• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF ini PENGARUH KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN MOTIVASI KEMAMPUAN MENYUSUN TEKS ULASAN SECARA MANDIRI SISWA KELAS VIII SMP BUNDA PADANG | Nahalim | 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PDF ini PENGARUH KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN MOTIVASI KEMAMPUAN MENYUSUN TEKS ULASAN SECARA MANDIRI SISWA KELAS VIII SMP BUNDA PADANG | Nahalim | 1 PB"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN MOTIVASI BELAJARTERHADAP KEMAMPUAN

MENYUSUN TEKS ULASAN SECARA MANDIRI SISWA KELAS VIII SMP BUNDA PADANG

Elfira Nahalim1, Marsis¹, Agustina2 1

Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta ²Universitas Negeri Padang

Email: elfira_nahalim@yahoo.com

Abstract

The purpose of this research is to explain influance of reading comprehension skill about ability to compose text review of students class VIII SMP Bunda Padang, explaining influence of leraning motivation on the ability to compose a text review of students class VIII SMP Bunda Padang. The teori of this research is Agustina (2008) explains about reading comprehension, next Sardiman (2011) explain about learning motivation, Mahsun (2014) and Priyatni (2014) explain about text. The type of research categorized as a survey with correlational analyzes to obtain data with distributing questionnaires, tests, interviews and etc. Data processing using program SPSS version 16.00. The results showed that three things about: (1) there is a significant influence reading comprehension skill to compose text on review, (2) there is significant influence of learning motivation to compose text reviews, (3) there is a significant influence reading comprehension skill and leraning motivation to compose text on the review. Based on results of the research it can be concluded that reading comprehension skill and learning motivation have an influence on the ability to compose text review, the higher level of reading comprehension of the students and the higher the students' motivation, the ability to compose a text review of the students will also be higher.

Abstrak

(2)

penelitian ini menunjukkan tiga hal berikut ini. (1) Terdapat pengaruh yang signifikan kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan menyusun teks ulasan, (2) terdapat pengaruh yang signifikan motivasi belajar terhadap kemampuan menyusun teks ulasan, (3) terdapat pengaruh yang signifikan kemampuan membaca pemahaman dan motivasi belajar terhadap kemampuan menyusun teks ulasan. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca pemahaman dan motivasi belajar memiliki pengaruh terhadap kemampuan menyusun teks ulasan, semakin tinggi tingkat membaca pemahaman yang dimiliki siswa dan semakin tinggi motivasi belajar siswa, maka kemampuan menyusun teks ulasan yang dimiliki siswa juga akan semakin tinggi.

Kata kunci: kemampuan membaca, motivasi belajar, menyusun teks ulasan

1. PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Potensi yang dimiliki peserta didik dapat mngembangkan kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Selanjutnya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional perlu disusun standar pendidikan nasional, yaitu : (1) standar kompetensi lulusan, (2) standar isi, (3) standar proses, (4) standar sarana prasarana, (5) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Nomor 65 tentang Standar Proses disebutkan bahwa setiap pendidik dan satuan pendidikan berkewajiban menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara lengkap dan sistematis. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun guru dapat menciptakan pembelajaran interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Juga dapat memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Dengan demikian, setiap satuan pendidikan perlu melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran dengan strategi yang tepat untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

(3)

mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan kata lain, strategi pembelajaran adalah cara yang sistematik dalam mengomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran

Selanjutnya, efektifitas pembelajaran merupakan indikator keberhasilan belajar, Semakin efektif kegiatan pembelajaran maka hasil belajar semakin berkualitas. Begitu juga sebaliknya, semakin tidak efektif kegiatan pembelajaran maka hasil belajar tidak atau kurang berkualitas.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) Nomor 19 tahun 2005 pasal 21 ayat 2 bahwa

“Perencanaan proses pembelajaran

dilakukan dengan mengembangkan budaya membaca dan menulis”.

Berpijak pada peraturan pemerintah tersebut memperkuat pentingnya membaca dalam kehidupan. Kemampuan membaca dapat dilihat dari pemahaman pesan yang disampaikan oleh penulis melalui bahasa tulis. Membaca juga dapat memperkaya pengetahuan dan meningkatkan daya nalar.

