• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN MASALAH KESEIMBANGAN CAIRAN DI RSUD JOMBANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN MASALAH KESEIMBANGAN CAIRAN DI RSUD JOMBANG"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN MASALAH KESEIMBANGAN CAIRAN DI RSUD JOMBANG

Maria Ulfa 1312010017

Subject: Klien gagal ginjal kronis, asuhan keperawatan, gagal ginjal kronis, keseimbangan cairan

Description

Pada penderita gagal ginjal kronis sulit dalam membatasi asupan cairan. Masalah yang sering muncul pada penderita gagal ginjal kronis yaitu keseimbangan cairan. Tujuan studi kasus ini adalah melakukan asuhan keperawatan pada klien gagal ginjal kronis yang mengalami masalah keseimbangan cairan.

Desain penelitian ini adalah studi kasus. Jumlah responden yang diambil yaitu 2 klien yang didiagnosa gagal ginjal kronis dan mengalami masalah keseimbangan cairan. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan menggunakan format asuhan keperawatan medikal bedah. Pengkajian menggunakan 4 sumber data utama yaitu klien, perawat, keluarga klien, dan status medis klien. Kemudian ditegakkan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

Pengkajian pada klien 1, klien mengeluh pusing. Terdapat edema pada ekstermitas bawah kanan dan kiri. Intake cairan 600 ml/24 jam dan output cairan 1000 ml/24 jam. Hemoglobin 8,1 g/dL dan kreatinin 8,6 mg/dL. Sedangkan pada klien 2, klien mengeluh sesak nafas. Tekanan darah 160/80 mmHg, pernafasan 48 x/menit. Pernafasan dispnea, suara nafas rales, terpasang oksigen 4 liter/menit dan terdapat asites. Intake cairan 460 ml/24 jam dan output cairan BAK 5-6 x/hari. Dari hasil pengkajian, diagnosa keperawatan kedua klien yaitu kelebihan volume cairan.

Dari diagnosa yang muncul pada kedua klien dilakukan intervensi monitoring tanda-tanda vital; tanda dan gejala hipervolemia dan edema; catat intake dan output cairan; kaji asupan diet dan kebiasaan yang dapat menunjang retensi cairan. Klien 1 masa perawatan 3 hari dan klien 2 masa perawatan 3 hari. Hasil evaluasi tindakan keperawatan masalah kelebihan volume cairan pada klien 1 masalah teratasi sedangkan klien 2 masalah belum teratasi. Pada klien gagal ginjal kronis yang mengalami masalah keseimbangan cairan harus mematuhi pembatasan asupan cairan agar tidak terjadi keseimbangan cairan.

Abstract

In patients with chronic renal failure is difficult to limit fluid intake. The imbalance of fluid often arises in patients with chronic renal failure. The purpose of this case study was to perform nursing care to chronic renal failure client who were having fluid imbalance.

(2)

imbalance. The methods of data colection were interviews, observation, and documentation using format of medical surgical nursing care. Assesment using 4 main data sourches that were the client, nurse, client’s family, and medical record. Then enforced nursing diagnosis, intervention, implementation, and evaluation.

Assesment of client 1, the client felt dizziness, there were edema of both lower exstremities, fluid intake was 600 ml/24 hours and fluid output was 1000ml/24 hours. Hemoglobin was 8,1 g/dL and creatinin was 8,6 mg/dL. Client 2 obtained data, client complained of dyspnea. Blood pressure was 160/80 mmHg, respiration rate was 48 x/minute, dyspnea with the sound of rales, giving oxygen 4 liter/minute and there was ascites. Fluid intake was 460 ml/24 hours and fluid output by urinary about 5-6 x/day. From the results of the assesments both of clients nursing diagnosed were excessfluid volume.

The intervention for both of clients were monitoring vital signs, signs and symptoms of hypervolemia and edema; record fluid and output, assess dietary intake and habits that support fluid retention. First client, 3 days treatment period and second client 3 days treatment period. The evaluation of nursing intervention showed the problem was excess fluid volume, the client 1 issue was resolved while the client 2 issue was not resolved. On the clients with chronic renal failure who were having problems of fluid imbalance, must obey with restrictions on fluid intake to prevent fluid imbalance.

