PRA RANCANGAN PABRIK
PEMBUATAN GLISEROL DARI PATI JAGUNG DENGAN
PROSES HIDROLISIS-HIDROGENASI DENGAN KAPASITAS
4500 TON/TAHUN
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Teknik Kimia
Oleh :
Daniel Aprialdi Nadeak 040405062
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan atas rahmat dan anugerah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul Pra Rancangan
Pabrik Pembuatan Gliserol dari Pati Jagung dengan Proses Hidrolisis-hidrogenasi dengan kapasitas 4.500 ton/tahun. Tugas Akhir ini dikerjakan
sebagai syarat untuk kelulusan dalam sidang sarjana.
Selama mengerjakan Tugas akhir ini penulis begitu banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini perkenankanlah
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis yang teristimewa yang selalu mendoakan penulis,
memberikan dukungan dana dan tidak pernah lupa memberikan motivasi dan
semangat kepada penulis
2. Bapak Dr. Ir. M. Turmuzi Lubis, MS sebagai Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan arahan selama menyelesaikan tugas akhir ini
3. Bapak M. Hendra S. Ginting, ST, MT sebagai Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan arahan selama menyelesaikan tugas akhir ini
4. Ibu Ir. Renita Manurung, MT sebagai Ketua Departemen Teknik Kimia FT USU
5. Bapak Dr. Ir. Irvan, MSi sebagai Koordinator Tugas Akhir Departemen Teknik
Kimia FT USU.
6. Seluruh Dosen Pengajar Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama menjalani
studi.
7. Para pegawai administrasi Departemen Teknik Kimia yang telah memberikan
bantuan kepada penulis selama mengenyam pendidikan di Deparetemen Teknik
Kimia.
8. Teman-teman stambuk ‘04 tanpa terkecuali. Thanks buat kebersamaan dan
semangatnya.
9. Teman seperjuangan, Guntur A. Sianipar sebagai partner penulis dalam
penyelesaian Tugas Akhir ini.
11.Seluruh Pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu namanya yang juga turut
memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih terdapat banyak kekurangan
dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan
kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan pada penulisan berikutnya.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, 2010
Penulis,
Daniel A. Nadeak
INTISARI
Gliserol dapat diperoleh melalui reaksi hidrolisis-hidrogenasi pati jagung
dimana produksi yang dihasilkan banyak digunakan pada industry kosmetik
(lotions), shampoo, kondisioner, sabun dan deterjen. Pabrik pembuatan Gliserol ini
direncanakan berproduksi dengan kapasitas 4.500 ton/tahun dengan masa kerja 330
hari dalam satu tahun. Lokasi pabrik direncanakan di daerah Kuta Gambir,
Kabupaten Dairi, Sumatera Utara dengan luas areal 6.000 m2. Tenaga kerja yang
dibutuhkan 150 orang dengan bentuk badan usaha Perseroan Terbatas (PT) yang
dipimpin oleh seorang General Manager dengan struktur organisasi sistem garis dan
staf.
Hasil analisa ekonomi pabrik pembuatan stirena ini adalah sebagai berikut:
Modal Investasi : Rp 109.106.559.309
Biaya Produksi : Rp 84.537.394.146
Hasil Penjualan : Rp 134.999.995.680
Laba Bersih : Rp 35.517.940.179
Profit Margin : 37,57 %
Break Event Point : 39,1 %
Return of Investment : 32,55 %
Pay Out Time : 3,07 tahun
Return on Network : 54,26 %
Internal Rate of Return : 45,77
%
Dari hasil analisa ekonomi dapat disimpulkan bahwa Pabrik
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ...i
INTISARI ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ...vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
DAFTAR PUSTAKA ... xi BAB I PENDAHULUAN ... I-1
1.1 Latar Belakang ... I-1
1.2 Perumusan Masalah ... I-2
1.3 Tujuan Pra Rancangan Pabrik ... I-2
1.4 Manfaat Perancangan ... I-3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES ... II-1
2.1 Gliserol ... II-1
2.2 Pati Jagung ... II-1
2.3 Sifat-sifat bahan ... II-3
2.4 Pemilihan Proses ... II-5
2.5 Deskripsi Proses ... II-5
BAB III NERACA MASSA ...III-1 BAB IV NERACA ENERGI ... IV-1 BAB V SPESIFIKASI PERALATAN ... V-1 BAB VI INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA ... VI-1
6.1 Instrumentasi ... VI-1
6.2 Keselamatan Kerja Pabrik ... VI-8
BAB VII UTILITAS... VII-1
7.1 Kebutuhan Uap (Steam) ... VII-1
7.2 Kebutuhan Air ... VII-2
7.4 Unit Pengolahan Limbah ... VII-13
7.6 Spesifikasi Peralatan Utilitas... VII-17
BAB VIII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK ... VIII-1
8.1 Lokasi Pabrik... VIII-1
8.2 Tata Letak Pabrik ... VIII-6
8.3 Perincian luas tanah ... VIII-7
BAB IX ORGANISASI DAN MANAJEMEN PERUSAHAAN ... IX-1
9.1 Organisasi Perusahaan ... IX-1
9.1.1 Bentuk Organisasi Garis... IX-2
9.1.2 Bentuk Organisasi Fungsionil ... IX-2
9.1.3 Bentuk Organisasi Garis dan Staf ... IX-3
9.1.4 Bentuk Organisasi Fungsionil dan staf ... IX-3
9.2 Manajemen Perusahaan ... IX-3
9.3 Bentuk Hukum Badan Usaha ... IX-4
9.4 Uraian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab ... IX-6
9.5 Sistem Kerja ... IX-8
9.6 Jumlah Karyawan dan Tingkat Pendidikan ... IX-9
9.7 Sistem Penggajian ... IX-11
9.8 Fasilitas Tenaga Kerja ... IX-12
BAB X ANALISA EKONOMI ... X-1
10.1 Modal Investasi ... X-1
10.2 Biaya Produksi Total (BPT)/Total Cost (TC) ... X-4
10.3 Total Penjualan (Total Sales) ... X-5
10.4 Bonus Perusahaan ... X-5
10.5 Perkiraan Rugi/Laba Usaha ... X-5
10.6 Analisa Aspek Ekonomi ... X-5
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1.1 Impor Kalsium Magnesium Asetat Indonesia ... I-2
Tabel 3.1 Neraca Massa pada Tangki Pencampur I (M – 101) ...III-1
Tabel 3.2 Neraca Massa pada Reaktor ( R – 201) ...III-1
Tabel 3.3 Neraca Massa pada Filter Press (FP – 101) ...III-2
Tabel 3.4 Neraca Massa pada Tangki Netralisasi (TT – 201)...III-2
Tabel 3.5 Neraca Massa pada Evaporator 1 (FE-201) ...III-2
Tabel 3.6 Neraca Massa pada Crystallizer(CR-201) ...III-3
Tabel 3.7 Neraca Massa pada Drum drier(DE-201) ...III-3
Tabel 3.8 Neraca Massa pada Furnace (B – 101) ...III-3
Tabel 4.1 Neraca Energi pada Furnace (B–101) ... IV-1
Tabel 4.2 Neraca Energi pada Waste heat boiler (E–101) ... IV-1
Tabel 4.3 Neraca Energi pada Heater 1(E-101) ... IV-1
Tabel 4.4 Neraca Energi pada Reaktor 1(R-201) ... IV-2
Tabel 4.5 Neraca Energi pada Evaporator 1 (FE-201) ... IV-2
Tabel 4.6 Neraca Energi pada Cooler (E–201) ... IV-2
Tabel 4.7 Neraca Energi pada Crystallizer (CR–201) ... IV-2
Tabel 4.8 Neraca Energi pada Drum drier (DE–201) ... IV-3
Tabel 6.1 Daftar Instrumentasi pada Pra Rancangan Pabrik Pembuatan
Kalsium Asetat dan Magnesium Asetat ... VI-4
Tabel 7.1 Kebutuhan Uap pada Alat ... VII-1
Tabel 7.2 Kebutuhan Air Pendingin pada Alat ... VII-2
Tabel 7.3 Kebutuhan Air Umpan Boiler ... VII-3
Tabel 7.4 Pemakaian Air Untuk Berbagai Kebutuhan ... VII-4
Tabel 7.5 Kualitas Air Sungai Lau Gunung, Dairi ... VII-5
Tabel 7.6 Perincian Kebutuhan Listrik ... VII-12
Tabel 8.1 Perincian Luas Tanah ... VIII-7
Tabel 9.1 Jadwal Kerja Karyawan Shift ... IX-9
Tabel 9.2 Jumlah Karyawan dan Kualifikasinya... IX-10
Tabel LB.1 Kapasitas Panas Bahan ... LB-1
Tabel LB.2 Nilai Konstanta a,b,c dan d untuk perhitungan Cp fasa cair ... LB-3
Tabel LB.3 Nilai Konstanta a,b,c dan d untuk perhitungan Cp fasa cair ... LB-2
Tabel LB.4 Neraca Panas Total Furnace ... LB-5
Tabel LB.5 Neraca Panas Total Waste Heat Boiler ... LB-7
Tabel LB.6 Neraca Panas Total Heater ... LB-9
Tabel LB.7 Neraca Panas Total Reaktor...LB-13
Tabel LB.8 Neraca Panas Total Evaporator 1 ...LB-17
Tabel LB.9 Neraca Panas Total Cooler ...LB-19
Tabel LB.10 Neraca Panas Total Crystallizer ...LB-22