Membaca merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang harus dikuasai siswa dalam setiap jenjang pendidikan. Membaca dapat memengaruhi keluasan pandangan seseorang tentang berbagai masalah. Senada dengan arti dalam Al-Quran juga disampaikan bahwa membaca merupakan suatu kegiatan yang penting dalam mempercepat kemajuan umat manusia. Al-Quran menyebutkan

kata ‘iqrak’ yang artinya ‘bacalah’,

perintah membaca itu wajib dipatuhi oleh umat Islam.

Selanjutnya, Tampubolon (2008:5) mengemukakan bahwa membaca adalah suatu tindakan untuk menalar, memahami bahasa tulisan yang mengungkapkan ide-ide atau pikiran-pikiran tentang kebudayaan suatu masyarakat atau bangsa. Ide-ide atau pikiran-pikiran tersebut dapat membuat pola pikir suatu masyarakat dan anggota-anggotanya. Pembaca berusaha menemukan dan memahami informasi yang dikomunikasikan oleh pengarang melalui karangan. Dengan demikian, pembaca dapat memperoleh dua jenis pengetahuan, yaitu: informasi-informasi baru dari bacaan dan cara-cara penyajian pikiran dalam karangan.

(4)

dari 26 siswa, sedangkan yang lainnya tidak/belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sementara itu, nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk pembelajaran membaca adalah 75. Nilai yang diperoleh siswa di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) hanya 35% sedangkan 65% lagi di bawah Kriteria Ketunatasan Minimal (KKM). Dengan demikian, hasil pembelajaran membaca belum tuntas.

Selain masalah pada uraian sebelumnya siswa menganggap pembelajaran membaca merupakan suatu kegiatan yang paling membosankan. Membaca hanya menghabiskan waktu yang lama dan butuh kosentrasi dalam melaksanakannya.

Menurut Agustina (2008:15)

“membaca pemahaman adalah membaca yang dilakukan tanpa mengeluarkan bunyi atau suara”. Pembaca tidak dituntut untuk membunyikan atau mengoralkan bacaan, tetapi hanya menggunakan mata untuk melihat dan hati serta pikiran untuk memahaminya. Di samping itu, siswa juga memiliki motivasi membaca yang kuat, karena dengan motivasi baca yang kuat berpengaruh terhadap kegiatan membaca.

Makmun (2007:37)

mengatakan bahwa motivasi adalah suatu kekuatan, tenaga, daya atau suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak kearah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak. Motivasi timbul dan berkembang dari dalam diri

individu sendiri dan dari lingkungan. Sebaliknya Sardiman (2011:75) mengatakan bahwa motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga seorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka. Seseorang akan memaksakan dirinya untuk menyukai sesuatu melalui dorongan atau kondisi yang mendukung. Pendapat lain disampaikan oleh Wiryodijoyo (1989:194-196) bahwa motivasi adalah kebutuhan siswa secara perseorangan yang menyebabkan dia mengerjakan sesuatu yang akan berhasil dan memuaskan.

Berlandaskan pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan usaha untuk menyiapkan sesuatu melalui dorongan atau kondisi yang mendukung.

Berdasarkan masalah yang dirasakan maka peneliti akan mengkaji

tentang “Pengaruh Kemampuan

Membaca Pemahaman dan Motivasi Belajar terhadap Kemampuan Menyusun Teks Ulasan secara Mandiri Siswa Kelas VIII SMP Bunda

(5)

Berdasarkan kenyataan tersebut, hal inilah yang menyebabkan ketertarikan

melakukan penelitian mengenai “Pengaruh kemampuan membaca pemahaman dan motivasi belajar terhadap kemampuan menyusun teks ulasa secara mandiri siswa SMP Bunda adang”.Penelitian ini memiliki tiga tujuan.

1. Menjelaskan pengaruh kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan membaca siswa kelas VIII SMP Bunda Padang?

2. Menjelaskan pengaruh motivasi belajar terhadap kemampuan menyusun teks ulasan secara mandiri siswa kelas VIII SMP Bunda Padang?

3. Menjelaskan pengaruh

kemampuan membaca

pemahaman dan motivasi belajar terhadap kemampuan menyusun teks ulasan secara mandiri siswa kelas VIII SMP Bunda Padang?

2. KAJIAN TEORETIS

Menurut Wiryodijoyo (1989:1)

“membaca adalah sebuah proses berpikir yang termasuk di dalamnya mengartikan, menafsirkan arti, dan menerapkan ide-ide dari lambing”.

