• Tidak ada hasil yang ditemukan

AUDIT BERBASIS RISIKO kel 2 word

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "AUDIT BERBASIS RISIKO kel 2 word"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

AUDIT BERBASIS RISIKO

(THE RISK-BASED APPROACH TO AUDIT)

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Audit

Oleh:

Lineke Yohana – 11140221

Lidya Caeli Putri - 11140281

Yosep Basilius Fangohoi - 11140273

7 PAK 1 A

Dosen Pengampu : Bpk. Iwan Siswandi, SE., Ak., M.Ak., CPA

Fakultas Ilmu Sosial Dan Humaniora

Program Studi Akuntansi

Universitas Bunda Mulia

Jakarta

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia dan berkat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang “Audit Berbasis Risiko (the risk-based approach to audit)”.

Makalah sederhana ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Demikian makalah ini kami buat semoga dapat bermanfaat, terima kasih.

Jakarta, 25 September 2017

(3)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam usaha untuk meningkatkan kinerja di suatu perusahaan atau entitas

dibutuhkan peranan penting yang efektif dan efisien dari satuan pengendalian

Internal atau yang biasa disebut dengan internal audit. Internal auditor diharapkan

mampu melaksanakan audit secara efektif dan efisien. Sumber daya yang terbatas

yang digunakan seharusnya mampu dikelola sedemikian rupa sehingga tujuan

audit yang telah ditetapkan. Hal ini berarti internal auditor harus mendahulukan

pengujian dan observasi pada aktivitas yang dinilai berisiko tinggi, tidak

terperangkap pada rutinitas dan kegiatan yang kurang berisiko. Juga, internal

auditor harus mampu mengidentifikasi risiko-risiko yang dihadapi perusahaan

telah cukup diantisipasi dan dimitigasi oleh perusahaan. Dengan melakukan audit

berbasis risiko, diharapkan para internal auditor mampu mengatasi

kelemahan-kelemahan yang dihadapi terkait dengan perencanaan tahunan audit dan

melaksanakan pengujian-pengujian audit secara lebih efektif dan efsien.

Pemahaman yang mendalam akan sebuah proses tehnik serta langkah –

langkah dalam melakukan proses audit akan memberi dampak yang positif bagi

perusahan terutama dalam meminimalkan suatu resiko yang akan dihadapi oleh

perusahaan. Saat ini Indonesia sudah mengadopsi audit berbasis ISA dalam

laporan keuangan untuk meningkatkan kepercayaan investor terhadap kualitas

informasi keuangan dan di Indonesia.

Pasar modal dan pasar uang dunia digoncang oleh manipulasi pelaporan

(4)

bertanya “where were the auditors” dalam berbagai skandal pelaporan keuangan seperti kasus Enron, Bernard L. Madoff Investment Securities LLC, Lehman

Brothers dan lain di Amerika Serikat, lalu skandal Parmalat, Ahold dan

lain-lain di Eropa. Serta skandal nya Satyam Computer Services, Knebo, Ltd.,

Olympus Corporation, Nikko Cordial dan lain-lain di Asia.

Beruntung Indonesia tidak imun terhadap praktik manipulasi laporan

keuangan seperti skandal tersebut, karena sejauh ini ukuran kerugian belum

se-massive dan se-pervasive kasus-kasus diatas. ISA dan standar lain yan dikeluarkan IFAC dimaksudkan untuk mencapai pelaporan keuangan yang berkualitas di

tatanan global [ CITATION The14 \l 1057 ]. ISA meminta auditor untuk

memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan secara

keseluruhan bebas dari salah saji material, apakah karena kecurangan atau

kesalahan. Hal ini diperoleh ketika auditor telah memperoleh bukti yang cukup

memadai untuk mengurangi risiko audit kepada tingkat yang rendah [ CITATION

Iai15 \l 1057 ].

ISA (International Standards on Auditing) merupakan standar audit terbaru yang telah diadopsi di Indonesia yang diterbitkan oleh IFAC (The International Federation of Accounting). Per 1 Januari 2013, Akuntan Publik di Indonesia wajib melakukan audit atas laporan keuangan berdasarkan standar yang baru ini.

