• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI STABILITAS SEDIAAN MIKROEMULSI MENGGUNAKAN HIDROLISAT PATI (DE 35–40) SEBAGAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UJI STABILITAS SEDIAAN MIKROEMULSI MENGGUNAKAN HIDROLISAT PATI (DE 35–40) SEBAGAI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

M ahdi Jufr i, Effionor a Anwar , Putr i M ar gaining Utami Depar temen Far masi FM IPA-Univer sitas Indonesia

PEN D A HULUA N

A . LA TA R BELA KA N G

Berbag ai teknik so lubilisasi d alam sistem p eng hantaran o bat (drug delivery system) untuk mening-katkan bio av ailabiliats o bat-o bat hidrofobik telah banyak diteliti dan d ikembangkan. Salah satu teknik so lubilisasi tersebut d ilakukan d eng an cara p embuatan sed iaan mikroemulsi (Nandi I et all, 2003 ). Mikro emulsi ad alah suatu sistem d isp ersi minyak d engan air yang

UJI STABILITAS SEDIAAN M IKROEM ULSI

M EN GGUN AKAN HIDROLISAT PATI

(DE 35–40) SEBAGAI

STABILIZER

Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. III, No.1, A pril 2006, 08 - 21 ISSN : 1693-9883

ABSTRACT

Various solubilization techniques have been developed to enhance the bioavailability of hydrophobic drugs. O ne of the solubilization techniques is preparation of microemulsion. M icroemulsion is a potential carrier in drug delivery system because it has many advantageous characteristics. In this research, hydrophobic drug was made in a dosage form of oil in water (O/W ) microemulsion using ketoprofen as a model and investigated the influence of adding starch hydrolisates with dextrose equiva-lent (DE) 35-40 in variety concentrations (0,0% ; 1,5% ; 2,0% ; 2,5% ) to the stability of this microemulsion system. This microemulsion consisted of isopropyl miritate as oil phase, tween 80 and lechitin as surfactants, ethanol as cosurfactant, propylene glycol as cosolvent, starch hydrolisates DE 35–40 as stabilizer, and water as external phase. The evaluation was stability test both phisically and chemically. The result showed that the stability of microemulsion system increased significantly by adding starch hydrolisates DE 35-40 at 2,5% .

Key words: microemulsion, ketoprofen, starch hydrolisates

(2)

rend ah, serta mempunyai tingkat so lubilisasi yang tinggi sehingga dapat meningkatkan bioavailabilitas obat tersebut di dalam tubuh (Bakan J.A 1995; Ping Li et all 2005; Lawrence M.J & G.D Rees 2000).

Selain bermanfaat sebagai pem-baw a d alam p eng hantaran o bat, mikroemulsi juga bermanfaat sebagai lubrikan, cutting oils, penghambat ko ro si, tex tile finishing, p embaw a bahan bakar, membran liquid, dan berbagai manfaat lainnya (8). Sebagai sistem penghantaran o bat, mikro -emulsi dapat digunakan untuk pem-berian secara oral, intradermal, intra-muskular, okular, maupun pulmonal (Paul B.K, SP Maoulik 2001; Brine B.P et all 2003; El Laithy HM 2003).

Pad a penelitian ini d ilakukan percobaan pembuatan mikroemulsi minyak d alam air (M/ A ) d engan ketoprofen sebagai model obat dan menyelidiki pengaruh penambahan hidrolisat pati terhadap kestabilan fisik dan kimia sistem mikroemulsi tersebut. Keto p ro fen d ig unakan sebagai mo d el o bat karena selain bersifat hidro fo bik dan umumnya d iberikan secara o ral, p enentuan kad ar (analisis kuantitatif) keto -p ro fen jug a relatif m ud ah y aitu dengan menggunakan alat spektro-fo to meter UV-Vis (M c Ev o y GK; Anonim, 1993; Reynold J.E.F, 1982 ). Penelitian sebelumnya menun-jukkan bahw a siklo dekstrin dapat meningkatkan kestabilan fisik dan kimia sistem mikro emulsi d engan iso pro pil miristat sebagai fase mi-nyak. Kestabilan sistem mikroemulsi

ini d isebabkan o leh pembentukan kompleks inklusi antara siklodekstrin dengan obat ( Nandi I et all 2003).