Lalu menurut Tampubolon (2008:5) mengungkapkan bahwa membaca memahami komunikasi dalam bahasa tulisan. Lebih lanjut, Ermanto (2008:1) mengungkapkan bahwa membaca merupakan suatu keterampilan yang harus dilatih dengan pemahaman teori yang memadai, dan menggunakan kiat, cara, teknik, strategi yang maksimal. Selanjutnya, Nurhadi (2008:13) menerangkan bahwa membaca adalah sebuah proses yang kompleks dan

rumit. Kompleks artinya proses membaca melibatkan berbagai faktor internal dan faktor eksternal.

Menurut Agustina (2008:15) membaca pemahaman adalah membaca yang dilakukan tanpa mengeluarkan bunyi atau suara. Membaca ini tidak menuntut pembacanya membunyikan atau mengoralkan bacaan, tetapi hanya menggunakan mata untuk melihat dan hati serta pikiran untuk memahaminya. Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia pemahaman adalah sesuatu hal yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar.

Makmun (2007:37) mengatakan bahwa motivasi adalah suatu kekuatan, tenaga, daya atau suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak kearah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak. Motivasi timbul dan berkembang dari dalam diri individu sendiri dan dari lingkungan.

Selanjutnya Sardiman (2011:75) mengatakan motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi- kondisi tertentu sehingga seorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka. Seseorang akan memaksakan dirinya untuk menyukai sesuatu melalui dorongan atau kondisi yang mendukung.

(6)

Motivasi instrumental merupakan dorongan yang membuat peserta didik belajar karena ingin mendapatkan hadiah. Motivasi sosial menjadikan peserta didik lebih terlibat dalam tugas. Peserta didik belajar untuk meraih keberhasilan yang telah ditentukan, karena peserta didik memiliki motivasi berprestasi dan peserta didik memiliki rasa ingin belajar dengan keinginannya sendiri karena mendapatkan dorongan dari motivasi instrinsik.

Sardiman (2011:83) mengemukakan motivasi yang ada pada setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) tekun menghadapi tugas; (2) ulet menghadapi kesulitan; (3) menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah; (4) lebih senang bekerja mandiri; (5) cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin; (6) dapat mempertahankan pendapatnya; (7) tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu; (8) senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Sudjana (2002: 61) berpendapat motivasi siswa dapat dilihat dari beberapa hal, antara lain: (1) minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran; (2) semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya; (3) tanggungjawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya; (4) reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru; (5) rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

Pentingnya motivasi bagi siswa dalam membaca, maka guru diharapkan dapat membangkitkan motivasi membaca siswa-siswanya. Ada beberapa fungsi pengajar dalam meningkatkan motivasi siswa.

Pertama, menggairahkan siswa dalam kegiatan rutin di kelas sehari-hari, seorang guru harus berusaha menghindari hal-hal yang monoton dan membosankan. Kedua, memberikan harapan realistis, seorang guru harus memelihara harapan-harapan siswa yang realistis dan memodifikasikan harapan-harapan yang kurang atau tidak realistis. Maksudnya apabila seorang siswa telah banyak mengalami kegagalan, maka seorang guru harus memberikan sebanyak mungkin keberhasilan kepada siswa. Ketiga, Memberikan insentif, bila seorang siswa mengalami suatu keberhasilan, sorang guru diharapkan memberikan hadiah pada siswanya, yaitu berupa pujian, angka yang baik atas keberhasilan yang telah dicapai oleh siswa, sehingga siswa terdorong untuk melakukan usaha yang lebih baik guna mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Keempat, mengarahkan, seorang guru harus mengarahkan tingkah laku siswa, dengan cara menunjukan pada siswa hal-hal yang dilakukan secara tidak benar dan meminta siswa melakukan sebaik-baiknya.

Mahsun (2014:1) mengatakan teks merupakan jalan menuju pemahaman tentang bahasa. Teks merupakan bahasa yang berfungsi atau bahasa yang sedang melaksanakan tugas tertentu dalam konteks situasi. Dengan demikian teks merupakan ungkapan pernyataan atau kegiatan sosial yang bersifat verbal.

(7)

maupun tulis dengan struktur berpikir yang lengkap. Selanjutnya Priyatni (2014:65) menjelaskan teks adalah ujaran (lisan) atau tulis bermakna yang berfungsi untuk mengekspresikan gagasan.

