109
ANALISIS KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR MAHASISWA
CALON GURU KIMIA BERBASIS MODEL CORE TEACHING STANDARDS
PADA MATA KULIAH PPL 1 (MICROTEACHING) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
Rusninawiyah*, Tuti Kurniatidan Rizmahardian Ashari Kurniawan
Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak
Jalan Ahmad Yani No 111 Pontianak Kalimantan Barat *Email:[email protected]
ABSTRAK
Keterampilan dasar mengajar mahasiswa calon guru kimia berbasis model core teaching standards diperlukan untuk meningkatkan kompetensi calon guru kimia ketika memasuki dunia pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses kegiatan belajar mengajar dan keterampilan dasar mengajar mahasiswa calon guru kimia dengan (core teaching standards) pada praktik PPL 1 (microteaching) di Universitas Muhammadiyah Pontianak. Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Subyek penelitian sebanyak 16 orang mahasiswa. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 yaitu teknik observasi langsung dan komunikasi langsung dengan alat pengumpul data berupa lembar obsevasi dan pedoman wawancara yang meliputi 10 standar yaitu (1) Pengembangan pelajar, (2) Perbedaan belajar, (3) Lingkungan belajar, (4) Pengetahuan materi, (5) Penerapan materi, (6) Penilaian, (7) Perencanaan pembelajaran, (8) Strategi mengajar, (9) Professional dalam mengajar (10) Kepemimpinan dan kolaborasi. Keterampilan dasar mengajar mahasiswa calon guru kimia berbasis model core teaching standards pada praktik PPL 1 (microteaching) memiliki persentase nilai tertinggi dan kategori sangat baik yaitu pada standar 9 ((profesional dalam mengajar) sebesar 81,65 %, sedangkan persentase nilai terendah dan kategori cukup yaitu pada standar 6 (penilaian) sebesar 58,21 %.
Kata Kunci: Core Teaching Standards, keterampilan dasar mengajar, PPL 1(Microteahing)
ABSTRACT
Basic teaching skills of Core Teaching Standards model for prospective Chemistry teachers are important in enhancing the competence as they deal with world of education. This study aimed at determining the process of teaching and learning activities as well as basic teaching skills using Core Teaching Standards among prospective chemistry in Microteaching Program 1 (PPL 1) class at Muhammadiyah University of Pontianak. Using descriptive design and quantitative approach, 16 students participated as the subjects. The techniques used in this research were direct observation and direct communication. The data collection technique included observation sheet and interview guide that covered 10 standards. They were student development, learning difference, learning environment, materials, application of materials, assessment, lesson plan, teaching strategy, professionalism in teaching, and leadership and collaboration. The study reveals that the students gained the highest score on standard 9 (professionalism in teaching) by 81,65% and was considered very good. Whereas, they hed the lowest score on standard 6 (assessment) by 58,21% and was considered fair by 58,21%.
110 PENDAHULUAN
Guru merupakan suatu jabatan profesi, sehingga untuk menjadi guru perlu dilatih dan disiapkan secara khusus. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) berperan penting dalam mempersiapkan dan menyediakan calon-calon guru yang kompeten dan profesional dalam berbagai jenjang pendidikan (Siswanto, 2010). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Pontianak merupakan salah satu LPTK penyedia tenaga keguruan yang akan dimanfaatkan untuk menyediakan tenaga pendidik ditingkat Sekolah Menengah Atas. FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak khususnya Program Studi Pendidikan Kimia memiliki andil yang besar dalam menyediakan tenaga kerja tingkat menengah yang handal dengan penyediaan tenaga pendidik yang professional.
Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada Bab VI pasal 3 ditegaskan bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Di dalam kompetensi pedagogik memuat keterampilan dasar mengajar. Guru yang memiliki keterampilan dasar mengajar dapat mengemas proses pembelajaran dengan baik dan menarik sehingga dapat menumbuhkan kemauan siswa untuk belajar (Depdiknas, 2005). Keterampilan dasar mengajar dapat dilatih melalui pembelajaran mikro (microteaching) (Depdiknas, 2005). Pembelajaran mikro merupakan metode
pembelajaran atas dasar performa yang tekniknya dilakukan dengan cara melatihkan komponen-komponen kompetensi dasar mengajar (teaching skill) dalam proses pembelajaran yang disederhanakan ditinjau dari aspek kompetensi mengajar, penguasaan materi, pengelolaan peserta didik, maupun mengelola waktu (Mulyatun, 2014). Pembelajaran mikro diarahkan dalam pembentukan kompetensi guru sebagai agen pembelajaran seperti yang termuat dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 (Depdiknas, 2005).
