PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN SPASIAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TUNTANG
KABUPATEN SEMARANG
Rina Septi Nugraheni Novisita Ratu Inawati Budiono
Program Studi S1 Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga, Indonesia
e-mail: rhina_8@rocketmail.com
ABSTRAK
Nugraheni, Rina Septi. 2014. Perbedaan Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Kecerdasan Spasial Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Tuntang Kabupaten Semarang.Skripsi.Program studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana.
10,98, dapat disimpulkan bahwa siswa dengan kecerdasan spasial tinggi mempunyai hasil belajar yang tinggi pula dibanding dengan siswa dengan kecerdasan spasial sedang dan rendah.
Kata kunci : hasil belajar, kecerdasan spasial, geometri
PENDAHULUAN
Salah satu topik yang menjadi pokok bahasan dan penelitian dalam dunia
pendidikan adalah masalah kemajemukan siswa di sekolah. Perbedaan - perbedaan pada
diri siswa harus diakui dalam dunia pendidikan, terutama selama proses pembelajaran.
Perbedaan yang cukup tampak adalah perbedaan kecerdasan antar satu siswa dengan
siswa lainnya.Hal tersebut tampak jelas terlihat dari hasil belajar masing-masing
siswa.Pada kenyataannya tidak semua siswa dapat berhasil dalam belajar dan
memperoleh hasil belajar yang baik (Christine, 2010). Dimyati dan Mujiono (2009)
menjelaskan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam angka-angka atau
skor setelah diberi tes pada setiap akhir pelajaran. Menurut Munadi (Rusman, 2012)
keberhasilan seseorang dalam belajar dipengaruhi oleh faktor eksternal daninternal.
Nilai buruk bukan berarti dia bodoh, namun anak tersebut malas terhadap suatu mata
pelajaran tapi giat pada mata pelajaran lain (Purwanto, 2002). Oleh karena itu,
bagaimana peran guru untuk mengembangkan kecerdasan yang ada pada diri siswa.
Gardner (2011) juga mengungkapkan kecerdasan adalah suatu kemampuan untuk memecahkan masalah dan menciptakan produk yang mempunyai nilai budaya atau suatu kumpulan kemampuan atau ketrampilan yang dapat ditumbuhkembangkan.
Gardner (2010) berpendapat bahwa kecerdasan tidak terpatri di tingkat tertentu dan terbatas saat seseorang lahir, setiap individu mengembangkan kecerdasan dengan beragam cara yang dikenal dengan multiple intellligence. Konsep tersebut memuat delapan jenis kecerdasan yang dimiliki setiap individu. Delapan jenis kecerdasan
tersebut, antara lain kecerdasan linguistik, kecerdasan logik matematik, kecerdasan
spasial, kecerdasan musik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersoanal,
kecerdasan kinestetik, kecerdasan naturalis.
Definisi dari kecerdasan spasial adalah kemampuan untuk melihat dan mengamati
dunia visual dan spasial secara akurat (Musfiroh, 2004).Sonawat dan Gogri (dalam
dalam bentuk visualisasi gambar dan bentuk tiga dimensi.Geometri merupakan salah
satu materi yang membutuhkan kecerdasan spasial.Hal tersebut didukung dengan
pernyataan Gardner (Aszalos dan Bako, 2004) menyatakan bahwa untuk menyelesaikan
permasalahan geometri ruang dibutuhkan kecerdasan spasial.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika didapat
keterangan bahwa kemampuan geometri setiap siswanya berbeda-beda. Hal ini terlihat
dari nilai rata-rata yang hanya sebesar 41,34. Selain dari hasil belajar yang masih rendah
juga terdapat siswa yang masih kesulitan dalam belajar geometri.Siswa kesulitan dalam
melihat jarak dalam bangun ruang dan menggambar irisan bangun ruang.
