Diajuka noleh :
Sofyan Effendi
0813010182/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
yangdiajukan
Sofyan Effendi
0813010182/FE/EA
disetujuiuntukUjianLisanoleh
PembimbingUtama
Drs. Ec. TamadoyThamrin, MM Tanggal :
NIP. 19630524 198803 1001
Mengetahui
WakilDekan I FakultasEkonomi
Disusun Oleh :
Sofyan Effendi 0813010182/FE/EA
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Progdi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal : 31 Juli 2013
Pembimbing : Tim Penguji :
Pembimbing Utama Ketua
Dr s. Ec. Tamadoy Thamr in, MM Dr. Gideon Setyo, M. SI
Sekretaris
Dr s. Ec. Tamadoy Thamr in, MM
Anggota
Dr s. Ec. Eko Riyadi, M, Aks
Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Dr. H.R. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM NIP. 19630924 198903 1001
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi dengan judul
“
Studi Tentang Pener apan Pencatatan Keuangan Bagi Pelaku
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) ; (Studi Kasus Pada Tiga
Counter Pulsa di Kecamatan Kenjer an)
”.Skripsi ini ditulis untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan studi pada
Jurusan Akuntansi, di Fakultas Ekonomi Universitas pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca dengan tujuan untuk menyempurnakan skripsi ini sangat diharapkan dan
diterima dengan senang hati. Dalam menyelesaikan tugas ini, penulis banyak
mendapatkan bantuan baik bersifat bimbingan petunjuk maupun kesempatan
berdiskusi. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP., selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Dr. Hero Priono SE, Msi. Ak, selaku Ketua Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
5. Ibu Dra. Ec. Dwi Suhartini, MM., selaku dosen wali di Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
7. Bapak hariyadi selaku pemilik MAK Cell, Bapak Ghofar selaku pemilik
PC2 Cell, dan Bapak Hariyanto selaku pemilik Bilsi Cell yang telah
membantu dan memberikan informasi untuk memperoleh data yang saya
butuhkan.
8. Bapak dan Ibu kedua orang tua tercinta, penulis menyampaikan sembah
sujud yang tulus atas doa dan segala jerih payah serta pengorbanannya
dalam mendidik penulis hingga saat ini.
9. Saudara, sahabat, dan teman-teman semuanya yang sudah memberikan
motivasi, semangat dan dukungannya selama ini dalam suka maupun
duka.
Surabaya, Juni 2013
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……….……. 1
1.2 Fokus Penelitian……….. 5
1.3 Perumusan Masalah ………... 6
1.4 Tujuan Penelitian……… 6
1.5 Manfaat Penelitian………. 6
BAB 2 TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. Hasil - Hasil Penelitian Terdahulu……….. 7
2.2. Kajian Pustaka ……… 9
2.2.1. Pengertian Akuntansi ..……… 9
2.2.2. Akuntansi Untuk UKM………..… 11
2.2.3. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi…….. 14
2.2.4. Akuntabilitas Usaha……….…… 18
2.2.5. Kewirausahaan (spirit of entrepreneurship)……….…… 19
2.3.1. Kriteria Usaha Kecil dan Menengah……….. 21
2.3.2. Kelemahan Usaha Kecil dan Menengah……. 24
2.3.3. Kekuatan Usaha Kecil dan Menengah………. 28
2.3.4. Peluang Usaha Kecil dan Menengah………… 28
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.6. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data……… 35
3.7. Teknik Analisis………. 37
3.8. Pengujian Kredibilitas Data………... 39
BAB 4 DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 4.1. Pendahuluan………. 44
4.1.1. Sejarah PC2 Cell……….. 44
4.1.2. Sejarah MAK Cell……… 46
4.1.3. Sejarah Bilsi Cell……….. 47
4.2. Sejarah Ponsel di Indonesia………. 49
4.3. Perkembangan Telekomunikasi di Indonesia…….. 52
4.4. Permasalahan Yang Terjadi Pada Usaha Konter Pulsa ………. 56
4.5. Pencatatan Keuangan Usaha………... 58
BAB 5 HASIL PENELITIAN
5.1. Pemahaman Pemilik Counter Pulsa
Mengenai Pencatatan Keuangan……….. 62
5.2. Pencatatan Keuangan Yang Dilakukan Counter Pulsa
……….. 64
5.3. Pembahasan……….. 71
5.4. Keterbatasan Penelitian……… 72
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan……….. 74
6.2. Saran……… 74
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2 : Surat Pernyataan
Lampiran 3 : Rekapan Hasil Wawancara
Lampiran 4 : Hasil Studi Penelitian
Lampiran 5 : Cara Penghitungan Laba Penjualan
Abstr ak
Usaha counter pulsa setiap tahun makin banyak diminati sebagai pilihan usaha yang menguntungkan, kondisi ini terlihat dari perkembangan telekomunikasi. Indonesia merupakan Negara yang sedang berkembang. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan masuknya berbagai macam teknologi mulai dari dari teknologi komunikasi, industry, sampai dengan teknologi pangan. Salah satu bentuk nyata kecanggihan teknologi komunikasi adalah tersedianya jasa komunikasi melalui handphone yang mana semua orang dapat dengan mudah menggunakan dan mengakses fasilitasnya. Handphone telah digunakan hampir oleh seluruh lapisan masyarakat, baik masyarakat kalangan atas maupun masyarakat kalangan menengah ke bawah. Bahkan tidak hanya orang tua yang dapat menggunakan handphone, tetapi anak yang masih duduk di bangku SD pun banyak yang telah menikmati fasilitas tersebut. Semakin maraknya penggunaan handphone, semakin marak pula kebutuhan akan pulsa. Maka dari itu counter pulsa merupakan peluang usaha yang menjanjikan di masa kini dan masa yang akan dating.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pencatatan keuangan pada usaha mikro kecil dan menengah dan untuk mengetahui sampai sejauh mana pemahaman pengusaha counter pulsa MAK Cell, PC2 Cell, dan Bilsi Cell terhadap akuntansi. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif untuk menggali dan menjelaskan penerapan pencatatan keuangan pada usaha mikro kecil dan menengah.
Berdasarkan observasi ditemukan bahwa pengusaha dapat melakukan pencatatan keuangan tersebut sesuai dengan pengetahuannya dan pemahamannya sendiri. Pengusaha membuat catatan laporan keuangan usahanya tersebut sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya, hal tersebut dilakukan karena mereka masih berfikir bagaimana usaha mereka bertahan dan berkembang serta menambah pendapatan mereka.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Tujuan paling utama dari sebuah usaha adalah mendapatkan
keuntungan seoptimal mungkin, begitu juga bagi para pelaku Usaha Kecil
Menengah (UKM). Di samping itu UKM juga memiliki tujuan tertentu yaitu
untuk mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia.
Usaha Kecil Menengah merupakan bagian penting dalam kehidupan
perekonomian suatu Negara dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, khususnya di Negara–Negara berkembang yang
jumlah penduduknya padat, termasuk Indonesia. Usaha Kecil Menengah
menyediakan kesempatan kerja dan pendapatan yang cukup besar bagi
masyarakat sehingga dapat mengurangi salah satu permasalahan yang
dihadapi Indonesia yaitu pengangguran.
Pada pasca krisis tahun 1997 di Indonesia, UKM dapat membuktikan
bahwa sektor ini dapat menjadi tumpuan bagi perekonomian nasional. Hal ini
dikarenakan UKM mampu bertahan dibandingkan dengan usaha besar yang
cenderung mengalami keterpurukan. Hal tersebut dibuktikan dengan semakin
bertambahnya jumlah UKM setiap tahunnya. Pada tahun 2005 jumlah unit
UKM sebanyak 47,1 juta unit dengan proporsi 99,9 persen dari total unit
menjadi sebanyak 48,9 juta unit. Seiring dengan peningkatan jumlah usaha
UKM, maka turut meningkatkan jumlah tenaga kerja yang diserap. Pada tahun
2005, jumlah tenaga kerja yang diserap UKM sebanyak 83,2 juta jiwa
kemudian meningkat pada tahun 2006 menjadi sebanyak 85,4 juta jiwa. UKM
menyerap 96,18 persen dari seluruh tenaga kerja di Indonesia (BPS, 2007).