Tetapi, siklodekstrin harganya relatif mahal d an sukar d ipero leh sehingga penggunaannya terbatas. Pada penelitian ini dilakukan altenatif lain dengan menggunakan hidrolisat pati yang struktur monomernya sama dengan siklodekstrin sebagai stabi-lizer. Tetapi, mekanisme penstabilan obat dengan menggunakan hidrolisat pati berbeda dengan siklodekstrin, hidrolisat pati dapat meningkatkan kestabilan fisik d an kimia sistem mikroemulsi karena hidrolisat pati d ap at mening katkan kekentalan, sehingga dapat mencegah tetesan-tetesan fase terdispersi untuk ber-g abunber-g sesam any a m em bentuk tetesan yang lebih besar.

(3)

B. TUJUA N PENELITIA N

Untuk mengetahui apakah hidro-lisat pati dengan nilai DE 35–40 dapat d ig unakan untuk m ening katkan kestabilan fisik dan kimia sediaan mikro emulsi setelah dilakukan uji stabilitas fisik d an kimia d engan menggunakan keto pro fen sebagai model obat.

C. CA RA KERJA

a. Pem b uatan H idrolisat Pati Dengan Nilai DE 35–40. Sejumlah 40% b/ b pati singkong (berat kering ) d ilarutkan d alam aquadest yang mengandung 5 ppm CaCl2 d an telah d iatur p H -ny a sebesar 5,0–5,6 (dengan mengguna-kan NaOH 0,1 N), lalu ditambahmengguna-kan enzim α amilase termostabil (Liqu-ezyme® EX) sejumlah 0,7% (v/ b) sambil diaduk. Campuran diinkubasi dalam chamber mixer dengan kece-patan 150 rpm pada suhu 95 ± 30 C

selama ± 3,5 jam. Camp uran d i-dinginkan dengan merendam wadah dalam air dingin sampai suhunya mencapai 300 C.

Untuk menghentikan aktivitas enzim, ditambahkan HCl 1 N sampai pH larutan 3,7–3,9. Larutan yang d ip ero leh d inetralkan kem bali dengan NaOH 0,1 N setelah 30 menit. Nilai DE 35–40 dari hidrolisat pati yang diperoleh ditentukan dengan meto d e Lane Ey no n. H asil y ang diperoleh dikeringkan dengan cara spray dry.

b. Karakterisasi Hidrolisat Pati DE 35-40

Hidrolisat pati yang telah jadi kemud ian d ilakukan karakterisasi antara lain p enetap an nilai D E, p enetap an kad ar air, p enetap an derajat putih, penetapan derajat ke-asaman, penetapan kompresibilitas, penetapan distribusi ukuran partikel

c. Pem b uatan Sediaan M ikro-emulsi.

1. Percobaan pendahuluan Perco baan p end ahuluan d ilakukan untuk menentukan kondisi percobaan dan kompo-sisi bahan yang sesuai untuk menghasilkan sed iaan mikro -emulsi yang jernih d an stabil. Kondisi yang harus diperhatikan dalam pembuatan sediaan mikro-emulsi ini meliputi kecepatan pengad ukan, temperatur, d an lama pengadukan.

(4)

2. Percobaan utama

A quadest dipanaskan sam-p ai suhuny a 500 C, larutkan

hidrolisat pati (DE 35-40), tween 80, dan propilen glikol ke dalam aquadest tersebut sambil diaduk secara ko nstan d engan meng-gunakan magnetic heater stirrer pada suhu 500 C sampai

didapat-kan larutan yang jernih. Keto-profen dilarutkan dalam etanol 96%, kemudian dimasukkan ke d alam d isp ersi lesitin d alam iso pro pil miristat. Dispersi ini kemudian dimasukkan ke dalam fase air, diaduk dengan homog-enizer pada kecepatan 16.000 rpm selama 3 menit hingga terbentuk sediaan mikroemulsi yang jernih dan transparan.

d. Evaluasi Sediaan M ikroemulsi Sed iaann mikro emulsi y ang telah jadi kemudian dilakukan se-rangkaian uji antara lain : Penetapan kad ar keto p ro fen d alam m ikro -emulsi, penetap an kad ar samp el, penetapan bobot jenis ,uji pH, sta-bilitas sed iaan mikro emulsi yaitu pada temperatur tinggi dan uji freeze-thaw.