Key word : Nursing care; chronic renal failure ; fluid imbalance

Contributor : 1. Dwiharini Puspitaningsih, M. Kep 2. Widy Setyowati, M. Kep

Date : 19-22 Juli 2016 Type material : Laporan Tugas Akhir Identifier : -

Right : Open Document Summary :

LATAR BELAKANG

penderita gagal ginjal kronis berbanding lurus dengan peningkatan penderita yang menjalani hemodialisis. Penderita gagal ginjal kronis paling banyak terjadi pada usia dewasa dan usia lansia. Kebanyakan penderita gagal ginjal kronis mengalami masalah keseimbangan cairan. Hasil penelitian Tanujiarso, Ismonah, Supriadi, 2014 wawancara dengan pasien penderita gagal ginjal kronis, 7 dari 10 pasien mengatakan susah membatasi asupan cairan sehari-harinya dikarenakan mereka sering merasa haus dan selalu ingin minum. Seharusnya penderta gagal ginjal kronis tidak mengalami masalah keseimbangan cairan yang mengakibatkan edema jika penderita bisa membatasi asupan cairan.

(3)

yang patuh dalam pembatasan asupan cairan mempunyai kualitas hidup baik dengan prevalensi 50%. 36,7% pasien tidak patuh dalam pembatasan asupan cairan memiliki kualitas hidup kurang baik. 10% pasien patuh dalam pembatasan asupan cairan memiliki kualitas hidup kurang. 3,3% pasien tidak patuh dalam pembatasan asupan cairan memiliki kualitas hidup baik. Hasil studi pendahuluan di ruang dahlia RSUD Kab Jombang, penyakit gagal ginjal kronis menduduki urutan kedua setelah penyakit diabetes melitus. Bulan Januari penderita gagal ginjal kronis berjumlah 69 orang dan bulan Februari berjumlah 67 orang. Semua penderia gagal ginjal kronis tersebut rata-rata memiliki masalah keperawatan keseimbangan cairan.

Gagal ginjal kronis yaitu penyakit ginjal yang dapat menggangu keseimbangan cairan dan elektrolit karena adanya retensi natrium, klorida, kalium, dan air di ruang ekstraseluler. Kadar plasma yang berasal dari produk sisa metabolisme seperti nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin meningkat karena ginjal tidak mampu menyaring dan mengekskresikan produk sisa metabolisme seluler (Monahan et al, 2007) dalam (Potter & Perry, 2010). Gagal ginjal kronis bersifat progresif, keberhasilan terapi mungkin dapat dilakukan dengan cara kontrol ketat diet garam dan protein, diuresis, restriksi cairan, dan dialysis (Potter & Perry, 2010).

Keberhasilan dari terapi kontrol ketat diet merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup penderita gagal ginjal kronis. Hasil penelitian Adrian, Paramata, Pakaya, 2015 faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis yaitu responden yang patuh pada pembatasan asupan cairan memiliki kualitas hidup baik. Sedangkan responden yang tidak patuh dalam pembatasan asupan cairan memiliki kualitas hidup kurang baik.

Analisa praktik klinik keperawatan dengan masalah perkotaan pada pasien gagal ginjal kronis. Asuhan keperawatan dilakukan pada 5 orang responden dengan masa perawatan 3-8 hari. Satu orang dari 5 orang responden mengalami masa perawatan 8 hari dengan masalah kelebihan volume cairan dimana pasien mengalami oliguri dan sesak nafas. Intervensi keperawatan yang dilakukan yaitu mendokumentasikan dan memantau intake dan output cairan; mengkaji warna kulit, wajah, dan adanya edema; monitor ttv; auskultasi jantung dan paru (Mardiana, 2013).

