• Tidak ada hasil yang ditemukan

: Sistem Informasi Penelitian Universitas Kristen Satya Wacana J01863

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan ": Sistem Informasi Penelitian Universitas Kristen Satya Wacana J01863"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL

INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

Ponco Budi Raharjo Indri Anugraheni indri.anugraheni@staff.uksw.edu

Program Studi Pendidikan Guru SekolahDasar FKIP UKSW Salatiga

ABSTRAK

Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas III di SDN Tegalrejo 02. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai Ulangan Tengah Semester II Tahun Ajaran 2016/2017 siswa yang belum tuntas mencapai

KKM≥70 sebanyak 9 siswa (34%). Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil

belajar siswa kelas III SDN Tegalrejo 02 mencapai KKM≥ 70 melalui penggunaan

pembelajaran kooperatif model inquiry. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan melalui dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan, dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Teknik analisis data menggunakan teknik kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas III SDN Tegalrejo 02 setelah diberikan tindakan pembelajaran kooperatif model inquiry. Pada siklus I diperoleh 6 siswa tidak tuntas (27,6%) dan 19 siswa tuntas (72,4%). Pada siklus II terjadi peningkatan nilai mata pelajaran IPA, sebanyak 22 siswa tuntas (83,0%) dan 3 siswa tidak tuntas (17,0%). Jadi penggunaan pembelajaran kooperatif model inquiry dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IIISDN Tegalrejo 02 semester II tahun ajaran 2016/2017.

(2)

PENDAHULUAN

Menurut tujuan Sistem Pendidikan Nasional yang ada dalam UU N0. 20 Tahun 2003 menyebutkan upaya dalam kemampuan berfikir untuk mengembangkan sikap dan berupaya untuk membentuk sebuah karakter watak seseorang dalam peradaban bangsa yang mempunyai tujuan untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa, bernegara bermartabat dan juga untuk mengembangkan semua kemampuan yang dimiliki siswa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa, untuk menjadi warga negara yang baik, demokratis dan memiliki tanggung jawab intelektual, mandiri, sehat dan mempunyai kreatifitas (Depdiknas, 2003:pasal 3). Sedangkan dalam mewujudkan tujuan pendidikan sebagai upaya wahana pengembangan sumber daya manusia, perlu dikembangkan adanya peningkatan suasana pembelajaran yang kondusif bagi berkembangnya kemampuan dan pemahaman siswa sehingga dapat terwujud sebuah potensi yang sesuai dengan tantangan, perubahan dalam pembangunan nasional.

Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha yang sadar dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain agar orang lain memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sama. Dalam setiap kegiatan pendidikan menjadikan tingkah laku perubahan dari yang belum mampu menjadi mampu, tetapi lebih dari semuanya itu diharapkan adanya perubahan ke seluruh aspek pendidikan yang mengarah pada sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Dalam setiap kegiatan pembelajaran diharapkan terjadi interaksi pembelajaran yang merupakan kegiatan pokok dari pembelajaran itu sendiri, dimana setelah terjadi proses pembelajaran diharapkan mampu menjadikan peningkatan dan evaluasi hasil belajar siswa. Namun berdasarkan fakta yang terjadi disekolahan, selama kegiatan belajar mengajar masih ditemukan pembelajaran yang bersifat verbal, dimana siswa masih kurang aktif dalam menerima pengetahuan sesuai dengan yang diberikan guru. Untuk meningkatkan mutu kualitas sebuah pendidikan berbagai upaya dan cara telah dilakukan, salah satunya dengan berbagai inovasi di dalam dunia pendidikan. Dalam pelaksanaan di sekolah, Pendidikan melibatkan langsung antara guru sebagai tenaga pendidik dan siswa sebagai peserta didik.Yang diharapkan terwujud dengan adanya sebuah interaksi pembelajaran pada setiap rutinitas kegiatan belajar mengajar. Upaya yang di lakukan guru dengan menciptakan dan mengupayakan serta meningkatkan kualitas pembelajaran. Dalam hal ini guru dengan sadar dan sengaja merancang dalam merencanakan sebuah kegiatan pembelajaran yang di kemas kedalam suatu kurikulum pendidikan secara sistematis, efektif dan efisien.