ISA sepenuhnya mengadopsi pendekatan Audit Berbasis Resiko, sehingga saat ini

penerapan Audit Berbasis Resiko bagi auditor di Indonesia menjadi hal wajib

(mandatory). Audit Berbasis Resiko atau Risk Based Audit (RBA) merupakan pendekatan audit yang berkembang pesat sejak tahun 2000an. Pendekatan saat ini

mendapatkan perhatian yang luas dan dianggap sebagai pendekatan yang paling

(5)

yang selalu berubah-ubah seperti sekarang ini. Indonesia telah meratifikasi

ketentuan untuk menerapkan International Standards on Auditing (ISA) mulai

awal tahun 2013.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka

penulis merumuskan hal-hal yang akan diketahui dari penulisan makalah ini

adalah sebagai berikut :

1. Apa tujuan menyeluruh suatu audit (SA 200.11/ISA 200.11) ? 2. Bagaimana gambaran umum Audit Berbasis Risiko ?

3. Apa itu Risiko Audit ?

4. Bagaimana pelaksanaan Audit Berbasis Risiko ? 5. Apa manfaat Audit Berbasis Risiko ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan, maka tujuan

pembuatan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui tujuan menyeluruh suatu audit (SA 200.11/ISA

200.11)

2. Untuk mengetahui gambaran umum Audit Berbasis Risiko 3. Untuk mengetahui Risiko Audit

(6)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 INTERNATIONAL FEDERATION OF ACCOUNTING (IFAC)

IFAC (The International Federation of Accounting) merupakan organisasi yang membidangi standar-standar akuntansi, auditing, kode etik, kendali mutu,

dan lain-lain pada tatanan global. IFAC didirikan pada tanggal 7 Oktober 1977 di

Munich, Jerman pada saat berlangsungnya World Congress of Accountants

(Kongres Sedunia) yang ke XI.

IFAC berkembang pesat, dalam rilisnya tanggal 17 November 2001, IFAC

menyebut dirinya sebagai the global organization for the accountancy profession with members and associates in 127 countries (organisasi global untuk profesi akuntansi dengan anggota di 127 negara), dengan 167 anggota (anggota penuh

dan asosiasi) yang mewakili sekitar dua setangah juta akuntan yang membuka

praktik atau bekerja di bidang industri dan perdagangan, di sektor publik, dan

dalam bidang pendidikan.

Visi dan misi IFAC, diuraikan sebagai berikut [ CITATION The14 \l 1057 ],

Visi IFAC :

Profesi akuntansi global diakui kepemimpinannya dalam nilai-nilai luhur

dalam mengembangkan organisasi, pasar uang dan modal,, dan perekonomian

yang kuat dan berkesinambungan.

(7)

 melayani kepentingan umum dengan menyumbang pengembangan,

pengadopsian dan penerapan standar serta petunjuk internasional yang

bermutu tinggi

 menyumbang pengembangan organisasi profesional akuntansi dan

kantor akuntan dan kepada praktik-praktik bermutu tinggi oleh

akuntan profesional.

 Menjadi corong tentang isu-isu yang menjadi kepentingan umum

dimana kepakaran profesi akuntansi sangat relevan.

2.2 INTERNATIONAL STANDARD ON AUDITING (ISA)

2.2.1 TUJUAN AUDIT UMUM

Ciri penting dari audit berbasis ISA ialah bahwa audit ini berbasis risiko

(risk-based audit). Tujuan menyeluruh dari suatu audit menurut ISA 200.11 adalah:

a. Memperoleh asurans yang layak mengenai apakah aporan keuangan

secara menyeluruh bebas dari salah saji yang material, yang

disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan, untuk memungkinkan

auditor memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan

dibuat, dalam segala hal yang material, sesuai dengan kerangka

pelaporan keuangan yang berlaku; dan

b. Melaporkan mengenai laporan keuangan, dan mengomunikasikan

segala sesuatunya seperti yang diwajibkan ISAs sesuai dengan

temuan auditor.

