• Tidak ada hasil yang ditemukan

Demodulasi Berdasarkan Konsensus yang Te (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Demodulasi Berdasarkan Konsensus yang Te (1)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Demodulasi Berdasarkan Konsensus yang Terdistribusi pada

Jaringan Sensor Nirkabel

Ari Endang Jayati 1*, Wirawan 2

Jurusan Teknik Elektro ITS, Surabaya, Indonesia11* email : ari10@mhs.ee.its.ac.id

Jurusan Teknik Elektro ITS, Surabaya , Indonesia 2

Abstrak

Pada sistem wireless cooperative communication semua pengguna tertarik pada isi pesan yang dikirimkan, tetapi tidak memperhitungkan kualitas sinyal dari setiap pesan. Misalnya sebuah kelompok sensor akan mendemodulasi sebuah pesan umum yang dikirimkan antena Access Point (AP). Untuk alasan efisiensi sumber energi, AP mengirim informasi terbatas dan sensor tidak bisa minta pengiriman ulang ketika dideteksi ada error. Karena keterbatasan sumber daya maka sensor hanya bisa melakukan proses demodulasi linier. Sedangkan pada sistem deteksi terdistribusi jaringan sensor nirkabel, sejumlah sensor disebar secara acak untuk monitoring kondisi lingkungan dan saling bekerja sama melakukan deteksi untuk menggabungkan informasi yang diperoleh sehingga dapat menentukan atau membedakan dua atau lebih hipotesa. Algoritma yang digunakan adalah konsensus terdistribusi dimana data yang diperoleh oleh setiap sensor akan diperbaharui setiap waktu oleh sensor tetangganya. Hasil pendeteksian tersebut akan diberikan kepada sensor tetangganya kemudian dilakukan penggabungan sehingga diperoleh hasil deteksi yang optimal dari informasi yang ada. Pada penelitian ini akan membandingkan dua metode pada demodulasi sistem terdistribusi yaitu Zero Forcing (ZF) dan Minimum Mean Squared Error (MMSE) jika menerapkan algoritma konsensus Method of Multiplier (MoM) dengan parameter yang digunakan untuk untuk mengukur kinerja akan ketahanan terhadap noise adalah Signal to Noise Ratio (SNR) dan Bit Error Rate (BER).

Kata Kunci : demodulasi linier, jaringan sensor nirkabel, method of multilplier, minimum mean squared error, zero

forcing

1. Pendahuluan

Pada saat ini jaringan sensor nirkabel berkembang sangat pesat, hal ini dikarenakan jaringan sensor nirkabel mempunyai aplikasinya yang sangat luas diberbagai bidang kehidupan, seperti bidang militer, kesehatan, perumahan, industri, transportasi dan lingkungan. Di bidang militer contohnya, penyebaran yang cepat dan dinamis serta self-organization dari jaringan sensor membuat sistem ini menjadi suatu sistem penginderaan yang sangat menjanjikan untuk keperluan militer diantaranya dalam memberi aba-aba, sistem kontrol, dan intelijen. Dibidang kesehatan, jaringan sensor dapat digunakan untuk memonitor kondisi pasien, dinama data psikologis pasien dapat diakses menggunakan remote oleh dokter. Jaringan sensor juga dapat digunakan untuk mendeteksi penyebaran polutan/bahan kimia asing pada udara dan air, dapat membantu mengindentifikasi jenis, kadar dan lokasi dari polutan (Akyldiz, 2002).

Sebuah jaringan sensor nirkabel terdiri dari sejumlah sensor yang disebar pada suatu daerah tertentu yang disebut sebagai sensor field/medan sensor. Penyebaran sensor ini dapat dilakukan secara acak atau mengikuti suatu pola tertentu.

Masing-masing sensor dilengkapi dengan beberapa komponen utama yaitu sensor, memori dan peralatan komunikasi.

Gambar 1. Arsitektur Jaringan Sensor Nirkabel (Anastasi, 2009)

Pada sistem deteksi terdistribusi jaringan sensor nirkabel, sejumlah sensor disebar secara acak untuk monitoring kondisi lingkungan dan saling bekerja sama melakukan deteksi untuk menggabungkan informasi yang diperoleh sehingga dapat menentukan atau membedakan dua atau lebih hipotesa. Permasalahan dalam jaringan sensor nirkabel sistem terdistribusi adalah bagaimana mendeteksi pesan seefisien mungkin yang dikirimkan multiantena Access

Point (AP) ke suatu jaringan sensor nirkabel.