Mahsun (2014:18) juga menjelas-kan jenis-jenis teks berdasarkan genrenya dapat dibedakan menjadi tiga macam, antara lain: (1) sastra/ penceritaan; (2) faktual; (3) tanggapan. Tek ssastra/penceritaan dikategori-kan ke dalam genre cerita naratif dan non naratif. Genre cerita naratif, tujuan sosialnya ialah menceritakan kejadian seperti: (1) penceritaan ulang; (2) anekdot; (3) eksemplum; dan (4) pengisahan. Sebaiknya genre cerita nonnaratif, tujuan sosialnya ialah mendeskripsikan kejadian atau isu seperti: (1) pantun; (2) syair; (3) puisi; dan (4) gurindam.

Teks faktual dikategorikan ke dalam genre laporan dan arahan/prosedural. Genre laporan, tujuan sosialnya melaporkan kejadian/isu seperti: (1) deskripsi; (2) laporan; (3) laporan informatif; dan (4) laporan ilmiah. Sebaiknya genre arahan/prosedural, tujuan sosialnya mengarahkan atau mengajarkan tentang langkah-langkah yang telah ditentukan seperti: (1) prosedur/ arahan; (2) penceritaan prosedur; (3) panduan; (4) perintah/instruksi; (5) protokoler ; dan (6) resep.

Teks tanggapan dikategorikan ke dalam genre transaksional dan ekspositori. Genre transaksional, tujuan sosialnya menegosiasikan hubungan, informasi barang, dan layanan seperti: (1) ucapan terimakasih; (2) undangan; (3)

wawancara; (4) negosiasi. Sebaiknya genre ekspositori, tujuan sosialnya menjelaskan atau menganalisis proses muncul atau terjadinya sesuatu seperti: (1) label; (2) penjelasan/eksplanasi; (3) pidato; (4) tanggapan; (5) tanggapan pribadi; (6) eksposisi/argumentasi; (7) diskusi; (8) reviu/telaah.

Priyatni (2014:68) menjelaskan jenis teks pada jenjang SMP/MTs terdapat 14 jenis: (1) teks hasil observasi; (2) teks tanggapan deskriptif; (3) teks eksposisi; (4) teks eksplanasi; (5) teks cerita pendek; (6) teks cerita moral; (7) teks rekaman percobaan; (8) teks diskusi; (9) teks cerita prosedur; (10) teks cerita biografi; (11) teks eksemplum; (12) teks tanggapan kritis; (13) teks tantangan; dan (14) teks ulasan.

Teks ulasan adalah teks yang mengulas sebuah fenomena ataupun sesuatu (misalnya buku, film, novel, cerpen, dan lain-lain). Teks ini memiliki ciri-ciri: (1) strukturnya terdiri atas orientasi, tafsiran, evaluasi, dan rangkuman; (2) memuat informasi berdasarkan pandangan/opini penulis terhadap suatu karya/produk; (3) opininya berdasarkan fakta yang diinterpretasikan; dan (4) dikenal dengan istilah lain yaitu resensi.

(8)

memulainya dengan teks-teks sastra, seperti puisi yang dapat membawa siswa pada suatu gambaran tentang kondisi yang menjadi tujuan sosial teks. Pada kegiatan percontohan teks model guru dapat mengenalkan nilai, tujuan sosial, struktur, serta ciri-ciri bentuk, termasuk cirri kebahasaan yang menjadi penanda teks yang diajarkan. (2) Tahap kerja sama membangun teks. Kegiatannya dapat mencakupi kegiatan membangun nilai, sikap, dan keterampilan melalui teks yang utuh secara bersama-sama. Wujud nyata dari kegiatan pembelajaran pada tahap itu dapat berupa kegiatan melengkapi dialog, melengkapi bagan, meringkas teks, dan kegiatan membangun teks secara berkelompok. (3) Tahap membangun teks secara mandiri. Siswa secara mandiri ditugasi membangun teks mulai dari kegiatan pengumpulan data/informasi/fakta, kemudian menganalisis data, sampai pada kegiatan menyajikan hasil analisis yang tidak lain merupakan teks jenis tertentu yang ditugasi. Wujud kegiatan dari tahap ini dapat berupa pembelajaran berbasis proyek melalui pendekatan saintifik. Pada tahap kerja mandiri, siswa dituntut melaksanakan sendiri dalam mengerjakan tugas.

