SYARIAH DENGAN BPR KONVENSIONAL DI INDONESIA DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)
OLEH :
ARIEF MUNANDAR 110501002
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Departemen Ekonomi Pembangunan
PERSETUJUAN
Nama : ARIEF MUNANDAR
NIM : 110501002
Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Islam
Judul Skripsi :Analisis Perbandingan Tingkat Efisiensi antara BPR Syariah dengan BPR Konvensional di
Indonesia dengan Menggunankan Metode Data
Envelopment Analysis (DEA)
Tanggal. ________________ Ketua Program Studi
Irsyad Lubis. SE. M.Soc.Sc. Ph.D NIP. 19710503 200312 1 003
Tanggal. __________________ Ketua Departemen
Departemen Ekonomi Pembangunan
PERSETUJUAN
Nama : ARIEF MUNANDAR
NIM : 110501002
Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Islam
Judul Skripsi :Analisis Perbandingan Tingkat Efisiensi antara BPR Syariah dengan BPR Konvensional di
Indonesia dengan Menggunankan Metode Data
Envelopment Analysis (DEA)
Tanggal. ________________ Pembimbing
Ilyda Sudarjat. SSi. M.Si NIP. 19550810 1983031 004
Tanggal. __________________ Pembaca Penilai
Lembar Pernyataan
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Perbandingan Tingkat Efisiensi Antara BPR Syariah Dengan BPR Konvensional di Indonesia dengan Menggunakan
Metode Data Envelopment Analysis (DEA) adalah benar hasil karya tulis saya
sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga.
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin. dan/atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma. kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini. saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan. 16 Juni 2014
Penulis
i
Konvensional di Indonesia selama periode 2011-2013. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan dari laporan tahunan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling dengan mengambil 5 sampel BPR Syariah dan 5 sampel BPR
Konvensional. Pengukuran efisiensi dalam penelitian ini menggunakan metode
Data Envelopment Analysis (DEA) dengan pendekatan intermediasi. Variabel
input yang digunakan dalam penelitian adalah aset. dana pihak ketiga dan biaya tenaga kerja. sedangkan variabel outputnya adalah kredit atau pembiayaan dan pendapatan.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dari 10 sampel bank yang diteliti. bank yang mencapai tingkat efisiensi 100 persen selama periode 2011-2013 yaitu BPR Syariah D.K.I Jakarta, BPR Syariah Sulawesi Selatan, dan BPR Syariah NTB. Untuk kategori kelompok BPR Konvensional yang paling efisien adalah BPR Konvensional Aceh dan BPR Konvensional Sulawesi Selatan. Dan pencapaian rata-rata tingkat efisiensi antara BPR Syariah dan BPR Konvensional adalah 93.7 % dan 90.1 %.
ii ABSTRACT
The aim of this research is to measure efficiency and analyze the efficiency comparison between BPR Syariah and BPR Conventional in Indonesia during the period 2011-2013 . The data which is used in this research is a secondary data.
collected from financial statements issued by Bank Indonesia.
The sampling technique is used in this research is purposive sampling with taking foreign 5 samples of BPR Syariah and 5 samples of BPR Conventional. Efficiency measurements in this research using the method of Data Envelopment Analysis (DEA) with the intermediation approach . Input variables used in the study are assets . third party funds, and labour cost . while the output variables are loans or finance and revenue.
The results of this research showed that a bank of 10 samples researched . the bank reached a level of efficiency of 100 percent during the period 2011-2013 are BPR Sharia of D.K.I Jakarta, BPR Sharia of Sulawesi Selatan, dan BPR Sharia of NTB. For the category of the most efficient BPR Conventional are BPR Conventional of Aceh, and BPR Conventional of South Sulawesi. And the average achievement level of efficiency between BPR Sharia and BPR Conventional was 93.7 % and 90.1 % .
Keywords: Efficiency. Data Envelopment Analysis. Intermediation Approach Assets. Labor Costs .Credit or Financing. Income. BPR Syariah. BPR Conventional.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis. sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang
mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang
ini. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat
guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa
dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil. Oleh karena itu.
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Kedua orang tua. ayahanda Marwan.S.H dan ibunda Yusnita Yahya yang
telah memberikan dukungan baik moril maupun materil serta doa yang tiada
henti-hentinya kepada penulis.
2. Segenap keluarga. saudara-saudara dan teman-teman yang telah
menyemangati dan membantu penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum. M.Ec selaku dekan Fakultas Ekonomi
iv
4. Bapak Wahyu Ario Pratomo. S.E. M.Ec dan Bapak Drs. Syahrir Hakim
Nasution. M.Si selaku ketua dan sekretaris Departemen Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Irsyad Lubis. S.E. M.Soc.Sc. Ph.D selaku ketua Program Studi S1
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan
selaku Dosen Penasehat Akademi.
6. Bapak Paidi Hidayat. S.E. M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan
Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam memberikan
masukan. saran yang baik mulai dari awal penulisan hingga selesainya
skripsi ini.
7. Bapak Wahyu Ario Pratomo. S.E. M.Ec selaku Dosen Pembaca penilai.
yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat membangun bagi
penulis.
8. Ibu Ilyda Sudarjat selaku Dosen pembimbing saya. yang telah meluangkan
waktu. tenaga. dan pikiran yang sangat bermanfaat bagi penulis.
9. Seluruh Dosen dan Staff Pengajar Departemen Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. yang telah mendidik dan
v
10. Seluruh pegawai dan Staff Administrasi Departemen Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah
membantu penulis dalam penyampaian kelengkapan administrasi penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu.
penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang Ekonomi Pembangunan.
