ASIDI ALKALIMETRI
NAMA : Yulia Rahmah Ihsan
NIM : 205100900111010
KELAS : M
KELOMPOK : M-1
ASISTEN : Wafa Nida Faida Azra
JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2020
Pas foto 3 x 4
BAB IV
ASIDI-ALKALIMETRI A. PRE LAB (SITASI, MAKSIMAL 3 HALAMAN)
1. Apakah yang dimaksud dengan analisis volumetri? Jelaskan tujuannya!
Analisis volumetri adalah metode analisis kimia untuk menemukan jumlah volume larutan yang sudah diketahui konsentrasinya tepat bereaksi dengan larutan yang dianalisis.
Tujuannya yaitu untuk mengetahui kuantitas setiap komponen yang menyusun analit, dan analisis volumetri ini memberikan data numerik yang mempunyai satuan tertentu. Reaktan diambil dari larutan dan volume standar (larutan yang sudah diketahui konsentrasinya) dengan volume larutan yang belum diketahui konsentrasinya (Fardani dkk., 2017).
2. Apakah yang dimaksud dengan asidi-alkalimetri? Jelaskan prinsip kerjanya!
Asidi-alkalimetri adalah reaksi netralisasi antara ion hidrogen dari asam dan ion hidroksida dari basa untuk mendapatkan larutan yang netral. Asidimetri adalah penetapan kadar terhadap senyawa basa dengan bahan baku asam. Sedangkan alkalimetri adalah penetapan kadar terhadap senyawa asam dengan bahan baku basa. Prinsip asidi-alkalimetri yaitu dengan menetapkan kadar terhadap suatu senyawa dengan cara mereaksikannya dengan tepat. Metodenya yaitu dengan cara titrasi (Muchtaridi, 2016).
3. Apakah yang dimaksud dengan pembakuan larutan?
Pembakuan larutan juga disebut standarisasi larutan. Standarisasi larutan adalah proses mentitrasi larutan standar primer dengan larutan standar sekunder dengan tepat. Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui dan dinyatakan dengan satuan M (molaritas) atau N (normalitas). Senyawa yang dipakai untuk membuat larutan baku yaitu senyawa baku yang terbagi menjadi 2 jenis yaitu larutan baku primer dan sekunder (Rohman, 2011).
4. Apakah yang dimaksud dengan larutan standar primer dalam praktikum asidi-alkalimetri?
Berikan contohnya (minimal 3)!
Larutan standar primer adalah larutan yang sudah diketahui konsentrasinya melalui pembuatan langsung. Suatu larutan standar harus memenuhi syarat yaitu memiliki kemurnian yang tinggi, memiliki rumus molekul pasti, mudah ditimbang dan tidak higroskopis (mudah menguap), larutannya stabil dan memiliki berat ekivalen (BE) yang tinggi. Contoh larutan standar primer yaitu asam oksalat, asam benzoat, NaCl, 𝐾𝐵𝑟𝑂3, 𝐾2𝐶𝑟2𝑂7 (Watson, 2014).
5. Apakah yang dimaksud dengan larutan standar sekunder dalam praktikum asidi- alkalimetri? Berikan contohnya (minimal 3)!
Larutan standar sekunder adalah larutan yang belum diketahui konsentrasinya secara tepat karena bukan merupakan zat murni. Untuk mengetahui konsentrasi larutan standar sekunder perlu dilakukan proses pembakuan larutan dengan larutan primer. Contoh larutan standar sekunder yaitu 𝑁𝑎𝑂𝐻, 𝐻𝐶𝑙, 𝐾𝑀𝑛𝑂4 , 𝐴𝑔𝑁𝑂3 (Watson, 2014).
KELAS M
KELOMPOK M-1
6. Jelaskan bagaimana prinsip penentuan konsentrasi zat atau larutan!
Penentuan konsentrasi zat atau larutan menggunakan metode titrasi. Prinsip dasar titrasi yaitu mendapatkan larutan baru dengan mereaksikan sejumlah volume larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya ke larutan lain dengan penambahan larutan standar. Untuk melihat hasilnya kita memerlukan indikator (Syamsyuni, 2010).