Untuk mengajarkan genre ini diperlukan metode pembelajaran yang interaktif, dekontruktif dan rekonstruktif. Di dalam kurikulum ini disebut empat tahap: (1) membangun konteks; (2) pemodelan; (3) membangun teks bersama-sama; dan (4) membangun teks mandiri.

3.

ETODE PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh membaca pemahaman dan motivasi belajar terhadap kemampuan menyusun teks ulasan. Mengacu pada tujuan penelitian, maka penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian survei dengan analisis korelasional. Penelitian survei digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah, tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya mengedarkan angket, test, wawancara dan sebagainya. Metode penelitian ini digunakan untuk meneliti tempat yang alamiah, dan penelitian tidak membuat perlakuan, karena peneliti hanya mengumpulkan data yang bersifat emic, yaitu berdasarkan dari sumber data, bukan pandangan peneliti (Sugiyono, 2009:12).

(9)

Tabel 3

Populasi Siswa Kelas VIII SMP Bunda Padang

No. Kelas Jumlah Siswa

1. VIII.1 30

2. VIII.2 28

Jumlah 58

Seperti telah diuraikan di atas, bahwa jenis sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simpel random sampling. Cara ini dilakukan karena anggota populasi bersifat homogen. Sampel homogen yang dimaksud adalah sampel yang memiliki karakteristik yang sama (Kasmadi & Sunariah 2013:67). Jadi, Pengambilan data penelitian pada siswa kelas VIII SMP Bunda Padang memiliki kelas yang setingkat, dari hasil belajar bahasa Indonesia yang hampir sama. Dengan demikian, rombongan belajar tersebut dianggap mempunyai karakteristik yang sama. Dari populasi di atas maka terpilihlah kelas VIII.1 yang dipilih secara acak sebagai sampel dalam penelitian.

Variabel penelitian ialah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:60). Variabel penelitian terdiri dari tiga jenis, yaitu 1 variabel terikat dan 2 variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah kemampuan menyusun teks ulasan.

Variabel bebas dalam penelitian terdiri dari dua variabel yaitu, penerapan membaca pemahaman dan motivasi belajar.

Instrumen penelitian merupakan alat bantu dalam suatu penelitian. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2012: 148). Jenis-jenis instrumen penelitian antara lain: (1) tes; (2) angket/kuesioner; (3) wawancara; dan (4) dokumentasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket, tes membaca, dan menyusun teks.

Angket digunakan untuk melihat motivasi membaca siswa, angket ini berfungsi untuk mengetahui siswa yang memiliki motivasi membaca yang tinggi dan motivasi membaca yang rendah. Angket adalah berupa daftar pertanyaan tertulis yang memerlukan tanggapan baik kesesuaian maupun ketidak sesuaian dari sikap testi (Kasmadi dan Sunariah, 2013:70).

Angket dibuat berpedoman pada skala likert yang terdiri atas 5 alternarif jawaban yaitu: SL (Selalu), SR (Sering), KD (Kadang-kadang), JR (Jarang), TP (Tidak Pernah), yang untuk item positif diberi poin 5,4,3,2,1 sedangkan item negatif diberi poin 1,2,3,4,5.

(10)

selesai, lalu diberi pertanyaan. Kemudian diberikan teks yang sama tapi telah dibantu dengan kata-kata bergaris-garis lalu diberi soal objektif dan kemudian peneliti melihat hasil kerja siswa dan memberi skor.

Langkah-langkah kerja pengambilan data adalah: (1) membaca pemahaman, peneliti memberikan tes berbentuk objektif pada siswa. Siswa diminta untuk memilih jawaban sesuai dengan obsen yang ada dalam tes; (2) motivasi belajar, peneliti memberikan angket pada siswa. Siswa mengisi angket sesuai dengan petunjuk yang ada dalam soal; (3) menyusun teks, peneliti memberikan teks secara acak. Setelah itu siswa membaca dan menyusun teks yang diacak sesuai dengan struktur teks.

Untuk memperoleh isntrumen yang valid dilakukan uji-coba. Prosedur pelaksanaan uji-coba sebagai berikut: (1) penentuan sampel uji-coba; (2) pelaksanaan uji-uji-coba; (3) analisis uji. Sampel uji-coba diambil dari populasi penelitian yang tidak terpilih untuk sampel penelitian, yaitu siswa kelas VIII.2 berjumlah 28 orang.