Medan. 16 Juni 2014
Penulis
vi DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ……… i
ABSTRACT ……… ii
KATA PENGANTAR ………... iii
DAFTAR ISI ……….. vi
DAFTAR TABEL ………. viii
DAFTAR GAMBAR ……….…. ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………. 1
1.2 Perumusan Masalah ………. 7
1.3 Tujuan Penelitian ………. 8
1.4 Manfaat Penelitian ………... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan Syariah ……… 9
2.2 Perbankan Syariah di Indonesia……… 10
2.2.1 Perbankan Syariah di Indonesia……… 10
2.2.2 Karakteristik Perbankan Syariah………... 11
2.2.3 Proposisi Nilai Perbankan Syariah di Indonesia... 13
2.2.4 Pemetaan Konsumen Berdasarkan Orientasi Bank 13 2.3 Konsep Dasar BPRS……… 13
2.3.1 Pengertian BPRS……… 14
2.3.2 Kegiatan Usaha BPRS……… 15
2.4 Konsep Efisiensi ………... 16
2.5 Konsep Pengukuran Efisiensi ………... 17
2.6 Pengukuran Efisiensi ……… 19
2.7 Hubungan Input dan Output dalam Pengukuran Efisiensi ……….... 20
2.8 Penelitian Terdahulu ………. 22
2.9 Kerangka Konseptual ……… 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ………. 27
3.2 Populasi dan Pengambilan Sampel ……… 27
3.3 Metode Pengumpulan Data ………... 28
3.4 Metode Analisis Data ..……….. 29
3.4.1 Metode Data Envelopment Analysis (DEA) …. 30 3.4.2` Model Pengukuran Efisiensi Teknik Bank … 30 3.5 Operasional Variabel Penelitian ……… 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia …….. 37
vii
4.2.1 Analisis Deskriptif ……… 38
4.2.2 Hasil Perhitungan dan Analisis Tingkat Efisiensi dan Inefisiensi Teknik 5 BPR Syariah dan 5BPR Konvensional di Indonesia Tahun 2011 - 2013 ………..……….. 45
4.3 Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien Selama Periode 2011-2013 ……….……… 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……….... 58
5.2 Saran ………..……….... 59
DAFTAR PUSTAKA ……….. 60
viii
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman 1.1 Jumlah Aset BPRS di Indonesia………..… 3 1.2 Jumlah Aset BPRK di Indonesia ……… 5 1.3 Perbandingan Jumlah Kantor BPRS dan BPRK di Indonesia 6 3.1 Daftar Nama Sampel Bank Penelitian ……….….. 28 3.2 Variabel Input-Output .……….. 34 4.1 Perkembangan Jumlah Variabel Input Aset ……… 39 4.2 Perkembangan Jumlah Variabel Input DPK …………... 41 4.3 Perkembangan Jumlah Variabel Input Tenaga Kerja …. 42 4.4 Perkembangan Jumlah Variabel Output Kredit atau
Pembiayaan ………. 43 4.5 Perkembangan Jumlah Variabel Output Pendapatan ..… 44 4.6 Tingkat Efisiensi dan Inefisiensi Teknik 5 BPR Syariah
dan 5 BPR Konvensional di Indonesia ……… 46 4.7 Nilai Actual, Target dan Potential Improvement Input
- Output BPR Syariah dan BPR Konvensional yang
Efisien dan Inefisien pada Tahun 2011 ……….. 47 4.8 Nilai Actual, Target dan Potential Improvement Input
- Output BPR Syariah dan BPR Konvensional yang
Efisien dan Inefisien pada Tahun 2012 ……….. 50 4.9 Nilai Actual, Target dan Potential Improvement Input
- Output BPR Syariah dan BPR Konvensional yang
Efisien dan Inefisien pada Tahun 2013 ……….. 52 4.10 Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien
Tahun 2011……… 55 4.11 Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien
Tahun 2012……… 56 4.12 Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien
ix
DAFTAR GAMBAR
i
Konvensional di Indonesia selama periode 2011-2013. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan dari laporan tahunan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling dengan mengambil 5 sampel BPR Syariah dan 5 sampel BPR
Konvensional. Pengukuran efisiensi dalam penelitian ini menggunakan metode
Data Envelopment Analysis (DEA) dengan pendekatan intermediasi. Variabel
input yang digunakan dalam penelitian adalah aset. dana pihak ketiga dan biaya tenaga kerja. sedangkan variabel outputnya adalah kredit atau pembiayaan dan pendapatan.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dari 10 sampel bank yang diteliti. bank yang mencapai tingkat efisiensi 100 persen selama periode 2011-2013 yaitu BPR Syariah D.K.I Jakarta, BPR Syariah Sulawesi Selatan, dan BPR Syariah NTB. Untuk kategori kelompok BPR Konvensional yang paling efisien adalah BPR Konvensional Aceh dan BPR Konvensional Sulawesi Selatan. Dan pencapaian rata-rata tingkat efisiensi antara BPR Syariah dan BPR Konvensional adalah 93.7 % dan 90.1 %.
ii ABSTRACT
The aim of this research is to measure efficiency and analyze the efficiency comparison between BPR Syariah and BPR Conventional in Indonesia during the period 2011-2013 . The data which is used in this research is a secondary data.
collected from financial statements issued by Bank Indonesia.
The sampling technique is used in this research is purposive sampling with taking foreign 5 samples of BPR Syariah and 5 samples of BPR Conventional. Efficiency measurements in this research using the method of Data Envelopment Analysis (DEA) with the intermediation approach . Input variables used in the study are assets . third party funds, and labour cost . while the output variables are loans or finance and revenue.
The results of this research showed that a bank of 10 samples researched . the bank reached a level of efficiency of 100 percent during the period 2011-2013 are BPR Sharia of D.K.I Jakarta, BPR Sharia of Sulawesi Selatan, dan BPR Sharia of NTB. For the category of the most efficient BPR Conventional are BPR Conventional of Aceh, and BPR Conventional of South Sulawesi. And the average achievement level of efficiency between BPR Sharia and BPR Conventional was 93.7 % and 90.1 % .
Keywords: Efficiency. Data Envelopment Analysis. Intermediation Approach Assets. Labor Costs .Credit or Financing. Income. BPR Syariah. BPR Conventional.
1
Lembaga Keuangan Bank merupakan sebuah institusi yang mempunyai
peran penting di dalam proses maupun aktivitas ekonomi masyarakat di
Indonesia. Fungsi utama Bank adalah untuk menghimpun dana dari masyarakat
dan menyalurkannya kembali untuk membiayai sektor-sektor produktif.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri akhir-akhir ini telah mencapai
pertumbuhan yang signifikan. Hal ini telah mendorong sektor perbankan kita
untuk menciptakan produk dan layanan yang sifatnya memberi kepuasan dan
kemudahan kepada nasabahnya.
Di Indonesia. Bank terdiri dari 2 jenis. yaitu :
1. Bank Umum
2. Bank Perkreditan Rakyat
Seperti halnya Bank Umum. BPR pun dibagi menjadi dua jenis usaha.
yaitu Syariah dan Konvensional. Secara umum tidak ada perbedaan fungsi antara
BPR syariah dengan BPR konvensional. yaitu sebagai lembaga intermediasi atau
intermediary institution yang mengerahkan dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang
membutuhkannya dalam bentuk pinjaman atau fasilitas pembiayaan.Litta
Rachmalia (2011 : 2)
BPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi
mengacu kepada Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 dan Peraturan Bank
Indonesia (PBI) .serta dipertegas dalam UU No. 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah disebutkan bahwa BPR Syariah adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Dalam sistem perbankan nasional. BPR Syariah adalah bank yang
didirikan untuk melayani Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Sektor UMK ini yang
menjadikan BPR Syariah berbeda pangsa pasarnya dengan Bank Umum / Bank
Umum Syariah. Dalam sistem perbankan syariah. BPR Syariah merupakan salah
satu bentuk BPR yang pengelolaannya harus berdasarkan prinsip syariah. (Bank
Indonesia)
Menurut Litta Rachmalia (2011 : 2) BPR Syariah terfokus untuk melayani
Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang menginginkan proses mudah. pelayanan
cepat dan persyaratan ringan. BPR Syariah memiliki petugas yang berfungsi
sebagai armada antar jemput setoran dan penarikan tabungan/deposito termasuk
setoran angsuran pembiayaan. Pelayanan ini sangat relevan dengan kebutuhan
masyarakat UMK yang cenderung tidak bisa meninggalkan usaha kesehariannya
di pasar/toko/rumah.
Di Indonesia terdapat 2.872 BPRS hingga akhir 2013. Secara nasional
kinerja BPRS periode 2011-2013 mengalami perkembangan cukup stabil.
Berdasarkan data Bank Indonesia selama periode tersebut total aset bertumbuh
dari Rp. 3.520 miliar menjadi Rp. 5.833 miliar. atau naik rata-rata 24.73%
miliar pada akhir 2013 atau. naik kira-kira 27.26% pertahun. Penyaluran kredit
dari Rp. 3.328 miliar menjadi Rp. 5.544 miliar. atau naik rata-rata 24.97%
pertahun. Yang menarik jumlah penyaluran kredit melebihi jumlah dana pihak
ketiga. hal ini berarti fungsi intermediasi keuangan ternyata berjalan dengan baik.