Tabel LB.11 Neraca Panas Total Drum drier ...LB-25
Tabel LC.1 Data pada Alur 1 ... LC-1
Tabel LC.2 Data pada Alur 5 ... LC-4
Tabel LC.7 Komposisi Gas pada Knock-out Drum (KO-101) ...LC-17
Tabel LD.1 Perhitungan Entalpi dalam Penentuan Tinggi Menara Pendingin LD-31
Tabel LE.1 Perincian Harga Bangunan, dan Sarana Lainnya ... LE-1
Tabel LE.2 Harga Indeks Marshall dan Swift ... LE-3
Tabel LE.3 Estimasi Harga Peralatan Proses ... LE-6
Tabel LE.4 Estimasi Harga Peralatan Utilitas dan Pengolahan Limbah ... LE-7
Tabel LE.5 Biaya Sarana Transportasi ... LE-11
Tabel LE.6 Perincian Gaji Pegawai ... LE-14
Tabel LE.7 Perincian Biaya Kas ... LE-15
Tabel LE.8 Perincian Modal Kerja... LE-16
Tabel LE.9 Aturan Depresiasi Sesuai UU Republik Indonesia
No.17 Tahun 2000 ... LE-18
Tabel LE.10 Perhitungan Biaya Depresiasi Sesuai UU RI
No. 17 Tahun 2000 ... LE-18
Tabel LE.11 Data Perhitungan BEP ... LE-27
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 6.1 Instrumentasi Tangki Cairan ... VI-5
Gambar 6.2 Instrumentasi Pompa ... VI-5
Gambar 6.3 Instrumentasi Heater dan cooler ... VI-5
Gambar 6.4 Instrumentasi Reaktor ... VI-6
Gambar 6.5 Instrumentasi Furnace ... VI-6
Gambar 6.6 Instrumentasi Waste Heat Boiler ... VI-6
Gambar 6.7 Instrumentasi Tangki Netralisasi ... VI-7
Gambar 6.8 Instrumentasi Crystallizer dan drier ... VI-7
Gambar 6.9 Instrumentasi Filter Press ... VI-7
Gambar 6.10 Instrumentasi Evaporator ... VI-8
Gambar 7.1 Diagram Alir Pengolahan Air Pra Rancangan Pabrik
Pembuatan Kalsium Asetat dan Magnesium Asetat...VII-27
Gambar 8.1 Tata Letak Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Pabrik ... VIII-9
Gambar 9.1 Bagan Struktur Organisasi Perusahaan Pra Rancangan
Pabrik Pembuatan Kalsium Asetat dan Magnesium Asetat ... IX-13
Gambar LD.1 Sketsa Sebagian Bar Screen ... LD-2
Gambar LD.2 Grafik Entalpi dan Temperatur Cairan pada Cooling Tower .... LD-30
Gambar LD.3 Kurva Hy terhadap 1/(Hy*– Hy) ... LD-31
Gambar LE.1 Harga Peralatan untuk Tangki Penyimpanan (Storage) ... LE-5
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
LAMPIRAN A PERHITUNGAN NERACA MASSA ... LA-1
LAMPIRAN B PERHITUNGAN NERACA PANAS ... LB-1
LAMPIRAN C PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN ... LC-1
LAMPIRAN D PERHITUNGAN SPESIFIKASI ALAT UTILITAS ... LD-1
INTISARI
Gliserol dapat diperoleh melalui reaksi hidrolisis-hidrogenasi pati jagung
dimana produksi yang dihasilkan banyak digunakan pada industry kosmetik
(lotions), shampoo, kondisioner, sabun dan deterjen. Pabrik pembuatan Gliserol ini
direncanakan berproduksi dengan kapasitas 4.500 ton/tahun dengan masa kerja 330
hari dalam satu tahun. Lokasi pabrik direncanakan di daerah Kuta Gambir,
Kabupaten Dairi, Sumatera Utara dengan luas areal 6.000 m2. Tenaga kerja yang
dibutuhkan 150 orang dengan bentuk badan usaha Perseroan Terbatas (PT) yang
dipimpin oleh seorang General Manager dengan struktur organisasi sistem garis dan
staf.
Hasil analisa ekonomi pabrik pembuatan stirena ini adalah sebagai berikut:
Modal Investasi : Rp 109.106.559.309
Biaya Produksi : Rp 84.537.394.146
Hasil Penjualan : Rp 134.999.995.680
Laba Bersih : Rp 35.517.940.179
Profit Margin : 37,57 %
Break Event Point : 39,1 %
Return of Investment : 32,55 %
Pay Out Time : 3,07 tahun
Return on Network : 54,26 %
Internal Rate of Return : 45,77
%
Dari hasil analisa ekonomi dapat disimpulkan bahwa Pabrik
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia, dimana sedang
giat melaksanakan pembangunan nasional di berbagai bidang mengingat besarnya
potensi sumber daya alam yang dimiliki.Memasuki era globalisasi dan perdagangan
bebas, Indonesia perlu meningkatkan pembangunan untuk menghindari ketinggalan
dari negara-negara lain di dunia. Terlebih dalam rangka mencapai tujuan nasional,
yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur, pembangunan yang merata di
berbagai sektor kehidupan perlu ditingkatkan demi kemajuan bangsa dan Negara.
Tumbuhan jagung banyak terdapat di Indonesia dengan kandungan pati yang
cukup besar didalamnya. Tanaman Jagung (Zea Mays L) adalah tanaman yang banyak dibudidayakan di Indonesia dan merupakan tanaman pokok kedua setelah padi. Namun demikian seiring berjalannya waktu, perkembangan industri makanan,farmasi, dan kimia begitu pesat dimana jagung (pati) tidak hanya berfungsi sebagai salah satu sumber bahan makanan pokok, tetapi juga mampu menjadi bahan baku dalam industri kimia
khususnya pada pembuatan gliserol.
Istilah gliserol digunakan untuk zat kimia yang murni, sedang gliserin
digunakan untuk istilah hasil pemurnian secara komersial (Kirk Othmer, 1966). Pada
penganekaragaman industri kimia khususnya, gliserol adalah salah satu bahan yang
penting dimana dibutuhkan pada berbagai industri, misalnya: obat-obatan, bahan
makanan, kosmetik, pasta gigi, industri kimia, larutan anti beku, dan tinta printer.
Jika dilihat dari banyaknya kebutuhan gliserol di Indonesia, maka untuk mencukupi
kebutuhan bahan gliserol di Indonesia masih didatangkan dari luar negeri.
Berdasarkan Tabel 1.1 data impor statistik dari tahun 2004 – 2008, kebutuhan
Tabel 1.1 Kebutuhan Gliserol di Indonesia
Tahun Kebutuhan Gliserol
(dalam kg) Nilai (US$)
2004
2005
2006
2007
2008
358.972
1.290.587
1.322.051
715.368
2.308.873
292.459
900.619
985.592
739.963
2.982.878
Sehubungan dengan hal tersebut sangat tepat jika pemerintah mengambil
kebijaksanaan yang pada hakekatnya bertujuan untuk mengurangi ketergantungan
terhadap negara lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat yaitu dengan
membangun industri-industri yang dapat mengganti peranan bahan impor.
Disamping itu dengan didirikannya pabrik ini akan membuat kesempatan terciptanya
lapangan kerja baru dan juga dengan adanya pabrik ini akan mendorong berdirinya
pabrik-pabrik lain yang menggunakan bahan dasar gliserol di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Kebutuhan akan gliserol di Indonesia sangatlah besar, hal ini dapat dilihat
dari pertumbuhan industri-industri farmasi, makanan, dan kosmetik. Untuk
mengurangi jumlah impor gliserol sehingga dapat menghemat devisa negara maka
perlu didirikan pabrik pembuatan gliserol.mengingat indonesia sebagai pemasok
bahan baku khususnya jagung (pati) dalam negeri.
1.3 Tujuan Prarancangan Pabrik
Prarancangan pabrik pembuatan gliserol ini bertujuan untuk menerapkan
disiplin ilmu Teknik Kimia khususnya di bidang perencanaan pabrik kimia, proses
industri kimia dan operasi teknik kimia, sehingga akan diperoleh gambaran
1.4 Manfaat Prarancangan Pabrik
Manfaat prarancangan pabrik gliserol adalah untuk memperkirakan pendirian
suatu pabrik baru atau menyempurnakan proses dari pabrik yang sudah ada untuk
tujuan pengembangan, dimana untuk mendirikan suatu pabrik baru dibutuhkan
analisa-analisa baik dari segi proses, peralatan, keselamatan kerja, tata letak, dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gliserol
Gliserol atau sering disebut juga gliserin adalah senyawa murni, merupakan
larutan kental tidak berwarna dan mempunyai rasa yang manis. Senyawa ini pertama
kali ditemukan oleh Scheele pada tahun 1779 melalui pemanasan campuran minyak
zaitun dan litharge yang kemudian diekstraksi dengan air (Kirk dan Othmer, 1971).
Gliserol juga merupakan suatu senyawa yang mempunyai gugus hidroksil
lebih dari dua atau merupakan tiga senyawa alkohol yang saling berkaitan (tribasic
alcohol) dengan nama 1,2,3-propanatriol.