Uji-coba instrumen dilakukan di SMP Bunda Padang pada tanggal 28 Agustus 2014. Cara yang dilakukan untuk mengambil data uji-coba dengan memberikan tes dan keusioner yang akan diisi oleh siswa yang terpilih sebagai sampel uji-coba.

Analisis terhadap instrumen uji-coba penelitian dilakukan untuk mengetahui dan memilih butir-butir pertanyaan yang akan dijadikan sebagai instrumen penelitian yang valid. Instrumen dilakukan untuk

mengetahui tingkat ketepatan instrumen yang dipakai.

Menurut Sudjana (2009:12), validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Pengujian validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang seharusnya (Sudjana, 2009: 13). Validitas ini digunakan untuk mengetahui

kemampuan soal dalam

mengungkapkan isi suatu konsep yang diukur. Uji validitas juga menggunakan validitas konstruk yang dilakukan dengan expert judgement, yaitu meminta pendapat ahli.

Sedangkan untuk menganalisis validitas angket digunakan tabel nilai-nilai r product moment yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009:455) dengan taraf signifikan 5% atau 0,05.

Pengujian realibilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya sedangkan secara internal realibilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu (Sugiyono, 2009:183).

(11)

apabila nilai signifikansi lebih dari

0,05 (α: 5%) maka data dalam

penelitian ini berdistribusi normal (Nurgiyantoro, dkk, 2004:118). Selain uji normalitas, diperlukan juga uji homogenitas varians yang bertujuan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil mempunyai variansi yang sama dan tidak menunjukkan perbedaan secara signifikan satu dengan yang lainnya (Nurgiyantoro, dkk, 2004: 216- 217). Syarat uji homogenitas adalah apabila nilai

signifikansi lebih dari 0,05 (α: 5%) maka data dalam penelitian ini homogen.

Uji Multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel bebas. Dengan menggunakan analisis korelasiproduct moment akan diperoleh harga interkorelasi antar variabel bebas. Jika harga interkorelasi antar variabel bebas lebih kecil atau sama dengan 0,800 maka tidak terjadi multikolinieritas. Kesimpulannya jika terjadi multikolinieritas antar variabel bebas maka uji regresi ganda tidak dapat dilanjutkan. Akan tetapi, jika tidak terjadi multikolinieritas antar variabel maka uji regresi ganda dapat dilanjutkan.

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak. Uji ini digunakan sebagai persyaratan dalam analisis korelasi atau regresi linear. Menurut Kasmadi (2013: 120) kriteria linearitas : hubungan X1dan X2dengan Y bersifat linear apabila nilai p value Sig <0,05.

Nilai p value merupakan nilai perhitungan hasil pengujian linearitas.

Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi dan regresi dengan bantuan Program SPSS versi 16. Langkah-langka analisis sebagai berikut: (1) Analisis deskripsi menyajikan data dalam tabel distribusi frekuensi yang kemudian menghitung persentase masing-masing frekuensi, rata-rata (mean), median, mode, standar deviasi, varians, dan melakukan interpretasi. Analisis deskripsi penyajian data distribusi frekuensi ini dicari dengan menggunakan program SPSS versi 16. (2) Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis 3. Dengan teknik regresi ganda akan diketahui indeks korelasi ganda dari kedua variabel bebas terhadap variabel terikat, koefisien determinan serta sumbangan relatif dan efektif masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengujian yang dilakukan pada analisis regresi linear berganda yaitu Uji F dan R Square. Uji F digunakan untuk menguji variabel independen (kemampuan membaca pemahaman dan motivasi belajar) secara besama-sama terhadap variabel dependen (kemampuan menyusun teks ulasan). Persamaan regresi berganda diuji dengan menggunakan program SPSS versi 16.

4. HASIL PENELITIAN

Data penelitian diperoleh dengan cara melakukan tes yang berupa soal objektif, penyebaran angket, dan menyusun teks ulasan.

(12)

pemahaman siswa dengan cara melaksanakan tes tentang tes kompetensi membaca pemahaman. Setelah siswa di tes kemudian dilanjutkan dengan validasi soal yang digunakan sebagai instrumen penelitian. Dari hasil validasi tersebut maka di dapatlah soal nomor 2, 3, 6, 7, 8, 16, 17, 19, 21, 22, 23, 25, 26, 30, 32, 36, 38, 39, 41, 42, 45, 46, 48, 49, 50 yang dinyatakan layak untuk dijadikan instrumen penelitian.