Namun beberapa tahun terakhir. keberadaan BPRS mengalami tren
kenaikan yang cukup signifikan. karena lahan pembiayaan mikro yang menjadi
lahan bagi BPR Konvensional kini mulai diambil alih oleh BPRS. Hal ini tentu
saja akan memperkuat posisi BPRS dan akan menggusur dominasi BPR di
Indonesia. Hal ini mengakibatkan kenaikan jumlah BPRS secara nasional yang
dapat dilihat pada Tabel 1.1
Tabel 1.1
Aset dan Pembiayaan BPR Syariah di Indonesia (Asset and Financing of Sharia Rural Bank) Miliar Rp (Billion Rp)
Indikator 2011 2012 2013
Aset 3.520 4.699 5.833
Pembiayaan IB 2.676 3.554 4.433
Lancar 2.512 3.335 4.145 Kurang Lancar 49 73 91 Diragukan 45 52 66 Macet 70 94 132
Non Performing Financing (Nominal)
164 219 288
Non Performing Financing (%)
6.11 6.15 6.50
Sumber: Bank Indonesia (Data diolah)
Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa aset BPR Syariah mengalami
perkembangan yang cukup signifikan. Pada tahun 2011. jumlah asetnya adalah
miliar. Sedangkan dari sisi pembiayaan. kontribusi BPR Syariah cukup
diperhitungkan. Pada tahun 2011. jumlah dana yang disalurkan oleh BPR Syariah
mencapai 2.676 miliar yang terus naik menjadi 4.433 miliar pada akhir 2013.
Selain BPR Syariah. di Indonesia terlebih dahulu terdapat BPR
Konvensional yaitu salah satu jenis bank pembiayaan yang beroperasi
menggunakan prinsip-prinsip ekonomi konvensional pada umumya. BPR
merupakan lembaga perbankan resmi yang diatur dalam Undang-Undang
Perbankan yang berfungsi tidak hanya sekedar menyalurkan kredit dalam bentuk
kredit modal kerja. investasi maupun konsumsi tetapi juga melakukan
penghimpunan dana masyarakat dalam bentuk deposito berjangka. tabungan dan
bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.
BPR juga dapat menerbitkan cek dan bilyet giro seperti bank umum.
Wilayah operasional BPR pun mencakup secara nasional. BPR yang menjalankan
fungsinya berdasarkan perbankan pada umumnya. Bagi perbankan konvensional.
keuntungan diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada
penyimpan. dengan bunga pinjaman atau kredit yang disalurkan. Sedangkan bagi
bank yang berdasarkan prinsip syariah. keuntungan bukan diperoleh dari bunga
melainkan dari sistem bagi hasil.
Secara khusus. perkembangan BPR Konvensional di Indonesia jug
mengalami tren kenaikan jumlah aset yang signifikan yang dapat dilihat pada
Tabel 1.2
Aset dan Pembiayaan BPR Konvensional di Indonesia (Asset and Financing of Conventional Rural Bank) Miliar Rp (Billion Rp)
Indikator 2011 2012 2013
Aset 55.799 67.397 77.376
Kredit 41.100 49.818 59.176
Lancar 38.953 47.450 56.566 Kurang Lancar 495 577 640 Diragukan 420 453 537 Macet 1.231 1.339 1.433
Non Performing Financing (Nominal)
2.146 2.369 2.610
Rasio Non Performing Loan (%)
5.22 4.75 4.41
Sumber: Bank Indonesia (Data diolah)
Dari Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa aset BPR Konvensional mengalami
perkembangan yang cukup signifikan. Pada tahun 2011. jumlah asetnya adalah
55.799 miliar miliar. Namun pada akhir 2013 jumlah asetnya melonjak menjadi
59.176 miliar. Sedangkan dari sisi penyaluran kredit. BPR Konvensional
menyalurkan dana sejumlah 41.100 pada tahun 2011. dan terus meningkat
menjadi 59.176 pada akhir 2013.
Namun demikian. perkembangan jumlah kantor BPR Syariah dan secara
nasional selama periode 2011-2013 mengalami kenaikan secara perlahan daripada
Tabel 1.3
Perbandingan Jaringan Kantor BPR Syariah dan BPR Konvensional di Indonesia
Tahun 2011-2013
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (Data diolah)
Dari Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa BPR Syariah dan BPR Konvensional
mengalami kenaikan jumlah. Hal ini dibuktikan dengan naiknya jumlah BPR
Syariah dari 155 bank pada tahun 2011. menjadi 163 bank saja saja pada akhir
2013. Sedangkan pada BPR Konvensional jumlah unit banknya mengalami tren
penurunan yang cukup drastis. Hal ini dapat kita lihat bahwa pada tahun 2011
jumlahnya adalah sebanyak 1.669 unit bank saja saja. Namun pada akhir 2013
meningkat menjadi 1.635 kantor di seluruh Indonesia.
Sama halnya dengan BPR Syariah. BPR Konvensional juga harus
menghadapi berbagai resiko dalam kegiatan operasionalnya. Menurut Idroes
(2008 : 21). pada dasarnya resiko yang dihadapi dapat dibagi atas dua kelompok
besar. yaitu resiko finansial dan resiko nonfinansial. Resiko finansial terkait
dengan berupa hilangnya sejumlah uang akibat resiko yang terjadi. Pada sisi lain.
resiko nonfinansial terkait kepada kerugian yang tidak dapat dikalkulasikan secara
jelas jumlah uang yang hilang. Dampak finasial dari resiko nonfinansial tidak
dapat langsung dirasakan.
Indikator 2011 2012 2013
BPR Syariah
Jumlah Bank 155 158 163 Jumlah Kantor 364 401 402 BPR Konvensional
Mengukur efisiensi perbankan dapat dilakukan dengan berbagai metode
seperti melihat perbandingan indikator kinerja perbankan dan rasio keuangan.
selain itu ada juga beberapa metode lain. yaitu pendekatan parametrik dan non
parametrik Hadad et al..2003 (dalam Arief Setiawan. 2013 : 8) Pendekatan
parametrik meliputi Stochastic Frontier Approach (SFA). Distribution Free
Approach (DFA). dan Thick Frontier Approach (TFA). sedangkan yang non
parametrik adalah dengan menggunakan pendekatan Data Envelopment Analysis
(DEA).
Pengukuran efisiensi BPR Syariah dan BPR Konvensional dalam
penelitian ini akan menggunakan metode non-parametrik Data Envelopment
Analysis (DEA). Mengingat pentingnya efisiensi dalam persaingan dunia
perbankan yang semakin ketat dan untuk mengetahui bagaimana tingkat efisiensi
BPR Syariah dan BPR Konvensional yang beroperasi di Indonesia. maka peneliti
tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Perbandingan Tingkat Efisiensi Antara BPR Syariah Dengan BPR Konvensional Di Indonesia” menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA).
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah diatas. maka masalah
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah tingkat efisiensi BPR Syariah selama periode 2011-2013?
2. Bagaimanakah tingkat efisiensi BPR Konvensional selama periode
2011-2013?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat efisiensi BPR Syariah selama
periode 2011-2013.
2. Untuk mengetahui bagaimana tingkat efisiensi BPR Konvensional selama
periode 2011-2013.
3. Untuk mengetahui BPR mana yang lebih efisien selama periode
2011-2013.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai suatu kesempatan bagi penulis menambah wawasan ilmiah yang
berkaitan dengan program studi yang sedang penulis tekuni khususnya
mengenai perbandingan tingkat efisiensi antara BPR Syariah dan BPR
Konvensional di Indonesia.
2. Sebagai bahan studi tambahan literature dan informasi bagi mahasiswa/I
Fakultas Ekonomi khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan dan
juga masyarakat yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.
3. Sebagai referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang topiknya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan Syariah
Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam
kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka
Arsitektur Perbankan Indonesia (API). untuk menghadirkan alternatif jasa
perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia. Secara
bersama-sama. sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional secara sinergis
mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk meningkatkan
kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional. (Otoritas Jasa
Keuangan)
Sistem perbankan syariah pada dewasa ini menawarkan solusi keuangan
yang sangat bisa dinikmati oleh masyarakat. Dimana tidak adanya penggunaan
bunga yang mempunyai sifat spekulatif tentu saja mempunyai banyak manfaat
bagi masyarakat. Sistem bagi hasil itu sendiri merupakan solusi yang ditawarkan
oleh system perbankan syariah guna memperoleh keuntungan yang dapat
dinikmati oleh masyarakat. Di dalam aktivitasnya itu sendiri. para pegiat
perbankan syariah baik itu individu maupun institusi benar-benar menawarkan
konsep makro serta mikro ekonomi syariah yang anti spekulatif dan sangat
manusiawi.