111 mengajar mata kuliah KDMK menyatakan bahwa memang masih ada sebagian mahasiswa yang kurang menguasai keterampilan mengajar pada saat praktek di kelas dan kurang bisa mengembangkan dirinya. Kesulitan yang dialami oleh mahasiswa calon guru ini dipengaruhi oleh keterampilan dasar mengajar yang dimiliki mahasiswa itu sendiri.
Menurut Suyanto & Asep (2013), guru harus memiliki keterampilan dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik, pengajar, dan pelatih. Sebagai seorang pengajar, guru dituntut untuk dapat merencanakan proses pembelajaran yang meliputi penggunaan metode, penggunaan media pembelajaran, dan penilaian proses pembelajaran. Menurut Usman (2010), terdapat delapan keterampilan dasar mengajar yang harus dimiliki oleh calon guru yaitu: (1) keterampilan bertanya, (2) keterampilan memberi penguatan, (3) keterampilan mengadakan variasi, (4) keterampilan menjelaskan, (5) keterampilan membuka dan menutup pelajaran, (6) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, (7) keterampilan mengelola kelas, dan (8) keterampilan mengajar perseorangan.
Council of Chief State School Officers (CCSSO), (2010) untuk melihat keterampilan mengajar calon guru yang profesional dalam mengajar ditemukan model core teaching standards yang merupakan pengembangan model microteaching. Model ini lebih menekankan pada tiga aspek yaitu: kinerja, pengetahuan dan disposisi yang harus dimiliki guru untuk memastikan bahwa semua peserta didik belajar. Suko dkk (2014) dalam penelitiannya
mengatakan bahwa mahasiswa dan mahasiswi calon guru dapat mengembangkan keterampilan dasar mengajarnya menggunakan model core teaching standards. Standar ini merangkul penekanan baru dan menjelaskan bagaimana pengajaran yang efektif yang mengarah untuk meningkatkan prestasi siswa, dan terdapat 10 standar dalam mengajar yaitu pengembangan pelajar, perbedaan belajar, lingkungan belajar, pengetahuan materi, penerapan materi, penilaian, perencanaan pembelajaran, strategi mengajar, professional dalam pembelajaran, serta kepemimpinan dan kolaborasi (CCSSO, 2010).
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Keterampilan Dasar Mengajar Mahasiswa Calon Guru Kimia Berbasis Model Core Teaching Standards Pada Mata Kuliah PPL 1 (Microteaching) Universitas Muhammadiyah Pontianak.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian dilaksanakan di
Prodi Pendidikan Kimia, FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak dengan melibatkan 16 orang mahasiswa calon guru yang mengikuti mata kuliah PPL 1 (Microteaching). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui proses
kegiatan belajar mengajar dan
112
Pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan teknik observasi langsung dan komunikasi langsung dengan alat pengumpul data berupa lembar obsevasi dan pedoman wawancara dengan rating skor (skor 1-3) yang meliputi 10 standar yaitu (1) Pengembangan pelajar, (2) Perbedaan belajar, (3) Lingkungan belajar, (4) Pengetahuan materi, (5) Penerapan materi, (6) Penilaian, (7) Perencanaan pembelajaran, (8) Strategi mengajar, (9)
Professional dalam mengajar (10)
Kepemimpinan dan kolaborasi.