(2)

Pada penelitian ini akan membandingkan dua metode pada demodulasi sistem terdistribusi yaitu Zero Forcing dan Minimum Mean Squared

Error menggunakan algoritma konsensus Method

of Multiplier. Parameter yang digunakan untuk

mengukur kinerja ketiga metode tersebut adalah

Signal to Noise Ratio (SNR) dan Bit Error Rate

(BER).

2. Model Sistem

Multi antena AP dengan M antena memetakan matriks ruang-waktu S ukuran MxN menjadi alfabet terbatas dengan N adalah jumlah slot waktu. AP mentransmisikan S ke jaringan sensor nirkabel dengan jumlah sensor J. Kanal antara AP dan sensor bersifat fading dengan koefisen fading

hj yang bersifat statik terhadap waktu tetapi berubah dari transmisi ke transmisi. Jaringan sensor nirkabel dimodelkan sebagai graph := {ℰ, } dimana := {1, . . . , } menggambarkan himpunan sensor dan ℰ⊂ × adalah himpunan link komunikasi (graph edges). Himpunan tetangga dari sensor j dinotasikan dengan ⊆

. Model sistem dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Model Sistem

2.1Sensor

Pada makalah ini digunakan pemodelan penyebaran sensor dengan menggunakan distribusi uniform. Pemodelan penyebaran sensor dengan menggunakan distribusi uniform dapat dirumuskan dengan:

Model pendeteksian sensor yang digunakan adalah model deteksi biner. Jangkauan sensing

dari sensor dimodelkan isotropik dengan radius

tertentu yang disebut range sensor (rs). Jarak diasumsikan terdeteksi dan jika diluar range sensor maka tidak terdeteksi.

2.2 Kanal

Data dari antena Access Point (AP) dikirimkan ke sensor melalui kanal fading dengan koefisien fading hj yang bersifat statik terhadap waktu transmisi AP ke sensor, tetapi berubah dari transmisi ke transmisi. Blok yang diterima yj ukuran N x 1 pada sensor ke-j diberikan hubungan input output sbb :

j

Topologi yang digunakan adalah topologi serial. Komunikasi antara sensor yang berdekatan dalam hop tunggal melalui saluran yang bersifat ideal dan time-invariant. Noise kanal adalah

additive white noise Gaussian dan tidak

berkorelasi antar kanal.

2.3 Sumber

(3)

dikatakan terhubung apabila terdapat suatu edge

diantara node tersebut. Komposisi dari graph

dapat dituliskan dengan matrix adjacency N x N,

]

[

An

A

dimana

A

nl

1

jika

(

n

,

l

)

E

dan lainnya bernilai 0. Dari degree yang didapatkan dapat diperoleh suatu matrix diagonal

)

Untuk jaringan sensor nirkabel yang mempunyai jangkauan transmisi kecil (100 m2), mempunyai rata-rata delay spread kecil dan kecepatan simbol rendah. Sehingga sangat beralasan pada jaringan sensor nirkabel diasumsikan flat fading.

2.6 Modulasi Digital

adalah sinyal berbentuk pulsa yang mempunyai nilai bukan nol pada interval

0

t

Tbdan nilai nol selain interval tersebut. Maka kedua sinyal tersebut dikatakan antipodal, dan nilai bit 1

dan 0 bisa direpresentasikan dengan Ebdan

Eb

. Probabilitas bit error dari BPSK

(Binary Phase Shift Keying) adalah :

. (5)

2.7 Demodulator Linier

Ada 2 jenis algoritma demodulator linier terdistribusi yaitu Zero Forcing (ZF) dan

Minimum Mean-Square Error (MMSE). ZF akan

membalikkan efek kanal dengan cara mengalikan vektor sinyal yang diterima dengan pseudo-inverse dari matrik kanal (Proakis, 2008). Bentuk demodulator Centralized Zero Forcing sebagai berikut :

Sedangkan persamaan demodulator

Centralized MMSE bisa dituliskan

y

dituliskan dalam bentuk tertutup (Zhu, 2010) :

y

2.8 Method of Multiplier (MoM)

Algoritma konsensus terdistribusi adalah suatu algoritma dimana data yang diperoleh oleh setiap sensor akan diperbaharui setiap waktu oleh sensor tetangganya. Hasil pendeteksian tersebut akan diberikan kepada sensor tetangganya kemudian dilakukan penggabungan sehingga diperoleh hasil deteksi yang optimal dari informasi yang ada.