Pada saat ini. perbankan syariah sedang banyak dinikmati oleh masyarakat
Indonesia. Hal ini terbukti makin menjamurnya institusi perbankan yang
menawarkan konsep islami di dalam menjalankan aktivitas bisnisnya.
menerapkan ekonomi syariah menawarkan berbagai macam produk yang sangat
menarik dan tentunya anti-riba dan spekulatif. Oleh karena itu. seharusnya
Pemerintah Indonesia harus benar-benar menggiatkan ekonomi syariah secara luas
di pelosok tanah air guna menghindari krisis ekonomi akibat penggunaan bunga di
dalam aktivitas ekonomiya.
2.2 Perbankan Syariah di Indonesia 2.2.1 Pengertian Perbankan Syariah
Menurut undang-undang RI No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan
syariah yang dimaksud dengan Perbankan Syariah adalah segala sesuatu
yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah.
mencakup kelembagaan. kegiatan usaha. serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan pengertian Bank. Bank
Syariah. Bank Umum Syariah. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dan dan
Unit Usaha Syariah sebagai berikut :
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk Simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat.
Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank
Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam l alu lintas pembayaran.
Unit Usaha Syariah. yang selanjutnya disebut UUS. adalah unit
kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi
sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan Prinsip Syariah. atau unit kerja di kantor cabang
dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor
induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah.
2.2.2 Karakteristik Perbankan Syariah
Direktorat Perbankan Syariah BI menguraikan ada tujuh
karakteristik utama yang menjadi prinsip perbankan syariah di
Indonesia. Hal ini tentu saja dapat menjadi landasan utama bagi para
nasabah maupun calon nasabah yang akan terlibat di dalam aktivitas
perekonomian berbasiskan syariah islam. Ketujuh karakteristik ini
adalah sebagai berikut:
1. Universal.
Memandang bahwa Bank Syariah berlaku untuk setiap orang tanpa
memandang perbedaan kemampuan ekonomi maupun agama.
2. Adil.
Memberikan sesuatu hanya kepada yang berhak serta
unsur maysir (unsur spekulasi atau untung-untungan). gharar.
(ketidakjelasan).haram.serta riba.
3. Transparan.
Dalam kegiatannya bank syariah sangat terbuka bagi seluruh
lapisan masyarakat.
4. Seimbang.
Mengembangkan sektor keuangan melalui aktivitas perbankan
syariah yang mencakup pengembangan sektor riil dan UMKM (Usaha
Mikro. Kecil. dan Menengah).
5. Maslahat.
Bermanfaat dan membawa kabaikan bagi seluruh aspek
kehidupan.
6. Variatif.
Produk bervariasi mulai dari tabungan haji dan
umrah.tabungan umum.giro. deposito. pembiayaan yang berbasis bagi
hasil. jual beli dan sewa. sampai kepada produk jasa custodian.jasa
transfer. dan jasa pembayaran (debet card.syariah charge).
7. Fasilitas.
Penerimaan dan penyaluran zakat. infak.sedekah.wakaf. dana
kebajikan (qard). memiliki fasilitas ATM. mobile banking. internet
2.2.3 Proposisi Nilai Perbankan Syariah Indonesia
Berdasarkan analisis BI. bahwa bank-bank syariah di Indonesia
memberikan produk-produk layanan sesuai kebutuhan nasabah yang
umumnya dibagi ke dalam 3 segmentasi berikut:
a. Segmen Korporasi/institusi. yaitu beberapa bank syariah yang
fokus melayani segmen ini sudah menyediakan beberapa produ-produk
terkini sebagaimana produk korporasi di perbankan konvensional
seperti cash management. eletronic payroll. pembayaran pajak.
collecting dan memberikan pembiayaan dengan margin khusus.
b. Segmen Retail Produktif (SMEs). segmen ini merupakan
segmen favorit bank syariah. Berbagai produk pembiayaan untuk
usaha kecil menengah ini terdapat hampir di semua bank-bank syariah.
c. Segmen Retail Konsumtif: peningkatan variasi dan kualitas
layanan produk- produk konsumer di perbankan syariah seperti
tabungan. deposito. transfer. wealth management. e-money. e-channel
melalui internet banking. mobile banking. sms banking. gadai. KPR.
KKB. multiguna dan lain-lain semakin berkembang.
2.2.4 Pemetaan Konsumen berdasarkan Orientasi Bank
Hasil riset pengembangan pasar yang dilakukan oleh Bank
Indonesia bersama tahun 2007 bersama MarkPlus.co yang
menghasilkan pemetaan segmentasi konsumen bank syariah
a. Syariah Loyalis atau Segmen Pokoknya Syariah yang
dalam kondisi apapun akan menggunakan bank syariah.
b. Follower. segmen ikut-ikutan yang akan menggunakan
bank syariah jika banyak orang menggunakannya
c. Functional benefit. yaitu segmen nasabah yang akan
menggunakan bank syariah. ataupun bank konvensional
tergantung fungsi atau keuntungan.
d. Obligatory. segmen terpaksa menggunakan jasa perbankan
syariah karena karena sesuatu hal misalnya menerima gaji
atau pembayaran transaksi harus melalui bank syariah.
e. Essentially conventional. segmen pokoknya konvensional
yang dalam kondisi apapun hanya menggunakan bank
konvensional.
2.3 Konsep Dasar Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) 2.3.1 Pengertian Bank Perkreditan Rakyat Syariah
Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan Bank
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah
yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.Muhammad (dalam Octaviana Anggraeni, 2011 : 34).
Pelaksanaan BPR yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah selanjutnya diatur menurut Peraturan Bank Indonesia
Indonesia Nomor : 8/25/PBI/2006 tentang Bank Perkreditan Rakyat
Berdasarkan Prinsip Syariah. Anita (2009 : 24)
2.3.2 Kegiatan Usaha BPRS
Berdasarkan Undang-Undang No. 21 tahun 2008. Bank
Perkreditan Rakyat Syariah mempunyai kegiatan usaha adalah sebagai
berikut :
a. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk:
1. Simpanan berupa Tabungan atau yang dipersamakan
dengan itu berdasarkan Akad wadi’ah atau Akad lain
yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; dan
2. Investasi berupa Deposito atau Tabungan atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan
Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah;
b. menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk:
1. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah
atau musyarakah;
2. Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah. salam.
atau istishna’;
3. Pembiayaan berdasarkan Akad qardh;
4. Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak
atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya
bittamlik; dan
5. Pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah;
c. menempatkan dana pada Bank Syariah lain dalam
bentuk titipan berdasarkan Akad wadi’ah atau
Investasi berdasarkan Akad mudharabah dan/atau
Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip
Syariah;
d. memindahkan uang. baik untuk kepentingan sendiri
maupun untuk kepentingan Nasabah melalui
rekening Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang
ada di Bank Umum Syariah. Bank Umum
Konvensional. dan UUS; dan
e. menyediakan produk atau melakukan kegiatan
usaha Bank Syariah lainnya yang sesuai dengan
Prinsip Syariah berdasarkan persetujuan Bank
Indonesia.
2.4 Konsep Efisiensi
Konsep efisiensi berasal dari konsep mikro ekonomi. yaitu
teori konsumen dan teori produsen. Sudut pandang teori konsumen
mencoba untuk memaksimalkan kegunaan atau kepuasan individu.
sedangkan sudut pandang teori produsen mencoba untuk
Diana Yumanita (dalam Vini Sapta Dini Eka Putri Noor, 2013 :
31).