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu mata pelajaran untuk Sekolah Dasar yang ada pada sebuah kurikulum, pada mata pelajaran IPA siswa dapat terlibat langsung dalam menemukan sendiri pengetahuan mengenai sesuatu. Sehingga Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sangat penting diajarkan kepada siswa. IPA sangat erat hubungannya dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan sekumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Depdiknas 2006).

(3)

pembelajaran siswa kelas III, bahwa di dalam setiap proses pembelajaran pada materi Energi Dan Gerak Benda, siswa cenderung belajar dengan menggunakan penghafalan materi dan masih kurang dalam pengetahuan tentang isi materinya.

Dari permasalahan di atas, peneliti akan melakukan pembenahan dalam kegiatan proses pembelajaran. Yang dapat dilakukan peneliti adalah pemilihan model pembelajaran yang tepat dan inovatif dalam penyampaian setiap konsep materi, sehingga siswa dapat dengan mudah untuk menerima atau menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari berbagai model pembelajaran, maka peneliti untuk memutuskan kesesuaian sebuah model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA pada materi Energi Dan Gerak Benda adalah model Inquiry. Menurut Syaiful Sagala (2011:196), metode Inquiry merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir kritis dan bersikap pada diri siswa yang berperan sebagai subjek belajar, sehingga dalam setiap proses pembelajaran ini siswa lebih cenderung banyak belajar sendiri mengembangkan kemampuan, kreativitas dalam memecahkan masalah.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model inquiry materi Gerak Benda Dan Energi kelas III SDN Tegalrejo 02.

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (Isjoni,2011:5) mendefinisikan bahwa model pembelajaran dengan system bekerja dan belajar kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang yang dipilih secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa untuk lebih semangat dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan menurut Suprijono,Agus (2010:54) pembelajaran kooperatif merupakan suatu konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kegiatan kelompok yang dibentuk dan diarahkan serta dipimpin oleh guru. Konsep ini memang dikenal sangat penting untuk meningkatkan kinerja kelompok, organisasi dan perkumpulan manusia. Depdiknas (2003:5) pembelajaran kooperatif merupakan setrategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang mengacu pada metode, dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil yang saling membantu dalam belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Miftahul Huda (2011:29) tujuan pembelajaran kooperatif adalah saling berinteraksinya siswa dalam kelompok kecil untuk mengerjakan tugas belajar demi tercapainya tujuan belajar yang akan dilaksanakan. Sedangkan tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan kondisi keberhasilan individu ditentukan dan dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.

Pembelajaran Inquiry

Proses belajar mengajar dengan model pembelajaran inquiry menurut Hamdayama (2014: 31-32) memiliki ciri-ciri yaitu 1) menekankan aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan; 2) seluruh aktivitas siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang dipertanyakan bertujuan untuk menumbuhkan kepercayaan diri; 3) mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan intelektual sebagai bagian dari proses mental.

Menurut Amri dkk (2010: 104) mengemukakan bahwa pelatihan dan pembiasaan siswa untuk terampil berfikir dan trampil secara fisik merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih besar yaitu tercapainya ketrampilan proses ilmiah sekaligus terbentuknya sikap ilmiah disamping penguasaan konsep, prinsip, hukum dan teori.

