• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of EVALUASI PENERAPAN KETERAMPILAN DASAR DOSEN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S-1 DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of EVALUASI PENERAPAN KETERAMPILAN DASAR DOSEN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S-1 DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

EVALUASI PENERAPAN KETERAMPILAN DASAR DOSEN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S-1 DALAM PROSES

BELAJAR MENGAJAR

Asep Badrujamaludin¹ *), Rini Mulyati²

¹Program Studi Keperawatan S-1, STIKES Jend. A Yani- Cimahi Email: dru.stikesayani@gmail.com

²Program Studi Keperawatan S-1, STIKES Jend. A Yani- Cimahi Email: tesarafkhani@yahoo.com

ABSTRAK

Proses pembelajaran merupakan inti proses pendidikan secara keseluruhan, dengan dosen sebagai pemegang peran terdepan. Proses pembelajaran adalah suatu proses yang berisi serangkaian tindakan pengajaran kepada mahasiswa berdasarkan hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi pendidikan guna mencapai tujuan tertentu. Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui ikhtisar penerapan keterampilan dasar pengajar dalam proses pembelajaran di Program Ilmu Keperawatan (S-1). Metodenya adalah Deskriptif; desain yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi evaluasi. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa ketrampilan dasar dosen STIKES A Yani telah terbukti dengan baik oleh ketrampilan dosen dalam mengajar lebih dari 75%, sedangkan keterampilan yang dibutuhkan perbaikan meliputi: memberikan penguatan pada kalimat dan menuntut tanggung jawab siswa dalam proses pembelajaran dengan persentase kurang dari 75% .Adapun yang di rekomendasikan dari penelitian ini adalah Keterampilan dasar dosen dalam mengajar, meski bagus, dosen diharapkan terus mengembangkan kompetensi pedagogis sehingga dosen mampu mengembangkan proses pembelajaran kreatif dan inovatif sesuai dengan karakteristiknya. Pelajar dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

(2)

2

ABSTRACT

The process of learning is at the core of the educational process as a whole, with the lecturer as the holder of a leading role. Also, the process of learning is a process that contains a series of acts of faculty and students on the basis of reciprocal relationships that take place in an educational situation in order to achieve certain goals.The aim of this study isTo determine the implementation overview of basic skills teaching in the learning process in the Bachelor of Nursing Science Program (S-1). The Method is Descriptive; design will be done in this study is Evaluation Study.The result found that the basic skills of lecturers STIKES A Yani has been well proven by the skills of lecturers in teaching more than 75%, while the skills that need improvement includes: provide reinforcement to the sentence and demanded the responsibility of the students in the learning process with a percentage less than 75%.The Implementation of this study recommended that The basic skills of lecturers in teaching, despite being good, lecturers are expected to keep developing the pedagogical competencies that the lecturers were able to develop a creative learning process and innovative accordance with the characteristics of learners and by the development of science and technology.

(3)

3 A. PENDAHULUAN

Proses belajar-mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan, dengan dosen sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan dosen dan mahasiswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (Usman Uzer, 2000). Mengajar dalam konteks standar proses pendidikan tidak hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi juga dimaknai sebagai proses mengatur lingkungan belajar, sehingga terjadi interaksi edukatif dengan penanaman sikap dan nilai pada diri mahasiswa yang sedang belajar. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam proses belajar mengajar mahasiswa harus dijadikan sebagai pusat dari kegiatan . Hal ini dimaksudkan untuk membentuk watak, peradaban, dan meningkatkan mutu kehidupan peserta didik. Pembelajaran perlu memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Pemberdayaan diarahkan untuk mendorong pencapaian kompetensi dan perilaku khusus supaya setiap individu mampu menjadi pembelajar sepanjang hayat dan mewujudkan masyarakat belajar ( Sanjaya .W, 2008).

Prinsip belajar yang harus dibudayakan oleh peserta didik dalam rangka menjadi pembelajar sepanjang hayat menurut UNESCO yaitu ; 1). learning to know ( learning to learn) yang mengandung makna bahwa belajar tidak hanya berorentasi kepada produk atau hasil belajar, akan tetapi harus berorentasi kepada proses belajar, 2). Learning to do, mengandung makna bahwa belajar bukan hanya sekedar mendengarkan dan melihat dengan tujuan akumulasi pengetahuan, tetapi belajar untuk

berbuat atau proses pembelajaran yang berorentasi kepada pengalaman ( learning by experiences), 3). Learning to be, mengandung makna bahwa belajar adalah membentuk manusia

yang “menjadi diri sendiri” dan 4). Learning to live together yaitu belajar untuk bekerja sama ( Sanjaya .W,2008).

