• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA UMUM I A1 A9

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA UMUM I A1 A9"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA UMUM I A1 – A9

NAMA : Tika Wahyudiana NPM : 14010091

GROUP : T4

DOSEN : Wulan S., S.ST, M.T. ASISTEN : 1. Darijan

2. Rijali N.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL BANDUNG

2014

(2)

I. Maksud dan Tujuan

Untuk mengetahui dan memahami sifat dari suatu larutan, apakah bersifat asam atau basa dengan menggunakan indikator.

II. Teori Dasar

Defnisi asam dan basa telah mengalami perkembangan sehingga mencakup semua zat yang bersifat asam atau bersifat basa. Pengertian asam dan basa yang biasa kita gunakan diambil menurut pengertian Arrhenius. Pengertian asam dan basa yang lebih luas diberikan oleh Bronsted Lowry dan selanjutnya oleh Lewis.

1. Teori asam basa Arrhenius

Asam : dalam air menghasilkan ion H+ Basa : dalam air menghasilkan ion OH

-Contoh : HCl

air

H+ + Cl- (asam)

NaOH

air

Na+ + OH- (basa)

2. Teori asam basa Bronsted Lowry Asam : donor proton

Basa : akseptor proton

Contoh : NH3 + H2O

NH4+ + OH basa-1 asam-2 asam-1 basa-2

3. Teori asam basa Lewis

Asam : donor pasangan elektron Basa : akseptor pasangan elektron Contoh : H2O + H+ → H3O+

basa asam

Indikator asam basa adalah zat yang dapat menunjukan sifat asam, basa ataupun suatu larutan. Asam dan basa dapat ditunjukan dengan menggunakan indikator asam basa berupa zat-zat warna yang memberi warna berbeda dalam lingkungan asam dan dalam lingkungan basa. Contoh : lakmus, fenolftalein, dan berbagai ekstrak bunga atau buah yang berwarna.

III. Alat dan Pereaksi

(3)

- Pipet tetes

a. Siapkan tabung reaksi yang bersih, beri tanda atau nomor agar zat yang diamati tidak tertukar kemudian isilah dengan zat yang akan diamati sifat dari larutan tersebuat kira-kira 1-2 ml.

b. Teteskan kedalam masing-masing larutan tersebut indikator fenolftalein selanjutnya amati perubahan warna yang terjadi. c. Kemudian cuci masing-masing tabung reaksi, ulangi

pengerjaannya seperti diatas tetapi dengan mempergunakan indikator yang lain yakni Metyl Merah (MM), amati warna yang terjadi. Selanjutnya lakukan pengerjaan dengan indikator Metyl Orange (MO).

d. Selanjutnya test dengan kertas Lakmus Merah dan kertas Lakmus Biru, caranya yakni dengan menggunakan pipet tetes diambil sedikit masing-masing larutan contoh, kemudian teteskan pada kertas lakmus tersebut, amati perubahan warna yang terjadi. e. Untuk mengetahui berapa nilai pH masing-masing larutan dapat

digunakan kertas Universal indikator pH, caranya yaitu dengan mencelupkan kertas pH tersebut kedalan larutan, kemudian bandingkan warna yang dihasilkan dengan standar warna pada pack atau kemasan kertas Universal indikator pH.

(4)
(5)
(6)

Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. 2003. Pedoman Praktikum Kimia Umum. Bandung

Purba, Michael. 2009. Tops: Siap UN Kimia SMA/MA. Jakarta: Erlangga

A2 – MEMBUAT LARUTAN BAKU ASAM OKSALAT 0.1000 N

I. Maksud dan Tujuan

Untuk membuat larutan baku asam oksalat.

II. Teori Dasar

Bahan baku adalah bahan kimia yang dapat dipergunakan untuk membuat larutan baku “primer” dan untuk menetapkan kenormalan larutan baku sekunder. Syarat-syarat bahan baku diantaranya:

a. Harus murni atau mudah dimurnikan.

b. Harus dapat dikeringkan dan tidak higroskopis.

c. Harus mantap dalam keadaan murni maupun larutan. d. Mudah larut dan dapat bereaksi

e. Mempunyai bobot setara yang besar

Salah satu contoh dari bahan baku asam adalah Asam Oksalat.