Penilaian keterampilan dasar mengajar berbasis model core teaching standards dianalisis dengan menghitung jumlah perolehan skor dari setiap aspek. Setelah mendapat data skor keterampilan dasar mengajar berbasis model core teaching standards, diukur berdasarkan kriteria interprestasi keterampilan dasar mengajar mahasiswa calon guru. Kualifikasi keterampilan dasar mengajar berbasis model core teaching standards dilakukan dengan menggunakan rentang skor 1-3, Kemudian hasil penilaian dihitung dengan menggunakan komponen dan indikator di buat menjadi persentase untuk setiap penilaian. Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut (Mulyatun, 2014):
Persentase penilaian = x 100 %
Selanjutnya mencari persentase rata-rata dengan rumus (Marlina, 2015):
X =
Setelah diperoleh persentasenya, kemudian keterampilan dasar mengajar berbasis model core teaching standards dikualifikasikan dengan menggunakan
kategori interprestasi keterampilan dasar mengajar pada Tabel 1 berikut ini (Mulyatun, 2014):
Tabel 1. Kategori Interprestasi Keterampilan dasar mengajar
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Keterampilan dasar mengajar mahasiswa calon guru kimia dapat diketahui dari hasil observasi dan data wawancara mahasiswa calon guru kimia yang dilakukan pada Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) 1. Persentase keterampilan dasar mengajar mahasiswa calon guru kimia berbasis model core teaching standars dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Persentase Keterampilan Dasar Mengajar Mahasiswa Calon Guru Kimia Berbasis Model Core Teaching Standards Tahun Ajaran 2016/2017
Aspek Yang Dinilai Rata-Rata (%)
Kriteria
Standar 1
(Pengembangan Pelajar)
77,81 Baik
Standar 2
(Perbedaan Belajar)
66,26 Cukup
Standar 3
(Lingkungan Belajar)
80,21 Sangat Baik
Standar 4
(Pengetahuan Materi)
74,89 Baik
Standar 5
(Penerapan Materi)
76,76 Baik
Standar 6 (Penilaian)
58,21 Cukup Rata-rata Nilai
Kelas
Kategori
80% > x ≤100% Sangat baik
67% > x ≤ 80% Baik
53% > x ≤ 67% Cukup
40% > x ≤ 53% Kurang
113 Standar 7
(Perencanaan Pembelajaran)
81,35 Sangat Baik
Standar 8 (Strategi Mengajar)
76,30 Baik
Standar 9 (Professional Dalam Mengajar)
81,65 Sangat Baik
Standar 10
(Kepemimpinan Dan Kolaborasi))
61,51 Cukup
Standar 1 (pengembangan pelajar), terlihat penguasaan standar ini dalam kategori baik dengan persentase rata-rata penilaian yang diperoleh 77,81%. Dengan indikator pada aspek kinerja yaitu mengembangkan metode yang sesuai dengan kemampuan, minat, dan kebutuhan serta yang memungkinkan peserta didik mempercepat pembelajarannya. Indikator pada aspek pengetahuan yaitu memahami cara peserta didik membangun pengetahuan, keterampilan dan proses berpikir serta tahu cara menggunakan strategi yang mendukung peserta didik dalam belajar, serta pada aspek disposisi yaitu menghargai perbedaan kemampuan dan kebutuhan peserta didik serta berkomitmen untuk menggunakan informasi ini untuk pengembangan peserta didik selanjutnya.
Pada saat praktik mengajar di kelas mahasiswa calon sudah berusaha menggunakan metode pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan kemampuan, minat dan kebutuhan peserta didik, ini dapat dilihat dari RPP yang dibuat dan kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Misalnya mahasiswa calon guru A pada pertemuan ketiga melakukan praktikum sederhana pada materi kesetimbangan kimia, terlihat kegiatan pembelajaran di kelas menjadi lebih menarik karena ketika melakukan praktikum sederhana peserta didik ikut terlibat dan menjadi aktif serta
lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran.
Mahasiswa calon guru juga sudah mengetahui cara menggunakan strategi yang baik dan benar untuk menghadapi peserta didik, serta harus menyesuaikan dengan cara berpikir peserta didik sehingga bisa menggunakan strategi yang tepat untuk peserta didik agar tujuan pembelajaran tercapai. Strategi yang digunakan mahasiswa calon guru yaitu bertanya dan pemberian tugas. Mahasiswa calon guru memahami strategi tersebut dapat membangun pengetahuan, keterampilan dan proses berpikir peserta didik.
114 atau memberikan saran terhadap pendapat yang mereka berikan.
Standar 2 (perbedaan belajar) dengan indikator pada aspek kinerja yaitu merancang, menyesuaikan dan memberikan metode pembelajaran untuk mengatasi beragam kemampuan dan kebutuhan belajar peserta didik serta menciptakan peluang bagi peserta didik menunjukkan cara belajar yang berbeda-beda. Pada aspek pengetahuan yaitu memahami dan mengidentifikasi perbedaan dalam pendekatan pembelajaran dan kinerja peserta didik serta tahu cara merancang pembelajaran yang digunakan pada setiap kemampuan peserta didik yang berbeda, dan pada aspek disposisi yaitu membuat peserta didik merasa dihargai dan membantu mereka menghargai orang lain. Terlihat penguasaan standar ini dalam kategori cukup baik dengan pesentase rata-rata penilaian yang diperoleh 66,26%.