Undang-Undang Guru dan Dosen No.14 pasal 10 ayat 1 (2005) menjelaskan bahwa seorang dosen harus memiliki kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Dosen yang kompeten mampu mengelola kelas dengan baik, sehingga hasil belajar mahasiswa berada pada tingkat optimal. Dosen tidak akan dapat melaksanakan tugas dan perannya dengan baik, jika dosen tidak mempunyai keterampilan dasar dalam mengajar. Beberapa keterampilan dasar mengajar yang harus dimiliki oleh seorang dosen adalah keterampilan bertanya, keterampilan memberikan reinforcement, keterampilan dalam memberikan variasi stimulus, keterampilan membuka dan menutup pembelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, dan keterampilan mengelola kelas ( Usman Uzer, 2000).

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Ahcmad Yani Cimahi, merupakan institusi pendidikan dibawah Yayasan Kartika Eka Paksi, dengan salah satu pendidkan keperawatan yang dikelola adalah Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1). Untuk meningkatkan profesionalisme dan proses pembelajaran, maka minimal dosen Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1) berpendidikan Magister Keperawatan atau Kesehatan yang berjumlah 21 dosen.Hal ini memerlukan keterampilan setiap dosen dalam proses pengajaran dan profesionalisme.

(4)

4 pertanyaan kemudian dijawab oleh mahasiswa,

tetapi bagaimana pertanyaan yang diajukan oleh dosen mampu mendorong kemampuan berpikir mahasiswa. Oleh sebab itu bertanya didalam proses belajar mengajar memainkan peranan penting, sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan dampak positif, sehingga dapat meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam belajar (Majid Abul, 2014). Disamping itu pada saat menerapkan keterampilan bertanya, dosen harus menunjukkan sikap yang baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban mahasiswa.

B. METODE

Tahapan Penelitian:

1) Penyusunan proposal penelitian, ijin penelitian, persetujuan komite etik

2) Rekruitmen responden penelitian dengan metode Deskriptis dengan desain penelitian Evaluation Study

3) Responden yang bersedia terlibat dalam penelitian ini diberikan informasi tentang penelitian ini. Responden menandatangani informed consent dan mengisi format kesediaan untuk menjadi responden. 4) Melakukan pengumpulan data secara

observasi

5) Analisis hasil penelitian dan penyusunan laporan penelitian

Rancangan penelitian akan dilakukan dalam penelitian ini adalah Evaluation Study.P opulasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa TK. II program studi Ilmu Keperawatan (S-1) STIKes Jend. Achmad Yani, Cimahi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitan ini adalah Total sampling, dimana semua mahasiswa TK. II dijadikan sebagai responden dalam penelitian ini. Alat pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan memberikan questioner yaitu memberikan

Dengan melihat hal di atas, maka perlu dilakukan penelitian yang bukan hanya sebatas teoritikal tapi bisa di cek kebenarannya secara ilmiah, dalam penelitian ini akan melihat secara langsung bagaimana penerapan proses belajar mengajar yang spesifik di program studi keperawatan (S-1), sehingga dalam hal ini hasilnya bisa di aplikasikan bukan hanya di program studi keperawatan tapi juga dalam program studi lainnya.

suatu prosedur yang terencana (Notoatmodjo.S, 2005).Penilaian yang dilakukan yaitu memberian questioner kepada seluruh mahasiwa TK. II, kemudian diisi oleh mahasiswa dan di berikan waktu untuk memberikan gambaran dan di lakukan dalam waktu yang sama. Setelah itu mereka mengumpulkan questioner yang telah di isi.