Posisi tersebut menunjukan bahwa UKM berpotensi menjadi wadah
pemberdayaan masyarakat dan penggerak dinamika perekonomian.
(www.h3r1y4d1’sblog (wordpress.com))
Harapan untuk diterima di dunia kerja tentunya tidaklah keliru, namun
tidak dipungkiri bahwa kesempatan kerja pun sangat terbatas dan tidak
berbanding lurus dengan lulusan lembaga pendidikan baik sekolah dasar,
menengah, atas, maupun perguruan tinggi. Oleh sebab itu semua pihak harus
berpikir dan mewujudkan karya nyata dalam mengatasi kesenjangan antara
lapangan kerja dengan lulusan institusi pendidikan. Salah satunya mungkin
adalah dengan mendirikan usaha sendiri dan bahkan menciptakan lapangan
kerja bagi orang lain.
Melihat perkembangan teknologi komunikasi dewasa ini dengan
banyaknya handphone yang digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat, baik
masyarakat atas maupun masyarakat kalangan menengah ke bawah. Bahkan
tidak hanya orang tua yang dapat menggunakan handphone, tetapi anak yang
masih duduk di bangku SD pun banyak yang telah menggunakan handphone.
akan pulsa. Maka dari itu counter pulsa merupakan peluang usaha yang
menjanjikan untuk masa depan. Counter pulsa merupakan salah satu contoh
usaha kecil menengah yang jenis usahanya adalah menawarkan penjualan
pulsa sebagai sarana untuk berkomunikasi. Tidak heran banyak counter pulsa
yang terus bermunculan, harga yang ditawarkan pun cukup variatif, dan
cenderung menawarkan harga yang menarik untuk mendapatkan pelanggan.
Melihat kondisi ini, counter pulsa memberikan kemudahan bagi
manusia untuk saling berkomunikasi dan counter pulsa juga diharapkan
mampu menciptakan lapangan pekerjaan sehingga mengurangi angka
pengangguran di Indonesia. Counter pulsa merupakan peluang usaha yang
mengutamakan letak strategis untuk mendapatkan keuntungan yang sebanding
dengan menggunakan modal yang dikeluarkan. Semakin banyaknya usaha ini
maka persaingan diantaranya semakin berkembang. Saat ini banyak sekali
counter pulsa yang bangkrut. Hal ini disebabkan banyaknya persaingan yang
terjadi dalam usaha tersebut serta pelayanan dan sistem pengelolaan keuangan
yang kurang baik.
Berdasarkan fenomena dilapangan, hal ini menunjukkan bahwa banyak
pelaku usaha counter pulsa belum memahami tentang pencatatan akuntansi
yang baik dan benar, mereka menganggap pencatatan tersebut terlalu rumit
untuk dilaksanakan dan hanya melakukan pencatatan yang sangat sederhana
Kebanyakan pengusaha kecil di Indonesia tidak menyelenggarakan dan
menggunakan informasi akuntansi dalam pengelolaan usahanya (Pinasti, 2007
: 322). Salah satu manajer klinik usaha dan koperasi Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI), (Idrus, 2000 dalam Pinasti, 2007), menyatakan bahwa para pengusaha
kecil tidak memiliki pencatatan dan pembukuan bagi kelangsungan usahanya.
Pengusaha kecil memandang bahwa proses akuntansi tidak terlalu penting
untuk diterapkan.
Informasi akuntansi mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi
pencapaian keberohasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil (Magginson et al.,
2000 dalam Pinasti 2007). Akan tetapi pada kenyataannya banyak pelaku
usaha kecil mempunyai anggapan bahwa kegiatan tersebut terlalu
menyulitkan. Jika mereka mengerti pencatatan dan pengikhtisaran transaksi
sesuai dengan ketentuan dan penafsiran suatu transaksi maka mereka dapat
bertindak sesuai dengan ketentuan atau aturan dalam mengukur, prosedur
pengumpulan, dan melaporkan informasi yang berguna tentang kegiatan dan
tujuan yang menyangkut keuangan dalam suatu usaha.
Uraian di atas menunjukkan bahwa pengusaha kecil masih banyak
mengalami kesulitan dalam memahami informasi keuangan dengan baik. Hal
ini juga didukung dengan hasil survey pendahuluan yang dilakukan oleh
peneliti pada beberapa counter pulsa termasuk yang sudah tutup usaha, kurang
berkembang, dan juga yang mampu survive di dalam kerasnya persaingan
Cell yang terletak di Jl. Platuk Donomulyo 1G/15, Ri-An Cell di Jl. Platuk
Donomulyo 2B/24, United Cell di Jl. Kalilom Lor 3/33, TOD Cell di jl. Pogot
No. 19, Jc Cell di Jl. Pogot Baru No. 52, dan pastinya juga pada
counter-counter pulsa yang akan menjadi lokasi penelitian pada penelitian ini. Oleh
karena itu peneliti mengangkat tema tentang Usaha Kecil Menengah pada
counter pulsa agar para pelaku usaha kecil dapat menangani permasalahan
yang berkaitan dengan pencatatan keuangan yang sesuai dengan ketentuan
akuntansi sehingga usaha mereka dapat bertahan dan terus berkembang yang
tentunya hal tersebut dapat meningkatkan perekonomian rakyat Indonesia.
Dari semua uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul: “Studi Tentang Penerapan Pencatatan Keuangan
Bagi Pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) ; (Studi Kasus Pada Tiga
Counter Pulsa di Kecamatan Kenjeran)”
1.2Fokus Penelitian
Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan di atas, hal yang
menjadi fokus penelitian adalah :
1. Seberapa jauh pelaku UKM memahami pencatatan keuangan ?
2. Bagaimana pencatatan keuangan yang dilakukan di counter–
1.3Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang dibuat yaitu: Bagaimana penerapan
pencatatan keuangan pada Usaha Kecil Menengah ?
1.4Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan
pencatatan keuangan pada UKM dan untuk mengetahui sampai sejauh mana
pemahaman pengusaha counter pulsa terhadap pencatatan keuangan.
1.5Manfaat Penelitian
1. Bagi UKM
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dan
juga sebagai masukan untuk lebih mengetahui pentingnya pencatatan
keuangan pada UKM.
2. Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan mengembangkan ilmu
akuntansi terutama aspek pencatatan keuangan pada UKM serta
meningkatkan semangat kewirausahaan di masyarakat.
3. Bagi Universitas
Sebagai tambahan informasi mengenai akuntabilitas UKM dan bahan
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1 Hasil – Hasil Penelitian Ter dahulu
Dalam menunjang penelitian ini, maka didukung oleh penelitian
terdahulu yang relevan dengan penelitian ini.
1. Margani Pinasti (2007)
“Pengaruh Penyelenggaraan dan Penggunaan Informasi Akuntansi
Terhadap Persepsi Pengusaha Kecil atas Informasi Akuntansi Suatu Riset
Eksperimen”
a. Permasalahan :
1) Apakah penyelenggaraan dan penggunaan akuntansi
berpengaruh terhadap persepsi pengusaha kecil atas informasi
akuntansi ?
b. Kesimpulan :
1) Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyelenggaraan dan
penggunaan informasi akuntansi terbukti secara empiris dalam
riset eksperimen ini mempunyai pengaruh terhadap persepsi
2. Herri, Irda (2005)
“Sifat Kewirausahaan dan Prestasi Usaha Kecil Dan Menengah Sumatra
Barat”
a. Permasalahan :
1) Adakah pengaruh karakteristik enterpreneurial dan perusahaan
terhadap prestasi UKM Sumatra Barat ?
