculum dapat disebutkan antara lain sebagai berikut:

1) dengan kolerasi pengetahuan murid lebih integral, tidak terlepas-lepas (berpadu).

2) dengan melihat hubungan erat antara mata pelajaran satu dengan yang lain, minat murid bertambah.

3) kolerasi memberikan pengertian yang lebih luas dan mendalam karena memandang dari berbagai sudut.

4) dengan kolerasi maka yang diutamakan adalah pengertian dan prinsip-prinsip bukan pengetahuan akan fakta, dengan begitu lebih memungkinkan pengguna pengetahuan secara fungsional bagi murid-murid.

(11)

1. Sulit untuk menghubungkan dengan masalah-masalah yang hangat dalam kehidupan sehari-hari sebab dasarnya subject contered.

2. Broad fields tidak memberikan pengetahuan yang sistematis dan mendalam utntuk sesuatu mata pelajaran sehingga hal ini dipandang kurang cukup untuk bekal mengikuti pelajaran diperguruan tinggi. c. Integrated Curriculum

Integrated curriculum meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan. Dengan kebulatan bahan pelajaran diharapkan mampu membentuk kepribadian murid yang integral, selaras dengan kehidupan sekitarnya, apa yang diajarkan disekolah disesuaikan dengan kehiduan disekitarnya, apa yang diajarkan disekolah disesuaikan dengan kehidupan anak diluar sekolah.

Beberapa manfaat kurikulum yang integrated ini dapat disebutkan sebagai berikut :

1. Segala sesuatu yang dipelajari anak merupakan inti yang bertalian erat, bukan fakta yang terlepas satu sama lain.

2. Kurikulum ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang belajar, murid dihadapkan kepada masalah yang berarti dalam kehidupan mereka.

3. Kurikulum ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat.

4. Aktivitas anak-anak meningkat karena dirangsang untuk berpikir sendiri dan bekerja sendiri atau bekerja dengan kelompok.

5. Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat, kesanggupan, dan kematangan murid.

Keberatan-keberatan yang dilontarkan orang kepada kurikulum yang integrated ini adalah sebagai berikut :

1. Guru-guru kita belum disiapkan untuk melaksanakan kurikulum ini. 2. Kurikulum ini tidak mempunyai organisasi yang sistematis.

3. Kurikulum ini memberatkan tugas guru.

(12)

5. Anak-anak diragukan untuk bisa diajak menentukan kurikulum.

6. Pada umumnya kondisi sekolah masih kekuraangan alat-alat untuk melaksaanakan kurikulum ini.

Selanjutnya, menurut Prof. Dr. S. Nasution, MA (halaman 95), dikatakan memang sekolah-sekolah modern sudah mulai berangsur-angsur meninggalkan kurikulum yang subject contered ini karena dianggap tidak menghasilkan pribadi yang harmonis. Oleh karena itu, pelajaran disusun sebagai keseluruhan yang disebut broad unit dengan cirri-cirinya adalah sebagai berikut :

1. Unit merupakan suatu keseluruhan yang bulat. 2. Unit menghapus batas-batas pelajaran.

3. Unit didasarkan pada kebutuhan anak.

4. Unit didasarkan pada pendapat-pendapat modern mengenai cara belajar (didasarkan pada pusat minat dari anak).

5. Unit memerlukan waktu yang lebih panjang dibanding dengan mata pelajaaran yang biasa deri kurikulum tradisional.

6. Unit bersifat life centered (berhubungan dengan kehidupan).

7. Unit memanfaatkan dengan yang wajar dari dalam diri anak yang sedang belajar.

8. Dalam unit anak dihadapkan kepada situasi-situasi yang mengandung problema.

9. Unit dengan sengaja memajukan perkembangan sosial kepada anak-anak sebabbanyak memberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok.

10.Unit direncanakan bersama oleh guru dan murid.

(13)

sosial (IPS), yang biasanya menurut separated subject curriculum disebutkan sebagai mata pelajaran sejara, geografi dan antropologi.

2.3 Struktur Program Kurikulum

Untuk melengkapi pengertian kita mengenai organisasi kurikulum baiklah kita lanjutkan pembicaraan tersebut tentang struktur program kurikulum.

Dari beberapa sumber terutama Surat-surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tentang pembakuan kurikulum, misalnya

No. 008/C/D/1975 tentang Pembakuan Kurikulum SD No. 008/D/U/1975 tentang Pembakuan Kurikulum SMP No. 008/E/U/1975 tentang Pembakuan Kurikulum SMA

Kita jumpai bahwa kurikulum pada garisbesarnya diperinci dalam beberapa program pendidikan. Untuk sekolah-sekolah umum program pendidikan itu meliputi 3 macam

a. program pendidikan umum

b. program akademis, yang memberikan dasar-dasar untuk melanjutkan studi. c. program pendidikan keterampilan.