(8)

Untuk melihat secara utuh makna dari audit berbasis risiko dapat

diapahami dengan beberapa konsep dasar yang saling berakaitan:

1. Reasonable assurance (Asurans yang layak)

Asurans yang layak adalah asurans yang tinggi, tetapi bukan pada

tingkat tinggi yang mutlak (absolute level of assurance). Asurans yang layak dicapai ketika auditor memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat

(sufficient appropriate audit evidence) untuk menekan risiko audit. Risiko audit adalah risiko dimana auditor memberikan opini yang salah ketika

laporan keuangan disalahsajikan secara material. Auditor ingin menekan

risiko audit ini ke tingkat rendah yang dapat diterima (to an acceptably low level). Dengan bukti audit yang cukup dan tepat, auditor sudah menekan risiko audit, namun tidak mungkin samapai ke tingkat nol, karena

adanya kendala bawaaan dalam setiap audit. Auditor menekan risiko

auditnya sampai ke tingkat yang disebut “an accepatbly low level”, atau tingkat rendah yang dapat diterima oleh auditor. Auditor tidak dapat

memberikan absolute assurance (asurans mutlak). Auditor menarik kesimpulan auditnya dan mendasarkan opini atau pendapatnya kepada

bukti-bukti audit.

2. Inherent limitations (Kendala bawaan)

Penyajian secara singkat kendala bawaaan (Inherent limitations) dalam penugasan audit.

Tabel 2.1 Inherent Limitations

Kendala Alasan

Sifat Pelaporan Keuangan

Pembuatan laporan keuangan memerlukan:

(9)

kerangka pelaporan keuangan; dan

 Keputusan atau penilaian subjektif (seperti estimasi) oleh manajemen dalam memilih berbagai tafsiran atau judgement yang akseptabel.

Sifat Bukti Audit yang Tersedia

Kebanyakan pekerjaan auditor dalam merumuskan pendapatnya adalah mengumpulkan dan mengevaluasi bukti audit. Bukti ini cenderung bersifat persuasif, dan tidak konklusif.

Bukti audit terutama diperoleh melalui pelaksanaan prosedur audit. Bukti ini juga meliputi informasi yang diperoleh dari sumber lain seperti: audit yang lalu; prosedur kendali mutu dalam rangka menerima / melanjutkan hubungan dengan klien; catatan pembukuan entitas; dan bukti audit yang dibuat tenaga ahli yang digunakan entitas.

Sifat Prosedur Audit Bagaimanapun bagusnya rancangan prosedur audit, ia tidak akan mampu mendeteksi setiap salah saji:

 Setiap sampel (kurang dari 100%) mengandung risiko bahwa salah saji tidak akan terdeteksi;  Manajemen / pihak lain (sengaja/tidak) mungkin

tidak neberikan semua informasi yang diminta;  Kecurangan yang canggih, disembunyikan dengan

rapi;

 Prosedur audit untuk mengumpulkan bukti audit mungkin tidak mendeteksi informasi yang hilang. Pelaporan Keuangan

Tepat Waktu

Relevansi/ informasi keuangan cenderung menurun dengan lewatnya waktu. Oleh karena itu, perlu ada keseimbangan antara keandalan informasi dan biayanya.

Pemakai laporan keuangan mempunyai ekspektasi bahwa auditor memberikan pendapat dalam waktu yang layak. Oleh karena itu, tidaklah praktis meminta semua informasi yang mungkin ada, atau menuntaskan semua masalah sehabis-habisnya, dengan asumsi bahwa informasi mengandung kesalahan/kecurangan sampai terbukti sebaliknya.

Sumber: [ CITATION The14 \l 1057 ]

3. Audit scope (Lingkup Audit)

(10)

daya bertahan entitas itu di masa mendatang (future viability of the entity). WTP juga tidak mencerminkan apakah manajemen mengelola entitas

secara efektif dan efisien.

Setiap perluasan dari tanggung jawab audit yang utama, seperti yang

mungkin ditetapkan dalam ketentuan perundang-undangan, mewajibkan

auditor untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan tambahan dan

memodifikasi atau memperluas laporan auditor sesuai dengan perluasan

tanggung jawabnya [ CITATION The14 \l 1057 ].

4. Material misstatement (Salah saji yang material)

Salah saji yang material (material messtatement) terjadi jika secara layak dapat diharapkan, akan mempengaruhi keputusan ekonomis pemakai

laporan keuangan.

Salah saji yang material bisa:

 Terjadi secara sendiri-sendiri atau bersama. Contoh, laporan

keuangan mencantumkan pabrik senilai Rp 10 miliar. Pabrik itu

tidak pernah dibangun atau dibeli. Laporan keuangan tersebut juga

mengandung satu salah saji yang material. Laporan keuangan dapat

juga berisi beberapa salah saji, yang secara agregatif atau

tergabung, berjumlah material.