Mahasiswa calon guru sudah bisa merancang, menyesuaikan dan memberikan metode pembelajaran yang tepat karena sebelum melakukan praktek mengajar di kelas mahasiswa calon guru melakukan persiapan pembelajaran seperti membuat RPP. Terlihat dalam RPP yang telah dibuat, mahasiswa calon guru berusaha menyusun perencanaan pembelajaran yang menarik dan metode yang digunakan selalu berbeda-beda pada setiap pertemuan. Mahasiswa calon guru juga sudah bisa menghargai peserta didik dengan cara merespon apabila ada peserta didik bertanya atau memberikan pendapat serta memberikan hadiah atau tepuk tangan kepada peserta didik yang berani memberikan pendapatnya sebagai bentuk penghargaan yang diberikan, serta membantu peserta didik berkomunikasi
dengan teman-teman di kelas, agar peserta didik merasa dihargai dan bisa menghargai orang lain.
Namun mahasiswa calon guru masih belum bisa melakukan pendekatan pembelajaran yang tepat, hal ini berarti pemahaman mahasiswa calon guru pada pendekatan pembelajaran peserta didik dalam kategori sangat rendah. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, mahasiswa calon guru belum memahami pendekatan pembelajaran dan model pembelajaran yang digunakan pada saat pembelajaran, misalnya mahasiswa calon guru B menggunakan model pembelajaran NHT (Numbered Head Together) dengan pendekatan saintifik, pada saat mengajar di kelas mahasiswa calon guru B belum bisa menggunakan model pembelajaran tersebut dengan benar, serta belum bisa menyesuaikan langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan, hal ini dikarenakan mahasiswa calon guru belum memahami cara menggunakan model dan pendekatan pembelajaran tersebut. Sehingga tujuan yang ingin dicapai pada pembelajaran tidak optimal.
115 yang positif dan mendukung. Penguasaan pada standar ini termasuk dalam kategori sangat baik, terlihat dari hasil persentase penilaian rata-rata yang diperoleh 80,20%.
Pada saat praktik mengajar di kelas mahasiswa calon guru sudah berusaha bekerjasama dengan peserta didik, seperti apabila peserta didik merasa kesulitan ketika mengerjakan soal, guru akan membantu dan membimbing peserta didik untuk menemukan jawaban bersama. Kemudian ketika guru mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran seperti praktikum maka pada saat melakukan praktikum sederhana di kelas akan terjadi komunikasi dan interaksi peserta didik dengan guru dan teman di kelas. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan mahasiswa calon guru paham cara menggunakan teknologi pembelajaran, karena sudah biasa menggunakan teknologi tersebut.
Mahasiswa calon guru juga sudah bisa berkomitmen yakni dengan cara selalu melibatkan diri dalam pembelajaran, bertanya kepada peserta didik dan berkomunikasi dengan peserta didik. Hal ini terlihat pada saat mengajar mahasiswa calon guru sudah mampu mengelola kelas, apabila ada peserta didik yang kurang memperhatikan saat guru menjelaskan materi maka guru berusaha mengkondisikan kelas agar tidak mengganggu pembelajaran dengan menegur atau mengajak peserta didik untuk mengikuti pembelajaran kembali. Serta pada saat pembelajaran mahasiswa calon guru biasanya melakukan kegiatan praktikum atau menggunakan media yang membuat peserta didik terlibat langsung dalam proses pembelajaran, sehingga terjadi interaksi antara peserta didik
dengan guru dan teman di kelas dengan tujuan membuat peserta didik tertarik dan tidak bosan saat mengikuti pembelajaran. Azzahra (2016) dalam penelitiannya mengatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik bagi peserta didik dan menjadi termotivasi untuk mengikuti pembelajaran serta meningkatkan hasil belajar peserta didik. Mahasiswa calon guru pada saat mengajar sudah bisa menyesuaikan dengan lingkungan belajar peserta didik sehingga penguasaan pada standar ini sangat baik.