Selanjutnya, setiap program memperoleh alokasi (penjatahan) waktu tertentu yakni berapa jumlah jam pelajaran per minggu untuk setiap bidang studi bagi kelas-kelas tersebut.

Sehubungan dengan struktur program ini, ada beberapa hal yang perlu dipahami:

a. GBPP (Garis-garis Besar Program Pengajaran)

Ialah ikhtisar dari seluruh program pengajaran yang terdiri dari tujuan-tujuan kurikuler, tujuan instruksional dengan ruang lingkup bahan-bahan pengajaran yang disusun secara berurutan dan disusun menurut jangka waktu tertentu (semester atau caturwulan), GBPP ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman bagi para Pembina pendidikan, kepala sekolah, dan guru dalam rangka peningkatan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan.

b. Jam Pelajaran

Ialah waktu pemberian jam pelajaran yang berlangsung 45 menit untuk sekolah-sekolah lanjutan, di SD kelas 1 dan 2 hanya 30 menit, sedangkan pada kelas 3 sampai dengan kelas 4, 40 menit.

(14)

Ialah satuan waktu pemberian jam pelajaran yhang berlangsung selama 120 hari belajar efektif, sedang pengertian “caturwulan” yang digunakan di SD adalah satuan waktu yang berlangsung rata-rata 80 hari belajar efektif.

d. Program Pendidikan Umum

Ialah program pendidikan yang diberikan kepada semua siswa yang mencakup pendidikan moral pencasila yang berfungsi bagi pembinaan warga Negara yang baik, jadi program umum wajib diikuti oleh semua siswa.

e. Program Pendidikan Akademis

Ialah program pendidikan yang diperlukan sebagai dasar untuk melanjutkan studi ketingkat pendidikan selanjutnya.

f. Program Pendidikan Keterampilan

Ialah program pendidikan yang dapat dipilih siswa (keterampilan bebas) dan ada juga yang bersifat terikat.

Bagi SD program keterampilan ini berfungsi untuk mengembangkan kesukaan dan penghargaan kepada pekerjaan tangan dan sebagai bekal untuk mempelajari keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks.

Disekolah lanjutan program ini dimaksudkan untuk memberikan keterampilan pra-vokasional dengan penghargaan agar bisa dikembangkan sendiri untuk bekal bekerja dalam masyarakat apabila siswa tidak mampu melanjutkan studi nya. Program pendidikan keterampilan memanglah kita jumpai terutama pada sekolah umum seperti : SD, SMP dan SMA. Sedangkan pada sekolah-sekolah kejuruan seperti AMKK, STM, SMEA dan lain-lain kita akan jumpai program pendidikan kejuruan disamping program pendidikan umum.

g. Program Pendidikan Kejuruan

Ialah program yang wajib diikuti siswa sesuai dengan jurusannya dan program ini terdiri atas dasar kejuruan, teori dan praktik kejuruan.

Menurut Kurikulum tahun 1984 yang pernah diberlakukan bagi SMA (sekolah menengah tingkat atas), struktur program kurikulum mengalami perubahan yang cukup mendasar, yakni meliputi dua jenis program :

1. Program Inti 2. Program Pilihan

(15)

2.4 Kegiatan-kegiatan Manajemen Kurikulum

Kegiatan manajemen dititikberatkan pada usaha-usaha pembinaan situasi belajar mengajar disekolah agar selalu terjamin kelancarannya.

Kegiatan manajemen kurikulum yang terpenting disini dapat disebutkan tiga hal, yakni :

a. Kegiatan yang amat erat kaitannya dengan tugas guru.

b. Kegiatan yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar. c. Kegiatan Monitoring

Kegiatan yang pertama adalah kegiatan yang dilakukan sebelum proses belajar mengajar. Menurut Drs. Ismed Syarif dkk. (1976 : 18-24) kegiatan dalam bidang kurikulum ini masih diperluas mengatur kegiatan bimbingan dan penyuluhan.

Kami berpendapat ketiga kegiatan ini termasuk dalam proses belajar mengajar sebab merupakan satu rangkaian yang tidak bisa dipisahkan.

Marilah kita bicarakan satu persatu :

a. Kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru kegiatan ini meliputi :

1) pembagian tugas mengajar

2) pembagian tugas atau tanggung jawab dalam membina ekstrakulikuler 3) koordinasi penyusunan persiapan mengajar

keterangan :

1) pembagian tugas mengajar biasanya dibicarakan dalam rapat guru menjelang permulaan pelaksanaan program baru (padaa awal tahun ajaran atau menjelang semester baru).