2) Adakah UKM yang prestasi tinggi memiliki karakteristik
enterpreneurial UKM yang berbeda dibanding UKM yang
berprestasi rendah ?
b. Kesimpulan :
1) Modal dasar pendirian UKM umumnya berasal dari tabungan,
hal ini bisa menunjukkan bahwa terbatasnya modal usaha
UKM dalam membuka usaha. Oleh karean itu, untuk
mendorong lahirnya pengusaha atau enterpreneur maka tidak
hanya diperlukan rangsangan peningkatan jiwa kewirausahaan
tetapi juga skim pembukuan usaha baru oleh pengambil
kebijakan.
2) Walaupun tidak ditemui adanya pengaruh keluasan daerah
pemasaran dengan prestasi UKM. Namun terlihat adanya
kecenderungan bahwa UKM yang memasarkan produknya
pada lingkup pasar yang lebih luas seperti ke luar propinsi dan
dengan UKM yang hanya memasarkan produknya pada daerah
sekitar.
3) Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa sifat kewirausahaan
(enterpreneurial) membeerikan kontribusi terhadap variasi
prestasi UKM terutama sifat inovatif dan suka menanggung
resiko. Penelitian juga menunjukkan bahwa karakteristik UKM
seperti jumlah tenaga kerja dan daerah pemasaran cenderung
memberikan kontribusi terhadap prestasi UKM dengan daerah
pemasaran yang luas termasuk ekspor memiliki prestasi lebih
tinggi dibanding UKM yang hanya memsarakan produknya
pada daerah sekitar mereka.
Penelitian yang dilakukan sekarang ini berbeda dengan penelitian
terdahulu, yaitu terletak pada waktu, sampel, dan metode penelitian.
Sedangkan persamaannya adalah sama–sama meneliti tentang UKM dan
informasi akuntansi. Oleh karena itu, penelitian sekarang bukan replikasi dari
penelitian terdahulu.
2.2Kajian Pustaka
2.2.1 Pengertian Akuntansi
Akuntansi telah banyak didefinisikan oleh beberapa ahli dan
beberapa lembaga–lembaga terkait, menurut Winwin Yadiati (2007:1)
1. Accounting Principle Board (APB) dalam Statement No. 4 disebutkan :
Akuntansi adalah sebuah kegiatan jasa (service activity)
yang fungsinya adalah untuk memberikan informasi
kuantitatif, terutama yang bersifat financial, tentang
entitas–entitas ekonomi yang dianggap berguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi, dalam penentuan pilihan
logis diantara tindakan alternatif.
2. American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) dalam
Accounting Terminology Bulletin No. 1, tahun 1953, menyatakan :
Akuntansi adalah seni pencatatan, pengelompokan dan
pengikhtisaran dengan cara yang berarti, atas semua
transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan, serta
penafsiran hasil–hasilnya.
3. Kieso and Weygandt, menyatakan :
Akuntansi adalah sistem informasi yang
mengidentifikasikan, mencatat, dan mengkomunikasikan
kejadian ekonomi dari suatu organisasi kepada pihak yang
berkepentingan.
Akuntansi sebagai alat untuk penyediaan informasi. Definisi kedua
sebagai seni untuk mencatat, mengelompokkan, dan mengikhtisarkan,
ketiga sebagai sebuah sistem yang mengolah input berupa kejadian–
kejadian ekonomi dari kesatuan usaha.
2.2.2 Akuntansi Untuk UKM
Proses Akuntansi bermula dari Transaksi. Transaksi adalah Even
atau Peristiwa yang terjadi, bernilai uang atau setara uang dan berdampak
terhadap keuangan perusahaan yang mengakibatkan berubahnya posisi
keuangan perusahaan. Agar memudahkan dalam mengingat dan
membukukan, biasanya transaksi terekam atau tercatat dalam Bukti
transaksi atau Events. Bukti Transaksi atau Events adalah Tanda kejadian
yang dapat diidentifikasi yang mempengaruhi perusahaan. Seperti kwitansi
untuk merekam atau mencatat transaksi penerimaan uang dari seseorang
kepada orang lain, Faktur penjualan untuk merekam atau mencatat
transaksi penjualan barang dan lainlain. Dari bukti transaksi, transaksi
-transaksi tersebut dicatat atau dijurnal ke dalam Buku–buku Jurnal
Khusus, biasanya buku- buku jurnal khusus yang lajim digunakan oleh
perusahaan adalah buku Jurnal Kas, Buku Jurnal Bank, Buku Jurnal
Pembelian, Buku Jurnal Penjualan, Buku Jurnal Persediaan dan Buku
Jurnal Memorial. Buku–buku jurnal khusus yang digunakan oleh
perusahaan tergantung kebutuhan dan besar atau kecilnya perusahaan.
membukukan atau posting transaksi tersebut ke dalam Buku Besar atau
Ledger.
Definisi Posting adalah Proses memindahkan informasi dari
buku-buku jurnal khusus ke buku-buku besar atau ledger sesuai dengan perkiraan atau
account yang cocok. Ringkasan informasi buku besar dituangkan dalam
Neraca Saldo. Neraca Saldo adalah Daftar ringkasan yang menunjukkan
persamaan antara debits dan credit dari semua perkiraan yang ada di buku
besar.
Proses terakhir dari Akuntansi adalah penyusunan Laporan
Keuangan. Definisi Laporan Keuangan yaitu ” Laporan yang
menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang
diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik
ekonominya, yaitu kelompok yang berkaitan dengan pengukuran posisi
keuangan, kelompok yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dan
kelompok yang berkaitan dengan pengukuran cash flow”.
Laporan Keuangan terdiri dari :
1. Neraca
2. Laporan Laba Rugi
3. Laporan Arus Kas
Neraca adalah Daftar yang menyajikan sedemikian rupa yang
bagi penyajian secara wajar. Unsur yang berkaitan dengan pengukuran
posisi keuangan adalah :
1. Aset
2. Liabilities atau Kewajiban
3. Ekuitas atau Modal
Definisi Aset menurut akuntansi adalah “Sumber daya yang
dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari
mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh
perusahaan”. Sedangkan definisi Aset menurut istilah seorang Pengusaha
atau Wirausahawan adalah “Sesuatu yang dapat memasukkan uang ke
kantong seorang Pengusaha atau Wirausahawan”. Liabilities menurut
akuntansi adalah ”Hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa
masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari
sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi”. Menurut
istilah seorang Pengusaha atau Wirausahawan, Liabilities adalah “Sesuatu
yang mengambil uang dari kantong seorang Pengusaha atau
Wirausahawan”. Ekuitas menurut akuntansi adalah ”Hak residual atas
aktiva perusahaan setelah dikurangi Liabilities”. Menurut istilah seorang
Pengusaha atau Wirausahawan sesuatu dianggap sebagai Aset atau
Liabilities, ukurannya adalah Arus Kas atau Cash Flow.
Hal yang membingungkan atau kekacauan terjadi karena metode
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) untuk Indonesia, memungkinkan kita
mencantumkan baik Aset maupun Liabilities di bawah kolom Aset.
Laporan Laba Rugi adalah “Daftar yang menyajikan sedemikian
rupa yang menonjolkan berbagai unsur pengukuran kinerja keuangan yang
diperlukan bagi penyajian secara wajar”. Laporan Arus Kas adalah
“Laporan yang menggambarkan arus masuk dan arus keluar kas atau setara
Kas”. Laporan Arus Kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan
para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam Aset bersih perusahaan,
struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabitilas) dan kemampuan
untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi
dengan perubahan keadaan dan peluang. Informasi Arus Kas juga berguna
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara
kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk
menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future
cash flows) dari berbagai perusahaan. (http://hartfay.blog.binusian.org)
2.2.3 Pengertian Sistem Infor masi Akuntansi
a. Pengertian Sistem
Menurut Widjajanto (1989 : 1) sistem adalah suatu kesatuan
yang terdiri dari bagian – bagian yang saling berinteraksi dengan
Adapun menurut Mulyadi (2001 : 2) suatu sistem pada
dasarnya adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan antara yang
satu dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama–sama untuk
mencapai tujuan tertentu.