C. Hasil dan Pembahasan Keterampilan Bertanya

Tabel I :Distribusi frekuensi implementasi keterampilan bertanya dosen Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1) Cimahi dalam

 Memberikan acuan sebelum memberikan pertanyaan yang berisi informasi yang relevan dengan jawaban yang diharapkan dari mahasiswa

105 96 4 4

 Melakukan pemindahan giliran terhadap satu pertanyaan untuk menyempurkan jawaban dari mahasiswa

(5)

5  Memberikan penyebaran

pertanyaan dan jawaban yang berbeda kepada beberapa

mahasiswa yang

berbedaMemberikan penyebaran pertanyaan dan jawaban yang berbeda kepada beberapa mahasiswa yang berbeda

88 81 21 19

 Memberikan waktu berpikir pada mahasiswa terhadap pertanyaan yang diberikan

96 88 13 12

 Memberikan tuntunan terhadap jawaban mahasiswa yang salah atau tidak dapat menjawab untuk dapat menemukan sendiri jawaban yang benar

85 78 24 22

Berdasarkan tabel I tergambar bahwa keterampilan dasar dosen dalam mengaplikasi keterampilan bertanya sudah termasuk dalam kategori baik (>75%). Keterampilan bertanya merupakan kegiatan yang terdapat dalam pembelajaran. Bertanya merupakan suatu hal yang penting dilakukan oleh dosen, untuk membantu siswa berpikir mengenai materi yang sedang diajarkan (Hasibuan & Moedjiono ,2006). Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenal. Respon yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berfikir.”

Menurut Daryanto (2009), “keterampilan

bertanya adalah usaha dosen untuk mengoptimalkan kemampuan menjelaskan melalui pemberian pertanyaan kepada

mahasiswa”. Dosen yang mempunyai

keterampilan bertanya yang baik dapat meningkatkan partisipasi, kemampuan berpikir, membangkit rasa ingin tahu dan memusatkan mahasiswa terhadap masalah yang sedang diskusikan Sanjaya Wina (2008).

Keterampilan bertanya dosen STIKes A.Yani memperlihatkan bahwa secara kualitas dosen sudah memberikan pertanyaan yang mengarah pada penggalian konsep dengan baik serta respon dan jawaban mahasiswa cukup antusias, pengungkapan pertanyaan sudah secara singkat dan jelas, sebelum mengajukan pertanyaan dosen telah memberikan acuan dan tuntunan serta dosen menyebut nama mahasiswa pada saat menunjuk untuk menjawab maupun bertanya/mengemukakan pendapat.Namun secara kuantitas atau frekuensi pertanyaan masih perlu ditambah agar distribusinya merata, prinsip pemindahan giliran pertanyaan dapat berjalan sesuai porsinya. Selain itu, tenggang waktu antara giliran penunjukan mahasiswa satu dan kedua atau berikutnya terlalu singkat, sehingga mahasiswa belum sempat memahami pertanyaan dan berpikir untuk menjawabnya.

(6)

6 Keterampilan Memberikan Penguatan

Tabel II: Distribusi frekuensi implementasi keterampilan memberikan penguatan dosen Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1) Cimahi dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan tabel IIdiatas tergambar bahwa keterampilan dasar dosen dalam memberikan penguatan dalam proses pembelajaran sudah dalam kategori baik (>75%), dan masih ada dalam memberikan penguatan dalam kategori kurang baik (<75%) yaitu penguatan dengan kalimat sebesar 64%. Ketrampilan memberikan Reinforcement merupakan keterampilan yang harus dikembangan dosen dalam proses pengembangan.

Reinforcement adalah respon positif yang dilakukan dosen atas perilaku positif yang dicapai anak dalam proses belajarnya, dengan tujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan perilaku tersebut. Buchari Alma (2008) menjelaskan bahwa penguatan (reinforcement) adalah respon positif terhadap tingkah laku tertentu dari siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali.

Reinforcement yang dilakukan pendidik dalam proses pembelajaran adalah bentuk

penghargaan terhadap peserta didik yang aktif dan menunjukkan kesungguhan didalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik akan berbesar hati dan meningkatkan partisipasinya dalam setiap proses pembelajaran. Hasil penelitian yang dilakukan Sukma Wijayanto (2013) menjelaskan bahwa keterampilan guru mengajar dalam memberikan penguatan pada siswa selama kegiatan pembelajaran sudah sangat baik dengan rata-rata keseluruhan 3,58, aktivitas siswa yang paling dominan selama mengikuti pembelajaran dengan menerapkan pemberian penguatan adalah siswa menunjukkan sikap dengan giat dalam mengerjakan soal/kuis, hasil belajar siswa setelah menerapkan pemberian penguatan dalam pembelajaran mencapai ketuntasan sebesar 61,29%, dan siswa memberikan respon sangat positif terhadap pembelajaran dengan menerapkan pemberian penguatan dengan persentase 92,63%.