Istilah gliserol hanya digunakan untuk senyawa murni 1, 2, 3, - propanatriol,
(CH2OHCHOHCH2OH). Istilah gliserin digunakan untuk produk komersial yang
dimurnikan. Biasanya mengandung 95 % atau lebih gliserol. Berbagai tingkatan
gliserol tersedia secara komersial (McGraw Hill Encyclopedia, 1977). Hal tersebut
agak membedakan kandungan gliserol dalam berbagai karakteristik seperti warna,
bau, dan logam pengotor. Akhiran –ol pada gliserol mengandung arti keberadaan
gugus hidroksid. Pengucapan gliserin adalah jarang karena akhiran ini secara kimia
menandakan basa dan tidak dipakai pada gliserol. Kedua istilah ini digunakan tanpa
perbedaan dalam penggunaan secara komersil.
Gliserol terikat pada asam lemak yang merupakan komponen penyusunan
lemak/minyak. Gliserol mempunyai rumus molekul sebagai berikut (Kirk dan
Othmer,1971) :
CH2 CH CH2
OH OH OH
Gambar 2.1 Rumus molekul Gliserol
Jika direaksikan dengan air dan alkohol, maka akan menyebabkan rasa dingin
pada kulit, sehingga banyak digunakan pada industri kosmetik (lotions), shampo,
kondisioner, sabun dan deterjen, pada penyamakan kulit serta industri tekstil
(pelapisan anti air dan anti api) (Bailey, 1991), Karena merupakan senyawa
higroskopis, maka digunakan untuk mencegah kekeringan pada tembakau,
pembuatan alkyl resins (digunakan pada plitur dan cat), farmasi (campuran pada obat
batuk, anastesi serta pasta gigi), bahan tambahan pada cat kuku, pembersih wajah,
serta nutrisi fermentasi. Dalam makanan, gliserol ditambahkan pada pembuatan
permen dan es krim untuk mencegah kristalisasi (McGraw Hill Encyclopedia, 1977).
Gliserol terdapat dalam bentuk kombinasi dalam lemak hewan dan minyak
tumbuh-tumbuhan. Sangat jarang ditemukan dalam keadaan bebas pada lemak.
Gliserol terdapat dalam minyak dan lemak, berkombinasi dengan asam palmitat,
asam stearat, dan asam oleat dalam bentuk gliseril ester dari asam-asam ini
(tripalmitin, tri stearin, tri olein). Gliserol juga berkombinasi dengan gliserida
berbagai asam lemak pada minyak seperti minyak kelapa, minyak sawit, minyak biji
kapas, minyak kacang kedelai, dan minyak zaitun yang menghasilkan sejumlah besar
gliserol daripada yang didapatkan pada lemak seperti lemak babi. Dalam beberapa
jenis lemak dan minyak, gliserol berkombinasi parsial dengan asam-asam lainnya
misalnya dalam mentega dimana 5% dari total lemak adalah gliserol-tributirat atau
tributirin. Gliserol juga terdapat dalam kuning telur dan otak manusia dalam bentuk
asam fosfo-gliserat. Penelitian Pasteur juga telah menemukan keberadaan gliserol
sebagai komponen tetap diantara produk-produk fermentasi.
Gliserol juga terjadi secara alami seperti trigliserida pada seluruh sel hewan
dan tumbuhan dalam bentuk lipida seperti lesitin dan sepalin. Lemak kompleks ini
berbeda dari lemak biasa dimana selalu mengandung sisa asam fosfat di tempat sisa
suatu asam lemak (McGraw Hill Encyclopedia, 1977).
2.2 Pati Jagung
Pati jagung terbuat dari endosperma jagung yang mengandung pati
amilopektin amylose dan molekul. Dalam bahasa sehari-hari (bahkan kadang-kadang
di khazanah ilmiah), istilah "pati" kerap dicampuradukkan dengan
Pati merupakan komponen utama pangan yang dihasilkan oleh tanaman. Pati
merupakan campuran dua jenis polisakarida yang berbeda yaitu:
a. Amilosa
Amilosa adalah polimer linear yang terhubung 1,4 pendek rantai glukosa.
bergabung dalam rantai lurus. Pada pati (tepung) jagung amilosa fraksi adalah sekitar
25-30% dan memiliki berat molekul sekitar 250.000.
b. Amilopektin
Amilopektin terdiri dari sekitar 70-75% dari pati jagung ditemukan di kernel
dan memiliki berat molekul sekitar 50-500 juta. Amilopektin adalah polimer
bercabang mengulang dasar 1,4 unit glukosa dihubungkan dengan cabang-cabang
yang terhubung 1,6 glukosa. Terjadi percabangan tidak teratur dalam pati, kira-kira
satu per lima unit glukosa.
Skema dari struktur kedua senyawa tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut.
(1->4)-alpha-D-glucopyranan
OH
OH OH
OH OH
OH OH
O
O
O O O
O O
O O
O O
OH OH
OH OH
OH OH
OH
CH2OH CH2OH CH2OH CH2OH CH2OH CH2OH
amilosa
OH OH
OH
OH OH
CH2OH CH2OH
CH2OH
CH2OH CH2OH
O O
O O O O
O
O O O O
O CH2
OH
OH OH OH
OH
amilopektin (www.chemsoc.org)
Gambar 1.1 Struktur molekul amilosa dan amilopektin.
Percobaan mikroskopik memperlihatkan bahwa pati beberapa sel tanaman
terlihat berupa granula-granula kecil (Kimia Pangan 311). Lapisan terluar tiap-tiap
granula terdiri atas molekul-molekul pati yang rapat berhimpitan pada air dingin. Pati
dari sumber-sumber tanaman yang berbeda dicirikan dengan bentuk granula dan
Gambar 1.2 Tipe granula pati jagung
2.3 Sifat-sifat Bahan
2.3.1 Gliserol ( C3H5(OH)3 )
A. Sifat Fisika
- Rumus Molekul : CH2OH
CHOH
CH2OH
- Nama Lain : 1,2,3-Propanatriol
1,2,3-Trihidroksipropana
Gliserin
Gliseritol
Glycyl Alcohol
- Berat Molekul : 92,095 g/mol
- Titik Didih : 290 0C
- Titik Leleh : 18 0C
- Temperatur Kritis : 451,85oC
- Tekanan Kritis : 65,82778 atm
- Specific Gravity (250C) : 1,262 - Densitas : 1,261 g/cm3
- Viskositas : 1,5 Pa.s
- Panas Jenis : 0,497 kal/goC
- Energi : 4,32 kkal/g
- Flash Point : 160oC
- Kemurnian : 99%
- Impur itas : Air 1%
B. Sifat Kimia
- Gliserol dapat bereaksi dengan phosporus pentachloride membentuk gliseril
triklorida CH2Cl-CHCl-CH2Cl
- Gliserol dapat bereaksi dengan asam membentuk ester
contohnya : gliserol monoasetat CH2OH-CHOH-CH2OOCCH3, gliserol
triasetat, triasetin, gliceril trinitrat (nitroglycerine) CH2ONO2-CHONO2
-CH2ONO2, dll
- Gliserol dapat bereaksi dengan oxidator
contohnya : dilute nitric acid membentuk glyceric acid CH2
OH-CHOH-COOH, tartronic acid COOH-CHOH-COOH.
- Gliserol dapat bereaksi dengan sodium hydrogen sulfate atau phosphorous
pentoxide dipanaskan, membentuk akrolein CH2=CHCHO.
- Gliserol dapat bereaksi dengan fosfor ditambahkan dengan iodin membentuk
allil iodida, CH2=CHCH2I, dimana dengan HI menghasilkan propilen
CH2=CHCH3, dan kemudian iso propil iodida CH3CHICH3
- Gliserol dapat bereaksi dengan Natrium atau NaOH membentuk alkoholates.
(Sumber : Mc Graw Hill Encyclopedia, 1977)
2.3.2 Pati Jagung ( cornstarch ) A. Sifat Fisika
- Berbentuk granula – granula kecil. Lapisan terluar tiap-tiap granula terdiri
atas molekul-molekul pati yang rapat berhimpitan pada air dingin (Kimia
Pangan 311)
- Sebagai polimer panjang struktural terdiri dari dua kelas: amilosa yang
memberikan sifat keras (pera) dan amilopektin yang menyebabkan sifat
lengket.
- Berpotensi sebagai pengental maupun penstabil
- Sebagai
bubuk putih, tawar dan tidak berbau.
- Menyimpan kelebihan
panjang.
B. Sifat Kimia
- Pati jagung mengalami gelation, gelatinization dan retrogradation pada
pemanasan, pendinginan dan penyimpanan
- Bila dipanaskan dalam air itu membentuk viskos, buram pasta.
- Hidrolisis pati terjadi disebabkan oleh pengaruh asam atau suatu enzim. Jika
pati dipanaskan dengan penambahan asam akan terpecah sempurna menjadi
molekul- molekul yang lebih kecil, menghasilkan produk akhir glukosa.
Dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
(C6H10O5)n + nH2O → nC6H12O6
Pati Air Glukosa
2.3.3 Air (H2O)
A. Sifat Fisika
- Rumus Molekul : H – O – H
- Berat Molekul : 18, 0153 g/mol
- Titik Didih : 100 0C
- Titik Beku : 0 0C
- Temperatur Kritis : 374,15 0C
- Tekanan Kritis : 218,3074 atm
- Densitas : 0,998 g/cm3(cair, 20oC)
0,92 g/cm3(padatan)
- Panas Jenis : 0,9995 kal/g 0C
- Kenampakan : Cairan jernih
- Kemurnian : 100%
(ChemCad 5.7)
B. Sifat – sifat Kimia :
- Merupakan zat cair polar dan pelarut yang baik untuk berbagai senyawa
polar, tetapi partikel – partikelnya dapat berdisosiasi membentuk ion.
- Dapat menyebabkan korosi pada logam besi.