(4)

sikap siswa yang responsip agar timbul kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah. Kemuadian langkah kedua adalah merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh siswa, pada tahap ini siswa dengan bimbingan guru merumuskan permasalahan yang harus dipecahkan yang nantinya akan dicari penyelesaiannya dengan mencari data dari berbagai sumber dengan berfikir kritis dan logis. Kemudian langkah yang ketiga adalah mengajukan hipotesis atau jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji sebelum mencari penyelesaian permasalahan yang sudah dirumuskan. Langkah keempat mengumpulkan data, siswa secara aktif mencari informasi, data, dan fakta yang diperlukan untuk menjawab hipotesis dari permasalahan, dalam tahap ini guru memfasilitasi siswa dengan media atau sumber-sumber untuk membantu siswa mencari sendiri penyelesaian dari masalah yang sudah dirumuskan. Kemudian langkah kelima adalah menguji hipotesis, dalam tahap ini siswa bersama guru menguji hipotesis yang telah dirumuskan berdasarkan data atau informasi yang telah diperoleh dari sumber-sumber ataupun media yang ada. Langkah terakhir merumuskan kesimpulan atas jawaban atau generalisasi. Dalam tahap ini siswa dan guru mengambil kesimpulan dari data ataupun informasi yang telah didapatkan dari berbagai sumber dan hasil pengujian hipotesis.

Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Purwanto, (2014: 48) hasil belajar merupakan kemampuan yang timbul setelah siswa mendapatkan pengajaran. Menurut Susanto, (2015: 5) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa melalui proses pembelajaran. Dari pengertian di atas mengenai hasil belajar yang dinyatakan oleh Purwanto, (2014: 48) pada hakikatnya hasil belajar merupakan kemampuan yang muncul pada diri siswa setelah ia melakukan kegiatan belajar.

Hakikat Pembelajaran IPA SD

IPA merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif), tapi pada perkembangan berikutnya, IPA didapatkan dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Ada dua hal yang berhubungan dan tidak terpisahkan dengan IPA, yaitu IPA sebagai produk dan IPA sebagai proses. IPA sebagai produk adalah pengetahuan IPA yang berupa pengetahuan faktual, konseptual, procedural, dan metakognitif. Sedangkan IPA sebagai proses adalah pengetahuan IPA yang berupa kerja ilmiah. Hakikat IPA menurut Trianto (2011: 136) mengatakan bahwa IPA adalah kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan di dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam yang lahir dan berkembang melalui metode ilmiah. Menurut Usman Samatowa (2010: 2) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.

Pengertian Pembelajaran Inquiry

(5)

Phillips (dalam Arnyana, 2007:39) mengemukakan “inquiry merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan pada semua jenjang pendidikan. Pembelajaran dengan pendekatan ini sangat terintegrasi meliputi penerapan proses sains yang menerapkan proses berpikir logis dan berpikir kritis”. Dari berbagai pandangan ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa model inquiry adalah suatu cara penyampaian pembelajaran yang mengembangkan dan meletakkan permasalahan pembelajaran sebagai cara pandang siswa untuk berfikir kritis, analitis dan berfikir ilmiah cara penyelesaiannya. Menurut Schmidt dalam Amri,dkk (2010: 85) menyatakan bahwa “inquiry adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berfikir kritis dan logis”.

Ciri-Ciri Model Pembelajaran Inquiry

Proses belajar mengajar dengan model pembelajaran inquiry menurut Hamdayama (2014: 31-32) memiliki ciri-ciri yaitu 1) menekankan aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan; 2) seluruh aktivitas siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang dipertanyakan bertujuan untuk menumbuhkan kepercayaan diri; 3) mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan intelektual sebagai bagian dari proses mental.

Berdasarkan pada ciri-ciri yang dikemukakan oleh Hamdayama maka guru sebagai seorang pendidik harus berusaha untuk melatih dan membiasakan siswa untuk terampil berfikir karena mereka terlibat secara aktif dalam setiap proses pembelajaran secara mental maupun fisik, seperti trampil menggunakan alat, terampil merangkai peralatan percobaan dan sebagainya. Menurut Amri dkk (2010: 104) mengemukakan bahwa pelatihan dan pembiasaan siswa untuk terampil berfikir dan trampil secara fisik merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih besar yaitu tercapainya ketrampilan proses ilmiah sekaligus terbentuknya sikap ilmiah disamping penguasaan konsep, prinsip, hukum dan teori.