Pada klien gagal ginjal kronis dilakukan intervensi berdasarkan NANDA 2015 dalam (Nurarif & Kusuma, 2015) dan (Carpenito, 2006) monitoring tanda-tanda vital, monitor adanya distensi leher, roncki, edema perifer, dan penambahan berat badan. Monitor tanda dan gejala dari edema. Monitor intake dan output cairan. Mencatat intake dan output cairan jika terjadi penurunan output cairan dilakukan pembatasan asupan cairan.

METODOLOGI

(4)

Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancar, observasi, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan pada klien, keluarga, dan perawat. Observasi yang dilakukan menggunakan pemeriksaan fisik dengan metode persistem. Dokumentasi yaitu mencatat hasil wawancara dan observasi dengan klien, status klien dan hasil pemeriksaan penunjang dengan menggunakan format asuhan keperawatan medikal bedah.

Uji keabsahan data menggunakan 4 sumber data utama yaitu klien, keluarga, perawat, dan status medis yang berkaitan dengan masalah keseimbangan cairan pada klien gagal ginjal kronis. Analisa data yang digunakan yaitu dari analisa data hasil pengkajian, dari analisa data ditegakkan diagnosa keperawatan. Kemudian dibuat intervensi keperawatan dan dilakukan implementasi. Setelah selesai implementasi dilakukan evaluasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengkajian

Klien 1 mengeluh kepalanya pusing. Tekanan darah 120/80 mmHg. Nadi 80 x/menit. Pernafasan 22 x/menit. Suhu 36,80 C. Intake 600 ml/24 jam dan output 1000 ml/24 jam. Hasil laboratorium Hemoglobin 8,1 g/dL dan kreatinin 8,6 mg/dL. Terdapat edema pada ekstremitas bawah kanan dan kiri. CRT memanjang >3 detik. Kuku berwarna putih. Menurut (Corwin, 2009) tanda dan gejala gagal ginjal kronis yaitu hipervolemia akibat retensi natrium. Pada pemeriksaan penunjang nilai BUN serum, kreatinin dan GFR tidak normal. Hemoglobin dan hematokrit turun (Corwin, 2009). Menurut (Price & Wilson, 2006) hipervolemia memiliki tanda edema perifer dan periorbital.

Klien 2 mengeluh sesak nafas. Klien mengalami dispnea, suara nafas rales, terdapat tarikan intercostae saat bernafas, suara redup. Terpasang oksigen nasal kanul 4 liter per menit. Terdapat asites pada abdomen. Tekanan darah 160/80 mmHg. Nadi 80 x/menit. Pernafasan 48 x/menit. Suhu 36,60 C. Intake 460 ml/24 jam dan output 5-6 kali per hari. hasil laboratorium hemoglobin 9,2 g/dL dan kreatinin 5,36 mg/dL. Tanda dan gejala gagal ginjal kronis menurut (Corwin, 2009) yaitu hipervolemia dan hipertensi akibat kelebihan muatan cairan. Pemeriksaan penunjang nilai BUN serum, kreatinin, dan GFR tidak normal (Corwin, 2009). Gambaran klinis klebihan volume yaitu peningkatan tekanan darah, denyut nadi penuh dan kuat, asites, efusi pleura, dispnea, takipnea (Price & Wilson, 2006).

(5)

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa medis klien 1 yaitu anemia + CKD st 5-dyspnea-HT. Klien mengeluh kepalanya pusing. Tekanan darah 120/80 mmHg. Nadi 80 x/menit. Pernafasan 22 x/menit. Suhu 36,80 C. Intake 600 ml/24 jam dan output 1000 ml/24 jam. Hasil laboratorium Hemoglobin 8,1 g/dL dan kreatinin 8,6 mg/dL. Terdapat edema pada ekstremitas bawah kanan dan kiri. CRT memanjang >3 detik. Kuku berwarna putih.