- Terbentuk dari reaksi H2 dan O2.
- Pada fasa cair, setiap molekul terikat satu sama lain oleh ikatan hidrogen.
- Bersifat volatil dan mudah di uapkan maupun diembunkan
- Banyak dihasilkan dari sisa pembakaran bahan bahan organik
CnH2n+2 + 2nO2 nCO2 + 2nH2O
- Merupakan elektrolit lemah, dapat terionisasi membentuk H3O+ dan OH-.
2 H2O H3O+ + OH
-- Bukan merupakan zat pengoksidasi yang kuat, namun dapat mengoksidasi.
3 Fe + 4H2O Fe3O4 + 4 H2
- Reaksi hidrolisis antara minyak dan air akan menghasilkan asam lemak dan
gliserol, menurut reaksi:
C3H5(COOR)3 + H2O C3H5(OH)3 + 3HOOCR
2.3.4 Hidrogen ( H2 )
A. Sifat Fisika
- Berat molekul : 2,016 gr/mol
- Titik didih (1 atm) : - 252, 8 0C
- Titik lebur : -252,9 oC
- Densitas gas (1 atm, 0 0C) : 0,08987 gr/liter
- Spesifik gravity : 0,0695
- Viskositas (25 0C) : 0,000444 kal/cm.cm2.det.0C
- Potensial ionisasi : 13,54 volt
- Panas penguapan(-252,8 0C) : 107 kal/gr.0C
- Kapasitas panas (25 0C) : 3,42 kal/gr.0C
- Temperatur kritis : - 240 0C
- Tekanan kritis : 12 atm
- Densitas kritis : 0,0301 gr/cm3
B. Sifat Kimia
- Reaksi dengan oksigen akan menghasilkan air
- Hidrogen sangat rektif terhadap senyawa halogen, reaksi dengan fluorin
membentuk senyawa HF
- Hidrogen bereaksi pada temperature tertentu dengan sejumlah logam, seperti
dengan -lithium membentuk senyawa LiH
- Hidrogen asetaldehid menghasilkan etil alcohol
2.3.5 Cobalt pada silica – alumina
Katalis jenis ini merupakan katalis yang menggunakan logam cobalt (Co)
sebagai primary dimana sebagai suportnya (pembawa) menggunakan silica -
alumina. Dispersinya katalis logam (Co) pada supportnya (silica alumina) menambah
daya guna katalis tersebut dimana bila dikombinasikan memberi bifunctional, yaitu
bersifat asam yang dipengaruhi dari luas permukaan substrat (support) sebesar 180 –
800 m2/g dan fungsi hydrogenating yang berasal dari logam yang terdapat dari
golongan VIII unsur periodic seperti besi, kobalt, nikel, ruthenium, rhodium,
palladium, osmium, iridium, dan platinum atau kombinasi dengan golongan VI unsur
periodik seperti molybdenum dan tungsten. Keseimbangan 2 fungsi ini menaikkan
aktifitas dan keefektivitas katalis. Sehingga katalis ini dapat digunakan pada suhu
reaksi yang tinggi (390 0C – 400 0C) dengan laju aliran volumetric umpan rendah
sebesar ≥ 2. ( US, Patent NO 6773657 B2, may 2004) Pada umumnya kandungan
cobalt pada katalis yang diinginkan sebesar 15-35 % wt. Adapun metoda pembuatan
katalis ini dengan cara memecahkan (extruding) material support dengan material
logam katalis secara bersamaan, atau dengan cara mengendapkan materal katalis
logam ke dalam support. Adapun bentuk fisik katalis support dapat berupa powder
(bubuk), partikel, pellets, monoliths, honeycombs, packed beds, foams, dan aerosol
dan katalis logamnya dapat berupa satu atau kombinasi dengan logam lainnya,
campuran precursor pada logam, promoter, dan campuran precursor dengan
2.4 Deskripsi Proses
Gliserol dapat diperoleh dengan berbagai cara yaitu :
1. Pembuatan gliserol dari bahan baku lemak dan minyak dengan proses hidrolisa,
alkoholisis, dan saponifikasi
2. Proses hidrolisa ephichlorohydrin dengan larutan natrium hidoksida (NaOH) dan
larutan natrium karbonat (NaCO3)
3. Proses hidrolisa – hidrogenasi pati jagung (cornstarch) dengan katalis Cobalt pada
Silica alumina
2.4.1 Pembuatan Gliserol dari reaksi hidrolisa lemak dan minyak
Pada umumnya gliserol dibuat dari hidrolisa lemak dan minyak. Gliserol dan
asam lemak adalah senyawa organik yang merupakan penyusun lemak dan minyak,
baik nabati maupun hewani. Untuk mengkonversi atau mengubah lemak atau minyak
menjadi gliserol dapat dilakukan dengan hidrolisa pada tekanan tinggi. Proses
hidrolisa biasanya dijaga pada suhu 250-260 0C dan tekanan 54-56 bar. Gliserol yang
dihasilkan sekitar 90 % dari jumlah minyak sawit yang dikonsumsi dengan kadar
sekitar 12 % (Ritonga, 1994).
Dalam hal ini proses hidrolisa yang terjadi adalah :
CH2-COOR CH2-OH
CH-COOR + 3 H2O CH-OH + 3 RCOOH
CH2-COOR CH2OH
Trigliserida Air Gliserol Asam lemak
Adapun kerugian dari proses ini antara lain :
1. Temperatur reaksi tinggi (250-260 oC)
2. Tekanan 54-56 bar (53,3-55,3 atm)
3. Gliserol yang dihasilkan sekitar 90 % dari jumlah minyak sawit yang dikonsumsi
4. Kadar gliserol yang dihasilkan sebesar 12 %
Adapun keuntungan dari proses ini antara lain :
1. Dapat menggunakan atau tanpa katalis
2.4.2 Pembuatan Gliserol dari proses hidrolisa Ephichlorohydrin dengan larutan
natrium hidroksida (NaOH)
Bahan baku yang digunakan pada proses ini adalah ephichlorohydrin. Dalam
proses ini ephichlorohydrin dihidrolisa dengan larutan Natrium Hidroksida (NaOH)
pada tekanan 1 atm dan suhu 80 0C – 200 0C (www. solvaychemical.us, 2003)
Persamaan reaksi yang terjadi sebagai berikut :
CH2 – CH – CH2CL + NaOH + H2O CH2 – CH – CH2 + NaCl
OH OH OH OH
Ephichlorohydrin Gliserol
Adapun kerugian dari proses ini antara lain :
- pH-nya sangat tinggi
- NaOH harus diencerkan sebelum direaksikan
Adapun keuntungan dari proses ini antara lain :
- Penguraian dari Ephichlorohydrin dan 3-Chloro 1,2-propanadiol lambat
- Prosesnya lebih sederhana
- Konversi reaksi sebesar 98 %
2.4.3 Proses hidrolisis – hidrogenasi pati (cornstarch) dengan katalis Cobalt pada
Silica alumina
Proses hidrolisa – hidrogenasi pati menjadi gliserol dilakukan dengan proses
multi-stage. Proses multi-stage dipakai untuk mengubah pati secara katalis, dimana
hidrogen dan air sebagai cairan pembawa dilewatkan dari bawah bersama pati ke
dalam reaktor pertama (zona reaksi pertama), reaksi yang terjadi merupakan reaksi
hidrolisis-hidrogenasi. Kemudian produk cair yang berasal dari reaktor pertama di
umpankan ke reaktor kedua (zona reaksi kedua), reaksi yang terjadi merupakan
reaksi hidrogenasi. Dimana pada tahap terakhir diperoleh gliserol dengan konversi
98%. Proses ini dilakukan pada temperatur dan tekanan tinggi.
Proses ini memiliki beberapa keuntungan antara lain bahan baku yang mudah
diperoleh dan berkesinambungan, konversi dan efisiensi umpan yang tinggi, efek
tugas akhir ini dipilih proses pembuatan gliserol dari pati jagung melalui reaksi
hidrolisis-hidrogenasi.
2.5 Deskripsi Proses
Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan gliserol melalui reaksi
hidrolisis – hidrogenasi ini adalah pati jagung (cornstarch). Sebelum diumpankan ke
dalam reactor pati jagung harus dihidrolisa dengan air terlebih dahulu di dalam tanki
mixer pada untuk menghasilkan glukosa. Air digunakan karena air
.kemudian glukosa yang terbentuk bersama dengan hidrogen diumpankan kedalam
reactor jenis fluidized bed reactor (FBR) pada temperatur 145 0C – 176 0C dan
tekanan parsial hidrogen sebesar 102 atm – 170 atm untuk menghasilkan gliserol.
Reaksi ini berlangsung dalam fasa gas – cair dengan bantuan katalis Cobalt pada
Silica-alumina (us Patent 3,471,580, Oktober 1969). Di dalam reactor terjadi reaksi :
( C6H10O5 )n + n H2O → n C6H12O6
Pati Air Glukosa
n C6H12O6 + n H2 → n C6H14O6
Glukosa Sorbitol
n C6H14O6 + H2 → n C3H5(OH)3 Sorbitol Gliserol
Sehingga reaksi pembentukan gliserol secara keseluruhan dengan menganggap
(n = 1) sebagai berikut : :
C6H10O5 + H2O + H2 → C3H5(OH)3 Pati Gliserol
Gambar 2. Skema reaksi hidrolisis-hidrogenasi pati jagung menjadi gliserol
Reaksi yang terjadi merupakan reaksi eksotermis. Untuk menjaga agar suhu
dalam reactor tetap, maka dilakukan pengontrolan suhu dengan menggunakan jaket
Hasil yang diperoleh adalah gliserol, pati jagung, air, sorbitol, dan hydrogen
berlebih. Untuk memisahkan gas hydrogen dari campuran digunakan separator gas –
liquid pada temperatur 90 0C yang selanjutnya hydrogen tersebut dipanaskan untuk
dapat digunakan kembali.