Standar 4 (pengetahuan materi) dengan indikator pada aspek kinerja yaitu menggunakan multi representasi dan penjelasan secara efektif yang sesuai dengan bidang ilmu serta standar isi. Aspek pengetahuan yaitu mengetahui cara memadukan materi yang relevan sesuai dengan kebiasaan peserta didik untuk membangun pengetahuan dasarnya, dan aspek disposisi yaitu menghargai berbagai sudut pandang yang berbeda dalam suatu materi pembelajaran dan memfasilitasi peserta didik dalam menganalisis secara kritis. Penguasaan pada standar ini termasuk dalam kategori baik, terlihat dari hasil persentase penilaian rata-rata yang diperoleh 74,89%.
116 agar peserta didik mudah memahami materi yang disampaikan.
Mahasiswa calon guru juga menyadari sebagai seorang calon guru harus mampu menyampaikan materi yang diajarkan kepada peserta didik dengan cara dan bahasa yang sederhana seperti memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari sehingga materi yang disampaikan mudah dipahami. Mahasiswa calon menggunakan cara, dengan memberikan apersepsi, untuk mengetahui pengetahuan awal peserta didik sebelum menyampaikan materi berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi atau memberikan contoh yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.
Mahasiswa calon guru juga sudah bisa menghargai peserta didik yakni dengan cara memberikan tanggapan terhadap perbedaan pendapat peserta didik pada materi yang diajarkan. Hal ini terlihat pada saat pembelajaran, mahasiswa calon guru menghargai pendapat yang berbeda dari peserta didik kemudian menyamakan persepsi sesuai dengan pertanyaan yang diajukan dan materi yang disampaikan. Selain itu mahasiswa calon guru membantu peserta didik untuk mampu berpikir kritis dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang kemampuan berpikir berpikir kritis.
Standar 5 (penerapan materi) dengan indikator pada aspek kinerja yaitu
mengembangkan dan
mengimplementasikan proyek yang mengarahkan peserta didik dalam menganalisis secara keseluruhan sebuah isu dari berbagai bidang ilmu. Aspek pengetahuan yaitu memahami cara menggunakan teknologi digital dan
interaktif untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efisien dan efektif, dan aspek disposisi yaitu menghargai lingkungan belajar yang sesuai untuk mendorong peserta didik menelusuri, menemukan dan mengungkapkan pengetahuan yang berkaitan dengan materi. Terlihat penguasaan standar ini termasuk dalam kategori baik dengan persentase yang diperoleh 76,76%. Pada saat praktik mengajar mahasiswa calon guru sudah berusaha mengembangkan dan mengimplementasikan proyek dalam pembelajaran. Biasanya mahasiswa calon guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk setiap pertemuan sesuai dengan materi yang disampaikan.
117 berinteraksi satu sama lain, memberikan kesempatan kepada peserta didik berpartisipasi dalam belajar sehingga peserta didik menjadi lebih tertarik dalam belajar. Menurut Winarno (2012), lingkungan belajar yang baik dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik.
Standar 6 (penilaian) dengan indikator pada aspek kinerja yaitu menyeimbangkan penggunaan penilaian formatit dan sumatif yang sesuai untuk peserta didik. Aspek pengetahuan yaitu memahami perbedaan evaluasi formatif dan sumatif serta tahu cara dan waktu menggunakannya, serta aspek disposisi yaitu berkomitmen menggunakan etika dalam penilaian dan data penilaian untuk mengidentifikasi kemampuan dan kebutuhan peserta didik dalam meningkatkan perkembangan peserta didik. Terlihat penguasaan standar ini dalam kategori cukup baik dengan persentase yang diperoleh 58,21%.
Mahasiswa calon guru sudah berkomitmen untuk memberikan nilai yang sesuai kepada peserta didik dan dapat dilihat dari RPP yang telah dibuat, penilaian yang diberikan sesuai dengan indikator dalam RPP. Mahasiswa calon guru memberikan nilai sesuai denga kriteria penilaian yaitu apabila peserta didik diberikan soal kemudian menjawab soal dengan benar maka akan diberikan nilai dan peserta didik yang tidak bisa menjawab atau mengerjakan soal maka tidak akan diberikan nilai.
Namun mahasiswa calon guru masih belum bisa menyeimbangkan penggunaan penilaian formatif dan sumatif. Hal ini dikarenakan mahasiswa calon guru belum memahami cara membuat penilaian formatif dan sumatif.