Klien 2 mengeluh sesak nafas. Klien mengalami dispnea, suara nafas rales, terdapat tarikan intercostae saat bernafas, suara redup. Terpasang oksigen nasal kanul 4 liter per menit. Terdapat asites pada abdomen. Tekanan darah 160/80 mmHg. Nadi 80 x/menit. Pernafasan 48 x/menit. Suhu 36,60 C. Intake 460 ml/24 jam dan output 5-6 kali per hari. hasil laboratorium hemoglobin 9,2 g/dL dan kreatinin 5,36 mg/dL. Pemeriksaan radiologi cardiomegali, pneumonia dexstra, dan efusi pleura minimal.

Dari tanda dan gejala kedua klien, dimana klien 1 didiagnosa gagal ginjal kronis dengan tanda dan gejala edema pada ekstermitas dan Hb turun. Sedangkan pada klien 2 didiagnosa gagal ginjal kronis dengan dispnea, suara nafas rales, dan asites. Dari tanda dan gejala tersebut klien 1 dan 2 mengalami masalah keperawatan kelebihan volume cairan. Penyakit gagal ginjal kronis kedua klien tidak diawali dari penyakit gagal ginjal akut. Klien 1 gagal ginjal kronis dengan anemia. Menurut (Corwin, 2009) terjadinya anemia pada gagal ginjal kronis dikarenakan kegagalan ginjal membentuk eritroprotein dalam jumlah adekuat sehingga sering kali menimbulkan anemia.

klien 2 gagal ginjal kronis pada pemeriksaan radiologi terdapat cardiomegali, pneumonia dexstra, dan efusi pleura minimal. Menurut penelitian (Erika, et al. , 2000) dalam (Yuwono, 2014), melaporkan bahwa infeksi nasokomial pada penderita gagal ginjal kronis yang dilakukan hemodialisa yaitu infeksi saluran kemih (ISK), infeksi vaskuler, pneumonia, dan diare karena infeksi. Menurut (Wilkinso & Ahern, 2011) efusi pleura merupakan batasan karakteristik objektif pada masalah keperawatan kelebihan volume cairan.

3. Intervensi

Intervensi yang akan dilakukan pada kedua klien sama. Intervensi yang pertama monitor tanda-tanda vital. Intervensi yang kedua monitor tanda dan gejala hipervolemia. Intervensi ketiga catat secara akurat intake dan output cairan. Intervensi keempat kaji asupan diet dan kebiasaan yang dapat menunjang retensi cairan. Intervensi kelima monitor tanda dan gejala edema.

(6)

Intervensi tanda-tanda vital dapat mengetahui tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan dimana pada klebihan volume cairan terjadi tekanan darah tinggi (hipertensi), nadi takipnea, dan pernafasn dispnea. Mencatat secara akurat intake dan output cairan untuk mengetahui jumlah asupan dan pengeluaran cairan secara tepat. Monitor tanda dan gejala edema dilakukan karena edema merupakan tanda dari kelebiha volume cairan. Monitor tanda dan gejala hipervolumia dilakukan untuk mengetahui tanda dan gejala hipervolemia selain dari tanda-tanda vital dan edema. Mengkaji diet yang menunjang retensi cairan dilakukan untuk mengetahui adanya diet yang menjadi penyebab kelebihan volume cairan.

Pada tujuan intervensi klien 1 dan klien 2 sama yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam kelebihan volume dapat teratasi. menurut penelitian (Dewi, 2013) setelah dilakukan tindakan keperawatan 14 X 24 jam kelebihan volume dapat teratasi. tujuan dilakukan selama 3 hari karena waktu dilakukan asuhan keperawatan minimal 3 hari intervensi.

Kriteria hasil pada klien 1 yaitu pertama terbebas dari edema. Kedua tanda-tanda vital dalam batasan normal. Intake dan output seimbang dan tidak ada tanda dan gejala hipervolemia. Pada klien 2 kriteria hasil bunyi nafas bersih tidak ada dispnea/ortopnea. Terbebas dari kelelahan, kecemasan, atau kebingungan. TTV dalam batas normal. Intake dan output seimbang. Sesak nafas bekurang.

Kriteria hasil menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) terbebas dari edema, efusi, anaskara. Bunyi nafas bersih, tidak ada dispnea/ortopnea. Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan. Kriteria hasil kedua klien berbeda karena tanda dan gejala kelebihan volume cairan kedua klien berbeda.