Campuran gliserol, glukosa, air, dan sorbitol dimurnikan dalam Knock-Out
drum (KO-drum). Pada produk atas diperoleh glukosa, air dan sorbitol yang
selanjutnya dapat digunakan kembali dan diumpankan kembali dalam tanki
penyimpanan.
Gliserol yang diperoleh sebagai produk utama selanjutnya didinginkan
BAB III
NERACA MASSA
Hasil perhitungan neraca massa pada proses pembuatan gliserol dengan
kapasitas produksi 4.500 ton/tahun diuraikan sebagai berikut :
Basis perhitungan : 1 jam operasi
Satuan operasi : kg/jam
3.1 Mixer
Tabel 3.1 Neraca massa Mixer (M-101)
Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 1 Alur 2 Alur 3
(C6H10O5)n 528,5 - 528,5
H2O - 1585,5 1585,5
Total 2114 2114
3.2 Reaktor Hidrolisis – Hidrogenasi ( R-201)
Tabel 3.2 Neraca massa Reaktor Hidrolisis – Hidrogenasi ( R-201)
Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 4 Alur 9 Alur 10
(C6H10O5)n 528,5 - -
C3H8O3 - - 480,2173
C6H14O6 - - 118,7494
H2O 1585,5 - 1526,7778
H2 - 158,423 146,6785
3.3 Reaktor Hidrogenasi (R-202)
Tabel 3.3 Neraca massa Reaktor Hidrogenasi (R-202)
Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 11 Alur 12
C3H8O3 480,2173 588,2663
C6H14O6 118,7494 11,8749
H2O 1526,7778 1526,7778
H2 146,6785 145,5040
Total 2272,4230 2272,4230
3.4 Separator Gas-liquid (S-301)
Tabel 3.4 Neraca massa Separator Gas-liquid (S-301)
Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 13 Alur 14 Alur 15
C3H8O3 588,2663 - 588,2663
C6H14O6 11,8749 - 11,8749
H2O 1526,7778 - 1526,7778
H2 145,5040 145,5040 -
Total 2272,4230 2272,4230
3.5 Flash Drum ( D-303)
Tabel 3.5 Neraca massa Flash - Drum ( D-303)
Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 16 Alur 17 Alur 18
C3H8O3 588,2663 20,0844 568,1818
C6H14O6 11,8749 - 11,8749
H2O 1526,7778 1519,9550 7,9972
BAB IV
NERACA PANAS
Basis perhitungan : 1 jam operasi
Satuan operasi : kJ/jam
Temperatur basis : 25 0C
4.1 Heater – 01 (E-105)
Tabel 4.1 Neraca panas Heater - 01 (E-105)
Alur masuk (kJ/jam) Alur Keluar (kJ/jam)
Umpan 168420,0316 -
Produk - 1020463,6619
Steam 852.043,6303 -
Total 1020463,6619 1020463,6619
4.2 Heater – 02 (E-107)
Tabel 4.2 Neraca panas Heater - 02 (E-107)
Alur masuk (kJ/jam) Alur Keluar (kJ/jam)
Umpan 17036,7482 -
Produk - 64938,2231
Steam 47901,4749 -
Total 64938,2231 64938,2231
4.3 Reaktor Hidrolisis – Hidrogenasi (R-201)
Tabel 4.3 Neraca panas Reaktor Hirolisis – Hidrogenasi (R-201)
Alur masuk (kJ/jam) Alur keluar (kJ/jam)
Umpan 1085401,8850 -
Produk - 1146458,9230
r.∆Hr 69112,1406 -
Air pendingin - 8055,1026
4.4 Heater – 03 (E-203)
Tabel 4.4 Neraca panas Heater – 03 (E-203)
Alur masuk (kJ/jam) Alur Keluar (kJ/jam)
Umpan 1146458,9233 -
Produk - 1450442,3284
Steam 303983,4047 -
Total 1450442,3280 1450442,3280
4.5 Reaktor Hidrogenasi (R-202)
Tabel 4.5 Neraca panas Reaktor Hidrogenasi (R-202)
Alur masuk (kJ/jam) Alur keluar (kJ/jam)
Umpan 1450442,3280 -
Produk - 1449813,7391
r.∆Hr 3640,7778 -
Air pendingin - 4270,4667
Total 1454082,2058 1454082,2058
4.6 Cooler I (E-204)
Tabel 4.6 Neraca panas Cooler I (E-204)
Alur masuk (kJ/jam) Alur keluar (kJ/jam)
Umpan 1449813,7391 -
Produk - 1380758,3093
Air pendingin - 69055,3498
4.7 Cooler II (E-305)
Tabel 4.7 Neraca panas Cooler II (E-305)
Alur masuk (kJ/jam) Alur keluar (kJ/jam)
Umpan 271949,4889 -
Produk - 116029,6578
Air pendingin - 155919,8311
Total 271949,4889 281949,4989
4.8 Condensor (E-308)
Tabel 4.8 Neraca panas Condensor (E-308)
Alur masuk (kJ/jam) Alur keluar (kJ/jam)
Umpan 177054,5057 -
Produk - 4586,0009
Air pendingin - 172468,5048
[image:31.595.111.529.295.404.2]BAB V
SPESIFIKASI PERALATAN
5.1 Gudang Penyimpanan Pati Jagung (G-101)
Fungsi : tempat penyimpanan pati untuk kebutuhan 30 hari
Bentuk : prisma segiempat beraturan
Bahan konstruksi : dinding beton dan atap dari seng
Kapasitas pati : 528,5 kg/jam
Kapasitas gudang : 528,5 kg/jam x 24 jam/hari x 30 hari = 380.520 kg
Jumlah : 1 unit
Kondisi penyimpanan :
• Temperatur : 30 0C • Tekanan : 1 atm Kondisi fisik :
• Lebar gudang : 14,3 m • Tinggi gudang : 4 m • Panjang gudang : 22,8 m
5.2 Tangki Penyimpanan Hidrogen (T-108)
Fungsi : tempat menyimpan hidrogen untuk kebutuhan 7 hari
Bentuk : silinder horizontal dengan tutup ellipsoidal
Bahan konstruksi : Casting Stell SA-336, Grade F25
Jumlah : 3 unit
Kapasitas : 127,242 m3
Kondisi penyimpanan :
• Temperatur : 163 0C • Tekanan : 90 atm Kondisi fisik :
5.3 Tangki Penyimpanan Gliserol (T-307)
Fungsi : tempat menyimpan gliserol untuk kebutuhan 30 hari
Bentuk : silinder dengan alas datar dan tutup datar
Bahan konstruksi : Carbon Stell SA-285, Grade C
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 403,70 m3
Kondisi penyimpanan :
• Temperatur : 40 0C • Tekanan : 1 atm Kondisi fisik :
• Diameter : 5,5534 m • Panjang : 16,660 m
• Tebal : ½ in
5.4 Tangki Pencampuran Pati dan Air (M-103)
Fungsi : menghomogenkan pati dan air
Bentuk : silinder vertikal dengan alas datar dan tutup
ellipsoidal
Bahan konstruksi : Carbon Stell SA-285, Grade C
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 2,2593 m3
Kondisi penyimpanan :
• Temperatur : 30 0C • Tekanan : 1 atm Kondisi fisik :
• Diameter : 1,4220 m • Panjang : 1,4220 m
• Tebal : ¼ in
Tutup :
• Diameter : 1,4220 m • Tinggi : 0,3555 m
Pengaduk :
• Jenis : turbin impeller daun enam • Jumlah baffle : 4 buah
• Diameter : 0,4740 m • Daya motor : 1/10 hp
5.5 Reaktor Hidrolisis-hidrogenasi (R-201)
Fungsi : Tempat mengkonversi Pati menjadi Gliserol
Jenis : Reaktor Unggun Fluidisasi
Bentuk : silinder tegak, tutup dan alas ellipsoidal
Bahan konstruksi : Casting Stell SA-336, Grade F25
Jumlah : 2 unit
Kondisi operasi
• Temperatur : 163 oC :
• Tekanan : 115,677 atm
• Katalis : kobalt dalam silika alumina
Kecepatan minimum fluidisasi (Umf) = 0,665 cm/s Kecepatan gas (Uo) = 6,65 cm/s
Kecepatan akhir gas (Ut) = 51,117 cm/s Jumlah katalis (W) = 8227,81 kg Pressure drop (∆pd) = 0,557 atm Diameter reaktor (Dt) = 1 m Tinggi reaktor = 5,109 m
5.6 Reaktor Hidrogenasi (R-202)
Fungsi : Tempat mengkonversi Pati menjadi Gliserol
Jenis : Reaktor Unggun Fluidisasi
Bentuk : silinder tegak, tutup dan alas ellipsoidal
Bahan konstruksi : Casting Stell SA-336, Grade F25
Jumlah : 2 unit
Kondisi operasi
• Tekanan : 115,677 atm
• Katalis : kobalt dalam silika alumina
Kecepatan minimum fluidisasi (Umf) = 0,665 cm/s Kecepatan gas (Uo) = 6,65 cm/s
Kecepatan akhir gas (Ut) = 51,117 cm/s Jumlah katalis (W) = 9086 kg
Pressure drop (∆pd) = 0,557 atm Diameter reaktor (Dt) = 1 m Tinggi reaktor = 5,559 m
5.7 Separator Gas-liquid (S-301)
Fungsi : memisahkan H2 dari campurannya
Bentuk : silinder tegak dengan alas dan tutup ellipsoidal
Bahan konstruksi : Casting Stell SA-336, Grade F25
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 2,733 m3
Kondisi penyimpanan
• Temperatur : 186oC
• Tekanan : 1700 psi = 115,667 atm Kondisi fisik