Hal ini juga ditunjukan juga oleh dosen STIKes A.Yani, bahwa secara keseluruhan keterampilan dosen dalam mengaplikasikan keterampilan memberikan penguatan sudah baik, tetapi perlu ditingkatkan dalam memberikan penguatan dengan kalimat yang masih kurang optimalyaitu 64%, agar mahasiswa semakin yakin atas potensi yang dimilikinya. Tujuan memberikan penguatan (Reinforcement) menurut Mulyasa (2011) adalah untuk a) meningkatkan perhatian peserta didik terhadap pembelajaran, b) merangsang dan meningkatkan motivasi belajar, dan c) meningkatkan kegiatan belajar, dan membina perilaku yang produktif. Buchari A lma (2008) menguraikan tujuan penguatan adalah: a) meningkatkan perhatian siswa, b) memperlancar atau memudahkan proses belajar, c) membangkitkan dan mempertahankan motivasi, d) mengontrol atau mengubah sikap suka mengganggu dan menimbulkan tingkah laku Keterampilan seperti: bagus sekali, betul, pintal, ya, dll

101 93 8 7

 Mengungkapkan penguatan dengan kalimat seperti : pekerjaanmu baik sekali, saya senang dengan pekerjaanmu, pekerjaanmu makin lama makin baik

70 64 39 36

 Melakukan penguatan secara nonverbal seperti: mimik/gerak tubuh, mendekati, sentuhan

(7)

7 belajar yang produktif, e) mengembangkan dan

mengatur diri sendiri dalam belajar, dan f) mengarahkan kepada cara berpikir yang divergen dan inisiatif pribadi.

Keterampilan Mengadakan Variasi

Tabel III : Distribusi frekuensi implementasi keterampilan mengadakan variasi dosen Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1) Cimahi dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan tabel III,bahwa keterampilan dasar dosen dalam mengaplikasi keterampilan mengadakan variasi sudah termasuk dalam kategori baik (>75%) dan dari sembilan indikator keterampilan mengadakan variasi dosen semuanya sudah baik. Keterampilan dosen dalam mengaplikasikan variasi dalam pembelajaran, menjaga agar iklim pembelajaran tetap menarik perhatian, tidak membosankan, sehingga mahasiswa

Hal ini jelas bahwa memberikan reinforcement oleh pengajar selama proses pembelajaran sangat penting untuk meningkatkan aktualisasi diri peserta didik.

menunjukan sikap antusias dan ketekunan, penuh gairah, dan berpartisipasi aktif dalam setiap langkah kegiatan pembelajaran terbangun.

Dosen STIKes A.Yani dalam menerapkan variasi dalam pembelajaran sudah baik hal ini dilihat dari hasil pengumpulan data yang dikumpulkan bahwa mulai dari suara, gerakan tubuh, kontak mata, dosen sudah dapat menempati dengan baik. Dosen juga melakukan pemusatan perhatian terhadap mahasiswa terhadap materi-materi yang dianggap penting.Penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran dosen sudah menyesuaikan dengan domain yang akan dicapai, diantaranya untuk aspek psikomotor, dosen sudah mengunakan phantom, video, DVD, dll sesuai dengan target kompetensi yang akan dicapai. Untuk aspek pengetahuan dosen juga sudah menyiapkan power point secara menarik sehingga mahasiswa tidak merasa bosan. Komunikasi dalam proses pembelajaran sudah berjalan dua arah, sehingga ada umpan balik dari dosen dan mahasiswa.

Hal ini juga diperkuat oleh hasil penelitian Artikawati Rinta (2016) bahwa ada pengaruh positif dan signifikan keterampilan guru mengadakan variasi terhadap prestasi belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji regresi linear sederhana yaitu t hitung sebesar 3,005 dan t tabel pada taraf signifikansi 5% didapat ttabel sebesar 1,960. T hitung sebesar 3,005 > t tabel sebesar 1,960. Sumbangan variabel keterampilan guru mengadakan variasi terhadap prestasi belajar siswa adalah sebesar 4,1%.