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan dan gambaran tentang hasil
belajar matematika siswa di SMA Negeri 1 Tuntang maka akan dilakukan penelitian
yang berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Kecerdasan Spasial
Siswa Kelas XI SMA N 1 Tuntang Kabupaten Semarang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil
belajar matematika ditinjau dari kecerdasan spasial pada siswa kelas XI SMA Negeri 1
Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2013/2014 dan untuk mengetahui hasil
belajar manakah yang lebih baik, siswa dengan kecerdasan spasial tinggi, sedang atau
rendah.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tuntang
Kabupaten Semarang dari tanggal 28 januari 2014 sampai dengan selesai. Jenis
penelitian ini adalah ex post facto. Penelitian ini berdasarkan situasi dan kondisi yang
dialami siswa sebelumnya tanpa memberi perlakuan atau memanipulasi perubahan
khusus terhadap subyek penelitian. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
kecerdasan spasial (X) dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar
(Y).Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tuntang
Kabupaten Semarang dengan jumlah 117 siswa. Teknik pengambilan sampel dengan
cluster random sampling, dimana unit sampelnya adalah kumpulan atau kelompok
(cluster) elemen (unit observasi), penarikan sampel anggota populasi dibagi dalam
beberapa kelompok atau cluster. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI
terdiri dari 2 kelas yaitu IPA 1 dan IPA 2. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah metode dokumentasi berupa hasil belajar matematika materi goemetri dan
metode tes berupa tes kecerdasan spasial yang telah diuji kelayakannya. Instrumen
penelitian diambil dari Prihatnani (2012). Instrumen penelitian terdiri dari 5 komponen
dan indikatorsebanyak 17 item soal, yang terdiri dari 4 soal untuk komponen spatial
perception,3soal untuk komponenvisualization, 6 soal untuk komponenmental rotation,
3 soal untuk komponenspatial relationdan 1 soal spatial orientation. Data yang
dianalisis adalah data hasil belajar dan skor kecerdasan spasial. Analisis yang digunakan
diantaranya: normalitas dan homogenitas sebagai uji prasyarat. Setelah semua dipenuhi
dilanjutkan dengan uji hipotesis pertama (Anava) dan uji hipotesis kedua (scheffe).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian yang dilaksanakan pada bulan April ini sebelumnya telah meminta hasil
belajar matematika pada materi geometri kepada guru yang bersangkutan. Dilanjutkan
dengan pemberian tes kecerdasan spasial untuk memperoleh skor kecerdasan spasial.
Tabel 4.8
Deskripsi Data Kecerdasan Spasial Tinggi, Sedang, Rendah
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Rendah 19 30.00 80.00 50.6250 16.56966 Tinggi 17 25.00 80.00 67.8571 20.98752 Sedang 15 25.00 70.00 56.8750 15.10381 Valid N (listwise)
Berdasarkan pengolahan data diperoleh sebanyak 17 siswa masuk dalam kategori
kecerdasam spasial tinggi dengan rata-rata 67,85, 15 siswa masuk dalam kategori
kecerdasan spasial sedang dengan rata-rata 56,87 dan 19 siswa masuk dalam kategori
kecerdasan spasial rendah dengan rata-rata 50,62. Selanjutnya dilakukan uji normalitas
untuk mengetahui apakah subjek yang dipilih berdistribusi normal dan homogenitas
untuk mengetahui variansi datanya sebagai uji prasyarat untuk menguji hipotesis dengan
Anava. Berdasarkan uji normalitas menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,064
sehingga dikatakan normal. Dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
Berdasarkan uji homogenitas menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,723 sehingga
ANOVA HB
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between
Groups 2153.186 2 1076.593 3.347 .044
Within Groups 15438.971 48 321.645
Total 17592.157 50
Setelah uji prasyarat semua terpenuhi dilakukan uji hipotesis pertama dengan
Anava. Diperoleh nilai signifikan 0,044 yang berarti H0 ditolak dan menerima H1,
sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa
yang memiliki kecerdasan spasial tinggi, sedang dan rendah di kelas XI IPA SMA N 1
Tuntang Kabupaten Semarang. Dilanjutkan dengan uji hipotesis kedua dengan
[image:5.595.111.489.84.241.2]komparasi ganda metode scheffe untuk melihat perbedaan rerata pada ketiga variabel.
Tabel 4.12
Uji Komparasi Ganda dengan Scheffe HB
Scheffe
(I) KS (J) KS
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval Lower
Bound Upper Bound rendah sedang 6.2512 6.16214 .047 -1.3999 29.7332 tinggi 17.2321 6.06543 .006 -2.3320 28.3124 sedang rendah -6.2512 6.16214 .047 -29.7332 1.3999 tinggi -10.9821 6.24685 .015 -16.9570 14.6040 tinggi rendah -17.2321 6.06543 .006 -28.3124 2.3320 sedang 10.9821 6.24685 .015 -14.6040 16.9570
Berdasarkan hasil perhitungan uji komparasi ganda dengan metode scheffe
diperoleh kesimpulan sebagai berikut: antara siswa dengan kecerdasan spasial tinggi
dan siswa dengan kecerdasan spasial rendah terdapat perbedaan; antara siswa dengan
perbedaan; dan antara siswa dengan kecerdasan spasial sedang dan siswa dengan
kecerdasan spasial rendah juga terdapat perbedaan.