Disimpulkan bahwa sistem adalah sekelompok komponen
yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang yang lainnya
dengan maksud untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Pengertian Informasi
Informasi pada dasarnya tidak sama dengan data. Menurut
Chusing (1989 : 11), data dapat terdiri dari sekumpulan karakter yang
diterima sebagai input terhadap suatu sistem informasi dan disimpan
serta diolah. Informasi diartikan sebagai output pengelolaan data yang
terorganisir dan berguna bagi orang yang menerimanya.
Sedangkan menurut Wilkinson (1993 : 3), data adalah fakta,
angka, bahkan simbol mentah. Secara bersama–sama mereka
merupakan masukan bagi suatu sistem informasi. Sebaliknya,
informasi terdiri data yang telah ditransformasi dan dibuat lebih
bernilai melalui pemrosesan. Idealnya, informasi adalah pengetahuan
yang berarti dan berguna untuk mencapai sasaran.
Jadi, informasi merupakan kumpulan data yang telah diolah
sehingga bermanfaat bagi penerimanya. Biasanya data belum dapat
manajemen. Agar dapat berguna bagi pemakainya data harus diproses
sehingga dapat menghasilkan output yang berupa informasi.
c. Sifat–Sifat Informasi
Menurut Wilkinson (1993 : 121) sifat–sifat informasi yang
penting meliputi hal–hal berikut :
1. Relevansi
Hubungan antara informasi dan situasi keputusan, serta dengan
sasaran perusahaan
2. Kuantifiabilitas
Sejauh mana informasi dapat dikuantifikasikan (dinyatakan dalam
bentuk numerik)
3. Akurasi
Keandalan dan kepresisian informasi
4. Kepadatan
Sejauh mana informasi diringkas atau dipadatkan
5. Ketepatan Waktu
Keyakinan informasi
6. Cakupan
Rentang yang dicakup oleh informasi
Sebagai sistem informasi, akuntansi diperlukan oleh berbagai
pihak, baik dalam kalangan intern maupun dari luar organisasi yang
menyelenggarakan akuntansi tersebut.
Secara garis besar (Weygandt, et eal., 2007 : 6) pihak – pihak
tersebut adalah :
1. Pengguna internal, yaitu manajer yang merencanakan, mengorganisasikan
dan mengelola suatu bisnis.
2. Pengguna eksternal, yaitu :
a) Investor, menggunakan informasi akuntansi guna membuat
keputusan untuk membeli, menahan, atau menjual
sahamnya.
b) Kreditor, seperti pemasok dan bankir menggunakan
informasi akuntansi guna mengevaluasi resiko pemberian
kredit atau pinjaman.
c) Badan Perpajakan, untuk mengetahui apakah perusahaan
telah mematuhi Undang–Undang Perpajakan.
d) Pelanggan, apakah perusahaan tetap menghargai jaminan
dan dukungan produk atas lini–lini produknya.
e) Serikat Pekerja, ingin mengetahui apakah pemilik dapat
membayar kenaikan upah dan tunjangan.
f) Perencanaan Ekonomi, menggunakan informasi akuntansi
2.2.4 Akuntabilitas Usaha
Akuntabilitas secara harfiah dalam bahasa inggris biasanya disebut
dengan accountability yang berarti sebagai “yang dapat dipertanggung–
jawabkan”, atau dalam kata sifat disebut sebgai accountable. Lalu bedanya
dengan responsibility yang juga diartikan sebagai tanggung jawab,
pengertian accountability dan responsibility sering kali diartikan sama.
Padahal maknanya jelas sangat berbeda. Beberapa ahli menjelaskan bahwa
dalam kaitannya dengan birokrasi, responsibility merupakan otoritas yang
diberikan oleh atasan untuk melaksanakan suatu kebijakan. Sedangkan
accountability merupakan kewajiban untuk menjelaskan bagaimana
realisasi otoritas yang diperoleh tesebut.
Berkaitan dengan istilah akuntabilitas, Sirajudin H. Saleh dan
Aslam Iqbal (dalam Nugraha, 2008) menyatakan bahwa akuntabilitas
merupakan sisi–sisi sikap dan watak kehidupan manusia yang meliputi
internal dan eksternal seseorang. Dari sisi internal seseorang akuntabilitas
merupakan pertanggung jawaban orang tersebut kepada Tuhan-Nya,
sedangkan akuntabilitas eksternal seseorang adalah akuntabilitas orang
tersebut terhadap lingkungannya baik lingkungan formal (atasan–
bawahan) maupun lingkungan masyarakat.
Tidak dapat dipungkiri, pencatatan keuangan memegang peranan
penting bagi dunia usaha yang dinamis karena laporan keuangan yang
yang pada awalnya tergolong kecil tidak menutup kemungkinan akan
menjadi besar di saat mendatang, salah satu cara yang ditempuh adalah
pengajuan kredit bank namun sering kali proposal yang diajukan tidak
memnuhi persyaratan dari pihak bank.
Proposal merupakan dokumen yang sangat penting bagi bank.
Banyak kasus, UMKM susah mendapatkan pinjaman kredit bukan karena
pihak UMKM tersebut tidak memiliki jaminan atas kredit yang mereka
ajukan, tetapi karena proposal yang mereka ajukan tidak sesuai dengan
keinginan pihak bank. Masalah lain yang sering terjadi adalah bank sudah
mendapat jaminan atas kredit yang diajukan, tetapi bank masih
menangguhkan kredit pinjaman tersebut karena proposal yang diajukan
UMKM tidak meyakinkan, dan juga birokrasi pada pihak bank yang
terkadang terlalu berbelit–belit dalam menyikapi pinjaman. Hal tesebut
disebabkan karena pihak bukanlah penjual jaminan tetapi lebih
mengharapkan siklus dari pinjaman kredit yang telah diberikan.
2.2.5 Kewirausahaan (Spirit of Enterpreneurship)
Menurut Kotler (1997 : 28) pasar berubah luar biasa sesuai dengan
kebutuhan dan kegiatan konsumen. Setiap perusahaan harus selalu
berorientasi ke pasar agar tidak mati. Perusahaan yang mati adalah
perusahaan yang tidak memberi apa yang siap di beli orang. Oleh karena
berorientasi kebutuhan masyarakat sehingga merupakan peluang
menghasilkan nilai yang dapat dipasarkan (marketable value) yaitu barang
dan jasa yang mau di beli orang.
Tantangan yang dihadapi setiap organisasi adalah perubahan yang
tidak pernah berakhir. Perubahan merupakan fenomena kehidupan yang
mengharuskan setiap organisasi bahkan setiap manusia untuk mempunyai
kemampuan dan daya penyesuaian yang tinggi terhadap segala bentuk
kemungkinan terjadinya perubahan akibat munculnya produk dan jasa
sebagai pemenuhan manusia.
Kao (2001 : 1) berpendapat perusahaan kecil dalam
mengembangkan usahanya perlu menggunakan strategi yang disebut
sebagai strategi kewirausahaan dan keinginan pasar yang di dalamnya
terdapat strstegi objektif dan fundamentalagar perusahaan dapat terus
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.
Seorang pengusaha dalam melaksanakan kegiatannya haruslah
memiliki semangat kewirausahaan yang berkaitan dengan mental manusia
yang optimis, percaya diri, determinan, dan fleksibel. Menurut Kao (2001 :
30) menyatakan individu yang dapat mengkombinasikan resiko, inovasi,
keahlian, dan seni sehinggan menciptakan bentuk oraganisasi baru, sebagai
tim dalam menciptakan produk dan jasa baru, metode produksi baru,
merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap perubahan dan inovasi
bagi perusahaannya.
Semangat wirausaha yang harus dimiliki adalah dapat
menyesuaikan perusahaan terhadapsituasi yang berubah–ubah karena
berorientasi ke depan, bermotivasi tinggi, percaya diri, dan fleksibel
terhadap situasi dan kondisi serta memiliki perencanaan dalam
menjalankan usahanya.