Pada praktik mengajar di kelas mahasiswa calon guru sudah melakukan evaluasi dan penilaian yang dapat terlihat dalam RPP yang dibuat. Mahasiswa calon guru sudah bisa membuat penilaian sumatif, namun untuk penilaian formatif belum dapat dilakukan karena pada saat mahasiswa calon guru praktik mengajar materi yang disampaikan setiap minggu tidak berurutan sehingga sulit untuk melakukan penilaian formatif, selain itu mahasiswa calon guru belum memahami cara membuat penilaian formatif.
Mahasiswa calon guru juga belum mempelajari cara pembuatan evaluasi lebih dalam lagi, sehingga belum bisa membuat dan melakukan evaluasi formatif dan sumatif, evaluasi yang digunakan mahasiswa calon guru dalam RPP hanya untuk pelengkap RPP saja, tidak dibuat dengan format evaluasi dengan benar. Mahasiswa calon guru belum mengetahui format melakukan evaluasi dengan baik karena belum memahami format evaluasi tersebut. Mahasiswa calon guru belum menyadari perlu untuk memahami evaluasi dalam pembelajaran karena evaluasi merupakan salah satu aspek yang penting dalam melihat kemampuan peserta didik, sehingga sebagai seorang calon guru harus mampu untuk melakukan evaluasi karena menurut Suyanto dan Asep (2013), evaluasi merupakan tolak ukur dari suatu pembelajaran agar ke depannya menjadi lebih baik. Karena kurangnya pemahaman mahasiswa calon guru dalam memberikan penilaian, sehingga penguasaan standar ini masih rendah.
118 kurikulum dan standar isi serta relevan untuk peserta didik secara individu dan kelompok. Aspek pengetahuan yaitu memahami isi dan standar isi serta menyusunnya berdasarkan kurikulum. Dan aspek disposisi yaitu menghargai kemampuan dan kebutuhan peserta didik yang berbeda serta berkomitmen menggunakan informasi tersebut untuk membuat RPP. Terlihat penguasaan standar ini dalam kategori sangat baik dengan persentase rata-rata penilaian yang diperoleh 81,35%. Mahasiswa calon guru sudah berusaha memilih dan menyusun RPP yang sesusai dengan tujuan kurikulum dan standar isi, terlihat dalam RPP yang dibuat sudah membuat Kompetensi Inti(KI), Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator serta tujuan pembelajaran. Pada saat mengajar di kelas mahasiswa calon guru sudah bisa menyesuaikan pembelajaran dengan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dalam RPP yang dibuat.
Mahasiswa calon guru sebelum mengajar di kelas harus membuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sehingga mahsiswa calon guru juga sudah bisa memahami isi dan standar isi yang menjadi syarat pembuatan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Mahasiswa calon guru merasa karena sudah terbiasa membuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) memudahkan untuk memahami isi dan standar isi yang harus dibuat sebelum melakukan pembelajaran. Pembuataan RPP berdasarkan silabus yang bertujuan untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KI dan KD. Mahasiswa calon guru juga sudah bisa menghargai perbedaan dari setiap peserta didik seperti perbedaan
pendapat dan kemampuan belajar peserta didik, tentunya di dalam kelas peserta didik yang kurang aktif dibantu agar tertarik dengan pembelajaran. Serta berkomitmen membuat perencanaan pembelajaran yang lebih baik pada pertemuan selajutnya. Penguasaan standar ini sangat baik karena mahasiswa calon guru sudah memahami perencaraan pembelajaran yang baik sebelum mengajar di kelas.
Standar 8 (strategi mengajar) dengan indikator pada aspek kinerja yaitu menggunakan strategi dan sumber belajar yang sesuai kebutuhan individu dan kelompok peserta didik. Aspek pengetahuan yaitu memahami proses kognitif dengan berbagai jenis pembelajaran yang diterapkan serta tahu cara menstimulasinya, dan aspek disposisi yaitu berkomitmen untuk menggali lebih dalam dan memahami kemampuan serta kebutuhan peserta didik dalam merencanakan dan menyesuaikan pembelajaran. Terlihat penguasaan standar ini dalam kategori baik dengan persentase rata-rata penilaian yang diperoleh 76,30%.