Efisiensi juga dapat didefinisikan sebagai perbandingan
antara keluaran (output) dan masukan (input). atau jumlah yang
dihasilkan dari satu input yang dipergunakan. Suatu perusahaan
dapat dikatakan efisiensi apabila mempergunakan jumlah unit
yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah unit input
yang dipergunakan perusahaan lain untuk menghasilkan jumlah
output yang lebih besar. Permono dan Darmawan dikutip
Priyonggo (dalam Vini Sapta Dini Eka Putri Noor ,2013 : 31).
2.5 Konsep Pengukuran Efisiensi
Penghitungan efisiensi teknis sebelumnya telah dilakukan
oleh Farell (1957) berdasarkan paper dari Tim Coelli (1996) yang
menggambarkan sebuah ukuran sederhana mengenai efisiensi
perusahaan dengan cara menghitung berbagai macam input yang
digunakan untuk produksinya.
Farell mengusulkan efisiensi dari dua komponen yaitu:
technical efficiency yang menggambarkan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan output maksimum dari serangkaian input yang
telah ditentukan. dan allocative efficiency yang menggambarkan
kemampuan perusahaan untuk menggunakan berbagai macam
input dalam proporsi yang optimal. di mana masing-masing
produksinya. Kedua komponen efisiensi tersebut dikombinasikan
lalu menghasilkan total economic efficiency.
Pemikiran awal mengenai pengukuran efisiensi dari Farell di
mana analisisnya berkenaan dengan ruang input. yang berfokus
pada upaya pengurangan input (an input-reducing focus). Metode
ini disebut dengan pengukuran berorientasi input (input-oriented
measures).
Muharam dan Pusvitasari (dalam Arief Setiawan, 2013 : 23)
menjelaskan bahwa secara keseluruhan efisiensi perbankan dapat
didekomposisikan dalam efisiensi skala (scale efficiency). efisiensi
cakupan (scope efficiency). efisiensi teknik (technical efficiency).
dan efisiensi alokasi (allocative efficiency). Bank dikatakan
mencapai efisiensi dalam skala ketika bank bersangkutan mampu
beroperasi dalam skala hasil yang konstan (constant return to
scale). sedangkan efisiensi cakupan tercapai ketika bank mampu
beroperasi pada diversifikasi lokasi. Efisiensi alokasi tercapai ketika
bank mampu menentukan berbagai output yang memaksimumkan
keuntungan. sedangkan efisiensi teknik pada dasarnya menyatakan
hubungan antara input dengan output dalam suatu proses produksi.
Suatu proses produksi dikatakan efisien apabila pada penggunaan
input sejumlah tertentu dapat dihasilkan output yang maksimum
atau untuk menghasilkan output sejumlah tertentu digunakan input
2.6 Pengukuran Efisiensi
Menurut Muharam dan Pusvitasari (dalam Arief Setiawan, 2013:
24) ada tiga jenis pendekatan pengukuran efisiensi khususnya perbankan.
yaitu:
1. Pendekatan Rasio
Pendekatan rasio dalam mengukur efisiensi dilakukan dengan cara
menghitung perbandingan output dan input yang digunakan. Pendekatan
ini akan dapat dinilai memiliki efisiensi yang tinggi apabila dapat
menghasilkan output yang semaksimal mungkin dengan input yang
seminimal mungkin.
Efficiency = Output / Input ... (2.9)
Pendekatan rasio ini memiliki kelemahan apabila terdapat banyak input
dan banyak output yang akan dihitung. karena jika diperhitungkan
serempak maka akan menghasilkan banyak hasil perhitungan sehingga
menghasilkan asumsi yang tidak tegas. Silkman dikutip oleh Ario dikutip
Muharam dan Pusvitasari (dalam Arief Setiawan 2013: 25)
2. Pendekatan Regresi
Pendekatan ini dalam mengukur efisiensi menggunakan sebuah
model dari tingkat output tertentu sebagai fungsi dari berbagai tingkat
input tertentu. Fungsi regresi adalah sebagai berikut:
Y=f (X1. X2. X3. X4...Xn)... (2.10)
Dimana:
Pendekatan regresi akan menghasilkan estimasi hubungan yang
dapat digunakan untuk memproduksi tingkat output yang dihasilkan
sebuah Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) pada tingkat input tertentu. UKE
dapat dikatakan efisien apabila menghasilkan output lebih banyak dari
pada output hasil estimasi.
3. Pendekatan Frontier
Menurut Silkman dikutip Muharam dan Pusvitasari (dalam Arief
Setiawan, 2013 : 26). pendekatan frontier dalam mengukur efisiensi
dibedakan menjadi dua jenis yaitu pendekatan frontier parametrik dan non
parametrik. Tes parametrik adalah tes yang modelnya menetapkan adanya
syarat-syarat tertentu tentang parameter populasi yang merupakan sumber
penelitiannya. sedangkan tes statistik non parametrik adalah tes yang
modelnya tidak menetapkan syarat-syarat mengenai parameter populasi
yang merupakan induk sampel penelitiannya. Pendekatan frontier
parametrik dapat diukur dengan menggunakan metode Stochastic Frontier
Analysis (SFA) dan Distribution Free Analysis (DFA). Sedangkan
pendekatan frontier non parametrik dapat diukur dengan dengan
menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA).
2.7 Hubungan Input dan Output dalam Pengukuran Efisiensi Menurut Hadad et al (dalam Sufian, 2006 : 38). terdapat 3
pendekatan yang lazim digunakan baik dalam metode parametrik
Stochastic Frontier Analysis (SFA) dan Distribution Free Analysis (DFA)
mendefinisikan hubungan input dan output dalam kegiatan finansial suatu
lembaga keuangan yaitu :
1. Pendekatan Aset ( The asset Approach)
Pendekatan aset mencerminkan fungsi primer sebuah lembaga
keuangan sebagai pencipta kredit pinjaman (loans). Dalam pendekatan ini.
output didefinisikan ke dalam bentuk aset.
2. Pendekatan Produksi (The Production Approach)
Pendekatan ini menganggap lembaga keuangan sebagai produsen
dari akun deposito (deposit account) dan kredit pinjaman (credit accounts)
lalu mendefinisikan output sebagai jumlah tenaga kerja. pengeluaran
modal pada aset-aset tetap dan material lainya.
3. Pendekatan Intermediasi (The Intermediation Approach)
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa lembaga keuangan
bertindak sebagai perantara antara penabung dan peminjam dan
menjadikan total kredit dan sekuritas sebagai output. Sedangkan deposito
dengan tenaga kerja dan modal fisik didefinisikan sebagai input.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
intermediasi. Menurut Berger dan Humphrey, dikutip Muharam dan
Pusvitasari (dalam Arief Setiawan 2013 : 27) menyatakan bahwa
pendekatan intermediasi merupakan pendekatan yang lebih tepat untuk
mengevaluasi kinerja lembaga keuangan secara umum karena karakteristik
lembaga keuangan sebagai financial intermediation yang menghimpun
menggunakan pendekatan intermediasi ini juga diharapkan dapat
menggambarkan fungsi perbankan yang sesungguhnya.
2.8 Penelitian Terdahulu
Berikut ini adalah penelitian mengenai efisiensi bank yang telah
banyak dilakukan pada bank-bank asing maupun bank-bank swasta
nasional baik domestik maupun luar negeri:
1. Rakhmat Purwanto (2011)
Penelitian ini berjudul Analisis Perbandingan Efisiensi Bank
Umum Konvensional (BUK) dan Bank Umum Syariah (BUS) Dengan
Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Periode 2006-2010) .