Yang kita ketahui di sekolah dasar kita masih berlaku sistem guru kelas sehingga pembagian tugas mengajar berarti pembagian tugas untuk bertanggung jawab mengajar satu kelas tertentu. Tetapi ada sekolah-sekolah lanjutan kita melaksanakan sitem guru vak (sistem guru bidang studi) sehingga pembagian tugas mengajar itu berarti penempatan guru pada kelas kelas tertentu dengan jumlah jam sesuai dengan ketentuan yang berlaku yakni 18 jam dalam seminggu.

(16)

jurusan matematika ia harus diberi tugas mengajar matematika, dan seterusnya. Lain halnya apabila jika sesuatu sekolah dalam kekurangan tenaga guru, maka pengaturan tugas ini kadang-kadang terpaksa menyimpang, misalnya seorang guru IPA merangkap mengajar kesenian atau olah raga.

Bertitik pangkal dari pembagian tugas mengajar tersebut sampailah kita kepada pengertian “formasi guru” untuk sesuatu sekolah, masyarakat umum menganggap yang dimaksud adalah masih adakah “tempat” atau istilah populer “lowongan” untuk guru bagi sekolah itu. Sebenarnya arti formasi disini ialah bagaimana keadaan penempatan guru sehubungan dengan pembagian tugas mengajar sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

2) Pembagian tugas/tanggung jawab ekstra kurikuler:

Yang dimaksud kegiatan ekstra kurikuler ialah kegiatan di luar ketentuan kurikulum yang berlaku. Kegiatan ini misalnya pekan olah raga dan kesenian (Porseni), Usaha Kesehatan Sekolah (USK), gerakan pendidikan pramuka, gerakan menabung, penyelenggaraan koperasi sekolah, olah raga prestasi, dan lain-lain kegiatan yang semuanya itu bersifat paedagogis (mendidik). Karena itu kegiatan ekstra kurikuler dapat dikatakan sebagai penunjang pendidikan.

Perlu kami tekankan di sini bahwa kegiatan mengajar harus diperiksa/diketahui dan disahkan oleh kepala sekolah. Hal ini bukan sekadar formalitas, tetapi penting untuk pengawasan (supervisi) agar jalannya pelajaran di sekolah sesuai dengan yang telah digariskan oleh pemerintah c.q. departemen pendidikan dalam bentuk kurikulum tersebut.

b. Kegiatan yang berhubungan dengan proses pelaksanaan belajar-mengajar:

Kegiatan ini meliputi:

1) penyusunan jadwal pelajaran.

2) penyusunan program (rencana) berdasar satuan waktu tertentu (caturwulan, semesteran, tahunan).

(17)

4) penyelenggaraan evaluasi hasil belajar. 5) laporan hasil evaluasi.

6) kegiatan bimbingan penyuluhan.

Keterangan:

1) penyusunan jadwal pelajaran:

Jadwal pelajaran berguna untuk mengetahui apa yang akan diajarkan pada suatu waktu dalam suatu kelas, dari sudut guru jadwal pelajaran merupakan pedoman di kelas mana ia harus mengajar pada waktu itu, dan berapa lama ia harus ada di kelas itu, untuk kemudian harus pindah ke kelas yang lain lagi. Demikianlah jadwal pelajaran sebenernya adalah penjabaran dari seluruh program pengajaran di sekolah. Jadwal ini dapat dibedakan menjadi jadwal umum dan jadwal khusus. Jadwal umum memuat pengaturan pemberian mata pelajaran pada seluruh kelas dan menunjukkan pembagian waktu mengajar bagi seluruh guru di sekolah itu, sedangkan jadwal khusus adalah kegiatan pemberian mata pelajaran yang hanya berlaku bagi suatu kelas tertentu dan hari tertentu. Jadwal pelajaran dibuat untuk satu minggu, sedang pada minggu-minggu berikutnya jadwal itu persis sama dengannya.