Keterampilan Mengadakan badan, untuk memperjelas yang disampaikan dosen

(8)

8 Penerapan variasi dalam pembelajaran

membuat suasana pembelajaran lebih menyenagkan, mahasiswa lebih semangat, penuh perhatian serta berpartisipasi dalam kegiatan

Keterampilan Menjelaskan

Tabel IV. Distribusi frekuensi implementasi keterampilan menjelaskan dosen Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1) Cimahi dalam proses pembelajaran.  Menggunakan kalimat yang tidak

berbelit-belit dan berlebihan pada saat menjelaskan

93 85 16 15

 Menggunakan contoh/ilustrasi yang relevan pada saat menjelaskan dan sesuai dengan kemampuan mahasiswa

103 94 6 6

 Melakukan Perorganisasian pada saat menjelaskan

100 92 9 8

 Penekanan pada hal yang penting pada saat menjelaskan

101 93 8 7

 Melakukan umpan balik setelah menjelaskan

103 94 6 6

Berdasarkan tabel IVdiatas tergambar bahwa keterampilan dasar dosen dalam mengaplikasi keterampilan menjelaskan sudah termasuk dalam kategori baik (>75%). Keterampilan menjelaskan merupakan aspek yang sangat penting bagi dosen karena sebagian besar penjelasan dalam pembelajaran mempunyai pengaruh besar terhadap pemahaman mahasiswa terhadap konsep, fakta, dalil, dll. Penguasaan keterampilan menjelaskan yang didemonstrasikan dosen akan memberikan dampak terhadap mahasiswa memahami tentang masalah yang dijelaskan, serta dapat meningkatnya keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran.

pembelajaran sehingga Tujuan pembelajaran akan tercapai secara efektif dan efisien.

Penjelasan yang baik, pengajar harus dapat menjelaskannya dengan bahasa yang jelas, lancar, dan selalu memperhatikan respon peserta didik, serta dapat menggunakan contoh dan ilustrasi agar penjelasan yang diberikan dapat dipahami sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pada saat menjelaskan pengajar juga memberikan penekanan pada bagian-bagian yang penting dengan cara penekanan pada suara atau mengemukakan tujuan sehingga peserta didik menjadi lebih paham (Buchari Alma, 2008).

Dosen STIKes A.Yani dalam menerapkan keterampilan menjelaskan sudah baik, hal ini ditunjukan dimana pada saat mengajar dosen tidak mengunakan bahasa yang berbelit-belit, terorganisasi dengan baik, memberikan contoh-contoh yang nyata seperti pada saat mendalami tentang konsep peran perawat, dosen mengaplikasikan secara nyata diantaranya peran sebagai care giver yaitu peran dalam memberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan, serta memberikan feed back terhadap proses pembelajaran yang dilakukan, sehingga membuat mahasiswa semakin antusias didalam pembelajaran.

(9)

9 Keterampilan Membuka dan Menutup

Pembelajaran

Tabel V.Distribusi frekuensi implementasi keterampilan membuka dan menutup pembelajaran dosen Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1) Cimahi dalam proses pembelajaran.  Menarik perhatian mahasiswa

pada saat membuka pengtahuan baru dengan yang lama dan menjelaskan konsep sebelum bahan dirinci

96 88 13 12

 Meringkas materi sebelum pembelajaran ditutup

89 82 20 18

 Melakukan evaluasi 84 77 25 23

Berdasarkan tabel V diatas tergambar bahwa keterampilan dasar dosen dalam mengaplikasi keterampilan membuka dan menutup pembelajaran sudah termasuk dalam kategori baik (>75%).

Keterampilan Membuka dan Menutup Pembelajaran merupakan hal yang penting dalam proses pengajaran. Berdasarkan tabel V, Secara umum hasilnya menunjukan lebih dari 75 %, ini berarti secara umum keterampilan membuka dan menutup cukup baik.

Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok

Tabel VI.

Distribusi frekuensi implementasi keterampilan membimbing diskusi

Namun dari tabel distribusi kita melihat keterampilan evaluasi 23 % jarang di lakukan oleh dosen. Ini bisa di ambil agar evaluasi ini perlu lebih di tingkatkan lagi. Menurut Sanjaya Wina (2008) , keterampilan mengevaluasi sangat di perlukan dalam pengajaran untuk melihat kemampuan mahasiswa dalam meyerap apa yang telah di sampaiakan dan juga Merangkum atau membuat garis-garis besar persoalan yang baru di bahas.Mengonsolidasikan perhatian siswa terhadap hal- hal yang pokok.