Silinder
• Diameter : 1,172 m • Tinggi : 1,758 m • Tebal : 4 in Tutup
5.8 Flash drum (D-303)
Fungsi : memurnikan gliserol
Bentuk : silinder vertikal dengan alas dan tutup ellipsoidal
Bahan konstruksi : Carbon Steel SA-285 grade C
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 2,5393 m3
Kondisi penyimpanan
• Temperatur : 186oC • Tekanan : 1 atm Kondisi fisik
Silinder
• Diameter : 1,2083 m • Tinggi : 1,8125 m • Tebal : 1 ½ in Tutup
• Diameter : 1,2083 m • Panjang : 0,3021 m • Tebal : 1 ½ in
5.9 Belt Conveyor (C-102)
Fungsi : Mengangkut pati menuju tangki mixer (M-103)
Jenis : flat belt
Bahan : karet
Jumlah : 1 unit
Kapasitas Belt Conveyer (T) = 634,2 kg/jam = 0,6342 ton/jam
Spesifikasi Belt Conveyer
- Lebar (L1) = 14 in
- Kecepatan Belt Conveyer = 3 in
- Tebal belt = 3 in
- Power tripper = 2 Hp
- Panjang Belt Conveyer, L = 10 m = 32,808 ft
- Lo = 100 ft
- ∆Z = 16,9 ft
Daya (power) Belt Conveyer = 2 ¼ Hp
5.10 Kompresor 1 (JC-106)
Fungsi : menaikkan tekanan hidrogen sebelum dimasukkan ke
dalam Tangki Hidrogenasi (T-106)
Jenis : centrifugal compressor
Bahan konstruksi : commercial steel
Jumlah : 3 unit yang disusun seri
Kapasitas : 1893,4795 m3/jam
Daya motor : 10 ¾ Hp
5.11 Kompresor 2 (JC-109)
Fungsi : menaikkan tekanan hidrogen sebelum dimasukkan ke
dalam Reaktor Hidrolisis-hidrogenasi (R-201)
Jenis : centrifugal compressor
Bahan konstruksi : commercial steel
Jumlah : 3 unit yang disusun seri
Kapasitas : 1893,4795 m3/jam
Daya motor : 3 ½ Hp
5.12Heater 1 (E-105)
Fungsi : menaikkan temperatur larutan pati sebelum
dimasukkan ke reaktor hidrolisis-hidrogenasi (R-201) • Jenis : 2-4 shell and tube exchanger
• Bahan konstruksi : Carbon Steel • Jumlah : 1 unit
• Diameter tube : 1 in OD • Jenis tube : 18 BWG • Panjang tube : 12 ft
Pitch (PT) : 1 1/4 in triangular pitch
5.13Heater 2 (E-107)
Fungsi : menaikkan temperatur gas hidrogen sebelum
dimasukkan ke tangki hidrogen (T-106) • Jenis : 2-4 shell and tube exchanger
• Bahan konstruksi : Carbon Steel • Jumlah : 1 unit
• Diameter tube : 1 in OD • Jenis tube : 18 BWG • Panjang tube : 12 ft
• Pass : 2
• Pitch (PT) : 1 1/4 in triangular pitch
5.14 Heater 3 (E-204)
Fungsi : menaikkan temperatur keluaran reactor
hidrolisis-hidrogenasi (R-201) dimasukkan ke reaktor
hidrogenasi (R-204)
• Jenis : 2-4 shell and tube exchanger • Bahan konstruksi : Carbon Steel
• Jumlah : 1 unit • Diameter tube : 1 in OD • Jenis tube : 18 BWG • Panjang tube : 12 ft
• Pass : 2
• Pitch (PT) : 1 1/4 in triangular pitch
5.15Cooler 1 (E-304)
Fungsi : menurunkan temperatur keluaran Reaktor
Hidrogenasi hingga pada temperatur di Separator
Gas-liquid
• Bahan konstruksi : Carbon Steel • Jumlah : 1 unit
• Diameter tube : 1 ¼ in OD • Jenis tube : 18 BWG • Panjang tube : 12 ft
• Pass : 2
• Pitch (PT) : 1 9/16 in triangular pitch
5.16Cooler 2 (E-106)
Fungsi : Menurunkan temperatur keluaran dari Flash drum
hingga pada temperature tangki penyimpanan gliserol • Jenis : 2-4 shell and tube exchanger
• Bahan konstruksi : Carbon Steel • Jumlah : 1 unit
• Diameter tube : 1 ¼ in OD • Jenis tube : 18 BWG • Panjang tube : 12 ft
• Pass : 2
• Pitch (PT) : 1 9/16 in triangular pitch
5.17Condensor (E-308)
Fungsi : Menurunkan suhu keluaran dari Flash-Drum
(D-303) hingga pada suhu tangki penyimpanan
gliserol (T-309)
• Jenis : 2-4 shell and tube exchanger • Bahan konstruksi : Carbon Steel
• Jumlah : 1 unit • Diameter tube : 1 ¼ in OD • Jenis tube : 18 BWG • Panjang tube : 12 ft
• Pitch (PT) : 1 9/16 in triangular pitch
5.18Ekspander (JE-201)
Fungsi : Menurunkan tekanan produk keluaran Separator
Gas-liquid
Jenis : Centrifugal expander
Jumlah : 1 unit
Tekanan masuk : 11721.05 kPa
Tekanan keluar : 101,325 kPa
Kapasitas : 2,0653 m3/jam
Daya : -5,3636 HP
5.19Pompa 1 (JP-104)
Fungsi : Memompa Larutan pati dan menaikkan tekanannya
dari tangki Mixer (M-103) ke Preheater (E-105)
untuk kemudian dialirkan ke Reaktor
hidrogenasi (R-201)
Jenis : centrifugal pump
Jumlah : 1 unit
Bahan konstruksi : commercial Steel
Kapasitas : 0,0005 m3/s
Daya motor : 11 hp
5.20Pompa 2 (JP-304)
Fungsi : Memompa Produk bawah keluaran Flash-drum
( D-303 ) ke cooler (E-307)
Jenis : centrifugal pump
Jumlah : 1 unit
Bahan konstruksi : commercial Steel
Kapasitas : 0,0001 m3/s
5.21Pompa 3 (JP-306)
Fungsi : Memompa Produk gliserol ke dalam tangki gliserol
(T-309)
Jenis : commercial pump
Jumlah : 1 unit
Bahan konstruksi : commercial Steel
Kapasitas : 0,0001 m3/s
Daya motor : 1/10 hp
5.22Pompa 4 (JP-307)
Fungsi : Memompa keluaran condenser (E-306) ke unit
pengolahan limbah
Jenis : commercial pump
Jumlah : 1 unit
Bahan konstruksi : commercial Steel
Kapasitas : 0,0004 m3/s
BAB VI
INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA
6.1 Instrumentasi
Instrumentasi adalah suatu alat yang dipakai di dalam suatu proses kontrol
untuk mengatur jalannya suatu proses agar diperoleh hasil sesuai dengan yang
diharapkan. Alat-alat pengendali tersebut dipasang pada setiap peralatan penting agar
dengan mudah dapat diketahui kejanggalan-kejanggalan yang terjadi pada setiap
bagian. Pada dasarnya tujuan pengendalian adalah untuk mencapai harga error yang
paling minimum.
Fungsi instrumentasi adalah sebagai pengontrol, penunjuk, pencatat, dan
pemberi tanda bahaya. Peralatan instrumentasi biasanya bekerja dengan tenaga
mekanik atau tenaga listrik dan pengontrolannya dapat dilakukan secara manual atau
otomatis. Penggunaan instrumen pada suatu peralatan proses tergantung pada
pertimbangan ekonomi dan sistem peralatan itu sendiri. Pada pemakaian alat-alat
instrumen juga harus ditentukan apakah alat-alat tersebut dipasang diatas papan
instrumen dekat peralatan proses (kontrol manual) atau disatukan dalam suatu ruang
kontrol yang dihubungkan dengan bangsal peralatan (kontrol otomatis).
Variabel-variabel proses yang biasanya dikontrol / diukur oleh instrumen
tersebut adalah :
1. Variabel utama, seperti temperatur, tekanan, laju alir, dan level cairan.
2. Variabel tambahan, seperti densitas, viskositas, panas spesifik, konduktivitas, pH,
humiditas, titik embun, komposisi kimia, kandungan kelembaban, dan variabel
lainnya.
Pada dasarnya sistem pengendalian terdiri dari :
1. Elemen Perasa / sensing (Primary Element)
Elemen yang merasakan (menunjukkan) adanya perubahan dari harga variabel
yang diukur.
2. Elemen pengukur (measuring element)
Elemen pengukur adalah suatu elemen yang sensitif terhadap adanya perubahan
temperatur, tekanan, laju aliran, maupun tinggi fluida. Perubahan ini merupakan
3. Elemen pengontrol (controlling element)
Elemen pengontrol yang menerima sinyal kemudian akan segera mengatur
perubahan-perubahan proses tersebut sama dengan nilai set point (nilai yang
diinginkan). Dengan demikian elemen ini dapat segera memperkecil ataupun
meniadakan penyimpangan yang terjadi.