III. Alat dan Pereaksi

(7)

- Air suling

IV. Rumus

(COOH2)2 . 2H2O BM = 126

BE =

126

2

= 63

V. Cara kerja

a. Timbang tepat (COOH2)2 . 2H2O sebanyak 0.6300 gram dengan kertas timbang.

b. Masukkan ke dalam labu ukur 100 ml melalui corong gelas. c. Larutan diencerkan terus sampai garis takar dengan air suling. d. Larutan dikocok sebanyak 12 kali sampai isinya serba sama

(homogen).

e. Larutan sudah siap dipakai sebagai larutan baku primer. VI. Diskusi

Praktikum ini tidak dilakukan. Larutan baku Asam Oksalat 0,1000 N sudah tersedia di laboratorium.

VII.Daftar pustaka

(8)

A3 – MENETAPKAN TITAR NaOH DENGAN LARUTAN BAKU ASAM OKSALAT 0.1000 N

I. Maksud dan Tujuan

Untuk menetapkan titar NaOH dengan larutan baku asam oksalat 0,1000 N.

II. Teori Dasar

Titrimetri atau volumetri adalah cara analisa jumlah berdasarkan pengukuran volume larutan pereaksi yang mempunyai kepekaan tertentu, yang direaksikan dengan larutan contoh yang sedang ditetapkan kadarnya.

Salah satu metoda penitaran adalah penitaran asam dan basa. Reaksi dasar dalam titrasi asam dan basa adalah netralisasi/penetralan. Titrasi asam dan basa digunakan untuk menentukan kadar atau konsentrasi suatu larutan. Jika salah satu larutan diketahui normalitasnya, maka normalitas larutan yang lain dapat diketahui dengan rumus:

Va . Na = Vb . Nb

(9)

Vb = volume penitar

(COOH2)2 + 2NaOH → Na2C2O4 + 2H2O V. Cara kerja

a. Bersihkan buret dan dibilas dengan air suling.

b. Bilasi buret dengan larutan NaOH, lalu diisi hingga penuh dan dihimpitkan digaris (skala) nol.

c. Pipet 10 ml larutan baku (COOH)2 0.1000 N ke dalam Erlenmeyer. d. Bubuhi 2 tetes indikator PP.

e. Kemudian dititar dengan larutan NaOH dari buret hingga titik akhir berwarna merah muda.

f. Hitunglah titar NaOH dan dihitung pula kadarnya dalam g/L.

VI. Data Percobaan dan Perhitungan

Titrasi Ke- Vawal Vakhir

1 0 10,5

2 10,5 21,5

V =

V

1

+V

2

2

(10)

= 10,75 ml

Va . Na = Vb . Nb 10 . 0,1000 = 10,75 . Nb

Nb =

10

10,75

.

0,1000

= 0,0930 N

N =

Mr

g

x

valensi

1

L

g =

N . valensi . Mr

1

L

=

0,0930

1

.

1

.

40

= 3,72 g/L

VII.Diskusi

Dalam praktikum ini, para praktikan mendapatkan hasil yang berbeda beda. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya praktikan tidak membersihkan alat-alat hingga benar-benar bersih, praktikan tidak membilas buret hingga semuanya benar-benar terbilas, dan yang paling sering dilakukan adalah praktikan tidak melihat garis skala pada buret tepat di depan matanya.

VIII. Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan, untuk titrasi larutan baku C2H2O4 0,1 N, tercatat bahwa NaOH yang digunakan adalah 10,75 ml, maka normalitas dari larutan NaOH adalah 0,0930 N dan kadar NaOH adalah 3,72 g/L.

IX. Daftar pustaka

(11)

A4 – MENETAPKAN KADAR ASAM ASETAT/CUKA (CH3COOH) DENGAN NaOH 0.1 N

I. Maksud dan Tujuan

Untuk menetapkan kadar asam asetat/cuka (CH3COOH) dengan NaOH 0,1 N.

II. Teori Dasar

Bila suatu larutan diencerkan, volumenya akan berubah sedangkan kepekatannya akan berkurang, tetapi bobot yang dilarutkan akan tetap.