7. Jelaskan bagaimana cara penggunaan buret dalam titrasi!
Pertama siapkan alat dan bahan yang akan digunakan saat titrasi, pastikan buret bersih, lalu bilas buret dengan larutan titran selama 3 kali dengan cara diputar-putar agar rata ke seluruh permukaan buret, lalu buret diklem pada tiang buret dengan posisi tegak lurus dengan datar air, lalu isi buret dengan titran sampai mencapai batas garis dengan melihat meniskus cairan tersebut, keringkan dinding ujung buret dengan kertas hisap, lalu teteskan indikator pada analit yang akan dititrasi di labu erlenmeyer, lalu titrasi analit dengan larutan penitrasi yang ada didalam buret, tangan kiri memegang kran sambil memutarnya dan tangan kanan untuk memegang labu erlenmeyer, goyang labu erlenmenyer dengan gerakan berputar hingga menunjukkan perubahan warna, sedikit perubahan warna menandakan sudah titik akhir titrasi, lalu baca volume titran yang tersisa pada buret (Pahari and Chauhan, 2018).
8. Jelaskan mengapa perlu ditambahkan indikator warna pada proses titrasi!
Indikator warna digunakan untuk menentukan titik ekivalen pada reaksi asam-basa. Indikator hanya dapat menentukan titik akhir titrasi bukan titik ekivalen titrasi. Indikator asam basa merupakan zat yang bisa berubah warna apabila pH lingkungan berubah. Dari perubahan warna ini kita dapat menentukan titik akhir titrasi. Indikator asam basa yang sering digunakan dalam titrasi asam-basa yaitu metil jingga, fenolflatein, dan bromtimol biru (Viana, 2014).
9. Larutan apa yang dapat digunakan dalam standarisasi HCl? Tuliskan persamaan reaksinya!
Boraks (𝑁𝑎2𝐵4𝑂7. 10𝐻2𝑂) bisa dipakai untuk menstandarisasi larutan HCl. Indikator yang dipakai yaitu metil jingga. Persamaan reaksinya yaitu :
𝑁𝑎2𝐵4𝑂7. 10𝐻2𝑂 + 2𝐻2𝑂 → 4𝐵(𝑂𝐻)3+ 2𝑁𝑎𝐶𝑙 + 5𝐻2𝑂 (Zumdahl and Donald, 2014).
10. Larutan apa yang dapat digunakan dalam standarisasi NaOH? Tuliskan persamaan reaksinya!
Untuk menstandarisasi larutan NaOH bisa memakai 2 jenis asam. Asam yang bisa dipakai yaitu asam oksalat dan asam asetat. Persamaan reaksinya yaitu :
Asam Oksalat
𝐶2𝐻4. 2𝐻2𝑂(𝑎𝑞)+ 2𝑁𝑎𝑂𝐻(𝑎𝑞)→ 𝑁𝑎2𝐶2𝑂4(𝑎𝑞)+ 4𝐻2𝑂(𝑙)
Asam Asetat
𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻(𝑎𝑞)+ 𝑁𝑎𝑂𝐻(𝑎𝑞)→ 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻(𝑎𝑞) + 𝐻2𝑂(𝑎𝑞) (Zumdahl and Donald, 2014).
B. TINJAUAN PUSTAKA (SITASI, MAKSIMAL 2 HALAMAN) 1. Prinsip dasar titrasi
Prinsip titrasi asam basa yaitu reaksi yang terjadi diantara asam dan basa dimana terjadinya perubahan pH larutan yang dititrasi. Dalam titrasi asam basa, asam dan basa menjadi analit atau titran. Kadar larutan asam ditentukan dengan larutan basa dan kadar larutan basa ditentukan dengan larutan asam (Viana, 2014).
2. Titik ekuivalen dan titik akhir titrasi
‘Titik ekivalen’ adalah titik saat konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa. Titik dimana jumlah asam yang ditambahkan sama dengan jumlah basa yang dinetralkan [𝐻+ = 𝑂𝐻−]. Titik ekivalen ditandai dengan berubahnya warna indikator. Sedangkan ‘Titik akhir titrasi’ adalah keadaan saat titrasi dihentikan dengan melihat perubahan warna indikator.
Titik akhir titrasi mendekati titik ekivalen, tetapi melewati titik ekivalen (Viana, 2014).
3. Jenis-jenis titrasi
Titrasi asam kuat – basa kuat
𝑁𝑎𝑂𝐻(𝑎𝑞)+ 𝐻𝐶𝑙(𝑎𝑞) → 𝑁𝑎𝐶𝑙(𝑎𝑞)+ 𝐻2𝑂(𝑙)
Titrasi asam lemah – basa kuat
𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻(𝑎𝑞)+ 𝑁𝑎𝑂𝐻(𝑎𝑞) → 𝑁𝑎𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂(𝑎𝑞)+ 𝐻2𝑂(𝑙)
Titrasi basa lemah – asam kuat 𝐻𝐶𝑙(𝑎𝑞) + 𝑁𝐻3(𝑎𝑞) → 𝑁𝐻4𝐶𝑙(𝑎𝑞)
Titrasi basa lemah – asam lemah
𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻(𝑎𝑞)+ 𝑁𝐻3(𝑎𝑞)→ 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝑁𝐻4(𝑎𝑞) (Viana, 2014).