1. Uji redispersi

Mikro emulsi d imasukkan ke dalam botol 100 ml, sebanyak 100 ml dan didiamkan selama 8 minggu. Setelah 8 minggu dila-kukan red ispersi d engan cara m em balikkan bo to l d eng an

sud ut 900, kem ud ian d icatat

jumlah p eng o co kan y ang d i-perlukan hingga mikro emulsi terdispersi dengan baik.

2. Uji sentrifugasi

Sediaan mikroemulsi dima-sukkan ke dalam tabung sentri-fug asi kem ud ian d ilakukan p engo co kan atau sentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 30 menit.

3. Uji viskositas

Peng ukuran d ilakukan dengan visko meter Bro o kfield d engan kecepatan 2, 4, 10, 20 rp m . D ata y ang d ip ero leh d ip lo tkan terhad ap tekanan geser (dyne/ cm2) dan kecepatan g eser (rp m ), sehing g a akan didapat sifat aliran (rheology).

HA SIL D A N PEM BA HA SA N A . HA SIL

a. Pem b uatan H idrolisat Pati dengan Nilai DE 35-40

Ko ndisi o ptimum untuk pem-buatan hidrolisat pati dengan nilai DE 35-40 adalah pada suhu inkubasi 95 ± 30 C, pH larutan 5,0, konsentrasi

(5)

Sampel Larutan Fehling Standar Dekstrosa Nilai DE

(ml) (ml) Fehling (ml) titran (ml) (%)

1,00 20,00 19,97 0,00 – 11,65 38,08

1,00 20,00 19,97 0,00 – 11,60 38,31

1,00 20,00 19,97 0,00 – 11,63 38,18

Tabel 1. Penentuan nilai DE hidrolisat pati

b. Pem b uatan Sediaan M ikro-emulsi

Pad a hasil p erco baan p end a-huluan didapatkan bahwa komposisi bahan y ang d ap at meng hasilkan sediaan mikroemulsi yang jernih dan stabil adalah konsentrasi isopropil miristat sebesar 9,0%, ko nsentrasi tween 80 sebesar 18,0%, konsentrasi

lesitin sebesar 5,1% , ko nsentrasi propilen glikol sebesar 2,5%, konsen-trasi etanol sebesar 1,8%, dan kon-sentrasi hidrolisat pati sebesar 2,5%. Ko nd isi p erco baan o p tim um untuk menghasilkan sediaan mikro-emulsi yang jernih dan stabil dengan ko mp o sisi bahan tersebut ad alah dengan kecepatan pengadukan

se-bentuk

warna

bau

rasa

sifat

ukuran rata-rata

kadar air

derajat putih

derajat keasaman

densitas bulk

kompresibilitas

kelarutan

Tabel 2. Karakterisasi hidrolisat pati DE 35–40

serbuk halus

putih kecoklatan

khas (seperti singkong)

manis lemah

higroskopis

0,575 mm

4,89%

88,36%

6,85

0,50 gram/ml

16,78%

mudah larut dalam air

sangat mudah larut dalam air panas

(6)

besar 16.000 rpm, temperatur 500 C,

dan waktu pengadukan 3 menit.

c. Evaluasi Sediaan M ikroemulsi 1. Penetapan kadar ketopro-fen dalam mikroemulsi

Untuk mengetahui kesta-bilan obat dalam sistem mikro-emulsi yang dibuat maka pene-tap an kad ar keto p ro fen d ila-kukan pad a minggu ke-1 d an minggu ke-8.

Berd asarkan p erhitung an menggunakan persamaan kurva kalibrasi di atas, setelah dilaku-kan pengukuran sampel pad a minggu ke-1 d ip ero leh kad ar keto pro fen pad a mikro emulsi

formula A sebesar 100,71%, pada formula B 100,98%, pada formula C 101,31%, dan pada formula D 97,68%.

Kadar keto pro fen masing-masing sampel yang diukur pada m ing g u ke-8 ad alah sebag ai berikut. Untuk formula A kadar ketoprofen sebesar 93,49%, for-m ula B 93,05% , fo rfor-m ula C 95,64%, dan formula D 89,23%.