Dosen STIKes A. Yani secara umum keterampilan membuka dan menutup pelajaran sudah cukup baik, hanya sedikit perlu di tingkatkan dalam melakukan evaluasi. Walaupun melakukan evaluasi sudah cukup bagus lebih dari 75 %, namun bila di bandingkan dengan persentase lainnya poin ini di bawah 80 %, padahal poin lainnya lebih dari 80%. Sehingga, perlu peningkatan lagi dalam hal evalusi.

Selain itu Manfaat dilaksanakannya evaluasi proses dan hasil pembelajaran menurut Sukardi (2011), ada beberapa hal, diantaranya yang penting adalah: (1) Memperoleh pemahaman pelaksanaan dan hasil pembelajaran yang telah berlangsung/dilaksanakan pendidik, (2) Membuat keputusan berkenaan dengan pelaksanaan dan hasil pembelajaran, dan (3) Meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam rangka upaya meningkatkan kualitas keluaran.

(10)

10

 Memusatkan perhatikan

mahasiswa dalam

merumuskan tujuan, masalah dan membuat rangkuman

95 87 1 4

13

 Memperjelas masalah dan urut pendapat

97 89 1 2

11

 Menganalisis pandangan mahasiswa

96 88 1 3

12

 Meningkatkan urunan pikiran mahasiswa

100 92 9 8

 Menyebarkan kesempatan berpartisipasi

Berdasarkan tabel VI diatas tergambar bahwa keterampilan dasar dosen dalam mengaplikasi keterampilan membimbing diskusi kelompok sudah termasuk dalam kategori baik (>75%).

Keterampilan Mengelola Kelas

Tabel VII. Distribusi frekuensi implementasi keterampilan mengelola kelas dosen Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1) Cimahi dalam

 Memusatkan perhatian kelompok

100 92 9 8

 Menuntut tanggung

jawab mahasiswa

80 73 29 27

 Petunjuk yang jelas 98 90 11 10

secara umum hasil dari penelitian menunjukan lebih dari 75 %, sehingga secara umum keterampilan para dosen dalam membimbing diskusi cukup baik. Namun, ada sedikit angka yang ada di item Menyebarkan kesempatan berpartisipasi masih sekitar 22 % tidak di lakukan. Ini bisa disebabkan berbagai faktor mungkin karena mahasiswa yang kurang aktif dalam proses pembelajaran atau juga kesempatan yang kurang di berikan oleh para Dosen.

Secara umum Dosen STIKes A. Yani telah melakukan keterampilan membimbing diskusi kelompok cukup baik dilihat dari hasil lebih dari 75 %, namun untuk kesempatan partisipasi baiknya lebih di tingkatkan lagi. Partisifasi mahasiswa perlu di dorong dan di tingkatkan agar proses diskusi bisa berjalan dengan baik. Ini ditekankan oleh Usman Uzer (2000) agar para dosen mengetahui tujuan membimbing diskusi kelompok yaitu Siswa dapat saling memberi informasi atau pengalaman dalam menjelajahi gagasan baru atau masalah yang harus dipecahkansertaSiswa dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan untuk berpikir dan berkomunikasi.

(11)

11 menerangkan sesuatu, maka seorang dosen bisa

menuntut tanggung jawab mahasiswa dengan menegur atau menanyakan apa yang telah di jelaskan tersebut.

Dosen STIKes A. Yani secara umum cukup baik dalam keterampilan mengelola kelas. Ada yang perlu di tingkatkan oleh dosen dalam menuntut tanggung jawab mahasiswa, yang di tunjukan hasil yang kurang dari 75 %, sehingga menuntut tanggung jawab mahasiswa perlu ditingkatkan lagi oleh para dosen. Menurut Sanjaya Wina (2008), menuntut tanggung jawab ini bertujuan agar suasana kelas bisa kondusif dalam proses belajar dan mengajar. Apabila ini bisa di laksanakan maka item lainnya bisa berkembang dengan baik dimana proses diskusi atau partisifasi mahasiswa di arahkan dalam diskusi bukan saat dosen mereka tidak memperhatikan.

