• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI DAN EVALUASI RISIKO MENGGUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IDENTIFIKASI DAN EVALUASI RISIKO MENGGUN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI DAN EVALUASI RISIKO MENGGUNAKAN FMEA PADA AGROINDUSTRI UDANG

DISUSUN OLEH :

GUSTI AYU PUTU (141710301012) MAYLATUL YESSITA (141710301013) DESI RATNA SINAGA (141710301021) AGHITA RYAN S (141710301045) AKHIB ASPARUDDIN (141710301051)

KEMENTERIAN RISET TKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JEMBER

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(2)

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Agroindustri udang merupakan salah satu industri berbasis perikanan yang sudah berkembang di Indonesia.Komoditi atau produk udang memiliki nilai jual tinggi yang diperdagangkandi seluruh dunia (FAO, 2010). Namun, dalam pelaksanaan proses bisnis agroindustri udang saat ini dihadapkan pada masalah variasi mutu, jumlah dan kontinuitas bahan baku, yang menimbulkan variasi pada produk agroindustri, sehingga menurunkan daya saing di pasar global. Sebagai komoditi perdagangan ekspor maka udang senantiasa dituntut memiliki mutu yang prima. Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) adalah metodologi yang dirancang untuk mengidentifikasi moda kegagalan potensial pada suatu produk atau proses sebelum terjadi, mempertimbangkan resiko yang berkaitan dengan moda kegagalan tersebut, mengidentifikasi serta melaksanakan tindakan korektif untuk mengatasi masalah yang paling penting.

Pada kasus ini digunakan metode FMEA pada analisa agroindustri udang untuk mengetahui masalah yang mencakup faktor-faktor dan variabel risiko yang mempengaruhi bisnis udang untuk kontrak antara petani udang hingga pelaku rantai pasok, konsekuensi risiko, serta urutan prioritas yang diperoleh dalam evaluasi risiko yang dilaksanakan secara bersamasama, untuk mencapai tujuan berupa pemenuhan keinginan konsumen.

1.2 Tujuan

Paper ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik & sumber risiko, mengendalikan risiko dominan dan mengetahui solusi terhadap agroindustri udang. 1.3 Metode

(3)

BAB 2 PEMBAHASAN

FMEA (failure mode and effect analysis) adalah suatu prosedur terstruktur untuk mengidentifikasikan dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan (failure mode). FMEA digunakan untuk mengidentifikasi sumber-sumber dan akar penyebab dari suatu masalah kualitas. Suatu mode kegagalan adalah apa saja yang termasuk dalam kecacatan/kegagalan dalam desain, kondisi diluar batas spesifikasi yang telah ditetapkan, atau perubahan dalam produk yang menyebabkan terganggunya fungsi dari produk itu. Filosofi dasar dari FMEA adalah: “cegah sebelum terjadi”. FMEA baik sekali digunakan pada sistem manajemen mutu untuk jenis industri manapun.

(4)

EFEK KRITERIA SEVERITY RANKING Berbahaya tanpa ada

peringatan.

Dapat membahayakan operator mesin atau assembly. Sangat tinggi tingkat severity-nya pada saat potensial

kegagalan mengakibatkan operasi kendaraan dan / atau sehubungan dengan peraturan pemerintah. Kegagalan akan terjadi tanpa adanya peringatan.

10

Berbahaya dengan adanya peringatan

Dapat membahayakan operator mesin atau assembly. Sangat tinggi tingkat severity-nya pada saat potensial

kegagalan mengakibatkan operasi kendaraan dan / atau sehubungan dengan peraturan pemerintah. Kegagalan akan terjadi dengan didahului adanya peringatan.

9

Sangat tinggi Hambatan / gangguan mayor di line produksi. 100% produk mungkin akan dibuang (scrap). Kendaraan / item tidak

dapat dioperasikan, hilang fungsi utamanya. Pelanggan sangat tidak puas. 8

Tinggi Hambatan / gangguan minor di line produksi. Produk mungkin harus dipisahkan dan sebagian (kurang dari 100%) dihancurkan (discrap). Kendaraan dapat dioperasikan, tetapi dengan level performance yang lebih rendah.

Pelanggan tidak puas.

7

Sedang / rata-rata Hambatan / gangguan minor di line produksi. Sebagian (kurang dari 100%) produk mungkin harus dihancurkan (tanpa dipisahkan). Kendaraan dapat dioperasikan, tetapi sebagian item kenyamanan tidak dapat dioperasikan. Pelanggan mengalami ketidaknyamanan.