2. Penetapan bobot jenis Sed iaan mikro emulsi fo r-mula A mempunyai bobot jenis sebesar 1,003, mikroemulsi for-mula B mempunyai bobot jenis 1,006, mikro emulsi fo rmula C mempunyai bo bo t jenis 1,009, dan mikroemulsi formula D.

Sampel Konsentrasi (µµµµµg/ml) Serapan (A) Kadar (%)

A 5,225 0,352 100,71

B 5,24 0,354 100,98

C 5,28 0,358 101,31

D 5,18 0,338 97,68

Tabel 3. Data serapan spektrofotometri UV-Vis sampel pada minggu ke-1 pada panjang gelombang maksimal 258,2 nm

Sampel Konsentrasi (µµµµµg/ml) Serapan (A) Kadar (%)

A 5,165 0,322 93,49

B 5,205 0,323 93,05

C 5,185 0,331 95,64

D 5,055 0,300 89,23

(7)

3. Uji pH

M ikro em ulsi fo rm ula A , m em p uny ai p H sebesar 5,49 pada minggu ke-1 dan menjadi 5,46 p ad a akhir p engamatan. Untuk formula B mempunyai pH sebesar 5,45 pada minggu ke-1 d an menjad i 5,31 p ad a akhir pengamatan. Untuk formula C m em p uny ai p H sebesar 5,32 pada minggu ke-1 dan menjadi 5,27 p ad a akhir p engamatan. Untuk formula D mempunyai pH sebesar 5,43 pada minggu ke-1 d an menjad i 5, 26 pad a akhir pengamatan.

4. Stabilitas sediaan mikro-emulsi

1) Pada temperatur kamar Peny im p anan p ad a suhu

kam ar (270 C) m enunjukkan

bahwa keempat formula sediaan mikroemulsi tersebut tetap stabil dan tidak menunjukkan peru-bahan fisik y ang berarti. Ke-em p at fo rm ula m ikro Ke-em ulsi tersebut tetap jernih, homogen, bau d an w arnanya juga tid ak berubah.

2) Pada suhu tinggi

Hasil pengamatan terhadap keempat fo rmula mikro emulsi yang disimpan pada suhu 600 C

selama satu minggu menunjuk-kan bahw a keemp at fo rmula tersebut tetap stabil, tidak terjadi pemisahan fase dan inversi fase, tid ak p ecah, tid ak terbentuk gumpalan, serta tidak mengalami pengendapan.

(8)

3) Uji freeze – thaw

Dari hasil pengamatan ke-empat formula pada suhu rendah (40 C) menunjukkan hasil

ke-emp at fo rmula tersebut tetap jernih, tid ak mengalami peru-bahan w arna, tetap ho mo gen, tid ak terjad i p emisahan fase, tetapi viskositasnya menjadi agak kental.

Ketika diletakkan pada suhu 400 C, keempat formula tersebut

juga tetap jernih dan stabil, tidak terjadi flokulasi, creaming, atau ko alesensi, d an v isko sitasnya secara p erlahan kem bali ke keadaan semula.

5. Uji sentrifugasi

Setelah d ilakukan sentri-fugasi dengan kecepatan 3.000 rpm selama 30 menit, keempat

fo rm ula tid ak m enunjukkan ad anya pemisahan fase, tetap jernih d an m erup akan suatu larutan tunggal.

6. Uji viskositas

Hasil pengukuran viskositas mikro emulsi selama 8 minggu d eng an meng g unakan v isko -m eter Bro o kfield p ad a suhu kam ar (270 C) m enunjukkan

bahw a sed iaan m ikro em ulsi fo rmula A , visko sitasnya d ari semenjak minggu ke-1 sampai m ing g u k3 m eng alam i p e-nurunan. Pad a m ing g u ke-7 visko sitas kembali meningkat menjadi 112,8 cps. Demikian pula pada akhir pengamatan, visko-sitasny a m ening kat m enjad i 113,3 cps.

Pada formula B, dari ming-Gambar 2. Kurva hubungan viskositas formula A, B, C, D

(9)

g u ke-1 samp ai ming g u ke-3 mengalami penurunan Viskositas meningkat p ad a minggu ke-4 hing g a p ad a m ing g u ke-7. Sedang pada minggu ke-8 terjadi sed ikit p enurunan v isko sitas menjadi 113,9 cps.