4. Fungsi bahan dalam praktikum
Asam cuka, sebagai larutan yang akan diuji atau penitrat
Asam oksalat, sebagai larutan yang akan diuji atau penitrat
Boraks, sebagai larutan yang akan diuji atau penitrat
HCl, sebagai larutan contoh atau sampel keadaan normal
NaOH, sebagai pemberi suasana basa
Metil jingga, sebagai indikator penentu titik akhir dalam titrasi jika menjadi warna kuning maka keadaan netral dengan pH 3,1-4,4
Fenolftalin, sebagai indikator penentu titik akhir dalam titrasi jika menjadi warna merah muda maka keadaan basa dengan pH 8-10
Akuades, sebagai pelarut kristal (Sastrohamidjojo, 2018).
KELAS M
KELOMPOK M-1
5. Aplikasi titrasi asam-basa dalam bidang teknologi pertanian (minimal 5)
Menyuburkan tanah dengan menaburkan kapur dolomite yang mengandung 𝐶𝑎𝐶𝑂3 dan 𝑀𝑔𝐶𝑂3 ke dalam tanah, Menentukan kadar keasaman buah dengan metode titrasi asam- basa, Pembuatan pupuk kalium klorida yang memerlukan MgO yang kadarnya dihitung sebagai penguji dalam proses titrasi, Menentukan kadar OH pada obat maag dengan proses titrasi asam-basa dengan menambahkan HCl dan tetasan indikator phenolptalein, abu sisa pembakaran kayu dengan semakin keras kayu berarti kandungan kalium bisa bereaksi dengan air membentuk hidroksida KOH (Hasmoro dkk., 2014).
C.DIAGRAM ALIR
1. Pembuatan larutan standar HCl 0,1 M
Dihitung konsentrasinya
Dilakukan pengenceran dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL
Dihomogenkan
Aquades
Hasil HCl pekat
KELAS M
KELOMPOK M-1
2. Standarisasi larutan HCl dengan boraks 0,05 M (Na2B4O7.10H2O)
Diambil 10 mL ke dalam erlenmeyer
Ditambahkan 2-3 tetes Dititrasi dengan HCl Diamati hingga terjadi perubahan warna
Dilakukan duplo Dihitung M HCl
Larutan Boraks
Indikator MO
Hasil
Aquades
Hasil 3. Pembuatan larutan standar NaOH 0,1 M
Ditimbang pada timbangan analitik sebanyak 0,4 gram
Dilarutkan pada beker gelas Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL
Ditambahkan hingga tanda batas Dihomogenkan
NaOH
Aquades
KELAS M
KELOMPOK M-1
4. Standarisasi larutan NaOH
Diambil 20 mL ke dalam erlenmeyer
Ditambahkan 2-3 tetes Dititrasi dengan NaOH Diamati hingga terjadi perubahan warna
Dilakukan duplo Dihitung M NaOH
Indikator PP Asam oksalat dihidrat 0,05 M
Hasil
Indikator PP
5. Penggunaan larutan standar asam dan basa untuk menetapkan kadar asam asetat pada cuka
Diambil 10 mL dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL
Ditambahkan hingga tanda batas Dihomogenkan
Diambil 20 mL dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL
Ditambahkan 2-3 tetes Dititrasi
dengan NaOH
Diamati hingga terjadi perubahan warna Dilakukan duplo Dihitung kadar asam asetat
Aquades
KELAS M
KELOMPOK M-1
Asam Cuka
Hasil
E. DATA HASIL PRAKTIKUM
1. Pembuatan larutan standar HCl 0,1 M
BJ HCl : 1,16 gram/mL
Kadar HCl : 32%
Volume HCl yang dibutuhkan : 0,492 mL Perhitungan:
𝑀 =𝜌×%×10
𝑀𝑟 𝑚1× 𝑉1 = 𝑚2× 𝑉2
=1,16×32×10
36,5 10,169 × 𝑉1= 0,1 × 50
= 10,169 𝑀 𝑉1= 0,492 𝑚𝐿
2. Standarisasi larutan HCl 0,1 M
Volume HCl : 14,1 mL (V1) dan 13 mL (V2)
Molaritas HCl : 10,169 M
Volume boraks : 10 mL
Molaritas larutan HCl hasil standarisasi : 0,0738 M Perhitungan:
𝑁𝑎2𝐵4𝑂7. 10𝐻2𝑂 → 2𝑁𝑎𝐶𝑙 + 4𝐻3𝐵𝑂3+ 5𝐻2
𝑚𝑜𝑙 𝐻𝐶𝑙 𝑚𝑜𝑙 𝑏𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠=2
1 1 grammol HCl = 2 grammol boraks Molaritas HCl Normalitas boraks