4. Implementasi

Implementasi hari pertama klien 1 dan klien 2 dilakukan tindakan keperawatan sama yaitu memonitoring tanda-tanda vital, memonitoring tanda dan gejala hipervolemia, mencatat secara akurat intake dan output cairan, mengkaji asupan diet dan kebiasaan yang dapat menunjang retensi cairan, dan memonitoring tanda dan gejala edema. Pada hari kedua klien 1 dilakukan implementasi yang sama dengan hari sebelumnya. Tetapi pada klien 2 implementasi dilakukan modifikasi dengan menambah implementasi menimbang pampers. Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) intervensi timbang popok atau pembalut jika diperlukan. Menimbnag pampers pada klien 2 dilakukan karena klien 2 tidak menggunakan kateter, sehingga untuk mengukur output dengan cara menimbang pampers.

(7)

5. Evaluasi

Evaluasi hari pertama klien 1, masalah belum teratasi. masih terdapat edema pada ekstremitas bawah kanan dan kiri. Intake cairan 600 ml/24 jam dan output cairan 1000 ml/24 jam. Pada klien 2 masalah belum teratasi. klien masih mengeluh sesak nafas. Keadaan umum lemah. Pola nafas dispnea, suara nafas rales, dan terdapat asites. Tekanan darah 160/80 mmHg.

Hari kedua evaluasi klien 1 masalah teratasi. tidak terdapat edema pada ekstremitas bawah. Keadaan umum klien membaik dan akan dilakukan hemodialisa. Intake cairan 600 ml/24 jam dan output cairan 1000 ml/24 jam. Evaluasi pada klien 2 masalah kelebihan volume cairan belum teratasi. ditandai dengan pernafasan dispnea, terdapat suara nafas rales dan terjadi asites.

Hari ketiga evaluasi klien 1 tidak ada kleuhan. Intake 600 ml/24 jam dan output 1000 ml/24 jam. Keadaan klien membaik. Masalah teratasi klien diperbolehkan pulang. Evaluasi pada klien 2 masalah belum teratasi. klien mengalami penurunan kesadaran. Keadaan umum klien lemah. Pernafasan dispnea, suara nafas ralesdan terdapat asites.

Menurut penelitian (Mardiana, 2013) salah satu responden penelitiannya yang mengalami masalah kelebihan volume cairan, masa perawatan selama 8 hari. Dari penelitian tersebut sesuai dengan evaluasi klien 1. Klien 1 dirawat di rumah sakit selama 8 hari. Tapi pada studi kasus ini perawatan klien 1 pada hari keenam klien masuk rumah sakit. Sehingga hari ke tujuh klien sudah tidak ada tanda kelebihan volume cairan.

Sedangkan pada klien 2 perawatan dilakukan perawatan pada hari ke lima klien masuk rumah sakit. Saat evaluasi hari ketiga dan hari ke tujuh klien masuk rumah sakit, keadaan klien lemah dan kesadaran menurun. Sedangkan klien 1 hari ketujuh keadaan membaik. Hal ini dipengaruhi dari faktor komplikasi dan penyakit penyerta dari gagal ginjal kronis yaitu pada hasil radiologi terdapat cardiomegali, pneumonia dexstra, dan terdapatb efusi pleura minimal.

SIMPULAN

1. Pengkajian

Dari data pengkajian tanda dan gejala gagal ginjal kronis berbeda yaitu klien 1 ditandai dengan edema pada ekstermitas dan klien 2 ditandai dengan sesak nafas.

2. Diagnosis

Masalah keperawatan kelebihan volume cairan klien 1 cenderung pada anemia dan pasrtisipan 2 masalah kelebihan volume cairan cenderung pada sistem pernafasan yang mengalami pneumonia dan efusi minimal.

3. Perencanaan

(8)

education pada kedua klien dan menimbnag pampers untuk mengukur output pada klien 2.