Pada formula C, viskositas-nya d ari minggu ke-1 sampai minggu ke-5 mengalami pening-katan sedikit demi sedikit setiap minggunya. Pada minggu ke-6 terjad i p enurunan v isko sitas menjad i 160,2 cp s, kemud ian pada minggu ke-7 viskositasnya meningkat lagi menjadi 160,7 cps. Pada minggu ke-8, terjadi sedikit penurunan visko sitas menjad i 159,9 cps.

Pada formula D, viskositas menurun dari 82 cps pada ming-gu ke-1 menjadi 80,4 cps pada minggu ke-2. Pada minggu ke-3 terjad i peningkatan visko sitas menjad i 93,3 cp s, tetap i p ad a minggu ke-4 terjadi penurunan v isko sitas y ang cukup besar menjadi 76,1 cps. Dari minggu ke-5 sampai minggu ke-8, setiap minggunya mengalami pening-katan viskositas.

B. PEM BA HA SA N

a. Karakterisasi Hidrolisat Pati DE 35-40

Hidro lisat pati DE 35-40 yang diperoleh kemudian dikarakterisasi ag ar d ap at d iketahui d ata-d ata spesifikasinya. Karakterisasi yang

dilakukan terhadap hidrolisat pati ini antara lain penetapan nilai DE, kadar air, derajat keasaman, derajat putih, ko m p resibilitas, d an d istribusi ukuran partikel.

b. Pem b uatan Sediaan M ikro-emulsi

Pad a p enelitian ini d ibuat sediaan mikroemulsi minyak dalam air (M/ A) dengan ketoprofen sebagai m o d el o bat. Keto p ro fen bersifat hid ro fo bik d an memp uny ai efek farmakologik sebagai anti inflamasi nonsteroid (MC Evoy, 1987; Reynold, 1982). Ketoprofen tidak dapat larut dalam minyak, oleh karena itu pada penelitian ini ketoprofen dilarutkan d alam etano l d imana keto p ro fen dapat terlarut di dalamnya. Selain sebagai pelarut zat aktif, etanol juga berfungsi sebagai kosurfaktan. Pro-pilen glikol yang digunakan dalam fo rmula ini berfungsi sebagai ko -solven. Kosolven dapat meningkat-kan kelarutan dalam air dan minyak d an d ap at meng urang i teg ang an antarmuka d eng an menstabilkan lapisan yang terbentuk di antara dua fase (Ping Li et all, 2005).

(10)

Surfaktan yang digunakan pada sistem mikroemulsi ini merupakan kombinasi surfaktan nonionik yaitu tw een 80 d engan surfaktan alami yaitu lesitin. Penggunaan surfaktan-surfaktan tersebut relatif aman untuk pemberian oral karena toksisitasnya rendah.

Walaupun demikian, surfaktan nonionik, terutama yang mempunyai gugus p o lio ksietilen, sensitif ter-had ap temp eratur sehingga akan berpengaruh pada kestabilan sistem secara term o d inam ika. Sem akin meningkat temperaturnya, surfaktan no nio nik akan sem akin bersifat lipofilik, hal ini disebabkan karena gugus polioksietilen yang berfungsi sebagai gugus polar atau kepala akan mengalami d ehid rasi d engan me-ningkatnya suhu. Untuk mengatasi hal tersebut, surfaktan no nio nik d iko m binasikan d eng an lesitin, ko mbinasi ini d ap at memp erluas wilayah mikroemulsi pada fase dia-gram.

Peng g unaan lesitin sebag ai surfaktan tunggal juga tidak dapat membentuk mikro emulsi karena sifatnya terlalu lipofilik, oleh karena itu perlu dikombinasi dengan sur-faktan lain atau kosursur-faktan.

Penambahan hidrolisat pati DE 35-40 bertujuan untuk menyelidiki pengaruh hidro lisat pati DE 35-40 tersebut terhadap kestabilan sistem mikroemulsi ini. Hidrolisat pati yang digunakan mempunyai nilai DE yang tinggi yaitu 35-40, karena semakin tinggi nilai DE maka kelarutannya dalam air akan semakin besar.