2.3 Usaha Kecil Menengah
2.3.1 Kriter ia Usaha Kecil dan Menengah
a. Kriteria menurut Undang–Undang RI No. 9 Tahun1995 tentang usaha
kecil :
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua
ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunantampat usaha;
atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.
1.000.000.000,- (satu milyar rupiah)
3. Milik Warga Negara Indonesia
4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung
maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha
5. Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan
hukum, termasuk koperasi.
b. Kementrian Mentri Negara Koperasi dan Usaha kecil Menengah
(Menegkop dan UKM) :
Bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK), termasuk
Usaha Mikro (UM), adalah entitas usaha yang memiliki kekayaan
bersih paling banyak Rp. 200.000.000, tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha, dan memliki penjualan tahunan paling banyak
Rp. 1.000.000.000. Sementara itu, usaha menengah (UM) merupakan
entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan
bersih lebih besar dari Rp. 200.000.000 s.d. Rp. 10.000.000.000, tidak
termasuk tanah dan bangunan.
c. Badan Pusat Statistik (BPS)
Memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja.
Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga
kerja 5 s.d. 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitas
usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang.
d. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994 tanggal 27
Juni 1994 :
Usaha kecil didefinisikan sebagai perseorangan ataau badan
penjualan/omset pertahun setinggi–tingginya Rp. 600.000.000 (diluar
tanah dan bangunan yang di tempati) terdiri dari :
1) Badan Usaha (Fa, CV, PT, dan Koperasi) dan
2) Perorangan (pengrajin/industri rumah tangga, petani, peternak,
nelayan, perambah hutan, penambang, pedagang barang dan jasa).
e. Undang–Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah
Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut :
1) Memiliki Kekayaan Bersih paling banyak Rp. 50.000.000, (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan usaha; atau
2) Memilki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,
(tiga ratus juta rupiah).
Usaha kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut :
1) Kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000, (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000, (lima ratus
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan usaha; dan
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000, (tiga
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,
(dua milyar lima ratus juta rupiah).
Sementar itu, yang disebut dengan Usaha Menengah adalah entitas
1) Kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000, (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,
(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; dan
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,
(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp. 50.000.000.000, (lima puluh milyar rupiah).
2.3.2 Kelemahan Usaha Kecil dan Menengah
Marbun (1986 : 86) menyatakan kelemahan usaha kecil sebagai
berikut :
1. Tidak atau jarang mempunyai perencanaan tertulis.
Ketidakadaan perencanaan mengakibatkan perushaan kecil tidak
dapat memusatkan segala tenaga dan daya untuk mencapai sasaran
yang paling menguntungkan serta tidak dapat mengetahui mana yang
jadi prioritas. Akibatnya mereka tidak dapat mengukur secara pasti
apakah mereka berhasil, setengah gagal, atau gagal.
2. Tidak berorientasi ke masa depan, melainkan kepada hari kemarin atau
hari ini.
Bukan rahasia lagi bahwa kebanyakan pengusaha kecil memulai
usahanya karena melihat usaha orang lain maju, atau sekedar
orientasi mereka adalah barang atau usaha yang laku kemarin atau
saat ini. Hal itu dikarenakan kurangnya pengalaman, kurangnya
bimbingan, aaupun kurangnya pendidikan, mereka lalu tidak bisa
atau kurang membaca kecenderungan di masa depan, apalagi untuk
jangka waktu yang cukup lama.
3. Tidak memiliki pendidikan yang relevan.
Pada kenyataannya mereka yang terjun di perusahaan kecil
umumnya tanpa pendidikan yang relevan dan sering bukan anak
terpandai diantara anggota keluarga mereka.
4. Tanpa Pembukuan yang teratur dan tanpa neraca rugi laba.
Akibat tanpa perencanaan tertulis dan kurang pendidikan serta tidak
ada paksaan dari pemerintah (pajak), umumnya perusahaan kecil
tidak memiliki dan tidak mempraktekkan pembukuan yang teratur.
Paling banter hanya mempunyai catatan sederhana berapa yang laku
hari ini, juga tidak jelas uang pribadi atau uang perusahaan. Cara
pemakaian uang simpang siur, tidak jelas berapa seharusnya “gaji”
pemilik setiap bulannya.
5. Tidak mempunyai atau tidak mengadakan analisis pasar yang “up to date”
atau tepat waktu dan mutakhir.
Tidak adanya perencanaan dan pendidikan yang relevan ditambah
lagi tanpa pembukuan yang teratur, umumnya perusahaan kecil juga
sekedar menebak dan bertumpu pada pengalaman hari kemarin.
Mereka tidak tahu pasti poteni pasar, pesaing, kekuatan dan
kelemahan pesaing, selera pembeli, perkembangan teknologi atau
perkembangan produk–produk lain.
6. Kurang spesialisasi atau difersifikasi berencana.
Kelemahan perencanaan dan tidak adanya peramalan (forecasting)
yang relevan menjadikan posisi pengusaha kecil terserah “nasib”.
Ketidakadaan analisis pasar automatis menghambat spesialisasi atau
diversifikasi yang dalam beberapa halmerupakan keharusan,
akibatnya bobot orientasi pada hari kemarin dan hari ini menjadi
pengusaha kecil mengerjakan atau mengusahakan apa yang laku
dijual atau berhasil dibuat orang lain.
7. Jarang mengadakan pembaharuan.
Terkadang kita merasa aneh mengamati bahwa jenis barang yang
dijual, tata letak barang, lemari, jenis penerangan (lampu yang
kurang terang) dari beberapa perusahaan kecil tetap sama setelah
beberapa tahun.
8. Tidak ada atau jarang terjadi pengkaderan.
Di Indonesia kebanyakan pemilik perusahaan kecil segan
menurunkan ilmu kepada pembantu–pembantunya, entah karena
takut disaingi atau kurang percaya atau tidak ada kesadaran akan
tidak pernah atau jarang terjadi karena pandangan agar si anak “tidak
seperti dia”, agar si anak sebaiknya jangan mengikuti jejaknya tetapi
bersekolah agar kelak menjadi “orang gede” dan terpandang.
9. Cepat puas.
Tidak ada perencanaan dan tanpa peramalan biasanaya pemilik
usaha kecil cepat puas dan kurang ambisius. Pengusaha kecil
umumnya setelah berusia 10 atau 20 tahun bidang usahanya
bukannya semakin besar atau bertambah, bahkan ikut menua sesuai
usia pemilikya, hal ini mungkin erat kaitannya dengan kelemahan
“tanpa pendidikan relevan dan tanpa pengalaman.
10.Keluarga Sentris.
Di Indonesia batas tegas antara bisnis dan keluarga sering kabur atau
tidak jelas. Tidak jarang pula anak–anak pemilik menyalahgunakan
perusahaan orang tuanya dengan mengambil uang atau barang
seenaknya tanpa perhitungn yang jelas.
11.Kurang percaya pada ilmu modern.
Bagi kebanyakan pemilik usaha kecil, belajar lagi atau mempelajari
ilmu baru seperti pembukuan (akuntansi) dan manajemen dianggap
pemborosan atau tidak perlu. Pengusaha kecil yang sempat
menikmati cara atau metode kerja atau metode produksi yang
ternyata berhasil hampir tidak terbuka lagi akan kemajuan cara atau
terlambat alias tergeser dari pasar. Pengusaha kecil jarang
mengembangkan metode atas cara baru dalam perusahaan.
2.3.3 Kekuatan Usaha Kecil dan Menengah
1. Pengalaman bisnis sederhana.
2. Tidak birokrasi atau mandiri.
3. Cepat tanggap dan fleksibel.
4. Cukup dinamis dan ulet.
2.3.4 Peluang Usaha Kecil dan Menengah
Marbun (1986 : 44), menyatakan bahwa peluang usaha kecil yang
masih bisa diraih antara lain :
1. Belajar ilmu manajemen sederhana.
2. Meminta jasa konsultan manajemen.
3. Meminta jasa keluarga/kenalan yang pintar.
4. Kembali ke bangku belajar.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 J enis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi
kasus. Penelitian ini bertujuan mengungkapkan makna penerapan keuangan
bagi pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM), dengan pendekatan ini peneliti
berada dalam posisi tidak bisa mengontrol obyek penelitian. Penelitian ini
memerlukan interaksi antara peneliti dengan obyek penelitian yang bersifat
interaktif untuk memahami realitas obyek.