Menurut Drs. Abu Ahmadi (1978: 73-74) penyusunan jadwal pelajaran harus memperhatikan beberapa hal:

a. antara mata pelajaran satu dengan lainnya harus ada selingan agar tidak menjemukan,

b. pelajaran jangan terlalu lama (kelas 1 dan 2 SD) satu jam pelajaran 30 menit, kelas 3-4 40 menit dan sekolah lanjutan 45 menit.

catatan :

Untuk suatu mata pelajaran maksimum 2 jam pelajaran jika diberikan berurutan,

c. masing-masing mata pelajaran dicarikan waktu/saat yang sesuai, biasanya pelajaran yang banyak membutuhkan daya pikir dijadwalkan pada jam permulaan,

(18)

e. jangan sampai kegiatan di suatu kelas dapat menggangu kegiatan di kelas sebelahnya,

f. untuk sekolah-sekolah yang kecil (murid sedikit) dapat diberikan kegiatan yang sama misalnya olah raga, kesenian, dan sebagainya. 2) Penyusunan Program

Dalam rangka penyusunan program ini yang harus dilihat adalah urutan isi kurikulum sekolah yang bersangkutan.

c. Kegiatan Monitoring

Sebagaimana lazimnya penyelenggaraan pendidikan yang lain, dalam penyelenggaraan sekolah potensial juga dilakukan monitoring dan evaluasi secara kontinu dan berkesinambungan. Pada dasarnya, monitoring dan evaluasi dilakukan dalam kerangka pembinaan sekolah, baik oleh pusat maupun daerah.

1) Monitoring pelaksanaan

Monitoring adalah suatu kegiatan yang bertujuan mengetahui perkembangan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah potensial, apakah sesuai dengan yang direncanakan atau tidak, sejauh mana kendala dan hambatan ditemui, dan bagaimana upaya-upaya yang sudah dan harus ditempuh untuk mengatasi kendala dan hambatan yang muncul selama pelaksanaan program dalam sekolah potensial. Monitoring lebih berpusat kepada pengontrolan selama program berjalan dan lebih bersifat klinis. Melalui monitoring, dapat diperoleh umpan balik bagi sekolah atau pihak lain yang terkait untuk menyukseskan ketercapaian tujuan. Oleh karena itu, antara pusat dan daerah (termasuk Komite Sekolah) harus melakukan monitoring tersebut secara bersama-sama sesuai dengan kapasitas dan tanggung jawabnya masing-masing. 2) Evaluasi Hasil

(19)

program; (b) mengetahui keberhasilan program; (c) sebagai bahan masukan dalam perencanaan penyelenggaraan sekolah potensial tahun berikutnya; (d) memberikan penilaian tentang kelayakan dilanjutkannya sebagai penerima dan bantuan pembinaan, dan (e) secara umum melakukan pembinaan bagi sekolah potensial agar pada tahun berikutnya diperoleh hasil yang lebih baik atau meningkat secara signifkan.

(20)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Konsep dasar manajemen yang merupakan ilmu sebagai suatu bidang pengetahuan yang mengatur suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang dilandasi dengan keahlian khusus. Manajemen kurikulum adalah suatu sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistematik, dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Manajemen Kurikulum meiiputi organisasi kurikulum, struktur program kurikulum dan kegiatan-kegiatan di dalamnya.

Organisasi kurikulum terdiri dari 3 macam penting yaitu separated subject, correlated dan integrated. Sedangkan kegiatan-kegiatan manajemen kurikulum terbagi menjadi 3 bagian penting pula yakni Kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru, kegiatan yang berhubungan dengan proses pelaksanaan belajar mengajar dan kegiatan monitoring.

3.2 Saran

Gambar

Tabel 2.1

Referensi

Dokumen terkait

Mengingat air danau tersebut tidak hanya akan dinikmati oleh warga masyarakat disekitar danau tetapi juga masyarakat di daerah hilir dimana air danau mengalir melalui anak

dari data yang diperoleh, “dalam penelitian kualitatif, peneliti s endiri atau.. dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul

<#>Melakukan supervisi ke lokasi Pre Dietetic Internship FSM 1 kali dalam 1 minggu selama berlangsungnya kegiatan Pre Dietetic Internship FSM.¶ <#>Membimbing

Telah dilakukan penelitian elusidasi struktur kimia senyawa fenol-2-(1-metiletoksi)- metilkarbamat, yang bersifat bioaktif (LC 50 = 3,57 ppm) pengendali serangga ulat

Dibina dengan menggunakan konkrit bertetulang (reinforced concrete). Asas rakit sesuai digunakan di kawasan pertanian yang bertanah lembut. Saiz asas rakit yang luas mampu

Harga pakan yang semakin tinggi menyebabkan para debitur penerima kredit sapi perah beralih ke instansi atau lembaga lain yang bergerak dibidang persusuan mengingat harga

Secara umum pengaruh subletal pemaparan moluskisida niklosamida selama 12 minggu terhadap kondisi hematologi menunjukkan peningkatan secara nyata pada konsentrasi niklosamida 0,01

Penerapan Metode Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan Analisis Siswa (Studi Eksperimen Kuasi Pada Mata Pelajaran Ekonomi di Kelas X Sosial SMA Negeri 1