Langkah kedua adalah meneliti angket motivasi belajar dengan cara menyebarkan angkat kepada siswa dan siswa memberi tanggapan dari pernyataan-pernyataan yang ada di dalam angket motivasi belajar tersebut. Setelah disebar angket kepada siswa dilanjutkan dengan validasi soal angket yang akan digunakan sebagai instrumen penelitian. Dari hasil validasi tersebut maka didapatlah seluruh pernyataan dinyatakan layak untuk dijadikan instrumen penelitian.

Langkah ketiga adalah meneliti kompetensi menyusun teks ulasan, cara yang dilakukan untuk memperoleh nilai menyusun teks ulasan dengan memberikan tes kepada siswa tentang menyusun teks ulasan. Penilaian untuk menyusun teks ulasan dilakukan oleh dua orang guru, yaitu peneliti dan teman sejawat. Kedua penilaian itu digabungkan kemudian dibagi dua (rata-rata) maka diperoleh nilai rata-rata. Nilai rata-rata tersebut dijadikan sebagai perolehan nilai kompetensi menyusun teks ulasan siswa.

Data kemapuan membaca pemahaman dikumpulkan melalui tes yang terdiri 31 butir soal yang telah

diuji validitas dan reabilitasnya. Kemudian butir soal tersebut diberikan kepada 30 orang responden yang merupakan sampel dari penelitian ini. Dari data yang diperoleh diketahui bahwa nilai tertinggi yang diperoleh 90 dan terendah 58. Berdasarkan distribusi nilai tersebut diperoleh nilai rata-rata (Mean) sebesar 72,53, nilai tengah (Median) 74,00, skor yang paling banyak muncul (Mode) 74, simpangan baku 8,207.

Data motivasi belajar siswa dikumpulkan melalui angket yang terdiri 20 pernyataan yang telah diuji validitas dan reabilitasnya dan skala jawaban berkisar 1—4 atau skala Likert. Kemudian pernyataan tersebut diberikan kepada 30 orang responden yang merupakan sampel dari penelitian ini. Dari data yang diperoleh diketahui bahwa nilai tertinggi yang diperoleh 84 dan terendah 58. Berdasarkan distribusi nilai tersebut diperoleh nilai rata-rata (Mean) sebesar 75,10, nilai tengah (Median) 78,00, skor yang paling banyak muncul (Mode) 78, simpangan baku 8,164.

(13)

Pengaruh kemampuan membaca pemahaman (X1) dengan kemampuan menyusun teks ulasan (Y) tersebut dapat dinyatakan bahwa pengaruh antara kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan menyusun teks ulasan (ryl) sebesar 0,418/0,046. Koefesien tersebut menunjukan terdapat pengaruh signifikan antara kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan menyusun teks ulasan siswa kelas VIII SMP Bunda Padang. Kemudian deterninasi (r2) yang diperoleh sebesar 0,248 menujukan besarnya hubungan kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan menyusun teks ulasan siswa kelas VIII SMP Bunda Padang.

.Pengaruh motivasi belajar (X2)

terhadap kemampuan menyusun teks ulasan (Y) tersebut dapat dinyatakan bahwa pengaruh antara motivasi belajar dengan kemampuan menyusun teks ulasan (ryl) sebesar 0,576. Koefesien tersebut menunjukkan terdapat pengaruh signifikan antara kemampuan motivasi belajar dengan kemampuan menyusun teks ulasan siswa kelas VIII SMP Bunda Padang. Kemudian deterninasi (r2) yang diperoleh sebesar 0,361 menujukkan besarnya hubungan motivasi belajar dengan kemampuan menyusun teks ulasan siswa kelas VIII SMP Bunda Padang.

Hubungan kemampuan membaca pemahaman (X1), motivasi

belajar (X2) dengan kemampuan

menyusun teks ulasan (Y) tersebut dapat dinyatakan bahwa ada hubungan antara kemampuan membaca

pemahaman dan motivasi belajar dengan kemampuan menyusun teks ulasan (ryl2) sebesar 0,219. Koefisien tersebut menunjukkan terdapat hubungan antara kemampuan membaca pemahaman dan motivasi belajar dengan kemampuan menyusun teks ulasan siswa kelas VIII SMP Bunda Padang. kemudian deterninasi (r2) yang diperoleh sebesar 0,176 menujukan besarnya hubungan kemampuan membaca pemahaman dan motivasi belajar terhadap kemampuan menyusun teks ulasan siswa kelas VIII SMP Bunda Padang.

Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa H1 dapat diterima dengan menyatakan terdapat hubungan kemampuan membaca pemahaman dan motivasi belajar terhadap kemampuan menyusun teks ulasan siswa kelas VIII SMP Bunda Padang.

5. SIMPULAN

Berdasarkan data yang diperoleh dan hasil analisis yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut ini.

(14)

menyusun teks ulasan juga semakin meningkat.

Kedua, terdapat pengaruh yang positif dan signifikan motivasi belajar terhadap kemampuan menyusun teks ulasan secara mandiri pada siswa kelas VIII SMP Bunda Padang. Pengaruh yang positif dan signifikan tersebut ditunjukkan dengan koefisien korelasi (rx1y) sebesar 0,576 dan nilai fhitung lebih besar dari nilai ftabel dengan N= 30 pada taraf kesalahan 0,05 (9,288>4,20) yang artinya semakin tinggi motivasi belajar siswa, maka hasil kemampuan menyusun teks ulasan juga semakin meningkat.

Ketiga, terdapat pengaruh hubungan yang positif dan signifikan kemampuan membaca pemahaman dan motivasi belajar terhadap kemampuan menyusun teks ulasan secara mandiri pada siswa kelas VIII SMP Bunda Padang. Hal pengaruh hubungan yang positif dan signifikan tersebut ditunjukkan dengan koefisien korelasi pada (Ry1,2) sebesar 0,219 dan koefisien determinan (R2) sebesar 0,176 oleh kemampuan membaca pemahaman dan motivasi belajar siswa kelas VIII SMP Bunda Padang. Pengaruh hubungan yang positif dan signifikan kemampuan membaca pemahaman dan motivasi belajar terhadap kemampuan menyusun teks ulasan secara mandiri, berarti bahwa semakin tinggi tingkat membaca pemahaman yang dimiliki siswa dan semakin tinggi motivasi belajar siswa, maka kemampuan menyusun teks ulasan yang dimiliki siswa juga akan semakin tinggi.

6. DAFTAR PUSTAKA

Agustina. 2008. Pengajaran Keterampilan Membaca. Padang: Rekayasa Sains.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2006. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Mahsun. 2014. Teks dalam

Pembelajaran Bahasa

Indonesia Kurikulum 2013. Jakarta: Rajawali Pers.

Priyatni, Endah Tri. 2014. Desain

Pembelajaran Bahasa

Indonesia dalam Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara.

Purwanto, Ngalim. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Karya.

Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pres.

Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2004. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo

(15)

Gambar

Tabel 3Variabel bebas dalam penelitian terdiri

Referensi

Dokumen terkait

State Islamic Higher Education is a critical component of Islam in Indonesia and the ways in which the government of Indonesia and the Muslim community each seek to de fi ne

Konstruksi motor induksi tidak ada bagian rotor yang bersentuhan dengan bagian.. stator, karena dalam motor induksi tidak ada komutator dan

Seberapa besar pengaruh sosial budaya terhadap perilaku konsumen dalam penerapan pemasaran Bordir Khas Tasikmalaya pada PD Delima Mas Bordir.. 1.3 Maksud dan

“Službena ili odgovorna osoba koja zahtijeva ili prima mito znatne vrijednosti ili obećanje mita znatne vrijednosti, za sebe ili za drugu fi zičku ili pravnu osobu, da obavi

Untuk masing masing kadar Campuran dibuat Tiga sampel, sehingga dihasilkan 21 sampel untuk 7 kadar PET, pada lolos saringan batas tengah, dengan perlakuan

Pemanfaatan Media Peta dalam Upaya Meningkatkan Pembelajaran Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar

Oleh karena tingginya prevalensi diabetes mellitus dan tingginya risiko penyakit arteri koroner (aterosklerosis koroner) sebagai komplikasi,dan mengambarkan bagaimana

audara hadir tepat waktu serta membawa berkas kelengkapan yang t Print Out dokumen lelang yang telah di upload (Dokumen Penawaran Admini Dukungan Bank (Asli).. SKA/SKT, Ijazah dan