 Berupa salah saji yang tidak dikoreksi (uncorrected misstatement),

misalnya yang ditemukan oleh auditor dan dikomunikasikan

kepada kepala bagian pembukuan (chief accountant), dan diakui sebagai salah saji, namun kepada bagian pembukuan tidak bersedia

(11)

 Berupa pengungkapan yang menyesatkan (misleading disclosures)

dalam laporan keuangan, atau pengungkapan yang tidak

dicantumkan (missing disclosures) dalam laporan keuangan. Ini salah saji yang material secara kualitatif.

 Berupa kesalahan (error) kecurangan (fraud).

5. Assertions (Asersi)

Asersi (Assertions) adalah pernyataan (representations) yang diberikan manajemen, secara ekplisit maupun implisit, yang tertanam di

dalam atau merupakan bagian dari (embodied in) laporan keuangan.

Asersi berhubungan dengan pengakuan (recognition), pengakuan (measurement), penyajian (presentation), dan pengungkapan (disclosure)

dari berbagai unsur laporan keuangan. Yang dimaksud dengan unsur

laporan keuangan (elements in the financial statements) adalah angka-angka/ jumlah (amounts) dan pengungkapan (disclosures). Asersi-asersi ini digunakan oleh auditor untk mempertimbangkan berbagai jenis

kemungkinan salah saji yang bisa terjadi.

2.2.3 PEMAHAMAN RISIKO AUDIT

(12)

Tujuannya ialah menekan risiko audit ke tingkat rendah yang dapat diterima

auditor, dengan cara menilai risiko salah saji yang material dan menekan risiko

pendeteksian.

Risiko audit terdiri atas 2 unsur, yaitu:

a. Inherent Risk (Risiko Bawaan) dan Control Risk (Risiko Pengendalian)

Sifat: laporan keuangan berpotensi mengandung salah saji material

Sumber: tujuan entitas dan implementasi pengendalian internal oleh

manajemen.

b. Detection Risk (Risiko Pendeteksian)

Sifat: auditor mungkin gagal mendeteksi salah saji yang material dalam

laporan keuangan

Sifat: sifat dan luasnya prosedur audit yang dilaksanakan auditor.

2.2.4 TEKNIS PELAKSANAAN AUDIT BERBASIS RISIKO

Pelaksanaan Audit Berbasis Risiko seturut kutipan dari ISA 200 ialah

(13)

a. Alinea 200.15 dengan pokok bahasan Skeptisme Profesional

Auditor wajib merencanakan dan melaksanakan suatu audit dengan skeptisme

profesiomal dengan menyadari bahwa mungkin ada situasi yang menyebabkan

laporan keuangan disalah sajikan secara material. (lihat alinea A18-A22)

b. Alinea 200.16 dengan pokok bahasan Kearifan Profesional

Auditor wajib melaksanakan kearifan professional dalam merencanakan dan

melaksanakan suatu audit atas laporan keuangan. (lihat alinea A23-A27)

c. Alinea 200.17 dengan pokok bahasan Asurans yang Layak

Untuk memperoleh asurans yang layak, auditor memperoleh bukti audit yang

cukup dan tepat untuk menekan risiko audit ke tingkat rendah yang dapat

diterima, dengan demikian memungkinkan auditor menarik kesimpulan yang

layak untuk digunakan sebagai dasar pemberian pendapat auditor. (lihat alinea

A28-A52)

d. Alinea 200.21 dengan pokok bahasan Gunakan Tujuan Sesuai ISAs yang

Relevan

Untuk mencapai tujuan menyeluruhnya, auditor wajib menggunakan tujuan

yang dinyatakan dalam ISAs yang relevan dalam merencanakan dan

melaksanakan audit tersebut, dengan memperhatikan keterkaitan diantara

(berbagai) ISAs untuk: (lihat alinea A67-A69)

 Menentukan apakah prosedur audit tambahan disamping yang

diwajibkan ISAs memang diperlukan untuk mencapai tujuan

(14)

 Mengevaluasi apakah bukti audit yang cukup dan tepat sudah

diperoleh. (ref:para.A71)

Makna audit berbasis risiko tersirat dalam Bagan Proses Audit. Suatu audit

berbasis risiko mengandung 3 langkah, yaitu:

a. Risk Assessment (Menilai Risiko)

Melaksanakan prosedur penilaian risiko untuk mengidentifikasi dan menilai

risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan.