𝑀𝐻𝐶𝑙× 𝑉𝐻𝐶𝑙 = 2 × 𝑀𝑏𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠× 𝑉𝑏𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠 𝑁 = 𝑀 × 𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 𝑏𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠 𝑀𝐻𝐶𝑙× 13,55 = 2 × 0,05 × 10 = 0,05 × 2
𝑀𝐻𝐶𝑙 = 1
13,55= 0,0738 𝑀 = 0,1
3. Pembuatan larutan standar NaOH 0,1 M
Berat NaOH : 0,4 gram
Volume larutan NaOH : 100 mL
Molaritas larutan NaOH : 0,1 M Perhitungan :
𝑀𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑔𝑟
𝑀𝑟×1000 𝑉 0,1 =𝑔𝑟
40×1000 100 𝑔𝑟 = 0,1 × 4 𝑔𝑟 = 0,4 𝑔𝑟𝑎𝑚
4. Standarisasi larutan standar NaOH 0,1 M
Volume Na-oksalat : 20 mL
Volume akuades : 100 mL
Volume larutan NaOH 0,1 M : 21,8 mL (Vrata-rata) Molaritas larutan NaOH : 0,091 M
Perhitungan:
𝐻2𝐶2𝑂4+ 2𝑁𝑎𝑂𝐻 → 𝑁𝑎2𝐶2𝑂4+ 2𝐻2𝑂 1 grammol HCl = 2 grammol boraks
𝑚𝑜𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑚𝑜𝑙 𝐻2𝐶2𝑂4=2
1 Normalitas asam oksalat Molaritas NaOH 𝑁 = 𝑀 × 𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑀𝑁𝑎𝑂𝐻× 𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 = 2 × 𝑀𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡× 𝑉𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑁 = 0,05 × 2
𝑀𝑁𝑎𝑂𝐻× 21,8 = 2 × 0,05 × 20 𝑁 = 0,1 𝑀𝑁𝑎𝑂𝐻 = 2
21,8= 0,091 𝑀
KELAS M
KELOMPOK M-1
Volume larutan asam cuka : 20 mL
Volume NaOH (titrasi) : 22,7 mL (V1) dan 22,5 mL (V2)
Molaritas NaOH : 0,091 M
Persamaan reaksi : 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 + 𝑁𝑎𝑂𝐻 → 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝑁𝑎 + 𝐻20 Kadar total asam (% b/v) : 12,33%
Perhitungan:
𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻× 𝑀𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖× 𝐹𝑝 = 𝑉𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑒𝑟𝑙𝑒𝑛𝑚𝑒𝑦𝑒𝑟× 𝑀𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎
𝑀𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎 =𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻× 𝑀𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖× 𝐹𝑝 𝑉𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑒𝑟𝑙𝑒𝑛𝑚𝑒𝑦𝑒𝑟
𝑀𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎 =22,6 × 0,091 × 10 20
𝑀𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎 =20,566
20 = 1,0283 𝑀
Berat asam asetat
𝑀 = 𝑚𝑜𝑙
𝑉𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑒𝑟𝑙𝑒𝑛𝑚𝑒𝑦𝑒𝑟 𝑚𝑜𝑙 = 𝑔𝑟
𝑚𝑟
1,0283 = 𝑚𝑜𝑙20 1000
0,020566 = 𝑔𝑟
𝑚𝑟
𝑚𝑜𝑙 = 0,020566 𝑚𝑜𝑙 𝑔𝑟 = 1,233 𝑔𝑟𝑎𝑚
Berat =1,233 gram (dalam 10 mL asam cuka diencerkan) Kadar total asam (% 𝑏 𝑣⁄ ) 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 100 𝑚𝐿
%𝑏 𝑣 = 𝑔𝑟
𝑣𝑜𝑙× 100%
Terdapat 1,233 gram asetat dalam 10 mL asam cuka, maka dalam 100 mL asam cuka, terdapat
= 1,233 × 10 = 12,33% 𝑏 𝑣⁄
F. PEMBAHASAN (Maksimal 5 halaman) ANALISA PROSEDUR (tanpa sitasi)
1. Bagaimana cara membuat 100 ml larutan NaOH 0,1 M dari NaOH yang berbentuk padatan?
Pertama siapkan alat dan bahan yang akan digunakan, lalu tentukan massa NaCl dengan rumus molaritas lalu didapatkan 0,4 gram NaOH yang diperlukan. Siapkan gelas arloji dan letakkan diatas timbangan analitik yang sudah dinolkan lalu tuangkan serbuk/padatan NaOH hingga timbangan menunjukkan angka 0,4 gram. Tuang NaOH yang sudah ditimbang tadi ke dalam gelas beaker dengan bantuan aquades agar tidak ada NaOH yang tersisa di gelas arloji lalu aduk dengan pengaduk kaca. Setelah itu pindahkan larutan tersebut ke dalam labu ukur 100 ml dengan bantuan corong kaca.