4. Elemen pengontrol akhir (final control element)
Elemen ini merupakan elemen yang akan mengubah masukan yang keluar dari
elemen pengontrol ke dalam proses sehingga variabel yang diukur tetap berada
dalam batas yang diinginkan dan merupakan hasil yang dikehendaki.
Pengendalian peralatan instrumentasi dapat dilakukan secara otomatis dan
semi otomatis. Pengendalian secara otomatis adalah pengendalian yang dilakukan
dengan mengatur instrumen pada kondisi tertentu, bila terjadi penyimpangan
variabel yang dikontrol maka instrumen akan bekerja sendiri untuk mengembalikan
variabel pada kondisi semula, instrumen ini bekerja sebagai controller. Pengendalian
secara semi otomatis adalah pengendalian yang mencatat perubahan-perubahan yang
terjadi pada variabel yang dikontrol. Untuk mengubah variabel-variabel ke nilai yang
diinginkan dilakukan usaha secara manual, instrumen ini bekerja sebagai pencatat
(recorder).
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam instrumen-instrumen adalah:
1. Range yang diperlukan untuk pengukuran
2. Level instrumentasi
3. Ketelitian yang dibutuhkan
4. Bahan konstruksinya
5. Pengaruh pemasangan instrumentasi pada kondisi proses
Instrumentasi yang umum digunakan dalam pabrik adalah :
1. Untuk variabel temperatur:
- Temperature Controller (TC) adalah instrumentasi yang digunakan untuk
mengamati temperature suatu alat dan bila terjadi perubahan dapat melakukan
pengendalian.
- Temperature Indicator Controller (TIC) adalah instrumentasi yang digunakan
2. Untuk variabel tinggi permukaan cairan
- Level Controller (LC) adalah instumentasi yang digunakan untuk mengamati
ketinggian cairan dalam suatu alat dan bila terjadi perubahan dapat melakukan
pengendalian.
- Level Indicator Contoller (LIC) adalah instrumentasi yang digunakan untuk
mengamati ketinggian cairan dalam suatu alat.
3. Untuk variabel tekanan
- Pressure Controller (PC) adalah instrumentasi yang digunakan untuk
mengamati tekanan operasi suatu alat dan bila terjadi perubahan dapat
melakukan pengendalian.
- Pressure Indicator Controller (PIC) adalah instrumentasi yang digunakan
untuk mengamati tekanan operasi suatu alat.
4. Untuk variabel aliran cairan
- Flow Controller (FC) adalah instrumentasi yang digunakan untuk mengamati
laju alir larutan atau cairan yang melalui suatu alat dan bila terjadi perubahan
dapat melakukan pengendalian.
- Flow Indicator Controller (FIC) adalah instrumentasi yang digunakan untuk
mengamati laju aliran atau cairan suatu alat.
[image:44.595.111.468.519.751.2](Kallen, 1961)
Tabel 6.1 Daftar Instrumentasi Pada Pabrik Pembuatan Polilimonene Karbonat
No Nama Alat Jenis Instrumen
1 Tangki cairan Level Indicator (LI)
2 Tangki gas Level Indicator (LI)
Flow Controler (FC)
3 Reaktor
Temperature Record (TR) Pressure Recorder (PR) Level Controller (LC)
4 Separator gas-liquid Pressure Recorder (PR)
5 Pompa Flow Controller (FC)
7 Exchanger Temperature Indicator (TI) Pressure Recorder (PR)
8 Kompresor Pressure Indicator (PI)
Flow Controller (FC)
Kompresor PI FC
Bahan masuk
Bahan keluar
Bahan keluar TR
Flash Drum
FC
Pompa
Reaktor TR
LC PR
Air pendingin
Air pendingin
bekas
Steam
masuk
Steam
keluar LI
Tangki
Tangki Gas
LI FC
TC
PR
Exchanger
Steam
Kondensat bekas
Bahan keluar Bahan
masuk Bahan masuk
TR
Bahan keluar Bahan keluar
Separator gas-liquid
[image:45.595.111.520.81.452.2]
Gambar 6.1 Instrumentasi Alat
6.2 Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja merupakan bagian dari kelangsungan produksi pabrik,
oleh karena itu aspek ini harus diperhatikan secara serius dan terpadu. Untuk maksud
tersebut perlu diperhatikan cara pengendalian keselamatan kerja dan keamanan
pabrik pada saat perancangan dan saat pabrik beroperasi.
Salah satu faktor yang penting sebagai usaha menjamin keselamatan kerja
adalah dengan menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran karyawan akan
pentingnya usaha untuk menjamin keselamatan kerja. Usaha-usaha yang dapat
dilakukan antara lain:
- Melakukan pelatihan secara berkala bagi karyawan
- Membuat peraturan tata cara dengan pengawasan yang baik dan memberi sanksi
- Membeli karyawan dengan keterampilan menggunakan peralatan secara benar
dan cara-cara mengatasi kecelakaan kerja
Sebagai pedoman pokok dalam usaha penanggulangan masalah kerja,
Pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan Undang-Undang Keselamatan
Kerja pada tanggal 12 Januari 1970. Semakin tinggi tingkat keselamatan kerja dari
suatu pabrik maka makin meningkat pula aktivitas kerja para karyawan. Hal ini
disebabkan oleh keselamatan kerja yang sudah terjamin dan suasana kerja yang
menyenangkan.
Untuk mencapai hal tersebut adalah menjadi tanggung jawab dan kewajiban
para perancang untuk merencanakannya. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam
perancangan pabrik untuk menjamin adanya keselamatan kerja adalah sebagai
berikut:
- Penanganan dan pengangkutan bahan harus seminimal mungkin .
- Adanya penerangan yang cukup dan sistem pertukaran udara yang baik.
- Jarak antar mesin-mesin dan peralatan lain cukup luas.
- Setiap ruang gerak harus aman dan tidak licin .
- Setiap mesin dan peralatan lainnya harus dilengkapi alat pencegah kebakaran.
- Tanda-tanda pengaman harus dipasang pada setiap tempat yang berbahaya.
- Penyediaan fasilitas pengungsian bila terjadi kebakaran.
6.3 Keselamatan Kerja Pada Pabrik Pembuatan Polilimonene karbonat
Dalam rancangan pabrik pembuatan polilimonene karbonat, usaha-usaha
pencegahan terhadap bahaya-bahaya yang mungkin terjadi dilakukan sebagai
berikut:
6.3.1 Pencegahan Terhadap Kebakaran dan Peledakan
- Untuk mengetahui adanya bahaya kebakaran maka sistem alarm dipasang pada
tempat yang strategis dan penting seperti laboratorium dan ruang proses.
- Pada peralatan pabrik yang berupa tangki dibuat main hole dan hand hole yang
cukup untuk pemeriksaan.
- Sistem perlengkapan energi seperti pipa bahan bakar, saluran udara, saluran
karyawan.
- Mobil pemadam kebakaran yang ditempatkan di fire station setiap saat dalam
keadaan siaga.
- Bahan-bahan yang mudah terbakar dan meledak harus disimpan dalam tempat
yang aman dan dikontrol secara teratur.
Sesuai dengan peraturan yang tertulis dalam Peraturan Tenaga Kerja No.
Per/02/Men/1983 tentang instalasi alarm kebakaran otomatis, yaitu:
- Detektor Kebakaran, merupakan alat yang berfungsi untuk mendeteksi secara
dini adanya suatu kebakaran awal. Alat ini terbagi atas:
1. Smoke detector adalah detector yang bekerja berdasarkan terjadinya
akumulasi asap dalam jumlah tertentu.
2. Gas detector adalah detector yang bekerja berdasarkan kenaikan konsentrasi
gas yang timbul akibat kebakaran ataupun gas-gas lain yang mudah terbakar.
3. Alarm Kebakaran, merupakan komponen dari sistem deteksi dan alarm
kebakaran yang memberikan isyarat adanya suatu kebakaran. Alarm ini
berupa :
- Alarm kebakaran yang memberi tanda atau isyarat berupa bunyi khusus
(audible alarm)
- Alarm kebakaran yang memberi tanda atau isyarat yang tertangkap oleh
pandangan mata secara jelas (visible alarm)
- Panel Indikator Kebakaran
Panel Indikator Kebakaran adalah suatu komponen dari sistem deteksi dan alarm
kebakaran yang berfungsi mengendalikan kerja sistem dan terletak di ruang
operator.
6.3.2 Peralatan Perlindungan Diri
- Pakaian dan perlengkapan pelindung
- Sepatu pengaman
- Pelindung mata
- Masker udara
6.3.3 Keselamatan Kerja Terhadap Listrik
- Setiap instalasi dan alat-alat listrik harus diamankan dengan pemakaian sekring
atau pemutus arus listrik otomatis lainnya.
- Sistem perkabelan listrik harus dirancang secara terpadu dengan tata letak pabrik
untuk menjaga keselamatan dan kemudahan jika harus dilakukan perbaikan.
- Penempatan dan pemasangan motor-motor listrik tidak boleh mengganggu lalu
lintas pekerja.
- Memasang papan tanda larangan yang jelas pada daerah sumber tegangan tinggi.
- Isolasi kawat hantaran listrik harus disesuaikan dengan keperluan.
- Setiap peralatan yang menjulang tinggi harus dilengkapi dengan alat penangkal
petir yang dibumikan.