(5)

Rendah Hambatan / gangguan minor di line produksi. 100% produk mungkin harus dikerjakan ulang (reworked). Kendaraan dapat dioperasikan, tetapi sebagian item kenyamanan dioperasikan di tingkat level performance yang berkurang. Pelanggan merasa tidak puas.

5

Sangat rendah Hambatan / gangguan minor di line produksi. Produk mungkin harus dipisah-pisahkan dan sebagian (kurang dari 100%) harus dihancurkan. Ketepatan dan item finishing tidak sesuai. Defect dinyatakan oleh sebagian besar pelanggan.

4

Kecil Hambatan / gangguan minor di line produksi. Sebagian (kurang dari 100%) dari produk mungkin harus dikerjakan ulang (reworked) "on line" tetapi di luar lokasi (out-of-station). Ketepatan dan item finishing tidak sesuai. Defect dinyatakan oleh rata-rata pelanggan.

3

Sangat kecil Hambatan / gangguan minor di line produksi. Sebagian (kurang dari 100%) dari produk mungkin harus dikerjakan ulang (reworked) "on line" tetapi di luar lokasi (out-of-station). Ketepatan dan item finishing tidak sesuai. Defect dinyatakan oleh sebagian kecil pelanggan.

2

(6)

Tabel 2.2 Tabel Occurence – McDermott

Sangat tinggi : Kegagalan hampir tidak dapat dihindarkan.

10

1 dalam 3 9

Tinggi : Kegagalan berulang. Biasanya dihubungkan dengan proses terdahulu yang sering gagal.

1 dalam 8 8

1 dalam 20

7

Medium / Sedang : Kadang-kadang gagal. Biasanya dihubungkan dengan proses yang terdahulu yang kadang-kadang gagal, tetapi bukan bagian yang mayor.

1 dalam 80 6

1 dalam 400 5

1 dalam 2.000

4

Rendah : Kegagalan yang terisolasi, dihubungkan dengan proses-proses yang sejenis / sama.

1 dalam 15.000

3

Sangat Rendah : Kegagalan yang terisolasi, dihubungkan dengan proses-proses yang hampir sejenis / sama.

1 dalam 150.000

2

Kegagalan hampir tidak terjadi. Tidak pernah ada kegagalan yang dihubungkan dengan proses-proses yang hampir sejenis / sama.

(7)

DETECTION RANKING KRITERIA

Hampir tidak mungkin dideteksi

Tidak ada pengendalian yang diketahui untuk mendeteksi kegagalan.

10

Sangat kecil kemungkinan

Sangat kecil kemungkinan pengendalian yang ada dapat mendeteksi kegagalan.

9

Kecil

kemungkinan

Kecil kemungkinan pengendalian yang ada akan dapat mendeteksi kegagalan.

8

Sangat rendah Sangat rendah kemungkinan pengendalian yang ada akan dapat mendeteksi kegagalan.

7

Rendah Rendah kemungkinan pengendalian yang ada akan dapat mendeteksi kegagalan.

6

Sedang / rata-rata

Sedang / rata-rata kemungkinan pengendalian yang ada akan dapat mendeteksi kegagalan.

5

Sangat sedang / rata-rata

Sangat sedang / rata-rata kemungkinan

pengendalian yang ada akan dapat mendeteksi kegagalan.

4

Tinggi Tinggi kemungkinan pengendalian yang ada akan dapat mendeteksi kegagalan.

3

Sangat tinggi Sangat tinggi kemungkinan pengendalian yang ada akan dapat mendeteksi kegagalan.

2

Hampir pasti Pengendalian yang ada hampir pasti dapat mendeteksi kegagalan. Pengendalian deteksi

(8)
(9)

Pemetaan masalah pada rantai pasok agroindustri udang menggunakan diagram tulang ikan. Fungsi dasar diagram Fishbone (Tulang Ikan) adalah untuk mengidentifikasi dan mengorganisasi penyebab-penyebab yang mungkin timbul dari suatu efek spesifik dan kemudian memisahkan akar penyebabnya.