Tambahkan cairan aquades ke dalam labu ukur hingga mencapai garis batas. Karena larutan ini berwarna bening maka yang dilihat meniskus cekung bawahnya. Setelah itu tutup labu ukur dengan penutup lalu homogenkan larutan dengan cara mengguncangkan labu ukur dengan pelan selama 10 kali agar larutan tersebut tercampur rata.
2. Jelaskan kaidah tangan yang dilakukan dalam proses titrasi!
Dalam proses titrasi, terdapat tahap yang harus diperhatikan yaitu kaidah tangan.
Penggunaan kaidah tangan dalam proses titrasi yaitu tangan kiri berada pada klep atau keran dari buret untuk meneteskan larutan yang ada di buret. Lalu untuk tangan kanan memegang dan menggoyangkan labu erlenmeyer yang berisi bahan yang dititrasi.
3. Indikator apa yang digunakan untuk mentitrasi HCl dengan boraks? Dan sebutkan juga fungsi serta cara penggunaannya saat titrasi dilakukan hingga titik akhir titrasi didapatkan!
Indikator yang digunakan untuk mentitrasi HCl dengan boraks adalah Metil Orange (MO). Fungsinya digunakan sebagai penanda titik akhir titrasi yang ditandai dengan tidak terjadinya perubahan warna selama 30 detik. Pertama masukkan tiga tetes indikator MO ke dalam larutan boraks. Setelah ditambakan, proses titrasi dimulai.
Gunakan kaidah tangan untuk memegang buret. Tangan kiri memutar klep secara vertikal agar larutan HCl yang ada pada buret dapat menetes ke dalam erlenmeyer yang berisi larutan boraks yang dipegang dengan tangan kanan. Selagi HCl yang ada dalam buret menetes pada larutan boraks, goyangkan labu erlenmeyer secara perlahan agar larutan yang berada dalam erlenmeyer dapat tercampur homogen. Perubahan warna yang terjadi menjadi warna orange muda atau peach. Dalam 30 detik tidak terjadi perubahan warna lagi dan kembali menjadi bening. Sehingga pada tahap ini HCl dengan boraks telah mencapai proses titik akhir titrasi.
KELAS M
KELOMPOK M-1
4. Indikator apa yang digunakan untuk mentitrasi NaOH dengan asam oksalat? Dan sebutkan juga fungsi dan cara penggunaannya saat titrasi dilakukan hingga titik akhir titrasi didapatkan!
Indikator yang digunakan untuk mentitrasi NaOH dengan asam oksalat adalah Fenolflatein (PP). Fungsinya digunakan sebagai penanda titik akhir titrasi yang ditandai dengan tidak terjadinya perubahan warna selama 30 detik. Pertama masukkan tiga tetes indikator PP ke dalam larutan asam oksalat. Setelah ditambakan, proses titrasi dimulai.
Gunakan kaidah tangan untuk memegang buret. Tangan kiri memutar klep secara vertikal agar larutan NaOH yang ada pada buret dapat menetes ke dalam erlenmeyer yang berisi larutan asam oksalat yang dipegang dengan tangan kanan. Selagi NaOH yang ada dalam buret menetes pada larutan asam oksalat, goyangkan labu erlenmeyer secara perlahan agar larutan yang berada dalam erlenmeyer dapat tercampur homogen.
Perubahan warna yang terjadi menjadi warna merah muda. Dalam 30 detik tidak terjadi perubahan warna lagi dan kembali menjadi bening. Sehingga pada tahap ini NaOH dengan asam oksalat telah mencapai proses titik akhir titrasi.
5. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan saat menggunakan buret guna memperbesar tingkat keakuratannya?
Gunakan kaidah tangan dalam penggunaan buret, saat menggunakan buret terang gunakan meniscus bawah, saat menggunakan buret gelap gunakan meniscus atas, sebelum memakai buret bilas buret dengan cairan akuades kemudian masukkan larutan yang akan dipakai, kran/klep buret dapat diolesi sedikit vaselin untuk memastikan kran tidak keras saat diputar.