Penelitian ini menggunakan total kredit/ pembiayaan dan laba operasional
sebagai ouput serta total simpanan. asset. dan biaya tenaga kerja sebagai
input.
Hasil analisis menggunakan metode DEA menunjukan bahwa
selama periode 2006-2010 BUK dan BUS cenderung mengalami
peningkatan efisiensi walaupun berfluktuatif dengan rata-rata efisiensi
83.29 persen untuk BUK dan 89.3 persen untuk BUS. Hal ini menunjukan
bahwa BUS sedikit lebih baik dari pada BUK di Indonesia dalam hal
efisiensinya. Pada pengujian hipotesis uji beda menggunakan independent
sample t-test menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai efisiensi
2. Rezqi Syahri Rakhmadi (2010)
Penelitian ini berjudul Analisis Efisiensi dan Produktivitas Bank
Syariah di Indonesia dengan menggunakan metode Data Envelopment
Analysis (DEA) periode 2007-2009. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu laba rugi dan neraca sebagai variabel input dan ouput.
Hasil penelitian ini ditemukan bahwa Perbankan Syariah di
Indonesia mengalami peningkatan produktivitas. dimana peningkatan
produktivitas tersebut disebabkan oleh faktor tekhnologi. Selain itu
penelitian ini juga menemukan adanya korelasi negative antara aset
dengan efisiensi dimana semakin besar aset maka mengakibatkan
berkurangnya efisiensi. Serta juga ditemukan adanya korelasi positif antara
input dengan ouput dimana semakin bertambah input juga akan
meningkatkan ouput.
3. Shafitranata (2011)
Penelitian yang ia lakukan berjudul Tingkat Efisiensi Bank Umum
Syariah (BUS) menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA).
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu biaya operasional.
biaya tenaga kerja. dan jasa bank sebagai variable input dan total simpanan
dan deposito sebagai variabel ouput.
Hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata tingkat efisiensi tahunan
Bank Muamalat Indonesia. Bank Syariah Mandiri. dan Bank Mega
Syariah yang memiliki rata-rata tahunan kurang dari tetapan suatu
efisiensi.
4. Vini Sapta Eka Dini Putri Noor (2013)
Penelitian ini berjudul Analisis Perbandingan Efisiensi Bank
Syariah dan Bank Konvensional dengan menggunakan metode Data
Envelopment Analysis (DEA). Variabel yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu jumlah simpanan. jumlah aktiva tetap. dan jumlah beban
operasional lainnya sebagai input. Sedangkan variabel ouputnya adalah
jumlah pembiayaan/kredit.
Hasilnya menunjukkan bahwa pada periode 2008-2011.
perhitungan efisiensi menggunakan asumsi Variable Return to Scale
(VRS) memberikan hasil perhitungan efisiensi secara rata-rata pada BUS
sebesar 84.73. Sedangkan pada BUK sebesar 75.55 sehingga dapat
disimpulkan kinerja efisiensi Bank Syariah lebih baik daripada Bank
Konvensional.
5. Arief Setiawan (2013)
Penelitian ini berjudul Analisis Perbandingan Efisiensi Bank
Konvensional dan Bank Syariah dengan menggunakan metode Data
Envelopment Analysis (DEA). Variabel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah simpanan. aset. dan biaya tenaga kerja sebagai variabel input.
Sedangkan variabel ouputnya adalah pembiayaan dan pendapatan.
Hasil penelitian ini adalah bahwa Rata-rata pencapaian efisiensi
periode 2008-2012 dengan rata-rata efisiensi bank konvensional sebesar
Pengukuran Efisiensi dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA)
dengan pendekatan intermediasi
Tingkat Efisiensi BPR Konvensional Tahun 2011 - 2013
Tingkat Efisiensi BPRS Tahun 2011 - 2013
2.9 Kerangka Konseptual
[image:41.595.111.532.140.705.2]
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis Aset
Dana Pihak Ketiga
Pembiayaan atau Kredit
Pendapatan Data Keuangan BPR Syariah dan BPR Konvensional
Tahun 2011 - 2013
Laporan Tahunan Bank Indonesia
Statistik Perbankan Syariah dan Statistik Perbankan Indonesia
27
Ruang lingkup penelitian ini meliputi menganalisis efisiensi teknik dan
data yang digunakan adalah data kuantitatif. yaitu penelitian yang menganalisa
data yang berbentuk angka (numerik). Ini dilakukan dalam jangka waktu tiga
tahun. dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013. Penelitian ini dilakukan
dengan melihat laporan keuangan tahunan dari Bank Indonesia di dalam Statistik
Perbankan Indonesia dan mengambil sampel BPR Syariah dan BPR
Konvensional.
3.2 Populasi dan Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah BPR Syariah dan BPR Konvensional
yang terdaftar di Bank Indonesia selama periode 2011-2013. Pengambilan sampel
dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling yaitu metode pemilihan
sampel dipilih berdasarkan pertimbangan (judgement sampling) yang berarti
pemilihan sampel secara tidak acak dimana informasinya diperoleh dengan
pertimbangan tertentu.
Kriteria sampel yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. BPR Syariah dan BPR Konvensional yang beroperasi di Indonesia selama
periode pengamatan tahun 2011 – 2013.
2. Sampel penelitian yaitu 5 BPR Syariah berskala provinsi dan 5 BPR
Konvensional berskala provinsi yang telah menerbitkan laporan keuangan
3. Masing-masing 5 sampel BPR Syariah dan 5 sampel BPR Konvensional
yang konsisten dengan perkembangan jumlah aset secara signifikan selama
periode pengamatan 2011-2013.
Berdasarkan kriteria yang ditetapkan. maka terdapat 5 sampel penelitian
yang dapat mewakili masing-masing kelompok bank yaitu 5 BPR Syariah
berskala provinsi dan 5 BPR Konvensional berskala provinsi. Sampel penelitian
[image:43.595.143.519.309.436.2]dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1
Daftar Nama Sampel Bank Penelitian
BPR Syariah BPR Konvensional
BPR Syariah Aceh BPR Konvensional Aceh
BPR Syariah Sumatera Utara BPR Konvensional Sumatera Utara BPR Syariah D.K.I Jakarta BPR Konvensional D.K.I Jakarta BPR Syariah Sulawesi Selatan BPR Konvensional Sulawesi Selatan BPR Syariah NTB BPR Konvensional NTB
Sumber: Statistik Perbankan Syariah dan Statistik Perbankan Indonesia 2014
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan
menggunakan metode dokumentasi. yaitu metode yang menghimpun informasi
dan data melalui metode studi pustaka. eksplorasi literatur-literatur dan laporan
keuangan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia.
Penelitian ini menggunakan data sekunder. yaitu data yang tidak secara
langsung dikumpulkan oleh orang yang berkepentingan dengan data tersebut.
Data sekunder pada umumnya digunakan oleh peneliti untuk memberikan
gambaran tambahan. gambaran pelengkap untuk diproses lebih lanjut. Data
sekunder penelitian ini didapat dari hasil penelitian lembaga seperti BI yang
Indonesia selama periode pengamatan 2011-2013. Data sekunder yang dibutuhkan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Total Aset diperoleh dari laporan keuangan tahunan bank yag
bersangkutan selama periode pengamatan.
b. Dana Pihak Ketiga diperoleh dari neraca dalam laporan keuangan tahunan
bank yang bersangkutan selama periode pengamatan.
c. Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja diperoleh dari laporan keuangan tahunan bank asing
dan bank swasta nasional bersangkutan selama periode pengamatan.
d. Total kredit dari neraca dalam laporan keuangan bank yang bersangkutan
selama periode pengamatan.
e. Total Pendapatan diperoleh dari laporan laba/rugi dalam laporan keuangan
tahunan bank yang bersangkutan selama periode pengamatan.