Pekerja kurang terampil ukuran udang kecil Kualitas Mutu bibit kurang baik

perairan kontaminasi bahan kimia menurun

Penjadwalan kurang baik

Bahan baku tidak tersedia Resiko agroindustri udang kualitas

kuantitas

(10)

Tabel resiko mutu udang

No Gangguan (risiko) Penyebab Akibat

1. Keragaman mutu pasokan bahan baku

Banyaknya pemasok udang yang berukuran kecil

Variasi mutu, ukuran dan jenis udang

2. Kerusakan saat panen Kurang terampil menggunakan alat panen

Melukai atau memotong organ udang 3. Kerusakan saat pengiriman Pendingin udang

(es curah) kurang memadai

Mulai terjadi pembusukan

4. Kegagalan panen Serangan hama dan penyakit

Kematian udang

5. Harga udang menurun Penjadwalan mulai tanam

hingga panen kurang baik

Kesediaan udang lebih besar daripada

permintaan

6. Fluktuasi nilai tukar Harga udang tujuan ekspor

sangat rentan terhadap perubahan nilai tukar

Harga udang di pasar dalam negeri menjadi mahal

7. Pemenuhan pesanan Bahan baku tidak tersedia sesuai perjanjian

Beberapa pesanan tidak dapat dipenuhi

8. Udang ditolak (reject) Bahan baku mutu rendah dan terkontaminasi

Udang yang dikirim akan

dikembalikan ke pemasok

(11)

Tabel Perhitungan RPN udang yang baik

(12)

-tidak bisa memenuhi pesanan

permintaa n menurun

6 -stok udang yang dibudidaya kurang

7 -mengambil

udan dari petani lain

5 210

Keterangan:

Saverity : 1= tidak ada Occurance : 1= remote

2= sangat minor 2=sangat rendah

3=minor 3-4=rendah

4=sangat rendah 5-6=sedang

5=rendah 7-8=tinggi

6=sedang 9-10=sangat tinggi

7=tinggi 8=sangat tinggi 9=berbahaya

10=sangat berbahaya

Detection : 1= tidak ada 2= sangat minor 3=minor

(13)

Pada tabel diatas untuk nilai RPN tertinggi yaitu pada proses perawatan udang dan pendistribusian. Pada proses perawatan seperti kondisi kolam yang kuran memadai menjadi kendala dalam budidaya udang. Kolam dibuat pada lahan yang cukup luas minimal satu hektar yang dibagi menjadi 4 bagian kolam. Hal lain yang perlu diperhatikan, tentang wadah media budidayanya harus memenuhi persyaratan

antara lain harus merupakan kawasan yang bebas banjir dan pencemaran, jenis

tanah liat berpasir, kolam dibuat pada ketinggian 0 - 700 meter diatas permukaan

air laut. Kondisi air harus tersedia sepanjang tahun dan yang utama adalah kawasan

bebas polusi. Selain itu da hal yang sangat penting lainnya yakni sirkulasi air

haruslah yang bagus juga bebas dari pencemaran, juga terbebas dari ancaman

polusi.

Pendistribusian yang kurang baik juga menjadi kendala yang penting pada

agroindustri udang di Indonesia. Misalnya pada pendistribusian yang

membutuhkan waktu lama mengalami proses kerusakan seperti pembusukan.

Selain itu kendala pendistribusian yaitu serig terjadi penolakan karena tidak sesuai

standar mutu terutama untuk di ekspor. Cara mengatasi masalah pendistribusian

misalnya dengan mengemas udang ke dalam kemasan yang mampu menahan

kerusakan udang seperti pembusukan seperti pemberian es dan penyimpanan di

(14)

Hasil analisa potensi kerusakan udang Matrik tingkat resiko pada agroindustri udang

Resiko Peluang Nilai Besaran Nilai Resiko

Perubahan tata guna lahan A 4 Tinggi

Pencemaran udara D 2 Rendah

Pencemaran air tanah B 3 Sedang

Penurunan jumlah flora air C 3 Sedang

Penurunan tingkat kesehatan masyarakat

D 2 Rendah

Berkurangnya estetika lingkungan

C 3 Sedang

Keterangan :

A : Pasti terjadi 1: Pengaruh tidak berarti B : Kemungkinan Besar 2 : Pengaruh Kecil C: Kemungkinan Sedang 3 : Pengaruh sedang

D : Jarang 4: Pengaruh Besar

(15)

No Potensi gangguan (risiko) Nilai kategori 1 Kegagalan panen disebabkan

serangan hama dan penyakit

3 sedang

2 Pemilihan bibit bermutu rendah untuk budidaya

4 tinggi

3 Kegagalan panen disebabkan menurunnya kualitas perairan

3 sedang

4 Kerusakan udang akibat alat panen

2 rendah

5 Kerusakan saat pengiriman akibat pendingin yang kurang

3 sedang

Keterangan: 1 = pengaruh tidak berarti 2 = pengaruh kecil

3 = pengaruh sedang 4 = pengaruh besar

Kualitas udang dipengaruhi oleh bibit udang yang digunakan. Jika bibit udang yang dibudidaya kurang baik maka udang akan menghasilkan bobot yang tidak sesuai dengan standar muru selain itu udang dengan bibit kurang baik akan mudah terserag hama dan menyebabkan kematian. Selain itu serangan hama dan penyakit juga menyebabkan petani udang gagal panen.