6. Apa yang dimaksud dengan faktor pengenceran serta bagaimana cara mendapatkannya?
Faktor pengenceran (Fp) adalah angka yang menunjukkan berapa kali lipat suatu larutan diencerkan dari larutan yang lebih pekat. Untuk mendapatkan nilai Fp dapat menggunakan rumus faktor pengenceran yaitu 𝐹𝑝 =𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑘𝑎𝑡 . Contoh menghitung nilai Fp yaitu saat menetapkan kadar asam asetat dalam cuka, sampel cuka yang diambil 10 mL dan ditempatkan dalam labu erlenmeyer 100 mL. Maka faktor pengenceran percobaan tersebut adalah 100
10 yaitu 10 kali pengenceran.
ANALISA HASIL (sitasi)
1. Jelaskan hasil dari semua percobaan yang dilakukan serta dibandingkan dengan literatur!
Dalam praktikum kali ini dilakukan 5 kali percobaan yaitu pembuatan larutan standar HCl 0,1 M; standarisasi larutan HCl 0,1 M; pembuatan larutan standar NaOH 0,1 M;
standarisasi larutan standar NaOH 0,1 M dan penetapan kadar asam asetat pada cuka. Pada percobaan pembuatan larutan HCl 0,1 M diketahui massa jenisnya 1,16 gram/mL dan kadarnya 32%. Lalu data tersebut dimasukkan dalam rumus molaritas untuk mencari nilai molaritasnya dan didapatkan hasil 10,169 M. Setelah itu molaritas yang didapat dimasukkan ke dalam rumus 𝑚1× 𝑉1 = 𝑚2× 𝑉2 dan didapatkan hasil volume HCl yang dibutuhkan sebanyak 0,492 mL.
Lalu untuk percobaan standarisasi larutan HCl 0,1 M dengan boraks 0,05 M diketahui dua volume yang berbeda karena dilakukan duplo (dua kali percobaan) yaitu 14,1 mL dan 13 mL. Lalu kedua volume tersebut dirata-rata dan hasilnya 13,55 mL. Volume boraks diketahui 10 mL dan molaritas HCl menggunakan molaritas dipercobaan sebelumnya yaitu 10,169 M. Setelah itu buat persamaan reaksinya untuk menentukan mol. Mol HCl yang didapat yaitu 2 dan mol boraks 1. Lalu cari nilai normalitas boraks dan didapatkan 0,1 N. Setelah itu masukkan data ke dalam rumus titrasi yaitu 𝑀𝐻𝐶𝑙× 𝑉𝐻𝐶𝑙 = 2 × 𝑀𝑏𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠× 𝑉𝑏𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠. Didapatkan hasil molaritas larutan HCl hasil standarisasi sebesar 0,0738 M.
Pada percobaan pembuatan larutan standar NaOH 0,1 M diketahui volume larutan 100 mL. Lalu untuk menemukan berat NaOH digunakan rumus 𝑀𝑁𝑎𝑂𝐻= 𝑔𝑟
𝑀𝑟×1000
𝑉 . Setelah semua data dimasukkan ke dalam rumus didapatkan berat NaOH yang diperlukan sebanyak 0,4 gram.
Selanjutnya pada percobaan standarisasi larutan NaOH 0,1 M dengan asam oksalat diketahui volume asam oksalat 20 mL, volume akuades 100 mL dan volume rata-rata larutan NaOH yaitu 21,8 mL. Selanjutnya buat persamaan reaksi untuk menentukan mol. Mol NaOH yang didapat yaitu 2 dan mol asam oksalat 1. Lalu cari nilai molaritas asam oksalat dan didapatkan 0,1 N.
Setelah itu masukkan data ke dalam rumus titrasi yaitu 𝑀𝑁𝑎𝑂𝐻× 𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 = 2 × 𝑀𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡× 𝑉𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡. Didapatkan hasil molaritas larutan NaOH hasil standarisasi sebesar 0,091 M.
Pada percobaan terakhir yaitu penetapan kadar asam asetat pada cuka menggunakan larutan standar asam dan basa. Diketahui volume larutan asam cuka sebanyak 20 mL dan volume NaOH hasil titrasi yang dilakukan sebanyak dua kali (duplo) yaitu 22,7 mL dan 22,5 mL. Lalu kedua volume tersebut dirata-rata dan hasilnya 22,6 mL. Diketahui molaritas NaOH dari percobaan sebelumnya yaitu 0,091 M. Setelah itu buat persamaan reaksinya yaitu 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 + 𝑁𝑎𝑂𝐻 → 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝑁𝑎 + 𝐻20. Untuk menemukan kadar total asamnya pertama kita cari molaritas asam
cukanya menggunakan rumus
𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻× 𝑀𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖× 𝐹𝑝 = 𝑉𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑒𝑟𝑙𝑒𝑛𝑚𝑒𝑦𝑒𝑟× 𝑀𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎 dan didapatkan hasilnya yaitu 1,0283 M. Setelah menemukan molaritasnya kita dapat menghitung molnya dan bisa mendapatkan berat asam cuka. Berat asam cuka yang didapatkan yaitu 1,233 gram dalam 10 mL. Setelah itu masukkan ke dalam rumus kadar total asam dalam 100 mL yaitu
%𝑏
𝑣= 𝑔𝑟
𝑣𝑜𝑙× 100% didapatkan hasil kadar total asam yaitu 12,33% 𝑏 𝑣⁄ .