(12)

Salah satu metoda penitaran adalah penitaran asam dan basa. Dimana VB = volume NaOH

NB = normalitas NaOH BEA = BE CH3COOH

fP = faktor pengenceran

Untuk menghitung kadar asam asetat dalam % dapat digunakan rumus:

NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O V. Cara kerja

a. Bersihkan buret dan dibilas dengan air suling.

b. Bilasi buret dengan larutan NaOH 0.0930 N lalu diisi hingga penuh dan dihimpitkan digaris (skala) nol.

c. Pipet 25 ml asam asetat kedalam labu ukur 100 ml, mengencerkannya sampai tanda garis.

d. Larutan dikocok 12 kali.

(13)

g. Kemudian dititar dengan larutan NaOH dari buret hingga titik akhir berwarna merah muda.

h. Hitunglah kadar asam asetat dalam % atau g/L.

VI. Data Percobaan dan Perhitungan

Titrasi Ke- Vawal Vakhir

Dalam praktikum ini, para praktikan mendapatkan hasil yang berbeda beda. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya praktikan tidak membersihkan alat-alat hingga benar-benar bersih, praktikan tidak membilas buret hingga semuanya benar-benar terbilas, dan yang paling sering dilakukan adalah praktikan tidak melihat garis skala pada buret tepat di depan matanya.

VIII. Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan, diketahui bahwa kadar CH3COOH adalah 27,68 g/L dengan presentase 2,77%

IX. Daftar pustaka

(14)

Rufaida, Anis Dyah. 2013. Detik-Detik Ujian Nasional Kimia. Klaten: Intan Pariwara

A5 – MEMBUAT LARUTAN BAKU PRIMER BORAKS 0.1000 N

I. Maksud dan Tujuan

Untuk membuat larutan baku primer boraks 0,1000 N.

(15)

Bahan baku adalah bahan kimia yang dapat dipergunakan untuk membuat larutan baku “primer” dan untuk menetapkan kenormalan larutan baku sekunder. Syarat-syarat bahan baku diantaranya:

a. Harus murni atau mudah dimurnikan.

b. Harus dapat dikeringkan dan tidak higroskopis.

c. Harus mantap dalam keadaan murni maupun larutan. d. Mudah larut dan dapat bereaksi

e. Mempunyai bobot setara yang besar

Salah satu contoh dari larutan baku basa adalah boraks.

III. Alat dan Pereaksi

b. Masukkan ke dalam labu ukur 100 ml melalui corong gelas. c. Larutan diencerkan terus sampai garis takar dengan air suling. d. Larutan dikocok 12 kali samapi isinya serba sama (homogen). e. Masukkan ke dalam botol, simpan di tempat yang aman.

f. Maka sekarang larutan sudah siap dipakai sebagai bahan baku primer.

VI. Diskusi

(16)

VII.Daftar pustaka

Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. 2003. Pedoman Praktikum Kimia Umum. Bandung

A6 – MENETAPKAN TITAR HCl DENGAN LARUTAN BAKU BORAKS 0.1000 N

I. Maksud dan Tujuan

(17)

II. Teori Dasar

Titrimetri atau volumetri adalah cara analisa jumlah berdasarkan pengukuran volume larutan pereaksi yang mempunyai kepekaan

Untuk menghitung kadar HCl dalam mg/L dapat digunakan rumus:

gr

A

L

=

N

B

. V

B

. BE

A

.

1000

ml titrasi

Dimana NB = Normalitas boraks VB = Volume boraks BEA = BE HCl

Untuk menghitung kadar HCl dalam g/L dapat digunakan rumus:

N HCl =

10

ml titrasi

. N boraks

2HCl + Na2B4O7 → 2NaCL + H2B4O7

V. Cara kerja

a. Bersihkan buret dan membilasnya dengan air suling.

(18)

c. Pipet 10 ml larutan baku boraks kedalam Erlenmeyer. d. Bubuhi 2 tetes indikator MO.

e. Kemudian dititar dengan larutan HCl dari buret hingga titik akhir berwarna jingga.

f. Hitunglah titar HCl dan kadarnya dalam g/L.