Berd asarkan p eng amatan d i-ketahui bahw a penambahan hidro-lisat p ati DE 35-40 berp eng aruh terhadap kestabilan sistem mikro -emulsi.

Hal ini dapat disebabkan karena hid ro lisat p ati D E 35-40 d ap at m ening katkan v isko sitas m ikro -emulsi sehingga dapat menghambat tetesan-tetesan fase terdispersi untuk bergabung sesamanya membentuk tetesan yang lebih besar.

Pad a mikro emulsi fo rmula C dengan ko nsentrasi hidro lisat pati 2,5%, ternyata mempunyai kestabilan pH dan viskositas dari minggu ke minggu lebih baik dibandingkan for-mula lain yang konsentrasi hidrolisat patinya lebih rendah atau yang tidak menggunakan hidrolisat pati.

c. Evaluasi Sediaan M ikroemulsi 1. Penetapan kadar ketopro-fen dalam mikroemulsi

(11)

masing-masing sampel dimasuk-kan ke dalam persamaan kurva kalibrasi, hasilny a lebih d ari 100%, kecuali formula D. Hal itu menunjukkan penetapan kadar keto pro fen dalam sediaan mi-kro em ulsi ini tid ak akurat. Ketidakakuratan dapat disebab-kan oleh banyak hal, antara lain ekstraksi sampel yang kurang baik, kesalahan pada saat penim-bangan, atau kesalahan p ad a saat preparasi sampel. Metode ini perlu d iperbaiki d an d iuji lebih lanjut.

Penetapan kadar pada ming-g u ke-8, m enunjukkan hasil bahw a kadar ketoprofen dalam sediaan mikroemulsi berkurang, dan selisih kadar minggu ke-1 dengan minggu ke-8 yang paling rendah ditunjukkan oleh formula C, hal itu menunjukkan bahw a hidrolisat pati DE 35–40 dapat menstabilkan ketoprofen dalam sediaan mikroemulsi.

2. Penentuan bobot jenis Sed iaan mikro emulsi d ari keem p at fo rm ula y ang telah dibuat mempunyai bobot jenis lebih dari satu. Terlihat bahw a semakin besar ko nsentrasi hi-d ro lisat p ati y ang hi-d itambah-kan maka bo bo t jenis sed iaan akan semakin besar. Bobot jenis keemp at fo rmula y ang tid ak terlalu besar m enunjukkan bahw a sem ua sed iaan d ap at m eng alir d eng an baik d an mudah dituang.

3. Uji pH

Hasil pemeriksaan pH ke-empat formula mikroemulsi yang diukur setiap satu minggu selama 8 minggu, menunjukkan bahwa p H keem p at fo rm ula m ikro -em ulsi tid ak berubah secara drastis, w alaupun terjadi penu-runan dan peningkatan pH se-lama penyimpanan. Hal tersebut menunjukkan bahw a sed iaan stabil secara kimia, tidak terjadi reaksi atau interaksi kimia baik d eng an w ad ah p eny imp anan maup un antara bahan-bahan yang terkandung dalam sediaan. Berdasarkan hasil pengamatan juga d iketahui bahw a mikro -emulsi formula C yang mengan-dung konsentrasi hidrolisat pati paling besar (2,5%) cenderung lebih stabil pH-nya dibanding-kan dengan formula lainnya.

4. Stabilitas sediaan mikro-emulsi

Berd asarkan hasil p enga-matan keempat formula sediaan mikroemulsi pada suhu kamar (270 C) selama 8 minggu, terlihat

bahwa kempat formula tersebut tetap stabil. Tampilan fisik tetap ho mo gen, w arna tetap jernih, dan tidak mengalami perubahan bau. Hal tersebut menunjukkan bahwa sediaan mikroemulsi yang terbentuk stabil secara termo -dinamik.

(12)

d ip ero leh hasil y ang sam a. Sed iaan tetap translucent d an homogen. Hal itu dapat disebab-kan karena kombinasi tween 80 yang merupakan surfaktan noni-onik dengan lesitin yang meru-pakan surfaktan amfolitik, dapat meningkatkan Phase Inversion Temperature (PIT), yaitu suhu d im ana m ikro em ulsi d ap at berinv ersi d ari tip e m iny ak dalam air (M/ A) menjadi tipe air dalam minyak (A / M) ataupun sebaliknya (Law rence M.J G.G Rees, 2000). Sehingga pada suhu 600 C mikroemulsi ini tetap stabil

d an tid ak meng alami inv ersi fase.