Berdasarkan data diatas jika kita bandingkan dengan literatur yang ada, praktikum kali ini sudah sesuai. Menurut literatur dalam pembuatan larutan standar jika diketahuinya massa jenis dan kadarnya maka untuk mencari volumenya memakai rumus molaritas terlebih dahulu yaitu
KELAS M
KELOMPOK M-1
𝑀 =𝜌×%×10
𝑀𝑟 . Setelah itu dilanjutkan rumus 𝑚1× 𝑉1= 𝑚2× 𝑉2. Jika dalam pembuatan larutan standar diketahuinya volume dan molaritas larutan, untuk menemukan beratnya maka menggunakan rumus 𝑀 = 𝑔𝑟
𝑀𝑟×1000
𝑉 . Dalam standarisasi larutan menggunakan rumus titrasi yaitu 𝑚1× 𝑉1× 𝑎 = 𝑚2× 𝑉2× 𝑏 dan rumus normalitas yaitu 𝑁 = 𝑀 × 𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 . Dan untuk menghitung kadar menggunakan rumus %𝑏
𝑣= 𝑔𝑟
𝑣𝑜𝑙× 100% (Sastrohamidjojo, 2018).
2. Sebutkan reaksi yang terjadi pada standardisasi larutan NaOH dengan asam oksalat serta standardisasi larutan HCl dengan boraks!
Asam oksalat merupakan suatu senyawa dikarboksilat yang memiliki atom C yang masing-masing mengikat satu gugus hidroksil. NaOH biasanya distandarisasi dengan asam oksalat. Reaksi yang terjadi yaitu 𝐻2𝐶2𝑂4+ 2𝑁𝑎𝑂𝐻 → 𝑁𝑎2𝐶2𝑂4+ 2𝐻2𝑂 (Febriaty dkk., 2016).
Boraks merupakan senyawa kimia bernama natrium tetraborat atau garam boraks.
Rumus senyawa boraks yaitu 𝑁𝑎𝐵4𝑂7. 10𝐻2𝑂. HCl biasanya distandarisasi dengan boraks. Reaksi yang terjadi yaitu 𝑁𝑎𝐵4𝑂7. 10𝐻2𝑂 + 2𝐻𝐶𝑙 → 2𝑁𝑎𝐶𝑙 + 4𝐻3𝐵𝑂3+ 5𝐻2 (Fuad, 2015).
3. Sebut dan jelaskan alasan digunakannya masing-masing indikator pada standarisasi NaOH serta standarisasi HCl!
Pada standarisasi larutan NaOH dengan asam oksalat indikator yang digunakan adalah indikator fenolflatein (PP). Alasannya memakai indikator PP karena NaOH merupakan larutan basa dan indikator PP digunakan untuk larutan basa. Indikator PP digunakan untuk range pH 8,3 – 10. Lalu untuk standarisasi larutan HCl dengan boraks indikator yang digunakan adalah indikator methyl orange (MO). Alasannya memakai indikator MO karena HCl merupakan larutan asam dan indikator MO digunakan untuk larutan asam. Indikator MO digunakan untuk range pH 3,1 – 4,4 (Nitsae dan Sabarudin, 2015).
4. Sebutkan perubahan warna yang terjadi pada reaksi standarisasi NaOH dengan asam oksalat dan jelaskan bagaimana proses perubahan warna yang terjadi, dibandingkan dengan literatur!
Indikator yang digunakan saat reaksi standarisasi NaOH dengan asam oksalat yaitu fenolftalein (PP). Fenolftalein sering digunakan saat proses pewarnaan dalam penentuan titik akhir titrasi larutan basa. Indikator PP akan berubah menjadi warna merah muda. Jika dibandingkan dengan literatur maka percobaan ini sudah benar.
Karena pada literatur jika menggunakan indikator PP maka larutan akan berubah warna menjadi merah muda. Pada titik akhir titrasi, indikator akan mengalami suasana basa dan bersifat sebagai asam lemah yang mengambil ion 𝑂𝐻−, sehingga strukturnya berubah dan ion-ionnya menjadi berwarna merah muda (Nuryanti dkk., 2010).