Poin penting lainnya menurut Usman Uzer (2000) Teguran diperlukan sebagai upaya memodifikasi tingkah laku. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menegur diantaranya:

1) Menegur di arahkan kepada siswa yang benar-benar mengganggu kondisi kelas dengan perilaku yang menyimpang

2) Menegur dilakukan secara verbal dengan menghindari peringatan- peringatan yang kasar atau bertendensi menghina atau mengejek.

Simpulan

Hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :Keterampilan dasar dosen dalam mengaplikasi keterampilan bertanya sudah termasuk dalam kategori baik (> 75%) dan dari enam indikator keterampilan bertanya dosen sudah baik dalam mengimplementasikannya. Keterampilan dasar dosen dalam memberikan penguatan dalam proses pembelajaran sudah dalam kategori baik (>75%), dan masih ada dalam memberikan penguatan dalam kategori kurang baik (<75%) yaitu penguatan dengan kalimat sebesar 64%.

Keterampilan dasar dosen dalam mengaplikasi keterampilan mengadakan variasi sudah termasuk dalam kategori baik (>75%) dan dari sembilan indikator keterampilan mengadakan variasi dosen semuanya sudah baik.Keterampilan dasar dosen dalam mengaplikasi keterampilan menjelaskan sudah termasuk dalam kategori baik (>75%).

(12)

12 Saran

Dalam penelitian ini masih ada kekurangan, untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti dengan jumlah responden yang lebih banyak lagi. Juga lebih baik dilakukan mix/ campuran dengan program studi lainnya. Dan mungkin bisa dilakukan dengan

(13)

13 DaftarPustaka

Buchari A. 2008. Guru Profesional, Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung: Alfabeta

Hanafiah, N.& Suhana, C . 2012. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung : PT Refika Aditama

Majid, A. 2014. Strategi Pembelajaran . Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Mulyatun. 2014. Analisis Keterampilan Dasar Mengajar Mahasiswa Calon Guru Kimia, Walisongo, Volumen 4 No.1

Mulyasa. 2011. Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan menyenangkan . Bandung : Remaja Rosdakarya

Mustakim, E., Wahab, N. & Dara,W. R. 2015. Hubungan antara keterampilan menjelaskan dan bertanya guru dengan prestasi belajar siswa. Skripsi. Universitas Lampung

Polit, DF & Beck, CT. 2012.Nursing research: Generating and assessing evidence for nursing practice, 9th edn, Lippincott Williams & Wilkins.

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran; berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sisdiknas. 2003. Undang-Undang Republik

Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas

Sisdiknas. 2005. Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Siswanto. 2010. Tingkat pengusaan keterampilan dasar mengajar mahasiswa Prodi Pendidikan Akuntansi Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta, Volume VIII. No.2

Sukardi, M. 2011. Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara. Usman, U. M. 2000. Menjadi Guru Profesional .

Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Wahid.,M., dkk. 2010. Keterampilan Dasar Mengajar. Yogyakarta: Ar Ruzz Media Zulfanidar., Alfiati, S. & Yamin, M. 2016. Jurnal

Gambar

Tabel II: Distribusi frekuensi implementasi keterampilan  memberikan penguatan dosen Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1) Cimahi dalam proses pembelajaran
Tabel III : Distribusi frekuensi implementasi keterampilan  mengadakan variasi dosen Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1) Cimahi dalam proses pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

obat yang mempunyai sifat sukar larut dalam

(Alm)., (2) Fungsi tari Baris Katekok Jago yaitu sebagai Tari Wali yang ditarikan sebagai pengiring disetiap upacara Dewa Yadnya dan upacara Pitra Yadnya

[r]

[r]

Jadi post sectio caesaria dengan indikasi partus tak maju adalah Masa pulihnya alat-alat reproduksi setelah kelahiran janin melalui insisi pada dinding abdomen dan uterus

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung hingga

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mendiskripsikan peningkatan minat Have pada pokok bahasan lingkaran. Pendekatan dalam penelitian ini adalah tindakan kelas. Subjek

Dari gabungan perlakuan tersebut, produk diuji secara organoleptik (uji hedonik) oleh 30 panelis untuk mengetahui ting-kat kesukaan terhadap atribut rasa, warna,