Pada model pembelajaran inquiry memiliki empat karakteristik utama siswa dalam pembelajaran (Amri dkk 2010: 105) yaitu 1) Secara aktif siswa selalu ingin tahu, 2) Didalam percakapan siswa selalu ingin bicara dan mengkomunikasikan idenya, 3) Dalam membangun atau mengkonstruksi siswa selalu ingin membuat sesuatu, 4) siswa selalu mengekspresikan seni. Dari pemaparan ciri-ciri dan karakteristik diatas dapat dilihat bahwa model pembelajaran inquiry adalah model pembelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dan mengkomunikasikan idenya dalam proses pembelajaran.

Kerangka Berpikir

(6)

METODE

Seting dan bentuk penelitian ini adalah penelitian perbaikan pembelajaran tindakan kelas. Di mana penelitian ini merupakan sebuah proses. Di mana sebuah proses harus dilakukan sesuai dengan mekanisme dan tujuan sebagai penelitian. Setrategi pembelajaran dilakukan untuk mendeskripsikan kegiatan penelitian di kelas. Menurut Kurt Lewin Penelitian Tindakan Kelas dibedakan menjadi empat tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

Penelitian Tindakan Kelas ini termasuk kedalam penelitian kualitatif. Meskipun data yang dikumpulkan bisa saja beruapa data kuantitatif, dimana datanya bersifat deskriptif berupa uraian kata-kata. Di dalam proses penelitian, peneliti dibantu guru kelas III SDN Tegalrejo 02.

Subjek dan setting penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SDN Tegalrejo 02 yang berjumlah 25 orang siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada semester II Tahun Ajaran 2016/ 2017.

Prosedur yang diterapkan dalam penelitian ini berdasarkan pada penelitian tindakan kelas. Pelaksanaan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan antara lain: a) perencanaan, b) pelaksanaan, c) observasidan d) refleksi.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, untuk mengumpulkan data selama proses penelitian menggunakan alat pengumpulan data yaitu: 1) tes, 2) observasi dan 3) dokumentasi.

Teknik Analisis Data

Teknik pengambilan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah data hasil tes belajar siswa dengan analisa deskriptif kuantitatif berbentuk angka dari soal pilihan ganda dan deskriptif kualitatif dari hasil membandingkan nilai pada siklus I dan penilaian pada siklus II kemudian menarik kesimpulan berdasarkan analisa deskripsi pengambilan data. Untuk menganalisa keberhasilan dan presentase siswa setelah mengikuti proses kegiatan belajar mengajar, pada setiap akhir pembelajaran baik pada siklus I dan siklus II, peneliti memberikan tes evaluasi pada setiap akhir putaran.

Indikator keberhasilan penelitian

Keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas mengacu pada ketuntasan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas III dengan model Inquiry pada materi Energi dan Gerak benda dengan kriteria, minimal KKM 70 dari 80% jumlah siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Belajar Siklus I

Dari pemaparan hail belajar siklus I menunjukkan bahwa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model inquiry terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi Gerak benda di SDN Tegalrejo 02. Dari 25 siswa, sebanyak 19 siswa sudah mencapai batas ketuntasan pada siklus I sedangkan 6 siswa belum mencapai batas ketuntasan dan akan diperbaiki pada proses kegiatan pembelajaran pada siklus II. Tingkat ketuntasan hasil belajar siswa mencapai 72,4%. Dari analisa data diatas bahwa ketuntasan hasil belajar siswa belum mencapai presentase ≥80% maka pelaksanaan

(7)