VI. Data Percobaan dan Perhitungan

Titrasi Ke- Vawal Vakhir

Dalam praktikum ini, para praktikan mendapatkan hasil yang berbeda beda. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya praktikan tidak membersihkan alat-alat hingga benar-benar bersih, praktikan tidak membilas buret hingga semuanya benar-benar terbilas, dan yang paling sering dilakukan adalah praktikan tidak melihat garis skala pada buret tepat di depan matanya.

(19)

Dari percobaaan yang telah dilakukan, diketahui bahwa Normalitas dari HCl adalah 0,0869 N dan kadar HCl adalah 3,17 g/L.

IX. Daftar pustaka

Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. 2003. Pedoman Praktikum Kimia Umum. Bandung

A7 – MENETAPKAN KADAR NaHCO3

I. Maksud dan Tujuan

(20)

II. Teori Dasar

Bila suatu larutan diencerkan, volumenya akan berubah sedangkan kepekatannya akan berkurang, tetapi bobot yang dilarutkan akan tetap.

Titrimetri atau volumetri adalah cara analisa jumlah berdasarkan pengukuran volume larutan pereaksi yang mempunyai kepekaan Dimana fP = faktor pengenceran

Untuk menghitung kadar NaHCO3 dalam g/L dapat digunakan rumus:

N2 =

V

1

V

. N

1

2

Kadar = N2 . BE NaHCO3 . V NaHCO3 Dimana V1 = volume HCl

(21)

CO2 NaHCO3 + HCl → NaCl + H2CO3

H2O

V. Cara kerja

a. Bersihkan buret dan bilasi dengan air suling. b. Isi buret dengan HCl 0.0869 N.

c. 25 ml larutan NaHCO3 dipipet ke dalam labu ukur 100 ml lalu diencerkan dengan air suling sampai tanda garis. Kocok 12 kali. Air suling yang dipakai tidak mengandung CO2.

d. 10 ml larutan encer dipipet ke dalam erlenmeyer lalu bubuhi 2 tetes indikator MO.

e. Kemudian dititar dengan larutan HCl dari buret hingga titik akhir berwarna orange.

f. Hitunglah kadar NaHCO3 asal.

VI. Data Percobaan dan Perhitungan

(22)

= 0,0278 . 84 . 10 = 23,36 g/L

VII.Diskusi

Dalam praktikum ini, para praktikan mendapatkan hasil yang berbeda beda. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya praktikan tidak membersihkan alat-alat hingga benar-benar bersih, praktikan tidak membilas buret hingga semuanya benar-benar terbilas, dan yang paling sering dilakukan adalah praktikan tidak melihat garis skala pada buret tepat di depan matanya.

VIII. Kesimpulan

Dari percobaaan yang telah dilakukan, diketahui bahwa kadar NaHCO3 adalah 23,36 g/L.

IX. Daftar pustaka

Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. 2003. Pedoman Praktikum Kimia Umum. Bandung

(23)

A8 – MENETAPKAN KADAR CAMPURAN Na2CO3 DAN NaHCO3

I. Maksud dan Tujuan

Untuk menetapkan kadar campuran Na2CO3 dan NaHCO3.

II. Teori Dasar

Bila suatu larutan diencerkan, volumenya akan berubah sedangkan kepekatannya akan berkurang, tetapi bobot yang dilarutkan akan tetap.

Titrimetri atau volumetri adalah cara analisa jumlah berdasarkan pengukuran volume larutan pereaksi yang mempunyai kepekaan

Untuk menghitung kadar Na2CO3 dalam mg/L dapat digunakan rumus:

Kadar Na2CO3 = (2 . a ml) . N HCl . BE Na2CO3 . fP Dimana a = ml titrasi setelah diberikan PP

Untuk menghitung kadar NaHCO3 dalam mg/L dapat digunakan rumus:

Kadar NaHCO3 = (b - a) . N HCl . BE NaHCO3 . fP Dimana b = ml titrasi setelah diberikan MO

Untuk menghitung prosentase Na2CO3 dapat digunakan rumus:

% Na2CO3 =

A

A

+

B

. 100%

Dimana A = Kadar Na2CO3 B = Kadar NaHCO3

Untuk menghitung prosentase NaHCO3 dapat digunakan rumus:

% NaHCO3 =

A

B

+B

. 100%

III. Alat dan Pereaksi

Alat : - Erlenmeyer 250 ml

(24)

- Labu ukur 100 ml

a. Bersihkan buret dan dibilas dengan air suling. b. Isi buret dengan HCl 0.995 N.

c. 25 ml larutan contoh dipipet dan diencerkan dengan air suling tak mengandung CO2 sampai tanda garis dalam labu ukur 100 ml. d. Kocok 12 kali.

e. 10 ml larutan encer dipipet ke dalam erlenmeyer lalu bubuhi 2 tetes indikator PP.

f. Lalu dititar dengan larutan HCl dari buret hingga larutan tepat tak berwarna.

g. Kemudian bubuhi 2 tetes indikator MO dan titrasi diteruskan lagi sampai titik akhir yang berwarna orange.

h. Hitunglah kadar Na2CO3 dan NaHCO3 masing-masing dan susunan prosentase campuran tersebut.

VI. Data Percobaan dan Perhitungan

Titrasi Ke- Setelah diberikan PP(a) Setelah diberikanMO (b)

1 1,5 4,2

2 1,5 4,4

fP =

1000

25

x

100

10

(25)

Kadar Na2CO3 = (2 . a) . N HCl . BE Na2CO3 . fP = (2 . 1,5) . 0,0995 . 53 . 400 = 6328,2 mg/L

= 6,33 g/L

Kadar NaHCO3 = (b - a) . N HCl . BE NaHCO3 . fP = (4,3 - 1,5) . 0,0995 . 84 . 400 = 9360,96 mg/L

= 9,36 g/L

% Na2CO3 =

A

A

+

B

. 100%

=

6,33

6,33

+

9,36

. 100%

= 40,33%

% NaHCO3 =

A

B

+B

. 100%

=

6,33

9,36

+

9,36

. 100%

= 59,67%

Perbandingan presentase = 40,33 : 59,67 = 4 : 6

= 1 : 1,5

VII.Diskusi

Dalam praktikum ini, para praktikan mendapatkan hasil yang berbeda beda. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya praktikan tidak membersihkan alat-alat hingga benar-benar bersih, praktikan tidak membilas buret hingga semuanya benar-benar terbilas, dan yang paling sering dilakukan adalah praktikan tidak melihat garis skala pada buret tepat di depan matanya.

VIII. Kesimpulan

(26)

kadar NaHCO3 adalah 9,36 g/L dengan persentase NaHCO3 adalah 59,67%. Perbandingan persentase Na2CO3 dan NaHCO3 adalah 1 : 1,5.

IX. Daftar pustaka

Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. 2003. Pedoman Praktikum Kimia Umum. Bandung

Rufaida, Anis Dyah. 2013. Detik-Detik Ujian Nasional Kimia. Klaten: Intan Pariwara

A9 – MENETAPKAN KADAR CAMPURAN NaOH DAN Na2CO3

I. Maksud dan Tujuan

Untuk menetapkan kadar campuran NaOH dan Na2CO3.

II. Teori Dasar

Bila suatu larutan diencerkan, volumenya akan berubah sedangkan kepekatannya akan berkurang, tetapi bobot yang dilarutkan akan tetap.

Titrimetri atau volumetri adalah cara analisa jumlah berdasarkan pengukuran volume larutan pereaksi yang mempunyai kepekaan Dimana a = ml titrasi setelah diberikan PP

b = ml titrasi setelah diberikan MO

Untuk menghitung kadar Na2CO3 dalam mg/L dapat digunakan rumus:

Kadar Na2CO3 = (2 . b) . N HCl . BE Na2CO3 . fP

Untuk menghitung prosentase NaOH dapat digunakan rumus:

% NaOH =

A

A

+B

. 100%

(27)

Untuk menghitung prosentase Na2CO3 dapat digunakan rumus:

Dengan indikator PP terjadi reaksi: NaOH + HCl → NaCl + H2O

Na2CO3 + HCl → NaHCO3 + NaCl Dengan indikator MO terjadi reaksi:

CO2 NaHCO3 + HCl → NaCl + H2CO3

H2O

V. Cara kerja

a. Bersihkan buret dan dibilas dengan air suling. b. Isi buret dengan HCl 0.995 N.

c. 25 ml larutan contoh dipipet dan diencerkan dengan air suling tak mengandung CO2 sampai tanda garis dalam labu ukur 100 ml. d. Kocok 12 kali.

e. 10 ml larutan encer dipipet ke dalam erlenmeyer lalu bubuhi 2 tetes indikator PP.

f. Lalu dititar dengan larutan HCl dari buret hingga larutan tepat tak berwarna.

(28)

h. Hitunglah kadar Na2CO3 dan NaOH masing-masing dan susunan prosentase campuran tersebut.

VI. Data Percobaan dan Perhitungan

Titrasi Ke- Setelah diberikan PP(a) Setelah diberikanMO (b)

1 9,3 3

2 9,2 2,9

fP =

1000

25

x

100

10

= 400

Kadar NaOH = (a - b) . N HCl . BE NaOH . fP = (9,25 – 2,95) . 0,0995 . 40 . 400 = 10029,60 mg/L

= 10,03 g/L

Kadar Na2CO3 = (2 . b) . N HCl . BE Na2CO3 . fP = (2 . 2,95) . 0,0995 . 53 . 400 = 12445,46 mg/L

= 12,45 g/L

% NaOH =

A

A

+B

. 100%

=

10,03

10,03

+

12,45

. 100%

= 44,62%

% Na2CO3 =

A

B

+

B

. 100%

=

10,03

12,45

+

12,45

. 100%

= 55,38%

Perbandingan presentase = 44,62 : 55,38 = 9 : 11

= 1 : 1,2

(29)

Dalam praktikum ini, para praktikan mendapatkan hasil yang berbeda beda. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya praktikan tidak membersihkan alat-alat hingga benar-benar bersih, praktikan tidak membilas buret hingga semuanya benar-benar terbilas, dan yang paling sering dilakukan adalah praktikan tidak melihat garis skala pada buret tepat di depan matanya.

VIII. Kesimpulan

Dari percobaaan yang telah dilakukan, diketahui bahwa kadar NaOH adalah 10,03 g/L dengan persentase NaOH adalah 44,62% sedangkan kadar Na2CO3 adalah 12,45 g/L dengan persentase Na2CO3 adalah 55,38%. Perbandingan persentase NaOH dan Na2CO3 adalah 1 : 1,2.

IX. Daftar pustaka

Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. 2003. Pedoman Praktikum Kimia Umum. Bandung

Referensi

Dokumen terkait

Dalam percobaan penentuan ordo yang dilakukan ada data yang tidak sesuai dengan literatur, hal ini dapat terjadi karena kemungkinan NaNO3 yang ditambahkan tidak

Hal ini tidak sesuai dengan literatur bahwa minyak jelantah kaya akan asam lemak bebas, dan mudah mengalami kerusakan dan ransiditas, hal ini dapat terjadi

Ketiga, sebagian mahasiswa tidak dapat menyebutkan nama alatnya dengan benar tetapi mengetahui fungsi dan gambar alat tersebut seperti buret, klem, cawan petri,

Praktikan tidak akan terlepas dari perlatan elektronik yang menuntut praktikan untuk menggunakannya dengan baik dan benar, selain demi melancarkan tujuan praktikum juga

Labu ukur adalah alat yang berfungsi untuk keperluan pengenceran larutan sampai dengan volume tertentu sebagaimana tertera dalam badan labu takar dan bisa

Perbedaan hasil secara teoritis dengna hasil percobaan yang terjadi pada tabung reaksi yang berisi laktosa, glukosa, dan maltose bisa disebabkan oleh kurangnya

Adapun faktor kesalahan yang akan menyebabkan gagalnya percobaan ini diantaranya adalah apabila konsentrasi larutan baku yang digunakan tidak sesuai

Tidak munculnya noda dalam percobaan kali ini dapat disebabkan oleh faktor – faktor yang mempengaruhi nilai Rf seperti diatas, akan tetapi ada juga