Beberapa penelitian tentang penelitian kualitatif disampaikan oleh
beberapa pakar sebagai berikut ;
a) Strauss dan Corbin (2003) : qualitative research adalah penelitian
yang menghasilkan temuan yang tidak dapat dicapai dengan
menggunakan prosedur statistik atau dengan cara kualifikasi
lainnya.
b) Bogdan dan Taylor (1993) : prosedur penelitian yang bertujuan
mengumpulkan dan menganalisis data deskriptif berupa tulisan,
ungkapan lisan dari orang dan perilakunya yang dapat diamati.
c) Menurut Sugiyono (2008 : 8) metode penelitian kualititaif sering
disebut metode naturalistik karena penelitiannya dilakukan dengan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian sendiri sebagai alat untuk
mencapai suatu kesimpulan. Seperti yang telah dijelaskan di atas, kekuatan
pada pendekatan ini bukan pada “objektivitas” hasil studi yang diperoleh,
namun lebih ke pengenalan secara mendalam atas fenomena yang diteliti.
3.2 Ketertar ikan Penelitian
Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan usaha yang unik karena
tidak perlu memiliki modal besar untuk mendirikan sebuah usaha berskala
kecil dan menengah. Hanya bermodal kreatif, berani menerima tantangan, dan
pantang menyerah mereka bisa mempertahankan usaha yang mereka geluti,
dan tidak menutup kemungkinan penghasilan mereka melebihi pegawai
kantoran. Suatu perusahaan besar dimulai dari sebuah kecil terlebih dulu,
tanpa disadari sebuah usaha kecil ini telah menumbuhkan suatu keberanian
dalam berwirausaha kepada pelaku - pelaku UKM ini untuk lebih maju dan
menjadi pegusaha besar pada nantinya.
Menariknya, langkah menjadi pengusaha besar tentu tidak semudah
membalik telapak tangan, ada perjuangan untuk mencapai titik kesuksesan
sebagai pengusaha besar. Ada yang lambat ada pula yang cepat, tergantung
dari pelaku usaha itu sendiri bagaimana mereka menjalani prosese tersebut.
Menariknya lagi, seorang wirausaha pada setiap harinya mereka
memegang uang hasil usaha meskipun tidak terlalu banyak, tapi menurut
pegawai kantoran yang hanya pada awal bulan mereka memiliki uang lebih
dan setelah itu mereka harus mengencangkan ikat pinggang supaya tidak
kekurangan uang belanja saat akhir bulan.
Jiwa kewirausahaan pun seharusnya sudah dikenalkan untuk
menumbuh kembangkan potensi kewirausahaan pada seseorang sejak dini. Ini
dikarenakan kewirausahaan merupakan suatu jiwa bukan keahlian semata,
tetapi didalamnya terdapat dimensi–dimensi yang tercampur menjadi satu,
beberapa diantaranya menurut peneliti ada rasa keinginan untuk sukses.
Di dalam era pembangunan dalam mewujudkan cita–cita bangsa,
munculnya pengusaha muda yang berkualitas merupakan pionir untuk
menunjang suksesnya pembangunan (Sudradjad, 1999 : 10).
Counter pulsa merupakan peluang usaha yang mengutamakan letak
strategis untuk mendapatkan keuntungan yang sebanding dengan modal yang
dikeluarkan. Semakin banyaknya usaha ini maka proses persaingan
diantaranya semakin berkembang. Di mana masyarakat banyak menggunakan
handphone untuk berkomunikasi, dan jelas membutuhkan pulsa. Usaha
counter pulsa merupakan usaha yang sangat mudah untuk dijalankan dan
peluang usaha yang tetap menjanjikan untuk masa depan.
Berbicara mengenai menjalankan suatu usaha terlalu banyak dimensi
yang terlibat di dalam roda usaha tersebut, misalnya dimensi pemasaran,
sumber daya manusia, financial dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini kita
financial sering tidak mendapat perhatian yang serius, dimensi financial hanya
memperhatikan bagaimana mendapat untung (laba) sebanyak-sebanyaknya
tanpa memperhatikan cara mengolah hasil laba tesebut.
Masalah pengelolaan keuangan dari para pelaku usaha terganjal
masalah sumber daya manusia perihal pengetahuan mereka mengenai
akuntansi, ilmu akuntansi dianggap sebagai suatu yang merepotkan. Penelitian
ini juga akan mencari tahu pemahaman mereka mengenai pentingnya
pencatatan dan pelaporan keuangan karena sebagai seorang pengusaha, para
pelaku UKM dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dan berani melangkah
lebih maju untuk menjawab tantangan dunia usaha yang dinamis.
Pengalaman untuk merasakan rasa (sense), keinginan (passion)
wirausaha juga peneliti alami sampai saat ini karena peneliti sendiri juga
memiliki usaha dagang kebutuhan sehari–sehari (sembako) yang merangkap
counter pulsa kecil-kecilan. Tetapi ada salah satu kekurangan yang dimiliki
oleh peneliti sebagai pemilik usaha yaitu tidak melakukan pencatatan yang
baik dan rapi sebagaimana mestinya. Sebagai akibatnya peneliti kurang tahu
sampai sejauh mana perkembangan usahanya.
Oleh sebab itu peneliti tergerak untuk ingin mencari tahu permasalahan
yang dihadapi peneliti sebagai pemelik usaha sama permasalahan yang
dihadapi dengan para pelaku usaha lainnya khususnya dalam bidang
keuangan, yang tentu saja masih dalam lingkup Usaha Mikro Kecil dan
sampai sejauh mana pemahaman dari para pengusaha counter pulsa akan
akuntansi.
3.3 Lokasi Penelitian
Lokus penelitian adalah tiga counter pulsa di Kec. Kenjeran, Surabaya,
yang tepatnya pada :
1. Nama Konter : MAK Cell
Pemilik : Bapak Hariyadi
Alamat : Pogot 125
2. Nama Konter : PC2 Cell
Pemilik : Bapak Ghofar Ismail
Alamat : Platuk 58A
3. Nama Konter : Bilsi Cell
Pemilik : Bapak Hariyanto
Alamat : Platuk Donomulyo 6/63
Alasan peneliti memilih counter–counter di atas sebagai lokus
penelitian karena counter–counter tersebut memiliki letak yang strategis dan
tansaksi penjualan yang relatif banyak, dengan kata lain counter–counter tersebut
mampu bertahan di dalam kerasnya persaingan usaha counter pulsa, bahkan
3.4 Instr umen Penelitian
Informasi tentang system pencatatan keuangan pada UKM sangat
dibutuhkan peneliti untuk menunjang dan akan digali sebagai instrument.
Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrument atau alat penelitian adalah
peneliti itu sendiri, peneliti bisa juga disebut instrument kunci, oleh karena itu
peneliti sebagai instrument juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti
kualitatif siap melakukan penelitian selanjutnya terjun ke lapangan.
Validasi terhadap peneliti sebagai instrument meliputi validasi
terhadap pemahaman metode kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang
yang diteliti, kesiapan peneliti untuk masuk objek penelitian, baik secara
akademik maupun logistiknya (Sugiyono, 2008:222)
Meningkatkan mengenai pemahaman kualitatif, peneliti sendiri juga
banyak melakukan diskusi dengan dosen pembimbing maupun dengan
dosen–dosen yang dapat membantu dalam hal penelitian kualitatif, tidak
sebatas itu peneliti juga diskusi rekan sejawat yang menggunakan metode
serupa di lingkungan kampus. Di bidang pemahaman akademik, peneliti
berusaha menambah wacana dan pengetahuan dengan mencari artikel–artikel
di internet perihal Usaha Kecil Menengah (UKM), selain itu peneliti membaca
3.5 Infor man Penelitian
Informan yang akan digunakan peneliti untuk menggali tiap informasi
dalam penelitian ini adalah pemilik usaha, pengelola atau penjaga, juga
konsumen, serta informan–informan lain jika memang dipelukan informasi–
informasi yang terkait untuk kepentingan penelitian ini. Peneliti memilih
orang–orang tersebut karena mereka adalah orang–orang yang berhubungan
langsung dengan informasi–informasi yang dibuthkan peneliti dalam
penelitian ini. Selain itu, peneliti juga berharap informasi–informasi yang ada
juga berguna bagi kelangsungan usaha mereka.