Hasil Belajar Siklus II

Dari pemaparan hasil belajar pada siklus II dapat disimpulkan bahwa, pelaksanaan pembelajaran kooperatif model inquiry pada mata pelajaran IPA kelas III SDN Tegalrejo 02 terbukti dapat meningkatkan hasil belajar. Dari 25 jumlah siswa terdapat 22 orang siswa mencapai batas ketuntasan sedangkan 3 orang siswa belum mencapai batas ketuntasan minimal. Siswa yang dulunya pasif sekarang sudah menjadi aktif. Pembelajaran kooperatif model inquiry di akui salah satu siswa memang menyenangkan, dikarenakan siswa dapat mengemukakan pendapat tentang materi yang belum diketahui. Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa pencapaian proses pembelajaran pada siklus II dinyatakan berhasil dan tidak akan dilanjutkan pada siklus berikutnya. Pada siklus II ketuntasan mencapai 83,0%, dengan kata lain pada pelaksanaan pembelajaran kooperatif model inquiry mencapai peningkatan sebesar 10,6% dibandingkan siklus.

Tabel 1. Perbandingan Hasil Penelitian Tindakan dari Prasiklus, Siklus I dan Siklus II No Hasil Belajar Prasiklus Siklus I Siklus II

1 Nilai tertinggi 90 90 100 2 Nilai terendah 30 50 60 3 Nilai rata- rata 66,6 72,4 83,0 4 Ketuntasan

belajar

64% 76% 88%

Dari analisa data diatas, bahwa pada setiap pelaksanaan proses pembelajaran kooperatif model inquiry pada mata pelajaran IPA kelas III SDN Tegalrejo 02 dapat meningkatkan hasil belajar. Dari 25 orang siswa sebanyak 22 orang siswa sudah mencapai batas KKM yang ditetapkan sedangkan hanya 3 orang siswa yang belum mencapai batas ketuntasan. Dengan demikian penelitian ini dinyatakan berhasil dan tidak dilanjutkan pada penelitian berikutnya. Dari data diatas tingkat ketuntasan hasil belajar siswa dari siklus I sampai siklus II sebesar 10,6%.

Pembahasan Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SDN Tegalrejo 02 Kelas III pada mata pelajaran IPA materi gerak benda dan energi dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model inquiry dengan berbantuan benda konkrit sangat memuaskan. Berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh dari pra siklus, siklus I dan siklus II hasil belajar siswa mengalami peningkatan.

Pada pra siklus siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 16 anak atau sebesar 66,6 %, sedangkan pada siklus I ketuntasan siswa mencapai 19 orang siswa atau sebesar 72,4%. Berarti terjadi peningkatan sebesar 5,8% dari pra siklus ke siklus I. Hasil yang diperoleh pada siklus I belum sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditentukan dengan ketuntasan hasil belajar lebih dari 80%, karena dalam penerapan pembelajaran kooperatif model inquiry siswa masih bingung dan belum terbiasa apa yang harus dilaksanakan.

(8)

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif model inquiry yang dilakukan peneliti dinyatakan berhasil. Pembelajaran dengan model inquiry ini dapat membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar serta tidak menimbulkan rasa kejenuhan dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini menyebabkan hasil belajar IPA pada materi gerak benda dan energi kelas III menjadi meningkat.

PENUTUP Kesimpulan

Menurut data yang ada selama melakukan penelitian dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model inquiry, pada pelaksanaan proses belajar mengajar mata pelajaran IPA di kelas III SDN Tegalrejo 02 terbukti dapat meningkatkan hasil belajar. Dikarenakan bahwa pembelajaran kooperatif model inquiry lebih mengutamakan kemampuan individu siswa dalam berkelompok untuk mencapai ketuntasan belajar. Dari 25 orang siswa pada awal pembelajaran yang dapat mencapai batas ketuntasan 70 hanya 16 orang siswa sedangkan 9 orang siswa belum mencapai batas ketuntasan nilai yang ditetapkan. Dengan kriteria nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 30. Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran kooperatif model inquiry pada siklus I sudah terbukti Nampak adanya peningkatan hasil belajar. Dari 25 orang siswa, sebanyak 19 orang siswa sudah mencapai KKM dan 6 orang siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Ini yang menjadikan dasar peneliti untuk meningkatkan kinerja perbaikan pembelajaran pada siklus ke II. Dengan menerapkan pembelajaran yang sama pada siklus ke I terbukti hasil belajar siswa meningkat dengan perolehan hasil dari 25 orang siswa, sebanyak 22 orang siswa sudah mencapai KKM sedangkan 3 orang siswa belum mencapai batas ketuntasan belajar. Dengan nilai tertinggi 100 dan terendah 60. Dengan demikian bahwa penerapan pembelajaran kooperatif model inquiry pada mata pelajaran IPA di SDN Tegalrejo 02 kota Salatiga semester 2 Tahun ajaran 2016/ 2017 dinyatakan berhasil.