Uji freeze-thaw yang dilaku-kan pada keempat sediaan mi-kroemulsi tersebut juga menun-jukkan hasil yang hampir sama. Pada saat disimpan pada suhu 40

C, keempat sediaan w arnanya tidak berubah dan tetap homo-gen. Walaupun demikian, visko-sitasny a m eng alam i sed ikit peningkatan.

Hal itu d ap at d isebabkan karena larutan cenderung me-ny usut p ad a suhu rend ah, sehingga partikel-partikel akan cend erung berg abung m em -bentuk ikatan antar partikel yang lebih rap at, akibatnya keken-talan menjadi meningkat dan laju alir menurun (Martin A J Swa-brick & A .Cammarata 1993). Setelah d isim p an p ad a suhu 400 C, viskositas secara perlahan

kem bali ke bentuk sem ula,

w arna tetap jernih d an tid ak terjad i pemisahan fase. Hasil pengamatan menunjukan bahwa keempat formula dapat melewati dengan baik ketiga siklus pada uji freezethaw, dan stabil terhadap fluktuasi suhu.

5. Uji viskositas

Hasil pengukuran viskositas keempat sed iaan mikro emulsi selama 8 minggu dengan meng-gunakan viskometer Brookfield p ad a suhu ruang (270C) m

e-nunjukkan bahw a v isko sitas mikro emulsi fo rmula A dan B m eng alam i p enurunan p ad a akhir pengamatan, sed angkan mikroemulsi formula C dan D, v isko sitasnya cend erung me-ning kat bila d iband ing kan dengan pengamatan pada ming-gu ke-1. Visko sitas setiap fo r-m ula relatif rend ah, hal itu disebabkan karena mikroemulsi mempunyai ukuran droplet yang sangat kecil seperti suatu larutan tunggal. Viskositas yang rendah, umumnya mempunyai laju alir yang baik sehingga mudah di-tuang dari dalam botol.

(13)

disebabkan adanya aksi shearing terhadap bahan berantai panjang seperti tw een 80. Dengan me-ningkatnya shearing stress, mole-kul-molekul yang secara normal tidak beraturan mulai menyusun sumbu yang panjang dalam arah aliran. Akibatnya tahanan dalam bahan akan berkurang d an mengakibatkan rate of shear yang lebih besar pada shearing stress berikutnya (Martin A J Swabrick & A Cammarata 1993).

Dari data pengamatan juga diketahui bahwa semakin banyak ko nsentrasi hidro lisat pati DE 35–40 yang ditambahkan maka viskositasnya semakin mening-kat. Pening katan v isko sitas dapat meningkatkan kestabilan mikroemulsi karena dapat meng-ham bat tetesan-tetesan fase terd isp ersi untuk berg abung sesamanya membentuk tetesan yang lebih besar.

Berd asarkan p erhitung an statistika yang terd ap at p ad a Lampiran 4, dapat disimpulkan bahw a mikroemulsi formula C d engan ko nsentrasi hid ro lisat p atii D E 35–40 sebesar 2,5% mempunyai kestabilan viskositas d ari minggu ke minggu yang relatif stabil d iband ing kan d engan fo rmula lainnya yang menggunakan ko nsentrasi hi-d ro lisat p ati D E 35–40 lebih rendah atau yang tidak meng-g unakan hid ro lisat p ati D E 35–40.

KESIM PULA N D A N SA RA N A . KESIM PULA N

Hidrolisat pati DE 35-40 dapat d ig unakan untuk m ening katkan kestabilan viskositas, pH, dan kadar o bat d alam sed iaan mikro emulsi p ad a ko nsentrasi 2,5%. Pengaruh penambahan hidrolisat pati DE 35-40 terhadap kestabilan penampilan fisik tidak terlalu bermakna.