Berdasarkan dengan data-data lapangan yang diperoleh dan kategori kecerdasan
spasial yang dibagi menjadi tiga yaitu rendah, sedang, dan tinggi mempunyai pengaruh
tersendiri pada hasil belajar matematika siswa kelas XI IPA SMA N 1
Tuntang.Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakanAnova, menunjukkan
bahwa H0, H0a, H0b dan H0c ditolak dan H1, H1a, H1b dan H1c diterima.Hal ini berarti
bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika diantara siswa yang memiliki kecerdasan spasial tinggi, sedang dan rendah pada siswa kelas XI IPA SMA N 1 Tuntang Kabupaten Semarang tahun ajaran 2014/2015. Hal tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Usmaidar (2007) yang menyatakan bahwa dalam penelitiannya terdapat perbedaan hasil belajar geografi antara siswa yang memiliki kecerdasan visual-spasial rendah dan siswa yang memiliki kecerdasan visual-spasial tinggi.
Hasil uji hipotesis dengan menggunakan Anova menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar matematika ditinjau dari kecerdasan spasial (tinggi, sedang dan
rendah) siswa.Setelah dilakukan uji lanjut pasca Anova dengan metode scheffe hasil
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan diantara siswa yang memiliki kecerdasan
spasial tinggi dengan kecerdasan rendah, siswa yang memiliki kecerdasan spasial
sedang dengan kecerdasan spasial rendah dan siswa yang memiliki kecerdasan spasial
tinggi dengan kecerdasan spasial sedang. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai signifikan
yang < 0,05. Berdasarkan hasil uji dengan scheffe antara kecerdasan spasial tinggi
dengan rendah menunjukkan nilai perbedaan rata-rata sebesar 17,23, antara kecerdasan
spasial sedang dengan rendah menunjukkan nilai perbedaan rata-rata sebesar 6,25 dan
antara kecerdasan spasial tinggi dengan sedang menunjukkan nilai perbedaan rata-rata
sebesar 10,98.
Gardner (Aszalos dan Bako, 2004) menyatakan bahwa untuk menyelesaikan
permasalahan geometri dibutuhkan kecerdasan spasial.Pernyataan tersebut dalam
penelitian ini terbukti karena siswa dengan kecerdasan spasial tinggi mempunyai hasil
belajar yang tinggi mempunyai hasil belajar yang lebih baik daripada siswa dengan
Menurut Amhar (2006) secara psikomotorik, kemampuan spasial akan tumbuh
ketika seseorang terbiasa dalam mendokumentasikan aspek-aspek spasial meski hanaya
untuk catatan pribadi. Walaupun tipe kecerdasan spasial terkait dengan kognitif siswa
namun rangsangan dari luar tetap diperlukan agar kecerdasan spasial yang dimiliki
dapat lebih dikembangkan.Menurut Irfan (2006) ciri siswa yang memiliki tingkat
kecerdasan spasial tinggi biasanya menyukai pelajaran yang dikemas dalam bentuk
grafik, diagram, atau mind-mapping.
PENUTUP
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Analisis data dari 51 siswa kelas XI IPA 1 dan IPA 2 SMA Negeri 1 Tuntang Kabupaten Semarang menunjukkan bahwa berdasarkan perhitungan terdapat 17 siswa yang masuk pada kategori kecerdasan spasial tinggi, 15 siswa masuk dalam kategori kecerdasan spasial sedang dan 19 siswa masuk dalam kategori kecerdasan spasial rendah; (2) Terdapat perbedaan antara hasil belajar matematika ditinjau dari kecerdasan spasial (tinggi-sedang-rendah) siswa kelas XI SMA N 1 Tuntang Kab. Semarang; (3)
Hasil belajar matematika dengan kategori kecerdasan spasial tinggi lebih baik daripada siswa dengan kategori kecerdasan spasial sedang atau rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. “Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan”. Jakarta: Bumi Aksara
Aszalos, Laszlo. dan Maria Bako. 2004. How Can We Improve The Spatial Intelligence? 6th International Conference on Applied Informatics Eger, Hungary. Januari 27-31. http://www.inf.unideb.hu/ ~aszalos/dn/pub/how.pdf. Diakses pada tanggal tanggal 11 maret 2014 pada pukul 13.44 wib.
Gardner, Howard. 2003. Kecerdasan majemuk-multiple intelligences:teori dalam praktik. Batam centre.Interaksa.
Purwanto. 2013. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta. Pustaka Belajar.
Kreativitas Siswa. Tesis. Surakarta: Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung. Alfabeta.
Ronis, Diane. 2009 Pengajaran Matematika Sesuai Cara Kerja Otak: Bena Kallick. Jakarta. Indeks.
Turgut, Melih dan Suha Yilmaz. 2012. Relationships Among Preservice Primary
Mathematics Teachers’ Gender, Academic Success and Spatial Ability. International Journal of Instruction.5(2). 5 – 19. http://www.e- iji.net/dosyalar/iji_2012_2_1.pdf. Diakses pada tanggal tanggal 11 maret 2014 pada pukul 14.00 wib
Yaumi, Muhammad. 2012. Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences. Dian Rakyat
Yilmaz, H. Bayram. 2009. “On the Development and Measurement of Spatial Abilyty”.