Saran

Setelah terbukti bahwa penerapan pembelajaran kooperatif model inquiry pada mata pelajaran IPA kelas III di SDN Tegalrejo 02 kota Salatiga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, maka peneliti memberikan sumbang dan saran yang dapat dijadikan referensi antara lain:

a) Bagi guru hendaknya lebih kreatif dan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan supaya proses kegiatan belajar mengajar menjadi tidak membosankan .kemudian guru supaya mengembangkan model pembelajaran yang lain dengan mata pelajaran selain IPA untuk meningkatkan prestasi hasil belajar siswa dapat meningkat. b) Untuk siswa yang belum tuntas belajar, sebagai guru harus lebih memberikan

perhatian ekstra apa yang menjadi penyebab siswa dalam kesulitan belajar supaya prestasi belajarnya tidak ketinggalan dengan teman- teman yang lainya.

c) Kemudian untuk siswa harus lebih giat lagi dalam belajar supaya dapat mencapai batas ketuntasan minimal yang ditetapkan sekolahan.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto. (2014). Penelitian Tindakan Kelas Dan Penelitian Tindakan Sekolah. Yogyakarta: Gava Media.

Huda, M. (2011). COOPERATIVE LEARNING. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR. Sulistyowati, A. W. (2014). METODOLOGI PEMBELAJARAN IPA. Jakarta: Bumi Aksara. Wardani, N. S. (2012). ASESMEN PEMBELAJARAN SD. SALATIGA: Widya Sari Press. dkk, Z. M. (2012). ILMU PENGETAHUAN ALAM SD/MI kelas III. Jakarta: CV Djatnika.

Sudjana, N. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Ramaja Rosdakarya. Hamruni. (2012). Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani.

Sanjaya, W. (2012). Setrategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sudrajat, A. (2011, 09 12). Akhmadsudrajat. Retrieved 02 20, 2017, from Akhmad Sudrajat.wordpress.com/2011/09/12/Pembelajaran Inkuiri/

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa dengan terbitnya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 06 Tahun 1993 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 1993, maka beberapa ketentuan yang termuat dalam

Class diagram pada aplikasi yang akan di bangun untuk penggunanya seorang pakar yaitu dimulai dari login seorang dokter untuk proses selanjutnya yaitu tampilan home, dan

Kasus diatass berkaitan dengan ciri dari komunikasi massa, karena komunikator dalam komunikasi melembaga, kasus tersebut lembaganya adalah komunitas ‗Srikandi Merapi‘ ,

Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya praktikan tidak membersihkan alat-alat hingga benar-benar bersih, praktikan tidak membilas buret

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. © Azhar

negara industri baru di kawasan Timur, Jepang mendidik para penerjemah (antara lain dengan mengirim mereka keluar negeri) di mana setelah memperoleh pengetahuan bahasa

Untuk mengetahui total momen perpindahan material yang terjadi dari layout awal dan alternatif perbaikan tata letak pabrik.. Untuk mengetahui layout yang dapat memberikan

Data yang disembunyikan harus dapat diekstrasi kembali seperti proses pada gambar 1 Karena tujuan steganografi adalah pesan rahasia yang tersembunyi, maka pesan rahasia