B. SA RA N

Perlu d ilakukan p enelitian mengenai pengaruh hidrolisat pati DE 35-40 terhadap kestabilan sistem mikroemulsi dengan komposisi bahan lain atau pengaruh hidro lisat pati dengan nilai DE yang lebih rendah (DE 15-20) terhadap kestabilan sistem mikroemulsi dengan komposisi bahan yang sama atau ko mpo sisi bahan yang lain.

DA FTA R PUSTA KA

Alexander, R.J. 1992. Maltodextrins: Production, properties, and ap-plications. Dalam. Zobel

(14)

Brime, B., P. Frutos, P. Bringas, A . N ieto , M .P. Ballestero s, G. Frutos. 2003. Comparative phar-maco kinetics and safety o f a novel lyophilized amphotericin B lecithin-based oil-w ater micro-emulsio n and ampho tericin B deoxycholate in animal models. Journal of A ntimicrobial Chemo-therapy. 52: 103-1091.

El-Laithy, H.M. 2003. Preparatio n and physicochemical character-ization of dioctyl sodium sulfosuccinate (aero so l OT) micro -emulsion for oral drug delivery. A A PS PharmSciTech. 4 (1): artikel 11.

Law rence, M.J. & G.D. Rees. 2000. Microemulsion-based media as novel drug delivery systems. A d-vance Drug Delivery Reviews. 45: 89-121.

Martin, A ., J. Sw abrick, & A . Cam-marata. 1993. Farmasi fisik. Jilid 2, ed isi III. Terj. d ari Phy sical

chemical principles in the phar-maceutical sciences, oleh Joshita. UI-Press, Jakarta: 940-1010. Nand i, I., M. Bari, H. Jo shi. 2003.

Stud y o f iso p ro p y l my ristate microemulsion systems contain-ing cyclodextrins to improve the solubility of 2 model hydropho-bic drugs. A A PS PharmSciTech. 4 (1): artikel 10.

Paul, B.K., S.P. Moulik. 2001. Uses and applications of microemul-sions. Current Science. 80 (8): 990-1001.

Ping Li, A . Go sh, R.F. W agner, S. Krill, Y.M. Jo shi, A .T.M. Sera-juddin. 2005. Effect of combined use of nonionic surfactant on formatio n o f o ilinw ater micro -emulsions. International Journal of Pharmaceutics. 288 (1): 27-34. Reynold, J.E.F. (ed.). 1982.

Gambar

Tabel 1. Penentuan nilai DE hidrolisat pati
Tabel 3. Data serapan spektrofotometri UV-Vis sampel pada minggu ke-1pada panjang gelombang maksimal 258,2 nm
Gambar 1. Kurva hubungan pH formula A, B, C, D dengan waktu penyimpanan
Gambar 2. Kurva hubungan viskositas formula A, B, C, Ddengan waktu penyimpanan

Referensi

Dokumen terkait

Rajah 4.16 Pola nilai tenaga pengoptimuman geometri bagi struktur molekul (+)-katecin yang berada di dalam rongga β -siklodekstrin (kompleks 2 ) pada jarak koordinat dan

psikologi praktis dalam hal ini memiliki komitmen terhadap berbagai pendekatan dalam mencapai tujuan tersebut dengan kata lain psikologi praktik menerima konsep ” hasil akhir

Berikut gambaran persentase puskesmas yang melaksanakan kesehatan kerja di kabupaten/ kota Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2019 dengan hasil capaian yang menunjukkan bahwa program

dilaksanakan, melakukan penetapan salah satu diantara peserta lelang yang mengajukan penawaran sama dengan melakukan pengundian.--- --- Peserta lelang mengajukan

Hasil evaluasi pada diagnose nyeri akut implementasi pertama didapatkan respon hasil sebagai berikut: data subyektif: Ny.Y mengatakan menerima anjuran dari perawat untuk periksa

-Menghitung efisiensi dari penggunaan faktor produksi unit penangkapan pukat cincin -Penggunaan faktor-faktor produksi/trip - Daya mesin kapal -Jumlah lampu -Tinggi jaring

Seperti halnya komputer, sebuah alat ukur tinggi badan digital terdiri dari dua bagian yang saling berhubungan di mana setiap bagian mempunyai konstruksi dan fungsi yang

Lebih spesifik, peneliti ingin mengetahui apakah tingkat self-efficacy yang dimiliki anak dengan disleksia akan mengalami perubahan saat diberi pelatihan yang