sehari-119 hari peserta didik. Kemudian strategi penyampaian informasi dalam kegiatan pembelajaran yakni strategi mahasiswa calon guru dalam menyampaikan materi, biasanya dalam menyampaikan materi mahasiswa calon guru memberikan contoh-contoh, misalnya pada materi perhitungan mahasiswa calon guru lebih banyak memberikan contoh perhitungan sedangkan pada materi teori biasanya disampaikan dengan memberikan contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari. Strategi selanjutnya yaitu strategi partisipasi peserta didik, terjadinya umpan balik dari contoh soal atau latihan yang diberikan oleh mahasiswa calon guru. Pada strategi pemberian tes biasanya dilakukan di akhir pembelajaran, sedangkan strategi lanjutan yakni cara guru menanggapi hasil dari tes atau evaluasi yang diberikan. Setelah peserta didik selesai mengerjakan soal maka maka mahasiswa calon guru memberikan nilai kepada peserta didik, ketika ada peserta didik yang tidak bisa menjawab, mahasiswa calon guru menanyakan penyebab atau kesulitan peserta didik pada sub materi yang mana kemudian memberikan penjelasan lagi.
Mahasiswa calon guru juga sudah bisa memahami kemampuan berpikir peserta didik serta tahu cara menstimulasinya. Misalnya mahasiswa calon guru E pada saat mengajar di kelas untuk memahami kemampuan berpikir peserta didik, menggunakan strategi bertanya lanjut seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menimbulkan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga membuat peserta didik berpikir untuk menemukan jawaban pertayaan tersebut. Mahasiswa calon guru E memberikan pertanyaan secara acak
kepada peserta didik dengan cara menunjuk peserta didik yang akan menjawab pertanyaan yang diberikan, dan dapat membuat pembelajaran lebih menarik, tidak monoton karena adanya interaksi peserta didik dengan guru dan teman di kelas.
Mahasiswa calon guru juga sudah berkomitmen dengan cara membuat perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan karakter dari peserta didik dan menggunakan strategi mengajar yang sesuai agar mudah dipahami oleh peserta didik. Misalnya pada saat menyampaikan materi menggunakan strategi penyampaian dengan cara memberikan contoh-contoh atau melatih peserta didik dengan soal-soal. Dengan tujuan pembelajaran dapat tercapai, kemudian mahasiswa calon guru pada setiap praktik microteaching yang dilakukan berusaha untuk memperbaiki penampilannya dari penampilan sebelumnya.
120 Mahasiswa calon guru sudah melibat diri dalam pembelajaran dan melakukan interaksi dengan peserta didik agar dapat mengetahui kemampuan peserta didik, sehingga untuk pembelajaran selanjutnya mahasiswa calon guru dapat melakukan perencanaan lebih baik lagi. Terlihat ketika mahasiswa calon guru F pada pertemuan ketiga melakukan demonstrasi pada materi aplikasi koloid dalam kehidupan sehari-hari.
Mahasiswa calon guru juga sudah melakukan penilaian diri karena pada saat praktek mengajar selesai selalu diadakan evaluasi bersama teman dan dosen agar penampilan selanjutnya menjadi lebih baik. Mahasiswa calon guru juga sudah bisa bertanggung jawab terhadap pembelajarannya yakni dengan menyelesaikan pembelajaran yang diberikan di kelas sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Kemudian apabila merasa pembelajaran yang diberikan belum maksimal mahasiswa calon guru melakukan perbaikan untuk pembelajaran selanjutnya agar lebih baik lagi.
Standar 10 (kepemimpinan dan kolaborasi), indikator pada aspek kinerja yaitu bekerjasama dengan peserta didik dan keluarga untuk membangun harapan bersama dan komunikasi yang berkelanjutan untuk mendukung perkembangan dan pencapaian peserta didik. Aspek pengetahuan yaitu mengetahui cara berkontribusi dan mendukung harapan yang tinggi untuk peserta didik dalam pembelajaran. Dan aspek disposisi yaitu bertanggung jawab untuk berkontribusi dan memajukan profesi. Penguasaan standar ini dalam kategori cukup baik dengan persentase
rata-rata penilaian yang diperoleh 61,51%.
Mahasiswa calon guru sudah berusaha bekerjasama dengan peserta didik untuk membangun harapan bersama dan komunikasi yang berkelanjutan dan mendukung perkembangan serta pencapaian peserta didik, pada saat praktik mengajar di kelas mahasiswa calon guru sebagai komunikator, diharapkan mampu menyampaikan rencana-rencana pembelajaran pada pada peserta didik, mengatur dan menjelaskan bahan ajar apabila menggunakan bahan ajar.