Petani di Indonesia banyak membudidayakan udang galah Jenis udang air tawar yang satu ini memang memiliki potensi yang cukup besar, sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang berlipat. Terbukti dari permintaan udang galah baik dalam negeri maupun dari luar negeri yang semakin meningkat. Udang galah adalah salah satu komoditas air tawar yang cukup bagus karena selain harga jualnya lebih tinggi dibanding ikan air tawar lainnya juga dapat dipasarkan untuk kebutuhan dalam dan luar negeri.

(16)

juga menjadi masalah pada lingkungan sekitar. Berikut adalah efluen limbah air bekas kolam udang galah

Parameter Satuan

BOD 30 mg/l

COD 110 mg/l

pH 7,9

NH4 3,5

Prakiraan resiko flora air berasal dari air kolam bekas yang mengandung antibiotik udang yag dapat mengganggu keberlangsungan flora air. Limbah yang langsung dibuang ke parit atau sungai lalu diserap oleh tumbuhan. Resiko ini kecil pengaruhnya terhadap flora air.

Prakiraan resiko terhadap fauna air berasal dari limbah cair yang berasal dari kolam pengolahan ke sungai. Resiko yang mungkin timbul berupa berkurangnya fauna di dalam air serta bersifat negatif. Bobotnya sedang karena air dari kolam udang mengandung zat kimia yang dapat mengganggu keberlangsungan hidup ikan.

Prakiraan resiko terhadap tingkat kesehatan masyarakat berasal dari limbah cair yang dari kolam udang yang masuk ke dalam air permukaan sungai, di mana sebagian kecil masyarakat sekitar tinggal dan memanfaatkan untuk mencuci baju dan mandi.

(17)

BAB 3. KESIMPULAN

Metode FMEA dapat menganalisa resiko yang terjadipada kegiatan agroindistri udang. FMEA digunakan untuk mengidentifikasi sumber-sumber dan akar penyebab dari suatu masalah kualitas. Suatu mode kegagalan adalah apa saja yang termasuk dalam kecacatan/kegagalan dalam suatu kegiatan produksi.

Gambar

Tabel 2.2 Tabel Occurence – McDermott
Tabel resiko mutu udang
Tabel Perhitungan RPN

Referensi

Dokumen terkait

Prinsip-prinsip mengenai komposisi prosa pada umumnya, baik yang dimaksudkan Prinsip-prinsip mengenai komposisi prosa pada umumnya, baik yang dimaksudkan untuk penyajian lisan

Pada hasil fertilitas, daya tetas serta berat netas atas telur ayam arab nyatanya tidak tergantung pada warna bola lampu kuning, hijau serta biru dalam mesin tetas

Juga dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kebiasaan mencuci tangan sudah menjadi tradisi atau habbit di Kalangan anak-anak usia dini, namun problemnya ada pada

Hubungan panjang berat ikan Ikan kerapu sunu ( P. leopardus ) yang tertangkap dominan fase reproduksi betina dibandingan dengan ikan kerapu macan ( E. fuscoguttatus

hanya pedande dan pemangku tetapi seluruh pengurus rumah tangga Pura Jala Siddhi amerta yang diketuai oleh Bapak I Made Jiwa Astika dan seluruh umat Hindu yang berasal

Model matematika yang terbentuk dapat digunakan dalam perancangan reaktor kolom tunggal untuk proses dekafeinasi, memprediksi waktu dan laju proses dekafeinasi biji

rhusiopathiae serotipe 1 dan serotipe 2 merupakan serotipe-serotipe yang patogenik bagi babi, tetapi dalam penelitian ini terlihat bahwa serotipe-serotipe lain (6, 11, 12, dan tipe

Piagam ini berlaku efektif terhitung sejak 29 Maret 2016 (“Tanggal Efektif”). Dengan menandatangani lembar persetujuan, seluruh anggota Direksi dianggap telah menerima dan