Pertukaran pesan antara sensor tetangga single hop dalam bentuk terdistribusi dapat menggunakan MoM.

Sensor j memelihara estimasi lokal antara solusi ZF sj(k) dan semua pengali

{

v

ji

}

i

N

j

'

(4)

3. Perancangan Simulasi

Pemodelan Sistem : - Model Sumber - Model Sensor - Model Topologi Jaringan

Penentuan Parameter : - Jenis Modulasi

- Luas Area - Jumlah Sensor - Parameter Kanal

Mensimulasikan Demodulator MMSE dengan Method of

Multiplier Mensimulasikan Demodulator

Zero Forcing dengan Method of Multiplier

Mengukur Kinerja BER terhadap SNR

Perbandingan Kinerja

Melakukan Validasi (dibandingkan dengan Algoritma Konsensus A-ND)

Gambar 3. Langkah-langkah Penelitian

Pada penelitian ini dilakukan simulasi untuk demodulasi berdasarkan konsensus terdistribusi dengan algoritma Method Of Multiplier (MoM) pada jaringan sensor nirkabel menggunakan dua demodulator linier yaitu:

1. Zero Forcing

2. Minimum Mean Squared Error

Tahap pertama menentukan model dari sistem, tahap kedua menentukan parameter sistem yang digunakan, tahap ketiga membuat simulasi dengan menggunakan software Matlab. Tahap keempat analisa kinerja dari sistem.

Pada simulasi ini, luas area yang digunakan adalah 50m x 50m dengan node sebanyak 2 buah yang disebar menggunakan distribusi uniform. Parameter lain yang digunakan adalah range komunikasi node sensor sebesar r = 0,5 dan kedua node dihubungkan dengan jarak Euclidean kurang dari r. Simbol berasal dari sinyal yang dimodulasi BPSK dan dipetakan langsung ke matrik S dimana AP memiliki antena M=1.

4. Analisa dan Diskusi

4.1 Penyebaran Sensor

Pada bagian ini akan dibahas data konektifitas antar node sensor aktif yang sangat penting sekali karena digunakan untuk mencari node sensor tetangga. Data konektifitas ini digunakan untuk mencari nilai laplacian matrik L. Parameter yang digunakan pada simulasi ini adalah range

komunikasi node sensor. Range komunikasi node sensor yang digunakan adalah 0.25 m.

Karena range komunikasi node sensor yang digunakan adalah 0.25 m mengakibatkan semua node sensor aktif dapat berkomunikasi dengan node sensor aktif yang lainnya dengan kata lain tidak terdpat subcluster. Konektivitas dari node sensor aktif berupa matrik adjency pada iterasi ke-0 (A(0)) dan degree dari node sensor aktif berupa matrik diagonal pada iterasi ke-0 (D(0)) dari degree semua node sensor aktif.

Gambar 4. Simulasi Penyebaran Sensor

Besarnya nilai matrik Laplacian pada iterasi ke-0 dari hasil simulasi dapat dilihat pada tabel 1. Nilai matrik Laplacian ini selalu berubah-ubah pada setiap iterasinya.

Tabel 4.1 Konektivitas Node Sensor Aktif pada Iterasi ke-0

Node ke 1 2

1 0 1

2 1 0

Tabel 4.2 Degree dari Node Sensor Aktif pada Iterasi ke-0

Node ke 1 2

1 1 0

2 0 1

Tabel 4.3 Laplacian Matrik Node Sensor Aktif pada Iterasi ke-0

Node ke 1 2

1 1 -1

2 -1 1

Hal itu disebabkan oleh nilai konektifitas A setiap node sensor yang aktif berubah-ubah pada setiap iterasinya karena terdapat pengaruh adanya probabilitas kegagalan link pada jaringan sensor nirkabel.