3.4 Metode Analisis Data
Menurut penelitian oleh peneliti BI yaitu Hadad et all. (2003: 1) dengan
menggunakan pendekatan parametrik maupun DEA. tujuan dari penelitian
mengenai efisiensi perbankan adalah untuk memperoleh suatu frontier yang
akurat. Namun demikian. kedua metode menggunakan pendekatan yang berbeda
untuk mencapai tujuan ini. Pendekatan parametrik menghasilkan stochastic cost
frontier sedangkan pendekatan DEA menghasilkan production frontier.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
pendekatan non parametric yakni metode Data Envelopment Analysis (DEA).
………...……... (3.1) 3.4.1 Metode Data Envelopment Analysis (DEA)
Menurut Muhammad Afif Amirillah (2010 : 9) Data Envelopment
Analysis merupakan prosedur yang dirancang khusus untuk mengukur
nilai efisiensi yang menggunakan banyak input dan banyak output. dimana
penggabungan input dan output tersebut tidak dapat dilakukan. Skor
efisiensi Data Envelopment Analysis relatif tergantung pada tingkat
efisiensi dari unit -unit bank syariah maupun konvensional lain didalam
sampel. Data Envelopment Analysis mampu memberikan rekomendasi
faktor-faktor apa saja yang harus dilakukan perubahan untuk mencapai
efisiensi.
3.4.2 Model Pengukuran Efisiensi Teknik Bank
Efisiensi teknik perbankan diukur dengan menghitung rasio antara
output dan inputnya. DEA akan menghitung bank yang menggunakan
input n untuk menghasilkan output m yang berbeda Miller dan Noulas,
dikutip Sutawijaya dan Lestari (dalam Arief Setiawan, 2013 : 48)
Dimana:
hs = efisiensi bank s
m = output bank s yang diamati
n = input bank s yang diamati
yis = jumlah output i yang diproduksi oleh bank s xjs = jumlah input j yang digunakan oleh bank s ui = bobot output i yang dihasilkan oleh bank s
vj = bobot input j yang diberikan oleh bank s dan i dihitung dari 1 ke m serta
, Untuk r = 1, ……, N……….. (3.2) Penggunaan satu variabel input dan satu output ditunjukkan dalam
persamaan 3.1. Rasio efisiensi (hs). kemudian dimaksimumkan dengan
kendala sebagai berikut :
Dimana ui dan vj ≥ 0... (3.3)
Persamaan 3.2 menyebutkan bahwa N mewakili jumlah bank dalam
sampel dan r merupakan jenis bank yang dijadikan sampel dalam penelitian.
Pertidaksamaan pertama menjelaskan bahwa adanya rasio untuk UKE lain
tidak lebih dari 1. sementara pertidaksamaan kedua berbobot non-negatif
(positif). Angka rasio akan bervariasi antara 0 sampai dengan 1. Bank
dikatakan efisien. apabila memiliki angka rasio mendekati 1 atau 100
persen. sebaliknya apabila mendekati 0 menunjukkan efisiensi bank yang
semakin rendah. Pada DEA. setiap bank dapat menentukan bobotnya
masing-masing dan menjamin bahwa pembobotnya yang dipilih akan
menghasilkan ukuran kinerja yang terbaik. Sutawijaya dan Lestari (2009 :
57).
Metode analisis pada persamaan 3.1 dan 3.2 juga dapat dijelaskan
bahwa efisiensi sejumlah bank sebagai UKE (n). Setiap bank menggunakan
n jenis input untuk menghasilkan m jenis output. apabila xjs merupakan
jumlah input j yang digunakan oleh bank sedangkan yis > 0 merupakan
variable) dari penjelasan tersebut adalah bobot yang harus diberikan pada
setiap input dan output bank. Vj merupakan bobot yang diberikan pada input
j oleh bank dan ui merupakan bobot yang diberikan pada output i oleh bank.
sehingga vj dan ui merupakan variabel keputusan. Nilai variabel ini
ditentukan melalui iterasi program linear. Kemudian diformulasikan pada
sejumlah s program linear fraksional (fractional linear programs). Satu
formulasi program linear untuk setiap bank dalam sampel. Fungsi tujuan
dari setiap program liniear fraksional tersebut adalah rasio dari output
tertimbang di bagi rasio input tertimbang (total weighted output/total
weighted input) dari bank. Muharam dan Pusvitasari (2007 : 46)
Model pengukuran teknik bank berdasarkan asumsi pendekatan
frontier dibagi menjadi dua jenis. yaitu :
a. Model DEA CCR (Charnes-Cooper-Rhodes. 1978)
Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh Charnes. Coopers dan
Rhodes (CCR) pada tahun 1978 yang disebut dengan model CCR. Model
ini mengasumsikan bahwa rasio antara penambahan input dan output
adalah sama (constant return to scale atau CRS). Artinya. jika ada
tambahan input sebesar x kali. maka output juga akan meningkat sebesar x
kali. Asumsi lain yang digunakan dalam model ini adalah bahwa setiap
perusahaan (ie. bank) beroperasi pada skala yang optimal (optimum scale).
………... (3.4)
………... (3.5)
…..………... (3.6) Asumsi yang digunakan dalam model ini adalah Constant Return
to Scale (CRS). Beberapa program linier ditransformasikan ke dalam
program ordinary liniear secara primal atau dual. sebagai berikut:
Maksimisasi
Fungsi batasan dan kendala:
Efisiensi pada masing-masing bank dihitung menggunakan
programasi linier dengan memaksimumkan jumlah output yang dibobot
dari bank s. Kendala jumlah input yang dibobot harus sama dengan satu
untuk bank s. sedangkan kendala untuk semua bank yaitu output yang
dibobot dikurangi jumlah input yang dibobot harus kurang atau sama
dengan 0. Hal ini berarti bahwa semua bank akan berada atau di bawah
referensi kinerja frontier yang merupakan garis lurus yang memotong
sumbu origin. Sutawijaya dan Lestari (2009 : 58).
b. Model DEA BCC (Bankers. Charnes dan Cooper. 1984)
Model BCC ini beranggapan bahwa perusahaan tidak atau belum
beroperasi pada skala yang optimal. Persaingan dan kendala-kendala
skala optimalnya. Asumsi dari model ini adalah bahwa rasio antara
penambahan input dan output tidak sama (variable return to scale atau
VRS). Artinya penambahan input sebesar x kali tidak akan menyebabkan
output meningkat sebesar x kali. bisa lebih kecil atau lebih besar dari x
kali. Endri (2011 : 15)
3.5 Operasional Variabel Penelitian
Adapun penentuan variabel-variabel input dan output dalam penelitian ini
[image:49.595.143.517.371.435.2]ditunjukkan pada Tabel 3.2
Tabel 3.2
Variabel Input-Output
Pendekatan Input Ouput
Aset
Intermediasi Dana Pihak Ketiga Pembiayaan Biaya Tenaga Kerja Pendapatan Sumber: Hasil Olah Data Input-Output
Dalam penelitian ini terdapat definisi dari operasional variabel yang dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Variabel Input
Variabel input adalah variabel yang mempengaruhi variabel output.
Variabel input yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak tiga variabel.
a. Aset
Aset (I2) adalah seluruh kekayaan yang dimiliki oleh bank meliputi
kas. giro pada Bank Indonesia. penempatan pada bank lain. surat berharga
b. Dana Pihak Ketiga
Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 10/19/PBI/2008
menjelaskan. “dana pihak ketiga bank (I2). untuk selanjutnya disebut
DPK. adalah kewajiban bank kepada penduduk dalam rupiah dan valuta
asing”. Umumnya dana yang dihimpun oleh perbankan dari masyarakat
akan digunakan untuk pendanaan aktivitas sector riil melalui penyaluran
kredit. Wajriyo dikutip Fransiska dan Siregar (dalam Febry Amithya
Yuwono, 2011 : 21)
c. Biaya Tenaga Kerja
Menurut Mulyadi (2000 : 343). tenaga kerja merupakan usaha fisik
atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk. Biaya
tenaga kerja (I3) adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan biaya
tenaga kerja manusia.