3.6 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis dan sumber data yang digunakan :
1. Sumber data utama (primer)
Sumber data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber di dalam
perusahaan, seperti bukti pembukuan transaksi dan struktur kepemilikan
usaha.
2. Sumber data kedua (sekunder)
Sumber data kedua merupakan data yang diperoleh dari sumber–sumber
lain yang terkait dengan penelitian, yang diperoleh dari studi kepustakaan
dengan menggunakan dokumenatasi dan literature–literature yang
berkaitan dengan permasalahan.
1. Survey pendahuluan, yaitu dengan mengadakan peninjauan dan penelitian
secara umum pada unit usaha tersebut untuk mendapatkan informasi yang
diperlukan sehingga masalah menjadi jelas. Dalam pengumpulan data
penelitian di survey pendahuluan ini ada dua proses kegiatan yang
dilakukan oleh peneliti :
a. Proses memasuki lokasi (getting in)
Agar proses pengumpulan data dari informasi berjalan baik, peneliti
terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, baik
kelengkapan administratif maupun persoalan yang berhubungan
dengan setting dan subyek penelitian dan mencari relasi awal. Dalam
memasuki lokasi penelitian, penelliti menempuh pendekatan formal
dan informal serta menjalin hubungan dengan informan.
b. Ketika berada di lokasi penelitian (getting along)
Ketika berada di lokasi penelitian, peneliti melakukan hubungan
pribadi dan membangun kepercayaan dengan subyek penelitian
(informan). Hal ini dilakukan karena kunci sukses untuk mencapai dan
memperoleh akurasi dan komprehesivitas data penelitian.
2. Survey lapangan di maksudkan untuk mendapatkan data–data pendukung
yang akurat dan relevan, dilakukan dengan :
a. Wawancara secara informal maupun formal dengan
pihak–pihak yang terkait dengan unit usaha tersebut,
bagaimana membuat responden lebih terbuka dan leluasa
dalam memberikan informasi atau data.
Selain itu, wawancara tersebut dilakukan untuk
mengemukakan pengetahuan pengalamannya terutama
yang berkaitan dengan informasi sebagai jawaban
terhadap permasalahan agar muncul wacana detail.
Wawancara diharapkan berjalan tidak teratur (terbuka,
bicara apa saja) dalam garis besar yang terstruktur
(mengarah menjawab permasalahan penelitian).
b. Dokumentasi, dilakukan dengan mengumpulkan
dokumen–dokumen yang terkait dengan penelitian.
c. Studi kepustakaan, berupa pengumpulan data–data dari
literatur yang relevan dengan permasalahan ini dan
digunakan sebagai landasan teori.
d. Observasi, dilakukan oleh peneliti dengan cara observasi
partisipan untuk mengamati kegiatan pencatatan dan
pengelolaan dari bisnis Counter pulsa.
3.7 Teknik Analisis
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Huberman
Miles dan Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus pada setiap tahapan penelitian sampai tuntas, dan datanya sampai
jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu :
1. Data Reduction (reduksi data),
Data yang diperoleh dari lokasi penelitian data lapangan dituangkan dalam
uraian atau laporan yang lengkap terperinci. Laporan lapangan oleh
peneliti direduksikan, dirangkum dan dipilih hal–hal yang pokok.
Difokuskan pada hal–hal yang penting kemudian dicari tema atau polanya
(melalui penyuntingan, pemberian kode, pentabelan). Reduksi data ini
dilakukan terus menerus selama proses penelitian berlangsung.
2. Data Display (penyajian data)
Penyajian data dimaksudkan agar memudahkan peneliti untuk melihat
gambaran secara keseluruhan atau bagian–bagian tertentu dari penelitian.
Dengan kata lain merupakan pengorganisasian data ke dalam bentuk
tertentu sehingga kelihatan dengan sosoknya yang lebih utuh.
3. Conclusion drawing / verification.
Verifikasi data dalam penelitian kuailitatif ini dilakukan secara terus–
menerus sepanjang proses penelitian berlangsung. Sejak awal memasuki
lapangan dan selama proses pengumpulan data, peneliti berusaha untuk
menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan, yaitu
timbul yang dituangkan dalam kesimpulan–kesimpulan tentative. Dengan
bertambahnya data melalui proses verifikasi secara terus–menerus,
kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat grounded. Dengan kata lain,
setiap kesimpulan yang dibuat senantiasa terus–menerus dilakukan
verifikasi selama penelitian berlangsung.
Selanjutnya menurut Spradley, teknik analisis data disesuaikan
dengan tahapan dalam penelitian. Pada tahap penjelajahan dengan teknik
pengumpulan data grand tour question, analisis data dilakukan dengan
analisis domain. Pada tahap menentukan fokus analisis data dilakukan
dengan analisis taksonomi. Pada tahap selection, analisis data dilakukan
dengan analisis komponensial. Selanjutnya untuk sampai menghasilkan
judul dilakukandengan analisis tema.
3.8 Pengujian Kredibilitas Data
Pengujian kredibilitas data penelitian akan dilakukan dengan cara
(Sugiyono, 2005) :
1. Perpanjangan pengamatan
Penelitian ini diperpanjang sampai dua kali, karena pada periode I, data
yang diperoleh dirasa belum memadai dan belum kredibel. Belum
memadai karena belum semua rumusan masalah dan fokus terjawab
melalui data, belum kredibel karena sumber data masih ragu–ragu dalam
masih belum konsisten, makin berubah–ubah. Perpanjangan pengamatan
sampai dua kali maka data yang diperoleh dirasa telah jenuh.
2. Meningkatkan Ketekunan
Pengujian kredibilitas dengan meningkatkan ketekunan ini dilakukan
dengan cara peneliti membaca seluruh catatac hasil penelitian dengan
cermat, sehingga dapat diketahui kesalahan dan kekurangannya. Demikian
juga dengan meningkatkan ketekiunan maka peneliti dapat memberikan
deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.
Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara
membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau
dokumentasi–dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti.
Dengan membaca ini maka wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam,
sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu
benar/dipercaya atau tidak.
3. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan
data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.
Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik
pengumpulan data dan waktu (Sugiyono, 2008). Dalam penelitian ini
triangulasi dilakukan dengan cara triangulasi teknik sumber data dan
waktu. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara menanyakan hal yang
dokumentasi. Triangulasi sumber, dilakukan dengan menanyakan hal yang
sama melalui sumber yang berbeda, dalam hal ini sumber datanya adanya
pemilik yang satu dan yang lain . Triangulasi waktu artinya pengumpulan
data dilakukan pada berbagai kesempatan, pagi, siang, dan sore hari.
Dengan triangulasi dalam pengumpulan data tersebut, maka dapat
diketahui apakah nara sumber memberikan data yang berbeda, maka
No Main Research Question
Mini Research Question Sumber Data Justifikasi
biaya promosi ?
BAB IV
DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN
4.1 Pendahuluan
Penelitian ini akan membahas permasalahan yaitu mengenai
aplikasi pencatatan keuangan pada usaha kecil menengah yang merupakan
permasalahan yang dihadapi usaha–usaha mikro. Penelitian ini disusun
dengan mengambil obyek penelitian di tiga counter pulsa di kecamatan
kenjeran. Hal ini dilakukan peneliti untuk mendapatkan informasi dan data
yang lebih lengkap, lebih kredibel, lebih mendalam, dan bermakna
sehingga peneliti merasa bahwa tujuan penelitian ini telah dicapai. Dengan
membahas permasalahan yang sama mengenai penerapan pencatatan
keuangan pada lokasi ini, peneliti dapat mengkaji lebih dalam sejauh mana
pencatatan keuangan telah diterapkan pada unit usaha counter pulsa.