4.2 Zero Forcing dan MMSE dengan Algoritma Konsensus MoM

(5)

berdasarkan konsensus terdistribusi Method of

Multiplier menggunakan demodulator linier Zero

Forcing jika sinyal informasi dimodulasi BPSK

dan QPSK.

Simbol berasal dari konstelasi BPSK dengan 1 simbol terdiri dari 1 bit dan dipetakan langsung ke matrik S dimana AP memiliki antena M=1. Kemudian dikirimkan ke sensor melalui kanal Rayleigh. Pada sisi penerima sinyal yang diterima tiap sensor akan diekualisasi dengan Zero

Forcing untuk menghilangkan ISI. Kemudian

akan dibandingkan hasilnya dengan demodulasi linier menggunakan algoritma konsensus terdistribusi MoM dimana data yang diperoleh oleh setiap sensor akan diperbaharui setiap waktu oleh sensor tetangganya. Hasil pendeteksian tersebut akan diberikan kepada sensor tetangganya kemudian dilakukan penggabungan sehingga diperoleh hasil deteksi yang optimal dari informasi yang ada.

\ Gambar 5. Perbandingan Zero Forcing dengan dan tanpa

MoM

Penerapan demodulasi linier Zero Forcing

berdasarkan konsensus terdistribusi dengan algoritma Method of Multiplier untuk sinyal informasi yang dikirim dengan modulasi BPSK terlihat memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan Zero Forcing tanpa konsesus. Pada SNR 20 dB, terlihat ZF yang menggunakan MoM memiliki Bit Error Rate 10-3. Hal ini dikarenakan ada pembaharuan data oleh setiap sensor sehingga tercapai hasil deteksi yang paling optimal.

Gambar 6. Perbandingan MMSE dengan dan tanpa MoM

Penerapan demodulasi linier MMSE berdasarkan konsensus terdistribusi dengan algoritma Method of Multiplier untuk sinyal informasi yang dikirim dengan modulasi BPSK terlihat memiliki kinerja yang baik. Pada SNR 18 dB, terlihat MMSE yang menggunakan MoM memiliki Bit Error Rate 10-3. Hal ini dikarenakan ada pembaharuan data oleh setiap sensor sehingga tercapai hasil deteksi yang paling optimal.

Untuk melihat kinerja demodulasi berdasarkan konsensus terdistribusi dengan MoM jika modulasi diganti menjadi lebih tinggi konstelasinya dapat dilihat sebagai berikut :

Gambar 7. Perbandingan ZF dengan MoM antara BPSK dan QPSK

Pada grafik tersebut terlihat kinerja ZF dengan MoM untuk sinyal informasi yang dimodulasi BPSK lebih baik daripada QPSK. Hal ini karena konstelasi BPSK yang lebih sederhana yaitu antipodal.

4.3 Validasi dengan Algoritma konsensus A-ND

Algoritma konsensus selain Method of

Multiplier adalah Average - Network Delay

(6)

karena tidak ada kegagalan link antar sensor. Sehingga data lebih cepat mencapai konvergen.

Gambar 8. Perbandingan ZF Terdistribusi anatar MoM dan A-ND

MSE merupakan rata-rata kesalahan kuadrat dari data seluruh node pada proses pentransmisian data. Nilai SNR yang digunakan pada simulasi ini adalah 0 dB, 5 dB, 10 dB, 15 dB, 20 dB, dan 25 dB. Selain dari parameter SNR, parameter yang digunakan dalam simulasi ini sama dengan parameter yang digunakan pada simulasi algoritma A-ND menggunakan bobot

dengan probabilitas kegagalan link sebesar 0.4 . Hasil simulasi perhitungan MSE dapat dilihat pada gambar 9.

Berdasarkan Gambar 9 nilai MSE yang paling besar terletak pada SNR 0 dB sedangkan nilai MSE yang paling kecil terletak pada nilai SNR 25 dB. Semakin kecil nilai SNR maka semakin besar pula noisenya sehingga menyebabkan selisih nilai data akhir pada algoritma A-ND dan MoM terhadap rata-rata data penyensingan awal semua sensor aktif menjadi besar akibatnya nilai MSE yang dihasilkan juga besar.