- Kabel-kabel listrik yang letaknya berdekatan dengan alat-alat yang bekerja pada
suhu tinggi harus diisolasi secara khusus.
6.3.4 Pencegahan Terhadap Gangguan Kesehatan
- Setiap karyawan diwajibkan untuk memakai pakaian kerja selama berada di dalam
lokasi pabrik.
- Dalam menangani bahan-bahan kimia yang berbahaya, karyawan diharuskan
memakai sarung tangan karet serta penutup hidung dan mulut.
- Bahan-bahan kimia yang selama pembuatan, pengelolaan, pengangkutan,
penyimpanan, dan penggunaannya dapat menimbulkan ledakan, kebakaran,
korosi, maupun gangguan terhadap kesehatan harus ditangani secara cermat.
- Poliklinik yang memadai disediakan di lokasi pabrik.
6.3.5 Pencegahan Terhadap Bahaya Mekanis
- Alat-alat dipasang dengan penahan yang cukup berat untuk mencegah
kemungkinan terguling atau terjatuh.
- Sistem ruang gerak karyawan dibuat cukup lebar dan tidak menghambat kegiatan
karyawan.
- Jalur perpipaan sebaiknya berada di atas permukaan tanah atau diletakkan pada
atap lantai pertama kalau di dalam gedung atau setinggi 4,5 meter bila diluar
gedung agar tidak menghalangi kendaraan yang lewat.
tenang dan tidak akan menyulitkan apabila ada perbaikan atau pembongkaran.
- Pada alat-alat yang bergerak atau berputar harus diberikan tutup pelindung untuk
menghindari terjadinya kecelakaan kerja.
Untuk mencapai keselamatan kerja yang tinggi, maka ditambahkan nilai-nilai
disiplin bagi para karyawan yaitu :
- Setiap karyawan bertugas sesuai dengan pedoman-pedoman yang diberikan.
- Setiap peraturan dan ketentuan yang ada harus dipatuhi.
- Perlu keterampilan untuk mengatasi kecelakaan dengan menggunakan peralatan
yang ada.
- Setiap kecelakaan atau kejadian yang merugikan harus segera dilaporkan pada
atasan.
- Setiap karyawan harus saling mengingatkan perbuatan yang dapat menimbulkan
bahaya.
- Setiap kontrol secara priodik terhadap alat instalasi pabrik oleh petugas
BAB VII
UTILITAS
Utilitas dalam suatu pabrik merupakan sarana penunjang utama untuk
memperlancar jalannya proses produksi. Sarana dan prasarana utilitas ini harus
dirancang sedemikian rupa agar proses produksi dapat terus berlangsung secara
berkesinambungan.
Berdasarkan kebutuhannya, utilitas pada perancangan pabrik gliserol dengan
proses hidrolisis-hidrogenasi, adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan uap (steam)
2. Kebutuhan air
3. Kebutuhan bahan kimia
4. Kebutuhan tenaga listrik, dan
5. Unit pengolahan limbah.
7.1 Kebutuhan uap (Steam)
Uap (steam) dalam proses produksi digunakan sebagai media pemanas alat-
alat produksi. Adapun kebutuhan steam pabrik pembuatan gliserol ini dapat dilihat
[image:50.595.156.430.502.614.2]dalam Tabel 7.1 berikut.
Tabel 7.1 Kebutuhan uap (Steam) pada alat produksi
Nama alat Jumlah uap (kg/jam)
Heater-01 (E-105) 459,0000
Heater-02 (E-106) 25,8062
Heater-02 (E-203) 163,7665
Total 647,5727
Steam yang digunakan adalah superheated steam dengan temperatur 2800C,
1 atm. Tambahan untuk kebocoran dan keamanan adalah 30 %, sehingga steam yang
dihasilkan oleh boiler = 1,3 x 647,5727 kg/jam = 841,8445 kg/jam.
Diperkirakan 80 % kondensat dapat dipergunakan kembali (Evans, 1978) :
7.2 Kebutuhan Air Pendingin
Air sangat penting dalam proses produksi maupun untuk keperluan domestik.
Adapun kebutuhan air pada pabrik pembuatan gliserol ini adalah sebagai berikut :
- Air untuk tambahan umpan ketel = (841, 8445 – 518,0581) Kg/jam
= 323,7864 kg/jam
Tabel 7.2 kebutuhan air pendingin pada alat proses
Nama alat Jumlah air (Kg/jam)
Reaktor-I 77,0823
Reaktor-II 40,8552
Cooler-I (E-205) 660,8175
Cooler-II (E-308) 1492,0558
Condensor (E-306) 1650,3033
Total 3921,2601
• Air yang perlu ditambahkan sebagai pengganti air yang hilang selama proses meliputi perhitungan sebagai berikut :
Wm =We + Wd + Wb (Perry, 1999)
dimana, Wm = make-up water
We = air hilang karena penguapan
Wd = drift loss
Wb = air hilang saat blow down.
- Air hilang karena penguapan :
We = 0,00085 Wc (T1-T2)
Dimana, Wc = jumlah air pendingin yang dibutuhkan = 3921,2601 Kg/jam
T1 = temperatur air pendingin masuk = 25 0C = 77 0C
T2 = temperatur air pendingin keluar = 50 0C = 122 0C
We =0,00085×3921,2601 (122−77) =149,9882 Kg/jam - Air hilang karena driff loss = 0,2 % air pendingin masuk
- Air hilang karena blowdown :
Wb =
) 1 (S−
We
S = 5 siklus (Perry, 1997)
= 36,0116 Kg/jam
Sehingga tambahan air yang diperlukan :
= 149,9882 + 7,5425 + 36,0116 = 193,5473 Kg/jam
Air untuk kebutuhan lainnya :
Kebutuhan air domestik dan kantor untuk tiap orang/shift adalah 40 – 100 ltr/hari
(Met Calf, et.all, 1984)
Diambil 70 ltr/hari x 24jam
hari 1
= 2,9
Maka total air domestik dan kantor = 2,87 x 160 = 464 ltr/jam x 1 kg/ liter
= 464 kg/jam
[image:52.595.172.465.414.556.2]Pemakaian air untuk kebutuhan lainnya dapat dilihat pada Tabel 7.3 berikut :
Tabel 7.3 Pemakaian air untuk berbagai kebutuhan
Kebutuhan Jumlah air ( kg/jam)
Domestik dan kantor 464
Laboratorium 125
Kantin dan tempat ibadah 345
Poliklinik 110
Total 1044
Total kebutuhan air yang memerlukan pengolahan awal :
= 193,5473 + 323,7864 + 1044
= 1561,3337 Kg/jam
Sumber air untuk pembuatan gliserol ini adalah dari sungai Silau Asahan,
Kabupaten Batubara, Propinsi Sumatera Utara. Adapun kualitas air Sungai Silau,
Sumber air untuk pabrik pembuatan gliserol ini berasal dari sungai Silau
Asahan, dengan kualitas air seperti tersaji dalam tabel 7.4 berikut :
Tabel 7.4 Kualitas Air Sungai Silau Asahan, Sumatera Utara
Parameter Satuan Hasil
Suhu
Besi (Fe)
Cadmium (Cd)
Klorida (Cl)
Sulfur (S) sebagai H2S
Nitrat (NO3)
Nitrit (NO2)
Sianida (CN-)
Fenol
Oksigen terlarut (O2)
Tembaga (Cu)
Timbal (Pb)
Cobalt (Co)
Raksa (Hg)
Magnesium (Mg)
Total Dissolved Solid
0
C
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
27,5
0,047
0,027
7,88
0,007
0,111
0,061
0,0083
0,047
5,4
0,04
0,013
0,01
0,01
28
204
(Sumber : Laporan Baku Mutu Air, Bapedal SUMUT, Desember 2008)
Untuk menjamin kelangsungan penyediaan air (water intake) yang juga
merupakan tempat pengolahan awal air sungai. Pengolahan ini meliputi penyaringan
sampah dan kotoran yang terbawa bersama air. Selanjutnya air dipompakan ke lokasi
pabrik untuk diolah dan digunakan sesuai dengan keperluannya. Pengolahan air di
pabrik terdiri dari beberapa tahap, yaitu :
1. Screening
2. Pengendapan
3. Klasifikasi
4. Filtrasi
5. Demineralisasi, dan
7.2.1 Screening
Pengendapan merupakan tahap awal dari pengolahan air. Pada screening,
partikel-partikel padat yang besarnya ≥ 20 mm akan tersaring tanpa bantuan bahan kimia. Sedangkan partikel-partikel yang lebih kecil akan terikut bersama
air menuju unit pengolahan selanjutnya.
7.2.2 Pengendapan
Pengendapan merupakan tahapan pemisahan partikel lanjut setelah screening. Air
yang dipompakan dari sungai akan ditampung di dalam suatu bak penampung
sementara untuk mengendapkan partikel-partikel padat berdiameter ≤ 10 -4 m. Pengendapan terjadi karena adanya gaya gravitasi, sehingga partikel yang lebih
besar akan mengendap, sedangkan partikel yang lebih kecil akan terikut bersama
air menuju pengolahan selanjutnya.
7.2.3 Klarifikasi
Klarifikasi merupakan proses penghilangan kekeruhan di dalam air. Air dari
screening dialirkan ke dalam clarifier setelah diinjeksikan larutan alum, Al2(SO4)3
dan larutan abu Na2CO3. Larutan Al2(SO4)3 berfungsi sebagai koagulan utama dan
larutan Na2CO3 yang berfungsi me