Mahasiswa calon guru juga sudah berkontribusi dan berkomunikasi dengan peserta didik serta bekerjasama dalam proses pembelajaran berlangsung. Berkomunikasi dan bekerjasama dengan peserta didik dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik karena adanya interaksi, sehingga peserta didik menjadi lebih bersemangat. Namun mahasiswa calon belum bisa bertanggung jawab dalam memajukan dunia pendidikan karena mahasiswa calon guru belum pernah terjun kelapangan secara langsung dan kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL 1) ini dilakukan hanya dalam kelas saja, sehingga belum ada interaksi mahasiswa di sekolah dengan teman sejawat seperti guru, staff dan kepala sekolah.
121 dengan standar lainnya karena mahasiswa calon guru pada praktik mengajar sudah mampu melibatkan diri, melakukan interaksi dan penilaian diri serta sudah bertanggung jawab terhadap pembelajarannya. Mahasiswa calon guru merasa memiliki tanggung jawab terhadap setiap pembelajaran yang akan diberikan sehingga membuat mahasiswa calon guru menyadari perlu untuk melakukan perbaikan pembelajaran agar pembelajaran selanjutnya menjadi lebih baik. Keterampilan dasar mengajar mahasiswa calon guru yang memiliki persentase paling rendah dengan kategori cukup yaitu pada standar 6 (penilaian), standar ini memperoleh nilai yang paling rendah dibandingkan standar lain, dikarenakan mahasiswa calon guru belum memiliki kesempatan untuk melakukan penggunaan penilaian formatif, meskipun mahasiswa calon guru sudah mempelajari tentang penilaian pembelajaran pada mata kuliah Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Kimia, namun mahasiswa calon guru masih belum memahami lebih dalam tentang penilaian pembelajaran.
SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN
Keterampilan dasar mengajar mahasiswa calon guru kimia berbasis model core teaching standards pada praktek PPL 1 (microteaching) secara keselurahan baik dengan persentase nilai tertinggi dan kategori sangat baik yaitu pada standar 9 ((profesional dalam mengajar) sebesar 81,65 %, sedangkan persentase nilai terendah dan kategori cukup yairu pada standar 6 (penilaian) sebesar 58,21 %. Terlihat juga kegiatan belajar mengajar yang telah dilakukan oleh mahasiswa calon guru kimia sudah
baik karena terjadi peningkatan pada setiap pertemuan.
SARAN
1. Bagi dosen diharapkan core teaching standards dapat di gunakan pada praktek microteaching agar dapat meningkatkan keterampilan dasar mengajar calon guru.
2. Bagi mahasiswa diharapkan dapat memperdalam pengetahuan dasar mengajar sabagai calon guru dengan baik sehingga dapat mengatasi kesulitan pada saat praktek mengajar di kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, A dan Dian N. (2012). Pengembangan Media Pembelajaran Video Untuk Melatih Kemampuan Memecahkan Masalah Pada Materi Larutan Asam Basa. Unesa Journal of Chemical Education. Vol. 1(1): 16.
Azzahra, S.F. (2010). Pengaruh Metode Eksperimen Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Laju Reaksi. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Council of Chief State School Officers (CCSSO). 2010. Interstate Teacher Assessment and Support Consortium (InTASC) Model Core Teaching Standards. A Resource for State Dialogue. Washington, DC. Author
122 Marlina, R. (2015). Analisis Kemampuan
Dasar Mengajar Calon Guru Biologi di Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Tanjungpura. Seminar Nasional Pendidikan Biologi. Pontianak: Tanjungpura
Mulyasa, E. (2005). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Mulyatun. (2014). Analisis Keterampilan Dasar Mengajar Mahasiswa Calon Guru Kimia (Studi Pada Praktik Pengalaman Lapangan Mahasiswa Tadris Kimia). Jurnal Phenomenon. Vol. 4(1): 79-80.
Siswanto, (2010). Tingkat Peguasaan Keterampilan Dasar Mengajar Mahasiswa Prodi.Pendidikan Akuntansi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol.3 (2): 41-51.
Suko, M dan Sada, C. (2014). Pengembangan Model Microteaching Calon Guru di Sekolah Tinggi Pastoral Santo Agustinus Keuskupan Agung Pontianak. Jurnal Pendidikan. Vol. 3 (2): 11-12.
Suyanto dan Asep, D. (2013). Bagaimana Menjadi Calon Guru dan Guru Profesional. Yogyakarta: Multi Pressindo.