Dapat dilihat juga bahwa nilai MSE pada algoritma MoM lebih besar dari pada nilai MSE pada algoritma A-ND. Karena pada demodulasi menggunakan konsensus terdistribusi juga menerapkan ZF yang merupakan solusi sub-optimal untuk mengkompensasi kanal.

Gambar 9. Pengaruh Nilai SNR terhadap MSE

5. Kesimpulan

1. Penerapan demodulasi linier Zero Forcing

dan MMSE berdasarkan konsensus terdistribusi dengan algoritma Method of

Multiplier untuk sinyal informasi yang

dikirim dengan modulasi BPSK terlihat memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan Zero Forcing dan MMSE tanpa konsesus.

2. Kinerja MMSE lebih baik daripada ZF karena MMSE tidak hanya mengkompensasi kanal saja tetapi juga mengkompensasi noise.

3. Kinerja ZF dan MMSE dengan MoM untuk sinyal informasi yang dimodulasi BPSK lebih baik daripada QPSK.

4. Semakin besar nilai SNR mengakibatkan kualitas data menjadi lebih bagus sehingga selisih hasil data yang konvergen dengan data rata-rata awal penyensingan sensor aktif menjadi kecil akibatnya nilai MSE yang dihasilkan menjadi kecil pula.

6. Pustaka

Akyldiz, I.F, Sankarasubramaniam, Y, dan Cayirci, E (2002). A Survey on Sensor Network. IEEE Commun Mag, hal. 102-114. J.G. Proakis (2001). Digital Communications, 4th

edition, New Jersey : McGraw-Hill.

Jayati, A.E, Wirawan (2011). Demodulasi Terdistribusi pada Jaringan Sensor Nirkabel.

Proceedings of Indonesian Student

Conference on Satellite ISCOS.

Jayati, A.E, Wirawan (2012). Studi Penerapan Demodulasi Linier Menggunakan ZeroForcing dan MMSE pada Jaringan Sensor Nirkabel. Proceeding of EECCIS. Kumar, N. S; Kumar, K.R.S (2011). Bit error

Rate Performance Analysis of ZF, ML, and MMSE Equalizer for MIMO Wireless Communication Receiver. European

Journal of Scientific Research, Vol. 59, No.

4, pp 522-532.

Zhu, H; Cano, A; Giannakis, G.A (2008). Distributed Demodulation using Consensus Averaging in Wireless Sensor Networks.

Signal and Computers, 42’nd Asilomar

Conference on Signals, Sys and Comp.

Zhu, H; Cano, A; Giannakis, G.A (2009). Distributed in Network Channel Decoding.

IEEE Trans. On Signal Processing, vol. 57,

pp 3970-3983.

Zhu, H; Cano, A; Giannakis, G.A (2010). Distributed Consensus-Based Demodulation : Algorithm and Error Analysis. IEEE

Transactions on Wireless Communications,

Gambar

Gambar 1. Arsitektur Jaringan Sensor Nirkabel (Anastasi, 2009)
Gambar 2. Model Sistem
Gambar 3. Langkah-langkah Penelitian
Gambar 6. Perbandingan MMSE dengan dan tanpa MoM
+2

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas kasih dan penyertaan-Nyalah sehingga penulis diberikan hikmat untuk menyusun dan menyelesaikan karya Tulis

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perbedaan penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi sebelum dan sesudah kenaikan Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP) pada KPP

Router termasuk juga alat pelubang, namun lebih tepatnya merupakan alat pembuat motip pada kayu dengan cara membentuk alur pada permukaan kayu. Router dapat membuat

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk meneliti Uji Efektivitas Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus Amaryllifoliusroxb )Sebagai Insektisida Nabati Dalam

Berdasarkan sosialisasai yang dilakukan APINDO cabang Lampung, informan memahami bahwa program amnesti pajak merupakan program pemerintah berupa pengampunan pajak yang

Kadar Antosianin dan Aktivitas Antioksidan Flake Beras Merah dan Beras Ketan Hitam dengan Variasi Suhu Perebusan.. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas

Dengan kurang maksimalnya penegakan hukum terhadap penambang pasir tanpa izin di Kabupaten Bener Meriah dapat kita pahami bahwa hukum belum bekerja secara baik terhadap

Dari kendala-kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam pembelajaran Sejarah, maka dari hasil analisis dapat disimpulkan beberapa solusi yang diharapkan dapat