Counter–counter pulsa yang menjadi lokasi penelitian ini adalah
PC2 Cell di Jl. Platuk 58A, MAK Cell di Jl. Pogot 125, dan Bilsi Cell di
Jl. Platuk Donomulyo 6/63. Berikut sejarah counter–counter yang menjadi
lokus penelitian.
4.1.1 Sejar ah PC2 Cell
Usaha counter pulsa yang terletak di Jalan Platuk 58A ini didirikan
Ghofar Ismail adalah alumni UPN Veteran Jatim Fakultas Ekonomi
Jurusan Manajemen angkatan 2007, sehingga Bapak Ghofar Ismail cukup
memudahkan Peneliti untuk melakukan penelitian ini dikarenakan latar
belakang pendidikan dalam bidang yang hampir sama dengan peneliti. Jadi
sewaktu peneliti mengajukan pertanyaan atau meminta tanggapan serta
pendapat, Bapak Ghofar Ismail langsung tanggap dan mengerti maksud
pembicaraan peneliti. Usaha ini berdiri dengan dilatar belakangi peluang
yang dilihat pada saat itu untuk membuka usaha counter pulsa, dan juga
keinginan menjadi pengusaha. Pada saat itu memang usaha ini lagi marak–
maraknya, dengan modal yang tidak cukup besar serta laba yang cukup
menguntungkan menurut dia. PC2 Cell menjual tiap–tiap kebutuhan
Handphone, dari mulai perdana, pulsa, accessories, hingga jual beli
handphone. PC2 cell juga melayani service handphone pada saat itu, tetapi
sekitar setahun lalu PC2 Cell sudah tidak melakukan usaha jual beli
handphone dan tidak melayani service handphone dikarenakan pangsa
pasar yang terus menurun sejak masuknya handphone–handphone cina
yang berharga sangat murah dengan fitur cukup lengkap.
Pada Oktober 2011, Bapak Ghofar Ismail menambah usaha baru
yaitu sebuah warnet yang masih satu lokasi dengan usaha counter
pulsanya. Usaha ini didirikan juga karena adanya peluang dengan melihat
4.1.2 Sejar ah MAK Cell
MAK Cell didirikan oleh Bapak Hariyadi pada tahun 2008, tapi
saat itu masih cuman menjadi usaha iseng atau hanya untuk mengisi
waktu luang
“awalnya iseng, berhubung lumayan apa salahnya diseriusin”
penuturan Bapak hariyadi.
Bahkan saat itu MAK Cell belum berupa counter, hanya usaha
yang hanya bermodal sedikit uang dan selembar kertas bertuliskan jual
pulsa yang ditempel di tembok rumah, sewaktu itu masih bertempat di Jl.
Bulak Banteng Baru 43. Adapun latar belakang pendidikan Bapak
Hariyadi adalah SMKN 7 lulusan 2005. Sampai saat ini Bapak Hariyadi
tercatat sebagai seorang pegawai dari sebuah perusahaan kontraktor di
Surabaya.
Kembali ke focus penelitian, sejak 2008 yang hanya sebagai
usaha pengisi waktu luang, MAK Cell pun terus berkembang. Hingga
pada Januari 2010 Bapak hariyadi mengambil keputusan menyewa
tempat di Jl. Pogot 125. Keputusan itu didasarkan pada jalan pogot yang
sangat rame pengguna jalan berlalu lalang dan lokasinya pun juga masih
terbilang dekat pasar. Cukup prospeklah pokoknya menurut Bapak
“prospeklah bos koyok,e” penuturan Bapak Hariyadi.
Setelah bertempat di Jalan Pogot 125, dagangan MAK Cell pun
mulai dilengkapi, dari yang sebelumnya Cuma menyediakan voucher
elektrik, beberapa nominal voucher fisik, dan sedikit perdana, sekarang
menjadi cukup lengkap sampai ke accessories seperti headset, battery,
memory, charger, dan berbagai macam kebutuhan handphone. Adapun
alasan mengapa Bapak Hariyadi memilih nama MAK Cell sebagai
nama counternya itu karena
“biar beda, ga ada yang nyamain/ngembarin hehe..”, Penuturan
Bapak Hariyadi, sambil sedikit tertawa.
4.1.3 Sejar ah Bilsi Cell
Bilsi Cell terletak di Jalan Platuk Donomulyo 1 No. 63 berdiri
pada tahun 2009. Pemilik usaha ini yaitu Bapak Hariyanto, awalnya
usaha ini milik Bapak Purwanto yaitu kakak dari Bapak hariyanto tapi
sekitar pertengahan tahun 2010 usaha ini dipegang oleh Bapak
Hariyanto. Adapun nama Bilsi Cell diambil dari dua nama anak Bapak
Purwanto yaitu Bilah dan Silah. Alasan bisnis ini dijalankan oleh
Bapak Hariyanto hanya untuk sampingan aja. Berikut penuturan Bapak
“Buat sampingan aja, tapi hasilnya cukup memuaskanlah lumayan”
Seketika saya pun menyeletuk dengan nada sedikit bercanda “jelas
lumayan orang buktinya dilengkapi hehe…”
Tidak jauh beda dari MAK Cell dan PC2 Cell, Bilsi Cell juga
menyediakan tiap perlengkapan handphone dan accessories. Dari mulai
charger, battery, headset, memory, perdana, dan lain-lain. Tentu serta
yaitu pulsa elektrik dan voucher fisik. Bilsi Cell sebelumnya juga
melayani service handphone, tapi sudah lebih dari setahun lalu Bilsi Cell
sudah tidak lagi melayani service. Berikut penuturan Bapak Hariyanto
sewaktu saya ajukan pertanyaan “apakah Bilsi Cell juga melayani
service handphone?” pertanyaan itu merasa perlu saya ajukan karena
saya melihat beberapa alat–alat service. Berikut penuturan Bapak
Hariyadi :
“dulunya service, sekarang sudah saya pecat, karena ga cocok dengan
cara kerjanya” penuturan Bapak Hariyanto sedikit becanda kecewa.
Saya pun menangkap sepertinya untuk service handphone, Bilsi
ketidak cocokkan akhirnya Bilsi Cell memutuskan untuk mengakhiri
kerja sama dengan tukang service handphone.
4.2 Sejar ah Ponsel Di Indonesia
JAKARTA (Berita SuaraMedia) - Pada dekade tahun 70-an
negara-negara maju di eropa menerapkan teknologi seluler untuk
komunikasi. Di Indonesia sendiri baru menerapkan kecanggihan teknologi
komunikasi tersebut belasan tahun kemudian. Dimulai pada tahun 1984
teknologi seluler pertama kali hadir di Indonesia dengan berbasis teknologi
Nordic Mobile Telephone (NMT). Di tahun 1985-1992 ponsel mulai
beredar di Indonesia, namun tidak bisa di masukkan kedalam saku baju
atau celana karena bentuknya yang besar dan panjang,dengan berat rata2
430gram (hampir setengah kilogram). Harga ponselnya juga tidak murah,
berkisar diatas 10 juta per unit. Di tahun ini pula baru dikenal dua
teknologi seluler yaitu NMT-470, modifikasi NMT-450. Di akhir 1993 PT
Telkom memulai proyek percontohan seluler digital Global System for
Mobile (GSM), dimulai di dua pulau, yakni Pulau Batam dan Pulau
Bintan. Di tahun 1994 PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) beroperasi
sebagai operator GSM pertama di Indonesia, dengan mengawali kegiatan
operasinya di Jakarta dan sekitarnya. Karena GSM menggunakan kartu
SIM, maka hal itu aman dari penggandaan dan penyadapan serta mutu