4. Tindakan

Tindakan keperawatan pada kedua klien sama, kedua klien dilakukan tindakan selama 3 hari.

5. Evaluasi

Hasil evaluasi tindakan keperawatna masalah kelebihan volume cairan pada klien 1 masalah teratasi sedangkan tindakan pada klien 2 masalah keperawatan belum teratasi.

REKOMENDASI

Bagi klien yang dilakukan asuhan keperawatan harus tetap mematuhi pembatasan asupan cairan agar tidak terjadi ketidakseimbangan cairan. Untuk pembaca asuhan keperawatan gagal ginjal kronis pembaca dapat mencegah terjadinya gagal ginjal kronis. Bagi penulis selanjtnya dalam mengembangkan asuhan keperawatan pada klien gagal ginjal kronis disarankan melakukan asuhan keperawatan lebih lanjut mengenai klien gagal ginjal kronis dengan masalah keperawatan kelebihan volume cairan yang mengalami pneumonia.

DAFTAR PUSTAKA

Adrian, Paramata, N. R., & Pakaya, A. W. (2015). Faktor-Faktor yang

berhubungan dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang Hemodialisa RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Jurnal Keperawatan.

Carpenito, L. J. (2006). Buku saku Diagnosis keperawtan . Jakarta: EGC. Corwin, E. J. (2009). Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC.

Dewi, N. P. (2013). Analisa Praktik Klini keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Pada Pasien Gagal Ginjal di Ruang Penyakit Dalam Lantai 7 Zona A RSUP Cipto Mangunkusumo. Universitas Indonesia.

Mardiana, R. (2013). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Masalah Perkotaan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang Melati Atas Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta. Universitas Indonesia.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC_NOC Edisi Revisi Jilid 2. Jogyakarta: Medication.

Nursalam, & Batticaca, F. B. (2011). asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Fundamental Keperawatan Edisi 7 buku 1 & 3 . Jakarta: EGC.

Price, s. A., & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1. Jakarta: EGC.

Riskesdas,2013. Riset Keseharan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitibang Kemenkes RI.

(9)

Hemodialis di Rs Telorejo Semarang. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan.

Wilkinso, J. M., & Ahern, N. R. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan : diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC ed 9. Jakarta: EGC. Yuwono, I. H. (2014). Infeksi Hemodialisis unit hemodialisis RSUD Kota

Semarang. infeksi hemodialisis.

Alamat correspondensi

Email : ulfam2606@gmail.com

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan anak merupakan kewajiban bagi orang tua dan merupakan hak dari setiap anak. Banyak dari orang tua yang tidak mengerti bagaimana cara mendidik anak. Melihat

Karena pada awalnya, banyak bakteri adalah 10 bakteri, dan setiap 5 menit kemudian bakteri akan membelah dirinya menjadi 2.. maka banyaknya bakteri akan

Banyak faktor lingkungan yang akan rusak bila dilakukan tanpa memperhatikan faktor lingkungan di sekitar.Para pemerhati lingkungan, khususnya lingkungan atmosfer, melihat

No Jenis ujian Lokal/ nasional Tingkat mahasiswa Nama institusi Tgl/bln/th Nilai SKP 1.. Membuat

Adanya program K3 dapat menjadi sarana bagi organisasi untuk menunjukkan kepedulian organisasi terhadap kesehatan dan kesejahteraan karyawan dalam melaksanakan

Sejalan dengan hal tersebut menjadi salah satu prioritas kegiatan pada Balai Besar Wilayah (BBWS) Sungai Cimanuk- Cisanggarung dengan berupaya memanfaatkan potensi air baku dari

Salah satu hikmat utama Rasul diutus, untuk menyempurnakan akhlak tentulah tidak mungkin ditinggalkan oleh setiap pendidik maupun peserta didik, terutamanya kepada

1 Mesin yang murah 2 Mesin yang aman digunakan 3 Mesin yang hemat energi 4 Mesin yang bergerk cepat 5 Mesin yang mudah dibersihkan 6 Mesin yang tahan lama 7 Mesin