b. Risk Response (Menanggapi Risiko)

Merancang dan melaksanakan prosedur audit selanjutnya yang menanggapi

risiko (salah saji yang material) yang telah diidentifikasi dan dinilai, pada

tingkat laporan keuangan dan asersi.

c. Reporting (Pelaporan)

Tahap melaporkan:

 Merumuskan pendapat berdasarkan bukti audit yang diperoleh

 Membuat dan menerbitkan laporan yang tepat, sesuai kesimpulan

yang ditarik

2.2.5 MANFAAT AUDIT BERBASIS RISIKO (ABR)

(15)

Karena prosedur penilaian risiko tidak menguji transaksi dan saldo secara

rinci, prosedur itu dapat dilaksanakan jauh sebelum akhir tahun (dengan

asumsi, tidak ada perubahan operasional yang besar). Ini dapat

menyeimbangkan beban kerja audit secara merata sepanjang tahun. Ini juga

memberi waktu yang cukup bagi klien untuk menanggapi temuan mengenai

kelemahan pengendalian intern dan permintaan bantuan sebelum dimulainya

pekerjaan lapangan pada akhir tahun. Namun, kalau informasi keuangan

interim (bulanan) tidak tersedia, prosedur penilaian risiko analitikal, terpaksa

dilaksanakan lebih lambat.

b. Upaya tim audit terfokus pada area kunci

Dengan memahami dimana risiko salah saji material bisa terjadi dalam

laporan keuangan, auditor dapat mengarahkan tim audit ke hal-hal berisiko

tinggi (high-risk areas) dan mengurangi pekerjaan pada lower-risk areas. Dengan demikian sumber daya/staf audit dimanfaatkan sebaik-baiknya.

c. Prosedur audit terfokus pada risiko

Prosedur audit selanjutnya dirancang untuk menganggapi risiko yang dinilai.

Oleh karena itu, uji rincian (tests of details) yang hanya menanggapi risiko secara umum, akan dapat dikurangi secara signifikan atau bahkan sama sekali

dihilangkan.

(16)

Pemahaman terhadap pengendalian intern (yang diwajibkan ISA)

memungkinkan auditor mengambil keputusan yang tepat, untuk menguji/tidak

menguji efektifnya pengendalian intern. Uji pengendalian (beberapa

pengendalian hanya perlu diuji setiap tiga tahun) sering mengurangi banyak

pekerjaan, dibandingkan dengan pelaksanaan uji rincian secara ekstensif

(extensive tests of details) untuk menentukan luasnya pengujian.

e. Komunikasi tepat waktu

Pemahaman terhadap pengendalian intern yang meningkat, memungkinkan

auditor mengindetifikasi kelemahan dalam pengendalian intern, yang

sebelumnya tidak diketahui. Mengomunikasikan kelemahan dalam

pengendalian intern kepada manajemen secara tepat waktu memungkinkan

entitas mengambil tindakan yang tepat, dan yang menuntungkan entitas. Hal

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan utama pada tahap ini meliputi analisis, pengumpulan dan pengujian bukti pemeriksaan apakah bukti-bukti tersebut telah cukup, kompeten, dan relevan untuk menilai

SURAT KETERANGAN PENGGUNAAN LISTRIK DAN AIR "

info produk, info pemesanan, info tambah pemesanan, info ubah pemesanan, info terima atau tolak penentuan produksi, info hapus pemesanan info login, info lupa password, info

Hasil dari penelitian uji daya hambat ekstrak bunga lawang (Illicium verum Hook) terhadap bakteri Staphylococcus aureus didapatkan hasil pengukuran zona bening

Peneliti mengambil kesimpulan: (1) materi ajar penghitungan volume yang dikembangkan telah memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif berdasarkan pendekatan PMRI

Sumber energi utama berasal dari energi radiasi matahari, yang dipancarkan sesuai hukum radiasi benda hitam (black body) dengan temperatur 6000 0 K dan panjang

Kesadaran hukum wartawan media cetak di Kota Denpasar terhadap hukum pers dipengaruhi adanya kesadaran sendiri dari wartawan untuk mengetahui dan mempelajari etika

Pengaruh program jasa berbasis value pada model MarkPlus 2000 terhadap loyalitas menurut Hermawan Kartajaya (2007:16) mengungkapkan bahwa “Model MarkPlus 2000 yang