KESIMPULAN
Asidi-alkalimetri adalah reaksi netralisasi antara ion hidrogen dari asam dan ion hidroksida dari basa untuk mendapatkan larutan yang netral. Asidimetri adalah penetapan kadar terhadap senyawa basa dengan bahan baku asam. Sedangkan alkalimetri adalah penetapan kadar terhadap senyawa asam dengan bahan baku basa. Titrasi adalah proses untuk memperoleh larutan baru dengan cara mereaksikan sejumlah volume tertentu larutan standar yang diketahui konsentrasinya ke larutan lain dengan menambahkan larutan standar dan memerlukan indikator untuk melihat hasil reaksinya. Tujuan dari praktikum kali ini yaitu mengetahui bagaimana cara menggunakan buret dengan benar, membuat larutan standar, menstandarisasi larutan, menetapkan kadar asam dengan benar.
Dari praktikum diatas disimpulkan bahwa dalam membuat larutan standar HCl 0,1 M didapatkan volume HCl yang dibutuhkan yaitu 0,492 mL, dalam menstandarisasi larutan HCl 0,1 M didapatkan molaritas HCl hasil standarisasi sebesar 0,0738 M, dalam membuat larutan standar NaOH 0,1 M didapatkan berat NaOH yang diperlukan sebanyak 0,4 gram, dalam menstandarisasi larutan standar NaOH 0,1 M didapatkan molaritas NaOH sebesar 0,091 M, dan yang terakhir dalam penetapan kadar asam asetat pada cuka didapatkan kadar total asam sebesar 12,33% 𝑏 𝑣⁄ .
Praktikum kali ini juga bertujuan untuk mengetahui indikator yang sesuai dengan standarisasi tiap larutan. Untuk larutan asam menggunakan indikator methyl orange (MO) yang memiliki range pH 3,1 - 4,4 dan indikator MO akan berubah warna menjadi orange muda atau peach. Sedangkan untuk larutan basa menggunakan indikator fenolftalein (PP) yang memiliki range pH 8,3 - 10 dan indikator PP akan berubah menjadi warna merah muda.
Dalam praktikum asidi-alkalimetri ini praktikan diharapkan berhati-hati dalam memakai buret agar tidak terjadi kesalahan. Praktikan juga harus fokus dan teliti dalam melihat perubahan warna pada labu erlenmeyer saat proses titrasi agar mendapatkan hasil praktikum yang sesuai.
KELAS M
KELOMPOK M-1
Ilmiah Mahasiswa Pada Materi Analisis Volumetri. Jurnal Pendidikan. 2(12): 1620- 1624
Hasmoro, H.B., S. Trisnowati, dan R. Rogomulyo. 2014. Pengaruh Kadar CaCl2 Terhadap Pematangan dan Umur Simpan Buah Sawo (Manikara zapota (L.) van Royen). Jurnal Budidaya Pertanian. 3(4): 52-62
Muchtaridi, S. J. 2016. KIMIA. Jakarta: Yudhistira Ghalia Indonesia
Pahari, A. K. and B. S. Chauhan. 2018. Engineering Chemistry. New Delhi: Laxmi Publications Rohman. 2011. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sastrohamidjojo, H. 2018. KIMIA DASAR. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Syamsuni. 2010. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta: EGC
Viana, W. O. 2014. Pembuatan Indikator Alami dari Ekstrak Bunga Asoka (Saraca indica) Untuk Titrasi Asam Basa. SKRIPSI. Pekanbaru: UIN Suska Riau
Watson, D. G. 2014. Pharmaceutical Analysis. Oxford: Elsevier Limited Zumdahl, S. and Donald J. 2014. Basic Chemistry. Stanford: Cengage Learning
Febriaty, I. R., Harlia, dan A. H. Alimuddin. 2016. Perbandingan Metode Hidrolisis Asam dan Basa Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai Bahan Baku Pembuatan Asam Oksalat.
JKK. 5(4): 22-28
Fuad, N. R. 2015. Identifikasi Kandungan Boraks pada Tahu Pasar Tradisional di Daerah Ciputat. SKRIPSI. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Nitsae, M. M. dan A. A. Sabarudin. 2015. Pengaruh Penambahan Tripolyfosfat Pada Kitosan Beads untuk Adsorpsi Methyl Orange. Jurnal MIPA. 38(2): 144-149
Nuryanti, S., S. Matsjeh, C. Anwar, dan T. J. Raharjo. 2010. Indikator Titrasi Asam Basa dari Ekstrak Bunga Sepatu. AGRITECH. 30(3): 178-183