2. Variabel Output
Variabel output adalah variabel yang menjadi pusat perhatian.
dalam penelitian ini variabel output yang digunakan adalah total kredit
atau pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2).
a. Total Kredit atau Pembiayaan
Total kredit atau pembiayaan (O1) merupakan produk utama bank
sebagai lembaga intermediasi yang menghubungkan antara pihak yang
b. Pendapatan
Pendapatan (O2) merupakan pendapatan hasil dari kegiatan
operasional maupun non operasional bank yang tergolong bank asing
37
Perkembangan perbankan syariah selama tiga tahun terakhir. sampai
dengan bulan desember 2013 (yoy) cukup menggembirakan. Perbankan syariah
mampu tumbuh ± % sehingga total asetnya menjadi Rp 242.27 triliun.
Pembiayaan telah mencapai Rp 233.34 triliun dan penghimpunan dana menjadi
Rp204.57 triliun.
Penghimpunan dana masyarakat terbesar dalam bentuk deposito
Mudharabah yaitu Rp 107.811 Triliun diikuti oleh Tabungan Mudharabah
sebesar Rp 57.200 triliun dan Giro Wadiah sebesar Rp18.242 triliun (11.22%).
Penyaluran dana pada akhir sebesar Rp184.120 triliun diikuti non performing
financing yang sebesar Rp 4.828 triliun dan Rasio Non Performing Loan sebesar
2.62% pada akhir 2013.
Pembiayaan sebagai upaya lembaga finansial dalam menggerakkan sektor
riil telah mendapat perhatian tinggi dari perbankan syariah. Sebesar 80.85% dari
total penyaluran dana perbankan syariah atau Rp135.58 triliun diinvestasikan ke
dalam aktivitas pembiayaan. lalu Penempatan pada Bank Indonesia dalam bentuk
Surat Berharga Bank Indonesia Syariah (SBIS). giro dan Fasilitas Bank Indonesia
(FASBI) sebesar Rp18.52 triliun (11.04%). kemudian penempatan pada Surat
Berharga yang dimiliki sebesar Rp7.82 triliun (4.66%) serta penempatan pada
Bank Lain sebesar Rp5.16 triliun (3.08%). (Outlook Perbankan Syariah 2013 oleh
4.2 Hasil dan Pembahasan 4.2.1 Analisis Deskriptif
Berdasarkan penjelasan diatas. objek penelitian yang akan digunakan 5
BPR Syariah. yaitu BPR Syariah Aceh. BPR Syariah Sumatera Utara. BPR
Syariah D.K.I Jakarta. BPR Syariah Sulawesi Selatan. dan BPR Syariah Nusa
Tenggara Barat. serta 5 BPR Konvensional. yaitu BPR Konvensional Aceh. BPR
Konvensional Sumatera Utara. BPR Konvensional D.K.I Jakarta. BPR
Konvensional Sulawesi Selatan. dan BPR Konvensional Nusa Tenggara Barat.
Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan menggunakan bantuan
microsoft excel windows 8. dan MaxDEA versi 6 untuk dapat mengolah data dan
memperoleh hasil dari variabel-variabel yang diteliti. MaxDEA digunakan untuk
menganalisis efisiensi bank-bank yang diteliti yakni BPR Syariah BPR
Konvensional dengan menggunakan tiga variabel input. yaitu: Aset. Dana Pihak
Ketiga (DPK). dan Biaya Tenaga Kerja (TK). Sedangkan Variabel outputnya.
yaitu: Pembiayaan/Kredit dan Total Pendapatan.
Variabel pertama dalam penelitian ini adalah aset. Yaitu dana yang
dipercayakan oleh masyarakat kepada Bank dalam bentuk giro. deposito
berjangka. sertifikat deposito tabungan atau yang dapat dipersamakan dengan itu
Tabel 4.1
Perkembangan Jumlah Variabel Input Aset (Studi 5 BPR Syariah dan 5 BPR Konvensional)
Tahun 2011-2013 (Milyar Rupiah)
Nama Bank Tahun
2011 2012 2013
BPR Syariah Aceh 86.236 93.669 95.261
BPR Syariah Sumatera Utara
96.219 101.420 99.583
BPR Syariah D.K.I Jakarta
31.894 35.594 29.970
BPR Syariah Sulawesi Selatan
113.554 122.832 145.275
BPR Syariah NTB 103.672 135.162 119.044
BPR Konvensional Aceh 125.000 138.000 161.000
BPR Konvensional Sumatera Utara
763.000 877.000 967.000
BPR Konvensional D.K.I Jakarta
1.341.000 1.579.000 1.625.000
BPR Konvensional Sulawesi Selatan
669.000 925.000 1.064.000
BPR Konvensional NTB
716.000 840.000 940.000
Jumlah Aset 4.045.575 4.847.677 5.246.133
Pertumbuhan 28.61% 34.28% 37.10%
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia 2014 ; Data Diolah
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah aset 5 BPR Syariah dan 5 BPR
Konvensional dalam penelitian ini terus mengalami kenaikan dari tahun 2011-
merumuskan kebijakan perbankan yang mempunyai fungsi di dalam menyalurkan
pembiayaan/kredit bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat kecil dan menengah
maupun sektor umkm yang menjadi prioritas BPR itu sendiri.
Variabel input kedua adalah dana pihak ketiga. yaitu penghimpunan dana
yang dilakukan baik oleh BPR Syariah maupun BPR Konvensional. Berdasarkan
Tabel 4.2. persentase pertumbuhan dpk pada 5 BPR Syariah dan 5 BPR
Konvensional mengalami kenaikan setiap tahunnya dari 2011-2013.
Meningkatnya jumlah dpk tersebut menunjukkan bahwa 10 sampel bank yang
diteliti memiliki kinerja keuangan yang baik sehingga berdampak pada
Tabel 4.2
Perkembangan Jumlah Variabel Input Dana Pihak Ketiga (DPK) (Studi 5 BPR Syariah dan 5 BPR Konvensional)
Tahun 2011-2013 (Milyar Rupiah)
Nama Bank Tahun
2011 2012 2013
BPR Syariah Aceh 45.373 53.611 54.984
BPR Syariah Sumatera Utara
61.975 62.274 62.644
BPR Syariah D.K.I Jakarta
6.323 8.846 10.025
BPR Syariah Sulawesi Selatan
44.402 61.977 77.683
BPR Syariah NTB 54.368 81.450 69.385
BPR Konvensional Aceh
55.000 61.000 80.000
BPR Konvensional Sumatera Utara
538.000 612.000 690.000
BPR Konvensional D.K.I Jakarta
837.000 1.063.000 1.001.000
BPR Konvensional Sulawesi Selatan
366.000 476.000 497.000
BPR Konvensional NTB
452.000 521.000 602.000
Jumlah DPK 2.460.441 3.001.158 3.144.721
Pertumbuhan 28.58% 34.87% 36.53%
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia 2014 ; Data Diolah
Variabel input ketiga adalah biaya tenaga kerja Tabel 4.3 menunjukkan
bahwa biaya tenaga kerja pada 10 sampel bank yang diteliti terus mengalami
kebutuhan akan upah yang layak bagi pegawai BPR itu sendiri yang disebabkan
oleh kenaikan kebutuhan ekonomi.
Tabel 4.3
Perkembangan Jumlah Variabel Input Biaya Tenaga Kerja (TK) (Studi 5 BPR Syariah dan 5 BPR Ko